Kepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang
menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespons lingkungannya. Kepribadian
adalah inti sari dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung bersifat konsisten dan kronis.
Konsep kepribadian dan pengetahuan tentang komponennya adalah penting karena memungkinkan
untuk memprediksikan perilaku. Kepribadian, bagaimana pun juga, dapat berubah. Para akuntan
perilaku dapat menghadapi efektivitas orang-orang jika mereka memahami bagaimana kepribadian
dikembangkan dan bagaimana kepribadian tersebut dapat diubah.
Aplikasi utama teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku.
Pengujian perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan pekerjaan, siapa yang akan
menanggapi kritikan dengan baik, siapa yang pertama harus dipuji dahulu sebelum berbicara
mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa yang menjadi seorang pemimpin potensial, siapa yang
bekerja lebih baik dalam suatu lingkungan pekerjaan partisipatif, siapa yang kelihatannya dapat
dipercaya, dan seterusnya. Semuanya itu merupakan bentuk pemahaman atas kepribadian.
PENENTU KEPRIBADIAN
Pernyataan awal dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan
hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari kedua pengaruh
tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi. Jadi, kepribadian seorang
dewasa umumnya dianggap terbentuk dari faktor keturunan dan lingkungan, yang diperlunak oleh
kondisi situasi.
Keturunan: Sebagian besar peneliti mengemukakan bahwa keturunan merupakan penentu pada
saat pembuahan. Sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, temperamen komposisi otot dan refleks,
tingkat energi, dan ritme hayati merupakan karakteristik yang umumnya dianggap sebagai sesuatu
yang sepenuhnya atau sebagian besar dipengaruhi oleh susunan hayati, faali (fisiologis), dan
psikologis yang melekat pada kedua orang tua.
Lingkungan: Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah
budaya di mana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma di antara keluarga, teman, dan
kelompok sosial, serta pengaruh lain yang dialami
Situasi: Faktor ini memengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian.
Kepribadian seseorang, walaupun pada umumnya mantap dan konsisten berubah dalam situasi yang
berbeda.
Locus of Control
Jenis pertama, semua percaya bahwa mereka mengendalikan tujuannya, memiliki label internal,
selanjutnya, yang melihat hidup mereka seperti dikendalikan oleh kekuatan luar eksternal. Persepsi
seseorang dari sumber terhadap nasibnya dimasukkan ke dalam istilah locus of control. Seseorang
dengan locus of control internal sepertinya lebih pada pemecahan masalah ketika mereka
menyelesaikan atau menghadapi sesuatu untuk mencapai tujuan. Seseorang dengan locus of control
eksternal dari pengendalian lebih untuk melihat rintangan yang disebabkan oleh kekuatan luar, dan
mereka tidak perlu mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menghadapi rintangan itu. Manajer
dengan demikian butuh kesadaran lebih dari rintangan yang dihadapi karyawan yang memiliki locus
of control eksternal, dan melakukan apa yang mereka dapat untuk menyingkirkan rintangan itu.
Machiavellianism
Harga Diri
Orang-orang berbeda pada tingkat di mana mereka suka atau tidak menyukai diri mereka
sendiri. Ciri ini disebut self esteem. Penelitian pada harga diri (SE) menawarkan pengertian yang
mendalam ke dalam PO. Misalnya, harga diri secara langsung terkait dengan harapan untuk sukses.
SE yang tinggi meyakini bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berhasil di tempat kerja. Individu
dengan harga diri yang tinggi akan mengambil lebih risiko dalam pilihan pekerjaan dan lebih
mungkin untuk memilih pekerjaan di luar kebiasaan dibandingkan dengan orang-orang dengan harga
diri yang rendah. SE yang tinggi juga cenderung untuk menekankan hal positif ketika menghadapi
kegagalan. Hal yang paling umum menemukan harga diri adalah SE rendah lebih mudah dipengaruhi
oleh faktor eksternal dibandingkan SE tinggi. SE rendah bergantung pada penerimaan dari evaluasi
positif atas yang lainnya. Sebagai hasilnya, mereka sepertinya memiliki SE lebih tinggi untuk mencari
kesesuaian dari yang lainnya dan lebih mudah untuk menyesuaikan dengan kepercayaan dan
perilaku dari mereka semua. Pada posisi manajerial, SE rendah cenderung mempunyai kaitan dengan
kesenangan yang lain dan karena itu, sedikit sepertinya mengambil hal-hal yang tidak disukai
dibandingkan SE tinggi. Tidak mengherankan, harga diri juga ditemukan berhubungan dengan
kepuasan kerja. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa SE yang tinggi lebih memuaskan dengan
pekerjaan mereka dibandingkan dengan SE rendah. Jika menginginkan menemukan skor harga diri
sendiri. Penelitian terbaru menyarankan bahwa faktor yang biasanya mengukur harga dirt dapat
diterapkan secara cross-cultural.
Pemantauan Diri
Beberapa orang mampu secara lebih baik memperhatikan lingkungan eksternalnya dan mampu
menanggapinya menurut karakteristik yang dikenal dengan pemantauan (monitoring) diri. Individu
yang tinggi dalam monitoring diri memperlihatkan kemampuan yang layak dipertimbangkan untuk
disesuaikan dan menyesuaikan perilaku mereka dengan keberadaan keadaan mereka. Mereka
sangat sensitif terhadap faktor eksternal dan dapat berbeda perilaku dalam situasi berbeda.
Monitor diri yang tinggi mampu menampilkan benturan kontradiksi di antara mereka dengan publik
dan di antara diri pribadi mereka sendiri. Monitoring diri yang rendah tidak dapat menyembunyikan
diri mereka sendiri pada cara yang sama Mereka cenderung menampilkan disposisi benar mereka
dan sikap pada tiap-tiap keadaan, karenanya tingginya perilaku konsisten di antara siapa mereka
dan apa yang mereka lakukan.
Pengambilan Risiko
Setiap orang memiliki perbedaan maupun keinginannya dalam membuat perubahan pada
sebuah organisasi atau pada setiap peluang yang dia dapatkan. Keberanian dalam membuat
perubahan kadangkala berbeda antara seseorang terhadap orang lainnya. Manajer yang mengambil
risiko tinggi umumnya mengharapkan return yang tinggi. Manajer yang cenderung menyukai risiko
yang rendah, biasanya mendapatkan return yang rendah. Artinya, semakin besar risiko yang
ditempuh, semakin besar peluang yang di dapat. Semakin kecil risiko yang ditempuh, semakin kecil
peluang yang dihasilkan. Oleh karena itu, besar kecilnya risiko yang diambil dapat memengaruhi
kinerja dari orang-orang yang mengambil risiko tersebut.
Kepribadian Proaktif
EMOSI
Emosi adalah perasaan intens yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Emosi berbeda
dari suasana hati (moods), yaitu merasakan bahwa kecenderungan untuk sedikit intensnya
dibandingkan emosi dan kekurangan satu rangsangan kontekstual.
Emosi merupakan reaksi terhadap satu objek, mereka akhirnya tidak bertahan pada ciri
kepribadian dan memperlihatkan emosi (marah) ke arah satu objek spesifik (teman Anda). Akan
tetapi, kemudian dalam suatu hari, Anda mungkin menemukan sendiri umumnya melemahkan
semangat.
Pengalaman dan perilaku manusia pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari emosi karena
emosi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri kita sebagai manusia. Emosi (bukan
intelektual) merupakan mekanisme dasar survival suatu organisasi. Oleh karena itu, emosi tak dapat
dilepaskan dari bagaimana seseorang mengartikan perubahan yang akan dan sedang terjadi dalam
organisasi. Untuk dapat memahami emosi sebagai bagian integral dalam perubahan organisasi,
maka beberapa hal mengenai peran emosi dalam organisasi perlu diperjelas:
1) Emosi merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pemaknaan dalam proses
keorganisasian, termasuk perubahan organisasi
2) Emosi merupakan bagian integral dari proses adaptasi dan motivasi.
Koordinasi horizontal dan vertikal menghendaki sikap aktif anggota organisasi, yang lebih
menekankan pada terbentuknya pola hubungan antarindividu maupun antarunit organisasi. Ini
berarti anggota organisasi akan lebih mudah mengalami konflik antar-sesama dan konflik selalu
melibatkan faktor emosi. Kondisi seperti ini memudahkan timbulnya rasa cemburu, marah, ditolak,
kecewa, dan benci yang akan mewarnai kehidupan dalam organisasi Pola hubungan yang akhirnya
tercipta mengandung beberapa implikasi, antara lain:
a. Tidak mudah untuk memberikan prescriptive solutions, yang menyatakan apa yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan ketika faktor emosi ikut bermain.
b. Pola pengelolaan emosi mengandaikan hubungan dengan pola saling ketergantungan
Keterampilan sosial yang sering dilatihkan dalam program pelatihan seyogyanya
memperhitungkan emosi yang muncul dalam pola interaksi dalam organisasi, sering bersifat
specific-contextual.
c. Cara pengelolaan emosi bukanlah sesuatu yang tetap (fixed), tetapi harus bersifat fleksibel
dan kontekstual. Ini dikarenakan karateristik emosi seseorang yang tidak dapat diprediksikan
secara pasti dari satu situasi ke situasi lainnya, dari waktu ke waktu.
d. Emosi tidak jarang merupakan pendorong perilaku individu dalam organisasi. Pengakuan
akan emosi dalam organisasi menjadikan organisasi lebih terbuka terhadap masalah-masalah
emosional anggotanya sehingga memungkinkan dilakukan pengelolaan bersama secara
sadar
e. Pengelolaan emosi akan menjadikan organisasi lebih fleksibel, adaptif, dan memudahkan
pengelolaan saling ketergantungan antarunit organisasi maupun antarindividu.
Penelitian telah mengidentifikasi enam komponen emosi secara universal, yaitu kemarahan,
ketakutan, kesedihan, kebahagiaan, jijik, dan kaget. Enam emosi yang dapat dikonseptualisasikan
sebagai keberadaan sepanjang satu rangkaian. Semakin dekat setiap dua emosi terhadap yang
lainnya pada rangkaian ini, semakin banyak orang-orang sepertinya mungkin untuk mengacaukan
mereka. Misalnya, kebahagiaan dan kejutan sering disalahartikan untuk satu sama lain, sementara
kebahagiaan dan rasa jijik (disgust) jarang membingungkan. Sadar bahwa faktor-faktor budaya dapat
juga memengaruhi interpretasi dari ungkapan facial.
Rangkaian Emosi
1) Kebahagiaan
2) Kejutan
3) Ketakutan
4) Kesedihan
5) Kemarahan
6) jijik
Terdapat sejumlah alasan terkait dengan pemahaman emosi di tempat kerja. Orang-orang yang
mengetahui emosinya sendiri dan ahli membaca emosi orang lain mungkin lebih efektif dalam
pekerjaan mereka. Oleh karena itu, hal ini menjadi tema yang mendasari penelitian terbaru
berdasarkan inteligensi emosional. Seluruh tempat kerja dapat terpengaruh oleh emosi positif atau
negatif di tempat kerja. Satu pembahasan terbaru menemukan bahwa ketika para pemimpin berada
dalam suasana hati positif, pengalaman anggota kelompok individu mengalami suasana hati yang
lebih baik, dan kelompok memiliki satu nada positif.
Inteligensi Emosional
1. Kesadaran diri. Senantiasa sadar akan apa yang Anda rasakan. Hal ini digambarkan oleh
keyakinan diri, penilaian diri yang realistis, dan kemunduran rasa humor terhadap diri
sendiri.
2. Manajemen diri. Kemampuan mengatur emosi diri sendiri. Hal ini digambarkan oleh
kepercayaan dan integritas yang disertai dengan ambiguitas dan keterbukaan untuk
berubah.
3. Motivasi diri. Kemampuan berkeras dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan.
Hal ini digambarkan oleh arah yang kuat untuk dicapai, optimisme, dan komitmen organisasi yang
tinggi.
1. Empati. Kemampuan memahami perasaan orang lain. Hal ini digambarkan oleh keahlian
dalam membangun sensitivitas lintas budaya dan jasa terhadap klien dan pelanggan.
2. Keterampilan sosial. Kemampuan menangani emosi orang lain. Hal ini digambarkan oleh
kemampuan membujuk, serta keahlian dalam membangun dan memimpin kelompok.
Inteligensi emosional berbeda dengan emosi tenaga kerja karena emosi tenaga kerja merupakan
satu kebutuhan pekerjaan (tuntutan untuk senyum, ungkapan kegairahan, dan seterusnya),
sementara intelegensi emosional dipengaruhi oleh ciri kepribadian. Seseorang dengan inteligensi
emosional yang rendah mungkin dikendalikan oleh emosinya karena permintaan dari seorang
manajer (sehingga melibatkan emosi pekerja): sementara, jika tidak diminta maka hal tersebut tidak
dilakukan.
Emosi negatif dapat mengarah pada sejumlah penyimpangan perilaku di tempat kerja. Siapa
pun yang menghabiskan banyak waktu dalam suatu organisasi akan menyadari orang-orang sering
terlibat dalam tindakan sukarela yang melanggar norma yang telah ditetapkan serta mengancam
organisasi, anggota, atau keduanya. Tindakan ini disebut penyimpangan karyawan. Tindakan
tersebut masuk dalam kategori, seperti produksi (sengaja meninggalkan tempat kerja lebih cepat,
sengaja mengerjakan tugasnya secara perlahan): hak milik (pencurian, sabotase); politik
(pergunjingan, menyalahkan rekan kerja); dan agresi pribadi (pelecehan seksual, penyalahgunaan
secara lisan).
Tahapan
1 Penyangkalan Apakah kita dapat mengabaikan Bila jawaban tidak proceed ke:
perubahan ini? Dapatkah kita
tetap melakukan seperti
biasanya?
2 Marah Dapatkah kita mencegah Bila jawaban tidak proceed ke:
perubahan ini?
3 Menawar Dapatkah kita nengurangi akibat Makin sedikit yang bisa dilakukan
perubahan yang akan terjadi ini?untuk mengurangi akibat perubahan,
maka makin besar kemungkinan
tahap berikutnya.
4 Depresi Perubahan apa yang harus Dapatkah kita mengonsolidasikan apa
dilakukan sehingga bisa tetap yang berhargadi masa lampau
tertahan terus? sekaligus membentukpola hubungan
baru yang bermakna
5 Penerimaan Dengan melakukan perubahan Bila ya, maka makin baik pemecahan
tersebut, apakah eksistensi masih pada tahap depresi, maka
mungkin? kemungkinan penerimaan makin
besar yang memungkinan terjadinya
adaptasi pada perubahan
1. Kejelasan visi organisasi dalam perubahan, di mana visi ini tidak saja mempertimbangkan
segi rasional, tetapi juga segi emosional sehingga visi yang dikemukakan bersifat inspiring
and motivating.
2. Komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anggota organisasi yang mengalami perubahan
3. Jalur komunikasi yang digunakan sebaiknya jalur komunikasi yang informal, terutama kalau
anggota organisasi memiliki kepercayaan yang rendah terhadap pihak manajemen.
4. Pengakuan kewajaran akan emosi negatif yang dialami oleh anggota organisasi, dan
memperlakukan emosi negatif itu sebagai bagian dari proses perubahan itu sendiri, bukan
sebagai resistansi atau sesuatu yang irasional.
5. Menumbuhkan rasa percaya anggota organisasi kepada pihak manajemen sehingga
karyawan percaya bahwa pihak manajemen memiliki kompetensi dalam proses perubahan,
selain kepercayaan bahwa proses perubahan ini berjalan secara adil dan wajar.
6. Meningkatkan sensitivitas pada kebutuhan karyawan, apakah kebutuhan untuk peningkatan
kompetensinya ataukah kebutuhan untuk katarsis (catharsis), *memberikan kesempatan
pada karyawan untuk mengeluarkan "unek-unek" selama berlangsungnya proses perubahan.
7. Meningkatkan keterlibatan karyawan dalam proses perubahan itu sendiri, terutama
terhadap proses perubahan itu, tidak semata-mata keterlibatan yang berupa keputusan
mengenai perubahan tersebut.
8. Perubahan organisasi yang meninggalkan faktor emosi menyebabkan rendahnya faktor
keberhasilan dalam perubahan tersebut.
Pengelolaan ini tampak dari perilaku pihak manajemen yang berusaha mengurangi emosi
negatif dan mendorong emosi positif terhadap perubahan. Emosi negatif dapat dikurangi dengan
pengakuan secara sadar akan kecemasan yang timbul, serta pola dan isi komunikasi dengan pihak
karyawan. Pengelolaan emosi ini akan berpengaruh pada kepercayaan dan kompetensi pihak
manajemen dalam melakukan perubahan secara adil, transparan, dan wajar, yang mendorong rasa
keterikatan karyawan terhadap proses perubahan organisasi untuk kepentingan semua.
MOTIVASI
Kata motivasi berasal dari bahasa latin "movere" yang artinya menimbulkan pergerakan.
Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa
jenis tindakan (Haggard, 1989).17 Manurut penulis, motivasi adalah proses yang dimulai dengan
definisi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk
tujuan insentif. Motivasi juga berkaitan dengan reaksi subjektif yang terjadi sepanjang proses ini.
Motivasi adalah suatu konsep penting untuk perilaku akuntan karena efektivitas organisasi
bergantung pada orang yang membentuk sebagaimana karyawan mengharapkan untuk dibentuk.
Manajer dan akuntan keperilakuan harus memotivasi orang ke arah kinerja yang diharapkan dalam
rangka memenuhi tujuan organisasi.