PENDAHULUAN
1.2.2 Tujuan
Tujuan umum :
agar tercipta hubungan yang baik, harmonis, dan saling menghargai antar sesama
dokter yang bekerja secara professional di RSUD H. Sahudin Kutacane.
Tujuan khusus :
1
BAB II
PENGORGANISASIAN, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
2.1 Pengorganisasian
Penanganan masalah etika dan disiplin profesi kedokteran di RSUD H. Sahudin Kutacane
merupakan tanggung jawab Komite Medik dimana dalam penyelesaian masalah tersebut
harus jelas input, proses, dan output dari masing-masing pelanggaran etika dan disiplin
profesi yang telah dilanggar oleh staf medis di RSUD H. Sahudin Kutacane.
Mekanisme penanganan kasus pelanggaran memperhatikan tahapan-tahapan pemecahan
masalah agar dapat terealisasikan. Penanganan pelanggaran etika dan disiplin profesi
melibatkan :
Subkomite Etika dan Disiplin Profesi
Komite Medik
Direktur RSUD H. Sahudin Kutacane
2
BAB III
NORMA ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
3
4. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
4
3. Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan
sedang dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan
kepada Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien menyatakan pilihan lain
4. Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus
membuat pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang
berlaku
5. Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang
diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila
dianggap perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi.
5
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak
sesuai dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
dan etika profesi
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan
sendiri dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan
atau teknologi yang belum diterima atau di luar tata cara praktik kedokteran yang
layak
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia
sebagai subjek penelitian, tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari
lembaga yang diakui pemerintah
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak
membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya
16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang
layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika
profesi
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan atau etika profesi
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang
diketahuinya secara benar dan patut
19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau
eksekusi hukuman mati
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika
profesi
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap
pasien, di tempat praktik
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau
memberikan resep obat/alat kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik
(SIP) dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MKDKI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
6
BAB IV
ALUR PENANGANAN MASALAH
Alur penanganan masalah etika dan disiplin profesi di RSUD H. Sahudin Kutacane :
1. Semua pihak yang mengetahui terjadinya pelanggaran masalah etika dan disiplin profesi
dapat mengajukan surat pengaduan kepada Komite Etik Rumah Sakit. Pengaduan
dianggap sah apabila diajukan secara tertulis dilengkapi dengan bukti – bukti yang ada,
disertai dengan nama dan alamat Pengadu yang jelas. Surat pengaduan dianggap tidak sah
jika kasus yang diajukan sudah melampaui 2 tahun.
2. Komite Etik Rumah Sakit akan melakukan seleksi terhadap pengaduan yang diterima dan
menentukan kriteria pengaduan apakah pengaduan tersebut merupakan kasus perdata,
pidana, salah paham atau dugaan pelanggaran etika.
Untuk kasus salah paham, pengaduan dapat diselesaikan secara musyawarah.
Untuk kasus perdata, pengaduan dapat diselesaikan secara musyawarah atau dirujuk ke
PN.
Untuk kasus pidana, pengaduan akan dirujuk ke PN.
Untuk kasus dugaan pelanggaran etika, pengaduan yang disampaikan kepada komite
medik akan diteruskan ke subkomite etika dan disiplin profesi agar dipelajari dan ditindak
lanjuti.
3. Subkomite etika dan disiplin profesi mempelajari kasus tersebut dengan asas praduga tak
bersalah yaitu dengan :
- Mengundang si Pengadu untuk lebih menjelaskan pengaduan yang disampaikan ;
- Mengundang saksi yang diajukan oleh Pengadu jika ada untuk memperjelas masalah
yang diajukan ;
- Mengundang si Teradu untuk mendapatkan penjelasan dan keterangan yang
diperlukan;
- Melakukan kunjungan ke tempat terjadinya kasus untuk memperoleh keterangan atau
barang – barang bukti jika memang diperlukan ;
- Mengundang saksi ahli sesuai dengan masalah yang mungkin diperlukan.
4. Persidangan diselenggarakan oleh ketua subkomite etika dan disiplin profesi dengan
menyampaikan undangan kepada anggota dan sidang dianggap sah apabila dihadiri oleh
ketua dan lebih separuh anggota.
5. a. Keputusan subkomite etika dan disiplin profesi dalam penanganan kasus pelanggaran
etika dan disiplin profesi harus menyatakan Teradu bersalah atau tidak bersalah ;
b. Kesalahan Teradu dibedakan atas pelanggaran ringan, pelanggaran sedang dan
pelanggaran berat;
c. Penerapan kategori pelanggaran didasarkan atas kriteria :
- Akibat yang ditimbulkan terhadap kehormatan profesi ;
- Akibat yang ditimbulkan terhadap keselamatan pasien ;
- Akibat yang ditimbulkan terhadap kepentingan umum ;
- Itikad baik Teradu dalam penyelesaian masalah ;
- Motivasi yang mendasari.
6. Jika kasus dinyatakan bukan pelanggaran etika dan disiplin profesi, sidang subkomite
etika dan disiplin profesi akan menentukan apakah kasus tersebut termasuk kasus perdata,
pidana, atau kasus salah paham.
7. Jika kasus dinyatakan sebagai pelanggaran etika dan si Teradu bersalah, maka sanksi yang
diberikan tergantung dari berat ringannya pelanggaran yang dilakukan dan bersifat
organisatoris. Sanksi ini dapat berupa peringatan lisan, peringatan tertulis, atau
pencabutan hak klinis.
8. Apabila Pengadu dan Teradu tidak puas dengan keputusan yang telah ditetapkan, maka
Pengadu dapat menyatakan naik banding dengan melaporkan kepada MKEK IDI Wilayah
Sumatera Utara untuk dimintakan nasihat / keputusannya. Apabila masalah tersebut tidak
7
dapat diselesaikan oleh MKEK / MKDKI IDI Wilayah Sumatera Utara, maka dilakukan
naik banding ke MKEK / MKDKI Pusat.
9. a. Setiap surat pengaduan diperlakukan sebagai surat rahasia ;
b. Pemanggilan terhadap Teradu, Pengadu dan Saksi dilakukan secara tertulis ;
c. Pengadu, Teradu dan Saksi yang dimintai keterangan dalam sidang subkomite etika
dan disiplin profesi tidak diambil sumpah, hanya dimintai kesediaan untuk
menandatangani pernyataan tertulis bahwa semua keterangan yang diberikan adalah
benar ;
d. Semua keterangan dan bahan – bahan bukti dalam persidangan dicatat dalam masalah
sidang dan didokumentasikan sebagai hak milik subkomite etika dan disiplin profesi.
8
PENGADUAN
PENYELESAIAN
SALAH PAHAM SECARA
SELEKSI MUSYAWARAH
PERDATA
PIDANA DIRUJUK KE PN
BUKAN
KEPUTUSAN BANDING PELANGGARAN
KEPUTUSAN SANKSI
SANKSI MKEK /MKDKI
WILAYAH
MKEK /MKDKI
BANDING
PUSAT
9
BAB V
SANKSI HUKUMAN
Setiap pelanggaran etika dan disiplin profesi di RSUD H. Sahudin Kutacane wajib dikenakan
sanksi / hukuman bagi dokter yang melakukannya. Untuk setiap pelanggaran etika dan
disiplin di RSUD H. Sahudin Kutacane dibagi dalam 3 kategori dan kategori ini diputuskan
dalam rapat Subkomite Etika dan Disiplin Profesi, yaitu :
1. Pelanggaran kategori ringan
Dokter yang bekerja di RSUD H. Sahudin Kutacane yang diputuskan dalam rapat
Subkomite Etika dan Disiplin Profesi telah melakukan pelanggaran kategori ringan akan
dikenakan peringatan lisan. Dalam hal peringatan lisan tetap dibuat dalam bentuk surat
pernyataan dan dokter yang dimaksud membubuhi tanda tangan dalam surat tersebut.
Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh dokter dicatat dalam buku catatan pelanggaran
etika dan disiplin profesi. Bila dokter tersebut telah melakukan pelanggaran dengan
peringatan lisan telah 3 (tiga) kali, maka pelanggarannya telah masuk dalam kategori
sedang dan dikenakan peringatan tertulis.
2. Pelanggaran kategori sedang
Dokter yang melakukan pelanggaran sedang dikenakan peringatan tertulis. Bila dokter
telah 3 (tiga) kali diberikan peringatan tertulis, maka untuk pelanggaran selanjutnya,
dicabut hak klinisnya.
3. Pelanggaran kategori berat
Dokter yang melakukan pelanggaran kategori berat dapat dicabut hak klinisnya. Setiap
dokter yang menjadi tersangka diadili sesuai alur penanganan masalah etika dan disiplin
profesi yang berlaku di RSUD H. Sahudin Kutacane. Selanjutnya dibuatkan surat
rekomendasi dari Subkomite Etika Dan Disiplin Profesi untuk mencabut hak klinis dokter
tersebut untuk jangka waktu yang ditentukan. Surat rekomendasi tersebut disampaikan ke
Komite Medik yang selanjutnya dibuatkan surat ke Direktur RSUD H. Sahudin Kutacane.
10
BAB VI
PENUTUP
Buku Pedoman Subkomite Etika dan Disiplin Profesi RSUD H. Sahudin Kutacane
diharapkan dapat menjadi acuan dalam menangani masalah etika dan disiplin profesi yang
timbul di rumah sakit dan dapat memberi rasa keadilan bagi semua dokter yang bekerja di
RSUD H. Sahudin Kutacane.
Dengan ditegakkannya etika dan disiplin kedokteran diharapkan pasien akan terlindungi
dari pelayanan kedokteran yang kurang bermutu; dan meningkatnya mutu pelayanan
dokter dan dokter gigi; serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi kedokteran
dan kedokteran gigi.
11