Khutbah I
Ulama berbeda pendapat dalam memaknai ayat ini: Malam yang sepuluh itu ialah
malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan. Dan adapula yang mengatakan
sepuluh yang pertama dari bulan Muharram,termasuk di dalamnya hari ‘Asyura.
Sedangkan Imam Suyuthi mengatakan bahwa malam sepuluh itu ialah sepuluh
malam pertama bulan Dzulhijjah.
Pendapat mengenai sepuluh malam Dzulhijjah dalam Surat Al Fajr ditegaskan pula
oleh Syaikh Muhammad bin Nashiruddin Addimasyqi Asy Syafi’i: “Ayat walayalin
‘aysr menggunakan kalimat nakirah (umum) karena malam-malam itu adalah
paling utamanya malam dalam setahun. Maka pendapat bahwa itu sepuluh malam
Dzulhijjah sangat sohih dan masyhur.
Para ulama menjelaskan bahwa fajar itu adalah fajar hari Arafah dan yang
dimaksud malam sepuluh adalah sepuluh malam Dzulhijjah.
Salah satu pesan penting yang dapat kita ambil dari peristiwa ‘Idul Adha ini adalah
mengenai khutbah Rasulullah Muhammad ﷺsaat berkhutbah di depan para
shahabatnya.
عن ابن عباس رضي اهلل عنه ان رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم خطب الناس يوم النحر
يا ايها الناس اي يوم هذا؟ قالوا يوم حرام قال فاي بلد هذا؟ قالوا بلد حرام قال: فقال
ق ال ف ان دم اءكم وام والكم واعراض كم عليكم ح رام.ف اي ش هر ه ذا ق الوا ش هر ح رام
كحرمة يومكم هذا يف بلدكم هذا ويف شهركم هذا
Artinya: Hadits dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah ﷺberkhutbah
kepada para umatnya pada hari ‘Idul Qurban. Nabi bersabda: “Wahai para
manusia, hari apakah ini? Mereka menjawab: Ini ini haram. Wahai para manusia,
negara apakah ini? Mereka menjawab: Ini negara haram.Wahai para manusia,
bulan apakah ini? Mereka menjawab: Ini bulan haram.” Nabi Muhammad
bersabda lagi: “Sesungguhnya darahmu, hartamu dan anggota tubuhmu itu haram
sebagaimana keharaman hari ini, di negara ini dan bulan ini. (HR Imam Bukhari)
Kalimat Rasulullah dalam khutbah itu diulang-ulang dan dilanjutkan dengan doa
dan penegasan bahwa khutbah itu sebagai wasiyat pada umatnya. Bahkan Nabi
Muhammad ﷺmenegaskan bahwa sudah tidak ada lagi pertumpahan darah
antara umat Islam dengan kaum kafir setelah hari ‘Idul Qurban itu.
Dari hadits tersebut di atas, sebagai umat Islam yang merasakan nikmatnya hidup
di Indonesia yang telah merdeka 73 tahun, dapat mengambil tiga pesan Rasulullah
dimaksud:
Pertama, seorang pemimpin umat Islam harus berkomunikasi dan selalu
membimbing umatnya. Salah satu cara komunikasi itu yakni dengan mengingatkan
betapa pentingnya hari dan bulan yang mulia dan diharamkan oleh Allah.
Memperingati hari dan bulan haram adalah dengan melaksanakan sunnah
Rasulullah: berpuasa, bertaqarrub dan beramal sosial secara istiqamah. Dan di
bulan haram, tidak diperbolehkan perang (beradu fisik dan menebar fitnah)
Kedua, di dalam sebuah kemulian ada tempat hidup yang selalu digunakan untuk
beribadah, Nabi menyebutnya dengan kata balad. Kata balad dalam Kamus Al
Munawwir karya KH Ahmad Warson Munawwir yang telah dikoreksi KH Ali
Ma’shum dan KH Zainal Abidin Munawwir bermakna: daerah, negeri, desa,
kampung, tanah air.
Jika Nabi Muhammad ﷺmenyebut kata balad dalam khutbah ‘idul adha, maka
perlu kita ambil hikmah bahwa betapa cintanya Nabi Muhammad kepada tanah
airnya sesuai dengan firman Allah:
Dan ketiga, betapa pentingnya menjadikan Islam sebagai agama yang mendorong
lahirnya perdamaian, bukan agama kekerasan penuh peperangan. Sejarah perintah
berqurban kepada Nabi Ibrahim yang diminta menyembelih putranya (Nabi Ismail)
dan kemudian diganti domba adalah sebuah bukti bahwa Islam sangat melindungi
hak asasi manusia dan cinta perdamaian.
َ ُالس ْع َي قَ َال يَا بُيَنَّ ِإيِّن ََأر ٰى يِف الْ َمنَ ِام َأيِّن َأ ْذحَب
ك فَ انْظُْر َم ا َذا َت َر ٰى ۚ قَ َال يَا َّ َُفلَ َّما َبلَ َغ َم َع ه
ِ َّ ت ا ْف َعل ما ُتْؤ مر ۖ ستَ ِج ُديِن ِإ ْن َشاء اللَّهُ ِمن ِ َأب
َ الصاب ِر
ين َ َ َ َُ َ ْ َ
Syaikh Utsman bin Hasan Al Khaubawi dalam kitab Durratun Nashihin memberikan
penjelasan bahwa perjalanan Nabi Ibrahim dari negeri Syam hingga Makkah dalam
mengikuti perintah Allah diabadikan dalam rangkaian ibadah sunnah puasa
Tarwiyah (yataraw, memikirkan diri atas mimpi menyembelih anaknya) dan puasa
Arafah (‘arafa, tahu dan yakin bahwa mimpi itu dari Allah). Arafah juga menjadi
tempat puncak ibadah haji. Dan kemudian hari kesepuluh Dzulhijjah menjadi
penyembelihan (nahr). Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Rasa syukur Nabi
Ibrahim atas tidak jadinya menyembelih putranya, diganti dengan menyembelih
1.000 kambing, 300 lembu dan 100 unta demi taat kepada Allah. Jelas sekali
bahwa qurban ini menjadi ibadah sosial yang sangat mengangkat derajat para
peternak hewan dan menjadi bukti emansipasi kepada kaum dlu’afa yang
menerima manfaat pembagian daging qurban.
Hal terpenting lainnya adalah tentang memanusiakan bangsa dengan cara yang
tepat mencintai tanah air (hubbul wathan). Kita tahu bahwa Makkah yang
disanjung oleh Nabi Muhammad sebagai titik sejarah peradaban. Bahkan di
sekeliling Ka’bah (antara hajar aswad, makam Ibrahim dan sumur Zamzam) ada
makam Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Syu’aib, Nabi Shalih dan 99 Nabi lainnya (kitab
Manasik Hajikarya Syaikh Shalih bin Umar Assamarani).
Dengan cara Nabi mencintai Makkah dan Madinah, maka kita pun bangsa
Indonesia juga sangat perlu mencintai negeri tanah air ini dengan menjadikan
negeri yang damai, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Nabi Muhammad
menyempurnakan syariat Islam dengan kesempurnaan iman melalui cinta tanah
air. Termasuk di usia 30 tahun, Nabi Muhammad berhasil menyatukan Makkah
dengan peletakan hajar aswad di samping pintu Ka’bah.
Demikian khutbah singkat ini kami sampaikan. Dengan semangat ‘Idul Adha, mari
kita tetap teguhkan bahwa agama Islam yang kita anut menjadi Islam rahmatan lil
‘alamin, agama penebar kasih sayang. Dan mari kita isi, hari demi hari hidup di
Indonesia dengan teguh memegang ajaran agama Islam dan cinta tanah air dalam
rangka menyempurnakan keimanan kita.
جعلنا اهلل وإياكم من والفائزين االمنني وادخلنا واياكم يف زمرة عباده الصاحلني اعوذ
باهلل من الشيطان الرجيم وقال اين ذاهب اىل ريب سيهدين رب هب يل من الصاحلني وقل
رب اغفر وارحم وانت خري رامحني
Khutbah II