Toaz - Info-Mini-C-Ex-Kalazion-Pr - (2) - Dikonversi
Toaz - Info-Mini-C-Ex-Kalazion-Pr - (2) - Dikonversi
KALAZION
Dokter Pembimbing:
dr. Evita Wulandari, Sp. M
Disusun Oleh:
Rizkiriyanti Supardi
20174011180
MINI C-EX
KALAZION
Disusun Oleh :
Rizkiriyanti Supardi
20174011180
Mengetahui,
Doter Pembimbing
A. IDENTITAS PASIEN
Usia : 2 Tahun
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
Ibu paasien merasa benjolan pada lipatan mata kanan bagian atas pasien
semakin membesar, dan mengatakan pasien merasa ganjal dengan
benjolan tersebut, keluhan disertai kemerahan, tidak terasa nyeri, gatal,
maupun berair.
Riwayat Kehamilan
Pasien adalah anak dari seorang ibu berusia 30 tahun, UK: 38 minggu.
Kontrol rutin di bidan Purworejo. Keluhan selama hamil: mual dan
muntah waktu hamil muda, pusing-pusing pernah tapi jarang, darah tinggi
(-), demam waktu hamil (-). Kebiasaan selama hamil: minum jamu/obat-
obatan yang tidak diresepkan dokter/bidan (-), konsumsi alkohol (-),
merokok (-), kerja berat (-). Kondisi psikologi ibu selama hamil baik dan
merasa sangat bahagia. Kehamilan merupakan kehamilan yang
diharapkan.
Riwayat Persalinan
Keadaan setelah persalinan ibu selamat dan bayi sehat. Kulit bayi kuning
(-), bayi aktif dan menangis kuat. ASI ibu langsung keluar.
2. Tumbuh Kembang
Pertumbuhan
Pertambahan Tinggi badan dan berat badan pasien terus meningkat
hingga sekarang.
Perkembangan
1. Motorik halus
2. Motorik kasar
3. Bahasa
Berbicara usia 18 bulan
4. Lingkungan
Anak tinggal dirumah dan lingkungan yang bersih, ventilasi dan
jendela ruangan di rasa cukup dan menetap di Kota Purworejo. Di
rumah tidak ada yang mengalami hal yang serupa seperti pasien. Di
lingkungan tidak ada yang megalami hal yang serupa. Air yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga tersebut
berasal dari air PDAM dan air sumur.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Tanda Vital
Suhu : Afebris
2. STATUS OPHTALMOLOGIS
Pemeriksaan OD OS
Visus Sulit dinilai Sulit dinilai
Palpebra
Spasme (-) (-)
Odem (-) (-)
Retraksi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Lesi (+) (-)
terdapat benjolan di
konjungtiva palpebra
posterior, hiperemi
(+), batas tegas,
diameter ± 0,5 cm,
mobile,
Konjungtiva
Odem (-) (-)
Hiperemis
Inj. Konjungtiva (+) (-)
Inj. Perikornea (-) (-)
Sub. Konj. Bleeding (-) (-)
Sekret
Serose (-) (-)
Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Edema (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Iris / Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Kedudukan Sentral Sentral
Refleks direk (+) (+)
Refleks indirek (+) (+)
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Sentral Sentral
TIO N N
D. USULAN PEMERIKSAAN
□ Pemeriksaan slit-lamp
□ Pemeriksaan histopatologis
D. DIAGNOSIS BANDING
Kalazion
Hordeolum
Blefaritis
8
E. DIAGNOSIS KERJA
F. PENATALAKSANAAN
□ Farmakologi
- TobrosonTM ed 6 x OS
- Methyl Prednisolon 4mg 3x1/4 tab
- Pemberian kompres air hangat 3-4 kali sehari selama 10-15 menit
G. PROGNOSIS
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Palpebra
Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung yang menutupi
mata.Palpebra superior sangat tipis sedangkan palpebra inferior sedikit lebih
tebal. Muskulus orbicularis berfungsi sebagai sfingter pada kelopak mata.
Muskulusini diinervasi oleh cabang temporal dan zygomatic dari syaraf
wajah. Otot inidibagi menjadi tiga bagian: pretarsal, preseptal, dan preorbital.
Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka
(orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis
membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).
Struktur Palpebra
a. Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.
b. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.
G. Jaringan Areolar
H. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra yang merupakan lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
I. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Tepian Palpebra
Tepian Anterior
- Bulu mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu
mata atas lebih panjang dan lebih banyak daripada bulu mata bawah serta
melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah
1
- Glandula Zeis
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang bermuara
ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata
- Glandula Moll
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringan yang bermuara
membentuk suatu barisan dekat bulu mata.
Tepian Posterior
Punktum lakrimalis
1. Kelenjar:
a. Kelenjar Sebasea
2. Otot-otot Palpebra:
a. M. Orbikularis Okuli
b. M. Levator Palpebra.
Berorigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus atas
dengan sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Gerakan palpebra
1
B. Definisi Kalazion
Gambar kalazion
C. EPIDEMIOLOGI
Kalazion terjadi pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada
dewasa dibandingkan dengan anak- anak, sementara pada umur yang
ekstrim (remaja belasan tahun atau wanita usia lebih dari 35 tahun)
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon androgen dapat meningkatkan sekresi
1
sabaseous dan viskositas sehingga dapat menjelaskan terjadinya penumpukan
pada masa pubertas dan selama kehamilan.
D. ETIOLOGI
1
E. PATOFISIOLOGI
F. MANIFESTASI KLINIS
2. Pseudoptosis
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
K. DIAGNOSIS
Diagnosa banding
□ Hordeolum
1
Gambar hordeolum
□ Blefaritis
Gambar Blefaritis
L. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologi
1) Kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali/hari untuk
membantu drainase.
2. Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan.
1) Antibiotik topikal
2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus kalazion
dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin
atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila
alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300
mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali
sehari selama 7 hari.
1
Untuk mengurangi gejala:
c. Pembedahan
Bila dengan pengobatan selama >2 minggu tidak berespon dengan baik,
maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase
pada kalazion.
1
Drainase dilakukan melalui tindakan insisi dan kuretase transkonjungtival.
Sebelumnya diberikan anastesi lokal infiltrasi, atau dapat juga dengan
menggunakan anastesi topikal berbentuk krim untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien anak-anak.
M. KOMPLIKASI
Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya
tonjolan, trikiasis, dan hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion dapat
terjadi astigmatisma jika massa palpebra mencapai bagian kornea. Kalazion
yang didrainase secara tidak sempurna dapat mengakibatkan timbulnya
massa besar terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke konjungtiva atau
kulit.
N. PROGNOSIS
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang
baik. Seringkali timbul lesi baru dan rekuren, ini terjadi pada lokasi yang sama
akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan
dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut
intermiten.6
2
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S, Sari Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga, Balai Penelitian FKUI, Jakarta,
2005.
Ilyas, sidarta, Ilmu Penyakit Mata edisi keempat, Badan Penerbit FK UI, Jakarta,
2011.
Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta,
2000: Hal 17-20.
Wijaya Nana, Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke 5, Abadi Tegal, Jakarta, 1993. Hal
20-21.
22