Anda di halaman 1dari 22

MINI C-EX

KALAZION

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Ilmu Penyakit Mata RSUD dr.Tjitrowardojo Purworejo

Dokter Pembimbing:
dr. Evita Wulandari, Sp. M

Disusun Oleh:
Rizkiriyanti Supardi
20174011180

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


RSUD DR TJITROWARDOJO PURWOREJO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

MINI C-EX

KALAZION

Disusun Oleh :
Rizkiriyanti Supardi
20174011180

Telah disetujui dan dipresentasikan pada Juli 2019

Mengetahui,
Doter Pembimbing

dr. Evita Wulandari, Sp.M


BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. MNF

Usia : 2 Tahun

Jenis kelamin : laki- laki

Alamat : Karangsari RT 03 RW 01 Bener Purworejo

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Ada benjolan di lipatan mata kanan bagian atas.

2. Keluhan Tambahan

Ibu paasien merasa benjolan pada lipatan mata kanan bagian atas pasien
semakin membesar, dan mengatakan pasien merasa ganjal dengan
benjolan tersebut, keluhan disertai kemerahan, tidak terasa nyeri, gatal,
maupun berair.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien bersama ibunya datang ke poliklinik mata RSUD Dr. Tjitrowardojo


Purworejo dengan keluhan lipatan mata kanan bagian atas terasa
mengganjal, ada benjolan pada bagian dalam lipatan mata kanan atas yang
disertai kemerahan, pasien tidak merasakan nyeri, gatal, dan berair.
Keluhan sudah dirasakan dirasakan pasien sejak usia 5 bulan dan semakin
tambah umur benjolan terlihat semakin besar.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa (+)
Riwayat penyakit asma dan alergi disangkal
Riwayat penyakit mata maupun operasi mata disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa

Riwayat alergi dan asma dalam keluarga (-)

Riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus dalam keluarga disangkal

6. Riwayat Personal Sosial :

1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat Kehamilan

Pasien adalah anak dari seorang ibu berusia 30 tahun, UK: 38 minggu.
Kontrol rutin di bidan Purworejo. Keluhan selama hamil: mual dan
muntah waktu hamil muda, pusing-pusing pernah tapi jarang, darah tinggi
(-), demam waktu hamil (-). Kebiasaan selama hamil: minum jamu/obat-
obatan yang tidak diresepkan dokter/bidan (-), konsumsi alkohol (-),
merokok (-), kerja berat (-). Kondisi psikologi ibu selama hamil baik dan
merasa sangat bahagia. Kehamilan merupakan kehamilan yang
diharapkan.

Riwayat Persalinan

Persalinan secara spontan di bidan purworejo. Bayi tunggal. UK: 38


minggu. BBL: 3100 gram, PB: 47 cm. Keadaan bayi saat lahir: langsung
menangis (+), biru (-). Keadaan air ketuban tidak diketahui. IMD (-).

Riwayat Pasca Persalinan

Keadaan setelah persalinan ibu selamat dan bayi sehat. Kulit bayi kuning
(-), bayi aktif dan menangis kuat. ASI ibu langsung keluar.

2. Tumbuh Kembang

Pertumbuhan
Pertambahan Tinggi badan dan berat badan pasien terus meningkat
hingga sekarang.
Perkembangan

1. Motorik halus

Memegang mainan usia 3 bulan

Meraih menggapai usia 5 bulan

2. Motorik kasar

Tengkurap kepala diangkat usia 1 bulan Duduk usia 8 bulan

Merangkak usia 9 bulan

Berdiri sendiri usia 10 bulan

Berjalan usia 11 bulan

3. Bahasa
Berbicara usia 18 bulan
4. Lingkungan
Anak tinggal dirumah dan lingkungan yang bersih, ventilasi dan
jendela ruangan di rasa cukup dan menetap di Kota Purworejo. Di
rumah tidak ada yang mengalami hal yang serupa seperti pasien. Di
lingkungan tidak ada yang megalami hal yang serupa. Air yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga tersebut
berasal dari air PDAM dan air sumur.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : 90/700 mmHg

Frekuensi Nadi : 84 kali/menit


Frekuensi Nafas : 22 kali/menit

Suhu : Afebris

2. STATUS OPHTALMOLOGIS

Gambar 1. Foto kedua mata pasien

Gambar 2. Mata kanan Pasien

Gambar 3. Mata Kiri Pasien


Tabel 1. Hasil pemeriksaan Mata Pasien

Pemeriksaan OD OS
Visus Sulit dinilai Sulit dinilai
Palpebra
Spasme (-) (-)
Odem (-) (-)
Retraksi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Lesi (+) (-)
terdapat benjolan di
konjungtiva palpebra
posterior, hiperemi
(+), batas tegas,
diameter ± 0,5 cm,
mobile,
Konjungtiva
Odem (-) (-)
Hiperemis
Inj. Konjungtiva (+) (-)
Inj. Perikornea (-) (-)
Sub. Konj. Bleeding (-) (-)
Sekret
Serose (-) (-)

Mukoid (-) (-)


(-) (-)
Purulen
(-) (-)
Mukopurulen

Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Edema (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)

COA Dalam Dalam


Isi Jernih Jernih

Iris / Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Kedudukan Sentral Sentral
Refleks direk (+) (+)
Refleks indirek (+) (+)

Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Sentral Sentral

TIO N N

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

D. USULAN PEMERIKSAAN

□ Pemeriksaan slit-lamp

□ Pemeriksaan histopatologis

□ Biopsy, Diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma


kelenjar meibom mirip dengan tampilan kalazion

D. DIAGNOSIS BANDING

 Kalazion
 Hordeolum
 Blefaritis

8
E. DIAGNOSIS KERJA

Kalazion palpebral superior oculus dextra

F. PENATALAKSANAAN

□ Farmakologi

- TobrosonTM ed 6 x OS
- Methyl Prednisolon 4mg 3x1/4 tab

□ Nonfarmakologis dan Edukasi

- Pemberian kompres air hangat 3-4 kali sehari selama 10-15 menit

G. PROGNOSIS

□ Advitam : Dubia ad bonam

□ Adsanationam : Dubia ad bonam

□ Advisam : Dubia ad bonam

□ Adkosmetikam : Dubia ad bonam

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Palpebra
Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung yang menutupi
mata.Palpebra superior sangat tipis sedangkan palpebra inferior sedikit lebih
tebal. Muskulus orbicularis berfungsi sebagai sfingter pada kelopak mata.
Muskulusini diinervasi oleh cabang temporal dan zygomatic dari syaraf
wajah. Otot inidibagi menjadi tiga bagian: pretarsal, preseptal, dan preorbital.
Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka
(orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis
membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).

Struktur Palpebra
a. Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.
b. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.

G. Jaringan Areolar

Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis


oculi berhubungan dnegan lapisan subaponeurotik kulit kepala.

H. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra yang merupakan lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).

I. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Tepian Palpebra

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi


tepian anterior dan posterior.

Tepian Anterior
- Bulu mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu
mata atas lebih panjang dan lebih banyak daripada bulu mata bawah serta
melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah

1
- Glandula Zeis
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang bermuara
ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata

- Glandula Moll
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringan yang bermuara
membentuk suatu barisan dekat bulu mata.

Tepian Posterior

Tepian palpebra superior berkontak dengan bulu mata dan sepanjang


tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
(kelenjar Meibom atau tarsal)

Punktum lakrimalis

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior


palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. Fisura palpebrae adalah ruang elips di
antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan
lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan
membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian
muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan
berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius
menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior;
septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra


superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal
dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah
aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung seratserat otot
polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebrainferior, retraktor
utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa
untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas
bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae
disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok
oleh nervus okulomotoris.
1
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.

Pada Kelopak terdapat Bagian-Bagian:

1. Kelenjar:

a. Kelenjar Sebasea

b. Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat

c. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut


dan juga menghasilkan sebum

d. Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar


ini menghasilkan sebum (minyak).

2. Otot-otot Palpebra:

a. M. Orbikularis Okuli

Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di


bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. Fasialis.

b. M. Levator Palpebra.

Berorigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus atas
dengan sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

Gerakan palpebra

1. Menutup : Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N.VII) dan relaksasi M.


Levator Palpebra superior. M. Rioland menahan bagian belakang
palpebra terhadap dorongan bola mata.

2. Membuka : Kontraksi M. Levator Palpebra Superior (N.III). M.


Muller mempertahankan mata agar tetap terbuka.

1
B. Definisi Kalazion

Kalazion merupakan peradangan lipogranuloma pada kelenjar


Meibom. Ppenyebab tidak di ketahui, diduga karena gangguan sekresi yang
menyebabkan sumbatan. Factor tambahan pada kelainan ini antara lain
sumbatan mekanis (akibat pembeadahan), infeksi bakteri yang ringan, dan
blefaritis. Gambaran klinis keadaan ini di uraikan seperti berikut ini. atau
kelenjar Zeis yang tersumbat. Kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea yang
menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata dengan
infeksi ringan dan mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar tersebut.
Kalazion dapat mengenai semua umur. Pada kalazion terjadi penyumbatan
kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan
kronis tersebut.

Gambar kalazion

C. EPIDEMIOLOGI

Kalazion terjadi pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada
dewasa dibandingkan dengan anak- anak, sementara pada umur yang
ekstrim (remaja belasan tahun atau wanita usia lebih dari 35 tahun)
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon androgen dapat meningkatkan sekresi

1
sabaseous dan viskositas sehingga dapat menjelaskan terjadinya penumpukan
pada masa pubertas dan selama kehamilan.

D. ETIOLOGI

Kalazion merupakan suatu penyakit idiopatik, dimana penyebabnya


tidak diketahui secara pasti. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra
superior, dimana jumlah kelenjar meibom lebih banyak daripada di
palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat
menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan
penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih
seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih
berminyak. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan
acne rosacea. Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga
sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion.

Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk


mengalir keluarkelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh
karena tidak dapat mengalir keluar, produksi minyak tertimbun di dalam
kelenjar dan membentuk tembel di palpebra. Kelenjar dapat pecah,
mengeluarkan minyak ke jaringan palpebra sehingga menyebabkan inflamasi
dan kadang-kadang jaringan parut. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi
kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak).
Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada wajah (facial
erythema), teleangiektasis danspider nevi pada pipi, hidung, dan kulit
palpebra.

Faktor Resiko Kalazion:


- Belum diketahui dengan pasti factor resiko apa yang menyebabkan
terjadinya kalazion.
- Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan
kalazion meskipun perannyamasih perlu dibuktikan.
- Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun stress belum
dibuktikan sebagaipenyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan
kalazion belum diketahui.

1
E. PATOFISIOLOGI

Kalazion merupakan radang granulomatosa kelenjar Meibom. Di


dalam nodul terdapat sel imun yang responsif terhadap steroid termasuk
jaringan ikat makrofag seperti histiosit, sel raksasa multinucleate plasma,
sel polimorfonuklear, leukosit dan eosinofil. Kalazion akan memberi gejala
adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan
adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-
kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya
sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.

Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,


kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan
antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses
piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat
menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul
tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra
atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom
yang berdilatasi.

F. MANIFESTASI KLINIS

Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak,


tidak hiperemi,tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk
bola mata akibat tekanannya sehingga terjadikelainan refraksi pada mata
tersebut. Awalnya, pasien datang dengan riwayat singkat adanya keluhan
pada palpebra baru-baruini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan).

Setelah beberapa hari, gejala-gejala awal hilang, tanpa rasa sakit,


tumbuh lambat, benjolan tegasdalam kelopak mata. Kulit di atas benjolan
dapat digerakkan secara longgar. Seringkaliterdapat riwayat keluhan yang
sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan
kambuh pada individu-individu tertentu. Kalazion lebih sering timbul pada
1
palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak
daripada palpebra inferior.
Tanda dan gejala kalazion

1. Benjolan pada kelopak mata yang terjadi dalam beberapa minggu,


tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan

2. Pseudoptosis

3. Tidak ada nyeri tekan


4. Konjungtiva pada daerah tersebut kemerahan dan meninggi
5. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium jarang di minta, namun pemeriksaan


patologik menunjukkan proliferasi endotel asinus dan respon radang
granulomatosa yang mencakup sel-sel kelenjar mirip Langerhans. Biopsi di
indikasikan untuk kalazion yang kambuh, karena tampilan karsinoma kelenjar
meibom dapat mirip kalazion.

K. DIAGNOSIS

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala yaitu adanya pembengkakan


pada palpebra, tidak ada nyeri tekan dan hasil pemeriksaan palpebra yaitu
didapatkan edema palpebra, tidak hiperemis dan adanya pseudoptosis. Kadang
saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk
memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi.

Diagnosa banding
□ Hordeolum

1
Gambar hordeolum
□ Blefaritis

Gambar Blefaritis

L. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologi
1) Kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali/hari untuk
membantu drainase.

2) Jangan menekan atau menusuk kalazion, hal ini dapat menimbulkan


infeksi yang lebih serius.

2. Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan.

1) Antibiotik topikal

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama


7-10 hari.

2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus kalazion
dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin
atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila
alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300
mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali
sehari selama 7 hari.

1
Untuk mengurangi gejala:

a. Dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan ekstirpasi


kalazion tersebut.

Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pentokain.Obat


anestesia infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan kalazion. Kalazion
dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva
tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra
dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas
dan diberi salep mata.

Gambar 8. Ekskokleasi kalazion


b. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis
dengan kemungkinan adanya suatu keganasan.5

c. Pembedahan

Bila dengan pengobatan selama >2 minggu tidak berespon dengan baik,
maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase
pada kalazion.

1
Drainase dilakukan melalui tindakan insisi dan kuretase transkonjungtival.
Sebelumnya diberikan anastesi lokal infiltrasi, atau dapat juga dengan
menggunakan anastesi topikal berbentuk krim untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien anak-anak.

M. KOMPLIKASI
Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya
tonjolan, trikiasis, dan hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion dapat
terjadi astigmatisma jika massa palpebra mencapai bagian kornea. Kalazion
yang didrainase secara tidak sempurna dapat mengakibatkan timbulnya
massa besar terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke konjungtiva atau
kulit.

N. PROGNOSIS
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang
baik. Seringkali timbul lesi baru dan rekuren, ini terjadi pada lokasi yang sama
akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan
dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut
intermiten.6

2
DAFTAR PUSTAKA

External Disease and Cornea. America Academic of


Ophtalmology. Singapura. 20082009. Hal 87-88.

Ilyas S, Sari Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga, Balai Penelitian FKUI, Jakarta,
2005.

Ilyas, sidarta, Ilmu Penyakit Mata edisi keempat, Badan Penerbit FK UI, Jakarta,
2011.

Riordan-eva, paul, oftalmologi umum edisi 17, EGC, Jakarta, 2009.

Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta,
2000: Hal 17-20.

Wessels IF. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. Last Updated : 23


September 2002.

Wijaya Nana, Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke 5, Abadi Tegal, Jakarta, 1993. Hal
20-21.
22

Anda mungkin juga menyukai