Anda di halaman 1dari 13

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif/terukur. Pertumbuhan bersifat tidak dapat balik (irreversible). Pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering dijumpai khususnya pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang menunjukkan pertambahan mengikuti bentuk S dengan waktu, yang dikenal dengan model sigmoid. Biomassa tanaman mula-mula (pada awal pertumbuhan) meningkat perlahan, kemudian cepat dan akhirnya perlahan sampai konstan dengan pertambahan umur tanaman. Liku demikian dapat simetris, yaitu setengah bagian pangkal sebanding dengan setengah bagian ujung jika titik belok terletak diantara dua asimptot. Selain dari pengukuran biomassa, pertumbuhan tanaman juga dapat dilihat dari LAI (Leaf Area Index) atau Indeks Luas Daun (ILD) dan pertambahan daun pada jenis tanaman tertentu. Luas daun mencerminkan luas bagian yang melakukan fotosintesis, sedangkan indeks luas daun mencerminkan besarnya intersepso cahaya oleh tanaman. Meskipun bagian batang juga ikut mengintersepsi cahaya, tetapi aktivitas lebih efektif terjadi pada daun. Indeks luas daun meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya sampai batas optimum tanaman mengintersepsi cahaya. Organ utama fotosintesis pada tumbuhan tingkat tinggi adalah daun, tepatnya pada kloroplas. Kloroplas manangkap radiasi energi sinar matahari dan mengkonversinya menjadi bentuk kimia yang stabil. Fotosintesis merupakan reaksi oksidasi reduksi. Pada fotosintesis, tumbuhan memanfaatkan energi matahari untuk mengoksidasi air untuk melepaskan O2, dan mereduksi CO2 untuk membentuk senyawa karbon yang lebih besar, terutama gula. Faktor abiotik seperti cahaya, suhu, konsentrasi CO2, uap air, keberadaan nutrisi memiliki pengaruh utama pada fotosintesis bersih, yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Kapasitas fotosintesis tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan abiotik tetapi juga dipengaruhi oleh umur dan posisi daun pada kanopi. Jenis atau genus yang berbeda memiliki laju fotosintesis yang berbeda.

Daun sebagai komponen vegetasi utama sangat mendukung siklus hara. Umur daun sangat menentukan siklus hara. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan terhadap jenis tumbuhan tertentu untuk mengetahui usia daunnya dihubungkan dengan siklus hara pada daerah tropis. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Memahami kurva S dalam pertumbuhan daun Ixora javanica (Blume) DC. di

wilayah tropis.
2. Mengetahui pertambahan jumlah daun dan mengamati perubahan warna daun Ixora

javanica (Blume) DC. di wilayah tropis.

TINJAUAN PUSTAKA
Indeks Luas Daun (Leaf Area Index) Indeks luas daun dapat digunakan untuk menggambarkan tentang kandungan total klorofil daun tiap individu tanaman. Permukaan daun yang semakin luas diharapkan mengandung klorofil lebih banyak. Indeks luas daun merupakan hasil bersih asimilasi persatuan luas daun dan waktu. Luas daun tidak konstan terhadap waktu, tetapi mengalami penurunan dengan bertambahnya umur tanaman (Gardner et al. 1991). Indeks luas daun merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi bersih yang tinggi dan indeks luas daun yang optimum akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman (Gardner et al. 1991). Dalam hal ini, intensitas cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan optimum tanaman dengan indeks luas daun yang berbeda beda tergantung tinggi tanaman dan banyaknya sinar matahari yang diterima oleh tanaman tersebut (Gardner et al. 1991). Salah satu faktor lain yang mempengaruhi indeks luas daun adalah jumlah ketersediaan air yang diterima oleh tanaman. Semakin optimum air yang tersedia, maka semakin maksimal pertumbuhan tanaman dapat tercapai.

Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia tumbuh. Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury 1995). Kurva sigmoid ini erat sekali hubungannya dengan pertumbuhan. Umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apikal dari tunas akar.Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku atau nodus. Pertumbuhan jiga terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium. Pertumbuhan bagian pucuk dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik (embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi sel-selnya, bilamana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga. Pertumbuhan itu lebih mudah digambarkan dari pada didefenisikan.

Pertumbuhan berarti pembelahan sel dan pembesaran sel. Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik. Proses differensiasi seringkali dianggap pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman memerlukan proses differensiasi. Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik. Pertambahan ukuran dan dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma, yang tejadi karna baik ukuran sel maupun jumlahnya

bertambah. Pertambahan ukuran sel mempunyai batas yang diakibatkan hubungan antar voleme dan luas permukaan. Proses-proses pembelahan sel menentukan dasar untuk pertumbuhan akan tetapi pembelahan sel adalah proses-proses yang diatur secara biokimia, dan tidaklah perlu selalu diatur langsung oleh hubungan antara volume dan luas permukaannya. Pembuatan kurva sigmoid atau laju pertumbuhan ini juga dipengaruhi oleh beberapa factor tumbuh, misalnya: faktor eksternal yaitu iklim: cahaya, temperature, air, panjang hari, angin dan gas; edafatik (tanah): tekstur, struktur, bahan organik, dan kapasitas pertukaran kation; biologis: gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, nematode, macam-macam tipe herbivora, dan mikroorganisme tanah. Faktor internal yaitu ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis; laju fotosintesis, respirasi, klorofil, karotein, dan kandungan pigmen lainnya, pembagian hasil asimilasi N, tipe dan letak merisitem, kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, aktivitas enzim, pengaruh langsung gen (heterosis, epistasi), diferensiasi. Dengan adanya faktor pertumbuhan internal dan eksternal ini dapat dikatakan bahwa faktor-faktor ini juga ikut berperan penting dalam penentuan fase pertumbuhan pada tanaman yang akan digambarkan dalam kurva matematisnya.

Soka Merah (Ixora javanica (Blume) DC.) Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) : Asteridae : Rubiales : Rubiaceae (suku kopi-kopian) : Ixora : Ixora javanica (Blume) DC.

www.plantamor.com/index.php?plant=722 Nama sinonim: Ixora amoena Wallich ex G. Don

Nama lokal

: Javanese ixora (Thailand, khem thong (Chumphon), soka merah (Indonesia)

Distribusi soka merah jenis ini mulai dari Myanmar, Thailand, Malaysia, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Plantamor menyatakan bahwa Ixora javanica asli berasal dari Indonesia. Kegunaan tanaman ini belum banyak diteliti, tetapi ekstraknya menjanjikan aktivitas antitumor. Tanaman ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tanaman ini berbentuk semak dengan tinggi 3-5 m, daun berbentuk oval sampai lonjong, 7.5-17 cm x 2.5-7 cm, herbaseus, dasar melancip, puncak meruncing, dengan 9-10 vena sekunder, tangkai 3-6 mm, penumpu bertugi pendek; pembungaan duduk, berbentuk menggundung yang padat, bunga dengan cuping kelopak yang berbentuk segitiga, panjang sekitar 0.4 mm, meruncing, merah, panjang tabung mahkota 2.5-3.5 cm, bentuk cuping melanset atau bundar telur-melanset, panjang 6-8 mm, meruncing, jingga merah tua terkadang merah muda atau kuning, tidak berbau, anter jingga pucat, tidak berbau, panjang tangkai putik 5 mm menjulur; buah membulat, ukurannya sebesar kacang polong, kemerahan, berdaging. Ixora javanica umumnya terdapat pada hutan evergreen bertanah subur di Jawa.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Pengamatan Pengamatan pertumbuhan dan pertambahan daun ini dilaksanakan mulai bulan Maret-Mei 2010 di Perumahan IKIP Bekasi. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah penggaris, kamera, timbangan analitik, benang, dan gunting. Tanaman yang diamati adalah soka merah (Ixora javanica (Blume) DC.) Cara Kerja

Tanaman yang dipilih dalam praktikum ini adalah tanaman berdaun tunggal, yaitu soka merah. Salah satu ranting tanaman ini dipilih untuk diamati. Langkah kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Dipilih satu ranting yang dapat mewakili 3 fase daun, yaitu fase awal (bagian

ujung), fase tengah, dan fase akhir (bagian dekat batang). 2. Ketiga fase dibatasi dengan cincin benang. 3. Pilih 3 daun sebagai ulangan dari masing-masing fase, sehingga didapat 9 daun yang diamati.
Fase tengah

Fase awal

Fase akhir

Gambar 1. Tiga fase daun 4. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 9 minggu. Data yang diambil adalah panjang dan lebar daun, perubahan warna daun, dan jumlah daun yang bertambahan pada wilayah fase awal.
5. Penentuan faktor koreksi dilakukan dengan cara menjiplak masing-masing daun

pada ranting yang berbeda tetapi memiliki pertumbuhan yang serupa pada kertas HVS berukuran persegi panjang. Kertas persegi panjang yang telah digambar daun ditimbang dengan timbangan analitik (Bo). Kemudian kertas tersebut digunting sesuai ukuran daun yang telah digambar, dan ditimbang kembali (B1). Faktor koreksi (f) = B1/Bo
6. Menghitung LAI dengan cara mengalikan panjang (p), lebar (l) dan faktor koreksi (f)

LAI = p x l x f

Panjang = p

Gambar 2. Pengukuran daun (panjang=p, Lebar=l, dan faktor koreksi=f)

7. Data LAI diplotkan dalam grafik untuk masing-masing daun pada fase daun yang berbeda, dan rata-rata dari ketiga daun pada masing-masing fase. Analisis Data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, kemudian dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan dilakukan sekitar 9 minggu. Berikut adalah gambar daun pada fase awal pengamatan dan akhir pengamatan (Gambar 3). Pada akhir pengamatan daun tidak

Lebar = l

bertanbah lagi, berganti dengan berkembangnya bunga. Jarak antar nodus pada Ixora javanica adalah 4.5-5 cm. Filotaksis soka merah adalah .

Awal pengamatan

Akhir pengamatan

Gambar 3. Daun pada awal pengamatan dan akhir pengamatan Berikut adalah pertambahan jumlah daun selama pengamatan beserta perubahan warna yang terjadi. Tabel 1. Pertambahan jumlah daun Ixora javanica Minggu keJumlah pertambahan daun 2 Perubahan warna

1 2 3 4 5 6

Fase akhir: hijau tua, Fase tengah: hijau, Fase awal: hijau muda Fase akhir: hijau tua, Fase tengah: hijau, Fase awal: hijau muda Fase akhir: hijau tua, Fase tengah: hijau tua, Fase awal: hijau Fase akhir: hijau tua, Fase tengah: hijau tua, Fase awal: hijau, Pertambahan daun: hijau muda Fase akhir: hijau tua, Fase tengah: hijau tua, Fase awal: hijau, Pertambahan daun: hijau muda Fase akhir: hijau tua, Fase tengah: hijau tua, Fase awal: hijau, Pertambahan daun: hijau muda

7 8 9

2 2

Fase akhir: hijau tua, Fase tengah: hijau tua, Fase awal: hijau tua, Pertambahan daun: hijau muda Fase akhir: hijau tua, Fase tengah: hijau tua, Fase awal: hijau tua, Pertambahan daun: hijau muda Fase akhir: hijau tua, Fase tengah: hijau tua, Fase awal: hijau tua, Pertambahan daun: hijau muda, mulai terbentuk bunga

Tabel 2. Faktor koreksi (f) daun pada setiap fase


Awal Berat awal (B0) Berat akhir (B1) F (B1/B0) 0,1 3 0,0 8 0,5 9 0,11 0,07 0,64 0,00 0,00 0,75 0,64 0,42 0,67 Tengah 0,70 0,44 0,63 0,81 0,54 0,66 0,71 0,49 0,69 Akhir 0,57 0,35 0,61 0,45 0,30 0,67

Tabel 3. Pertumbuhan daun pada fase awal


Mingg u ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 p 6,50 9,10 12,0 0 12,1 0 12,1 0 12,1 0 12,1 0 12,1 0 12,1 0 l 2,0 0 2,2 0 4,1 0 4,2 0 4,2 0 4,2 0 4,2 0 4,2 0 4,2 0 f 0,5 9 0,5 9 0,5 9 0,5 9 0,5 9 0,5 9 0,5 9 0,5 9 0,5 9 LAI 7,71 11,8 8 29,1 9 30,1 6 30,1 6 30,1 6 30,1 6 30,1 6 30,1 6 p 6,20 8,00 11,1 0 11,2 0 11,2 0 11,2 0 11,2 0 11,2 0 11,2 0 Fase Awal 2 l F 2,0 0,6 0 4 2,1 0,6 0 4 3,3 0,6 0 4 3,7 0,6 0 4 3,9 0,6 0 4 3,9 0,6 0 4 3,9 0,6 0 4 3,9 0,6 0 4 3,9 0,6 0 4 3 LAI 7,91 10,7 1 23,3 6 26,4 3 27,8 6 27,8 6 27,8 6 27,8 6 27,8 6 p 0,80 4,20 6,30 11,1 0 11,6 0 11,6 0 11,6 0 11,6 0 11,6 0 L 0,1 0 1,6 0 2,0 0 3,5 0 3,8 0 3,8 0 3,8 0 3,8 0 3,8 0 f 0,7 5 0,7 5 0,7 5 0,7 5 0,7 5 0,7 5 0,7 5 0,7 5 0,7 5 LAI 0,06 5,04 9,45 29,1 4 33,0 6 33,0 6 33,0 6 33,0 6 33,0 6

10

Gambar 3. Pertumbuhan daun pada fase awal Tabel 5. Pertumbuhan daun pada fase tengah
Ming gu ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 p 16,0 0 16,1 0 16,1 0 16,1 0 16,1 0 16,1 0 16,1 0 16,1 0 16,1 0 l 4,8 0 4,9 0 4,9 0 4,9 0 4,9 0 4,9 0 4,9 0 4,9 0 4,9 0 f 0,6 7 0,6 7 0,6 7 0,6 7 0,6 7 0,6 7 0,6 7 0,6 7 0,6 7 LAI 51,3 2 52,7 1 52,7 1 52,7 1 52,7 1 52,7 1 52,7 1 52,7 1 52,7 1 Fase Tengah 2 p l f 16,2 5,0 0,6 0 0 3 16,2 5,0 0,6 0 0 3 16,2 5,0 0,6 0 0 3 16,2 5,0 0,6 0 0 3 16,2 5,0 0,6 0 0 3 16,2 5,0 0,6 0 0 3 16,2 5,0 0,6 0 0 3 16,2 5,0 0,6 0 0 3 16,2 5,0 0,6 0 0 3 3 LAI 50,8 6 50,8 6 50,8 6 50,8 6 50,8 6 50,8 6 50,8 6 50,8 6 50,8 6 p 17,0 0 17,1 0 17,2 0 17,2 0 17,2 0 17,2 0 17,2 0 17,2 0 17,2 0 L 5,0 0 5,2 0 5,3 0 5,3 0 5,3 0 5,3 0 5,3 0 5,3 0 5,3 0 F 0,6 6 0,6 6 0,6 6 0,6 6 0,6 6 0,6 6 0,6 6 0,6 6 0,6 6 LAI 56,3 9 58,9 9 60,4 7 60,4 7 60,4 7 60,4 7 60,4 7 60,4 7 60,4 7

Gambar 4. Pertumbuhan daun pada fase tengah

Tabel 6. Pertumbuhan daun pada fase tengah


Mingg u ke1 2 3 4 5 1 p 15,3 0 15,6 0 15,9 0 15,9 0 15,9 l 5,5 0 5,5 0 5,6 0 5,6 0 5,6 f 0,6 9 0,6 9 0,6 9 0,6 9 0,6 LAI 58,0 7 59,2 1 61,4 5 61,4 5 61,4 Fase Tengah 2 p l f 15,0 4,0 0,6 0 0 1 15,0 4,0 0,6 0 0 1 15,1 4,3 0,6 0 0 1 15,1 4,3 0,6 0 0 1 15,1 4,3 0,6 3 LAI 36,6 4 36,6 4 39,6 5 39,6 5 39,6 p 12,0 0 12,0 0 12,0 0 12,0 0 12,0 L 4,5 0 4,5 0 4,5 0 4,5 0 4,5 F 0,6 7 0,6 7 0,6 7 0,6 7 0,6 LAI 36,1 0 36,1 0 36,1 0 36,1 0 36,1

11

6 7 8 9

0 15,9 0 15,9 0 15,9 0 15,9 0

0 5,6 0 5,6 0 5,6 0 5,6 0

9 0,6 9 0,6 9 0,6 9 0,6 9

5 61,4 5 61,4 5 61,4 5 61,4 5

0 15,1 0 15,1 0 15,1 0 15,1 0

0 4,3 0 4,3 0 4,3 0 4,3 0

1 0,6 1 0,6 1 0,6 1 0,6 1

5 39,6 5 39,6 5 39,6 5 39,6 5

0 12,0 0 12,0 0 12,0 0 12,0 0

0 4,5 0 4,5 0 4,5 0 4,5 0

7 0,6 7 0,6 7 0,6 7 0,6 7

0 36,1 0 36,1 0 36,1 0 36,1 0

Gambar 5. Pertumbuhan daun pada fase akhir

Gambar 6. Pertumbuhan rata-rata daun pada fase awal, tengah, dan akhir

Pembahasan Dari tabel 1 di atas diketahui bahwa daun pada fase akhir, dari awal sampai akhir pengamatan tidak berubah warna. Daun pada fase tengah mengalami perubahan warna pada minggu ke-7 pengamatan. Selama 9 minggu pengamatan jumlah daun yang bertambah sebanyak 6 daun. Pada saat munculnya, tunas daun ini dalam kondisi bersetangkup dan menempel. Di akhir pengamatan daun tidak bertambah lagi, tetapi mulai terbentuk bunga. Selama pengamatan tidak didapati daun yang gugur. Pertumbuhan daun pada fase awal mengikuti pola S yaitu memiliki 3 fase pertumbuhan. Pada fase logaritmik ukuran bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu. Ini berarti laju kurva pertumbuhan lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Fase pertumbuhan logaritmik adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang mendatar saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury 1995). Kurva sigmoid ini erat sekali hubungannya dengan pertumbuhan. Umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apikal dari tunas akar. Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap

12

buku atau nodus. Pertumbuhan juga terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium. Pertumbuhan bagian pucuk dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik (embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi sel-selnya, bilamana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga. Pertumbuhan daun pada fase tengah sudah mulai melambat, sedang pada fase akhir tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Indeks luas daun dapat digunakan untuk menggambarkan tentang kandungan total klorofil daun tiap individu tanaman. Permukaan daun yang semakin luas diharapkan mengandung klorofil lebih banyak. Indeks luas daun merupakan hasil bersih asimilasi persatuan luas daun dan waktu. Luas daun tidak konstan terhadap waktu, tetapi mengalami penurunan dengan bertambahnya umur tanaman (Gardner et al., 1991). Intensitas cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan optimum tanaman dengan indeks luas daun yang berbeda beda tergantung tinggi tanaman dan banyaknya sinar matahari yang diterima oleh tanaman tersebut (Gardner et al., 1991). Salah satu faktor lain yang mempengaruhi indeks luas daun adalah ajumlah ketersediaan air yang diterima oleh tanaman. Semakin optimum air yang tersedia, maka semakin maksimal pertumbuhan tanaman dapat tercapai. Selama pengamatan tidak dijumpai daun yang gugur. Sehingga umur daun dari mulai kuncup sampai gugur belum diketahui. Umur daun berkaitan dengan siklus hara. Pada tanaman yang usia daunnya lebih singkat, siklus hara akan berjalan lebih cepat. Daun soka termasuk daun agak lebar dan agak tebal, sehingga diduga umur daunnya pun lebih lama. Jika dilihat dari warna daun dan ukuran daun, soka merah diduga termasuk daun yang intensif dalam melakukan fotosintesis. Potensi tanaman Ixora javanica belum banyak diketahui, hanya diduga memiliki potensi sebagai antitumor. Dilihat dari bunganya yang sering dihinggapi serangga, tanaman ini diduga memiliki potensi nektar yang cukup banyak. Jika benang sarinya dihisap akan terasa manis. Tanaman ini mesih memiliki banyak peluang untuk dikembangkan.

13

KESIMPULAN DAN SARAN


Ixora javanica (Blume) DC. memiliki pola pertumbuhan mengikuti kurva S. Pada fase logaritma, pertumbuhan daun berjalan lambat, pada fase eksponensial, pertumbuhan daun mengalami percepatan yang signifikan, pada fase senesen, daun hampir tidak mengalami pertumbuhan lagi. Usia daun Ixora javanica lebih dari 9 minggu. Diduga siklus hara dari tanaman ini berjalan agak lambat. Perlu dilakukan banyak pengamatan dan penelitian pada tanaman Ixora javanica karena informasi mengenai tanaman yang berasal dari Indonesia ini masih belum banyak diketahui, terutama terkait dengan perannya dalam ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh Susilo H: Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 428 p. [PROSEA] Plant Resources of South-East Asia. 1999. Medicinal and Poisonous Plants I 12(1). de Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ, editors. Leiden: Backhuys Publishers. p:314-315. Salisbury FB. 1995. Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Bandung: ITB. www.plantamor.com/index.php?plant=722 [diakses Juni 2010].

Anda mungkin juga menyukai