Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGKAJIAN FIKSI

KAJIAN FEMINISME NOVEL “CINTA DI DALAM GELAS” KARYA ANDREA


HIRATA

Disusun Oleh:

Nama : Alriana Saras Sri Baharizky

NIM : A310200161

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,


perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang
membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo dan Saini, 1997:3). Selanjutnya
Sudjiman (1990:71) mengatakan bahwa sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki
berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan
ungkapannya.

Melalui karya sastra, seorang pengarang menyampaikan pandangannya tentang


kehidupan yang ada di sekitarnya. Banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa ditemukan dalam
karya sastra. Sastra merupakan hasil budaya manusia yang berisi nilai-nilai kehidupan yang
berlaku dalam masyarakat. Sastra juga merupakan hasil pengolahan jiwa pengarang dengan
melalui suatu proses perenungan yang panjang mengenai hakikat hidup dan kehidupan.

Karya sastra ditulis dengan penuh penghayatan dan sentuhan jiwa yang dikemas
dalam imajinasi yang dalam tentang kehidupan (Rokhmansyah, 2014:2). Karya sastra mampu
memberikan rasa puas dan senang kepada pembaca karena terhibur dari cerita fiksi yang
dihadirkan oleh pengarang, juga berupa nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil melalui
amanat-amanat yang disampaikan pengarang dalam karya sastra.

Memahami sebuah karya sastra dalam rangka mencari maknanya dapat melalui
struktur yang terdapat dalam karya sastra. Struktur merupakan tata hubungan antara bagian-
bagian suatu karya sastra (Sudjiman, 1990:75). Struktur karya sastra terdiri dari unsur-unsur
yang membangun karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur
pembangun karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat, sehingga antara satu dengan yang
lainnya tidak dapat dipisahkan.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat memberikan kesan
kepada pembaca melaui cerita yang ada di dalamnya. Novel juga merupakan ungkapan
fenomena sosial dalam aspek-aspek kehidupan yang dapat digunakan sebagai sarana
mengenal manusia dan zamannya. Menurut Kosasih (2006:54) novel adalah karya imajinatif
yang mengisahkan sisi utuh problematika kehidupan seseorang atau beberapa tokoh.
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin melakukan analisis terhadap unsur-unsur
pembangun dalam novel “Cinta di Dalam Gelas” karya Andrea Hirata. Penulis ingin
mengetahui unsur-unsur apa saja yang membangun cerita dalam novel “Cinta di Dalam
Gelas” karya Andrea Hirata dengan cara mengkaji unsur-unsur dalam sebuah karya sastra.
Selain mengkaji unsur-unsurnya, dalam kajian ini peneliti juga akan mengkaji aspek
feminisme yang ada di dalam novel “Cinta di Dalam Gelas” karya Andrea Hirata. Feminisme
disebut-disebut sebagai gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara
kaum wanita dan pria.

Permasalahan yang muncul dari perspektif feminisme lebih difokuskan pada aspek
sosial yang melihat perbedaan jenis kelamin manusia dalam kedudukannya ditengah
masyarakat. Permasalahan tersebut tidak akan terjadi jika ada keadilan dan kesetaraan
hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam ruang pergaulan sosial yang saling
menghargai dan berdampingan dalam kesetaraan.

Fakta membuktikan bahwa makhluk yang sering mengalami bentuk ketidakadilan


adalah perempuan. Perempuan selalu menjadi sosok nomor dua dalam pergaulan sosial dan
hal itu telah berlangsung lama. Hal tersebut membangkitkan kesadaran bagi kaum perempuan
untuk melakukan usaha-usaha demi tercapainya kesetaraan jender

Alasan itulah yang mendasari peneliti untuk menggali lebih jauh mengenai
ketimpangan gender dalam sebuah karya sastra. Melalui novel “Cinta di Dalam Gelas” karya
Andrea Hirata ini, peneliti akan menjelaskan dan menguraikan bagaimana dominasi atau
superioritas laki-laki terhadap perempuan. Pemilihan novel Cinta di Dalam Gelas,
dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk memahami dan menganalisis unsur feminisme
di dalamnya. Novel ini menggambarkan bagaimana pergolakan nasib seorang perempuan
dipertaruhkan sebagai tulang punggung keluarga.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana struktur cerita dari novel “Cinta di Dalam Gelas” karya Andrea Hirata?
2. Bagaimana perspektif gender (feminisme) dalam novel “Cinta di Dalam Gelas” karya
Andrea Hirata?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan beberapa masalah, yakni:

1. Memaparkan struktur cerita dari novel “Cinta di Dalam Gelas” karya Andrea Hirata?
2. Mendeskripsikan perspektif gender (feminisme) dalam novel “Cinta di Dalam Gelas”
karya Andrea Hirata?

D. Manfaat Penelitian

Untuk memahami unsur-unsur novel "Cinta di Dalam Gelas" dalam kajian feminis karya
Andrea Hirata , untuk mengetahui pembelajaran yang terkandung dalam novel. Untuk
mendalami materi tentang unsur-unsur suatu karya sastra, khususnya novel. Itu. Manfaat
praktis yang diharapkan adalah membangun karakter yang kuat dan menumbuhkan kebaikan
kepribadian generasi muda.

BAB II

KAJIAN TEORI

Analisis struktural adalah penguraian karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya,
atau atas unsurunsur yang membangunya. Dengan pendekatan tersebut karya sastra yang
komplek dan rumit dapat dipahami. Dengan demikian, dimungkinkan orang untuk
memberikan penilaian terhadapnya. Analisis strukturalisme sastra adalah pendekatan yang
menekankan unsur intrinsik yang membangun karya.

Analisis struktural memiliki tujuan adalah memahami secara teliti, menyuguhkan,


membongkar secara tepat, detail, dan sekuat mungkin melalui analisis struktural berupa suatu
isi dengan hasil makna yang baik dalam suatu karya (Teeuw, 1984: 135).

Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai
respon atas berkembangnya feminis di berbagai penjuru dunia.(Djajnegara, 2000:27) Kritik
sastra feminis berasal dari keinginan para feminis untuk mengkaji karya sastra penulis
perempuan terdahulu serta untuk mewujudkan citra perempuan dalam karya penulis-penulis
pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk dengan berbagai cara ditekan, ditafsirkan,
serta disepelekan oleh tradisi patriarkat yang dominan.
Feminis berpandangan bahwa teoretisi laki-laki telah menganggap remeh penindasan yang
dialami perempuan di rumah tangga, pasar kerja, politik, dan budaya karena mereka melihat
perempuan secara esensial bukanlah warga negara. Feminis mengkonsepsikan patriarki
sebagai masalah struktural bagi perempuan yang secara umum telah diabakan oleh teoretis
laki-laki, yang menempatkan dominasi dalam isu politik dan ekonomi yang darinya
perempuan-perempuan telah banyak disingkirkan. Teori feminis bukan hanya mempolitisasi
seksualitas dan somestikasi, namun juga mengkaitkan politik gender di dunia kerja upahan
dan kehidupan publik.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi.
Endraswara (2013:79) mengungkapkan bahwa sosiologi sastra adalah penelitian yang
terfokus pada masalah manusia.Kareana sastra sering mengungkapkan perjuangan umat
manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Struktur

Berikut ini merupakan hasil analisis struktural dari novel “Cinta di Dalam Gelas” karya
Andrea Hirata:

1) Unsur Intrinsik:
1. Tema

Tema dari novel “Cinta di Dalam Gelas” karya Andrea Hirata adalah mengenai seorang
perempuan teladan, yang gigih dan memiliki semangat dalam menjalani kehidupan. Hal ini
tercermin dari tokoh perempuan bernama Enong yang masih berusia 14 tahun, tetapi terpaksa
harus putus sekolah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berikut kutipan
teks yang mencerminkan keteladanan atau kegigihan tokoh tersebut.

“Enong bekerja keras menjadi pendulang timah sejak usianya baru 14 tahun. Ia berusaha
sedapat-dapatnya memenuhi apa yang diperlukan ketiga adiknya dari seorang ayah”
“Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu, lalu segera kembali
ke danau. Ia menyingsingkan lengan baju, turun ke banaran dan mulai menggali lumpur. Ia
terus menggali dan menggali. Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya
bercucuran, tubuhnya berlumur lumpur.Ia mengumpulkan galiannya ke dalam dulang,
mengisinya dengan air, mengayak-ngayaknya. Sore itu. Pendulang timah perempuan pertama
di dunia ini, telah lahir”

“Enong, tetap bekerja sebagai pendulang timah. Namun, ia tak lagi satu-satunya perempuan.
Sekarang dengan mudah dapat ditemukan perempuan di ladang tambang. Enonglah yang
memulai semua itu. Enong masih pula setia saling berkirim surat dengan sahabat penanya,
Minarni. Minatnya pada bahasa Inggris tak lekang- lekang. Ia bahkan meningkatkan kelas
kursusnya dan tetap naik bus dua kali seminggu untuk kursus di Tanjong Pandan, tak pernah
bosan”

2. Alur

Alur dari novel “Cinta di Dalam Gelas” karya Andrea Hirata ini menggunakan alur maju. Hal
ini dibuktikan dari cerita yang dimulai dari perkenalan tokoh Enong dari kecil hingga dewasa,
kemudian ia menikah dengan tokoh Matarom. Novel ini secara garis besar menceritakan lika-
liku kehidupan Enong, yang ditinggal ayahnya ketika masih kecil, sehingga ia harus
mengambil tanggung jawah untuk memenuhi kebutuhan kelaurganya, sebagai anak tertua.

3. Latar/Setting

Latar dari novel “Cinta di Dalam Gelas” karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut:

a. Latar Waktu
 Malam hari
“Orang-orang Tionghoa tanpa banyak cingcong, buka bakiak, tiup lampu minyak,
naik ke dipan sejak pukul delapan tadi karena besok subuh mereka harus bangun
cepat dan Kembali bekerja”
 Tengah Hari
“Menjelang tengah hari, sebuah mobil pickup berhenti di depan rumah”
 Pagi Hari
“Maka, dengan perasaan sangat terpaksa, aku harus berangkat kerja pagi-pagi”
“Senin, pukul tujuh pagi, puncak kesibukan ibu kota kabupaten”
 Sore Hari
“Jika sore, aku minta penyiar Radio AM suara pengejawantahan untuk memutar lagu
pesananku”
b. Latar Tempat
 Rumah Enong
“Ketiga adik Enong meninggalkan rumah, mengikuti suami masing-masing.
Tinggallah Syalimah dan Enong, serta rumah mereka yang sepi”
 Warung
“Seorang begundal lain masuk ke warung, mengambil posisi dekat meja kasir.
 Pekarangan
“Belum terang tanah, Enong sudah berdiri agak gemulai di pekarangan, persis
penari Semenanjung ingin menyambut pejabat tinggi dari Jakarta yang baru turun
dari pesawat baling-baling”
 Toko Tanjung Pandan
“Suatu ketika, Enong mengajak Ania ke sebuah toko di Tanjong Pandan. Ia
membelikan adik pangkuannya itu baju yang bagus”
 Danau
“Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu, lalu segera
kembali ke danau”
 Aula Gedung
“Pada suatu Sabtu pagi yang menyenangkan, dengan pakaian terbaik, aku dan
Detektif M. Nur duduk di aula sebuah gedung di ibu kota kabupaten”
 Finlandia
“Di bagian dunia yang lain, nun di pusat Kota Helsinski, ibu kota Finlandia, sebuah
hall yang megah telah dipadati pengunjung, fans, dan wartawan”
c. Latar Suasana
 Gembira
“Syalimah menertawakan kelakuannya sendiri, karena keranjinga menikmati sensai
sebuah kejutan”
 Sedih
“Syalimah tersebut, ia bersimpuh di samping Zamzami yang telah mati”
 Kaget
“Enong menutup mulutnya. Matanya terbelalak. Ia sangat terkejut mendengar
namanya disebut Bu Indri”
4. Tokoh dan Penokohan
a. Enong
Enong seorang yang digambarkan memiliki sifat baik, pekerja keras, gigih, dan pantang
menyerah.
“Enong bekerja keras menjadi pendulang timah sejak usianya baru 14 tahun. Ia
berusaha sedapat-dapatnya memenuhi apa yang diperlukan ketiga adiknya dari seorang
ayah”
b. Syalimah
Syalimah digambarkan sebagai ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya.
“Ini adalah keputusan paling pahit bagi Syalimah. Putrinya yang tak pernah sekalipun
meninggalkan kampung, kini harus berjuang menghadapi hidup keras di kota. Ia sendiri
tidak mampu berbuat apa-apa, karena tak bisa mengalihkan perhatian dari tiga anak
lainnya”
c. Adik Enong (Ania, Lana, dan Ulma)
Adik Enong (Ania, Lana, dan Ulma) digambarkan sebagai seorang adik yang sangat
saying kepada kakak dan ibunya.
“Jika ada orang yang paling disayangi oleh Ania, Lana, dan Ulma di dunia ini,
mereka adalah ibu dan kakak sulung mereka”
d. Zamzami
Zamzami adalah seorang ayah yang digambarkan sangat menyayangi anak dan istrinya.
“Zamzami amat bangga akan cita-cita Enong, Ia ingin Enong mendapat kesempatan
pendidika setinggi-tingginya”
e. Matarom
Matarom digambarkan sebagai tokoh yang memiliki watak tidak baik.
“Tak seperti perkawinan ibu dan ketiga adiknya, Enong tidak beruntung. Kelakuan
buruk suaminya telah tampak sejak awal perkawinan, namun Enong tetap bertahan
karena itu sudah menjadi keputusannya”
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang campuran. Latar atau
setting yang terdapat dalam novel ini adalah latar tempat, waktu, dan suasana. Sudut
pandang yang digunakan yaitu sudut pandang orang pertama sebagai pelaku, di tandai
dengan tokoh menyebut dirinya ‘aku’, namun dalam novel ini penulis bukanlah pelaku
atau tokoh tama, karena tokoh yang diceritakan adalah tentang Maryamah Karpov alias
Enong.
6. Amanat
Amanat novel Cinta di Dalam Gelas yaitu perempuan bukanlah makhluk yang bisa
dipandang sebelah mata karena seorang perempuan juga memiliki hak yang sama dengan
laki-laki. Kemudian unsur ektrinsik dalam novel Cinta di Dalam Gelas digambarkan
pengarang melalui nilai akulturasi budaya dan agama yang membangun cerita dalam
novel.
2) Unsur Ekstrinsik

a. Nilai Agama

Nilai agama pada novel ini secarajelas tergambar. Dibuktikan dengan tidak bolehnya
perempuan bermain catur dan lelaki, karena memandang lawan jenis terlalu lama tidak baik
menurut ajaran Islam.

b. Nilai Moral

Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan sikap
seorang wanita yang sangat dewasa dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam
kehidupannya. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok wanita yang tegar dalam
mengadapi cobaan hidup.

c. Nilai Sosial

Dalam novel ini nilai sosial dicerminkan saat begitu banyak orang yang bekerja sama dalam
membantu Maryamah/ Enong saat bermain catur untuk mengalahkan suaminya. Rasa
solidaritas sangat tercermin dalam novel ini.

d. Nilai Budaya

Novel ini menjelaskan tentang kebiasaan orang-orang Melayu yang tinggal di Belitung, serta
banyak terdapat istilah-istilah dan bahasa Melayu di dalamnya.

B. Analisis Makna Ketidakadilan Gender (Feminisme) dalam Novel Cinta di Dalam


Gelas karya Andrea Hirata

Pada penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan bentuk ketidakadilan gender dalam
novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata. Tokoh-tokoh perempuan yang yang paling
jelas mengalami ketidakadilan gender dalam novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata
adalah Enong (Maryamah) sebagai tokoh utama. Berikut merupakan rincian hasil analisis
yang menggambarkan ketidakadilan gender di dalam nover tersebut.

1. Analisis 1

“Maryamah dianggap tidak pantas bermain catur karena hanya seorang pendulang timah
yang bodoh. Lelaki di kampung Melayu menyudutkan Maryamah, bahwa permainan catur
adalah permainan orang pintar dan orang kantoran saja”

Pernyataan di atas merupakan sebuah bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Dalam data
tersebut Maryamah (Enong) yang berprofesi sebagai pendulang timah, dianggap sebagai
seorang yang bodoh dan tidak layak untuk bermain catur yang dianggap sebagai permainan
orang pintar dan dengan pekerjaan yang layak (kantoran) saja. Data ini sangat mencerminkan
suatu bentuk ketidakadilan, yakni diskriminasi terhadap perempuan, serta derajat pekerjaan
pendulang timah yang dianggap sebagai pekerjaan rendahan.

2. Analisis 2

“Dajal, dajal! Perempuan berani bertanding catur melawan laki-laki, pertanda dunia segera
kiamat!”

Pernyataan di atas mencerminkan sebuah tuturan yang sangat merendahkan pihak


perempuan. Di mana perempuan bertanding catur melawan laki-laki seolah-olah sebuah
pelanggaran yang sangat besar, padahal jika dicerna dengan nalar yang sehat, hal ini bukan
merupakan sesuatu masalah yang besar, apalagi dalam tuturan tersebut menggunakan kata
“dajjal” dan “dunia segera kiamat” yang seolah-olah perempuan bermain catur melawan
lelaki melanggar hukum kehidupan.

3. Analisis 3

“Apa kubilang, perempuan zaman sekarang benar-benar tak tahu adat! Apa hak mereka
mau ikut pertandingan catur segala? Catur adalah hak orang laki-laki! Main bekel buah
siput, itulah yang paling cocok untuk mereka!”

Pernyataan di atas mencerminkan sebuah tuturan menyatakan perbedaan kasta antara pihak
laki-laki dan pihak perempuan. Di mana perempuan bertanding catur melawan laki-laki
seolah-olah merupakan hal yang menyalahi adat, padahal jika dicerna dengan baik,
permainan catur merupakan hak dari semua orang, tanpa memandang jenis kelamin (gender)
dari seseorang.

4. Analisis 4

“Kampung kami adalah kampung lelaki. Tradisi kami amat patriarki. Tak pernah
sebelumnya ada perempuan main catur, apalagi bertanding melawan lelaki. Perempuan,
dalam kaitannya dengan catur, hanya menghidangkan kopi saat suami main catur bersama
kawan-kawannya”

Pernyataan di atas sama seperti tuturan-tuturan sebelumnya, yakni mencerminkan sebuah


bentuk diskriminasi bagi perempuan. Di mana tradisi pada saat itu, perempuan hanya
dianggap sebagai pelayan (membuat kopi) bagi para lelaki yang bermain catur, dan tidak
pantas untuk bermain apalagi bertanding melawan laki-laki.

5. Analisis 5

“Tak seperti perkawinan ibu dan ketiga adiknya, Enong tidak beruntung. Kelakuan buruk
suaminya telah tampak sejak awal perkawinan, namun ia bertahan. Seburuk apa pun ia
diperlakukan, ia menganggap dirinya telah mengambil keputusan dan dia ingin menjaga
perasaan ibunya”

Data di atas mencerminkan sebuah kekerasan terhadap perempuan. Bentuk ketidakadilan


yang dialami perempuan dalam tuturan tersebut adalah tidak adanya tanggung jawab dari
laki-laki. Dalam hal ini, perempuan memiliki sifat yang mencerminkan kedewasaan bersikap,
sedangkan laki-laki dalam tuturan di atas tidak memiliki kedewasaan sama sekali, hal inilah
yang menjadi bentuk ketidakadilan yang dialami perempuan.

6. Analisis 6

“Ia hampir celaka karena diburu di hutan oleh sejumlah laki-laki karena mendulang timah.
Kami miris mendengarnya ketakutan diperkosa dan dibunuh, lalu terjun ke hulu Sungai
Linggang. Ia selamat karena tersangkut di akar bakau di muara. Maryamah mengatakan,
sejak itu ia ketakutan setiap kali mendengar salak anjing”

Pada data di atas mencerminkan ketidakadilan yang dialami oleh pihak perempuan.
Ketidakadilannya adalah bahwa perempuan dianggap gender yang lebih rendah dari laki-laki,
sehingga dalam tuturan tersebut laki-laki ingin memperkosa dan membunuh Maryamah. Hal
ini merupakan sesuatu yang sangat miris, karena pada hakikatnya perempuan harus
dilindungi dan dianggap sejajar dalam kehidupan.

7. Analisis 7

“Semuanya karena sepanjang hidup ketiga gadis kecil kakak-beradik itu telah menyaksikan
bagaimana ibu dan Enong/Maryamah berjuang untuk mereka. Enong bekerja keras menjadi
pendulang timah sejak usianya 14 tahun”

Meskipun Maryamah bekerja menjadi pendulang timah karena inisiatifnya sendiri, karena
ditinggal oleh Ayahnya, tetapi tuturan di atas menggambarkan bentuk ketidakadilan nasib
bagi perempuan. Hal ini karena Maryamah yang masih berusia 14 dituntut sudah berfikir
dewasa untuk menjadi penopang kebutuhan keluarga, yang seharusnya belum dilakukan anak
seusia itu, apalagi Maryamah adalah seorang perempuan.

BAB IV

PENUTUP

SIMPULAN

Setelah melaksanakan analisis terhadap novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata
tentang ketidakadilan gender terhadap tokoh perempuan melalui tinjaun kajian sastra feminis
dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh
beberapa tokoh perempuan yaitu Maryamah sebagai tokoh utama yang mengalami bentuk
ketidakadilan gender yang meliputi diskriminasi, kekerasan dan beban kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ma’ruf , Ali Imron ., Nugrahani, Farida. 2017. “ Pengkajian Sastra”. Surakarta: CV.
Djiwa Amarta Press.
Rohtama, Y. 2018. Perjuangan tokoh utama dalam novel pelabuhan terakhir karya Roidah:
kajian feminisme liberal. Jurnal Ilmu Budaya Vol, 2(3).

Mulyaningsih, Indrya. 2015. “Kajian Feminis Pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Dan
Perempuan Berkalung Surban”. Jurnal Indonesia Language Edution And Literature, Vol 1.
No 1.

Nugraha, D. 2020. Pendekatan Sosiologi Feminis dalam Kajian Sastra. Undas: Jurnal Hasil
Penelitian Bahasa dan Sastra, 16(2), 341-354.

Fitriani, N., & Sumartini, S. 2018. Citra Perempuan Jawa Dalam Novel Hati Sinden Karya
Dwi Rahyuningsih: Kajian Feminisme Liberal. Jurnal Sastra Indonesia, 7(1), 62-72.

Anda mungkin juga menyukai