Anda di halaman 1dari 20

JAMUR TIRAM Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas

Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.[1] Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.[2]

Karakteristik
Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.[2] Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.[1] Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-113-4 m serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.[1] Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[3] Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.[3] Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[4] Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.[4]

Siklus hidup
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual.[5] Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. [6] Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa.[6] Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium.[6] Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid.[6] Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik.[7] Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk.[8] Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium.[7] Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada

basidium.[7] Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela).[6] Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion.[6] Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus).[6] Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion).[6] Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur.[6] Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk.[6]

Syarat pertumbuhan
Dalam menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab jerami yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis.[4] Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang digunakan tidlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.[4] Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya.[4] Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik.[4]

Habitat alami jamur tiram Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu.[4] Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.[4] Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar.[4] Pada masa pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya

ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar.[4] Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70 %.[4] Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.[4] Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembaban 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC.[4] Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram.[4] Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat.[4] bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri.[4] Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat).[4] Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl.[1] Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.[4]

Kandungan gizi
Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.[9] Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori.[10] Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan protein.[10] Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.[10] Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium.[10][11] Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh.[10] Serat jamur sangat baik untuk pencernaan.[10] Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 persen sehingga cocok untuk para pelaku diet.[12][10] Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.[10] Protein rata-rata 3.5 4 % dari berat basah.[10] Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering.[10] Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.[10] Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%.[10] Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.[10] 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya.[10] 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak.[10]

Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi.[10] Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium.[10] Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb.[10] Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%.[10] Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.[10]

Manfaat

Jamur tiram sebagai bahan makanan Jamur tiram juga memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan kolesterol, sebagai antibakterial dan antitumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidasi.[8] Selain itu, jamur tiram juga dapat berguna dalam membunuh nematoda[3] Jamur tiram ini memiliki manfaat kesehatan diantaranya, dapat mengurangi kolesterol dan jantung lemah serta beberapa penyakit lainnya. Jamur ini juga dipercaya mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit seperti penyakit lever, diabetes, anemia.[13][10] Selain itu jamur tiram juga dapat bermanfaat sebagai antiviral dan antikanker serta menurunkan kadar kolesterol.[13][10] Di samping itu, jamur tiram juga dipercaya mampu membantu penurunan berat badan karena berserat tinggi dan membantu pencernaan.[10] Jamur tiram ini mengandung senyawa pleuran yang berkhasiat sebagai antitumor, menurunkan kolesterol, serta bertindak sebagai antioksidan.[10] Adanya polisakarida, khususnya Beta-D-glucans pada jamur tiram mempunyai efek positif sebagai antitumor, antikanker, antivirus (termasuk AIDS), melawan kolesterol, antijamur, antibakteri, dan dapat meningkatkan sistem imun.[10][13] Pada jamur tiram, produk ini disebut sebagai plovastin yang di pasaran dikenal sebagai suplemen penurun kolesterol (komponen aktifnya statin yang baik untuk menghambat metabolisme kolesterol di dalam tubuh manusia).[11][13] Dilihat dari kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram maka bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi.[10] Adanya serat yaitu lignoselulosa baik untuk pencernaan.[10] USDA (United States Drugs and Administration) yang melakukan penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan yang mengandung jamur tiram.[14] Sehingga mereka berpendapat bahwa jamur tiram dapat menurunkan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterol.[14][15] Di Jepang saat ini sedang diteliti potensi jamur tiram sebagai bahan makanan yang dapat mencegah timbulnya tumor.[10]

Budidaya
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[5] Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.[4] Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[5] Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam.[5] Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit.[5] Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30 C.[4] Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini tergolong sederhana.[5] Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.[4]

Media tanam dan komposisi


Media tanam Pleurotus ostreatus yang digunakan adalah jerami yang dicampur dengan air, dedak 10% dan kapur 1%.[16] Fungsi dari jerami adalah sebagai bahan dasar dari pertumbuhan jamur.[16] Jerami mengandung lignin, selulosa, karbohidrat, dan serat yang dapat didegradasi oleh jamur menjadi karbohidrat yang kemudian dapat digunakan untuk sintesis protein.[16] Air pada jerami berfungsi sebagai pembentuk kelembapan dan sumber air bagi pertunbuhan jamur.[16] Dedak dan kapur merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus ostreatus.[16] Dedak ditambahkan pada media untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen.[16] Kapur merupakan sumber kalsium bagi pertumbuhan jamur.[5] Selain itu juga kapur berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur.[16]

Media lain
Selain jerami, media lain yang dapat digunakan seperti media serbuk gergaji yang mengandung selulosa, lignin, pentosan, zat ekstraktif, abu, jerami padi, media limbah kapas, alang-alang, daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, gabah padi, dan lain sebagainya.[12] Tetapi, tetap saja pertumbuhan yang paling baik ada di media serbuk gergaji dan merang.[12] Penyebabnya adalah karena jumlah lignoselulosa, lignin, dan serat pada serbuk gergaji dan merang memang lebih tinggi.[12] Sebagai contohnya dalam pembuatan media jerami padi, bahan-bahan yang digunakan adalah 15-20% jerami padi, 2.5% bekatul kaya karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek yang bisa mempercepat pertumbuhan dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur, 1-1.5% kalsium karbonat atau kapur menetralkan media sehingga dapat ditumbuhi oleh jamur (pH 6,8 7,0).[12] Selain itu, kapur juga mengandung kalsium sebagai penguat batang / akar jamur agar tidak muda rontok.[12] 0.5% gips dapat memperkokoh struktus suatu bahan campuran, dan terakhir 0.25% pupuk TS sebagai nutrisi.[12][1]

Metode budidaya
Budi daya jamur tiram menggunakan substrat jerami dengan tahapan sebagai berikut: pembuatan media tanam dilakukan dengan memotong jerami menjadi berukuran 1-2 cm.[5] Rendam

jeraminya selama semalaman.[5] Setelah itu, ditiriskan airnya sebelum ditambahkan dedak 10% dan kapur 1% sebagai zat hara pertumbuhan jamur.[5] Semua bahan diaduk rata dan campuran bahan tadi dimasukkan ke dalam plastik yang tahan panas hingga terisi 2/3 bagian.[5] Baru kemudian dipadatkan (dipukul-pukul dengan botol kaca).[5] Setelah cukup padat, leher plastik bagian atas dimasukkan pipa paralon dan dibagian tengah media subtrat diberi lubang dan ditancapkan tips.[5] Selanjutnya ditutupi dengan kapas lalu media substrat dilapisi dengan kertas dan diikat dengan karet.[5] Media tersebut disterilisasi pada 121C selama 20 menit di dalam autoklaf untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminan yang tumbuh yang mungkin akan mengganggu pertumbuhan jamur.[5] Setelah steril, media substrat dibuka secara aseptis, lalu tips di tengah-tengah media dan kapas diambil dengan pinset steril.[5] Lubang yang terbentuk diisi dengan bibit jamur tiram yang ditumbuhkan pada biji sorgum pada botol (aseptis).[5] Lalu media ditutup kapas lagi dan dibungkus dengan kertas.[5] Media substrat diinkubasi pada suhu ruang selama beberapa minggu hingga tumbuh miselium.[5] Setelah tumbuh miselium, kapas pada media dibuang dan media dibiarkan terbuka.[5] Semprotkan air setiap hari pada tempat pertumbuhan jamur agar kondisi sekitar lembab dan mendukung pertumbuhannya.[5] Tubuh buah jamur akan tumbuh secara perlahan-lahan ketika media lembab dalam waktu sekitar 1 bulan lebih.[5] Tubuh buah yang sudah cukup besar diambil dan ditimbang untuk diamati pertumbuhannya setiap minggu.[5]

Berbudidaya jamur tiram di lahan terbatas


Seringkali kami ditanya, berapa jumlah baglog jamur tiram yang kami kelola..? Kalau saat ini, kumbung yang wajib kami isi secara berkala berjumlah total kurang lebih 26.000baglog. Perinciannya: Kumbung di Dusun Junggo Desa Tulungrejo= Kumbung 1= 9000 baglog, kumbung 3= 5000 baglog, untuk kumbung 2 dan 4 dikarenakan masa sewa dan kondisi sudah rusak, tidak kami isi, lalu kumbung di Malang= Kumbung Bpk Imam = 7000 baglog, Kumbung Ibu Ita= 3000 baglog, Kumbung Bpk. Adam= 2000 baglog, totalnya = 26.000 baglog, jika Kumbung di Junggo no 3 dan no 4 bisa diisi kembali, maka kapasitasnya + 16.000baglog. Memang bukan jumlah yang luar biasa, tapi lumayan saja.. Pada awalnya kami memang membeli baglog jamur tiram untuk pengisian kumbung-kumbung tersebut, tetapi dikarenakan penjadualan dari produsen baglog tidak bisa dipastikan, akhirnya kami memilih untuk memulai merintis untuk pembuatan media baglog jamur tiram putih secara mandiri.. Yang kemudian sering jadi pertanyaan, berapa luas pabrik/tempat budidaya jamur tiram putih untuk membuat baglog yang kami miliki..? Jawaban kami= kami ini hanya memproduksi baglog jamur tiram putih di garasi rumah saja.. Perinciannya =
y

Tempat mencampur dan logging di garasi 3x 10 = m2, sudah termasuk tempat steamer dan boiler.

y y

Ruang inokulasi = 3 x 5 = 15m2 Ruang inkubasi = 3 x 5 = 15m2

Tempat menyimpan pasokan gergajian = 3 x 5 = 15 m2

Totalnya = hanya 75 m2 saja..!! Dari lokasi itu, penjadualan kerja kami adalah untuk produksi normal 6000 baglog, 20 botol PDA, 100 botol F1, dan 1000 botol F2 per bulan Jika harus dilembur karena pesanan tambahan max bisa sekitar 8000 baglog, untuk bibit PDA, F1, F2 tetap. Bagaimana bisa memproduksi baglog dengan jumlah segitu di lahan yang terbatas..?? Untuk itu memang perlu direncanakan dan direkayasa teknik budidaya jamur tiram putih yang efisien.. Bagaimana caranya..? Pertama kita hitung dan rencanakan dengan benar kapasitas baglog yang akan kita buat dan kita layani. Misalnya kami tadi sekitar 26.000 baglog totalnya.

Kedua, hitung kebutuhan baglog itu per bulannya dengan membagi jumlah total baglog dengan jumlah bulan efektif produksi yaitu sekitar 4 bulan. Jadi 26.000 / 4 = 6500 per bulan. Ketiga, rencanakan kapasitas produksi harian. Misal dalam 6 hari membuat 1500 atau 2000 baglog. Dari sinilah kita atur sistem sterilisasinya. Pada tempat kami, untuk memproduksi sejumlah itu, berarti harus membuat sistem yang bisa memproduksi minimal 750 baglog dalam sekali proses. Dengan jumlah itu, berarti tidak mungkin membuatnya dengan sistem drum, karena akan memakan tempat. Lalu direncanakan dengan sistem steamer beton dan boiler sebagai alat penghasil steamnya. Keempat, kita analisa lokasi, dan infrastruktur yang kita miliki, lalu sesuaikan dengan jumlah itu. Dalam proses ini jika lokasi bisa diatur tata letaknya untuk memproduksi, ya langsung jalankan saja. Jika kurang memadai, harus mengatur dengan mengurangi kapasitas produksi. Nah.., dengan merencanakan dengan baik dari awal kapasitas produksi yang akan kita buat, InsyaALLAH penjadualan pengisian kumbung bisa dilaksanakan dengan baik. Secara visualnya bisa dibuktikan dalam dokumentasi berikut ini:

Proses storage untuk penyimpanan serbuk gergajian, pada proses ini, serbuk gergajian kami
campur dengan kapur sejumlah 1%, selanjutnya kami biarkan selama minimal 2-3 pekan agar sedikit melapuk.

Pencampuran serbuk gergajian dengan kapur

Proses mencampur media. Pada proses ini serbuk gergaji dicampur dengan bahanbahan lain seperti kalsium 1%, bekatul 15%, molase sekitar 1% dan juga penambahan kadar airnya.

Pencampuran media dengan bekatul

Pengayakan agar terpisah dengan gradasi yang terlalu besar

Proses logging dan pemadatan. Pada proses ini media dimasukkan ke dalam pastik
baglog yang ukuran umumnya adalah plastik 18x35cm. Berat media rata-rata yang ingin dicapai adalah sekitar 1,35kg. Untuk itu agar volume media yang masuk ke dalam baglog bisa agak banyak, perlu dilakukan proses pemadatan.

Proses logging, memasukkan media ke dalam baglog

Proses pemadatan

Proses sterilisasi pada steamer. Proses ini adalah proses utama yang sangat penting
untuk dicapainya sebuah keberhasilan. Pada proses ini hendaknya dicapai suhu media hingga 100 derajat C agar bisa mematikan bakteri yang ada di dalamnya. Jika ingin memproduksi baglog dalam jumlah yang cukup banyak dalam sekali proses sterilisasi, harus digunakan peralatan yang memadai.

Salah satu media dalam steamer harus ditancapkan termometer sebagai indikator nantinya

Proses sterilisasi menggunakan steamer beton dengan boiler sebagai alat penghasil uap panas/steam nya

Proses sterilisasi harus sampai suhu media mencapai 100 derajat C

Proses inokulasi, yaitu memasukkan bibit F2 ke dalam media baglog yang telah
disterilisasi tadi, pada proses ini hendaknya dilakukan di ruang tertutup dan steril.

Proses inokulasi

Proses inkubasi, karena keterbatasan tempat, kami hanya menyimpan baglog di ruang
inkubasi selama 1 pekan saja, Alhamdulillah miselium sudah memanjang kurang lebih 20%-30% dan bisa dipindah ke kumbung produksi..

Inkubasi dengan sistem tidur untuk efisiensi tempat

Dalam bisnis jamur tiram putih yang benar-benar harus diperhatikan adalah kita ingin berbisnis ini pada kapasitas berapa..? Jika baglog yang akan kita kelola jumlahnya sudah diatas 7000baglog, sebenarnya sudah layak untuk berbudidaya dengan membuat baglog sendiri. Apalagi yang sudah diatas 10.000baglog. Kenapa..? Karena profit dan jadual pengisian kumbung bisa diatur sesuai rencana. Bandingkan dengan membeli baglog, penjadualan belum tentu bisa diatur dengan baik (karena pemesanan baglog seringkali terlambat) dan juga harga baglog tentu lebih tinggi daripada memproduksi sendiri..

Untuk berbisnis jamur tiram putih dengan membeli baglog, sebenarnya hanya layak dilakukan jika kita tidak terlalu serius di bisnis ini. Dalam artian kita hanya memperlakukan bisnis jamur tiram sebagai sambilan saja. Simulasinya adalah sebagai berikut= Kita membeli baglog sejumlah 1000 buah dengan harga 1900/baglog, jadi modalnya Rp. 1.900.000,-. Lalu target panen kita adalah 390kg dengan harga jual Rp.8500, berarti hasil penjualan kotornya adalah = Rp. 3.315.000,-, dipotong modal, kita mendapat keuntungan bersih = Rp. 1.415.000,-. atau = kurang lebih mendapatkan hasil Rp. 353.000 per bulan. Nah, kerja merawat 1000baglog itu tentu tidak perlu membayar orang, itu dengan santai sekali bisa kita lakukan sendiri, karena waktu kerjanya ya hanya maksimal 1jam saja per hari.... Penjualannya pun tentu tidak terlalu sulit, karena biasanya dengan kapasitas itu hanya habis di tetangga saja, malahan seringkali harga jual rata-rata bisa 10.000 per kg.. Jadi bisnis ini hanya diberlakukan sebagai sambilan santai saja.. Nah, jika sudah merencanakan bisnis hingga 10.000baglog, lalu kita menyewa lahan dan membayar tenaga kerja, tentunya profit yang didapat akan sedikit saja jika kita membeli baglog. Untuk mendapatkan profit yang lumayan, tentunya kita harus mulai merintis untuk membuat baglog secara mandiri.. Dan.. itulah yang kami lakukan, karena kami sendiri menghitung, dalam mengelola lebih dari 20.000 baglog dengan harga jual jamur rata-rata Rp. 8000/kg, lahan masih sewa, dan harus membayar tenaga kerja untuk biaya perawatan, bisnis ini tidak layak dilakukan jika harus membeli baglog, karena kami tidak bisa mengatur jadual pengisian kumbung dengan produsen baglog, dan share profit jika membeli baglog jamur juga lebih sedikit daripada jika kita bisa memproduksi baglog secara mandiri.. So.. semangat..!!! Bagi yang sudah menjalankan bisnis ini diatas 7000baglog, ayo mulai merintis untuk membuat baglog sendiri.. Bismillah.. InsyaALLAH pasti bisa kog.. Karena kami pun dulu hanya coba-coba saja dan Alhamdulillah diberi kemudahan oleh ALLAH SWT Diposkan oleh Fithrawan Satriyanto ,ST di 11:09 3 komentar Label: Tip dan trik pembuatan baglog jamur

Selasa, 03 Mei 2011


Pentingnya manajemen pembibitan jamur tiram putih

Dalam posting sebelumnya sudah sering kami bahas bahwa yang sangat mempengaruhi kualitas baglog jamur tiram adalah kualitas dari bibit yang menginokulasikannya. Bibit yang berkualitas itu harus dimulai dari indukan, PDA, F1, dan F2 yang berkualitas.

PDA terpilih dengan perkembangan miselium terbaik

Namun, seringkali hal ini sedikit terlupakan bagi pebudidaya jamur tiram putih. Mengapa demikian? Karena pada umumnya pebudidaya terlalu fokus dan keasyikan dalam membuat serta memproduksi baglog jamur tiram, nah saat pekerjaan yang terkadang dikejar jadual dan pemesanan yang banyak tersebut, ketersediaan bibit F2 untuk inokulasi baglog nanti sering kelupaan.

Stok F2 harus selalu dicek, pembuatan rutin bisa lebih menjamin kualitas bibit karena dalam memproduksi baglog, kita juga memerlukan waktu

Jadinya bagaimana..? Jika kurang terjadual dengan baik, terkadang pebudidaya sudah terlanjur melakukan proses sterilisasi baglog jamur tiram, namun bibit F2 yang ada kurang atau bahkan tidak ada sama sekali..? Terus akhirnya.., senggol sana senggol sini, dan yang lebih parahnya, ada juga yang kemudian masuk ke dalam kumbung produksi, lalu memilih baglog yang miselia putihnya bagus, selanjutnya digunakan untuk pembibitan inokulasi..

Salah satu persyaratan untuk kualitas bibit F2 yang baik adalah dalam 7 hari, perkembangan miselia telah mencapai 2,5cm dengan warna putih tebal yang homogen hingga penuh

Kualitasnya bagaimana..? yaa.., jangan ditanya, dengan posisi itu jangan heran bentuk jamur, karakter panen, dan jumlahnya selanjutnya tidak sesuai target yang diharapkan.. Nah.., untuk mengatasi kasus-kasus seperti ini, manajemen pembibitan kiranya perlu sekali untuk diperhatikan secara serius.. Lalu, apa kata kunci bagi manajemen pembibitan yang baik..? Sederhana sekali ternyata.., yaitu RUTIN dan WAKTU. Itu saja.. RUTIN Maksud dari kata kunci ini adalah, dalam pembuatan bibit jamur tiram mulai PDA, F1, dan F2, yang dibutuhkan hanyalah ketekunan, rutinitas yang terjaga, dan kontrol kualitas yang baik. Lebih baik membuat bibit itu adalah sedikit tapi rutin, dari pada sekali tapi langsung banyak.., karena seringkali banyak (kuantitas) itu melupakan kontrol, sehingga kualitas menjadi kurang terjaga dengan baik. WAKTU Maksudnya adalah, baik bibit PDA, F1 maupun F2, memiliki durasi waktu pemanjangan miselia yang berbeda. Masing-masing waktu itu harus diperhatikan dengan seksama, karena itu menyangkut kualitas nantinya. Selain itu, masing-masing bibit juga memiliki waktu kadaluarsa, yang menyebabkan semua durasi itu harus tercatat dan diperhatikan dengan baik. Selanjutnya, apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses inokulasi agar kualitas baglog tetap bisa terjaga dengan baik..? Untuk itu beberapa poin berikut bisa menjadi perhatian: Memperhatikan jumlah bibit yang digunakan untuk inokulasi Sebelum membahas mengenai kebutuhan bibit, dan manajemennya, mari kita review sedikit mengenai inokulasi. Ini sangat penting karena menyangkut kualitas miselia yang akan dihasilkan oleh baglog nantinya.

Dalam persyaratan yang diberikan, pemberian bibit saat inokulasi adalah sebanyak 0,8% - 1,3% dari berat media yang akan dibuat. Pada umumnya pebudidaya menggunakan plastik berukuran 18x35cm yang memiliki berat sekitar 1,35kg - 1,4kg per baglog. Ini artinya jumlah bibit yang harus diinokulasikan ke dalam baglog adalah sejumlah: Minimal kurang lebih 11gram per baglog Maksimal kurang lebih 18 gram per baglog

Jumlah yang di Inokulasi ke baglog kurang lebih 11gram - 18gram

Nah, jika bibit F2 yang digunakan menggunakan media gergajian dalam botol ex saus, maka jika dirata-rata, per botolnya akan menghasilkan minimal 20 baglog, maksimal 30 baglog. Ini perlu untuk dijelaskan, karena jangan sampai kita terlalu irit dalam menggunakan bibit F2 dalam inokulasi, karena akan berpengaruh dalam perkembangan miselia.

Inokulasi bibit F2 yang baik akan cepat menghasilkan pertumbuhan miselia pada baglog, hal ini akan tampak pada waktu 24-48 jam setelah inokulasi

Selain itu ini juga untuk lebih memahamkan bahwa tidak sama bibit yang diberikan pada baglog ukuran 1,4kg dengan baglog berukuran berat 2kg. Memperhatikan waktu/saat inokulasi yang pas

Waktu inokulasi atau pemberian bibit pada baglog yang terbaik setelah proses sterilisasi di dalam steamer adalah pada suhu kurang lebih 38 derajat C. Waktu ini didapatkan pada kurang lebih 12 jam setelah baglog dikeluarkan dari ruang steamer.

Baglog setelah dikeluarkan dari steamer, membutuhkan waktu pendinginan sekitar 12 jam sebelum siap di inokulasi bibit F2

Yang perlu diperhatikan adalah, jangan memberikan bibit saat baglog masih terlalu panas, namun juga tidak boleh saat baglog sudah terlalu dingin. Maksimal waktunya adalah 24 jam setelah dikeluarkan dari steamer. Jika baglog terlambat diinokulasi setelah keluar dari steamer, dikhawatirkan terjadi kegagalan. Memperhatikan usia bibit F2 yang digunakan untuk inokulasi Dalam pengamatan kami, bibit F2 yang terbaik untuk inokulasi adalah bibit yang miseliumnya telah mencapai 100% +2-3 hari. Saat itu miselium dalam botol F2 telah tercapai puncak kematangannya. Bibit F2 bisa dikatakan expired atau kurang bagus untuk digunakan adalah bibit F2 yang setelah mencapai 100% miselium +3pekan. Atau bibit F2 yang telah tumbuh jamurnya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar kita selalu mendapatkan bibit F2 dengan kualitas terbaik saat inokulasi. Ok, setelah memperhatikan 3 hal tersebut, saatnya kita mengatur dengan benar manajemen pembibitannya. Untuk itu yang perlu diperhatikan adalah: 1. Perhatikan lamanya waktu pembentukan miselia pada PDA, F1, dan F2. Ini sudah kami bahas pada posting mengenai memperhatikan durasi pembentukan miselia. Ini sangat penting, karena dari sinilah penjadualan pembibitan akan diatur waktunya. 2. Hitung dengan benar kapasitas produksi pembuatan baglog Anda, misalnya 500 baglog per hari, 1000 baglog per hari, dan seterusnya. Dengan itu prediksikan berapakah produksi baglog per pekannya dan selanjutnya per bulan.

3. Selanjutnya sesuaikan dengan benar kebutuhan bibit F2 kita berdasarkan hitungan produksi tadi dengan waktu durasi pemanjangan miselia pada PDA, F1, dan F2. Ini sangat penting agar kita selalu mendapatkan bibit F2 dalam kondisi yang terbaik untuk inokulasi. Tidak terlalu muda, tidak pula expired/kadaluarsa atau terlalu tua untuk inokulasi. Setelah memperhatikan tiga poin tersebut, mari kita perhatikan lagi poin perkembangan miselia berikut:
y y y

Perkembangan miselia PDA pada botol UC1000 adalah: miselia mencapai 100% dalam waktu kurang lebih 10 hari, dan akan kadaluarsa dalam waktu 1 bulan kemudian. Perkembangan miselia F1 media jagung pada botol ex saus akan mencapai 100% dalam waktu kurang lebih 20 hari, dan akan kadaluarsa dalam waktu 3 pekan berikutnya. Perkembangan miselia F2 media jagung pada botol ex saus akan mencapai 100% dalam waktu kurang lebih 20 hari, dan akan kadaluarsa dalam waktu 3 pekan berikutnya.

Perkembangan miselia F2 media gergajian pada botol ex saus akan mencapai 100% dalam waktu kurang lebih 30 hari, dan akan kadaluarsa dalam waktu 2 pekan berikutnya.

Memperhatikan durasi pemanjangan miselia bibit media jagung

Memperhatikan durasi pemanjangan miselia bibit media gergajian

Nah, setelah memperhatikan perkembangan miselia tersebut, dapat kita atur dengan baik bagaimana manajemen pembuatan bibit mulai PDA, F1, dan F2 agar selalu didapatkan kualitas F2 yang terbaik pada saat digunakan untuk inokulasi baglog jamur tiram putih nantinya. Untuk itulah diperlukan penjadualan kerja dalam pembuatan bibit, dan setiap bibit juga perlu diberi label dengan isi jenis, generasi, media yang digunakan, dan tanggal inokulasi. Hal ini sangat penting agar kita bisa menentukan saat yang tepat dalam penggunaan bibit jamur tiram

putih nantinya.
Pemberian label pada bibit F1 dan F2 penting dalam manajemen pembibitan

Dalam pengalaman kami yang hanya mengerjakan kurang lebih 10.000 baglog tiap bulannya, pembuatan PDA cukup dilakukan 1-2 kali per bulannya. Pembuatan bibit F1 dibuat tiap pekan, dan bibit F2 dibuat sepekan 2kali. Jumlah disesuaikan kapasitas produksi. Tapi seperti keterangan sebelumnya, yang penting rutin walau sedikit, itu justru lebih baik hasilnya..

Anda mungkin juga menyukai