Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN


PADA MATERI POSISI STRATEGIS INDONESIA SEBAGAI
POROS MARITIM DUNIA

Materi Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia adalah


Materi Bab 1 geografi pada jenjang SMA kelas XI. Pada Kurikulum 2013,
jumlah jam pelajaran yang disediakan untuk menyampaikan materi ini adalah
16 Jam pelajaran (JPL) atau setara dengan 4 jam x 4 kali pertemuan. Setelah
mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu memahami karakteristik
materi posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim dunia,
pengembangkan strategi pembelajarannya, dapat memilih dan menentukan
media pembelajaran yang relevan, serta mengembangan instrumen evaluasi
pembelajarannya.

A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Materi


Materi Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
memiliki target pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
Rumusan kompetensi aspek pengetahuannya adalah agar peserta didik
mampu memahami kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai
poros maritim dunia sedangkan rumusan kompetensi aspek keterampilan
adalah agar peserta didik mampu menyajikan contoh hasil penalaran
tentang posisi strategis wilayah Indonesia sebagai poros maritim dunia
dalam bentuk peta, tabel, dan/atau grafik. Ruang lingkup materi yang perlu
disampaikan adalah:
 Letak, luas, dan batas wilayah Indonesia
 Karakteristik wilayah daratan dan perairan Indonesia
 Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di
Indonesia
 Potensi dan pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia
Mengkaji materi tentang letak, luas, dan batas wilayah Indonesia, guru
dapat memulai dari perjalanan sejarah Nusantara di masa kejayaan Kerajaan
Majapahit sebagai cikal bakal keberadaan Indonesia. Berjalannya waktu
hingga menjadi keadaan sekarang, tidak terlepas dari dicetuskannya
Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957 yang menyatakan kepada
1
dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di
dalam Kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Indonesia memiliki letak strategis secara astronomis, geografis, dan
geologis. Letak astronomis pada 6 0 LU – 110 LS dan 950BT – 1410BT maka
Indonesia terletak di Kawasan iklim tropis di belahan timur bumi yang dilalui
garis khatulistiwa. Dampaknya adalah matahari bersinar sepanjang tahun.
Sebagai negara tropis, Indonesia dilimpahi sumber daya alam yang luar
biasa. Curah hujan tinggi dapat membuat tanah menjadi subur, flora dan
fauna pun sangat beraneka ragam. Karena itu, Indonesia terkenal sebagai
negara mega biodiversity.
Letak geografis Indonesia ditentukan berdasarkan posisi nyata
dibanding posisi daerah lain berada diantara Benua Asia dan Benua
Australia, serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi ini sangat
setrategis dan penting kaitannya dengan perekonomian karena merupakan
persimpangan lalu lintas dunia. Letak geografis merupakan salah satu
determinan yang menentukan masa depan dari suatu negara dalam
melakukan hubungan internasional dan peristiwa-peristiwa yang memiliki
pengaruh secara global. Robert Kaplan menuturkan bahwa geografi secara
luas akan menjadi determinan yang mempengaruhi berbagai peristiwa lebih
dari pada yang pernah terjadi sebelumnya (Foreign Policy, May/June, 09).
Letak geologis Indonesia berada di jalur pertemuan tiga lempeng,
yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan Lempeng Hindia. Berdasarkan
sejarah geologi, wilayah Indonesia bagian barat adalah bagian dari Benua
Asia, Indonesia bagian timur adalah bagian dari Benua Australia dan
Indonesia bagian tengah adalah wilayah peralihan. Berdasarkan keadaan
geologis, kepulauan di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah, yaitu: Daerah
dangkalan Sunda, meliputi Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau
Kalimantan. Daerah dangkalan Sahul, mencakup Papua dan pulau-pulau kecil
di sekitarnya. Daerah peralihan, yaitu daerah yang terletak di antara
dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul, meliputi pulau-pulau di Kepulauan
Maluku. Posisi geologis ini, Indonesia memiliki banyak gunung api dengan
berbagai implikasinya. Gunung api di Indonesia merupakan bagian dari
Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik, yaitu barisan pegunungan muda di
dunia. Pegunungan di Indonesia bagian barat merupakan bagian dari
rangkaian pegunungan Sirkum Mediterania, sedangkan pegunungan
Indonesia bagian timur merupakan bagian dari rangkaian pegunungan

2
Sirkum Pasifik. Laut di bagian Indonesia barat dan lndonesia timur dangkal,
di Indonesia tengah lautnya dalam, menyimpan banyak barang tambang
mineral, wilayah Indonesta termasuk daerah yang labil dan sering
mengalami gempa bumi tektonik dan vulkanik.
Fakta sejarah menurut Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa
Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan (Archipelagic State)
yang selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan
Indonesia. Akibatnya luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat
dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km² dengan pengecualian Irian Jaya
yang walaupun wilayah Indonesia tetapi waktu itu belum diakui secara
internasional. Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight
baselines) dari titik pulau terluar ( kecuali Irian Jaya ), terciptalah garis maya
batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut. Setelah melalui perjuangan
yang panjang, deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan
ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United
Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya
deklarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang
pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.
Saat ini, luas wilayah Indonesia berdasarkan informasi dari Badan
Informasi Geospasial, luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483
km2. Maka luas seluruh wilayah Indonesia adalah 5.180.053 km2. Jika
dibandingkan, luas tanah air kita ini hampir sama dengan Eropa, Amerika
Serikat, atau Australia dan merupakan negara paling luas di Asia Tenggara.
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Wilayah Negara
telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Menurut
Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara Indonesia
meliputi wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut, dan tanah di bawahnya
serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang
terkandung di dalamnya. Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut
dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya ditetapkan atas dasar
perjanjian bilateral dan/atau trilateral mengenai batas darat, batas laut, dan
batas udara serta berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum
internasional. Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud, meliputi di
darat berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini, dan Timor
Leste; di laut berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini,
Singapura, dan Timor Leste; dan di udara mengikuti batas kedaulatan negara
di darat dan di laut, dan batasnya dengan angkasa luar ditetapkan
berdasarkan perkembangan hukum internasional. Batas wilayah di laut juga
ditetapkan berdasarkan batas teritorial, landas kontinen, dan Zone Ekonomi
Ekslusif (ZEE). Selain batas wilayah negara juga diatur tentang wilayah

3
yurisdiksinya. Wilayah Yurisdiksi Indonesia berbatas dengan wilayah
yurisdiksi Australia, Filipina, India, Malaysia, Papua Nugini, Palau, Thailand,
Timor Leste, dan Vietnam.
Karakteristik wilayah daratan Indonesia sebagai negara kepuluan
memiliki faktor geologis dan geomorfologis yang mempengaruhi bentuk
lahan di daratan yang bervariasi. Mulai dari dataran rendah yang berbatasan
dengan pantai hingga perbukitan dan deretan pegunungan yang
memanjang di bagian barat (pegunungan sirkum mediterania) serta bagian
timur (pegunungan sirkum pasifik). Terdapat banyak gunung api aktif yang
menandakan wilayah geologis Indonesia berada pada zona tiga tumbukan
lempeng dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng
Hindia/Indo-Australia. Berbagai kegiatan ekonomi masyarakat tumbuh dan
berkembang sebagai dampak dari karakteristiknya tersebut, seperti petani
tambak, pertanian lahan basah, perkebunan, perladangan, dan pariwisata.
Karakteristik wilayah perairan Indonesia yang memiliki luas dua
pertiga bagian dari keseluruhan luas negara menjadikan Indonesia sebagai
negara maritim. Indonesia memiliki iklim laut yang lembap, amplitudo
rendah, dan suhu yang tidak begitu berbeda antara siang dan malam. Selain
itu, pengaruh sistem pola angin muson menjadikan perbedaan suplai massa
air yang mengakibatkan perubahan terhadap kondisi perairan yang akhirnya
mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas perairan. Indonesia memiliki
garis pantai terpanjang kedua dunia yaitu 99.093 km. Wilayah perairan laut
Indonesia dibagi menjadi Zona teritorial (sejauh 12 mil dari garis pantai pulau
terluar), Zona Landas kontinen, yaitu kaki benua sebagai kelanjutan benua
tetapi tidak lebih dari 200 mil dari pulau terluar, Zona Ekonomi Eksklusif,
yaitu zona yang dikuasai pemerintah negara yang jaraknya 200 mil dari garis
dasar pulau terluar. Begitu banyak dan beragam potensi sumber daya pada
bidang kelautan dan perikanan yang dapat ditingkatkan seperti pariwisata
bahari, jasa kelautan, industri maritim, benda berharga peninggalan sejarah
di laut, serta budidaya perikanan. Apabila pembangunan di sektor kelautan
dan perikanan dilakukan secara optimal, maka akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menjamin kehidupan generasi mendatang.
Karakteristik perairan Indonesia juga dilihat dari perairan daratnya seperti
sungai, danau, waduk, kolam, dan tambak yang banyak dimanfaatkan
sumberdayanya oleh masyarakat sebagai kegiatan ekonomi.
Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di
Indonesia, dimulai dari masa lampau hingga perdagangan dengan Eropa
dan akhirnya sekarang menjadi jalur perdagangan ramai dengan berbagai
negara. Zaman kejayaan Hindu-Budha dimana dua kerajaan yang kuat dalam
maritim, yaitu Sriwijaya (8-9M) dan Majapahit (13M) sudah menggunakan
4
jalur sutera yang menghubungkan Cina dan India. Hal ini, mengundang
bangsa dan negara-negara Eropa berdatangan ke Nusantara dengan dalih
perdagangan. Mereka memiliki armada niaga dan militer yang lebih kuat
dan peralatan modern sehingga banyak kerajaan di Indonesia melemah
karena dipaksa menjadi kekuatan imperium di pedalaman. Kekuatan
maritim Indonesia kembali menguat setelah Deklarasi Djuanda (1957).
Saat ini, Indonesia masih menjadi jalur perdagangan Internasional
yang dilalui negara-negara sekitar (Asia) bahkan negara asing (luar benua
Asia) karena merupakan salah satu negara maritim dunia yang
diperhitungkan. Indonesia memiliki 4 chokepoint dari 10 chokepoint  di
seluruh dunia. Keempat chokepoint  tersebut berada di Selat Malaka (antara
dataran Asia dan Pulau Sumatera), Selat Sunda (antara Pulau Sumatera dan
Pulau Jawa), Selat Lombok (antara Pulau Bali dan Nusa Tenggara Barat),
dan Selat Ombai-Wetar (antara Pulau Alor dan dataran Sunda Kecil).
Berkaitan dengan jalur perdagangan laut, pemerintah Indonesia memiliki
rencana membangun tol laut. Tujuannya adalah untuk meratakan distribusi
orang, barang, dan jasa melalui jalur laut ke seluruh Indonesia dengan biaya
terjangkau dan efisien.

B. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Materi tentang adalah Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros
Maritim Dunia memiliki karakteristik yang berorientasi pada deskripsi sejarah
dimasa lalu yang bertujuan untuk memberi motivasi peserta didik agar
memiliki semangat untuk meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa
yang berkontribusi terhadap pembangunan wilayah laut Indonesia. Karena
itu, dalam pengembangan model pembelajaran sedikitnya memiliki ciri
pembelajaran sejarah.
Terkait dengan pembelajaran sejarah, kajian Posisi Strategis Indonesia
Sebagai Poros Maritim Dunia tentu saja akan diawali dari cerita di masa lalu
yang tujuannya tidak sekedar mengupas tentang konten sejarah itu sendiri,
tetapi dalam pengajaran sejarah tetap dikaitkan dengan tujuan pendidikan
pada umumnya yaitu ikut membangun kepribadian dan sikap mental peserta
didik. Hamid Hasan (2007) berpendapat bahwa beberapa pemaknaan
terhadap pendidikan sejarah antara lain Pertama, secara tradisional
pendidikan sejarah dimaknai sebagai upaya untuk mentransfer kemegahan

5
bangsa di masa lampau kepada generasi muda. Dengan posisi yang
demikian, pendidikan sejarah adalah wahana bagi pewarisan nilai-nilai
keunggulan bangsa. Melalui posisi ini pendidikan sejarah ditujukan untuk
membangun kebanggaan bangsa dan pelestarian keunggulan
tersebut. Kedua, pendidikan sejarah berkenaan dengan upaya
memperkenalkan peserta didik terhadap disiplin ilmu sejarah. Oleh karena
itu kualitas seperti berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan
analisis dan penafsiran sejarah, kemampuan penelitian sejarah, kemampuan
analisis isu dan pengambilan keputusan (historical issues-analysis and
decision making) menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah.
Dalam bidang pengajaran sejarah, terdapat tiga faktor yang harus
dipahami tentang materi sejarah. Pertama, hakekat fakta sejarah. Kedua,
hakekat penjelasan dalam sejarah. Ketiga, masalah obyektivitas sejarah
(Burston dalam Haryono, 1995:12). Peran Pendidikan Sejarah dalam
pembentukan sikap nasionalisme guna mengantisipasi tantangan global dan
berbagai gejolak disintegrasi yang melanda Indonesia akhir-akhir ini sangat
dibutuhkan, hal ini mengingat pengalaman sejarah membuktikan sikap
nasionalisme mampu membangkitkan dinamika sosial di masa lalu.
Namun demikian, misi pembelajaran tersebut menjadi penghantar
terhadap fakta tentang poros martitim nusantara. Ulasannya tentu saja
tidak hanya kemasan sejarah, tetapi juga bersifat geografis. Artinya
penonjolan aspek geografi perlu juga ditekankan, misalnya sejarah tentang
pemilihan lokasi pusat-pusat kerajasaan baik pada masa kejayaan Sriwijaya,
Majapahit, dan kerajaan Islam di nusantara sebaiknya dikaitkan dengan
aspek strategi lokasi dan geografis. Pada saat menjelaskan alur-alur
pelayaran di nusantara, dikaji pula tentang arus laut yang memiliki ciri arus
musim di laut Jawa dan Laut Cina Selatan.
Selanjutnya perlu disampaikan bahwa menyusun RPP yang disarankan
pada surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) Nomor 14 tahun
2019 tentang Penyederhanaan RPP, telah dibahas pada materi atau bahan
ajar di kelas X, yaitu menggunakan RPP satu lembar dan disarankan untuk
berbentuk lanscape, contoh format RPP sederhana sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Pelajaran : Geografi

6
Kode implementasi : Geo/XI/1/1/4 –JP
Tujuan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Assesment (penilaian)

________________, ___________ 2020


Guru Mata pelajaran,

7
Contoh:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Pelajaran : Geografi
Kode implementasi : Geo/XI/1/1/4 –JP
Model Pembelajaran : Pembelajaran discovery
Tujuan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Assesment (penilaian)
Peserta didik mampu Kegiatan Pendahuluan Pertanyaan:
1. memahami letak dan luas wilayah 1. Guru membuka pertemuan dengan salam 1. Sebutkan letak wilayah Indonesia
Indonesia dan berdoa. berdasarkan letak astronomis dan
2. memahami memahami batas wilayah 2. Guru menyampaikan apersepsi cakupan geografis?
indonesia. materi, tujuan pembelajaran, dan kegiatan 2. Bagaimana pengaruh letak
yang akan dilakukan. astronomis Indonesia terhadap iklim
3. menyajikan hasil diskusi tentang letak,
3. Guru menyampaikan lingkup dan teknik di Indonesia?
luas, dan batas wilayah Indonesia. penilaian yang akan digunakan. 3. Mengapa keberadaan matahari
dapat bersinar sepanjang tahun di
Kegiatan Inti wilayah Indonesia sehubungan
4. Guru memberikan stimulus tentang letak, dengan letak astronomisnya?
luas, dan batas wilayah Indonesia dengan 4. Tunjukkan bukti data yang dapat
menggunakan Peta Indonesia dan Peta menjelaskan bahwa wilayah
Dunia. Indonesia sangat luas dibandingkan
5. Peserta didik diminta mengajukan satu dengan negara lain?
pertanyaan setelah melihat peta. 5. Jelaskan tentang batas wilayah
6. Guru dan peserta didik memilih 5 pertanyaan negara dan batas yurisdiksi
tersebut yang jawabannya perlu didukung Indonesia!
dengan data/refrensi.
7. Kelas dibagi 5 kelompok dimana masing-
masing kelompok diminta untuk menjawab
satu pertanyaan yang sudah dipilih dengan

8
data dan referensi dari interet atau
perpustakaan.
8. Hasil temuan pada kegiatan diskusi, masing-
masimg kelompok melakukan verifikasi
temuan kelompok lain
9. Guru melakukan penguatan terhadap
presentasi peserta didik tentang materi
posisi strategis Indonesia dan poros maritim
dunia
Kegiatan Penutup
10. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi
pembelajaran, refleksi, dan pemberian tugas
membuat sketsa peta pelayaran jaran
Sriwijaya dan Majapahit.
11. Guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan salam.

_____________, ____________ 2020


Guru Mata Pelajaran,

9
C. Pengembangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah bahan, alat, dan manusia yang merupakan
bagian dari sistem instruksional dan berfungsi sebagai penyalur informasi kepada
siswa agar siswa terbuka pikiran, perasaan, dan perhatiannya dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap selama pembelajaran berlangsung, agar
interaksi belajar mengajar tidak terjadi kesesatan, guru dianjurkan menggunakan
media pembelajaran. Namun belakangan, media pembelajaran telah
berkembang menjadi sumber belajar yang berisi ranah pengetahuan dan
keterampilan, bahkan ranah sikap dalam bentuk artificial intellegence.
Bagaimana cara memilih media agar lebih efektif? Harjanto (1997: 250-252)
menganjurkan dan harus memperhatikan beberapa faktor yaitu:
1) Faktor siswa;
2) Faktor isi pelajaran;
3) Faktor tujuan yang hendak dicapai.
Azhar Arsyad (2005: 67-69) mengemukan ada 6 langkah yang harus
dilakukan dalam memilih media, yaitu:
1) Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran. Menganalisis secara
umum dan khusus yang meliputi pengetahuan keterampilan dan sikap awal
mereka;
2) Merumuskan tujuan pembelajaran. Perilaku kemampuan baru apa yang
diharapkan siswa miliki dan dikuasai setelah proses belajar mengajar selesai;
3) Memilih/memodifikasi, merancang dan mengembangkan materi yang tepat.
Apabila materi dan media pembelajaran yang telah tersedia akan mencapai
tujuan yang tentunya akan menghemat waktu dan biaya;
4) Menggunakan materi dan media. Diperlukan persiapan bagaimana dan berapa
banyak waktu di perlukan untuk menggunakannya;
5) Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk
memberikan respon dan umpan balik mengenai keefektifan proses belajar
mengajar;
6) Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi untuk mengetahui
tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran.
Geografi yang obyek studinya permukaan bumi dengan relasi keruangan,
memiliki kedudukan yang kuat dalam memberikan dasar pengetahuan kepada
setiap orang dalam mempelajari dan melakukan studi berbagai aspek kehidupan
di permukaan bumi. Pelajaran geografi yang diajarkan di sekolah merupakan
10
mata pelajaran yang sangat penting yaitu membahas tentang geosfer beserta
fenomena yang terjadi, untuk memberikan citra tentang geosfer beserta
fenomena yang terjadi, tidak dapat hanya diceramahkan, ditanyakan, dan
didiskusikan, melainkan juga harus ditunjukkan dan diperagakan. Oleh karena itu,
diperlukan media pembelajaran yang khusus dipergunakan dalam pembelajaran
geografi (Nursid Sumaatmadja, 2001:15).
Media pembelajaran yang tepat untuk menyajikan materi Wilayah
Indonesia berdasarkan letak, luas, dan batas-batasnya adalah menggunakan Peta
Indonesia dan Peta Dunia. Peta berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi.
Tetapi secara khusus peta memberikan informasi tentang keadaan permukaan
bumi, tempat-tempat serta arah dan jarak (Sadiman, dkk, 1990) yang
memungkinkan peserta didik untuk mengerti posisi dan merangsang minat siswa
terhadap penduduk dan pengaruh-pengaruh geografis. Berdasarkan hal-hal
tersebut di atas, peta sangat penting untuk mengkonkretkan pesan-pesan yang
abstrak.

D. Pengembangan Assesment berorientasi HOTS


Pada materi ini, pengembangan asesment nampaknya tidak cukup hanya
penilaian aspek kognitif, tetapi juga aspek sikap dan aspek keterampilan.
Assesment yang direkomendasikan, tidak hanya diposisikan sebagai instrumen
untuk mengetahui pencapaian hasil belajar, tetapi lebih penting adalah
bagaimana penilaian mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
proses belajar. Penilaian yang disarankan adalah tiga pendekatan, yaitu
assessment of learning (penilaian akhir pembelajaran), assessment for learning
(penilaian untuk pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai
pembelajaran).
Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah
proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di
akhir tahun atau di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang
tertentu. Setiap pendidik melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk
memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses
pembelajaran selesai, yang berarti pendidik tersebut melakukan assessment of
learning. Assessment for learning memiliki prientasi bukan untuk menilai peserta
didik tetapi berfungsi sebagai pemberdayaan atau “supervisi”, yaitu untuk
meningkatkan performa peserta didik. Tugas yang diberikan oleh guru tidak
11
untuk menilai keterampilan peserta didik tetapi diniatkan agar peserta didik
menjadi membina mereka agar terampil. Sedangkan assessment as learning
mempunyai fungsi untuk refleksi pembelajaran dan arah perbaikannya bukan
kepada peserta didik tetapi pada kinerja guru. Fungsi lebih bersifat formatif dan
dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Hal lain yang perlu diperhatikan lainnya adalah bahwa penilaian dalam
Kurikulum 2013 memiliki karakteristik belajar tuntas, otentik, berkesinambungan,
menggunakan bentuk dan teknik penilaian yang bervariasi, dan berdasarkan
acuan kriteria. Ketuntasan Belajar merupakan capaian minimal dari kompetensi
setiap muatan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik dalam kurun waktu
belajar tertentu. Dengan prinsip ini, peserta didik yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kesempatan untuk perbaikan (remedial teaching).
Penilaian otentik yaitu dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
secara holistik. Aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dinilai secara
bersamaan sesuai dengan kondisi nyata yang dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan selama di sekolah. Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui
pencapaian kompetensi peserta didik yang dikaitkan dengan situasi nyata bukan
dunia sekolah. Untuk itu, teknik penilaian akan sangat bervariasi seperti tes
tertulis, tes lisan, penugasan, penilaian kinerja (praktik dan produk), penilaian
proyek, portofolio, dan pengamatan atau observasi.
Khususnya penilaian aspek kognitif, akhir-akhir ini disarankan untuk
penilaian yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pada
pertemuan di kelas X, telah dibahas bahwa instrumen evaluasi yang berorientasi
HOTS adalah kognitif Analisis (C-4), Mengevaluasi (C-5), dan Mencipta (C-6).
Jenjang level di atas diambil dari taksonomi kognitif yang dikemukakan oleh
Bloom kemudian direvisi oleh Anderson and Krathwohl (2001). Di bawah ini
ditunjukkan contoh tentang bentuk soal yang HOTS yaitu:

TABEL CONTOH RUMUSAN BUTIR SOAL (ESSAY) LOTS - MOTS – HOTS


Level Contoh soal
Kognitif
C-1 Sebutkan letak wilayah Indonesia secara astronomis
C-2 Jelaskan letak wilayah Indonesia secara geografis
C-3 Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dibandingkan luas wilayah
negara-negara di sekitarnya. Coba anda berikan contoh dan bandingkan
luas wilayah Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya!
C-4 Berdasarkan letak astronomis wilayah Indonesia dilalui garis khatulistiwa
sehingga beriklim tropis. Mengapa?
12
C-5 Berdasarkan letak, luas, dan batas wilayah Indonesia telah menjadikan
posisi Indonesia sangat strategis. Coba anda identifikasi kekuatan dan
kelemahan bagi Indonesia akibat dari posisinya yang stretegis tersebut!
C-6 Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan batas-batas wilayah
negara yang berbatasan dengan negara lain. Walaupun demikian,
pencaplokan pulau, pencurian ikan di laut, dan keterbelakangan di
wilayah perbatasan Indonesia masih sering terjadi. Coba anda sebutkan
langkah-langkah yang harus dilakukan agar hal-hal tersebut di atas tidak
terjadi lagi!

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Buku Ajar Kelas IV. 2004. Tim Abdi Guru Erlangga.
Hamid Hasan, S. 2007. Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi.
Makalah pada Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-
Indonesia (Ikahimsi) XII. Semarang, 16 April 2007.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta : Pustaka Jaya.
Harjanto.1997. Perencanaan Pengajaran. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Kurnia, Ida. 2008. Penerapan Unclos 1982 Dalam Ketentuan Perundang-
Undangan Nasional, Khususnya Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Jurnal
Hukum Prioris [Internet]. [diunduh 21 Juli 2020]; 2 (1): 42-49. Tersedia pada:
https://media.neliti.com/media/publications/82083-ID-penerapan-unclos-
1982-dalam-ketentuan-pe.pdf
Nursid Sumaatmadja. 2001. Metode Pembelajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta
Robert D. Kaplan, Robert. 2009. The Revenge Of Geography. Foreign Policy
Journal [Internet]. [diunduh 21 Juli 2020];No.172, May/June:96-105. Tersedia
pada: https://www.jstor.org/stable/20684874?seq=1.
Sadiman, dkk. 1990. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara Indonesia.

13
BAB 2
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
PADA MATERI FLORA DAN FAUNA DI INDONESIA DAN DUNIA

Materi Flora dan Fauna di Indonesia dan Dunia memiliki jatah jam pelajaran
sebanyak 20 Jam pelajaran (JPL) atau setara dengan 4 jam x 5 kali pertemuan.
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu menganalisis sebaran flora
dan fauna di Indonesia dan dunia berdasarkan karakteristik ekosistem,
pengembangkan strategi pembelajaran dalam bentuk RPP, memilih dan
menggunakan media pembelajaran, serta mengembangan instrumen evaluasi
geografi berorientasi HOTS.

A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Materi


Materi Flora dan Fauna di Indonesia dan Dunia memiliki target pencapaian
kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Rumusan kompetensi aspek
pengetahuannya, agar peserta didik mampu menganalisis sebaran flora dan
fauna di Indonesia dan dunia berdasarkan karakteristik ekosistem sedangkan
rumusan kompetensi aspek keterampilannya, agar peserta didik mampu
menyajikan data dan fakta kondisi geografis Indonesia untuk memperkuat
ketahanan pangan nasional, penyediaan bahan industri, dan energi alternatif
dalam bentuk narasi, tabel, peta, grafik, dan atau peta konsep. Ruang lingkup
materi yang perlu disampaikan adalah:
 Karakteristik bioma di dunia.
 Faktor-faktor yang memengaruhi sebaran flora dan fauna.
 Persebaran jenis-jenis flora dan fauna di Indonesia dan dunia.
 Konservasi flora dan fauna di Indonesia dan dunia.
 Pemanfaatan flora dan fauna Indonesia sebagai sumber daya alam
Bioma adalah ekosistem besar yang menempati suatu daerah yang luas di
permukaan bumi, di dalamnya terdapat flora dan fauna (biota) yang khas dan
beradaptasi dengan lingkungan mereka. Suatu bioma merupakan ekosistem-
ekosistem yang terbentuk karena perbedaan letak geografis dan astronomis.
Dari bioma inilah, kita akan mengenal lebih jauh mengenai persebaran flora dan
fauna di dunia. Terdapat enam bioma utama di dunia yaitu padang rumput,
gurun, tundra, hutan hujan tropis basah, hutan musim dan taiga. Masing-masing
bioma memiliki karakteristik dan kekhasan.
14
Bioma Stepa sering disebut padang rumput (grasslands) karena pada
bioma ini rumput sebagai tumbuhan utama. Terdapat perbedaan antara bioma
padang rumput stepa (temperate grasslands) dengan sabana (tropical
grasslands). Persamaannya adalah adalah wilayah perebarannya meliputi daerah
yang memiliki curah hujan sangat rendah di sepanjang iklim tropis dan subtropis.
Jumlah dan jenis tumbuhannya sangat terbatas, hanya beberapa macam
tumbuhan saja seperti rumput liar dan kaktus. Hal ini, sangat berpengaruh pada
keterbatasan jumlah dan jenis hewannya. Hewan herbivora lebih dapat bertahan
hidup pada bioma ini, seperti kuda, sapi, kambing dan kerbau serta hewan
berdarah panas lainnya seperti kalajengking dan jenis ular tertentu.
Persebarannya di dunia meliputi benua Australia (padang gibson), Afrika utara
(gurun sahara), Asia (takla makan), Brasilia (campos), Amerika Serikat (great
basin), Argentina, dan di Indonesia sendiri terdapat di daerah Parangtritis
Yogyakarta, Sumbawa, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Bioma tundra sering disebut padang lumut karena tumbuhan utamanya
lumut dan tumbuhan kerdil. Letaknya terdapat di daerah yang memiliki suhu
udara sangat dingin dekat kutub, seperti di daerah lingkar Artik, Greenland, Rusia
utara, Kanada. Tumbuhan yang bisa bertahan hidup pada suhu beku kurang dari
00C hanyalah tumbuhan lumut. Lumut pada saat musim dingin akan membeku
namun tidak mati, kemudian setelah masuk musim panas dan es mencair lumut
akan hidup kembali. Fauna khas di bioma ini adalah karibu yang memanfaatkan
lumut dan sedikit rumput sebagai makanannya.
Bioma taiga merupakan ekosistem yang terdiri dari jenis-jenis hutan
dengan tumbuhan spesifik yang dominan, misalnya hutan pinus dan conifer.
Terdapat juga semak belukar dan rumput namun jumlahnya sangat sedikit.
Hewan yang ada diantaranya beruang, ajag, serigala, rubah dan burung. Bioma
ini menempati wilayah paling luas dibandingkan bioma lainnya dan tersebar di
wilayah utara bumi seperti Rusia, Kanada, dan Finlandia. Wilayah yang berada di
lintang tinggi mendekati kutub utara mendapatkan sedikit sinar matahari pada
setiap tahunnya. Karena itu, mengalami musim panas sangat pendek waktunya
(kurang dari 3 bulan) selebihnya merupakan musim dingin. Jenis tumbuhan yang
dapat hidup sedikit saja hanya 2 atau 3 jenis tumbuhan saja. Hewan yang dapat
hidup merupakan hewan berdarah dingin.
Dibandingkan dengan bioma lainnya, bioma gurun memiliki cuaca sangat
ekstrim. Pada siang hari udara akan terasa sangat panas sedangkan pada malam
15
hari menjadi sangat dingin. Cuaca ekstrim yang berlangsung sangat lama
berpengaruh terhadap besarnya penguapan dan proses kondensasi untuk
terjadinya hujan. Tumbuhan dan hewan yang mampu bertahan hidup sangat
sedikit seperti pohon kaktus, rumput berduri, kurma, dan hewan unta. Gurun
terbesar di dunia adalah Gurun Sahara di Afrika Utara. Gurun lain tersebar di
Jazirah Arab, Peru, Australia, Mongolia, dan Turkestan.
Bioma hutan hujan tropis tersebar di wilayah permukaan bumi yang dilalui
garis katulistiwa. Curah hujannya sangat tinggi dan sinar matahari sepanjang
tahun yang menunjang dan memungkinkan flora dan fauna tumbuh dan
berkembang secara maksimal dan heterogen. Tumbuhannya dapat memiliki
ketinggian mencapai 40 meter bahkan ada yang mencapai 60 m, berdaun lebat
dan hijau sepanjang tahun. Kaya akan jumlah dan keanekaragaman tumbuhan
dan hewan, diperkirakan jumlah flora yang hidup di bioma hutan hujan tropis
mencapai angka 3000 jenis spesies.
Bioma hutan gugur disebut juga sebagai hutan hujan sedang. Wilayah
persebarannya banyak terdapat pada garis lintang 35 o hingga 550 lintang di
belahan bumi utara dan selatan atau pada daerah beriklim sedang dengan 4
musim, antara lain wilayah Amerika Serikat bagian timur, Kepulauan Inggris dan
benua Australia. Curah hujan merata berkisar pada 750-1000 mm/tahun. Pada
musim semi, tumbuhan mulai berbunga dan berbuah, pada musim panas mulai
tumbuh biji, pada musim gugur pepohonan menggugurkan daunnya, sedangkan
pada musim dingin tumbuhan mengurangi penyerapan air infiltrasi melalui
sistem perakarannya.
Setiap wilayah memiliki jenis flora dan fauna yang berbeda satu sama lain.
Bahkan kita mengenal istilah flora dan fauna endemik, yakni hewan dan
tumbuhan asli setempat dan tidak terdapat di tempat lain. Persebaran flora dan
fauna umumnya dipengaruhi oleh empat faktor yaitu iklim (klimatik), keadaan
tanah (edafik), kemiringan dan ketinggian tempat (fisiografi), dan mahluk hidup
(biolotik). Faktor iklim sangat mempengaruhi persebaran flora dan fauna
dibandingkan faktor lainnya, mengapa demikian? Perbedaan jenis tumbuhan dan
hewan secara fisik akibat pengaruh iklim akan memberikan struktur berbeda,
misalnya ada tumbuhan berdaun jarum dan ada juga tumbuhan berdaun lebar,
hewan berbulu tebal dengan yang tidak berbulu. Faktor iklim yang dimaksud
adalah pengaruh suhu, sinar matahari, kelembapan, curah hujan, dan angin.

16
Tingkat kesuburan tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
yaitu tingkat keasaman (ph), tekstur, struktur, kandungan air dan udara serta
unsur hara. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman yang maksimal
memiliki ph netral, tekstur yang seimbang antara unsur lempung, debu dan pasir,
kandungan air dan udara yang cukup untuk membantu penguraian makanan dan
pengambilan mineral yang diperlukan tanaman.
Ketinggian suatu tempat memberikan berbagai jenis tumbuhan dan
hewan, baik dari fisik maupun perilakunya. Pegunungan akan memberikan
kehidupan yang berbeda dengan dataran rendah, karena jenis tanah dan
keadaan cuaca setempat juga berbeda. Faktor lainnya adalah biotik, terdiri dari
tiga komponen yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan. Ketiganya memiliki peran
tersendiri terhadap keberlangsungan flora dan fauna.
Seorang biografi Alfred Russel Wallace, membagi zona persebaran hewan di
permukaan bumi berdasarkan ciri khas sesuai dengan letak geografisnya.
Dikelompokkan menjadi 6 zona utama, yaitu Neartik, Neotropik, Australas,
Oriental, Paleartik, Ethiopian menurut Wallace.
Zona Neartik meliputi wilayah Amerika Utara. Karakteristik wilayahnya
seperti ditumbuhi vegetasi hutan gugur di bagian timur, bioma padang rumput di
bagian tengah, hutan konifer di bagian utara, dan tertutup salju yang tebal di
wilayah Greenland. Jenis hewan pada zona ini antara lain tupai, bison,
salamander, kalkun, prairie dog (seperti tupai), muskox, dan mockingbird; Zona
Neotropik meliputi wilayah Amerika Tengah, Amerika Latin, dan Meksiko Selatan.
Memiliki karakteristik wilayah seperti beriklim tropis dan beriklim sedang. Jenis
hewan zona ini antara lain kukang, kura-kura galapagos, ikan piranha, anaconda,
dan trenggiling; Zona Australis meliputi wilayah Maluku, Papua, Australia, dan
Selandia Baru. Memiliki karakteristik wilayah seperti beriklim tropis dan beriklim
sedang. Jenis hewan zona ini antara lain koala, kangguru, buaya, maleo, kasuari,
wallaby, dan platipus; Zona Oriental meliputi wilayah Benua Asia Selatan dan
Benua Asia Tenggara sampai di garis peralihan yang memisahkan Pulau Sulawesi
dengan Pulau Maluku. Memiliki karakteristik wilayah seperti beriklim tropis
dengan curah hujan tinggi. Jenis hewan zona ini antara lain badak, harimau,
gajah, dan bekantan; Zona Paleartik meliputi wilayah Jepang, Himalaya,
Afghanistan, Afrika, dan Inggris. Memiliki karakteristik wilayah bersuhu rendah
dan curah hujan yang variatif. Jenis hewan zona ini antara lain burung pelatuk,
panda, srigala, rusa kutub, lynx, landak, dan bison; Zona Ethiopian meliputi
17
wilayah Madagaskar, Afrika, dan daratan Arab Selatan. Memiliki karakteristik
wilayah berupa padang pasir dengan iklim kering karena berada di wilayah gurun
sahara. Jenis hewan zona ini yaitu jerapah, zebra, singa, kuda nil, unta, gorila, dan
simpanse.
Sejarah geologi kepulauan Indonesia dan memiliki iklim tropis sangat
mempengaruhi keanekaragaman flora dan faunanya. Berdasarkan sejarah
geologi persebarannya sangat dipengaruhi oleh zona oriental dan australis.
Walaupun Indonesia beriklim tropis, akan tetapi wilayahnya yang membantang
dari timur ke barat menjadikan intensitas curah hujan yang berbeda-beda,
semakin ke barat intensitas curah hujan semakin besar. Selain itu, kita memiliki
wilayah persebaran flora dan fauna peralihan. Antara Asiatis dengan peralihan
dibatasi garis Wallace, sedangkan antara peralihan dengan australis dipisahkan
dengan garis Webber. Pada wilayah peralihan memiliki flora dan fauna yang khas
bahkan dikategorikan sebagai endemik Indonesia.
Indonesia termasuk ke dalam 3 negara dengan keanekaragaman hayati
terbesar dunia. Diperkirakan terdapat 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora
dunia ada d Indonesia. Tidak kurang dari 40% merupakan jenis yang endemik.
Jenis-jenis hewan yang ada diperkirakan berjumlah sekitar 220.000 jenis, terdiri
atas lebih kurang 200.000 serangga (± 17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis
ikan, 2.000 jenis burung, serta 1.000 jenis reptilia dan amphibia. Kekayaan ini
perlu dilindungi untuk berbagai kepentingan, baik dalam rangka konservasi
maupun kebutuhan manusia. Keberadaannya tidak akan selalu ada, baik jumlah
maupun jenisnya. Perburuan liar, polusi, kebakaran dan pembalakan hutan, dan
pemanfaatan berlebih merupakan pemicu kerusakan ekosistem.
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007, kawasan yang dilindungi bagi
pelestarian alam terbagi kedalam dua kelompok utama, yaitu kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam. Baik Kawasan Suaka Alam maupun Kawasan
Pelestarian Alam berfungsi sebagai pelindung keberadaan flora, fauna, dan
ekosistemnya. Perbedaannya, pada Kawasan Pelestarian Alam juga berfungsi
sebagai pemanfaatan lestari sumber daya alam hayati. Termasuk dalam
pengusahaan Kawasan Suaka Alam antara lain cagar biosfer, cagar alam, dan
suaka margasatwa. Adapun usaha Kawasan Pelestarian Alam meliputi taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, kebun raya, dan kebun binatang.
Upaya konservasi lingkungan baik program pelestarian maupun pencagaran
dan pemanfaatannya harus terencana dan melembaga. Karena itu, berbagai
18
usaha konservasi flora dan fauna di Indonesia dan dunia juga banyak dilakukan
oleh komunitas maupun organisasi besar pecinta lingkungan seperti Greenpeace,
Friends of the Earth (FOEI), World Wide Fund for Nature (WWF), Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi), dan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia
(KEHATI).
Flora dan fauna adalah sumber daya alam yang keberadaannya tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Keberadaannya di alam untuk dapat
dimanfaatkan sepenuhnya untuk kebutuhan hidup kita. Akan tetapi, dalam upaya
pemanfaatannya oleh manusia haruslah bijak dengan cara mengenal sifat dan ciri
sumber daya alam serta memegang prinsip keberlanjutan. Sifat sumber daya
alam berbeda satu dengan lainnya, ada sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Beberapa pemanfaatan flora dan
fauna sebagai sumber daya alam di Indonesia yaitu sebagai sumber pangan,
peternakan, perikanan, sumber devisa, hiasan, tradisi atau budaya, dan sumber
energi. Upaya pemanfaatan sumber daya alam tersebut saat ini harus diarahkan
untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, penyediaan bahan industri, dan
energi alternatif dengan tetap menganut prinsip kesejahteraan masyarakat dan
berkelanjutan.

B. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Pengembangan Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) berdasarkan
materi tersebut harus mengacu pada Permen Dikbud No. 22 Tahun 2016.
Perhatikan juga komponen-komponenya yang disarankan. Satu paket RPP dibuat
untuk rencana pembelajaran satu bab (atau satu tema materi) yang di dalamnya
terdapat beberapa pertemuan sesuai alokasi waktu. Anda juga dapat membuat
RPP praktis yang disederhanakan, cukup memuat tiga komponen utama yaitu
tujuan pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, dan Asesmen atau penilaian
seperti contoh format RPP berikut.

19
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA ……………………..


Mata Pelajaran : Geografi
Kode implementasi : Geo/XI/2/1/4 –JP
Model Pembelajaran : Pembelajaran discovery

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan flora dan fauna
2. Menganalisis karakteristik bioma di dunia.
3. Menyajikan data dan fakta karakteristik bioma di dunia dalam bentuk narasi, tabel, peta,
grafik, dan atau peta konsep.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Pendahuluan (20’)
1. Memberi salam, berdo’a dan mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
2. menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
3. menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan
4. menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
Kegiatan Inti (140’)
1. Peserta didik diberikan stimulant berupa gambar tentang karakteristik bioma di dunia.
2. Setelah melihat gambar, peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan
3. Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok dengan 5 tema sesuai kelompok pertanyaan
4. Setiap kelompok mencari penjelasan sesuai tema pada buku teks, modul dan internet
5. Setiap kelompok membuat ringkasan dari diskusi kelompok
6. Setiap kelompok membuat presentasi dalam power point memuat materi dan
klasifikasi/Gambar/ Video dan Kesimpulan
7. Hasil kerja kelompok dipresentasikan, kelompok lain memberi tanggapan
8. Guru menyelaraskan kesimpulan dan materi setelah presentasi setiap kelompok
Kegiatan Penutup (20’)
1. membuat rangkuman/simpulan pelajaran;     
2. melakukan   refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;       
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
4. mempersiapkan diri untuk materi yang akan datang

C. PENILAIAN
Penilaian Sikap : Observasi
Pengetahuan : Tes Tertulis, Mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan karakteristik
bioma di dunia.
Keterampilan : Unjuk kerja

Bandung,
Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran


20
C. Pengembangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Perlu anda ingat kembali, bahwa fungsi media pembelajaran tidak hanya
untuk meningkatkan perhatian peserta didik dan membantu dalam memahami
materi agar lebih baik dan mengurangi miskonsepsi dalam memahami suatu
konsep, namun media pembelajaran telah berkembang menjadi sumber belajar
dan menjadi instrumen pengembangan pengetahuan, afektif, dan keterampilan
secara mandiri melalui media interaktif berbasis komputer dan jaringan internet.
Perhatikan kembali factor-faktor pemilihan media pembelajaran, seperti faktor
siswa, faktor isi pelajaran, dan faktor tujuan yang hendak dicapai serta Langkah-
langkah pemilihan media (seperti pada bab 1).
Geografi obyek studinya tentang geosfer beserta fenomenanya yang
sangat luas dan kompleks merupakan hal yang abstrak. Karena itu, untuk
memberikan gambaran geosfer beserta fenomenanya yang abstrak tidak dapat
hanya diceramahkan, ditanyakan, dan didiskusikan, melainkan juga harus
ditunjukkan dan diperagakan dengan menggunakan media.
Pemilihan media yang tepat berdampak pada efektifitas dan efisiensi
proses dan pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang tepat
untuk menyajikan materi Karakteristik Bioma di Dunia adalah menggunakan Peta
Sebaran Bioma Dunia dan Media Gambar yang memberikan contoh karakteristik
flora dan fauna yang terdapat dalam masing-masing bioma.

D. Pengembangan Assesment berorientasi HOTS


Pengembangan assessment yang diharapkan seperti pada bab 1 harus
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (High Other
Thinking Skills). Mengapa harus HOTS? Hal ini sesuai dengan tuntutan
pembelajaran abad 21, dimana kompetensi peserta didik harus mampu berfikir
tingkat tinggi dan memecahkan masalah. Anak-anak kita tidak akan berdaya
saing bila di sekolah mereka tidak dilatih kecakapan hidup abad 21, misalnya:
untuk membuat perbandingan, membuat penilaian data, berpikir kritis, membuat
kesimpulan, memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan mereka pada
konteks kehidupan nyata serta pada situasi yang masih asing.
HOTS merupakan penilaian yang menuntut kemampuan berpikir yang tidak
sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa
melakukan pengolahan (recite). Akan tetapi, disitu peserta didik akan berlatih
bagaimana menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
21
Tujuan pembelajaran bab 2 adalah peserta didik mampu menganalisis
sebaran flora dan fauna di Indonesia dan dunia berdasarkan karakteristik
ekosistem. Coba anda perhatikan dengan tujuan pembelajaran sebelumnya pada
bab 1 yang cukup sampai memahami, sedangkan pada bab 2 ini harus mencapai
tingkat menganalisis. Hal ini berarti, ketuntasan pembelajaran bab 2 tentang
flora dan fauna di Indonesia dan dunia, peserta didik harus mencapai tingkat
menganalisis.
Menganalisis dalam ranah kognitif termasuk dimensi berfikir tingkat tinggi
(C4). Menganalisis berarti menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup
dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing),
dan menemukan pesan tersirat (attributting). Membedakan (differentiating):
membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan
relevansi, fungsi dan penting tidaknya. Membedakan (differentiating) berbeda
dari membandingkan (comparing). Membedakan menuntut adanya kemampuan
untuk menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan terkait
dengan struktur yang lebih besar. Istilah lain untuk membedakan adalah memilih
(selecting), membedakan (distinguishing) dan memfokuskan (focusing).
Mengorganisir (organizing): mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan
mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk
membentuk suatu struktur yang padu. Menemukan pesan tersirat (attributting):
menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.
Berikut merupakan contoh soal bab 2 tentang Flora dan Fauna di Indonesia dan
Dunia bentuk pilihan berganda.

TABEL CONTOH RUMUSAN BUTIR SOAL (ESSAY) LOTS - MOTS – HOTS


Level Kognitif Contoh soal
C-1 Hutan musim biasanya ditandai dengan pohon yang
Soal ini merupakan tingkatan menggugurkan daunnya saat musim kemarau. Jenis
mengingat kembali atau pohon yang umumnya terdapat di hutan musim
menarik kembali informasi yang yaitu …
tersimpan dalam memori jangka a. jati
panjang apabila ada petunjuk b. pinus
(tanda) untuk melakukan hal c. kelapa
tersebut. d. akasia
e. kayu putih
C-2 Perhatikan Ciri bioma berikut ini:
22
Soal ini merupakan tingkatan 1. vegetasinya berdaun jarum
memahami dengan cara 2. memiliki ketinggian vegetasu yang relatif sama
mengkonstruk makna atau 3. berbatang lurus, dan berbentuk kerucut
pengertian berdasarkan 4. Jenis vegetasi: pinus, cemara, dan cedar
pengetahuan awal yang dimiliki, Beberapa karakteristik diatas menunjukan jenis
mengaitkan informasi yang baru bioma ...
dengan pengetahuan yang telah a. Hutan hujan
dimiliki, atau mengintegrasikan b. Hutan musim
pengetahuan yang baru ke c. Hutan coniver
dalam skema yang telah ada d. Padang rumput
dalam pemikiran siswa. e. Padang pasir
C-3 Perhatikan gambar berikut!
Soal ini merupakan tingkatan
memerapkan/implementasi
dengan cara memilih dan
menggunakan prosedur yang
sesuai untuk menyelesaikan
tugas yang baru.
Tipe fauna yang bertempat tinggal pada wilayah X
adalah ...
a. australis
b. peralihan
c. oriental
d. neotropik
e. ethiopian
C-4 Karakteristik vegetasi di hutan hujan tropis berbeda
Soal ini merupakan tingkatan dengan karaktersitik vegetasi di gurun. Setiap
menganalisis dengan cara kawasan tersebut mempunyai jenis fauna khas.
menguraikan suatu Kedua fakta tersebut berkaitan dengan...
permasalahan atau obyek ke a. perbedaan topografi sebagai media pertumbuhan
unsur-unsurnya dan flora
menentukan bagaimana saling b. daya adaptasi tanaman di daerah tropis
keterkaitan antar unsur-unsur terhambat
tersebut dan struktur besarnya. c. kesuburan tanah bagi habitat berbagai jenis fauna
d. tumbuhan sebagai sumber makanan bagi fauna
e. curah hujan selalu tinggi di daerah ekuator
C-5 Ciri-ciri hutan hujan tropis mempunyai spesies yang
Soal ini merupakan tingkatan sangat rapat. Jenis pohon lebih dari 100 spesies
mengevaluasi dengan cara dengan ketinggian 20-40 meter, temperatur udara
membuat suatu pertimbangan terdingin 18˚C, dan curah huan tinggi. Ciri-ciri
berdasarkan kriteria dan standar tersebut berpengaruh terhadap aktivitas manusia di
yang ada bidang...
a. industri
b. perikanan
c. peternakan
d. pertanian
e. kehutanan
23
C-6 Bioma tundra terdapat di daerah kutub. Tumbuhan
Soal ini merupakan tingkatan yang mampu bertahan hidup hanya lumut dan
mencipta dengan cara tanaman kerdil. Aktivitas manusia yang tinggal di
menguraikan suatu masalah bioma tundra sangat terbatas. Apa yang dapat Anda
sehingga dapat dirumuskan lakukan di daerah tersebut ...
berbagai kemungkinan hipotesis a. budi daya tanaman
yang mengarah pada b. berburu rusa kutub
pemecahan masalah tersebut. c. peternakan unggas
d. berburu ikan
e. wisata gunung

DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji. 1991. Flora dan Fauna. Yogyakarta: Kursus Pendalaman Materi
Geografi, Fakultas Geografi, UGM.
Sudarmadji. 1991. Kelestarian Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kursus Pendalaman
Materi Geografi, Fakultas Geografi, UGM.
Tim Kingfisher. 2006. Ensiklopedia Geografi. Jakarta: PT Lentera Abadi.
Waluya, Bagja. 2009. Memahami Geografi Untuk SMA/MA XI. BSE: Pusat
Perbukuan Depdiknas

24
BAB 3
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
PADA MATERI PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA

Materi Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia adalah materi bab 3


geografi pada jenjang SMA kelas XI. Sesuai dengan kurikulum 2013, jumlah jam
pelajaran yang disediakan adalah 18 Jam pelajaran (JPL) dapat dibuat 5 kali
pertemuan. Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu menganalisis
sebaran dan pengelolaan sumber daya kehutanan, pertambangan, kelautan, dan
pariwisata sesuai prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, pengembangkan
strategi pembelajaran dalam bentuk RPP, memilih dan menggunakan media
pembelajaran, serta mengembangkan instrumen evaluasi geografi berorientasi
HOTS.

A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Materi


Materi Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia memiliki target
pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Rumusan kompetensi
aspek pengetahuannya, agar peserta didik mampu menganalisis sebaran dan
pengelolaan sumber daya kehutanan, pertambangan, kelautan, dan pariwisata
sesuai prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sedangkan rumusan
kompetensi aspek keterampilannya, agar peserta didik mampu membuat peta
persebaran sumber daya kehutanan, pertambangan, kelautan, dan pariwisata di
Indonesia. Ruang lingkup materi seperti tertera dalam silabus yang dikeluarkan
oleh Puskurbuk Kemendikbud RI, yaitu:
 Klasifikasi sumber daya
 Potensi dan persebaran sumber daya alam strategis Indonesia
 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam pembangunan
 Pemanfaatan sumber daya alam dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan
Sumber daya alam (SDA) adalah kekayaan alam yang memiliki nilai
ekonomi untuk dapat dimanfaatkan dalam rangka memenuhi berbagai
kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar lebih sejahtera. Kekayaan alam
ada yang berwujud sehingga dapat diolah oleh manusia, namun juga ada yang
tidak berwujud sehingga tidak perlu diolah terlebih dahulu, bisa terdapat di mana
saja seperti di dalam tanah, air, udara, flora dan fauna.
25
SDA merupakan sebuah kekayaan alam yang dimanfaatkan untuk
mencukupi kehidupan manusia agar lebih sejahtera. SDA dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu berdasarkan materi, berdasarkan tempatnya, berdasarkan
proses terbentuknya, berdasarkan nilai kegunaan atau ekonomisnya,
berdasarkan sifatnya/pembentukannya, dan berdasarkan Undang-Undang No.11
tahun 1976 tentang pertambangan.
Berdasarkan materinya, SDA dilihat dari bahan dasar pembentuknya, yaitu
SDA (berasal dari makhluk hidup, yakni hewan, binatang, hasil pertanian,
perkebunan, perikanan) disebut juga SDA biotik, dan dapat dibudidayakan oleh
manusia. SDA anorganik berasal dari benda mati (abiotik) atau berasal dari
pembusukan hewan yang terjadi selama jutaan tahun, seperti minyak bumi, gas
alam, dan sebagainya, yang tidak bisa diperbarui.
SDA berdasarkan tempat ditemukan/terbentuknya dapat digolongkan
menjadi 3, yaitu SDA teristrik (daratan), bersumber dari dalam maupun
permukaan bumi seperti hasil tambang dan hutan; SDA akuatik (perairan),
bersumber dari perairan laut dan perairan darat meliputi macam-macam danau,
sungai, rawa; dan SDA yang terdapat di udara misalnya hujan dan oksigen.
Berdasarkan nilai kegunaan atau ekonomisnya, SDA digolongkan menjadi
3, yaitu SDA ekonomis tinggi, SDA ekonomis rendah, dan SDA non ekonomis.
SDA ekonomis sendiri bisa diartikan sebagai SDA yang memiliki nilai ekonomis,
atau dengan kata lain memiliki nilai jual yang tinggi, dan dianggap sebagai
barang-barang berharga.
Berdasarkan sifatnya, SDA ada yang dapat diperbaharui (renewable
resource) dan tidak dapat diperbaharui (unrenewable resource). SDA yang dapat
diperbaharui dan dapat dibentuk kembali oleh alam dalam siklus relatif cepat,
contohnya air, udara, dan tanah; sedangkan SDA yang tidak dapat diperbarui
memiliki jumlah yang sangat terbatas karena tidak ada penambahan jumlah dan
proses pembentukannya memerlukan waktu ribuan hingga jutaan tahun.
Adapun pengklasifikasian SDA lainnya yaitu berdasarkan Undang-Undang
No.11 tahun 1976 tentang pertambangan, digolongkan menjadi 3, yaitu Golongan
A, Golongan B dan Golongan C. Golongan A meliputi bahan tambang strategis
yang berperan penting dalam kelangsungan kehidupan negara; Golongan B
termasuk bahan tambang vital yang merupakan bahan galian yang berperan
penting dalam kegiatan perekonomian negara akan dikuasai oleh negara;

26
sedangkan Golongan C meliputi bahan tambang yang tidak termasuk ke dalam
golongan A dan golongan B.
Potensi dan persebaran SDA Indonesia merupakan kekayaan yang sangat
berlimpah. Pada dasarnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penyebarannya, yaitu faktor geologis, iklim, dan geomorfologi. Secara faktor
geologis, adanya pertemuan 3 lempeng aktif dunia di wilayah Indonesia
memungkinkan terbentuknya berbagai macam mineral tambang di bawah bumi
maupun potensi dari keberadaan gunung api. Kepulauan Indonesia yang berada
di wilayah equator menyebabkan beriklim tropis dan bercurah hujan relatif
tinggi, memungkinkan kaya akan flora dan fauna yang beragam jenis dan
jumlahnya. Geomorfologi alam di Indonesia terdiri dari pesisir, dataran rendah,
dataran tinggi hingga gunung mengakibatkan variasi SDA di Indonesia. Luas
wilayah Indonesia yang memiliki 2/3 berupa lautan atau 5,8 juta km2 terdapat
kekayaan yang berlimpah. Potensi sumber daya laut Indonesia tidak hanya
berupa ikan, tetapi juga bahan tambang seperti minyak bumi, nikel, emas,
bauksit, pasir, bijih besi, timah, dan lain-lain yang berada di bawah permukaan
laut. Dari faktor-faktor tersebut, Indonesia memiliki potensi dan persebaran SDA
yang strategis sebagai sumber kekayaan negara, utamanya adalah untuk
memakmurkan rakyatnya. Grima dan Berkes (1989) mengatakan bahwa, sumber
daya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. SDA tidak
saja mencukupi kebutuhan hidup manusia, namun juga memberikan kontribusi
besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pemanfaatan SDA Indonesia yang sudah
diusahakan selama ini dalam bidang kehutanan, pertambangan, kelautan, dan
pariwisata.
Walau demikian, sumber daya hanya akan menjadi kekayaan tanpa menjadi
manfaat yang besar karena untuk dapat dikatakan sebagai sumber daya harus
memiliki dua kriteria, pertama yaitu harus ada pengetahuan, teknologi atau
keterampilan (skill) untuk memanfaatkannya, kedua adalah harus ada
permintaan (demand) terhadap sumber daya tersebut (Rees) dalam Fauzi, 2004).
Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka sesuatu itu disebut sebagai barang
netral. Dengan demikian, dalam pengertian ini definisi sumber daya terkait
dengan kegunaan (usefulness), baik untuk masa kini maupun mendatang bagi
umat manusia. Selain dua kriteria di atas, definisi sumber daya juga terkait pada
dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya
dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang
27
mengendalikan sumber daya dan bagaimana teknologi digunakan. Selain itu,
dalam sumber daya terkandung nilai intrinsic yang menilai apakah sumber daya
tersebut dikonsumsi atau tidak, atau lebih ekstrem lagi, terlepas dari apakah
manusia ada atau tidak. Dalam ilmu ekonomi konvensional, nilai intrinsic ini
sering diabaikan sehingga menggunakan alat ekonomi konvensional semata
untuk memahami pengelolaan SDA sering tidak mengenai sasaran yang tepat.
Pengelolaan SDA diperlukan usaha serius agar dapat dimanfaatkan
maksimal dengan tetap memperhatikan keberlanjutan. Setidaknya terdapat dua
pandangan, pertama yaitu pandangan konservatif/pesimis/perspektif. Menurut
Malthusian, SDA harus dimanfaatkan secara hati-hati karena ada faktor
ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi terhadap SDA untuk generasi
yang akan datang; kedua, pandangan eksploitatif/perspektif, menurut Ricardian,
SDA dianggap sebagai mesin pertumbuhan yang akan menghasilkan
produktivitas lebih tinggi di masa mendatang, keterbatasan suplai SDA dapat
disubstitusi dengan intensifikasi dan ekstensifikasi, jika SDA langka akan
menimbulkan pencarian substitusi dan daur ulang.
Dari dua pandangan tersebut maka pengelolaan SDA harus
memperhatikan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)-nya. Menurut UU Nomor
4 Tahun 1982 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa
setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan wajib dilengkapi dengan AMDAL yang diatur oleh peraturan
pemerintah. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk
pengambilan keputusan. Analisis AMDAL melingkupi berbagai macam faktor
seperti ialah fisik, kimia, sosial ekonomi, biologi dan sosial budaya. Keempat
faktor tersebut harus dilakukan secara menyeluruh. Dalam pasal 23 UU PPLH
disebutkan bahwa, “Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting
yang wajib dilengkapi dengan Amdal terdiri atas:
a) Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam; seperti pembuatan jalan
bendungan dan pembukaan lahan
b) Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
c) Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
28
d) Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial budaya;
e) Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f) Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g) Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h) Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau
i) Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
Alasan mengapa diperlukannya AMDAL ialah untuk diperlukannya suatu
studi kelayakan dikarenakan di dalam undang-undang dan juga peraturan
pemerintah dan untuk menjaga lingkungan dari suatu operasi proyek kegiatan
industri atau juga kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan. Hal ini sesuai dengan tujuannya adalah menjamin tetap
terpeliharanya kemampuan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan
yang berkelanjutan.
Terdapat dua jenis AMDAL, yaitu AMDAL Tunggal adalah hanya satu jenis
usaha dan/atau kegiatan yang kewenangan pembinaannya di bawah satu instansi
yang membidangi usaha dan/atau kegiatan; dan AMDAL Terpadu/Multisektoral
adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha/kegiatan terpadu
yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dan melibatkan lebih dari 1
instansi yang membidangi kegiatan tersebut. Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup (PerMenLH) No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha
atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, telah menetapkan berbagai bidang kegiatan yang wajib dilengkapi
AMDAL, antara lain: Usaha/kegiatan bidang Pertahanan, Pertanian, Perikanan,
Kehutanan, Perhubungan, Tekhnologi Satelit, Perindustriaan, Pekerjaan Umum,
Sumber Daya Energi dan Mineral, Pariwisata, Pengembangan Nuklir, Pengelolaan
Limbah B3, dan Rekayasa Genetika.
Pemanfaatan SDA dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan hidup saat ini tampak merusak atau menurunkan kemampuan
generasi mandatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (WCED, 1987).
Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu
29
strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas (limit) pada
lanjut ekosistem alamiah secara sumberdaya yang ada didalamnya. Ambang
batas ini tidaklah bersifat mutlak (absolute), melainkan merupakan batas yang
luwes (flexibel) yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi
tentang pemanfaatan SDA, secara kemampuan biosfir untuk menerima dampak
kegiatan manusia.
Pengelolaan hutan yang berkelanjutan harus mencegah kerusakan dan
menjaga kelestarian hutan, seperti menambah kawasan konservasi hutan,
meningkatkan mutu dan produktivitas kawasan hutan dan hutan rakyat,
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan, meningkatkan
daya dukung lahan dengan reboisasi dan rehabilitasi lahan serta perbaikan mutu
lingkungan, meningkatkan peran pemerintah dalam pengelolaan dan
pembangunan kehutanan, meningkatkan penelitian dan pengembangan di
bidang kehutanan, menindak tegas pelaku penebangan liar (Illegal logging),
perambah hutan, dan pemburu satwa langka.
Kegiatan pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya
terbarukan dan tidak terbarukan untuk proses produksi pertanian dengan
menekankan dampak negatif terhadap lingkungan serendah-rendahnya. Juga
menitikberatkan pada pengolahan SDA yang memanfaatkan produk hayati
ramah lingkungan, biasanya diaplikasikan dalam kegiatan pertanian organik.
Indikator kegiatan pertanian berkelanjutan antara lain: budi daya berbagai jenis
tanaman secara alami, memelihara keanekaragaman genetik sistem pertanian,
meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekonomi sistem pertanian,
menghasilkan produksi pertanian yang bermutu dalam jumlah memadai,
memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang, dan
menghindarkan pencemaran yang disebabkan penerapan teknik pertanian.
Kegiatan usaha tambang beresiko tinggi dan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan fisik dan sosial. Alasan tersebut yang mendasari perlunya
suatu pertambangan berkelanjutan. Kegiatan pertambangan berkelanjutan
merupakan kegiatan yang diawali dengan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan,
dan kegiatan pascatambang. Terdapat 3 prioritas utama untuk memaksimalkan
potensi pertambangan berkelanjutan, yaitu 1) menganalisis dampak dan
keuntungan sosial, ekonomi, kesehatan, serta lingkungan selama siklus kegiatan
pertambangan, keselamatan, dan kesehatan pekerja, 2) meningkatkan partisipasi
para pemangku kepentingan termasuk masyarakat adat dan lokal serta kaum
30
perempuan, dan 3) mengembangkan praktik pertambangan berkelanjutan
melalui penyediaan dukungan teknis serta pembangunan fasilitas dan keuangan
kepada negara berkembang dan miskin.
Kegiatan industri berperan terhadap tiga hal secara signifikan, yaitu
kepada faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor lingkungan. Pengaruh industri
terhadap ekonomi dan sosial adalah pengaruh positif, dimana kegiatan industri
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara. Sementara
itu, pengaruh industri terhadap lingkungan, yaitu berupa pencemaran lingkungan
adalah pengaruh yang merugikan. Kombinasi yang seimbang dari ketiga faktor
terpengaruh tersebut akan mewujudkan industri yang berkelanjutan. Karena itu,
pelaksanaan aktivitas di sektor industri perlu memperhatikan prinsip-prinsip: 1)
menggunakan SDA secara berkelanjutan, 2) menjamin kualitas hidup masyarakat
disekitar lokal penambangan, dan 3) menjaga kelangsungan hidup ekologi sistem
alami (environmental system). Akan tetapi, ada hambatan bagi negara
berkembang dalam melaksanakan kegiatan industri berkelanjutan, yaitu potensi
sumber daya melimpah tetapi pemanfaatannya belum optimal, dukungan
pemerintah terhadap pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
masih kurang, kawasan industri di negara berkembang belum terpadu secara
sistematis dan hanya kumpulan industri yang berdiri sendiri.
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, pariwisata (masal) seringkali
dituding sebagai memberikan dampak negatif. Hal ini dikarenakan dalam
pariwisata masal, interaksi dengan lingkungan cenderung bersifat destruktif
karena pariwisata mengeksploitasi sumber daya alam dan kebudayaan lokal.
Sebagai salah satu industri terbesar di dunia, pariwisata dituntut untuk dapat
memberikan interaksi yang lebih positif dan mereduksi dampak yang disebabkan,
dan bahkan juga memberikan kontribusi pada pelestarian lingkungan alam dan
budaya. Menurut UNWTO, Pariwisata berkelanjutan mempertimbangkan
dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang ditimbulkannya baik saat ini
maupun di masa mendatang; selain itu juga menjawab kebutuhan wisatawan,
industri, lingkungan, dan populasi setempat. Hal ini berlaku sama untuk
pariwisata di semua ekosistem, baik kawasan perkotaan, pesisir, pedesaan,
pegunungan, dan sebagainya; dengan penekanan yang berbeda di masing-
masing ekosistem atau konteks masyarakat. Terdapat dua pendekatan dalam hal
ini, yaitu: 1) mereduksi dampak pariwisata pada lingkungan. Jenis-jenis pariwisata
berkelanjutan dengan pendekatan ini adalah pariwisata ramah lingkungan,
31
ekowisata, dan pariwisata yang bertanggung jawab; 2) mereduksi dampak
pariwisata pada sosial budaya. Jenis-jenis pariwisata berkelanjutan dengan
pendekatan ini adalah pariwisata berbasis masyarakat atau pariwisata inti rakyat,
pariwisata sukarelawan, dan pariwisata solidaritas.
Kegiatan perikanan berkelanjutan adalah suatu proses yang mana habitat
ikan tetap terjaga dan siklus hidupnya berjalan dengan baik sehingga populasi
nya tetap banyak dan tidak mengalami kepunahan. terdapat tiga aspek utama
yang harus diperhatikan dalam kerangka pembangunan perikanan berkelanjutan,
yaitu aspek ekologi, sosial, dan ekonomi, dan masing-masing aspek tersebut
mempunyai persyaratan agar pembangunan suatu wilayah atau suatu sektor
dapat berlangsung secara berkelanjutan. Antaraspek tersebut sebaiknya
terintegrasi sehingga pembangunan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian
SDA dan lingkungan hidup. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam
perikanan berkelanjutan yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial.

B. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Pengembangan Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) berdasarkan
materi tersebut harus mengacu pada Permendikbud No. 22 Tahun 2016.
Perhatikan juga komponen-komponenya yang disarankan. Satu paket RPP dibuat
untuk rencana pembelajaran satu bab (atau satu tema materi) yang di dalamnya
terdapat beberapa pertemuan sesuai alokasi waktu. Anda juga dapat membuat
RPP praktis yang disederhanakan, cukup memuat tiga komponen utama yaitu
tujuan pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, dan Asesmen atau penilaian
seperti contoh format RPP berikut.

32
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA ……………………


Mata Pelajaran : Geografi
Kode implementasi : Geo/XI/3/1/3 –JP
Model Pembelajaran: Pembelajaran discovery

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengenal dan memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan sumberdaya alam
2. Berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, kolaboratif dan terampil memahami fenomena
geografi di lingkungannya
3. Memahami pengertian sumber daya.
4. Memahami macam macam sumber daya.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Pendahuluan (20’)
1. Memberi salam, berdo’a dan mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
2. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
3. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan
4. Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
Kegiatan Inti (100’)
1. Peserta didik diberikan stimulant berupa gambar tentang sumber daya.
2. Setelah melihat gambar, peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan
3. Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok dengan 5 tema sesuai kelompok pertanyaan
4. Setiap kelompok mencari penjelasan sesuai tema pada buku teks, modul dan internet
5. Setiap kelompok membuat ringkasan dari diskusi kelompok
6. Setiap kelompok membuat presentasi dalam power point memuat materi dan
klasifikasi/Gambar/ Video dan Kesimpulan
7. Hasil kerja kelompok dipresentasikan, kelompok lain memberi tanggapan
8. Guru menyelaraskan kesimpulan dan materi setelah presentasi setiap kelompok
Kegiatan Penutup (15’)
1. Membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
4. Mempersiapkan diri untuk materi yang akan datang

C. PENILAIAN
Penilaian Sikap: Observasi
Pengetahuan : Tes Tertulis, Mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan sumber daya.
Keterampilan : Unjuk kerja

Bandung,
Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran


33
C. Pengembangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Setelah memahami materi pelajaran dan RPP, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan dan atau memanfaatkan media pembelajaran. Pada dasarnya
prinsip pemanfaatan media pembelajaran adalah untuk meningkatkan perhatian
peserta didik dan membantu dalam memahami materi agar lebih baik dan
mengurangi miskonsepsi dalam memahami suatu konsep. Perhatikan kembali
faktor-faktor pemilihan media pembelajaran, seperti faktor siswa, faktor isi
pelajaran, dan faktor tujuan yang hendak dicapai serta Langkah-langkah
pemilihan media (seperti pada bab 1). Selain itu, perlu juga diperhatikan faktor
lainnya, seperti: media harus praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia
waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu
dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama bukanlah
jaminan. Guru dapat memilih media yang ada, mudah diperoleh bahkan mudah
dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan
dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di lingkungan sekitarnya,
dan mudah dibawa dan dipindahkan ke mana-mana. Guru dapat
menggunakannya dengan baik dan terampil. Komputer, proyektor transparansi
(OHP), proyektor slide, dan film, dan peralatan canggih lainnya tidak akan berarti
apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses belajar mengajar
di kelas. Secara mutu tekinis, pengembangan visual baik gambar maupun
fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya visual pada slide
harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan
tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.
Sebelum anda memanfaatkan media pembelajaran yang akan digunakan
pada pokok bahasan bab ini, coba anda perhatikan tujuan pembelajaran dan
rumusan materi belajarnya. Bab ini memuat rumusan kompetensi aspek
pengetahuannya, agar peserta didik mampu menganalisis sebaran dan
pengelolaan sumber daya kehutanan, pertambangan, kelautan, dan pariwisata
sesuai prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sedangkan rumusan
kompetensi aspek keterampilannya, agar peserta didik mampu membuat peta
persebaran sumber daya kehutanan, pertambangan, kelautan, dan pariwisata di
Indonesia. Adapun lingkup materinya: Klasifikasi sumber daya, potensi dan
persebaran sumber daya alam strategis Indonesia, AMDAL dalam pembangunan,

34
dan pemanfaatan sumber daya alam dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Pada tahap awal guru dapat membuat bagan tentang klasifikasi SDA agar
peserta didik memahami jenis-jenis SDA berikut contohnya. Untuk mencapai
tahap implementasi (menerapkan) dan menganalisis, guru dapat menggunakan
beberapa peta yang berkaitan dengan potensi dan sebaran SDA di Indonesia,
misalnya Peta Indonesia, Peta Geologi Indonesia, Peta Persebaran Flora dan
Fauna Indonesia, Peta Persebaran Tambang Indonesia, dan atau Peta
Pengembangan Destinasi Indonesia. Dalam hal ini, guru dapat membandingkan
dan membuat tampalan peta sehingga menggambarkan mengapa, bagaimana,
dan dimana persebaran SDA di Indonesia. Guru juga dapat menggunakan data-
data sekunder dalam bentuk tabel atau grafik untuk melengkapi penjelasan yang
terkait materi atau menugaskan pada peserta didik agar mencari data melalui
internet atau sumber lain.

D. Pengembangan Assesment berorientasi HOTS


Tujuan pembelajaran bab 3, peserta didik mampu menganalisis sebaran
dan pengelolaan sumber daya kehutanan, pertambangan, kelautan, dan
pariwisata sesuai prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal ini berarti,
ketuntasan pembelajaran peserta didik harus mencapai tingkat menganalisis.
Menganalisis dalam ranah kognitif termasuk dimensi berfikir tingkat tinggi (C4).
Menganalisis berarti menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-
unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup
dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing),
dan menemukan pesan tersirat (attributting).

TABEL CONTOH RUMUSAN BUTIR SOAL (ESSAY) LOTS - MOTS – HOTS


Level Kognitif Contoh soal
C-1 Sumber daya alam yang terbentuk akibat endapan
Soal ini merupakan tingkatan sisa-sisa tumbuhan zaman purba dan berbagai
mengingat kembali atau menarik proses  yang berlangsung ribuan tahun adalah ...
kembali informasi yang tersimpan a. perak
dalam memori jangka panjang b. emas
apabila ada petunjuk (tanda) c. minyak bumi
untuk melakukan hal tersebut. d. logam
e. batu bara

35
C-2 Luas terumbu karang di Indonesia mencapai
Soal ini merupakan tingkatan sekitar 18% dari luas terumbu karang di dunia.
memahami dengan cara Fungsi ekologis dari terumbu karang ini adalah ...
mengkonstruk makna atau a. sebagai sumber makanan bagi manusia
pengertian berdasarkan b. sebagai objek wisata bahari
pengetahuan awal yang dimiliki, c. sebagai bahan baku perhiasan
mengaitkan informasi yang baru d. mengurangi hempasan gelombang laut
dengan pengetahuan yang telah e. sebagai bahan baku obat-obatan
dimiliki, atau mengintegrasikan
pengetahuan yang baru ke dalam
skema yang telah ada.
C-3 Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya
Soal ini merupakan tingkatan dilakukan secara ekonomis dan efisien contohnya ..
memerapkan/implementasi a. pemakaian SDA sebanyak-banyaknya
dengan cara memilih dan b. menanam berbagai jenis tanaman di satu lahan
menggunakan prosedur yang sampai penuh
sesuai untuk menyelesaikan tugas c. bertani secara intensif dengan tanaman yang
yang baru. produktif
d. penggunaan SDA secukupnya saja
e. eksplorasi barang tambang yang berlebihan
C-4 Perairan laut di Indonesia memiliki karakteristik
Soal ini merupakan tingkatan berbeda. Hal ini dapat dilihat dari kedalaman
menganalisis dengan cara lautnya. Wilayah Indonesia bagian barat memiliki
menguraikan suatu permasalahan kedalaman laut yang lebih dangkal dibandingkan
atau obyek ke unsur-unsurnya dan perairan laut di Indonesia bagian tengah dan timur,
menentukan bagaimana saling seperti Laut Banda. Faktor yang menyebabkan
keterkaitan antar unsur-unsur terjadinya hal ini adalah ...
tersebut dan struktur besarnya. a. adanya sedimentasi yang besar di perairan
Indonesia bagian barat
b. adanya perbedaan proses pembentukan
morfologi laut di Indonesia
c. kedalaman laut di Indonesia bagian timur
dipengaruhi oleh kuatnya arus Samudra Pasifik
d. pergerakan lempeng tektonik di Indonesia
bagian barat tidak terlalu berpengaruh besar
e. erosi vertikal yang cukup besar di dasar
perairan laut Indonesia bagian timur
C-5 Pada tahun 2019, Indonesia mengalami musim
Soal ini merupakan tingkatan kemarau yang cukup panjang. Hal ini berpengaruh
mengevaluasi dengan cara pada ketersediaan air bersih yang ada di Indonesia.
membuat suatu pertimbangan Banyak wilayah di Indonesia yang kekurangan air
berdasarkan kriteria dan standar bersih untuk kehidupan sehari-harinya. Langkah
yang ada yang tepat dilakukan sesuai dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan
kegiatan konsumsi air di Indonesia adalah ...
a. Mendorong peningkatan penggunaan air tanah
b. Membangun banyak permukiman vertikal di
36
Indonesia
c. Membangun PLTA untuk membangkitkan listrik
d. Menimbun sampah di tanah
b. Menggunakan air secukupnya dan sesuai
dengan keperluan
C-6 Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui
Soal ini merupakan tingkatan memiliki sifat bahwa volume fisik yang tersedia
mencipta dengan cara tetap dan tidak dapat diperbarui atau diolah
menguraikan suatu masalah kembali. Terbentuknya sumber daya alam yang
sehingga dapat dirumuskan tergolong dalam kelompok ini memerlukan waktu
berbagai kemungkinan hipotesis ribuan tahun, misalnya minyak bumi. Coba Anda
yang mengarah pada pemecahan berikan tiga contoh yang dapat dilakukan dalam
masalah tersebut. kehidupan sehari-hari dalam rangka efisiensi
minyak bumi!

DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Akhmad, 2004. Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan: teori dan
aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sudarmadji. 1991. Kelestarian Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kursus Pendalaman
Materi Geografi, Fakultas Geografi, UGM.
Tohardi, St. M. 1991. Sumberdaya Alam Indonesia. Yogyakarta: Kursus
Pendalaman Materi Geografi, Fakultas Geografi, UGM.
Tim Kingfisher. 2006. Ensiklopedia Geografi. Jakarta: PT Lentera Abadi.
Waluya, Bagja. 2009. Memahami Geografi Untuk SMA/MA XI. BSE: Pusat
Perbukuan Depdiknas.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
Waluya, Bagja. 2009. Memahami Geografi Untuk SMA/MA XI. BSE: Pusat
Perbukuan Depdiknas

37
BAB 4
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
PADA MATERI KETAHANAN PANGAN, INDUSTRI, DAN ENERGI

Materi Ketahanan Pangan, Industri, dan Energi adalah materi bab 4


geografi pada jenjang SMA kelas XI. Sesuai dengan kurikulum 2013, jumlah jam
pelajaran yang disediakan adalah 16 Jam pelajaran (JPL) atau setara dengan 4x4
kali pertemuan. Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu
menganalisis ketahanan pangan nasional, penyediaan bahan industri, serta
potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia, pengembangkan strategi
pembelajaran dalam bentuk RPP, memilih dan menggunakan media
pembelajaran, serta mengembangan instrumen evaluasi geografi berorientasi
HOTS.

A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Materi


Materi Ketahanan Pangan, Industri, dan Energi memiliki target pencapaian
kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Rumusan kompetensi aspek
pengetahuannya, agar peserta didik mampu menganalisis ketahanan pangan
nasional, penyediaan bahan industri, serta potensi energi baru dan terbarukan di
Indonesia, sedangkan rumusan kompetensi aspek keterampilannya, agar peserta
didik mampu membuat peta persebaran ketahanan pangan nasional, bahan
industri, serta energi baru dan terbarukan di Indonesia. Ruang lingkup materi
seperti tertera dalam silabus yang dikeluarkan oleh Puskurbuk Kemendikbud RI,
yaitu:
 Pengertian ketahanan pangan, bahan industri, serta energi baru dan
terbarukan.
 Potensi dan persebaran sumber daya pertanian, perkebunan, perikanan, dan
peternakan untuk ketahanan pangan nasional.
 Potensi dan persebaran sumber daya untuk penyediaan bahan industri.
 Potensi dan persebaran sumber daya untuk penyediaan energi baru dan
terbarukan.
 Pengelolaan sumber daya dalam penyediaan bahan pangan, bahan industri,
serta energi baru dan terbarukan di Indonesia
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus
dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak
38
asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam
Deklarasi Roma (1996). Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan
ketahanan pangan terutama yang bersumber dari peningkatan produksi dalam
negeri. Pertimbangan tersebut menjadi semakin penting bagi Indonesia karena
jumlah penduduknya semakin besar dengan sebaran populasi yang luas dan
cakupan geografis yang tersebar. Untuk memenuhi kebutuhan pangan
penduduknya, Indonesia memerlukan ketersediaan pangan dalam jumlah
mencukupi dan tersebar luas, yang memenuhi kecukupan konsumsi maupun stok
nasional.
Ketahanan pangan menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang
Pangan, adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dengan demikian,
ketahanan pangan memiliki dimensi yang cukup luas, mencakup dimensi waktu,
sasaran, dan sosial ekonomi masyarakat. Dimensi ini digunakan untuk patokan
pengukuran ketersediaan bahan pangan. Dari dimensi waktu, dapat diambil
pengukuran pada tingkat individu, rumah tangga, regional, nasional, dan global.
Di tingkat regional, nasional, dan global, indikator ketahanan pangan dapat
digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan pangan dengan
memperhatikan level kerusakan tanaman/ternak, rasio stok, keadaan keamanan
pangan, kelembangan pangan, dan harga. Pada tingkat individu dan rumah
tangga, indikator pengukuran adalah alokasi tenaga kerja dan pendapatan,
tingkat pengeluaran pangan pada pengeluaran total, perubahan kehidupan,
keadaan konsumsi pangan, dan kesehatan serta status gizi.
UU Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan pangan, namun juga
memperjelas dan memperkuat pencapaian ketahanan pangan dengan
mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity) dengan kemandirian pangan
(food resilience) serta keamanan pangan (food safety). Untuk mewujudkan
ketahanan pangan nasional terdapat beberapa upaya yang harus dilakukan,
yaitu:
• Diversifikasi usaha dan penganekaragaman pangan, seperti padi, jagung,
kedelai, ubi kayu, pisang, labu kuning, dan sukun.
• Proteksi produksi dan kesejahteraan petani
39
• Menjaga stabilitas harga pangan
• Menyediakan pupuk dengan harga terjangkau untuk petani
• Memperluas lahan dan meningkatkan usaha tani untuk produksi pangan
• Menjamin ketersediaan benih untuk jenis tanaman pangan unggulan
• Mengembangkan sistem distribusi pangan yang adil dan efisien
• Penelitian dan pengembangan di bidang pangan
• Penataan aspek pertahanan dan tata ruang daerah dan wilayah
Indonesia memiliki iklim tropis dan tanah vulkanis yang subur. Anugrah ini
merupakan potensi besar untuk mengembangkan sumber daya pertanian,
perkebunan, perikanan, dan peternakan. Potensi pertanian antara lain kualitas
padi sangat bagus dan jagung yang juga melimpah. Bahkan Indonesia
menargetkan untuk menjadi lumbung padi dunia dan persebarannya hampir di
seluruh daerah di Indonesia. Potensi perkebunan, negara kita juga terkenal
dengan penghasil perkebunan yang besar. Bahkan menjadi sumber daya yang
diekspor seperti kopi, teh, sawit, gula, dan karet. Potensi perikanan darat kita
menghasilkan banyak sekali ikan seperti ikan lele, nila, dan ikan tawar lainnya.
Perikanan laut kita juga melimpah seperti tuna, cumi, udang dan sebagainya.
Potensi peternakan, ternak dengan hasil yang sangat dibutuhkan yaitu ayam,
sapi dan kambing. Peternakan pengembalaan umumnya banyak terdapat di
daerah relatif kering seperti Madura dan Nusa Tenggara.
Bahan industri adalah bahan mentah, bahan baku, atau barang setengah
jadi yang diolah untuk menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi. Dalam
Undang-Undang No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, industri didefinisikan
sebagai seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau
memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan bahan baku industri yaitu
pemanfaatan sumber daya alam yang efektif, efisien, dan berkelanjutan;
penggunaan bahan baku lokal; dan pembatasan terhadap bahan import.
Potensi dan persebaran sumber daya untuk penyediaan bahan industri baik
bahan yang berasal dari pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan
maupun industri lainnya sangat besar, walau masih ada terdapat beberapa bahan
baku yang harus diimport dari negara lain. Pembangunan nasional dalam bidang
pangan tidak hanya untuk tujuan ketahanan panagan, tetapi juga diharapkan
dapat menyediakan bahan mentah untuk kebutuhan industri. Tentunya jenis
40
industri yang berkembang di negara kita hendaklah industri berbasis pertanian,
yang akan membutuhkan bahan mentah untuk produksinya berasal dari dalam
negeri atau sumber daya lokal. Potensi jenis industri yang dapat dikembangkan di
Indonesia, antara lain industri pertanian, industri perkebunan, industri
peternakan, industri perikanan, industri kehutanan, industri pariwisata, dan
industri pertambangan.
Persebaran industri umumnya memiliki lokasi yang dekat dengan bahan
mentah atau bahan bakunya. Sebagai contoh industri minyak Pangkalan Brandan
di Sumatra Utara yang jaraknya dekat dengan pertambangan minyak bumi.
Lokasi kilang minyak bumi ini sangat tepat, karena wilayah sekitarnya terdapat
potensi minyak bumi. Tepatnya pada cekungan sedimen tersier di wilayah
Sumatra bagian utara.  Wilayah ini meliputi Lhok Sukon dan Peureulak di Provinsi
Nanggroe aceh Darussalam, serta Telaga Said, Tangai, Tanjung Miring Barat,
Sukaraja, Mambang Sebasa, Securai, Seruwai, Pakam, Rantau, dan Siantar di
Provinvi Sumatra Utara. Jika industri minyak jauh dari tambang minyak. Industri
ini akan memerlukan pengangkutan minyak mentah yang mahal dan sering
berisiko dalam pengangkutan.
Selama ini, mesin-mesin yang dipakai untuk menggerakan industri atau
kegiatan lain masih menggunakan energi fosil, seperti minyak bumi dan batu
bara. Bahan bakar fosil ketersediaannya sudah semakin terbatas dan untuk
pengadaannya kembali membutuhkan waktu yang sangat lama, dapat mencapai
ratusan juta tahun. Karena itu, diperlukan sumber energi energi baru dan
terbarukan. Energi baru dan terbarukan sendri merujuk kepada energi alternatif
sekaligus energi berkelanjutan (sustainable) yang dapat diperbaharui dan ramah
lingkungan.
Potensi dan persebaran sumber daya untuk penyediaan energi baru dan
terbarukan di Indonesia memiliki banyak sumber dan menyebar. Berikut adalah
beberapa jenisnya yang dapat kita gunakan, seperti energi matahari, tenaga air,
tenaga angin, biogas, panas bumi, bahkan hingga tenaga gelombang air laut
(ombak). Walau demikian, energi baru tersebut saat ini belum banyak
dipergunakan secara massal (sekitar 8,5%) dan masih dalam pengembangan.
Angka tersebut sebenarnya masih tergolong kecil mengingat potensi energi baru
dan terbarukan di Indonesia yang begitu melimpah dan kemajuan teknologi yang
begitu cepat beberapa tahun ke belakang. Jika melihat trend penggunaan energi

41
baru dan terbarukan nasional, Indonesia sejatinya mengalami peningkatan 11%
setiap tahun sejak 2009 hingga 2014.
Ada berbagai potensi dan persebaran energi baru dan terbarukan di
Indonesia menurut kementrian ESDM, yaitu:
1) Tenaga Air, merupakan potensi EBT tertinggi yaitu sebesar 75.000 MWp.
Penggunaannya baru sekitar 10% atau 7,5 MegaWatt (MWp). Pemanfaatan
EBT dari tenaga listrik sendiri dituangkan dalam bentuk pembangunan PLTA.
Hambatan utama dari pengembangan energi ini adalah: 1) minimnya investasi
karena keuntungan secara ekonomi masih dianggap minim, 2) konfilik lahan
pada saat pembangunannya, 3) kurangnya komitmen pengembang saat telah
diberikan izin untuk mengembangkan PLTA, 4) penurunan kualitas dan
kuantitas Daerah Aliran Sungai (DAS), 5) sedimentasi tinggi yang berdampak
pada pemeliharaan turbin PLTA.
2) Panas Bumi. Potensinya di Indonesia merupakan terbesar di seluruh dunia,
yaitu mencakup 40% dari total dunia. Setidaknya, terdapat sekitar 28.000
MWp potensi EBT pada sektor panas bumi dan yang mampu dimanfaatkan
sejumlah 4,7 %. Hambatan dalam pengembangannya yaitu: 1) Mahalnya biaya
dan besarnya resiko eksplorasi dan eksploitasi, 2) Sulitnya masalah izin dan
waktu pembangunan pembangkit listrik.
3) Mikro Hidro. Tidak jauh dengan PLTA, saat ini telah ada pengembangan akan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pengunaan energi ini baru
sebesar 230 MWp atau sekitar 30% dari potensi nasional. PLTH akhir-akhir ini
banyak dikembangkan terutama wilayah kepulauan timur karena
pengelolaannya yang murah dan sederhana. Potensi ini sangat mutakhir
dikembangkan pada daerah yang memiliki akses energi sulit akibat
infrastruktur belum memadai. Pemberdayaan masyarakat setempat dan
investasi relatif murah untuk mengembangkannya. Salah satu contoh daerah
pengguna PLTMH adalah daerah Bima NTB.
4) Biomassa. Potensi biomassa nasional saat ini adalah 49.810 MWp dan
pemanfaatannya tidak kurang dari 6%. Termasuk pada jenis-jenis biomassa
adalah biogas (kotoran ternak), biodiesel (minyak sawit dan kedelai),
bioetanol (tanaman), serta biobriket (sekam atau serbuk kayu) serta
biokerosen (minyak nabati murni). Salah satu daerah yang telah berusaha
memanfaatkan energi biomassa ini adalah Gorontalo dengan dibukanya
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB) pada tahun 2014. Jenis biogas
42
sudah banyak diusahakan oleh masyarakat petani dan peternak di daerah
pegunungan di Indonesia.
5) Tenaga Surya. Potensi energi tenaga surya menurut KESDM adalah 560
GigaWatt (GW) tetapi pemanfaatannya masih sekitar 42,77 MWp. Kupang
Nusa Tenggara Timur merupakan kota terbesar di Indonesia dalam
penggunaan PLTS yaitu 5 MWp.
6) Tenaga Angin. Penggunaan energi dengan memanfaatkan tenaga angin di
Indonesia saat ini sebesar 1,87 MWp. Terdapat 3 daerah yang sudah
ditetapkan memiliki potensi tenaga angin terbesar di Indonesia yaitu Sulawesi
Selatan, Sulawesi Barat, dan NTT tepatnya di Sumba.
7) Energi Laut. Potensi energi laut di Indonesia setidaknya mencapai 49 GWp dan
masih sangat sedikit dimanfaatkan pada saat ini, padahal negara kita memiliki
lautan yang luas. Energi laut saat ini masih belum menjadi prioritas nasional,
tebukti hingga 2015 pemanfaatannya masih kurang dari 0,01 persen.
Pengelolaaan sumber daya merupakan pemanfaatna sumber daya untuk
meningkatkan kesejahteraaan seluruh rakyat indoesia, dengan
mempertimbangkan kelestarian sumber daya tersebut untuk generasi yang akan
datang. Pengelolaan sumber daya ini dimaksudkan agar tercipta ketahanan
pangan, kemajuan industri berbasis sumber daya dan ketahanan energi.
Pengelolaaan sumber daya terdiri atas kegiatan inventarisasi, pemanfaatan, dan
pelestarian (konservasi).

B. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Pengembangan Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) berdasarkan
materi tersebut harus mengacu pada Permen Dikbud No. 22 Tahun 2016.
Perhatikan juga komponen-komponenya yang disarankan. Anda juga dapat
membuat RPP praktis yang disederhanakan, cukup memuat tiga komponen
utama yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen atau
penilaian, tentunya tidak keluar dari prinsip-prinsip pengembangan RPP, seperti:
perbedaan individual, partisipasi aktif, berpusat pada peserta didik,
pengembangan budaya membaca dan menulis, pemberian umpan balik dan
tindak lanjut, penekanan pada keterkaitan antar komponen, mengakomodasi
pembelajaran tematik-terpadu, penerapan iptek secara terintegrasi.

43
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA ……………………


Mata Pelajaran : Geografi
Kode implementasi : Geo/XI/4/1/4 –JP
Model Pembelajaran: Pembelajaran discovery

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan ketahanan pangan
2. Menjelaskan pengertian yang berkaitan dengan bahan industri dan perindustrian
3. Menjelaskan pengertian energi baru dan terbarukan
4. Mendemonstrasikan langkah-langkah pembuatan energi baru terbarukan yang sederhana
dan berada di lingkungan sekitar

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Pendahuluan (20’)
1. Memberi salam, berdo’a dan mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
2. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
3. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan
4. Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
Kegiatan Inti (140’)
5. Peserta didik diberikan stimulant berupa gambar dan film pendek tentang ketahanan
pangan, industri, dan energi baru terbarukan.
6. Setelah melihat gambar, peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan
7. Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok dengan 5 tema sesuai kelompok pertanyaan
8. Setiap kelompok mencari penjelasan sesuai tema pada buku teks, modul dan internet
9. Setiap kelompok membuat ringkasan dari diskusi kelompok
10. Setiap kelompok membuat presentasi dalam power point memuat materi dan
klasifikasi/Gambar/ Video dan Kesimpulan
11. Hasil kerja kelompok dipresentasikan, kelompok lain memberi tanggapan
12. Guru menyelaraskan kesimpulan dan materi setelah presentasi setiap kelompok
Kegiatan Penutup (20’)
13. Membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
14. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
15. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
16. Mempersiapkan diri untuk materi yang akan datang

C. PENILAIAN
Penilaian Sikap: Observasi
Pengetahuan : Tes Tertulis, Mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan sumber daya.
Keterampilan : Unjuk kerja

Bandung,
Mengetahui,

44
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

C. Pengembangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran


Setelah memahami materi pelajaran dan RPP, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan dan atau memanfaatkan media pembelajaran. Prinsip dasar
media pembelajaran adalah untuk meningkatkan perhatian peserta didik dan
membantu dalam memahami materi agar lebih baik dan mengurangi miskonsepsi
dalam memahami suatu konsep. Karena itu, media pembelajaran yang dibuat
harus jelas, agar penyampaian pesan dalam pembelajaran dapat dengan mudah
ditangkap oleh peserta didik. Perhatikan kembali faktor-faktor pemilihan media
pembelajaran, seperti faktor peserta didik, faktor isi pelajaran, dan faktor tujuan
yang hendak dicapai serta Langkah-langkah pemilihan media (seperti pada bab
1).
Sebelum anda memanfaatkan media pembelajaran yang akan digunakan
pada pokok bahasan bab ini, coba anada perhatikan tujuan pembelajaran dan
rumusan materi belajarnya. Bab ini memuat rumusan kompetensi aspek
pengetahuannya, agar peserta didik mampu menganalisis ketahanan pangan
nasional, penyediaan bahan industri, serta potensi energi baru dan terbarukan di
Indonesia. Sedangkan rumusan kompetensi aspek keterampilannya, agar peserta
didik mampu membuat peta persebaran ketahanan pangan nasional, bahan
industri, serta energi baru dan terbarukan di Indonesia. Setelah itu, identifikasi
materi pembelajarannya sesuai kompetensi yang hendak dicapai.
Materi awal bab 4 tentang ketahanan pangan nasional, penyediaan bahan
industri, serta potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia, guru dapat
menampilkan beberapa media pembelajaran berupa gambar dan foto tentang
contoh-contoh pengusahaan pangan, bahan industri, maupun energi terbarukan,
untuk mencapai tingkat mengenalkan dan memahami pada peserta didik. Agar
pembelajaran lebih menarik, guru dapat menampilkan media pembelajaran
lainnya, misalnya dalam bentuk media gambar grafik maupun tabel yang
menunjukkan data real mengenai materi. Dalam hal ini, guru dapat meningkatkan
pembelajaran hingga tahap analisis sesuai kompetensi yang hendak dicapai.
Penggunaan peta persebaran ketahanan pangan di Indonesia untuk melengkapi
pembelajarannya sangat penting, diharapkan siswa mampun menganalisis dan
menginterpretasi tentang pola persebaran pangan. Pengadaan media tidak
hanya dilakukan oleh guru, tetapi guru dapat mengintruksikan peserta didiknya
45
untuk mencari di berbagai sumber, misalnya menggunakan internet. Berikut
merupakan contoh media yang dapat ditampilkan pada materi ini.

46
D. Pengembangan Assesment berorientasi HOTS
Tujuan pembelajaran bab 4, peserta didik mampu menganalisis ketahanan
pangan nasional, penyediaan bahan industri, dan potensi energi baru dan
terbarukan di Indonesia. Hal ini berarti, ketuntasan pembelajaran bab 4 ini,
peserta didik harus mencapai tingkat menganalisis (C4). Walau demikian, pada
pertemuan awal kompetensi pembelajaran dapat dimulai dari tingkat
memahami, sesuai dengan tujuan pembelajarannya yaitu peserta didik dapat
memahami konsep dan pengertian ketahanan pangan, bahan industri, dan energi
baru terbarukan. Berikut merupakan contoh soal HOTS.

TABEL CONTOH RUMUSAN BUTIR SOAL (ESSAY) LOTS - MOTS – HOTS


Level Kognitif Contoh soal
C-1 Kemampuan memiliki sumber daya secara ekonomi
Soal ini merupakan tingkatan atau fisik untuk mendapatkan bahan pangan
mengingat kembali atau menarik bernutrisi disebut dengan istilah ...
kembali informasi yang a. Ketahanan Pangan
tersimpan dalam memori jangka b. Keamanan Pangan
panjang apabila ada petunjuk c. Ketersediaan Pangan
(tanda) untuk melakukan hal d. Kedaulatan Pangan
tersebut. e. Kemandirian Pangan
C-2 Industri ekstraktif bersifat mengolah bahan mentah
Soal ini merupakan tingkatan langsung dari alam. Berikut ini yang merupakan
memahami dengan cara contoh dari industri ekstraktif adalah ...
mengkonstruk makna atau a. Industri transportasi.

47
pengertian berdasarkan b. Industri pertanian.
pengetahuan awal yang dimiliki, c. Industri farmasi.
mengaitkan informasi yang baru d. Industri perbankan.
dengan pengetahuan yang telah e. Industri sepatu
dimiliki atau telah ada dalam
skema siswa.
C-3 Syarat tumbuh :
Soal ini merupakan tingkatan 1) Hidup subur di daerah yang memiliki ketinggian
memerapkan/implementasi 500-1.200 m dpl,
dengan cara memilih dan 2) Memiliki tanah yang subur,
menggunakan prosedur yang 3) Berada pada daerah yang udaranya sejuk,
sesuai untuk menyelesaikan 4) Memperoleh sinar matahari cukup.
tugas yang baru. Syarat-syarat tumbuh di atas cocok untuk
tanaman ..
a. Kopi
b. Teh
c. Kelapa
d. Karet
e. Kedelai
C-4 Pembangunan nuklir harus aman dari bahaya
Soal ini merupakan tingkatan gempa dan sedekat mungkin dengan laut untuk
menganalisis dengan cara keperluan pendinginan generator dan nuklir.
menguraikan suatu Daerah di Indonesia yang cocok untuk dijadikan
permasalahan atau obyek ke tempat pembangkit listrik tenaga nuklir adalah….
unsur-unsurnya dan menentukan a. Sumatra
bagaimana saling keterkaitan b. Jawa
antar unsur-unsur tersebut dan c. Sulawesi
struktur besarnya. d. Papua
e. Kalimantan
C-5 Filipina merupakan negara peringkat kedua (setelah
Soal ini merupakan tingkatan Amerika Serikat) dalam hal penggunaan energi
mengevaluasi dengan cara geotermal sebagai pembangkit listrik. Pengelolaan
membuat suatu pertimbangan geotermal di Filipina ini jauh lebih tinggi
berdasarkan kriteria dan standar dibandingkan Indonesia. Padahal, Indonesia juga
yang ada memiliki potensi energi geotermal yang sangat
tinggi. Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi
adalah …
a. topografi di Indonesia sangat beragam
b. cadangan energi fosil di Filipina yang lebih
sedikit
c. Indonesia cenderung meningkatkan
penggunaan energi fosilnya
d. tidak ada pembangkit listrik tenaga panas bumi
di Indonesia
e. investasi eksplorari geothermal sangat mahal
dan belum menjadi prioritas
C-6 Perhatikan gambar ini!
48
Soal ini merupakan tingkatan
mencipta dengan cara
menguraikan suatu masalah
sehingga dapat dirumuskan
berbagai kemungkinan hipotesis
yang mengarah pada
pemecahan masalah tersebut.

Berdasar pada gambar jumlah penggunaan EBT


negara-negara G-20 di atas, bahwa penggunaan EBT
di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Sebutkan 2 faktor
menurut Anda yang mempengaruhi kondisi
tersebut! Upaya apakah yang dapat Anda lakukan
dalam kehidupan keseharian dalam rangka bijak
pemakaian energi?

DAFTAR PUSTAKA
Arridina Susan Silitonga. 2020. Buku Ajar Energi Baru Dan Terbarukan.
Yogyakarta: Deepublish.
Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian. (2015). Pedoman Database
Ketahanan Pangan. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Kementrian
Pertanian.
Dewan Ketahanan Pangan. (2016). Kebijakan dan Strategis Pangan dan Gizi
Tahun 2015-2019. Jakarta: Mentri Pertanian RI.
Undang-Undang No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

49
BAB 5
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
PADA MATERI DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

Materi Dinamika Kependudukan di Indonesia adalah materi bab 5 geografi


pada jenjang SMA kelas XI. Sesuai dengan kurikulum 2013, jumlah jam pelajaran
yang disediakan adalah 24 Jam pelajaran (JPL) atau setara dengan 6x4 kali
pertemuan. Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu menganalisis
dinamika kependudukan di Indonesia untuk perencanaan pembangunan,
pengembangkan strategi pembelajaran dalam bentuk RPP, memilih dan
menggunakan media pembelajaran, serta mengembangan instrumen evaluasi
geografi berorientasi HOTS.

A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Materi


Materi Dinamika Kependudukan di Indonesia memiliki target pencapaian
kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Rumusan kompetensi aspek
pengetahuannya, agar peserta didik mampu menganalisis dinamika
kependudukan di Indonesia untuk perencanaan pembangunan, sedangkan
rumusan kompetensi aspek keterampilannya, agar peserta didik mampu
menyajikan data kependudukan dalam bentuk peta, tabel, grafik, dan/atau
gambar. Ruang lingkup materi seperti tertera dalam silabus yang dikeluarkan
oleh Puskurbuk Kemendikbud RI, yaitu:
 Pengertian dinamika kependudukan.
 Mobilitas penduduk dan tenaga kerja.
 Kualitas penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia.
 Bonus demografi dan dampaknya terhadap pembangunan.
 Permasalahan yang diakibatkan dinamika kependudukan.
 Sumber data kependudukan.
 Pengolahan dan analisis data kependudukan.
Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk yang di sebabkan
oleh faktor alami (kelahiran dan kematian), dan faktor non alami (migrasi).
Perubahan tersebut terjadi secara terus-menerus sehingga keadaan jumlah
penduduk menjadi dinamis. Pertumbuhan penduduk suatu wilayah adalah
dinamika penduduk yang menunjukkan peningkatan jumlahnya. Pertumbuhan ini
50
tentunya sangat dipengaruhi oleh kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas),
dan migrasi (baik imigrasi maupun emigrasi). Kelahiran dan imigrasi akan
menambah pertumbuhan penduduk, sedangkan kematian dan emigrasi akan
mengurangi pertumbuhan penduduk. Tingkat kesehatan yang tinggi, pola hidup
masyarakat yang baik, kesejahteraan merupakan faktor-faktor yang memicu
angka harapan hidup tinggi. Sebaliknya, apabila tingkat kesehatan rendah,
kemiskinan, dan ketidakamanan dapat meningkatkan angka kematian.
Untuk mengetahui jumlah penduduk, dapat dilakukan beberapa cara,
seperti sensus penduduk, registrasi, dan survey. Data sensus diperoleh melalui
perhitungan dengan mengumpulkan, menghimpun, dan menyusun data
penduduk, baik penduduk asli maupun pendatang pada waktu tertentu dan
wilayah tertentu. Sensus penduduk dilaksanakan setiap 10 tahun sekali. Informasi
kependudukan yang harus didata menurut PBB, antara lain: lokasi daerah
pencacahan, arus migrasi, data rumah tangga, komposisi penduduk berdasarkan
tingkat umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, dan pendidikan. Teknik
pelaksanaan sensus dapat dilakukan secara de facto dan de jure. Registrasi,
merupakan kumpulan keterangan mengenai kelahiran, kematian, dan segala
kejadian penting manusia secara harian, misalnya perkawinan, perceraian,
pengangkatan anak, dan perpindahan penduduk. Pelaksanaan registrasi
penduduk bersifat pasif, karena pendataannya dilakukan penduduk dengan cara
mendatangi langsung ke desa/kelurahan.
Hasil sensus dan registrasi penduduk memiliki hanya menyediakan data
statistik kependudukan dan kurang memberikan informai tentang sifat dan
prilaku penduduk. Untuk itu, dilaksanakan survey yang sifatnya lebih terbatas
tetapi memiliki informasi yang lebih luas. Survey penduduk biasanya
dilaksanakan dengan sistem sempel atau dalam bentuk studi kasus. Data
kependudukan yang diperoleh dari hasil sensus, registrasi, dan survey harus
diolah terlebih dahulu agar dapat diperoleh informasi dari data tersebut, yang
digunakan untuk suatu perencanaan program atau pengambilan kebijakan.
Perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya disebut
kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk yang tinggi dapat terjadi apabila
jumlah penduduk jauh lebih besar daripada luas wilayahnya. Persebaran
penduduk yang tidak merata dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan
pembangunan. Bahkan kepadatan penduduk yang sangat tinggi di suatu wilayah,
dapat meningkatan kriminalitas karena kompleksitas dan persaingan hidup yang
51
sangat tinggi. Aspek lain yang perlu anda pelajari dan pahami dalam mempelajari
dinamika kependudukan yaitu angka kelahiran (dipengaruhi oleh angka kelahiran
kasar, angka kelahiran umum, dan kelahiran menurut usia), dan angka kematian
(dipengaruhi oleh angka kematian kasar, angka kematian umur tertentu, dan
angka kematian bayi, dan angka migrasi (dipengaruhi oleh emigrasi dan imigrasi)
per 1000 penduduk.
Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk berdasarkan
atribut-atribut tertentu, yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama,
mata pencaharian, dan tempat tinggal. Komposisi penduduk menurut umur dan
jenis kelamin disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Grafik penduduk menurut
umur dan jenis kelamin pada saat tertentu yang berbentuk piramida disebut
Piramida Penduduk. Terdapat 3 jenis piramida penduduk, yaitu piramida
penduduk muda, stasioner, dan tua. Tentu anda masih ingat tentang informasi
yang digambarkan oleh masing-masing jenis piramida penduduk, bukan?
Berdasarkan piramida penduduk, kita dapat membuat perbandingan berbagai
karakteristik penduduk, seperti rasio jenis kelamin (sex ratio) dan rasio
ketergantungan (dependency ratio), hingga menunjukkan berbagai informasi
lainnya, seperti tingkat perekonomian suatu negara.
Mobilitas Penduduk atau gerakan penduduk ialah perpindahan penduduk
dari suatu tempat ke tempat lain. Perpindahan penduduk memiliki beberapa jenis
berdasarkan lama tinggal dan tempat tujuan. Mobilitas sirkuler merupakan
perpindahan penduduk sementara dan bukan untuk menetap, seperti para kaum
komuter. Sedangkan mobilitas penduduk permanen dilakukan dengan tujuan
untuk menetap di daerah atau negara yang didatanginya, misalnya transmigrasi,
urbanisasi, dan migrasi. Tempat tujuan melakukan mobilitas, ada perpindahan
yang dilakukan antar daerah dalam satu negara dan ada yang melakukannya
antar negara. Mengapa mereka melakukan mobilitas? Ada beberapa alasan yang
mendasari terjadinya mobilitas penduduk, yaitu: 1) ekonomi, 2) politis, 3) agama,
4) bencana alam, 5) peperangan, dan 6) wabah penyakit. Ekonomi umumnya
menjadi alasan utama dan banyak penduduk yang sudah melakukannya. Mereka
yang melakukan perpindahan, baik dalam satu negara seperti urbanisasi dan
transmigrasi, maupun antar negara adalah beralasan pekerjaan. Karena itu,
banyak dilakukan oleh kelompok penduduk yang ada pada usia produktif.
Mereka adalah tenaga kerja yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan.

52
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Batas usia kerja yang
berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Tenaga kerja sangat
dipengaruhi oleh jumlah maupun kualitasnya.
Dinamika penduduk tidak hanya membicarakan kuantitas, tetapi juga
kualitasnya. Kualitas penduduk meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, dan
kesehatan. Walaupun berbicara tentang kualitas penduduk, akan tetapi perlu
diikuti oleh data-data kuantitatif sehingga dapat terukur sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk merencanakan dan
melaksanakan pembangunan. Karena itu, pengukuran kualitas penduduk di
Indonesia dinyatakan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
IPM adalah pengukuran atau perbandingan mengenai pembangunan
manusia dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan lainnya.
Kualitas penduduk pertama kali dicetuskan oleh United Nations Development
Programme (UNDP) tahun 1990. Kualitas penduduk berkaitan dengan
kemampuan penduduk dalam mengelola SDA dan SDM untuk kepentingan dan
kesejahteraan bersama. Demi tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada
empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu: produktifitas, pemerataan,
kesinambungan, dan pemberdayaan. Adapun komponen IPM menurut BPS
sebagai berikut: Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama
Sekolah, dan Pengeluaran Riil per kapita.
Menurut hasil Sensus Penduduk Antar Sensus (Supas 2015) jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 269,6 juta jiwa. Jumlah
tersebut memiliki komposisi kategori usia belum produkftif (<14 tahun) sebanyak
66,07 juta jiwa, usia produktif (15-64 tahun) 185,34 juta jiwa, dan usia sudah tidak
produktif (65+ tahun) 18,2 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan
terus bertambah menjadi 318,96 juta pada 2045.
Indonesia akan mengalami masa bonus demografi hingga 2045. Hal ini,
mendatangkan keuntungan bagi negara akibat dari besarnya proporsi penduduk
produktif (rentang usia 15-64 tahun) dibandingkan penduduk tidak produkif
(belum produktif dan sudah tidak produktif). Indonesia, akan memiliki Jumlah
usia produktif pada 2020 mencapai 68,75% dari total populasi. Melimpahnya SDM

53
usia produktif, hendaknya dapat dimanfaatkan dengan peningkatan kualitas,
baik pendidikan maupun ketrampilan guna menyongsong era industri 4.0.
Sebaliknya, apabila kesempatan ini tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya
melalui berbagai persiapan, maka keuntungan bonus demografi tidak akan dapat
diraih, bahkan akan menjadi permasalahan besar seperti banyak pengangguran.
Dampak positif bonus demografi, yaitu: banyaknya jumlah tenaga kerja,
menurunkan angka kemiskinan, peningkatan modal nasional, pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan IPM. Adapun dampak negatif, yaitu: meningkatkan
jumlah pengangguran, jumlah tenaga kerja berpendidikan dan skill yang rendah,
dan merebaknya penyakit sosial.
Setiap negara memiliki permasalahan kependudukan yang berbeda-beda.
Kependudukan kerap menjadi masalah besar yang dihadapi kebanyakan negara
berkembang. Jumlah penduduk yang besar memang merupakan kekuatan bagi
sebuah negara. Akan tetapi, di dalamnya mengandung resiko tinggi apabila tidak
diimbangi dengan kualitasnya. Jumlah penduduk yang besar berarti penyediaan
jaminan kebutuhan hidup penduduk dan lapangan kerja juga tinggi. Persebaran
penduduk Indonesia antar provinsi satu dengan provinsi lainnya tidak merata,
umumnya mereka terkonsentrasi di Pulau Jawa. Tingkat Pendidikan penduduk di
negara-negara berkembang relatif rendah dibandingkan penduduk di negara-
negara maju. Tingkat kesehatannya relatif rendah disebabkan kurangnya
kesadaran masyarakat, terbatas dan tidak meratanya sarana dan layanan
kesehatan, gizi buruk, wabah penyakit, dan lingkungan yang tidak sehat.
Penduduk di negara-negara berkembang umumnya mempunyai pendapatan per
kapita rendah, hal ini disebabkan pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak
tenaga ahli, Jumlah penduduk banyak, dan besarnya angka ketergantungan.

B. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Pengembangan RPP berdasarkan materi tersebut harus mengacu pada
Permen Dikbud No. 22 Tahun 2016. Perhatikan juga komponen-komponenya yang
disarankan. Anda dapat membuat RPP praktis yang disederhanakan, cukup
memuat tiga komponen utama yaitu tujuan pembelajaran, Kegiatan
pembelajaran, dan Asesmen atau penilaian, tentunya tidak keluar dari prinsip-
prinsip pengembangan RPP. Berikut merupakan contoh RPP sederhana.

54
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA ……………………


Mata Pelajaran : Geografi
Kode implementasi : Geo/XI/5/1/4 –JP
Model Pembelajaran: Pembelajaran discovery

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
5. Menjelaskan pengertian dinamika penduduk dan faktor-fakormya
6. Menjelaskan sumber-sumber data kependudukan dan perbedaannya
7. Menyajikan data kependudukan dalam bentuk peta dan tabel

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Pendahuluan (20’)
1. Memberi salam, berdo’a dan mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
2. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
3. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan
4. Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
Kegiatan Inti (140’)
5. Peserta didik diberikan stimulant berupa gambar dan film pendek tentang dinamika
penduduk
6. Setelah melihat gambar dan film, peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan
7. Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok dengan 5 tema sesuai kelompok pertanyaan
8. Setiap kelompok mencari penjelasan sesuai tema pada buku teks, modul dan internet
9. Setiap kelompok membuat ringkasan dari diskusi kelompok
10. Setiap kelompok membuat presentasi dalam power point memuat materi dan
klasifikasi/Gambar/ Video dan Kesimpulan
11. Hasil kerja kelompok dipresentasikan, kelompok lain memberi tanggapan
12. Guru menyelaraskan kesimpulan dan materi setelah presentasi setiap kelompok
Kegiatan Penutup (20’)
13. Membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
14. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
15. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
16. Mempersiapkan diri untuk materi yang akan datang

C. PENILAIAN
Penilaian Sikap: Observasi
Pengetahuan : Tes Tertulis, Mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan sumber daya.
Keterampilan : Unjuk kerja

Bandung,
Mengetahui,

55
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

C. Pengembangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran


Setelah memahami materi pelajaran dan RPP, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan dan atau memanfaatkan media pembelajaran. Prinsip dasar
media pembelajaran adalah untuk meningkatkan perhatian peserta didik dan
membantu dalam memahami materi agar lebih baik dan mengurangi miskonsepsi
dalam memahami suatu konsep. Perhatikan kembali faktor-faktor pemilihan
media pembelajaran, seperti faktor peserta didik, faktor isi pelajaran, dan faktor
tujuan yang hendak dicapai serta Langkah-langkah pemilihan media (seperti pada
bab 1).
Sebelum memanfaatkan media pembelajaran yang akan digunakan pada
pokok bahasan bab ini, coba anda perhatikan tujuan pembelajaran dan rumusan
materi belajarnya. Bab ini memuat rumusan kompetensi aspek pengetahuannya,
agar peserta didik mampu menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia
untuk perencanaan pembangunan, sedangkan rumusan kompetensi aspek
keterampilannya, agar peserta didik mampu menyajikan data kependudukan
dalam bentuk peta, tabel, grafik, dan/atau gambar. Setelah itu, identifikasi materi
pembelajarannya sesuai kompetensi yang hendak dicapai.
Sajian media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran tentang
dinamika penduduk, guru dapat menggunakan media yang bervariasi. Di awal
kegiatan pembelajaran untuk menstimulus peserta didik, guru dapat
menggunakan media gambar dan atau video yang menggambarkan contoh-
contoh dan fenomena kependudukan di Indonesia dibandingkan dengan negara-
negara lain. Untuk penjelasan garis besar materi, guru dapat menggunakan
media powerpoint yang menarik. Sebaiknya, powerpoint tidak menyuguhkan
terlalu banyak teks karena hal ini dapat menjenuhkan penglihatan peserta didik.
Guru, dapat memvariasikan teks-teks penting dengan gambar-gambar dan film
pendek. Selanjutnya, guru dapat menggunakan media tabel dan grafik untuk
merangsang kognitif lebih tinggi peserta didik yang menggambarkan fenomena
data dinamika penduduk.
Pengadaan media tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi guru dapat
mengintruksikan peserta didiknya untuk mencari pada berbagai sumber,
misalnya menggunakan internet. Berikut merupakan contoh media yang dapat
ditampilkan pada materi ini.
56
Gambar Contoh media powerpoint yang baik

Gambar contoh media grafik

57
Gambar contoh media peta

Gambar contoh media tabel

D. Pengembangan Assesment berorientasi HOTS


Tujuan pembelajaran bab 5, peserta didik mampu menganalisis dinamika
kependudukan di Indonesia untuk perencanaan pembangunan. Hal ini berarti,

58
ketuntasan pembelajara bab 5 ini peserta didik harus mencapai tingkat
menganalisis (C4).
TABEL CONTOH RUMUSAN BUTIR SOAL (ESSAY) LOTS - MOTS – HOTS
Level Kognitif Contoh soal
C-1 Pertumbuhan penduduk ada yang bersifat alami
Soal ini merupakan tingkatan dan non alami. penduduk alami dipengaruhi oleh ...
mengingat kembali atau menarik a. kelahiran dan emigrasi
kembali informasi yang tersimpan b. kelahiran dan kematian
dalam memori jangka panjang c. kematian dan imigrasi
apabila ada petunjuk (tanda) d. kelahiran dan imigrasi
untuk melakukan hal tersebut. e. transmigrasi
C-2 Tanggal 31 Agustus sampai 1 September lalu jumlah
Soal ini merupakan tingkatan penduduk kota Jakarta berkurang setengahnya.
memahami dengan cara Faktor utama penyebab terjadinya fenomena
mengkonstruk makna atau tersebut adalah ....
pengertian berdasarkan a. Natalitas
pengetahuan awal yang dimiliki, b. Mortalitas
mengaitkan informasi yang baru c. Migrasi
dengan pengetahuan yang telah d. Fekunditas
ada dalam skema siswa. e. Bonus Demografi
C-3 Sensus penduduk Kota "X" menunjukkan jumlah
Soal ini merupakan tingkatan penduduk 100.000 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki
menerapkan/implementasi 45% dari total populasi dan sisanya penduduk
dengan cara memilih dan perempuan. Berapakah sex ratio kota 'X"?
menggunakan prosedur yang a. 81,8
sesuai untuk menyelesaikan tugas b. 50
yang baru. c. 80, 5
d. 45
e. 90
C-4 Ada 2 metode sensus yang digunakan yaitu
Soal ini merupakan tingkatan canvasser dan house holder. Metode canvasser
menganalisis dengan cara paling cocok digunakan untuk sensus di Indonesia
menguraikan suatu permasalahan karena ....
atau obyek ke unsur-unsurnya dan a. Rata-rata pendidikan masyarakat masih rendah
menentukan bagaimana saling b. Rata-rata pendidikan masyarakat sudah tinggi
keterkaitan antar unsur-unsur c. Wilayah Indonesia sangat luas
tersebut dan struktur besarnya. d. Banyak terjadi kepemilikikan KTP ganda
e. Populasi penduduk Indonesia terlalu tinggi
C-5 Perhatikan data di bawah ini!
Soal ini merupakan tingkatan
mengevaluasi dengan cara
membuat suatu pertimbangan
berdasarkan kriteria dan standar
yang ada

59
Kebijakan pemerintah bidang kependudukan yang
tidak tepat sesuai data komposisi penduduk di atas
adalah ....
a. Memberikan kursus keterampilan masyarakat
b. Melaksanakan program guru mengabdi di
daerah terpencil
c. Melakukan program BLT kepada masyarakat
d. Membangun fasilitas sekolah satu atap di
daerah terpencil
e. Menggalakan program belajar paket C
C-6 Perhatikan gambar berikut!
Soal ini merupakan tingkatan
mencipta dengan cara
menguraikan suatu masalah
sehingga dapat dirumuskan
berbagai kemungkinan hipotesis
yang mengarah pada pemecahan
masalah tersebut.

Berdasarkan gambar grafik tersebut, coba Anda


interpretasikan fenomena yang akan terjadi dan
apa hipotesis Anda dalam rangka pemecahan
masalahnya!

DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Aris. 1993. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan
Ekonomi. Jakarta: Lembaga Demografi FE UI.
Mantra. I B. 2003. Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Munir,R dan Budiarto. 1986. Teori-teori Kependudukan. Jakarta: Bina Aksara.
Waluya, Bagja. 2009. Memahami Geografi Untuk SMA/MA XI. BSE: Pusat
Perbukuan Depdiknas.

60
BAB 6
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
PADA MATERI KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA

Materi Keragaman Budaya di Indonesia adalah materi bab 6 geografi pada


jenjang SMA kelas XI. Sesuai dengan kurikulum 2013, jumlah jam pelajaran yang
disediakan adalah 24 Jam pelajaran (JPL) atau setara dengan 4x6 pertemuan.
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu menganalisis
keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional berdasarkan keunikan dan
sebaran, mengembangkan strategi pembelajaran dalam bentuk RPP, memilih
dan menggunakan media pembelajaran, serta mengembangan instrumen
evaluasi geografi berorientasi HOTS.

A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Materi


Materi Keragaman Budaya Indonesia memiliki target pencapaian
kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Rumusan kompetensi aspek
pengetahuannya, agar peserta didik mampu mampu menganalisis keragaman
budaya bangsa sebagai identitas nasional berdasarkan keunikan dan sebaran,
sedangkan rumusan kompetensi aspek keterampilannya, agar peserta didik
mampu menyajikan contoh tindakan bijaksana pada pemanfaatan sumber daya
alam bidang pertanian, pertambangan, industri, dan pariwisata dalam bentuk
makalah atau bentuk publikasi lainnya. Ruang lingkup materi seperti tertera
dalam silabus yang dikeluarkan Puskurbuk Kemendikbud RI, yaitu:
• Pengaruh faktor geografis terhadap keragaman budaya di Indonesia.
• Persebaran keragaman budaya di Indonesia.
• Pembentukan kebudayaan nasional.
• Pelestarian dan pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia dalam bidang
ekonomi kreatif dan pariwisata.
• Kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan global.
Budaya merupakan ciri identitas manusia. Tidak ada manusia yang tak
berbudaya. Indonesia, kaya akan berbagai macam budaya daerah sebagai
identitas budaya nasional. Karena itu, manusia Indonesia dan kebudayaannya
sangat kental mewarnai kehidupan keseharian sebagai identitas bangsa.
Menurut J. Macionis, kebudayaan merupakan cara berpikir, bertindak, dan objek
material yang membentuk cara hidup manusia. Sedangkan menurut
Koentjaraningrat (2009) budaya atau kebudayaan merupakan keseluruhan
61
sistem gagasan (ide), tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan
memiliki unsur-unsur yang bersifat universal, yaitu: bahasa, sistem
pengetahuan, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan teknologi,
sistem mata pencaharian, religi, dan kesenian.
Kebudayaan dalam masyarakat berbeda satu dengan lainnya. Setiap
masyarakat akan membentuk kebudayaannya sesuai dengan konsensus dalam
masyarakat tersebut. Perbedaan kebudayaan juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor geografis dimana masyarakat itu berada dan bertempat tinggal dalam
waktu yang relatif lama. Faktor-faktor geografis yang mempengaruhi perbedaan
dan persebaran kebudayaan Indonesia, yaitu:
1) Posisi Strategis
Budaya lokal Indonesia banyak dipengarahi oleh kebudayaan Hindu-
Budha, Islam, dan Eropa. Hal ini dikarenakan posisi Indonesia terletak pada jalur
strategis di antara dua benua dan dua samudera sebagai jalur perlintasan
hubungan antar bangsa. Kedatangan bangsa-bangsa ini memberikan pengaruh
besar terhadap kebudayaan setempat.
2) Fisiografis
Pengaruh fisiografis menjadikan berbagai bentukan geomorfologis di
permukaan bumi mulai dari dataran rendah pantai hingga deretan
pegunungan. Orang-orang yang menempati lokasi tersebut, misalnya yang
tinggal di dataran rendah, di pegunungan, atau penghuni pulau-pulau, mereka
saling berinteraksi dan menghasilkan kebudayaan masing-masing berbeda satu
dengan lainnya.
Aspek fisiografis dapat dilihat dari kenampakan geologinya, dimana 2
dangkalan di Indonesia, yaitu Dangkalan Sahul merupakan bagian dari
Lempeng Australia yang terdiri dari Irian Jaya, Laut Arafuru, dan bagian selatan
ke arah Australia. Sedangkan Dangkalan Sunda merupakan bagian dari lempeng
Eurasia yang terdiri dari bagian selatan Malaka, sebagian besar Sumatra, Jawa,
dan Kalimantan, sebagian Laut Jawa, dan bagian selatan Laut China Selatan.
Dua karakter dangkalan ini memberikan warna ras yang berbeda pada orang-
orang yang menghuni pada lokasi-lokasi tersebut.
3) Kondisi ekologis
Lingkungan ekologis terbentuk dari struktur tanah, iklim, dan topografi
yang dapat memberikan kontribusi bagi kondisi penduduk baik dari segi
ekonomi, sosial, dan budaya. Perbedaan ekologis tersebut mempengaruhi
62
kemajemukan budaya lokal. Penduduk kemudian mengembangkan budaya
mereka sesuai dengan kondisi ekologis wilayah yang ditempatinya.
Faktor geografis Indonesia yang menyebabkan terbentuknya budaya yang
heterogen. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor pembentuk
kebudayaan nasional yang berlangsung sejak jaman pra-sejarah hingga
sekarang. Sensus Penduduk 2010 menunjukkan setidaknya terdapat lebih dari
300 kelompok etnis, 1.340 suku bangsa, dan 652 bahasa daerah di Indonesia.
Keragaman budaya Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Keragaman Agama
Secara umum, BPS tahun 2010 terdapat 6 agama yang resmi diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia. Agama-agama tersebut terdiri atas Islam (87%),
Kristen (7%), Katolik (3%), Hindu (1,7%), Buddha (0,7%), dan Konghucu (0,05%).
Adapun keragaman agama secara mayoritas berada di wilayah Indonesia
sebagai berikut: Islam (Aceh, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat), Kristen
(Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Papua, Papua Barat, Maluku), Katolik (Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat), Hindu (Bali), Buddha (DKI Jakarta),
Konghucu (Bangka Belitung).
2) Keragaman Bahasa
Secara umum, penduduk Indonesia dalam keseharian menggunakan
bahasa daerahnya masing-masing. Sensus penduduk mencatat berbicara
dengan bahasa daerah (79,45%), bahasa Indonesia (19,94%), dan bahasa asing
(0,35%). Adapun provinsi yang mayoritas menggunakan bahasa Indonesia
adalah DKI Jakarta, Papua Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, dan
Kalimantan Timur. Jika menurut jumlah penuturannya, bahasa terbanyak
digunakan adalah Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Bahasa
Madura, Bahasa Batak, Bahasa Minangkabau, Bahasa Bugis, Bahasa Aceh,
Bahasa Bali, Bahasa Melayu, Bahasa Banjar, dan Bahasa Poso Pamona.
3) Keragaman Budaya dan Adat Istiadat
Keragaman budaya dan adat istiadat dikategorikan van Vollenhoven
menjadi 23 suku bangsa yang umum diketahui, yaitu sebagai berikut: Aceh,
Gayo-Alas dan Batak, Nias dan Batu, Minangkabau, Bangka Belitung,
Mentawai, Sumatera Selatan, Enggano, Melayu, Kalimantan, Sangir Talaud,
Gorontalo, Toraja, Sulawesi Selatan, Ternate, Ambon dan Maluku, Kepulauan
Barat Daya, Irian, Timor, Bali dan Lombok, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jawa
Barat (Siany dan Atiek, 2009).
4) Keragaman Ras dan Etnik
63
Keragaman ras dan etnik di Indonesia dimulai sejak sekitar 20.000 tahun
yang lalu. Adapun keragaman tersebut terdiri atas Ras Mongoloid (Daerah
Indonesia bagian barat seperti Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan), meliputi
Ras Melayu Tua (Proto Melayu) dan Ras Melayu Muda (Deutro Melayu), Ras
Papua Melanezoid (Pulau Aru, Papua, dan Pulau Kai), Ras Negroid
(Semenanjung Malaka dan Kepulauan Andaman), dan Ras Weddoid (Siak Riau,
Sumatera Selatan, Pulau Muna, dan Kepulauan Mentawai).
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dengan budaya yang beraneka ragam, masing-masing dianggap sebagai
kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah merupakan hasil gagasan dan tindakan
dari daerah yang bersangkutan, sehingga menjadi ciri dan kebanggaan
masyarakatnya. Shadily (1983 : 83 - 84) menyatakan ciri-ciri yang nampak umum
pada kebudayaan daerah adalah : 1) pakaian, perumahan, alat- alat yang
mereka pakai sehari-hari; 2) bahasa mereka yang dipakai dilingkungan
mereka yang akhirnya merupakan bahasa khas; dan 3) karena hanya terdapat
di suatu daerah, maka perkawinan di antara mereka-mereka itu saja dan
tiadanya/kurangnya percampuran dari daerah luar, corak-corak khas mengenai
bentuk muka, perawakan, dan sebagainya, yang bisa menjadi ciri khas ragawi
dari bangsa asli atau golongan tertentu seperti mata sipit, hidung mancung,
rambut kriting, dan sebagainya.
Kebudayaan daerah merupakan hal yang penting dalam mewujudkan
kebudayaan nasional, karena kebudayaan nasional merupakan hasil dari
berbagai kebudayaan daerah, sehingga proses perwujudan tersebut
diperlukan integrasi dari unsur-unsur kebudayaan daerah. Dengan demikian,
kebudayaan daerah mendukung atau memperkaya kebudayaan nasional. Unsur
kebudayaan daerah untuk dijadikan kebudayaan nasional perlu ditunjang oleh
dasar hukum yang jelas, seperti tercantum dalam UUD 1945 yang berbunyi,
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Dimana, kebudayaan
bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat
Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang telah terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah seluruh Indonesia terhitung
sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan
adab, budaya, dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari
kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya

64
kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia.
Dengan demikian, menurut UUD 1945 bahwa kebudayaan nasional
berasal dari kebudayaan daerah dan unsur-unsur kebudayaan asing yang
sifatnya positif sebagai hasil seleksi dengan mengambil unsur-unsur yang
diperlukan untuk pembangunan nasional. Bahasa Indonesia merupakan salah
satu unsur kebudayaan dan memiliki peranan penting dalam memperkaya
kebudayaan nasional, yang juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar suku
bangsa, sehingga Bahasa Indonesia merupakan alat persatuan dan pemersatu,
seperti yang tercantum dalam UUD 1945 yang berbunyi, bahasa negara ialah
Bahasa Indonesia. Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang
dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda,
Madura dan sebagainya), bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga
oleh negara. Bahasa-bahasa itupun merupakan bagian dari kebudayaan
Indonesia yang hidup.
Dalam mencari kebudayaan nasional Indonesia, beberapa ahli telah
mengusulkannya pada Permusyawaratan Perguruan Indonesia di Solo tahun
1935, di antaranya dikemukakan Sutan Takdir Alisjahbana yang menyatakan
bahwa, Kebudayaan Indonesia sebagai suatu kebudayaan yang universal (barat);
unsur-unsur yang dikreasikan terutama yang masih langka dimiliki masyarakat
Indonesia masa itu, antara lain: teknologi (maju), ekonomi (maju), keterampilan
berorganisasi, dan ilmu pengetahuan. Upaya mengkreasi ke arah itu dapat
dicapai lewat usaha mempertajam rasio (akal) masyarakat Indonesia dengan
mengambil alih dinamisme barat. Apa yang dikemukakan Sutan Takdir
Alisjahbana tidak lain untuk menyatakan bahwa Kebudayaan Indonesia sebagai
bagian dari kebudayaan global. Sanusi Pane. menyatakan bahwa, Kebudayaan
Nasional Indonesia sebagai kebudayaan Timur, harus mementingkan unsur-
unsur kerohanian, perasaan, dan gotong- royong dan manusia Indonesia
tidak boleh melupakan alur sejarahnya. Sedangkan Ki Hadjar Dewantara
menyatakan bahwa, Kebudayaan Nasional Indonesia adalah puncak-puncak
kebudayaan daerah.
Adapun upaya untuk mengembangkan Kebudayaan Nasional Indonesia,
menurut Suhandi (1981:6) memerlukan tiga syarat, yaitu: 1) harus memberikan
identitas (jatidiri) kepada warga yang mendukung kebudayaan tersebut; 2)
Harus menimbulkan rasa bangga kepada para pendukungnya; dan 3) Harus
65
tinggi mutunya. Ketiga konsep pengembangan kebudayaan tersebut dapat
diterapkan pada kehidupan sehari-hari dalam upaya membentuk kebudayaan
nasional, sehingga hubungan antara kebudayaan daerah dengan kebudayaan
nasional bukan merupakan masalah yang harus dipersoalkan lagi, tetapi
kebudayaan nasional merupakan kebutuhan bagi masyarakat Indonesia untuk
mengembangkan pembangunan.
Adapun fungsi kebudayaan nasional menurut Koentjaraningkat (1974: 107-
108) sebagai berikut: 1) Kebudayaan Nasional merupakan suatu sistem gagasan
dan pralambang yang memberikan identitas kepada warga negara Indonesia;
2) Kebudayaan Indonesia merupakan suatu sistem gagasan dan pralambang
yang dapat dijadikan atau dipakai oleh semua warga negara Indonesia yang
b hinneka itu saling berkenalan dan dengan demikian dapat memperkuat
kesetia- kawanan atau solidaritas.
Rumusan fungsi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam unsur-unsur
kebudayaan yang berfungsi untuk mewujudkan kebudayaan nasional, fungsi ini
seperti yang telah dikemukakan oleh Suhandi, tetapi Koentjaraningrat (1974
: 107-111) memberikan dua fungsi utama, yaitu : Pertama, suatu unsur
kebudayaan dapat berfungsi menjadi unsur kebudayaan nasional, dengan
memiliki tiga syarat, yaitu: 1) hasil karya warga negara Indonesia atau hasil
karya jaman lampau yang berasal dari daerah-daerah yang sekarang termasuk
wilayah Indonesia; 2) hasil karya warga negara Indonesia dengan tema
pikirannya harus mengandung ciri-ciri khas Indonesia; 3) hasil karya warga
negara Indonesia yang oleh warga negara Indonesia lainnya yang banyak menilai
sedemikian tinggi sehingga menjadi kebanggaan semua dan oleh karenanya
mereka mengidentifikasikan dirinya pada unsur-unsur kebudayaan tersebut.
Kedua. Suatu unsur kebudayaan dapat menjadi unsur Kebudayaan Nasional
Indonesia manakala unsur tersebut sedikitnya memiliki tiga syarat, yaitu : 1) dua
dari tiga syarat tersebut sama dengan syarat 1) dan 2) di bagian pertama; 2)
harus merupakan hasil karya dan tingkah laku warga negara Indonesia yang
berasal dari kebudayaan suku-suku bangsa, agama, dan ciri- ciri keturunan ras
yang beraneka warna, sehingga menjadi gagasan kolektif dan unsur-unsur
tersebut menjadi wahana komunikasi dan sebagai alat untuk menumbuhkan
saling pengertian di antara bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku
bangsa, dan mempertinggi solidaritas.

66
Upaya mewujudkan dan pelestarian kebudayaan nasional, maka harus
mempunyai landasan yang kuat dan kokoh dalam setiap warga negara Indonesia
dan pemerintahnya. Hal ini dimaksudkan agar sikap mental bangsa tidak
condong ke arah kebudayaan Barat maupun kebudayaan Timur, tetapi harus
tegak di dalam mempertahankan kebudayaan yang mempunyai ciri Indonesia.
Hal ini dapat terlaksana apabila adanya: 1) pembinaan dan pengembangan nilai
luhur bangsa; 2) mengerahkan pembinaan generasi muda secara nasional; 3)
penanggulangan nilai-nilai negatif yang terdapat pada masyarakat Indonesia; 4)
penyaringan dan penerapan nilai-nilai luar yang positif (berguna untuk
pembangunan nasional tanpa melepaskan kepribadian bangsa); 5) tanggung
jawab sosial dan disiplin nasional; 6) pembauran bangsa di antara warga negara
Indonesia; 7) pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia; 8) memelihara
dan mengembangkan kesenian nasional; dan 9) memelihara tradisi dan
peninggalan sejarah.
Pelestarian dan pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia dalam bidang
ekonomi kreatif dan pariwisata tidak terlepas dari kekayaan dan
keanekaragaman budaya daerah. Wibisana (dalam Pikiran Rakyat, 1 November
1988) mengemukakan, pihak-pihak yang bergerak dalam bidang kebudayaan
daerah harus mengarahkan tujuannya pada dua hal yang jelas. Pertama,
mengupayakan agar kebudayaan daerah itu menjadi identitas dan kebanggaan
masyarakat dari daerah pendukungnya, sehingga berfungsi dan merasa manfaat
di daerah. Kedua, mengupayakan agar unsur-unsur kebudayaan daerah itu
dijadikan bahan untuk dijadikan kebudayaan nasional, sehingga berfungsi dan
terasa manfaatnya secara nasional.
Menghidupkan kembali kearifan lokal masyarakat merupakan salah satu
cara dalam melestarikan kebudayaan Indonesia. Melalui kearifan lokal,
kebudayaan Indonesia dipercaya dapat membangun dan menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan masyarakat dan kebudayaannya.
Dalam kearifan lokal, terdapat berbagai nilai-nilai yang telah digunakan oleh
generasi sebelumnya yang masih dapat digunakan oleh generasi saat ini dan
generasi yang akan dating, untuk menyelesaikan permasalahan, khususnya
mengenai pelestarian kebudayaan Indonesia. Di dalam konsep antropologi,
kearifan lokal disebut sebagai pengetahuan setempat (indigenous or local
knowledge) atau kecerdasan setempat (local genius) yang menjadi dasar
identitas kebudayaan daerah tersebut (cultural identity).
67
Kearifan lokal memiliki fungsi diantaranya: 1) alat kontrol sosial dan tata
aturan antar masyarakat; 2) sarana petuah, pantangan dan kepercayaan; 3)
pedoman etika dan moral; 4) pengembangan sumber daya manusia dan; 5)
metode untuk melestarikan sumber daya alam.
Kekayaan alam dan budaya di Indonesia sangat beragam, hal tersebut
menjadi sebuah potensi dalam bidang pariwisata. Selain memiliki keindahan
alam, Indonesia juga memiliki budaya tradisional yang dapat dijadikan sebagai
potensi untuk meningkatkan bidang pariwisata, salah satunya dalam
pengembangan ekonomi kreatif. Istilah ekonomi kreatif pertama kali dicetuskan
oleh John Howkins. Menurutnya, ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi
dimana input dan outputnya adalah ide atau gagasan.
Kebudayaan daerah memiliki potensi untuk dapat meningkatkan
pendapatan dan perekonomian negara, dikarenakan sangat berpotensi menjadi
objek pariwisata dan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan kegiatan
ekonomi yang berdasarkan pada kreatifitas, keterampilan dan bakat individu
untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta yang memiliki nilai ekonomis, baik
penciptaan baru atau hasil modifikasi dari karya yang sudah ada. Ekonomi kreatif
sebagai potensi wisata budaya tradisional bertujuan bersumber dari seni budaya
dan tradisi serta kearifan lokal masyarakat adat. Oleh karenanya, ekonomi
kreatif memiliki peranan untuk mempromosikan sekaligus melestarikan budaya
tradisional. Berkaitan dengan kebudayaan daerah atau budaya yang berbasis
tradisi, ekonomi kreatif yang dapat dikembangkan anatara lain di bidang musik,
seni, pertunjukan, film dan fotografi, arsitektur, desain, fashion, kerajinan dan
pasar barang seni.

B. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Pengembangan RPP berdasarkan materi tersebut harus mengacu pada
Permen Dikbud No. 22 Tahun 2016. Perhatikan juga komponen-komponenya
yang disarankan. Anda dapat membuat RPP praktis yang disederhanakan, cukup
memuat tiga komponen utama yaitu tujuan pembelajaran, Kegiatan
pembelajaran, dan Asesmen atau penilaian, tentunya tidak keluar dari prinsip-
prinsip pengembangan RPP. Berikut merupakan contoh RPP sederhana.

68
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA ……………………
Mata Pelajaran : Geografi
Kode implementasi : Geo/XI/6/1/4 –JP
Model Pembelajaran : Pembelajaran discovery

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mendeskripsikan pengaruh faktor geografis terhadap keragaman budaya bangsa
indonesia
2. Mengidentifikasi persebaran keragaman budaya Indonesia
3. Menyajikan contoh tindakan bijaksana pada pemanfaatan sumber daya alam bidang
pertanian, pertambangan, industri, dan pariwisata dalam bentuk makalah atau bentuk
publikasi lainnya.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Pendahuluan (20’)
5. Memberi salam, berdo’a dan mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
6. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
7. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan
8. Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan. Kegiatan Inti (140’)
9. Peserta didik diberikan stimulant berupa gambar peta RBI dan film pendek tentang
keragaman budaya di Indonesia.
10. Setelah melihat gambar dan film, peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan
11. Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok dengan 5 tema sesuai kelompok
pertanyaan
12. Setiap kelompok mencari penjelasan sesuai tema pada buku teks, modul dan internet
13. Setiap kelompok membuat ringkasan dari diskusi kelompok
14. Setiap kelompok membuat presentasi dalam power point memuat materi dan
klasifikasi/Gambar/ Video dan Kesimpulan
15. Hasil kerja kelompok dipresentasikan, kelompok lain memberi tanggapan
16. Guru menyelaraskan kesimpulan dan materi setelah presentasi setiap kelompok
Kegiatan Penutup (20’)
5. Membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
6. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
7. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
8. Mempersiapkan diri untuk materi yang akan datang
69
C. PENILAIAN
Penilaian Sikap: Observasi
Pengetahuan : Tes Tertulis, Mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan keragaman budaya
Indonesia
Keterampilan : Unjuk kerja

Bandung,
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru mata pelajaran
__________ _________________
C. Pengembangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Setelah memahami materi pelajaran dan RPP, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan dan atau memanfaatkan media pembelajaran. Prinsip dasar
media pembelajaran adalah untuk meningkatkan perhatian peserta didik dan
membantu dalam memahami materi agar lebih baik dan mengurangi
miskonsepsi dalam memahami suatu konsep. Perhatikan kembali faktor-faktor
pemilihan media pembelajaran seperti pada bab sebelumnya.
Bab ini memuat rumusan kompetensi aspek pengetahuannya, agar
peserta didik mampu menganalisis keragaman budaya bangsa sebagai identitas
nasional berdasarkan keunikan dan sebaran, sedangkan rumusan kompetensi
aspek keterampilannya, agar peserta didik mampu menyajikan contoh tindakan
bijaksana pada pemanfaatan sumber daya alam bidang pertanian,
pertambangan, industri, dan pariwisata dalam bentuk makalah atau bentuk
publikasi lainnya. Setelah itu, identifikasi materi pembelajaran sesuai kompetensi
yang akan dicapai.
Sajian media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran tentang
Keragaman Budaya Indonesia, guru dapat menggunakan variasi media. Awal
kegiatan pembelajaran, Guru dapat menggunakan media gambar peta dan film
pendek tentang keragaman budaya Indonesia. Untuk penjelasan garis besar
materi, guru dapat menggunakan powerpoint yang menarik. Untuk
membangkitkan rasa nasionalisme peserta didik, Guru dapat memberikan
instruksi kepada masing-masing kelompok menggunakan baju adat yang
berbeda sesuai pilihan kelompok. Masing-masing kelompok menampilkan
kekhasan daerah dalam bentuk nyanyian, tarian, dan lainnya.

70
Gambar contoh media foto keragaman budaya

Gambar Contoh media powerpoint yang baik

71
Gambar contoh media peta keragaman budaya

D. Pengembangan Assesment berorientasi HOTS


Tujuan pembelajaran bab 6 adalah peserta didik mampu menganalisis
keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional berdasarkan keunikan dan
sebaran. Hal ini berarti, ketuntasan pembelajarannya harus mencapai tingkat
menganalisis (C4).

72
TABEL CONTOH RUMUSAN BUTIR SOAL (ESSAY) LOTS - MOTS – HOTS
Level Contoh Soal
C-1 Suku Duano memiliki ciri permukiman
Soal ini merupakan tingkatan panggung yang menyusuri garis sungai dan
mengingat kembali atau menarik berada di tepi muara Sungai Batanghari.
kembali informasi yang tersimpan Berdasarkan ciri tersebut, faktor yang
dalam memori jangka panjang memengaruhi keragaman budaya Suku
apabila ada petunjuk (tanda) Duano adalah ….
untuk melakukan hal tersebut. a. letak geografis
b. posisi strategis
c. ekologis
d. letak astronomis
e. pengaruh nenek moyang
C-2 Bangsa Indonesia adalah komunitas
Soal ini merupakan tingkatan majemuk yang dipengaruhi oleh
memahami dengan cara berbagai kebudayaan mulai dari Hindu,
mengkonstruk makna atau Budha, Eropa Barat dan Islam. Faktor
pengertian berdasarkan yang menyebabkan pengaruh bangsa-
pengetahuan awal yang dimiliki, bangsa tersebut terhadap kebudayaan
mengaitkan informasi yang baru lokal dari sisi geografis adalah ....
dengan pengetahuan yang telah a. Lokasi Indonesia berada diantara dua
ada dalam skema siswa. benua dan dua samudera
b. Lokasi Indonesia berada di atas 3
pertemuan lempeng tektonik aktif
c. Masyarakat Indonesia jaman dahulu
memiliki pemikiran terbuka
d. Kolonialisme bangsa luar yang begitu
kuat
e. Lokasi Indonesia di daerah iklim tropis
C-3 Indonesia sangat kaya akan suku bangsa
Soal ini merupakan tingkatan dari Sabang hingga Merauke dengan
menerapkan/implementasi keunikan budaya masing-masing yang
dengan cara memilih dan menjadi identitas bangsa. Urutan suku
menggunakan prosedur yang bangsa di Indonesia dari barat ke timur
sesuai untuk menyelesaikan tugas sesuai lokasinya yang tepat adalah ....
yang baru. A. Asmat, Sasak, Jawa, Batak
B. Minangkabau, Sunda, Sasak, Asmat
C. Batak, Sasak, Jawa, Manado
D. Batak, Dayak, Bugis, Minangkabau
E. Minangkabau, Batak, Jawa, Bali

73
Level Contoh Soal
C-4 Indonesia adalah sebuah negara yang terkenal
Soal ini merupakan tingkatan akan kemajemukan kebudayaannya, kurang
menganalisis dengan cara lebihterdapat 300 suku bangsa di Indonesia dan
menguraikan suatu permasalahan 726 bahasa daerah, rumah adat di setiap suku
atau obyek ke unsur-unsurnya bangsa,pakaian tradisional, kesenian dan agama
dan menentukan bagaimana yang tersebar di Indonesia.
saling keterkaitan antar unsur- Indentifikasilah Apa yang dimaksud
unsur tersebut dan keanekaragaman kebudayaan nasional itu!
struktur besarnya.

C-5 Masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya


Soal ini merupakan tingkatan memiliki kearifan lokal yaitu hutan larangan
mengevaluasi dengan cara dimana mereka tidak diperbolehkan memasuki
membuat suatu pertimbangan dan melakukan aktifitas di wilayah tersebut agar
berdasarkan kriteria dan standar keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Fungsi
yang ada kearifan lokal hutan larangan adalah ....
a. sebagai alat pengendalian
b. sebagai pedoman hidup komunitas
c. mengambil alih budaya luar menjadi
budaya asli
d. sebagai penangkal budaya luar
e. memberi arah pengembangan budaya
C-6 Dari segi historis Indonesia merupakan negara
Soal ini merupakan tingkatan yang punya cerita historis yang tak bisa
mencipta dengan cara dilupakandari zaman prasejarah, nenek moyang
menguraikan suatu masalah kita yang membawa kebudayaan dongson hingga
sehingga dapat dirumuskan zamanislam adalah beberapa perjalanan
berbagai kemungkinan hipotesis perkembangan keanekaragaman budaya di
yang mengarah pada pemecahan indonesia hinggasampai pada titik saat ini.
masalah tersebut. Menurut Anda bagaimanakah perkembangan
budaya nasional sertaunsur- unsur apa saja yang
berpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan
nasional!

DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.
Shadily, Hassan. 1983. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina
aksara.
Siany L., Atiek Catur B. 2009. Khasanah Antropologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Tohardi, St. M. 1991. Sumberdaya Budaya. Yogyakarta: Kursus Pendalaman
Materi Geografi, Fakultas Geografi, UGM.
74
BAB 7
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
PADA MATERI MITIGASI BENCANA ALAM

Materi Mitigasi Bencana Alam adalah materi bab 7 geografi pada jenjang
SMA kelas XI. Sesuai dengan kurikulum 2013, jumlah jam pelajaran yang
disediakan adalah 20 Jam pelajaran (JPL) atau setara dengan 4x5 pertemuan.
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu menganalisis jenis
dan penanggulangan bencana alam melalui edukasi, kearifan lokal, dan
pemanfaatan teknologi modern, mengembangkan strategi pembelajaran dalam
bentuk RPP, memilih dan menggunakan media pembelajaran, serta
mengembangan instrumen evaluasi geografi berorientasi HOTS.
A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Materi
Materi Mitigas Bencana Alam memiliki target pencapaian kompetensi
pengetahuan dan keterampilan. Rumusan kompetensi aspek pengetahuannya,
agar peserta didik mampu menganalisis jenis dan penanggulangan bencana
alam melalui edukasi, kearifan lokal, dan pemanfaatan teknologi modern,
sedangkan rumusan kompetensi aspek keterampilannya, agar peserta didik
mampu membuat sketsa, denah, dan/atau peta potensi bencana wilayah
setempat serta strategi mitigasi bencana berdasarkan peta tersebut. Ruang
lingkup materi seperti tertera dalam silabus yang dikeluarkan Puskurbuk
Kemendikbud RI, yaitu:
• Jenis dan karakteristik bencana alam.
• Siklus penanggulangan bencana.
• Persebaran wilayah rawan bencana alam di Indonesia.
• Lembaga-lembaga yang berperan dalam penanggulangan bencana alam.
• Partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana alam di Indonesia Umumnya
bencana alam terjadi karena adanya perubahan pada kondisi
alam itu sendiri, baik perlahan atau secara ekstrim. Namun, beberapa peristiwa
alam yang menimbulkan bencana tidak sedikit karena campur tangan manusia.
Dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana
diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam, atau faktor nonalam maupun manusia, sehingga menimbulkan
korban jiwa manusia kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

75
psikologi. Ada 3 jenis bencana yang diakibatkan oleh faktor penyebabnya, yakni:
1) bencana alam, 2) bencana nonalam, dan 3) bencana sosial.
Bencana alam kerap terjadi menimpa manusia di daerah rawan bencana.
Terdapat beberapa jenis bencana alam yang dikelompokkan untuk keperluan
mengelola risiko bencana di Indonesia, antara lain yaitu : 1) bencana
kebumian, yaitu bencana yang terjadi akibat aktifitas alamiah bumi, seperti
gempa bumi, letusan gunung api, longsor, kekeringan, banjir, siklon tropis,
badai gurun, dan lain-lain; 2) bencana kelautan yaitu bencana yang terjadi akibat
aktifitas alamiah laut, seperti gelombang pasan (rob), gelombang badai, El Nino
dan La Nina; 3) bencana atmosferik yang sering disebut bencana atmosfer
adalah bencana jatuhan atau tekanan atmosfer bumi pada titik manapun yang
mengakibatkan kerusakan bahkan jatuhnya korban jiwa seperti badai tropis,
puting beliung (topan), kekeringan, kebakaran hutan akibat kekeringan,
pemanasan Global (global warming); 4) bencana lingkungan adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa oleh alam dan
kelalaian manusia. Pada umumnya bencana Lingkungan terjadi karena adanya
perubahan pada kondisi alam baik secara perlahan maupun secara ekstrem.
Selain itu, bencana lingkungan dapat terjadi karena ada faktor campur tangan
manusia yang tidak bertanggungjawab. Berikut macam-macam bencana
lingkugan yang terjadi di Indonesia, seperti banjir dan longsor akibat jebolnya
bendungan, letusan reaktor nuklir pembangkit listrik, bocornya pabrik kimia,
lumpur panas Sidoarjo; 5) bencana ekstra terestrial adalah suatu kejadian
bencana yang seringkali di hubungkan atau berkaitan dengan benda - benda
luar angkasa, seperti asteroid, badai matahari, dan hantaman meteor.
Bencana sosial adalah bencana yang terjadi akibat penyimpangan dan
permasalahan sosial baik itu orang dengan perorangan atau kelompok dengan
kelompok lain. Termasuk ke dalam kelompok bencana sosial antara lain konflik,
terorisme.
Indonesia berpotensi terjadi bencana karena memiliki kondisi geografis,
geologis, hidrologis, dan demografisnya sendiri. Secara geografis dan geologis
Indonesia merupakan daerah rawan bencana disebabkan hal berikut:
1) merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng
tektonik yaitu lempeng Eurasia, Australia, Pasifik, dan Filipina yang
memungkinkan sering terjadi gempa tektonik dan berbagai akibat lainnya.

76
2) Memiliki 130 gunung api aktif di Indonesia yang terbagi dalam Tipe A, Tipe B,
dan Tipe C. Gunung api tipe A adalah gunung api yang pernah meletus
sekurang-kurangnya satu kali setelah tahun 1600 dan masih aktif, tipe B
adalah gunung api yang masih aktif tetapi belum pernah meletus dan tipe C
adalah gunung api yang masih diindikasikan sebagai gunung api aktif.
3) Memiliki lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil yang 30% di antaranya
melewati kawasan padat penduduk dan berpotensi menimbulkan banjir,
banjir bandang dan tanah longsor pada saat musim penghujan.

NO. BENCANA KARAKTERISTIK


1. Letusan  Dapat diprediksi dan secara luas dapat diketahui
Gunung Api  Merusakkan bangunan, lingkungan, dan kebakaran
 Letusan dapat meretakan, aliran lava, aliran lahar yang bersifat
merusak
 Awan panas mengakibatkan kebakaran
2. Gempa Bumi  Tidak dapat diprediksi, cepat dan tiba-tiba
 Daerah rawan dapat diketahui
 Efek utama: lahan bergerak, retakan, pergeseran, struktur rusak
 Banyak korban jiwa, karena tanpa peringatan

3. Tsunami  Tinggi dan kecepatan gelombang tergantung pada kedalaman


air pada titik terjadi gangguan
 Bersifat merusak
 Mengakibatkan banjir, air asin, kontaminasi tanaman, tanah, air
bersih, kerusakan bangunan dan vegetasi
4. Longsor  Peringatan dini bervariasi, cepat bila penyebabnya gempa
 Sebagian dapat dimonitor
 Gerakannya cepat
 Bersifat merusak bangunan
 Dapat membendung sungai, dapat membentuk danau
 Tumbuhan/vegetasi rusak jika bersamaan dengan hujan lebat
sangat merusak
5. Banjir  Berlangsung lambat, cepat atau tanpa peringatan (banjir
bandang)
 Biasanya terkait musim
 Kerusakan tergantung pada tinggi air, luas genangan, lamanya
genangan, kecepatan aliran, material yang hanyut dan tingkat
kepekatan/endapan lumpur
 Mengakibatkan kerusakan struktur bangunan dan infrastruktur
 Memutus akses dan mengisolasi masyarakat.
 Permasalahan Spesifik : dapat mengakibatkan masalah
kesehatan masyarakat, dan biasanya memerlukan evakuasi

77
Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Siklus penanggulangan
bencana dilakukan pada saat sebelum terjadi bencana, sedang terjadi bencana,
dan setelah terjadi bencana.
Secara lebih rinci siklus penanggulangan bencana adalah sebagai berikut.
Pencegahan, merupakan Langkah mengidentifikasi secara pasti sumber
ancaman bencana, melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan sumber daya
alam yang dapat menimbulkan bencana, melakukan pemantauan terhadap
potensi yang menjadi sumber bencana, menata wilayah, pengelolaan
lingkungan, menguatkan sistem ketahanan sosial masyarakat. Mitigasi, adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural), Kesiapsiagaan, adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Misalnya: penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi
evakuasi, rencana kontinjensi, dan sosialisasi pedoman penanggulangan
bencana. Tangap Darurat, adalah upaya yang dilakukan segera pada saat
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan
korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian. Pemulihan, merupakan
proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula. Upaya yang
dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air
bersih, pasar, puskesmas, dan sebagainya). Rekonstruksi, adalah tahap
pembangunan kembali sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak akibat
bencana dengan tujuan agar kehidupan masyarakat kembali berjalan normal.
Tahap ini melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya
masyarakat, dan dunia usaha.
Wilayah rawan bencana (hazard region) diartikan sebagai suatu kawasan
dipermukaan bumi yang rawan bencana alam akibat proses alam maupun non-
alam. Kerawanan bencana (hazard vulnerability) adalah tingkat kemungkinan
suatu objek bencana untuk mengalami gangguan akibat bencana alam.
Sedangkan upaya dalam menanggulangi bencana alam ialah mengidentifikasi
wilayah rawan bencana alam dengan cara melakukan pemetaan wilayah rawan

78
bencana dan risiko bencana. Fungsi pemetaan wilayah rawan bencana antara
lain yaitu: menentukan rencana tindak lanjut atas wilayah yang berpotensi tinggi
terkena bencana alam, dan melakukan perencanaan tata ruang wilayah sesuai
karakteristik wilayah masing-masing.
Beberapa sebaran daerah rawan bencana alam di Indonesia yaitu:
a. Darat
1) Gempa bumi: Aceh, Padang, Nias, Jambi, Bengkulu, Lampung,
Tasikmalaya, Klaten, Sulawesi, Papua, dan lain-lain.
2) Letusan gunung api: sekitar daerah gunung berapi yang masih aktif,
seperti Gunung Merapi, Krakatau, Kelud, Tengger dan sebagainya.
3) Tanah longsor: Manggarai, Kupang, Boyolali, Sulawesi, Lampung,
Kalimantan Barat dan sebagainya.
4) Banjir: daerah hilir sungai Bengawan Solo, Pacitan, daerah hilir sungai
Ciliwung, Bandung, dan lain-lain.
5) Kebakaran hutan: Kalimantan, Pekanbaru, Riau, dan lain-lain.
6) Bencana angin: Surakarta, Jember, Ponorogo, Purworejo, NTT, NTB,
Banten, Sumatra, dan Sulawesi.
7) Konflik sosial : Papua, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi
Tengah, dan Jawa Tengah.
b. Laut
1) Arus laut dan ombak besar: daerah Laut Jawa, perbatasan Sulawesi dan
Kalimantan, daerah Samudra Hindia sekitar selatan Lombok, selatan
Pelabuhan Ratu, dan lain-lain.
2) Tsunami: wilayah Indonesia bagian selatan seperti Jawa bagian selatan,
Sumatra bagian barat dan Sulawesi.
Beberapa lembaga penanggulangan bencana alam di Indonesia yaitu
sebagai berikut:
1) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), merupakan lembaga
pemerintah nondepartemen yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden
No 8 Tahun 2008.
2) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), merupakan salah
satu unit kerja Badan Geologi. Badan ini juga merupakan salah satu unit di
lingkungan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Perubahan paradigma penanggulangan bencana internasional dari
fatalistik responsip yang terorientasi pada penanggulangan bencana

79
kedaruratan sebagai respon akibat terjadi bencana, menuju kepada proaktif
preparadiness dimana penanggulangan bencana dilakukan sejak dini melalui
kesiapsiagaan sampai tahap pemulihan sosial, membawa dampak terhadap
perkembangan penanggulangan bencana di Indonesia. UU Nomor 24 Tahun
2007, tentang Penanggulangan Bencana yang menempatkan pentingnya
partisipasi aktif masyarakat dalam penanggulangan bencana serta kejelasan
peran Kementerian Sosial sebagai salah satu sektor penanggulangan bencana di
bidang bantuan sosial. Kebijakan ini juga diperkuat oleh UU Nomor 11 Tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yang salah satu pasalnya memperkuat peran
dan tugas Kementerian Sosial sebagai lembaga pelaksana penanggulangan
bencana di bidang bantuan sosial.
Program penanggulangan bencana bidang bantuan sosial berbasis
masyarakat (Community Centre Base Disaster Management/CCBDM) yang
mendahulukan kepentingan, dari, oleh dan untuk masyarakat, pranata sosial
serta modal sosial (social capital) masyarakat lokal secara kelompok.
Pengembangan potensi lokal dan penguatan pranata-pranata sosial menjadi
modal dasar untuk melaksanakan CCBDM. Partisipasi masyarakat dapat
diberikan baik dalam bentuk pikiran/ide, materil, tenaga, dan keterampilan
dalam rangka membantu keberhasilan program penanggulangan bencana.
B. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pengembangan RPP berdasarkan materi tersebut harus mengacu pada
Permen Dikbud No. 22 Tahun 2016. Perhatikan juga komponen-komponenya
yang disarankan. Anda dapat membuat RPP praktis yang disederhanakan, cukup
memuat tiga komponen utama yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan asesmen atau penilaian, tentunya tidak keluar dari prinsip-
prinsip pengembangan RPP. Berikut merupakan contoh RPP sederhana.

80
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA ……………………
Mata Pelajaran : Geografi
Kode implementasi : Geo/XI/7/1/4 –JP
Model Pembelajaran : Pembelajaran discovery

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Menyebutkan macam-macam bencana alam.
Mengidentifikasi karakteristik bencana alam.
Membuat poster mengenai siklus penanggulangan bencana.
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Pendahuluan (20’)
1. Memberi salam, berdo’a dan mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
2. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
3. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan
4. Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan. Kegiatan Inti (140’)
5. Peserta didik diberikan stimulant berupa gambar peta sebaran bencana, foto peristiwa
bencana, dan film pendek tentang peristiwa bencana di Indonesia.
6. Setelah melihat gambar dan film, peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan
7. Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok dengan 5 tema sesuai kelompok
pertanyaan
8. Setiap kelompok mencari penjelasan sesuai tema pada buku teks, modul dan internet
9. Setiap kelompok membuat ringkasan dari diskusi kelompok
10. Setiap kelompok membuat presentasi dalam power point memuat materi dan
klasifikasi/Gambar/ Video dan Kesimpulan
11. Hasil kerja kelompok dipresentasikan, kelompok lain memberi tanggapan
12. Guru menyelaraskan kesimpulan dan materi setelah presentasi setiap kelompok

Kegiatan Penutup (20’)


9. Membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
10. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
11. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
12. Mempersiapkan diri untuk materi yang akan datang

C. PENILAIAN
Penilaian Sikap: Observasi
Pengetahuan : Tes Tertulis, Mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan mitigasi bencana
alam
Keterampilan : Unjuk kerja

Bandung,
Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

81
C. Pengembangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Setelah memahami materi pelajaran dan RPP, langkah selanjutnya
adalah mengembangkan dan atau memanfaatkan media pembelajaran.
Prinsip dasar media pembelajaran adalah untuk meningkatkan perhatian
peserta didik dan membantu dalam memahami materi agar lebih baik dan
mengurangi miskonsepsi dalam memahami suatu konsep. Perhatikan
kembali faktor-faktor pemilihan media pembelajaran seperti pada bab
sebelumnya.
Bab ini memuat rumusan kompetensi aspek pengetahuannya, agar
peserta didik mampu menganalisis jenis dan penanggulangan bencana alam
melalui edukasi, kearifan lokal, dan pemanfaatan teknologi modern,
sedangkan rumusan kompetensi aspek keterampilannya, agar peserta
didik mampu membuat sketsa, denah, dan/atau peta potensi bencana
wilayah setempat serta strategi mitigasi bencana berdasarkan peta
tersebut. Setelah itu, identifikasi materi pembelajarannya sesuai
kompetensi yang hendak dicapai. Sajian media pembelajaran yang tepat
untuk pembelajaran tentang Mitigasi Bencana Alam, guru dapat
menggunakan variasi media. Awal kegiatan pembelajaran, Guru dapat
menggunakan media gambar peta sebaran bencana, foto-foto peristiwa
bencana, dan film pendek tentang peristiwa bencana di Indonesia dalam
rangka memberikan stimulus pada peserta didik. Untuk penjelasan garis
besar materi, Guru dapat menggunakan powerpoint yang menarik. Untuk
membangkitkan rasa kepedulian dan kewaspadaan peserta didik terhadap
bencana, Guru dapat memberikan instruksi kepada masing-masing
kelompok peserta didik untuk mencari data jumlah korban bencana alam
yang terjadi di Indonesia, kemudian dianalisis proses kejadian dan

82
tanggapan dari para pakar bencana. Berikut ini beberapa contoh media
yang dapat disajikan guru pada materi bab ini.

Gambar contoh media foto korban bencana longsor

Gambar contoh media foto korban banjir

83
Gambar contoh media foto korban gempa

Gambar contoh powerpoint materi mitigasi bencana

D. Pengembangan Assesment berorientasi HOTS


Tujuan pembelajaran bab 7 adalah peserta didik mampu menganalisis
jenis dan penanggulangan bencana alam melalui edukasi, kearifan lokal, dan
pemanfaatan teknologi modern. Hal ini berarti, ketuntasan
pembelajarannya harus mencapai tingkat menganalisis (C4).
TABEL CONTOH RUMUSAN BUTIR SOAL (ESSAY) LOTS - MOTS – HOTS
Level Kognitif Contoh soal
C-1 Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
Soal ini merupakan tingkatan mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
mengingat kembali atau menarik langkah yang tepat guna dan berdaya guna merupakan
kembali informasi yang tersimpan siklus manajemen bencana tahap …
dalam memori jangka panjang a. Pemulihan

84
apabila ada petunjuk (tanda) b. Rehabilitasi
untuk melakukan hal tersebut. c. Rekonstruksi
d. Kesiapsiagaan
e. Tanggap darurat
C-2 Urutan siklus manajemen bencana yang benar
Soal ini merupakan tingkatan adalah …
memahami dengan cara a. Mitigasi, tanggap darurat, rekonstuksi, pemulihan
mengkonstruk makna atau b. Mitigasi, pengawasan, tanggap darurat, pemulihan
pengertian berdasarkan c. Mitigasi, tanggap darurat, kesiapsiagaan, pemulihan
pengetahuan awal yang dimiliki, d. Mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan
mengaitkan informasi yang baru e. Mitigasi, tanggap darurat , kesiapsiagaan,
dengan pengetahuan yang telah rekonstruksi
ada dalam skema siswa.

C-3 Naiknya permukaan air laut di bumi ini akibat dari


Soal ini merupakan tingkatan bertambahnya volume air yang berasal dari mencairnya
menerapkan/implementasi es di kutub oleh pemanasan global. Upaya nyata yang
dengan cara memilih dan dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan
menggunakan prosedur yang terjadinya bencana pemanasan global adalah …
sesuai untuk menyelesaikan tugas a. Membiasakan diri tidak membuang sampah ke
yang baru. sungai
b. Mengurangi kaca pada pembangunan rumah
c. Meminimalkan penggunaan listrik
d. Memperbaiki sistem drainase
e. Melakukan tebang pilih
C-4 Bencana kekeringan banyak terjadi saat musim
Soal ini merupakan tingkatan kemarau melanda Indonesia. Baik wilayah pedesaan
menganalisis dengan cara maupun perkotaan akan mengalami dampak yang
menguraikan suatu permasalahan sama. Di pedesaan, kekeringan membuat beberapa
atau obyek ke unsur-unsurnya dan sawah mengalami gagal panen atau puso. Komponen
menentukan bagaimana saling yang terancam akibat kekeringan sesuai dengan
keterkaitan antar unsur-unsur fenomena yang terdapat pada paragraf adalah ....
tersebut dan struktur besarnya a. bahan pangan menipis
b. penurunan kualitas air dan udara
c. kebakaran lahan
d. mewabahnya penyakit menular
e. kepadatan pemukiman penduduk
C-5 Indonesia seringkali dilanda bencana angin kencang
Soal ini merupakan tingkatan terutama saat musim pancaroba dan puncak
mengevaluasi dengan cara penghujan. Akan tetapi angin kencang yang melanda
membuat suatu pertimbangan Indonesia hanya sebatas puting beliung dan tidak
berdasarkan kriteria dan standar terlalu dahsyat seperti angin topan/tornado. Penyebab
yang ada Indonesia tidak dilanda bencana angin tornado
adalah ....
a. Gaya coriolis membelokan arah angin tornado saat

85
menuju lintang 10 derajat LU/LS
b. Angin muson barat dan timur menghentikan laju
tornado di atas samudera Hindia dan Pasifik
c. Rotasi Bumi membuat angin bergerak lurus dari
kutub menuju khatulistiwa
d. Rotasi Bumi membuat angin bergerak lurus dari
kutub menuju khatulistiwa
e. El Nino di Pasifik bagian tengah dan timur membuat
tekanan di khatulistiwa rendah
C-6 Negara Indonesia memiliki kerentanan bencana
Soal ini merupakan tingkatan geologis tinggi di dunia karena berada di pertemuan 3
mencipta dengan cara lempeng tektonik aktif. Salah satu bentuk adaptasi dan
menguraikan suatu masalah mitigasi masyarakat Indonesia sejak zaman nenek
sehingga dapat dirumuskan moyang terhadap kerentanan bencana geologis
berbagai kemungkinan hipotesis tersebut adalah ....
yang mengarah pada pemecahan a. Membuat rumah dengan struktur panggung
masalah tersebut. b. Membangun bunker di bawah lereng gunung api
c. Membuat tanggul di pinggir pantai
d. Membuat terasering untuk pertanian
e. Melakukan ritual setelah terjadi bencana alam

DAFTAR PUSTAKA
Nurjannah, dkk. 2011. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana.
Pribadi, Krishna S, dkk. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung: Pusat
Mitigasi Bencana-Institut Teknoloi Bandung.
Pribadi, Krishna S dkk. 2008. Buku Pegangan Guru: Pendidikan Siaga
Bencana. Bandung: ITB.
Widana, I.W. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill
(HOTS). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jederal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Yani, A. 2019. Cara Mudah Menulis Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills).
Bandung. Refika Aditama.

86
87

Anda mungkin juga menyukai