Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profesi kedokteran dan kedokteran gigi merupakan profesi yang memiliki keluhuran
karena tugas utamanya adalah memberikan pelayanan untuk memenuhi salah satu
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan kesehatan. Dalam menjalankan tugas
profesionalnya sebagai dokter dan dokter gigi, profesi ini terikat oleh norma etika, norma
hukum, dan norma disiplin kedokteran.
Untuk meningkatkan dan menjamin mutu pelayanan medis dan melindungi keselamatan
pasien, RSUD H. Sahudin Kutacane telah membentuk Komite Medik beserta
perangkatnya terutama Subkomite Etika dan Disiplin Profesi. Subkomite ini berfungsi
melaksanakan kebijakan komite medik di bidang etika dan disiplin profesi.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terdapat kemungkinan
timbulnya kesalahpahaman maupun pelanggaran etika dan disiplin profesi. Untuk itu,
Subkomite Etika dan Disiplin Profesi menyusun Pedoman Subkomite Etika dan Disiplin
Profesi yang digunakan sebagai pedoman dalam menangani masalah etika dan disiplin
profesi yang timbul di RSUD H. Sahudin Kutacane.

1.2 Dasar Hukum


Dasar hukum penyusunan Pedoman Subkomite Etika dan Disiplin Profesi mengacu pada :
 SK Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia No. 221/PB/A.4/04/2002 tentang
Penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia
 SK Konsil Kedokteran Indonesia No. 17/KKI/KEP/VIII/2006 tentang Pedoman
Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran
 SK Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia No. SKEP/034/PB PDGI/V/2008
tentang Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia

Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Penyusunan Pedoman ini sebagai acuan Subkomite Etika dan Disiplin Profesi dalam
menangani masalah etika dan disiplin profesi kedokteran yang timbul di RSUD H.
Sahudin Kutacane.

1.2.2 Tujuan
Tujuan umum :
agar tercipta hubungan yang baik, harmonis, dan saling menghargai antar sesama
dokter yang bekerja secara professional di RSUD H. Sahudin Kutacane.
Tujuan khusus :

 Terlaksananya prosedur penanganan kasus pelanggaran etika dan disiplin profesi


dokter
 Terlaksananya wewenang dan tanggung jawab Subkomite Etika dan Disiplin
Profesi dalam menangani masalah etika dan disiplin profesi dokter
 Terlaksananya pembinaan etika dan disiplin profesi.
 Terkendalinya jumlah kasus pelanggaran etika dan disiplin profesi di rumah sakit.

1
BAB II
PENGORGANISASIAN, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

2.1 Pengorganisasian
Penanganan masalah etika dan disiplin profesi kedokteran di RSUD H. Sahudin Kutacane
merupakan tanggung jawab Komite Medik dimana dalam penyelesaian masalah tersebut
harus jelas input, proses, dan output dari masing-masing pelanggaran etika dan disiplin
profesi yang telah dilanggar oleh staf medis di RSUD H. Sahudin Kutacane.
Mekanisme penanganan kasus pelanggaran memperhatikan tahapan-tahapan pemecahan
masalah agar dapat terealisasikan. Penanganan pelanggaran etika dan disiplin profesi
melibatkan :
 Subkomite Etika dan Disiplin Profesi
 Komite Medik
 Direktur RSUD H. Sahudin Kutacane

2.2 Wewenang dan Tanggung Jawab


Dalam penanganan kasus pelanggaran etika dan disiplin profesi di RSUD H. Sahudin
Kutacane, Subkomite Etika dan Disiplin Profesi memiliki wewenang dan tanggung jawab
untuk memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin terhadap staf medis yang
melakukan pelanggaran.

2
BAB III
NORMA ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI

3.1 Norma Etika


3.1.1 Kode Etik Kedokteran Indonesia
Kewajiban Umum
1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter
2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi
3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh suatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi
4. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri
5. Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien
6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap pertemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat
7. Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya,
a. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia
b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien
c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan
hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
d. Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
makhluk insani
8. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun
psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenar-benarnya
9. Setiap dokter dalam bekerjasama denga para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Kewajiban Dokter Terhadap Pasien


1. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien ia
wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit
tersebut
2. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya
3. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya terhadap
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia

3
4. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.

Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat


1. Setiap dokter wajib memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
2. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri


1. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
2. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/kesehatan.

3.1.2 Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia


Kewajiban Umum
1. Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, mentaati dan mengamalkan Sumpah /
Janji Dokter Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
2. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang
luhur dalam menjalankan profesinya
3. Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi
oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi
4. Dokter Gigi di Indonesia harus memberi kesan dan keterangan atau pendapat yang
dapat dipertanggungjawabkan
5. Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara pribadi ,
melalui pasien atau agen
6. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas dan
martabat profesi dokter gigi
7. Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi silang
yang membahayakan pasien, staf dan masyarakat
8. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya
9. Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi pelayanan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).

Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Pasien


1. Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan
perawatan dan rahasianya
2. Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian
3. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan pasien
4. Dokter Gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien secara adil
5. Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan, menjaga dan merahasiakan rekam
medik pasien

Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Teman Sejawat


1. Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan
2. Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang dirawat dokter gigi
lain tidak dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi
lain tersebut kecuali pasien menyatakan pilihan lain

4
3. Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan
sedang dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan
kepada Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien menyatakan pilihan lain
4. Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus
membuat pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang
berlaku
5. Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang
diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila
dianggap perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi.

Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Diri Sendiri


1. Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat
dirinya
2. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan etika, ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara
mandiri maupun yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi
3. Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan
pelatihan kedokteran gigi tanpa izin dari Organisasi Profesi
4. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja
dengan optimal.

3.2 Disiplin Kedokteran


Disiplin Kedokteran adalah aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam
pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi.

Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau ketentuan


penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam 3 hal, yaitu:
1. Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan baik.
3. Berprilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesi kedokteran.

Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin kedokteran :


1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi yang lain memiliki kompetensi
sesuai
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
4. Menyediakan atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi
dan kewenangan yang sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal
penggantian tersebut
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental
sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak
melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya,
tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang sah, sehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pasien
8. Tidak memberikan penjelasn yang jujur, etis dan memadai (adequate information)
kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga
dekat atau wali atau pengampunya

5
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak
sesuai dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
dan etika profesi
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan
sendiri dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan
atau teknologi yang belum diterima atau di luar tata cara praktik kedokteran yang
layak
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia
sebagai subjek penelitian, tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari
lembaga yang diakui pemerintah
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak
membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya
16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang
layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika
profesi
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan atau etika profesi
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang
diketahuinya secara benar dan patut
19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau
eksekusi hukuman mati
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika
profesi
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap
pasien, di tempat praktik
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau
memberikan resep obat/alat kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik
(SIP) dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MKDKI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.

6
BAB IV
ALUR PENANGANAN MASALAH

Alur penanganan masalah etika dan disiplin profesi di RSUD H. Sahudin Kutacane :
1. Semua pihak yang mengetahui terjadinya pelanggaran masalah etika dan disiplin profesi
dapat mengajukan surat pengaduan kepada Komite Etik Rumah Sakit. Pengaduan
dianggap sah apabila diajukan secara tertulis dilengkapi dengan bukti – bukti yang ada,
disertai dengan nama dan alamat Pengadu yang jelas. Surat pengaduan dianggap tidak sah
jika kasus yang diajukan sudah melampaui 2 tahun.
2. Komite Etik Rumah Sakit akan melakukan seleksi terhadap pengaduan yang diterima dan
menentukan kriteria pengaduan apakah pengaduan tersebut merupakan kasus perdata,
pidana, salah paham atau dugaan pelanggaran etika.
Untuk kasus salah paham, pengaduan dapat diselesaikan secara musyawarah.
Untuk kasus perdata, pengaduan dapat diselesaikan secara musyawarah atau dirujuk ke
PN.
Untuk kasus pidana, pengaduan akan dirujuk ke PN.
Untuk kasus dugaan pelanggaran etika, pengaduan yang disampaikan kepada komite
medik akan diteruskan ke subkomite etika dan disiplin profesi agar dipelajari dan ditindak
lanjuti.
3. Subkomite etika dan disiplin profesi mempelajari kasus tersebut dengan asas praduga tak
bersalah yaitu dengan :
- Mengundang si Pengadu untuk lebih menjelaskan pengaduan yang disampaikan ;
- Mengundang saksi yang diajukan oleh Pengadu jika ada untuk memperjelas masalah
yang diajukan ;
- Mengundang si Teradu untuk mendapatkan penjelasan dan keterangan yang
diperlukan;
- Melakukan kunjungan ke tempat terjadinya kasus untuk memperoleh keterangan atau
barang – barang bukti jika memang diperlukan ;
- Mengundang saksi ahli sesuai dengan masalah yang mungkin diperlukan.
4. Persidangan diselenggarakan oleh ketua subkomite etika dan disiplin profesi dengan
menyampaikan undangan kepada anggota dan sidang dianggap sah apabila dihadiri oleh
ketua dan lebih separuh anggota.
5. a. Keputusan subkomite etika dan disiplin profesi dalam penanganan kasus pelanggaran
etika dan disiplin profesi harus menyatakan Teradu bersalah atau tidak bersalah ;
b. Kesalahan Teradu dibedakan atas pelanggaran ringan, pelanggaran sedang dan
pelanggaran berat;
c. Penerapan kategori pelanggaran didasarkan atas kriteria :
- Akibat yang ditimbulkan terhadap kehormatan profesi ;
- Akibat yang ditimbulkan terhadap keselamatan pasien ;
- Akibat yang ditimbulkan terhadap kepentingan umum ;
- Itikad baik Teradu dalam penyelesaian masalah ;
- Motivasi yang mendasari.
6. Jika kasus dinyatakan bukan pelanggaran etika dan disiplin profesi, sidang subkomite
etika dan disiplin profesi akan menentukan apakah kasus tersebut termasuk kasus perdata,
pidana, atau kasus salah paham.
7. Jika kasus dinyatakan sebagai pelanggaran etika dan si Teradu bersalah, maka sanksi yang
diberikan tergantung dari berat ringannya pelanggaran yang dilakukan dan bersifat
organisatoris. Sanksi ini dapat berupa peringatan lisan, peringatan tertulis, atau
pencabutan hak klinis.
8. Apabila Pengadu dan Teradu tidak puas dengan keputusan yang telah ditetapkan, maka
Pengadu dapat menyatakan naik banding dengan melaporkan kepada MKEK IDI Wilayah
Sumatera Utara untuk dimintakan nasihat / keputusannya. Apabila masalah tersebut tidak

7
dapat diselesaikan oleh MKEK / MKDKI IDI Wilayah Sumatera Utara, maka dilakukan
naik banding ke MKEK / MKDKI Pusat.
9. a. Setiap surat pengaduan diperlakukan sebagai surat rahasia ;
b. Pemanggilan terhadap Teradu, Pengadu dan Saksi dilakukan secara tertulis ;
c. Pengadu, Teradu dan Saksi yang dimintai keterangan dalam sidang subkomite etika
dan disiplin profesi tidak diambil sumpah, hanya dimintai kesediaan untuk
menandatangani pernyataan tertulis bahwa semua keterangan yang diberikan adalah
benar ;
d. Semua keterangan dan bahan – bahan bukti dalam persidangan dicatat dalam masalah
sidang dan didokumentasikan sebagai hak milik subkomite etika dan disiplin profesi.

8
PENGADUAN

KOMITE ETIKA RUMAH PELAPORAN DIREKTUR


SAKIT UTAMA

PENYELESAIAN
SALAH PAHAM SECARA
SELEKSI MUSYAWARAH

PERDATA

PIDANA DIRUJUK KE PN

KOMITE MEDIK DUGAAN


PELANGGARAN
ETIKA DAN DISIPLIN
PROFESI

SUBKOMITE ETIKA DAN


BUKAN
DISIPLIN PROFESI
PELANGGARAN
ETIKA DAN DISIPLIN
PROFESI
PELANGGARAN ETIKA
DAN DISIPLIN PROFESI

BUKAN
KEPUTUSAN BANDING PELANGGARAN

KEPUTUSAN SANKSI
SANKSI MKEK /MKDKI
WILAYAH

MKEK /MKDKI
BANDING
PUSAT

Bagan Alur Penanganan Masalah Etika dan Disiplin Profesi

9
BAB V
SANKSI HUKUMAN

Setiap pelanggaran etika dan disiplin profesi di RSUD H. Sahudin Kutacane wajib dikenakan
sanksi / hukuman bagi dokter yang melakukannya. Untuk setiap pelanggaran etika dan
disiplin di RSUD H. Sahudin Kutacane dibagi dalam 3 kategori dan kategori ini diputuskan
dalam rapat Subkomite Etika dan Disiplin Profesi, yaitu :
1. Pelanggaran kategori ringan
Dokter yang bekerja di RSUD H. Sahudin Kutacane yang diputuskan dalam rapat
Subkomite Etika dan Disiplin Profesi telah melakukan pelanggaran kategori ringan akan
dikenakan peringatan lisan. Dalam hal peringatan lisan tetap dibuat dalam bentuk surat
pernyataan dan dokter yang dimaksud membubuhi tanda tangan dalam surat tersebut.
Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh dokter dicatat dalam buku catatan pelanggaran
etika dan disiplin profesi. Bila dokter tersebut telah melakukan pelanggaran dengan
peringatan lisan telah 3 (tiga) kali, maka pelanggarannya telah masuk dalam kategori
sedang dan dikenakan peringatan tertulis.
2. Pelanggaran kategori sedang
Dokter yang melakukan pelanggaran sedang dikenakan peringatan tertulis. Bila dokter
telah 3 (tiga) kali diberikan peringatan tertulis, maka untuk pelanggaran selanjutnya,
dicabut hak klinisnya.
3. Pelanggaran kategori berat
Dokter yang melakukan pelanggaran kategori berat dapat dicabut hak klinisnya. Setiap
dokter yang menjadi tersangka diadili sesuai alur penanganan masalah etika dan disiplin
profesi yang berlaku di RSUD H. Sahudin Kutacane. Selanjutnya dibuatkan surat
rekomendasi dari Subkomite Etika Dan Disiplin Profesi untuk mencabut hak klinis dokter
tersebut untuk jangka waktu yang ditentukan. Surat rekomendasi tersebut disampaikan ke
Komite Medik yang selanjutnya dibuatkan surat ke Direktur RSUD H. Sahudin Kutacane.

10
BAB VI
PENUTUP

Buku Pedoman Subkomite Etika dan Disiplin Profesi RSUD H. Sahudin Kutacane
diharapkan dapat menjadi acuan dalam menangani masalah etika dan disiplin profesi yang
timbul di rumah sakit dan dapat memberi rasa keadilan bagi semua dokter yang bekerja di
RSUD H. Sahudin Kutacane.
Dengan ditegakkannya etika dan disiplin kedokteran diharapkan pasien akan terlindungi
dari pelayanan kedokteran yang kurang bermutu; dan meningkatnya mutu pelayanan
dokter dan dokter gigi; serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi kedokteran
dan kedokteran gigi.

11

Anda mungkin juga menyukai