Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada dasarnya semua pelayanan kesehatan yang terjadi di sebuah rumah sakit dan
akibatnya menjadi tanggung jawab institusi rumah sakit itu sendiri, hal ini sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perumahsakitan. Oleh
karenanya rumah sakit harus mengatur seluruh pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga keperawatan sedemikian rupa agar aman bagi pasien. Dengan demikian, bila
seorang perawat telah diizinkan melakukan pelayanan kesehatan dan prosedur klinis
lainnya di sebuah rumah sakit berarti yang bersangkutan telah diistimewakan dan diberikan
hak khusus (privilege) oleh rumah sakit. Hak perawat tersebut disebut sebagai kewenangan
klinis (clinical privilege).
Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah kewenangan yang
diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan
keperawatan dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan
berdasarkan penugasan klinis. Penugasan klinis adalah penugasan kepala/direktur rumah
sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan atau asuhan
kebidanan di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah
ditetapkan baginya.
Kewenangan klinis diberikan kepada perawat dengan tujuan agar tidak menimbulkan
konflik di antara tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan lain dapat merasa bahwa lahan
pekerjaan yang dimilikinya dicampuri atau diambil alih oleh pihak lain. Konflik yang timbul
tentunya akan mempengaruhi kualitas pelayanan dari perawat dan rumah sakit yang
bersangkutan. Dengan diaturnya kewenangan klinis tersebut maka setiap perawat akan
mempunyai batas yang jelas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Pemberian kewenangan klinis juga bertujuan untuk melindungi keselamatan pasien dengan

1
menjamin bahwa tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan
kebidanan memiliki kompetensi dan kewenangan klinis yang jelas (Permenkes, 2011).

1.2 PENGERTIAN
a. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
b. Komite Medik adalah Perangkat RS utk menerapkan tata kelola klinis (clinical
governance) agar Staf Medis RS terjaga profesionalisme melalui kredensial, penjagaan
mutu profesi medis dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis
c. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di Rumah Sakit.
d. Staf klinis adalah semua tenaga klinis atau kesehatan yang memberikan asuhan
kesehatan kepada pasien. Adapun profesi yang termasuk didalamnya yaitu dokter,
perawat, bidan, analis kesehatan, radiografer, farmasi, gizi, dan profesi lainnya.
e. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis utk
melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan RS utk suatu
periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical appointment)

2
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 KOMITE MEDIK


a. Tugas dan fungsi komite medis :

 Kredensialing dan rekredensialing staf medis


 Menjaga mutu pelayanan medis
 Etika profesi staf medis
 Sebagai badan regulasi pelayanan medis di rs
 Penanggung jawab clinical governance
 Sebagai pelaksana pelayanan medis di rs bertanggung jawab keterlaksanaan
pelayanan medis
b. Peran komite medik :

 Menetapkan rekomendasi kewenangan klinis setiap staf medis


 Untuk kompetensi bersama ditetapkan dalam white paper kewenangan bersama
 Memastikan staf medis bekerja sesuai kewenangan klinisnya
 Melakukan evaluasi praktik profesional staf medis

2.2 Perawat
Ruang Lingkup Pelayanan Praktek Keperawatan
Pelayanan keperawatan yang di berikan berupa bantuan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menujukepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.Hasil evaluasi peran dan fungsi
perawat puskesmas daerah terpencil (DEPKES &UI,2005)
 Menetapkan diagnose keperawatan (92,6%)
 Membuat resep obat (93,1%)
 Melakukan tindakan pengobatan didalam dan diluar gedung puskesmas (97,1%)

3
 Melakukan pemeriksaan kehamilan (70,1%) dan
 melakukan pertolongan persalinan (50,7%)
Praktek keperawatan dilakukan berdasarkan pada kesepakan antara perawat
dan pasien dalam upaya untuk pencegahan penyakit,pemelihara kesehatan,kuratif,dan
pemulihan kesehatan. Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat professional (RN) dan
perawatan vokasional (PN) PN dalam melaksanakan tindakan keperawatan dibawah
pengawasan RN Perawat dapat menyerahkan atau mendelegasika tugas kepada perwat lain
yang setara kompetensi dan pengalamannya. Disamping hal diatas penyelenggaraaan praktek
perawat atau keperawatanharus memperhatikan standar keperawatam profesi keperawatan
dalam melindungi masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi,yang
merupakan ekspektasi minimal guna memberikan asuhan keperawatan yangaman,efektif, dan
etis.

2.3 Bidan
Ruang Lingkup Pelayanan Praktek Kebidanan Pelayanan kebidanan adalah bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatanyang diberikan oleh bidanyang telah terdaftar (teregister) yang
dapat dilakukansecara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Praktik Kebidanan adalah
implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom, kepada perempuan,
keluarga dan komunitasnya, di dasari etika dan kode etik  bidan. Pelayanan Kebidanan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan
kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga
kecil bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu,keluarga, dan
masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:
1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. 
2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidansebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari
sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

4
3.  Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidandalam rangkarujukan ke sistem
layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayananyangdilakukan oleh bidandalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan
oleh bidanke tempat/ fasilitas pelayanankesehatanlain secara horizontal maupun vertikal
atau meningkatkan keamanandan kesejahteraan ibu serta bayinya.
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai
kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan
dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit,
Klinik atau Unit Kesehatan lainnya.

5
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Tahapan Pemberian Kewenangan Klinis


Secara garis besar tahapan pemberian kewenangan klinis yang harus diatur lebih lanjut
oleh rumah sakit adalah sebagai berikut :
 Tenaga keperawatan mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada kepala atau
direktur rumah sakit dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah
disediakan rumah sakit dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung.
 Berkas permohonan tenaga perawat yang telah lengkap disampaikan oleh kepala atau
direktur rumah sakit kepada komite keperawatan.
 Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi oleh pemohon. 
 Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panel atau panitia ad-hoc
dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis yang
diminta berdasarkan buku putih (white paper).
 Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia ad-hoc
dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan, bidang disiplin dan
kompetensi yang bersangkutan.
 Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen :
1. Kompetensi
2. Kompetensi fisik
3. Kompetensi mental/perilaku
4. Perilaku etis (ethical standing)

Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktik.
Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) diperoleh dengan cara :
1. menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta masukan dari setiap
Kelompok Staf Medis.

6
2. mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan menggunakan daftar rincian
kewenangan klinis (delineation of clinical privilege).
3. mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi tenaga perawat dilakukan secara
periodik.
Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite keperawatan
berdasarkan masukan dari subkomite kredensial.
Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap perawat yang mengajukan
permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis (clinical appointment),
dengan rekomendasi berupa :
1. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan
2. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah
3. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi
4. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu
5. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi
6. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri
Bagi perawat yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi atau menambah
kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan kepada komite keperawatan
melalui kepala/direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite keperawatan menyelenggarakan
pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme pendampingan (proctoring).
Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi kewenangan klinis :
1. Pendidikan
 Lulus dari sekolah keperawatan yang terakreditasi atau dari sekolah keperawatan luar
negeri dan sudah diregistrasi
 Menyelesaikan program pendidikan konsultan.
2. Perizinan (lisensi)
 Memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi
 Memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.

7
3. Kegiatan penjagaan mutu profesi
 Menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi anggotanya
 Berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.
4. Kualifikasi personal
 Riwayat disiplin dan etik profesi
 Keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui
 Keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat terlarang dan
alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien
 Riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan
 Memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity insurance).
5. Pengalaman dibidang keprofesian
 Riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi
 Riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi.

3.2 Berakhirnya kewenangan klinis


Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical appointment) habis
masa berlakunya atau dicabut oleh kepala atau direktur rumah sakit. Surat penugasan klinis
untuk setiap tenaga perawat memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya dua
tahun. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan
rekredensial terhadap tenaga perawat yang bersangkutan. Proses rekredensial ini lebih
sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan di atas karena
rumah sakit telah memiliki informasi setiap staf medis yang melakukan pelayanan medis di
rumah sakit tersebut.

3.3 Pencabutan, perubahan/modifikasi dan pemberian kembali kewenangan klinis.


Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh kepala atau direktur rumah
sakit didasarkan pada kinerja profesi di lapangan, misalnya perawat yang bersangkutan
terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu, pencabutan kewenangan klinis

8
juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan kerja yang diduga karena inkompetensi atau karena
tindakan disiplin dari komite keperawatan. Namun demikian, kewenangan klinis yang dicabut
tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga perawat tersebut dianggap telah pulih
kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang perawat diakhiri, komite medik
akan meminta subkomite mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar
kompetensi yang bersangkutan pulih kembali. Komite keperawatan dapat merekomendasikan
kepada kepala/direktur rumah sakit pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah
melalui proses pembinaan.

3.4 Perawat
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis,
psikologis, sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien karena ketidakmampuan,
ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu baik
aktual maupun potensial.
Fokus keperawatan adalah respons klien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan.
Tanggung jawab perawat yang sangat mendasar adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan dan mengurangi penderitaan. Tanggung jawab ini bersifat universal.
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan
diberi kewenangan untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Perawat profesional adalah tenaga profesional yang mandiri, bekerja secara otonom dan
berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi
keperawatan, terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Jika telah lulus uji
kompetensi yang dilakukan oleh badan regulatori yang bersifat otonom, selanjutnya disebut

9
Registered Nurse (RN). Menurut PPNI perawat profesional adalah tenaga keperawatan yang
berasal dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan (ahli madya, ners, ners spesialis, ners
konsultan).
Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan
praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung oleh
perawat profesional dengan sebutan Licensed Vocational Nurse (LVN). Menurut PPNI perawat
vokasional adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan
yang diakui pemerintah dan diberi tugas penuh oleh pejabat yang berwenang.

3.5 Standar Kompetensi Perawat Indonesia

Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan
standar kinerja (performance) yang ditetapkan.
Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan. Menghadapi era globalisasi,
standar tersebut harus ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku pada sektor industri
kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara internasional.
Standar kompetensi disusun dengan tujuan :
a. Bagi lembaga pendidikan dan pelatihan keperawatan
1. Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan kurikulum pendidikan
keperawatan
2. Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan kurikulum pelatihan
keperawatan 
b. Bagi dunia usaha/industri kesehatan dan pengguna, sebagai acuan dalam
1. Penetapan uraian tugas bagi tenaga keperawatan.
2. Rekruitmen tenaga perawat.
3. Penilaian unjuk kerja

10
4. Pengembangan program pelatihan yang spesifik

c. Bagi institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi perawat


Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan
kualifikasi dan jenis.

3.6 Struktur Organisasi Perawat di Ruangan


Berdasarkan model praktek keperawatan profesional (MPKP), pengorganisasian di
ruangan menggunakan pendekatan sistem atau metode penugasan tim. Tenaga perawat
diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim
keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien di
ruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk
itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien.
Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan sistem penugasan tim-primer
keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang membawahi dua atau lebih ketua
tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana
yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok klien.
Uraian tugas masing-masing perawat di ruangan menurut MPKP antara lain :

a. Kepala ruangan

1. Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.


2. Mengorganisir pembagian tim dan pasien.
3. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.
4. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.
5. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya.
6. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak
lanjutinya.
7. Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya.

11
b. Wakil Kepala Ruangan

1. Sebagai pembantu utama di ruangan dalam melaksanakan tugas ketatausahaan, mengawasi


serta mengendalikan keperawatan diruangan yang menjadi tanggung jawabnya
2. Mewakili Kepala ruangan bila kepala ruangan berhalangan

c. Perawat Primer (Primary Nurse)

1. Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.


2. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.
3. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-
sama anggota timnya.
4. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan.
5. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
6. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya.
7. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.

d. Perawat Asosiet (Associate Nurse)

1. Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya.


2. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan pasien dan
keluarganya.
3. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

3.7 Bidan
Bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi
oleh seluruh organisasi bidandi seluruh dunia, dandiakui oleh WHO dan Federation of
International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam
pertemuan Internasional/ Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27,

12
pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui dinegaranya, telah lulus
dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki
izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik  bidan. 
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama
masahamil, masa persalinan dan masanifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri
dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup
upaya pencegahan,  promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan
akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan.Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan,kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan
dapat  praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah
Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
Sedangkan defenisi Bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia ( IBI ) adalah seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di
wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan
diakui sebagai tenaga professional yang bertanggungjawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama
masahamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri
dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. 
Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,  promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawatdaruratan.

13
3.8 Sumber Hukum Peran Bidan
KEPMENKESRI NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang standar profesi
bidan , dalam penyelenggaraan praktek bidan atau kebidanan diharuskan memiliki :
1. Legislasi
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi ( pe
ngaturan kompetensi ), registrasi ( pengaturan kewenangan ), dan lisensi ( pengaturan penyelen
ggaraan kewenangan ). Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakan dan pengabdiannya.
Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekarang adalah
dengan mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal
sekarang para bidan yang membuka praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus
memiliki ijasah setara D3. Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum
terjun kedunia kerja. Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga
kesehatan tersebut layak bekerja sesuai dengan keahliannya. Mengingat maraknyasekolah-
sekolah ilmu kesehatan yang terus tumbuh setiap tahunnya. Jika tidak lulus dalam uji
kompetensi, jelas bidan tersebut tidak bisamenjalankan profesinya. Karena syarat untuk
berprofesi adalah memiliki suratizin yang dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi.
 Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi :
 Mempertahankan kualitas pelayanan
 Memberi kewenangan
 Menjamin perlindungan hukum
 Meningkatkan profisionalisme
SIB adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh DEPKES yangmenyatakan bahwa
bidan berhak menjalankan pekerjaan kebidanan.

14
2. Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk
melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh badan tesebut. Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan
terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau
standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksan
akan praktik profesinya. (Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia
nomor 900/MENKES/SK/VII/2002)Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan
mendapatkan haknya untuk ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan
administrasi untuk lisensi.
Tujuan Registrasi :
 Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan
ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat
 Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus
mal praktik.
 Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Aplikasi proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai
berikut, bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi
kepada kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi
pendidikan berada guna memperoleh SIB ( surat ijin bidan ) selambat-lambatnya satu bulan
setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes
No.900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan, fotokopi transkrip nilai
akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2lembar.
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasaruntuk
penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB ( surat ijin praktik bidan ).SIB tidak berlaku lagi
karena: dicabut atas dasas ketentuan perundang-undanganyang berlaku, habis masa berlakunya
dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.

15
3. Lisiensi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang
berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesiyang teregistrasi untuk pelayanan
mandiri. Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan
yang telah ditetapkan.
Tujuan lisensi adalah:
 Memberikan kejelasan batas wewenang- Menetapkan sarana dan prasarana
 Meyakinkan klienAplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB
(SuratIjan Praktik Bidan).
SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang
menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratanyang ditetapkan. Bidan yang menjalankan
praktik harus memiliki SIPB, yangdiperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas KesehatanKabupaten atua Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai
beriku: fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah bidan, surat persetujuan atasan,surat
keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto.Rekomendasi yang
telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahuludilakukan penilaian kemampuan
keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan melakukan praktik
bidan. 
Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang diaplikasikan
dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidanyang mengurus SIPB atau lisensi.
Meskipun Uji Kompetensi sekarang ini baru pada tahap uji coba dibeberapa wilayah,
termaksud Propinsi Jawa Tengah danYogyakarta, sehingga ,memang belum dibakukan. SIPB
berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.

16
BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO
2. SK daftar Nama staf klinis yang berwenang

17
BAB V
PENUTUP

Dengan tersusunnya buku Pedoman Pedoman tentang penetapan staf klinis yang
kompeten dan berwenang untuk memberikan obat dan pembatasannya dapat diselesaikan,
diharapkan dapat membantu rumah sakit dalam menyusun dokumen-dokumen yang terkait
dengan akreditasi rumah sakit, serta membantu petugas pelaksana untuk memberikan obat
secara benar. Sehingga dapat menjamin keselamatan pasien, keselamatan kerja dan
pengendalian mutu pelayanan di rumah sakit.

18

Anda mungkin juga menyukai