Anda di halaman 1dari 43

STUDI MANAJEMEN TRAFO

UNIT LAYANAN PELANGGAN (ULP)SUNGGUMINASA


PT. PLN (PERSERO)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

MUSFIRA TAHIR
321 19 086

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2022
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sistem keandalan penyaluran tenaga listrik yang diperhatikan

adalah kualitas tegangan yang baik dan stabil, karena meskipun kelangsungan

suplai energi listrik dapat diandalkan, namun tetap akan terjadi jatuh tegangan.

Oleh karena itu, konsumen yang letaknya jauh dari titik pelayanan akan

cenderung menerima tegangan reatif lebih rendah bila dibandingkan dengan

tegangan yang diterima konsumen yang letaknya dekat dengan pusat pelayanan.

Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu

penghantar. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding

lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas

penampang penghantar. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam persen

atau dalam besaran volt. Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh

kebijaksanaan perusahaan kelistrikan. Perhitungan jatuh tegangan praktis pada

batas-batas tertentu dengan hanya menghitung besarnya tahanan masih dapat

dipertimbangkan (PT. PLN (Persero).

Sistem ketenagalistrikan terus mengalami perkembangan, salah satunya

adalah penambahan pelanggan atau beban energi listrik dari tahun ke tahun.

Sistem pendistribusian tenaga listrik memerlukan keandalan tinggi. Akan tetapi,

sering terjadi permasalahan yang timbul pada pendistribusian ketenagalistrikan.

Salah satunya adalah pembebanan trafo distribusi yang sudah melebihi kapasitas

atau dapat dikatakan transformator overload jika kapasitas pembebanannya lebih

1
dari 80%. Overload pada transformator distribusi menyebabkan drop (jatuh)

tegangan, dan drop tegangan ini akan ditransfer menjadi panas pada belitan dan

pada inti trafo. Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, maka isolasi cair

dan isolasi padat transformator mengalami panas yang berlebihan, dan dapat

memperpendek umur isolasi trafo., bahkan trafo dapat mengalami kerusakan total.

Terdapat dua metode alternatif untuk mengatasi permasalahan

transformator overload, yaitu dengan metode pemasangan transformator sisipan

dan uprating (meningkatkan kapasitas) transformator. Ketidakoptimalan kerja

sebuah transformator distribusi akibat beban lebih mengakibatkan mutu layanan

kepada konsumen PT. PLN (Persero) berkurang.Hal itulah yang terjadi pada

transformator distribusi GT. SRI024 dengan kapasitas 200 kVA yang mengalami

beban lebih sebesar 122,3% dan mengakibatkan terjadinya drop tegangan di

ujung sisi pelanggan melebihi ketentuan regulasi dari PLN (SPLN No. 1 Tahun

1995) bahwa variasi tegangan pelayanan ditetapkan maksimum +5% minimum -

10% terhadap tegangan nominal. Pada gardu distribusi GT.SRI024 terjadi jatuh

tegangan pada jurusan A yakni melebihi 5% dari tegangan nominal. Rata-rata

jatuh tegangan pada jurusan A pada gardu distribusi GT.SRI024 yakni sebesar

21,2 %. Untuk itulah dibuat sebuah solusi pemasangan transformator sisipan dan

uprating transformator yang nantinya akan mengurangi beban lebih dan dapat

memperbaiki nilai drop tegangan di ujung pelanggan pada transformator

GT.SRI024 Transformator ini berkapasitas 200 kVA yang terdiri dari dua jurusan

dan terletak di KP. Bonto Cinde, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan..

2
Sesuai dengan paparan di atas, maka penulis melakukan analisaterhadap

pengaruh pemasangan trafo sisipan dan usulan menggunakan uprating

transformator pada gardu distribusi SRI024 yang sebelumnya sebesar 200 kVA,

dengan melakukan langkah-langkah perhitungan secara teoritis dan dengan

menggunakan simulasi dari program ETAP yang berjudul “Studi Manajemen

Trafo Unit Layanan Pelanggan (ULP) Sungguminasa, PT. PLN (Persero)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah:

1. Berapa besar jatuh tegangan JTR pada gardu distribusi GT.SRI024

penyulang Pajalau?

2. Bagaimana perbandingan keandalan sistem dan biaya ekonomis antara

penggunaan transforamator sisipan dan uprating transformator dalam

mengatasi jatuh tegangan?

3. Bagaimana peramalan beban trafo yang sudah dimanajemen beberapa

tahun kedepan?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini membahas tentang perbedaan penggunaan transformator


sisipan dan uprating transformator dalam mengatasi jatuh tegangan pada
transformator sisipan pada jaringan tegangan rendah gardu distribusi GT. SRI024
penyulang Pajalau. Namun untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka
pembahasan hanya dibatasi pada perhitungan persentase jatuh tegangan pada
gardu distribusi GT. SRI024 penyulang Pajalau setelah dilakukan pemasangan

3
transformator sisipan, perbandingan keandalan dan biaya ekonomis pada
pemasangan transformator sisipan atau uprsting transformator, serta kondisi
transformator jika dilakukan uprating transformator dengan mensimulasikannya
menggunakan program ETAP. Selain itu dengan melihat bagaimana perkiraan
beban dalam beberapa tahun ke depan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Kegiatan

1.4.1 Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan ini antara lain sebagai berikut.

1. Dapat mengetahui besar jatuh tegangan jaringan tegangan rendah pada

gardu distribusi GT. SRI024 penyulang Pajalau.

2. Dapat mengetahui perbandingan keandalan sistem antara penggunaan

transformstor sisipan dan uprating transformstor dalam mengatasi

jatuh tegangan dan biaya ekonomis pada pemasangan transformator

sisipan dan atau uprating transformator.

3. Dapat menentukan bagaimana peramalan beban trafo dalam beberapa

tahun ke depan.

1.4.2 Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pembelajaran dalam upaya menambah pengetahuan dan

wawasan lebih luas. Selain itu, juga sebagai bahan informasi atau

referensi bagi peneliti selanjutnya dalam skala yang lebih luas dan

kompleks yang berkaitan dengan judul ini.

4
2. Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam

mengambil kebijakan strategis untuk mengembangkan dan

meningkatkan nilai mutu pelayanan perusahaan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Sekumpulan pusat-pusat listrik yang diinterkoneksi satu dengan yang

lainnya melalui transmisi atau distribusi untuk memasok ke beban atau dari satu

pusat listrik dimana mempunyai pusat listrik dan beberapa unit generator yang

diparalel.

Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks

karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

transformator, beban, dan alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling

dihubungkan membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan,

menyalurkan, dan menggunakan energi listrik. Namun secara mendasar sistem

tenaga listrik dapat dikelompokkan atas 3 bagian utama, yaitu :

1. Sistem Pembangkitan

. Pusat pembangkit tenaga listrik biasanya terletak jauh dari pusat-

pusat beban dimana energi listrik digunakan.

2. Sistem Transmisi

Energi listrik yang dibangkitkan dari pembangkit listrik yang jauh

disalurkan melalui kawat-kawat atau saluran transmisi menuju Gardu

Induk (GI).

3. Sistem Distribusi
Energi listrik dari gardu-gardu induk akan disalurkan oleh sistem
distribusi sampai kepada konsumen.

6
Ketika bagian utama (pembangkitan, transmisi, dan distribusi) tersebut
menjadi bagian penting dan harus saling mendukung untuk mencapai tujuan
utama sistem tenaga listrik yaitu penyaluran energi listrik kepada konsumen.
Sebuah sistem tenaga listrik yang baik harus mencakup :
1. Biaya pembangkitan yang minimal
2. Dapat memenuhi kebutuhan energi konsumen.
3. Menghasilkan energi listrik yang berkualitas dan andal.
2.1.1 Sistem Jaringan Distribusi Primer

Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari

gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban.Sistem ini dapat menggunakan

saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan

yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini

direntangkan sepanjang daerah yang akan disuplai tenaga listrik sampai ke pusat

beban.

Pada jaringan distribusi primer terdapat 3 jenis dasar, yaitu :

a. Sistem radial

Sistem distribusi dengan pola radial pada gambar 2.1 yaitu jaringan

yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika terjadi gangguan

akan terjadi “black out” atau padam pada bagian yang tidak dapat dipasok.

Gambar 2.1 Sistem Jaringan Radial

7
Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk

konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen

dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakkan di atas tiang.

Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah

dibanding dengan sistem yang lain.

Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibandingkan dengan

sistem lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat

satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur

utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut

padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang

paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada

diujung saluran.

b. Sistem Loop

Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop)

seperti gambar 2.2 dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu

induk, sehingga dengan demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.

Gambar 2.2 Sistem Jaringan Loop

8
c. Sistem Spindel

Suatu pola kombinasi jaringan dari pola radial dan ring. Spindel

terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari

Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung

(GH) seperti pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Sistem Jaringan Spindel


Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa

penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan (express) yang akan

dihubungkan melalui gardu hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada

jaringan tegangan menengah (JTM) yang menggunakan kabel

tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM).

Namun pada pengoperasiannya, berfungsi sebagai sistem radial. Di

dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi

untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen

tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).

2.1.2 Sistem Jaringan Sekunder

Sistem distribusi sekunder seperti pada Gambar 2.4 merupakan salah satu

bagian dalam sistem distribusi, yaitu mulai dari gardu trafo sampai pada pemakai

9
akhir atau konsumen.Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan

tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen.

Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak

digunakan ialah sistem radial.Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi

maupun konduktor tanpa isolasi.Melihat letaknya, sistem distribusi ini merupakan

bagian yang langsung berhubungan dengan konsumen, jadi sistem ini berfungsi

menerima daya listrik dari sumber daya (trafo distribusi), juga akan mengirimkan

serta mendistribusikan daya tersebut ke konsumen. mengingat bagian ini

berhubungan langsung dengan konsumen, maka kualitas listrik selayaknya harus

sangat diperhatikan.

Gambar 2.4 Hubungan TM ke TR dan Konsumen


Sistem penyaluran daya listrik pada Jaringan Tegangan Rendah dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) jenis penghantar

yangdipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi) seperti kabel

AAAC, dan kabelACSR.


10
2. SaluranKabelUdaraTeganganRendah(SKUTR)jenispenghantaryang

dipakai adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage

Twisted Cable) ukuran kabel LVTC adalah : 2x10mm2, 2x16mm2,

4x25mm2, 3x 35mm2, 3x50mm2,3x70mm2.

2.2 Proses Penyaluran Tenaga Listrik


Tenaga listrik dibangkitakan di pusat-pusat listrik (power station), seperti
PLTA, PLTU, PLTP, dan PLTG. Pusat-pusat pembangkit listrik tersebut
umumnya jauh dari daerah-daerah dimana energi listrik itu digunakan yang
disebut sebagai pusat-pusat beban (load centres). Kemudian disalurkan melalui
saluran transmisi, setelah terlebih dahulu dinaikan tegangannya oleh transformator
penaik tegangan yang berada di pusat listrik. Penurunan tegangan dari tingkat
tegangan transmisi pertama-tama dilakukan di gardu induk (GI), dimana tegangan
diturunkan ke tegangan yang lebih rendah misalnya dari 500 kV ke 150 kV, atau
dari 150 kV ke 70 k, dan sebagainya. Kemudian penurunan kedua dilakukan di
gardu induk distribusi dari 150 kV ke 20 kV atau dari 70 kV ke 20 kV. Tegangan
20 kV ini disebut tegangan distribusi primer. Jaringan setelah keluar dari gardu
induk biasa disebut jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara pusat listrik dan
gardu induk biasa disebut dengan jaringan transmisi, baik saluaran transmisi atau
pun saluran distribusi ada yang berupa saluran udara dan ada yang berupa kabel
tanah.
Setelah melalu jaringan distribusi primer maka kemudian tenaga listrik
diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah
atau jaringan distribusi sekunder dengan tegangan 380 V atau 220 V. Melalui
jaringan tegangan randah untuk selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah
pelanggan (konsumen) melalui sambungan rumah hingga ke alat pengukur dan
pembatas dirumah-rumah pelanggan atau bisa di sebut kWh Meter.

11
Gambar 2.5 Bagan Sistem Penyaluran Energi Listrik
2.3 Gardu Distribusi
Salah satu komponen dari sistem distribusi yang berfungsi untuk

menghubungkan jaringan ke konsumen dalam mendistribusikan tenaga listrik

pada konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun tegangan rendah

(Luase,2015). Pada buku 4 PLN, dicantumkan macam-macam gardu distribusi,

antara lain:

2.3.1 Gardu Beton

- Gardu distribusi jenis beton seperti pada gambar 2.6 dibangun permanen

pada lokasi yang telah ditentukan. Umumnya gardu beton dibangun untuk

konsumen atau daerah perkotaan yang sudah mantap plan analoginya.

Berdasarkan dari PLN Buku 4, “Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan

persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan”.

12
-

Gambar 2.6 Gardu Beton

2.3.2 Gardu Kios


Bangunan terbuat dari konstruksi baja, fiberglass atau kombinasinya, dimana
gardu ini dapat dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan
membangun gardu beton. Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas trafo yang
terpasang terbatas, berdasarkan PLN Buku 4 seperti pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Gardu Kios


2.3.3 Gardu Portal
Gardu portal seperti pada gambar 2.8adalah gardu trafo secara keseluruhan
instalasinya dipasang pada dua buah tiang atau lebih. Pengaman gardu portal
adalah Fuse Cut Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dan
Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegahan naiknya tegangan pada
transformator akibat surja petir (PLN Buku 4).

13
Gambar 2.8 Gardu Portal

2.3.4 Gardu Cantol


Pada gardu distribusi tipe ini, transformator yang terpasang
adalahtransformator dengan daya kurang lebih 100 kVA fasa 3 atau fasa 1, lebih
kecil di bandingkan dengan dengan gardu lainnya. Namun kelebihannya
transformator sudah dilengkapi peralatan switching dan proteksi jenis CSP
(Completely Self Protected Transformer) yang terpasang dalam tangki
transformator (PLN Buku 4).

Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas (PT. PLN (Persero),
2010a: 1)
1) Jenis Pemasangannya :
a) Gardu pasangan luar : Gardu portal dan Gardu cantol
b) Gardu pasangan dalam : Gardu beton dan Gardu kios
2) Jenis Konstruksinya :
a) Gardu Beton (bangunan sipil) : batu dan beton
b) Gardu Tiang : Gardu portal dan Gardu cantol
c) Gardu Kios

14
2.3.5 Komponen Gardu Distribusi
1) Transformator Distribusi
Transformator merupakan suatu alat listrik suatu alat listrik yang

termasuk ke dalam klasifikasi mesin listrik statis yang berfungsi

menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah

dan sebaliknya atau dapat juga diartikan mengubah tegangan arus bolak-

balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan

magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi elektromagnet.

2) Kabel Penghantar
Secara sederhana kabel penghantar pada gardu distribusi, yaitu terdiri

dari kabel turun dan kabel naik. Kabel yang digunakan adalah kabel

yang jenis single core, yaitu kabel NYY. Kabel turun yang

menyambungkan dari bagian sekunder transformator ke dalam bagian

PHB TR , kabel naik (NFA2X) yang menyambungkan dari PHB TR ke

jaringan tegangan rendah (JTR). Spesifikasi jenis penghantar dapat

dilihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 2.1Spesifikasi Jenis Penghantar Kabel Turun (NYY)

Jenis Luas Penampang KHA (A)


Kabel (mm2) Tanah Udara
70 228 202
95 275 244
NYY 120 313 282
150 353 324
240 464 436

Tabel 2.2Spesifikasi Jenis Penghantar Kabel Naik (NFA2X-T)

Jenis Luas Penampang


2 KHA (A) PENGGUNAAN
Kabel (mm )
NFA2X-T 3 x 25+25 103 SUTR

15
3 x 35+25 125
3 x 50+35 154
3 x 70+50 196
3 x 95+70 242

3) PHB Sisi Tegangan Rendah (PHB-TR)


PHB-TR adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih Perlengkapan

Hubung Bagi Tegangan Rendah dengan peralatan kontrol, peralatan

ukur, pengaman dan kendali yang saling berhubungan.Keseluruhannya

dirakit lengkap dengan sistem pengawatan dan mekanis pada bagian-

bagian penyangganya (Buku 4 PLN).

Gambar 2.9 PHB TR


Berdasarkan buku 4 PLN,sebagai peralatan sakelar utama saluran

masuk PHB-TR, dipasangkan Pemutus Beban (LBS) atau NFB (No

Fused Breaker). Pengaman arus lebih (Over Current) jurusan disisi

Tegangan Rendah pada PHB-TR dibedakan atas:

1) NFB (No Fused Breaker)

Breaker/pemutus dengan sensor arus, apabila ada arus yang

melewati peralatan tersebut melebihi kapasitas breaker, maka

16
sistem magnetik dan bimetalic pada peralatan tersebut akan

bekerja dan memerintahkan breaker melepas beban.

Gambar 2.10No Fused Breaker


2) Pengaman Lebur (Sekering)

Pengaman lebur adalah suatu alat pemutus yang dengan

meleburnya bagian dari komponennya yang telah dirancang dan

disesuaikan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana

sekering tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut

melebihi suatu nilai tertentu dalam jangka waktu yang cukup

(SPLN 64:1985:1).

Fungsi pengaman lebur dalam suatu rangkaian listrik adalah untuk

setiap saat menjaga atau mengamankan rangkaian berikut

peralatan atau perlengkapan yang tersambung dari kerusakan,

dalam batas nilai pengenalnya (SPLN 64:1985:24).

(Publikasi IEC 282‐2 (1970)/NEMA) di sisi primer berikut pelebur

jenis pembatas arus.Publikasi IEC 269‐2 (1973) di sisi Sekunder

(230/400 V) yang merupakan pasangan yang diselaraskan sebagai

pengaman trafo distribusi.Adapun rating pemilihan NH-Fuse

dapat dikalkulasikan dengan persamaan (2) dan (3)


17
S
In= …………………………………………………(1)
√3 x Vs
In
In per jurusan= jumlah jurusan.................................................(2)

Keterangan :

In = Arus nominal

S = Kapasitas transformator

Vs = Tegangan sekunder transformator

KHA NH fuse dipilih = In tiap jurusan x 0,9 (beban 90%)

Faktor kali 0,9 adalah faktor keamanan untuk beban trafo. Adapun

yang perlu diperhatikan bahwa KHA NH-fuse tidak boleh

melebihi In transformator. Visualisasi dari PHB-TR dapat dilihat

pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 2.11 Pengaman Lebur (Sekering)


4) Peralatan Pengukur
1) Transformator Arus - Current Transformator (CT)
Transformator arus (Current Transformer- CT) adalah salah satu

peralatan di Gardu Distribusi, fungsinya untuk mengonversi

besaran arus besar ke arus kecil guna pengukuran sesuai batasan

18
alat ukur, juga sebagai proteksi serta isolasi sirkit sekunder dari

sisi primernya.

Gambar 2.12 CT
5) Peralatan Switchingdan Pengaman sisi Tegangan Menengah
1) Fuse Cut Out (FCO)

Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian

listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan

cara meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang telah

dirancang khusus dan disesuaikan dengan ukurannya. Disamping

itu FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi

gangguan arus lebih (over current). Alat ini akan memutuskan

rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus

yang melewati kapasitas kerjanya. Prinsip kerjanya adalah ketika

terjadi gangguan arus maka fuse pada cut outakan putus, dan

tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di

udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem. Terdapat

3 jenis karakteristk Fuse Link, tipe K (cepat), tipe T (lambat) dan

tipe H yang tahan terhadap arus surja. Jika pemasangan Lighning

Arrester (LA) sesudah Fuse Cut Out, dipilih Fuse Link tipe–H,

19
jika sebelum Fuse Cut Out (FCO) dipilih Fuse Link tipe–K.

Adapun bentuk fisik dari FCO dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

Gambar 2.13 FCO


Untuk menentukan besarnya fuse link yang harus dipasang yaitu
berdasarkan rumus persamaan 1 dibawah ini
P
In= ……………………………………………..…(3)
√3 x Vp

Keterangan

In = Arus nominal transformator

P = Kapasitas transformator

Vp = Tegangan primer transformator

Adapun rating fuse link pada FCO bisa dilihat pada tabel 2.3

dibawah ini:

Tabel 2.3Rating Fuse Link FCO

No. Tegangan transformator In (A) Ratingfuse link (A)


1. 25 Kva 0,7 1
2. 50 Kva 1,4 2
4. 100 kVA 2,9 3
5. 160 Kva 4,6 5
6. 200 kVA 5,7 6

20
2) Lightning Arester (LA)

Untuk melindungi Transformator distribusi, khususnya pada

pasangan luar dari tegangan lebih akibat surja petir.Dengan

pertimbangan masalah gangguan pada SUTM, Pemasangan

Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO.

Gambar 2.14Lightning Arrester (LA)

Untuk tingkat IKL diatas 110, sebaiknya tipe 15 KA.Sedangkan,

untuk perlindungan Transformator yang dipasang pada tengah-

tengah jaringan memakai LA 5 KA, dan di ujung jaringan

dipasang LA – 10 KA.

6) Konektor
Konektor adalah komponen yang dipergunakan untuk menyadap atau

mencabangkan kawat penghantar SUTM ke gardu.Jenis konektor yang

digunakan untuk instalasi gardu ini ditetapkan menggunakan Live Line

Connector (sambungan yang bisa dibuka- pasang) untuk memudahkan

membuka/memasang pada keadaan bertegangan. Penyadapan trafo dari

SUTM dan pencabangan harus di depan tiang peletakan trafo dari arah

Pembangkit Listrik / Gardu Induk.

21
Gambar 2.15 konektor
7) Pentanahan/Pembumian Trafo
Pengukuran tahanan pentanahan trafo bertujuan untuk menetukan

tahanan antara besi atau plat tembaga yang ditanam dalam tanah yang

digunakan untuk melindungi peralatan listrik terhadap gangguan petir

dan hubung singkat. Dengan demikian pelat tersebut harus ditanam

hingga mendapatkan tahanan terhadap tanah sekitar yang sekecil-

kecilnya.Untuk mengukur tahanan pentanahan trafo digunakan alat ukur

tahanan pentanahan (Earth Resistance Tester). Pentanahan trafo sudah

dijelaskan pada EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR :

0017 .ElDlRl2014 mengenai nilai pentanahan trafo.

2.4 Transformator Distribusi

Transformator adalah suatu peralatan listrik yang dapat

mentransformasikan energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan

prinsip induksi-elektromagnet. Transformator banyak digunakan secara luas, baik

dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika.Penggunaannya dalam sistem

tenaga memungkinkan.dipilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-

22
tiap keperluan. Misalnya,untuk kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman

daya listrik jarak jauh.

Transformator distribusi merupakan suatu komponen yang sangat penting

dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Kerusakan

pada trafo distribusi dapat menyebabkan kontiniutas pelayanan terhadap

konsumen akan terganggu (terjadi pemutusan aliran listrik atau pemadaman).

Adapun rangkaian transformator distribusi pada umumnya dapat dilihat pada

Gambar di bawah ini.

Tujuan dari penggunaan transformator distribusi adalah untuk mengurangi

tegangan utama dari sistem distribusi listrik untuk tegangan pemanfaatan

penggunaan konsumen.Transformator distribusi yang umum digunakan adalah

transformator step down 20kV/400V. Tegangan phasa ke phasa sistem jaringan

tegangan rendah adalah 380 V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada tegangan

rendahnya dibuat di atas 380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih

kecil dari 380V. Sebuah transformator distribusi perangkat statis yang dibangun

dengan dua atau lebih gulungan digunakan untuk mentransfer daya listrik arus

bolak-balik oleh induksi elektromagnetik dari satu sirkuit ke yang lain pada

frekuensi yang sama tetapi dengan nilai-nilai yang berbeda tegangan dan arusnya.

Karena tidak terdapat bagian-bagian yang bergerak atau berputar dari

suatu transformator maka tidak memiliki rugi-rugi gesekan.Akibatnya sebagian

besar transformator memiliki efisiensi yang sangat tinggi yang berkisar di atas

90%.Meskipun demikian, terdapat juga rugi-rugi yang muncul pada transformator

23
yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok rugi-rugi utama

yaitu rugi-rugi tembaga dan rugi-rugi besi.

Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step

down 20/0,4 kV, tegangan phasa-phasa sistem JTR adalah 380 Volt, karena terjadi

drop tegangan maka tegangan rak TR dibuat di atas 380 Volt agar tegangan pada

ujung beban menjadi 380 Volt.

Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer

dihubungkan ke sumber listrik bolak-balik, sehingga pada inti transformator yang

terbuat dari bahan feromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet

(flux = ᶲ). Karena arus yang mengalir merupakan arus bola-balik maka flux

terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika

arus yang mengalir berbentuk sinus maka flux yang terjadi akan berbentuk sinus

pula. Karena flux tersebut mengalir melalui inti yang mana pada inti tersebut

terdapat lilitan primer dan lilitan sekunder maka pada inti primer dan sekunder

tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik ) induksi, tetapi arah dari ggl induksi

primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder sedangkan frekuensi

masing-masing tegangan tersebut sama dengan frekuensi sumbernya. Adapun

pembebanan transformator menurut Regulasi PLN (SK ED PLN No.074 K/DIR

2008), transformator dikatakan overload jika kapasitas pembebanannya lebih dari

80%. Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, isolasi pada transformator

mengalami kerusakan karena panas yang berlebihan yang berujung pada rusaknya

transformator.

24
2.4.1 Prinsip Kerja Transformator

Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang

bersifat induktif.Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan

secara magnetis melalui alur yang memiliki reluktansi rendah. Apabila kumparan

primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolakbalik

akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk

rangkaian tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di

kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan

terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan

primer atau disebut sebagai induksi bersama yang menyebabkan timbulnya fluks

magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian

sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara

magnetisasi).

Gambar 2.16 Prinsip Kerja Transformator


2.5 Manajemen Transformator
Manajemen trafo adalah cara pengelolaan trafo distribusi yang bertujuan
untuk meningkatkan kehandalan dan kualitas suatau jaringan distribusi. Ada
beberapa cara dalam melakukan Manajemen Trafo antara lain:

25
a. Menukar transformator atau mutasi transformator (change) antar
transformator yang mengalami overload dan pembebanan rendah yang
sudah terpasang.
b. Mengalihkan sebagian beban (daya terpasang) yang dipikl
Transformator yang telah mengalami overblast ke Transformatr
terdekat yang masih memungkinkan untuk dapat memikul beban
tambahan (Split beban).
c. Menyisipkan transformator baru diantara transformator yang tela
mengalami overblast/overload dengan beban yang paling ujung (sis i
pelanggan) atau dengan kata lain menambahkan transformator sisipan.
d. Mengganti transformator yang mengalami overload/overblast dengan
menaikkan kapasitas transformator (uprating).
2.6 Transformator Sisipan
Membantu transformator distribusi yang sudah ada, yang mengalami
pembebanan berlebih atau untuk memperbaiki keadaan dimana jaringan
mengalami jatuh tegangan yang tinggi. Hal ini dengan cara memindahkan beban
dari satu saluran kepada satu saluran yang berbeda dari transformator yang sudah
ada ke transformator sisipan.
Beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh PT.PLN untuk menambah
tranformator atau gardu sisipan adalah :
1) Trafo sebelumnya sudah overload
Overload terjadi karena beban yang terpasang pada trafo melebihi

kapasitas maksimum yang dapat dipikul trafo dimana arus beban melebihi

arus beban penuh (full load) dari trafo. Over load akan menyebabkan trafo

menjadi panas dan kawat tidak sanggup lagi menahan beban, sehingga

timbul panas yang menyebabkan besarnya jatuh tegangan pada JTR.

2) Besarnya jatuh tegangan padaJTR

Menurut SPLN No.1 tahun 1995 bahwa jatuh tegangan maksimum

l0% terhadap tegangannominal.


26
2.7 Uprating Transformator

Dalam pendistribusian sistem tenaga listrik, transformator sering

mengalami beban lebih. Beban lebih (overload) terjadi karena kebutuhan dala

masyarakat yang semakin meningkat atau karena adanya gangguan beban dalam

penyaluran yang mengakibatkan transformator menjadi panas atau terjadi hubun

singkat. Dengan adanya peningkatan beban yang terjadi, maka perlu adanya

penambahan kapasitas daya pada transformator distribusi tersebut guna memenuhi

kualitas dan kapasitas pelayanan sesuai kebutuhan pelanggan atau konsumen.

2.8 Drop Tegangan pada Jaringan Tegangan Rendah

Drop tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu

penghantar. Drop tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbandin

lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas

penampang penghantar. Besarnya drop tegangan dinyatakan baik dalam persen

atau dalam besaran Volt. Tegangan drop secara umum adalah tegangan yang

digunakan pada beban. Sesuai dengan standar tengangan yang ditentukan oleh

PLN (SPLN), perancangan jaringan dibuat agar drop tegangan di ujung diterima

10%.

Vs−Vr
ΔV = x 100%.................................................................... (4)
Vr

Dimana :

Vs = tegangan pada pangkal pengiriman

Vr = tegangan pada ujung penerimaan

Menghitung drop tegangan pada jaringan distribusi primer dengan

menggunakan persamaan:

27
(ΔV) = I Z (Volt)………………………………………………… (5)

Dan

Z = (Ohm/km)………………………...…………………...............(6)

Dimana:

Z = Impedansi Saluran (Ohm)

R = Resistansi Saluran (Ohm)

X = Reaktansi Saluran (Ohm)

L = Panjang Saluran (km)

Drop tegangan ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui tahanan

kawat.Tegangan drop V pada penghantar semakin besar jika arus I di dalam

penghantarsemakin besar dan jika tahanan penghantar Rℓ semakin besar pula.

Tegangandrop merupakan penanggung jawab terjadinya kerugian pada penghantar

karenadapat menurunkan tegangan pada beban. Akibatnya hingga berada di

bawahtegangan nominal yang dibutuhkan. Sehingga terdapat tiga komponen

utama yang mempengaruhi besarnya drop tegangan antara lain :

a. Beban yang mengalir pada saluran.

b. Tahanan (R) dan Reaktansi ( L X ) pada saluran.

c. Panjang Saluran

d. Faktor daya

2.8.1 Beban

Semakin besar arus yang mengalir pada saluran maka akan semakin besar

pula drop tegangannya, sehingga tegangan pada ujung penerimaan akan menjadi

rendah. Besarnya arus / beban tergantung dari pembebanan sistem

28
distribusi.Karena pemakaian dari beban ini tidak bersamaan dalam penggunaanya

sehingga mengakibatkan beban di setiap fasanya tidak seimbang,

ketidakseimbangan beban setiap fasanya mengakibatkan penghantar netral yang

dipasok dari transformator distribusi dengan sistem 3 fasa 4 kawat mengalir arus

dan hal ini sangat merugikan pada pasokan tenaga listrik.

2.8.2 Tahanan (R) dan Nilai Reaktansi ( L X )

Besarnya nilai tahanan dari suatu penghantar / saluran dapat dilihat dari

rumus berikut :

L
R = 𝑝 A x 100%.................................................................... .........(7)

Dimana :

R = Resistansi (ohm)

𝑝= Koefisien jenis penghantar

A = Luas penampang penghantar (mm2)

L = Panjang penghantar (m)

2.8.3 Panjang Saluran

Dalam sistem jaringan distribusi tenaga listrik, drop tegangan secara

umum berbanding lurus dengan panjang saluran. Semakin besar panjang saluran,

maka semakin besar pula nilai drop tegangan. Hal ini disebabkan dalam saluran

terdapat tahanan yang dapat menghambat arus yang mengalir ke beban.

2.8.4 Faktor Daya

Faktor daya merupakan hal yang penting dalam jaringan distribusi, pada

kondisi faktor daya rendah, arus yang mengalir akan meningkat. Sehingga, drop

tegangan pada penghantar akan menjadi lebih besar. Pengaruh dari drop tegangan

29
akan mengakibtkan burukya nilai regulasi tegangan pada sistem. Ketika factor

daya bernilai rendah, drop tegangan akan menjadi besar, sehingga nilai tegangan

di ujung pelanggan menjadi kecil bila dibandingkan dengan nilai tegangan di sisi

pengirim ketika pada kondisi tanpa beban, dimana arus tidak ada yang mengalir.

2.8.5 Arus Beban Penuh Transformator

Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat

diketahui dengan mengguanakan persamaan sebagai berikut:

S=√3.𝑉.I………………………………………………………………….(8)

Di mana:

S = daya transformator ( kVA)

V = tegangan sisi primer transformator (V)

I = Arus (A)

Sehingga , untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat

menggunakan persamaan :

S
IFL = V.√3………………………………………………………………….(9)

Dimana :

IFL= Arus beban Penuh (A)

S = Daya transformator (kVA)

V=Tegangan sisi sekunder transformator (V)

Menurut Frank D. Petruzella, dalam menghitung persentase pembebanan

suatu transformator dapat diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

Irata−rata
%beban = X 100%......................................................................(10)
IFL

30
Rumus untuk menghitung Irata-rata adalah :

Ir+Is+It
Irata-rata = ….…………………………………….(11)
3

Dimana :

Irata-rata = rata-rata arus beban (A)

IFL= arus beban penuh (A)

Ir= arus fasa R (A)

Is= arus fasa S (A)

It= arus fasa T (A)

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

Objek kajian pada Tugas Akhir ini adalah persentase pembebanan trafo

pada saat sebelum dan setelah dilakukan transformator sisipan di PT. PLN

(PERSERO) ULP Sungguminasa, yang berlokasi di Jl.Tumanurung N0.5,

Kalegowa, Kec. Somba Opu,Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dilaksanakan

dari Tanggal 2Februari sampai 30 Juni 2022.

Tabel 3.1Time Chart Kegiatan

3.2 Prosedur Kegiatan

Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, penulis mengikuti

langkah– langkah yang terstruktur agar laoran Tugas Akhir dapat dikerjakan

secara sistematis dan terarah. Berikut langkah-langkah yang menjadi acuan

penulis:

1. Melakukan pengenalan lingkup kerja di PT PLN (Persero) Rayon

Sungguminasa, Area Makassar Selatan.

32
2. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan kasus penelitian yang

bersumber dari hasil pengukuran secara langsung, observasi di

lapangan, wawancara terhadap pihak-pihak yang ahli pada bidangnya,

dan dokumentasi.

3. Menganalisa data yang telah didapatkan secara teoritis.

4. Melakukan simulasi menggunakan aplikasi perangkat lunak ETAP


5. Memberikan kesimpulan terhadap kasus yang penulis angkat pada
tulisan.

Gambar 3.1Flow Chart Prosedur Kegiatan

33
3.3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, antara lain

sebagai berikut.

1. Metode Literatur

Penulis melakukan pencarian data dengan cara membaca berbagai

referensi bacaan mengenai Manajemen trafo 20kV maupun membaca

dari artikel di internet.

2. Metode Observasi

Penulis melakukan langkah dengan cara terjun langsung kelapangan

melihat kondisi gardu guna mempelajari kondisi gardu tersebut.

3. Metode Pengukuran
Penulis melakukan pengukuran langsung pada
TransformatorDistribusi GT SRI024 Penyulang Pajalau untuk
mendapatkandata-data yang berkaitan dengan drop tegangan guna
dianalisa secarateoritis maupun dengan menggunakan simulasi ETAP.
3. Metode Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab kepada semua pihak yang mengerti

tentang semua masalah tentang manajemen trafo 20kV, antara lain

pegawai bagian Teknik distribusi pada ULPSungguminasa.

4. Metode Dokumentasi

Didalam melakukan metode dokumentasi ini, penulis menyelidiki

benda-benda tertulis seperti dokumen, artikel, dan sebagainya. Dalam

penelitian ini, penulis bermaksud mengumpulkan data atau teori-teori

34
yang terkait dengan hasil penelitian mengenai analisa manajemen

trafo pada ULP Sungguminasa, PT. PLN (Persero).

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah analisa

deskriptif dan simulasi. Data-data pada transformator dan jaringan distribusi yang

telah penulis dapatkan, dihitung dan kemudian disimulasikan dengan

menggunakan perangkat lunak ETAP 19. Dari hasil simulasi tersebut penulis

dapat menganalisa permasalahan yang ada, serta membandingkan penggunaan

transformator sisipan dan uprating transformator dalam mengatasidrop tegangan.

35
BAB IV

HASIL DAN DESKRIPSI

4.1 Hasil Kegiatan

Dalam penelitian ini, mengambil data pada transformator distribusi GT

SRI024 yang merupakan salah satu transformator distribusi yang ada pada

Penyulang Pajalau di PT. PLN (Persero) Rayon Sungguminasa, Area Makassar

Selatan.

4.1.1 Transformator Distribusi GT SRI024

Ketidakoptimalan kerja sebuah transformator distribusi akibat beban lebih

mengakibatkan mutu layanan kepada konsumen PT. PLN (Persero) berkurang.Hal

itulah yang terjadi pada transformator distribusi GT. SRI024 yang mengalami

beban lebih dan mengakibatkan terjadinya drop tegangan di ujung sisi pelanggan.

Untuk itulah dibuat sebuah solusi pemasangan transformator sisipan dan uprating

transformator yang nantinya akan mengurangi beban lebih dan dapat memperbaiki

nilai drop tegangan di ujung pelanggan pada transformator GT.SRI024

Transformator ini berkapasitas 200 kVA yang terdiri dari dua jurusan dan terletak

di KP. Bonto Cinde, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Dibawah ini

adalah gambar dari transformator GT. SRI024.

36
Gambar 4.1Transformator Distribusi GT.SRI024 Penyulang Pajalau

Gambar 4.2 Single line Diagram GT SRI024 Sebelum Ditambahkan

4.1.2 Data Pengukuran Transformator Distribusi GT. SRI024 Sebelum

Penambahan Trafo Sisipan

37
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Beban Trafo GT. SRI024 Sebelum Penambahan

Transformator Sisipan

HASIL
DATA TRAFO PENGUKURAN
PENAMPANG BEBAN (A) TEGANGAN
UJUNG F-N
KAP. PRIM/SEK R S T N
A NYFGBY 116 133 118 88 227
4X70 mm2
200 20Kv/400V A NYFGBY 65 63 92 88 393
kVA 2
4X70 mm
TOTAL 181 196 210

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Tegangan GT.SRI024 sebelum Pemasangan Trans-


formator Sisipan
TEGANGAN PANGKAL TEGANGAN UJUNG (V)
(V)
JURUSAN R S T F- R S T F-
F F
A 229 227 228 394 180 178 181 370

B 229 227 228 394 218 219 216 380

4.1.4 Data Pengukuran Transformator Distribusi GT. SRI024 Setelah

Penambahan Transformator Sisipan

38
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Beban Transformator GT. SRI024 Setelah

Penambahan Transformator Sisipan

HASIL PENGUKURAN TEGA


DATA TRAFO PENAMPANG BEBAN (A) NGAN
KAP PRIM/SE R S T N UJUN
. K G F-N
A NYFGBY 16.24 21.4 23.54 48 229.2
100 20kV/400 4X70 mm2
kVA V A NYFGBY 116 133 118 48 226
4X70 mm2
TOTAL 132.2 154,4 141,54 96
4

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Tegangan Transformator GT. SRI024 Setelah

Penambahan Transformator Sisipan

TEGANGAN PANGKAL (V) TEGANGAN UJUNG (V)


JURUSAN R S T F-F R S T F-F
A 229 230.9 230.7 399 223.6 221.2 224.4 393
.3
B 229 230.9 230.7 399 224.5 218.3 208.8 392
.3

4.2 Deskripsi Kegiatan

4.2.1 Perhitungan Persentase Jatuh Tegangan Transformator GT. SRI024

Sebelum Penambahan Transformator Sisipan

Untuk mencari nilai persentase jatuh tegangan pada transformator

distribusi GT.SRD041 digunakan persamaan (5) dengan menggunakan data

hasil pengukuran pada tabel 4.2 sebagaiberikut:

△V(R) = Vs−Vr x 100%


Vs
△V(R) = 229−180 x 100%
229

△V(R) = 21,39%

39
Untuk mengetahui persentase jatuh tegangan untuk masing-masing

fasa tiap jurusan maka digunakan rumus diatas. Hasil perhitungan dapat

dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Persentase Jatuh Tegangan pada Transformator Distribusi GT.SRI024


JATUH TEGANGAN(%)
JURUSAN
R S T F -F Rata-rata

A 21,39 21,58 20,61 6,1 21,2


B 4,8 3,52 5,26 3,55 4,53

4.2.2 Pemasangan Transformator Sisipan

Setelah dilakukan perhitungan persentase jatuh tegangan pada

transformator distribusi GT.SRIO024, nilai persentase jatuh tegangan pada

jurusan A tidak sesuai dengan standar PLN nomor 1 tahun 1995 yaitu -10%

dari tegangan nominal. Cara yang digunakan untuk memperbaiki nilai

tegangan pada ujung JTR yaitu dengan memasang transformator sisipan.

Transformator sisipan yang ditambahkan untuk mengurangi jatuh tegangan

pada jurusan A GT.SRI024 yaitu transformator sisipan GT.SPJ001 dengan

kapasitas beban 100 kVA seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Transformator sisipan GT. SPJ001 Penyulang Pajalau

40
4.2.3 Perhitungan Persentase Jatuh Tegangan pada Transformator Distribusi

GT.SRI024 setelah Pemasangan Transformator Sisipan

Untuk mencari nilai persentase jatuh tegangan pada transformator

distribusi GT.SRI024 setelah pemasangan transformator sisipan digunakan

persamaan (5) dengan menggunakan data hasil pengukuran pada tabel 4.4 sebagai

berikut:

△V(R) = (229,3-223,6)/229,3 x 100%

△V(R) = (229,3-223,6)/229,3 x 100%

△V(R) = 2,48%

Untuk mengetahui persentase jatuh tegangan untuk masing-masing

fasa tiap jurusan maka digunakan rumus diatas. Hasil perhitungan dapat

dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Persentase Jatuh Tegangan pada Transformator Distribusi GT.SRI024

setelah Pemasangan Transformator Sisipan

JATUH TEGANGAN(%)

JURUSAN
R S T F -F Rata-rata

A 2,48 4.2 2,73 1,5 3,14

B 2,09 5,45 9.49 1,75 5,68

41

Anda mungkin juga menyukai