Oleh
RIZKI TSANIAZULFA
NIM 201833133
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
ii
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
Proposal Skripsi dengan judul Strategi Guru Dalam Mengatasi
Keterlambatan Membaca dan Menulis Pada Siswa Kelas Rendah di SD 1 Mejobo
oleh Rizki Tsaniazulfa NIM 201833133 ini telah diseminarkan di depan Tim
Penguji pada tanggal 22 April 2022 sebagai syarat untuk melakukan penelitian.
NIDN. 0623119001
NIDN. 0604059102
NIDN. 0614129101
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 0614129101
NIDN. 0615129001
iii
ABSRTRAK
Tsaniazulfa, Rizki. 2022. Strategi Guru Dalam Mengatasi Keterlambatan Membaca Dan
Menulis Pada Siswa Kelas Rendah Di SD 1 Mejobo. Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.
Pembimbing (1) Sekar Dwi Ardianti, M.Pd. Pembimbing (2) M. Syafruddin
Kuryanto, M.Or.
Kata kunci: Strategi guru, Kesulitan membaca, Kesulitan menulis
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan startegi guru dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa kelas rendah, dan mendeskripsikan faktor-faktor
yang mempengaruhi siswa mengalami keterlambatan membaca dan menulis kelas rendah di
SD Negeri 1 Mejobo.
Dikelas rendah SD Negeri 1 Mejobo diperoleh adanya data kesulitan siswa dalam
belajar membaca dan menulis siswa yang sangat rendah. Kesulitan yang dialami siswa tidak
hanya susah dalam membedakan bentuk huruf saja, tetapi ketika diminta untuk membaca
siswa masih mengeja perkata. Untuk itu perlunya peran guru dalam menentukan strategi
dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa kelas rendah di SDN 1 Mejobo.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan fenomenologi. Penelitian ini akan di laksanakan di SDN 1 Mejobo, Kecamatan
Mejobo, Kabupaten Kudus, dengan mengambil subjek guru dan siswa kelas rendah sebagai
subjek penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yang meliputi
tahap observasi, wawancara, dokumentasi, dan pencatatan. Dan analisis data kualitatif
deskriptif merupaka analisis data yang digunakan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi atau pola pembelajaran yang
digunakan guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis yaitu 1)
mengidentifikasi kesulitan membaca dan menulis siswa, 2) memastikan siswa yang benar-
benar mengalami kesulitan membaca dan menulis, 3) mengkonsultasikan masalah belajar dan
mendiskusikan strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan membaca dengan rekan
guru, 4) memberikan bimbingan membaca bersama-sama dan memberi perintah siswa untuk
menyalin bacaan, 5) mengajak siswa untuk mendengarkan dan menyimak teman yang sedang
membaca dan mengajarkan siswa menulis halus, 6) mendektekan bacaan ke siswa agar
belajar merangkai kalimat dan mengajarkan siswa untuk membuat karangan sederhana, dan
terakhir 7) memberikan penilaian dan evaluasi terhadap kemampuan membaca dan menulis
siswa. Terdapat pula faktor penghambat yaitu kurangnya konsentrasi siswa dan kurangnya
rasa percaya diri pada siswa.
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu strategi atau pola pembelajaran yang diterapkan
guru untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis berisikan tujuh tahapan. Dari
ketujuh tahapan tersebut sudah dianalisis keefektifannya dan dapat dijadikan rekomendasi
bagi guru kelas yang ingin mengatasi keterlambatan membaca dan menulis di kelas rendah.
iv
ABSTRACT
Tsaniazulfa, Rizki. 2022. Strategi Guru Dalam Mengatasi Keterlambatan Membaca Dan
Menulis Pada Siswa Kelas Rendah Di SD 1 Mejobo. Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.
Pembimbing (1) Sekar Dwi Ardianti, M.Pd. Pembimbing (2) M. Syafruddin
Kuryanto, M.Or
Keywords: Teacher strategy, Reading difficulties, Writing difficulties
This study aims to describe the teacher's strategy in overcoming reading and writing
delays in low grade students, and to describe the factors that affect students experiencing
reading and writing delays in low grade students at SD Negeri 1 Mejobo.
In the lower grades of SD Negeri 1 Mejobo, it was found that there was very low data
on student difficulties in learning to read and write. The difficulties experienced by students
are not only difficult to distinguish between letter shapes, but when asked to read students
still spell words. For this reason, it is necessary for the teacher's role in determining strategies
to overcome reading and writing delays for low grade students at SDN 1 Mejobo.
In this study used qualitative research methods using a phenomenological approach.
This research will be carried out at SDN 1 Mejobo, Mejobo District, Kudus Regency, taking
the subject of teachers and low grade students as research subjects. In this study used data
collection techniques that include the stages of observation, interviews, documentation, and
recording. And descriptive qualitative data analysis is the analysis of the data used.
The results of this study indicate that the strategies or learning patterns used by teacher
s in overcoming reading and writing delays are 1) identifying students' reading and writing di
fficulties, 2) ensuring students who really have reading and writing difficulties, 3) consulting
learning problems and discussing strategies appropriate ways to overcome reading delays wit
h fellow teachers, 4) provide guidance on reading together and instruct students to copy the re
adings, 5) invite students to listen and listen to friends who are reading and teach students to
write finely, 6) dictate reading to students in order to learn to compose sentences and teach st
udents to make simple essays, and lastly 7) provide an assessment and evaluation of students'
reading and writing abilities. There are also inhibiting factors, namely the lack of student con
centration and lack of self-confidence in students.
The conclusion of this study is the strategy or learning pattern applied by the teacher to
overcome reading and writing delays contains seven stages. The effectiveness of the seven st
ages has been analyzed and can be used as a recommendation for classroom teachers who wa
nt to overcome delays in reading and writing in lower grades .
v
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................................i
ABSRTRAK................................................................................................................iv
ABSTRACT.................................................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................x
DAFTAR TABEL......................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
vi
2.1.1.2 Jenis-jenis membaca...............................................................................8
vii
3.1.1 Tempat Penelitian........................................................................................34
3.3.1 Data.............................................................................................................36
3.4.1 Observasi.................................................................................................39
3.4.2 Wawancara..............................................................................................39
3.4.3 Dokumentasi............................................................................................40
viii
4.2.1 Data temuan guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
siswa di kelas rendah............................................................................................50
4.3.1 Strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa
di kelas rendah......................................................................................................79
BAB V PENUTUP.....................................................................................................96
5.1 Simpulan............................................................................................................96
5.2 Saran..................................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................98
LAMPIRAN.............................................................................................................102
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4. 16 Guru menilai siswa dalam membaca....................................................67
Gambar 4. 17 Guru memberikan evaluasi dan motivasi dalam membaca..................67
Gambar 4. 18 Guru memberikan perintah ke siswa agar menulis rapi........................70
Gambar 4. 19 Guru mengajarkan menulis halus.........................................................71
Gambar 4. 20 Guru mengajak siswa untuk membuat karangan sederhana.................71
Gambar 4. 21 Guru memberikan evaluasi menulis halus............................................73
Gambar 4. 22 Guru memberikan nilai tulisan siswa...................................................74
Gambar 4. 23 Siswa bermain sendiri ketika guru memberikan bimbingan membaca 77
Gambar 4. 24 Siswa kurang konsentrasi ketika guru memberikan bimbingan
menyimak....................................................................................................................78
Gambar 4. 25 Siswa mencontek hasil pekerjaan menulis halus temannya.................79
Gambar 4. 26 Siswa kurang percaya diri dengan hasil tulisannya..............................80
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
manusia memiliki kapasitas mental yang berbeda-beda yang membentuk kekuatan
atau kelemahan individu atau cara belajar kita masing-masing. Menurut Walle dalam
Husein (2020), mengemukakan bahwa ketidakmampuan intelektual anak biasanya
dapat diperoleh dari tes IQ yang jumlahnya antara 50 sampai 70, keterbatasannya
natara lain seperti sulit dalam memahami soal matematika.
Lerner dalam Abdurrahman (2017), mengungkapkan bahwa dasar dalam
menguasai berbagai bidang studi adalah kemampuan menbaca dan menulis. Apabila
pada saat duduk dikelas rendah namun belum memiliki kemampua membaca dan
menulis, maka sudah dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan pada
mempelajari bidang studi lainnya pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu anak
harus selalu dibimbing supaya ada kemauan untuk belajar membaca agar ia dapat
membaca untuk belajar. Disleksia merupakan ketidakmampuan anak dalam hal
membaca dan menulis (Dardjowidjojo dalam Lidwina, 2017). Disleksia yaitu kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan aktivitas yang berkaitan dengan membaca
dan menulis. Gangguan yang terjadi ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan
fisik, seperti masalah penglihatan, melainkan mengarah pada otak yang mengolah dan
memproses informasi yang sedang dibaca.
Pada umunya kesulitan yang dialami siswa dalam membaca dan menulis
disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Shaywtz dalam Saugadi et al (2021),
menjelaskan bahwa siswa yang mengalami keterlambatan membaca dan menulis
disebabkan oleh hubungan sistematik antara huruf dan bunyi, misalnya kesulitan
membedakan kata “paku” dengan ”palu”, atau keliru memahami kata-kata yang
mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”.
Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan dengan proses
pengolahan input di dalam otak. Anak disleksia sering mengalami kebingungan
dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka
menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda.
Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata
bahasanya berbeda dari pada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia di
2
kenal susunan Diterangkan-Menerangkan (contoh: tas merah), namun dalam bahasa
Inggris dikenal susunan menerangkan (contoh: red bag).
Kejadian serupa dialami oleh siswa kelas rendah di SD Negeri 1 Mejobo.
Berdasarkan hasil observasi data awal peneliti di SD Negeri 1 Mejobo di kelas II
yang direkomendasikan dari Kepala Sekolah untuk dilakukan penelitian yang
dilakukan pada tanggal 11 Desember 2020, diperoleh adanya data keterlambatan
siswa dalam belajar membaca dan menulis. Hal tersebut dituturkan oleh guru kelas II
yang memberi pernyataan bahwa “masih ada beberapa siswa yang mengalami
keterlambatan membaca menulis. Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat
penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca maupun
menulis. Hal semacam itu lumprah terjadi karena belum berkembangnya
kemampuan mereka dalam membedakan huruf abjad A – Z yang hampir mirip, serta
beberapa siswa masih sukar membedakan huruf yang bunyinya sama seperti huruf (f)
dan (v). Ada pula siswa juga mengalami kesulitan seperti siswa sering lupa cara
membuat huruf, karena siswa tidak bisa mengenali huruf yang bentuknya mirip dan
juga masih banyak siswa yang belum mengenali huruf abjad dengan benar sehingga,
dalam merangkai kalimat sangat sulit dilakukan siswa. Sebenarnya, penyebab
keterlambatan siswa dalam membaca dan menulis tak hanya datang dari faktor
psikologisnya saja, tentu saja lingkungan mempengaruhi hal tersebut. Seperti yang
kita tahu anak-anak dua tahun kemarin belajar dirumah, jadi faktor lingkungan
keluarga sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca dan menulis.”
(Sumber: Pemerolehan data awal, 11 Desember 2021).
Kesulitan belajar siswa dalam membaca dan menulis dapat mengakibatkan
siswa tidak mampu mengikuti intruksi atau perintah yang diberikan oleh guru,
misalnya guru meminta siswa untuk membaca bacaan pada buku LKS, namun pada
siswa yang berkesulitan membaca dan menulis pasti merasa kebingungan ketika
membaca bacaan ataupun menjawab soal. Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu SM
selaku wali kelas II yang mengatakan, “ketika anak-anak kelas dua mengalami
keterlambatan membaca dan menulis itu adalah kondisi yang mengkhawatirkan.
3
Siswa pasti mengalami kesulitan belajar karena di kelas dua, siswa sudah mulai
mendalami materi. Siswa yang mengalami keterlambatan membaca dan menulis
tidak bisa menyerap atau memahami materi yang diberikan dengan baik, alhasil
nilai mereka pasti banyak yang tidak mencapai KKM yang ditentukan” (Sumber:
Pemerolehan data awal, 11 Desember 2021). Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa
keterlambatan membaca dan menulis juga berdampak pada saat menjawab soal, siswa
tersebut tidak bisa menjawab soal dan menuliskannya di dalam buku tulis mereka.
Siswa yang mengalami ketertinggalan ini biasanya tidak mendapat nilai yang sesuai,
guru pun terkadang tidak menaikkannya ke kelas berikutnya. Oleh karena itu, strategi
guru gelas perlu diterapkan untuk dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialami
siswa berupa keterlambatan membaca dan menulis.
Dengan adanya strategi yang di gunakan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran, memberikan dampak terhadap kegiatan pembelajaran yang akan
berjalan dengan efektif sesuai tujuan pembelajaran yang ingi dicapai. Menurut Miller
(2014:139) strategi guru merupakan sekumpulan aktivitas untuk mengatur segala
sesuatu sesuai dengan kinerja sekolah dalam jangka waktu yang panjang. Adanya
strategi guru ini akan memudahkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada saat
kegiatan belajar dikelas. Pentingnya strategi guru ini sangat dibutuhkan dalam
menyelesaikan permasalahan keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas
rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faudah (2019), menyatakan
bahwa strategi guru kelas menentukan keberhasilan siswa dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis, dengan cara menerapkan strategi membaca
dasar dan strategi alfabetik. Sedangkan untuk mengatasi kesulitan menulis guru kelas
menerapkan strategi menjiplak huruf, menulis huruf balok, dan menulis bersambung.
Selain itu, adanya sarana pembelajaran berupa buku pedoman membaca dan menulis
dapat membantu meminimalisir siswa yang mengalami keterlambatan membaca dan
menulis.
Kemudian penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Utari (2020), dalam
menghadapi kesulitan membaca dan menulis siswa di kelas rendah, perlunya strategi
4
guru yang tepat dalam meminimalisir hal tersebut. Seperti dalam menghadapi
kesulitan menulis guru menerapkan metode eja yakni belajar membaca yang dimulai
dari mengeja huruf demi huruf, siswa diperkenalkan dengan awalan huruf abjad dan
sampai akhir dan untuk menghadapi kesulitan membaca guru menerapkan metode
global yakni belajar membaca kalimat secara utuh dimana siswa diminta untuk
menguraikan kalimat menjadi kata dan dari kata tersebut siswa diminta untuk
menguraikan suku kata. Penggunaan strategi oleh guru kelas memberikan perubahan
dalam mengatasi kesulitan membaca dan menulis siswa kelas rendah di SDN 1
Mejobo Kabupaten Kudus.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, yakni terkait dengan
kesulitan belajar berupa keterlambatan membaca dan menulis pada siswa kelas
rendah maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Strategi Guru Dalam
Mengatasi Keterlambatan Membaca Dan Menulis Pada Siswa Kelas Rendah Di SD
Negeri 1 Mejobo”.
5
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung strategi guru
dalam dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas
rendah.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis
dapat diterima oleh pembaca.
Nursalina & Esti (2014), kegiatan membaca mencakup 3 ketrampilan dasar
berupa recording, decoding, dan meaning. Recording mengacu pada kata-kata dan
kalimat, kemudian mengkobinasikannya dengan bunyi-bunyinya yang mengkobinasi
dengan system tulisan yang digunakan. Selanjutnya proses decoding, mengacu pada
proses pengartian kata-kata dari sejumlah rangakaian grafis. Sedangkan meaning,
mengacu pada pemahaman makna dari suatu kata yang diawali dari tingkatan
pemahaman, interpretative, kreatif, dan evaluative. Proses recording dan decoding
berlangsung pada siswa kelas awal, sedangkan meaning lebih ditekankan pada kelas
tinggi.
Dari pernyataan beberapa para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
membaca yakni suatu kegiatan yang melafalkan tulisan berupa huruf atau kata – kata
atau kalimat yang kemudian dipahami makna atau isi kata yang telah dilafalkan.
Membaca memiliki fungsi sebagai komunikasi interaktif oleh pembaca untuk
menemukan pesan yang disampaikan pada suatu bacaan.
8
1) membaca ekstensif, yang terdiri atas a) membaca survei, b) membaca
sekilas dan c) membaca dangkal.
2) Membaca intensif, yang terdiri atas a) membaca telaah isi, yang terdiri
dari membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan
membaca gagasan; b) membaca telaah bahasa, terdiri atas membaca
bahasa dan membaca sastra.
2.1.1.3 Kesulitan membaca (dyslexsia)
Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia). Perkataan
disleksia berasal dari bahasa yunani yang artinya kesulitan membaca, ada nama–nama
lain merajuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers dan rmedial
readers. Sedangkan kesulitan belajar membaca yang berat sering disebut Alexia
(Abdurrahman 2017).
Menurut Martini (2018), kesulitan belajar membaca sering didefinisikan
sebagai suatu gejala kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan
kalimat. Siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca mengalami satu atau lebih
kesulitan dalam memproses infromasi. Anak berkesulitan belajar membaca sering
memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering
memperlihatkan adanya gerakan-gerakan yang penuh ketegangan seperti
mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir.
Menurut Mercer (2015), ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar
membaca, yaitu berkenaan dengan 1) kebiasaan membaca, 2) kekeliruan mengenal
kata, 3) kekeliruan pemahaman, dan 4) gejala-gejala serbaaneka pada umumnya
“kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-
hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat
lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar membaca dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dalam suatu proses belajar membaca yang ditandai adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin
disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat
9
bersifat sosiologis, psikologis ataupun pisiologis dalam keseluruhan proses
belajarnya.
Menurut Turkeltaub (2005), kesulitan belajar membaca spesifik adalah suatu
gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau bahasa tulisan, gangguan tersebut
mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau menghitung.
Menurut Mulyadi (2016), kesulitan belajar membaca pada dasarnya suatu
gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara
langsung atupun tidak langsung. Saugadi et al. (2021), menuturkan beberapa
kesulitan membaca yang dihadapi oleh siswa antara lain:
a. Kurang mengenali huruf
yadKetidak mampuan anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis seringkali
dijumpai oleh guru yang sulit membedakan huruf besar / kapital dan huruf
kecil.
b. Membaca per kata
Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata,
tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh gagal
menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding), gagal memahami makna
kata, dan kurang lancar membaca.
c. Pemprarafase yang salah
Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca)
pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya
tanda koma.
d. Miskin pelafalan
Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyibunyi
bahasa (fonem).
10
e. Penghilangan
Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau
frasa dari teks yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak
mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata.
f. Pengulangan
Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabakan oleh
faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah
keterampilannya
g. Pembalikan
Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi
dari kanan ke kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat
terjadi dalam membunyikan huruf-huruf, misal huruf b dibaca d, huruf p dibaca
g. Kesulitan ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki
kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan
menulis
h. Penyisipan
Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang dibaca
juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak menambah
kata seorang dalam kalimat “anak sedang bermain”.
i. Penggantian
Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan ketidakmampuan
anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata tersebut. Misalnya,
karena anak tidak bisa membaca kata mengunyah maka dia menggantinya
dengan kata makan.
j. Kesulitan konsonan
Kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang
melambangkan konsonan tersebut.
11
k. Kesulitan vocal
Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu huruf,
misalnya e selain melambangkan bunyi e juga melambangkan bunyi é (dalam
kata keras, kepala, kerang, telah dan sebagainya) hurufhuruf yang
melambangkan beberapa bunyi seringkali menjadi sumber kesulitan anak dalam
membaca.
l. Kesulitan kluster, diftong dan digraph
Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua
konsonan atau lebih), diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf yang
melambangkan satu bunyi). Ketiga hal tersebut merupakan sumber kesulitan
anak yang sedang belajar membaca.
m. Kesulitan menganalisis struktur kata
Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang
membangun suatu kata. Akibatnya anak tidak dapat mengucapkan kata yang
dibacanya.
n. Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya
Dari pendapat ahli diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa kesulitan
membaca terbagi menjadi beberpa kategori yaitu dyslexia, corrective readers,
rmedial readers dan alexia. Pada dasarnya kesulitan membaca merujuk pada
kesulitan menggunakan bahasa untuk mengujar, bahasa untuk tulisan, yang di
menyebabkan kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat.
12
anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Gangguan pada alat bicara,
alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar
membaca anak. Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat
penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu
dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam
membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf, angka-angka, dan kata-kata,
misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d.
b. Faktor intelektual
Faktor Intelektual atau istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu
kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi
yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara umum, intelegensi anak
tidak sepenuhnya memengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca
permulaan. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga
turut memengaruhi kemampuan membaca permulaan anak.
c. Faktor lingkungan
Faktor liingkungan ini juga memengarui kemajuan kemampuan memebaca
siswa. Faktor lingkungan itu mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di
rumah serta sosial ekonomi keluarga siswa.
d. Faktor Psikologis
Faktor ini juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah
faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, kematangan sosial,
emosi dan penyesuain diri.
e. Faktor penyelenggaraan pendidikan
Faktor ini yang kurang tepat, faktor ini berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut: (1) harapan guru yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan kemampuan
anak, (2) pengelolaan kelas yang kurang efektif, (3) guru yang terlalu banyak
mengeritik anak, (4) Kurikulum yang terlalu padat, sehingga hanya dapat
dicapai oleh anak yang berkemampuan tinggi.
13
Sedangkan menurut Syafi’i dalam Rahim (2016), menatakan bahwa kesulitan
membaca dipengaruhi oleh faktor hambatan antara lain:
a. Hambatan dari lingkungan keluarga, bisa dikarenakan orang tua tidak suka
membaca hal inilah yang menjadi masalah jika orang tua sendiri tidak
menyukai kegiatan membaca tentu saja hal ini akan berdampak buruk pada
proses pendidikan dan pembelajaran anak, karena merekalah guru pertama
anak. Pada dasarnya anak akan mencontoh apa-apa yang biasa dilakukan dan
diajarkan orangtuanya dan tidak memberi contoh serta kurangnya waktu
orangtua bersama anak, biasanya hal ini disebabkan orangtua yang sibuk
dengan urusan pekerjaan saking sibuknya dengan pekerjaan sampai anaknya
diserahkan kepada pembantu.
b. Hambatan dari lingkungan Sekolah, sekolah menganggap pelajaran membaca
tidak lagi dianggap penting, padahal anak-anak sangat perlu untuk senantiasa
memanaskan otak dan menumputi sedikit demi sedikit remah-remah
pengetahuan kesempatan. Dan sungguh ironis, di lembaga pendidikan yang
paling diandalkan dalam hidup, yakni sekolah, justru aktivitas membaca lagi
ditampilkan sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menghibur mereka.
c. Hambatan dari lingkungan Masyarakat, masyarakat sendiri memang banyak
yang belum paham bahwa membaca itu penting dan menjadi kunci kemajuan
bersama, efeknya orang masih memandang aneh pada siapapun yang
memegang buku dan membaca di tempat umum.
d. Hambatan dari keterbatasan akses atas buku, sebenarnya harga buku di
indonesia masih wajar jadi terasa mahal karena daya beli masyarakat yang
memang rendah dengan adanya harga buku yang mahal tersebut orang tua
malas membeli buku apalagi bagi mereka yang ekonominya pas-pas, namun hal
ini bisa disiasati dengan membeli buku bekas yang murah, rajin berkunjung
keperpustakaan, atau bisa saja menyewa buku di tempat-tempat persewaan yang
baik.
14
2.1.1.5 Ciri-ciri siswa kesulitan dalam membaca
Menurut Hargove dan Poteet dalam Dalman (2015), anak yang mengalami
kesulitan belajar membaca memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan,
b. Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf,
c. Memiliki kekurangan dalam memori visual,
d. Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris,
e. Tidak mampu memahami sumber bunyi,
f. Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dan pendengaran,
g. Kesulitan dalam mempelajari asosiasi simbol-simbol irreguler (khusus yang
berbahasa inggris),
h. Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf,
i. Membaca kata demi kata-kata,
j. Kurang memiliki kemampuan dalam berpikir konseptual.
Kemudian menurut Simanjuntak (2018), menyatakan bahwa anak yang
memiliki kesulitan belajar membaca mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Membaca secara terbalik tulisan yang dibaca, seperti : duku dibaca kudu, d
dibaca b, atau p dibaca q,
b. Menunjuk setiap kata yang sedang dibaca,
c. Menelusuri setiap baris bacaan ke bawah dengan jari,
d. Menggerakkan kepala, bukan matanya yang bergerak.
e. Menempatkan buku dengan cara yang aneh.
f. Menempatkan buku terlalu dekat dengan mata.
g. Sering melihat pada gambar, jika ada
h. Mulutnya komat-kamt waktu membaca
i. Membaca kata demi kata
j. Membaca terlalu cepat
k. Membaca tanpa ekspresi
l. Melakukan analisis tetapi tidak mensistensiskan
15
m. Adanya nada suara yang aneh atau tegang yang menandakan keputusan
16
d. Menggunakan huruf kapital pada awal kalimat, nama bulan, nama hari secara
tepat dalam kalimat.
Dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa
menulis merupakan ketrampilan yang harus dimiliki siswa sekolah dasar dalam
menyusun bahasa tulis secara padu agar pesan yang ditulis dapat tersampaikan
dengan baik. Dalam memadukan kata yang ditulis haruslah memperhatikan besar
kecil huruf, tanda baca, dan menuliskan kata dengan tepat.
17
2.1.2.3 Kegiatan menulis di kelas rendah
Susanto (2016), menyatakan bahwa dalam menulis dikelas rendah,
memerlukan langkah – langkah yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Mengenal
Pada tahap mengenal, guru harus memperhatikan tulisan yang akan
diperkenalkan pada siswa secara teliti untuk meminimalisir kesalahan
pengenalan tulisan oleh siswa.
b. Menyalin
Menyalin tulisan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Siswa dapat menulis
tulisan di papan tulis, menyalin dengan mengubah tulisan dalam bentuk tegak
bersambung atau sebaliknya, menyalin dengan mengubah huruf kecil menjadi
huruf kapital atau sebaliknya, dan juga dapat menyalin tulisan dengan
melengkapi tulisan dengan tanda baca yang tepat.
c. Menulis halus atau indah
Pembelajaran mengarang untuk pemula diberikan dalam bentuk mengarang
sederhana cukup lima sampai sepuluh baris dengan kalimat yang sederhana
Kemudian menurut Slamet (2017), menyatakan bahwa ketrampilan menulis
dikelas rendah sekolah dasar meliputi:
a. Menulis catatan kebutuhan sehari-hari dengan bantuan guru,
b. Menggunakan huruf kapital secara tepat,
c. Menggunakan tanda baca secara tepat.
Zulela et al. (2021), berpendapat bahwa siswa kelas rendah dapat menulis
dengan ejaan yang benar dan dapat menyampaikan ide/pesan secara tertulis. Fase
dalam menulis siswa dikelas rendah sekolah dasar tidak hanya menyusun huruf
menjadi kalimat, tetapi sudah mulai memasuki menulis yang berisikan penyampaian
ide, gagasan atau pesan yang ditulis dengan baik dan benar berdasarkan ejaannya dan
tanda bacanya.
18
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa
kegiatan menulis siswa dikelas rendah sekolah dasar diawali dengan pengenalan
huruf, menyalin, menulis halus, dengan memperhatikan ejaan dan penggunaan tanda
baca yang benar. Menulis dikelas rendah, tidak hanya merangkai huruf menjadi
kalimat, kalimat menjadi paragraph, tetapi sudah masuk tahapan menuliskan pesan,
atau ide, atau gagasan yang ditulis dengan baik dan benar.
19
pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil, (3) menggenggam pensil, (4)
menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa
kesulitan menulis diawali dengan keterbatasan siswa dalm menenal huruf-huruf atau
symbol bacaan. Kesulitan menulis dikelas rendah sekolah dasar bisa diidentifikasi
melalui siswa saat menulis dilihat dari siswa memegang pensil ataupun dari hasil
tulisan siswa yang tidak teratur atau tulisan tangan buruk, dan ejaan tulisan yang
kacau.
20
2.1.2.6 Ciri-ciri siswa kesulitan dalam menulis
Zulela et al. (2021), menyebutkan bahwa siswa kelas rendah di sekolah dasar
memiliki ciri-ciri tersendiri bila memiliki keterbatasan atau kesulitan dalam menulis,
antara lain:
a. Terdapat ketidak konsitenaan bentuk huruf dalam tulisannya,
b. Saat menulis, pengunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur,
c. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisanya tidak proposional,
d. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide,
pengetahuan atau pemahamannya lewat tulisan
e. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap, caranya memegang
alat tulis seringkali terlalu dekat dengan kertas
f. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis
g. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional
h. Tepat mengalami kesulitan meskipun hanya diminta contoh tulisan yang sudah
ada.
Abdurrahman (2017), menyebutkan bahwa siswa dikelas rendah sekolah dasar
memiliki ciri-ciri tersendiri apabila mengalami kesulitan dalam menulis seperti
halnya anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak
berkesulitan belajar menulis, yaitu:
a. Sudut pensil terlalu besar,
b. Sudut pensil terlalu kecil,
c. Menggenggam pensil,
d. Menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
21
2.1.3 Strategi Guru
2.1.3.1 Pengertian Strategi
Dalam pernyataan umumnya, strategi merupakan suatu garis besar yang
menjadi dasar dalam jalannya kegiatan untukmencapai suatu tujuan. Bila dikaitkan
dengan kegiatan belajar mengajar, maka strategi dapat didefinisikan sebagai suatu
pola kegiatan antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memiliki
tujuan pencapaian tertentu (Ngalimun 2017).
Kemudian menurut Suryadi (2016), menyatakan bahwa strategi merupakan
suatu tindakan yang mendorong setiap individu atau kelompok untuk mencapai
tujuannya. Selain itu, strategi bisa diartikan pemberian fasilitas oleh guru kepada
siswa dalam mencapai suatu keberhasilan. Pengertian lain menurut Djamarah & Zain
(2018), mendefinisikan strategi adalah alur atau haluan yang ditentukan dalam suatu
kegiatan yang bertujuan mencapai sasaran tertentu. Istilah strategi pada zaman
sekarang banyak digunakan dalam banyak kebutuhan dalam meraih tujuan atau
kesuksesan tertentu. Seorang guru yang menginginkan hasil yang memuaskan dalam
proses pembelajaran tentu akan menerapkan strategi tertentu agar hasil belajar yang
diperoleh siswa mendapatkan prestasi yang memuaskan (Majid 2017).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa strategi yaitu perumusan kegiatan-kegiatan yang disusun berdasarkan tujuan
yang akan dicapai dalam mewujudkan keinginan. Kemudian kaitannya dengan
pembelajaran, startegi merupakan hal paling mendasar dalam perancangan jalanya
proses pembelajaran. Strategi digunakan oleh guru dan bersama siswa dalam
mengatur jalannya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan yang telah
direncanakan.
22
kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan tertentu (Suprihatiningrum 2017).
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan
faktor yang terpenting. Guru merupakan sosok di balik keberhasilan suatu
pembelajaran. Komponen guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen
lain menjadi bervariasi dan sebaliknya komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau
direkayasa oleh komponen yang lainnya (Ngalimun, 2017).
Guru orang kedua yang memberikan pembelajaran terhadap siswa setelah
keluarga, guru ialah orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan
menanamkan nilai-nilai, budaya, dan agama terhadap anak didik, dalam proses
pendidikan guru memegang peran penting setelah orangtua dan keluarga di rumah.
Dilembaga pendidikan guru menjadi orang terdepan dalam bertugas mengajar,
membimbing, dan melatih anak didik mencapai kedewasaan. Setelah proses
pendidikan sekolah selesai, setelah itu diharapkan para siswa bisa menjalani
kehidupannya ditengah masyarakat karena sudah dibekali pengetahuan dan
pengalaman.
Guru merupakan seorang pendidik professional, karenanya secara implisit ia
telah mendedikasikan dirinya untuk menerima dan mengemban tanggung jawab
pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Mereka ini tatkala menyerahkan
anaknya kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua
tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru/sekolah karena tidak
sembarang orang dapat menjabat guru. (Zakiah 2012).
Dengan demikian tuntutan untuk meningkatkan kinerja guru dalam belajar
hendaknya selalu diperhitungkan dan diperhatikan. Guru sebagai personel yang
menduduki posisi strategi dalam rangka perkembangannya konsep-konsep baru
dalam dunia pengajaran tersebut. Guru adalah salah satu faktor yang menentukan
berbagai keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran dikelas, untuk itu
profesionalitas guru dalam suatu pembelajaran sangatlah perlu dan dirasakan penting.
23
Berdasarkan uraian yang dipaparkan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa guru merupakan seseorang yang memberikan dorongan berupa motivasi
dalam menggapai tujuan melalui proses pembelajaran yang didalamnya
mengembangkan kepribadian berupa sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Proses
pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan
seluruh aspek pribadi dalam mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil
dalam suatu masyarakat dengan sebentuk pemenuhan profesionalisme dari seorang
guru.
24
b. Layanan bimbingan individual akan lebih tepat digunakan kalau permasalahan
yang dihadapi individu itu lebih bersifat pribadi dan memerlukan proses-proses
melakukan pilihan, pengambilan keputusan yang menuntun kesadaran,
pemahaman penerimaan, usaha dan aspek emosional, moralitas, kesulitan
belajar (membaca, menulis, dan sebagainya) yang memerlukan ketekunan dan
usaha atau pelatihan yang seksama dari individu yang bersangkutan.
c. Strategi bimbingan melalui kegiatan kelas, setiap guru adalah petugas
bimbingan, merupakan slogan dari straegi ini, serta menjiwai seluruh pemikiran
dan praktik layanan sehingga bimbingan dapat dianggap terjadi dari menit ke
menit, jam ke jam, dan hari ke hari di setiap kelas dari tiap sekolah. Bimbingan
berlangsung secara bersinambung sebagai suatu pengaruh yang memberikan
pengarahan yang menyenangkan bagi pembinaan perilaku sosial, keefektifan
pribadi dalam hidup sehari hari, kemajuan dan kompetisi akademis, serta
pembinaan sikap dan nilai. Dalam praktinya strategi bimbingan ini sangat
bergantung pada minat dan kemampuan pribadi guru kelas yang bersangkutan.
Seorang guru sebelum menentukan strategi pembelajaran terlebih dahulu harus
benar-benar memahami tujuan dari suatu pembelajaran (Murdiyono 2017). Menurut
Hariandi (2019), strategi digunakan sebagai cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan
termasuk juga metode pengajaran. Metode sebagai jalan untuk mengimplementasikan
daftar rencana pembelajaran yang akan ditransfer kepada siswa. Dan untuk
menentukan strategi pembelajaran seorang pendidik (guru) harus menyesuaikannya
terlebih dahulu dengan kondisi dan kebutuhan siswa.
Berdasarkan penjelasan beberapa para ahli tersebut dapat disimpulkan, strategi
guru adalah upaya yang dilakukan seorang guru dalam melakukan suatu hal
pembelajaran agar dapat menimbulkan ketertarikan, minat dan perhatian siswa demi
tercapainya tujuan. Seorang guru bertanggung jawab dalam membimbing, mendidik,
mengarahkan, mengajar dan melatih siswanya agar menjadi lebih baik daripada
sebelumnya.
25
2.1.3.4 Pentingnya Strategi Guru
Djamarah & Zain (2018), mengemukakan pendapat bahwa apabila seorang
guru mahir mengelola dengan bakat kreatif dan kemampuan mengajar murid-murid di
semua jenjang, maka bisa jadi Anda tidak mempunyai hambatan dalam melaksanakan
seluruh kurikulum yang diisyaratkan bagi mata pelajaran atau kelas. Ngalimun
(2017), menyatakan bahwa efektifitas seorang pendidik (guru) dinilai dari sosok yang
mampu menyelesaikan tugasnya dan kewajibannya secara profesional.
Guru bukan sekedar berperan sebagai pengajar akan tetapi seorang guru juga
memiliki peran dalam membimbing, memimpin dan menjadi fasilitator dalam belajar.
Pemikiran kreatif dan inovatif mestinya dimiliki oleh pendidik (guru) dimana hal ini
sangatlah penting karena dengan begitu akan lebih mudah dalam menyusun strategi
mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, adanya strategi mengajar
yang dilakukan pendidik dengan begitu dapat meningkatkan semangat, aktif dalam
belajar, antusiasme, serta memiliki rasa ketertarikan siswa untuk selalu belajar.
26
menulis dan membaca dengan benar, bahan bacaan tersebut disimpan. Pada
tahapan kedua, anak tidak terlalu lama diminta menelusuri tulisan-tulisan
dengan jari, tetapi mempelajarai tulisan tulisan guru dengan melihat guru
menulis, sambil mengucapkanya. Anak-anak mempelajari kata-kata baru pada
tahapan ketiga dengan melihat tulisan yang ditulis di papan tulis atau tulisan
vetak, dan mengucapkan kata tersebut sebelum menulis. Pada tahap ini anak
mulai baca tulisan. Pada tahapan keempat, anak mampu mengingat kata-kata
yang dicetak atau bagian-bagian dari kata yang telah dipelajari.
b. Metode Gillingham
Metode Gillingham ini merupakan pendekatan terstruktur taraf tinggi yang
memerlukan lima jam pelajaran selama dua tahun. Aktifitas pertama diarahkan
pada belajar berbagai bunyi huruf dan perpaduan huruf-huruf tersebut. anak
menggunakan teknik menjiplak untuk mempelajari berbagai huruf. Bunyi-bunyi
tunggal huruf selanjutnya dikombinasikan ke dalam kelompok-kelompok yang
lebih besar dan kemudian program fonik diselesaikan.
c. Metode Analisis Glass Abdurrahman
Metode ini merupakan suatu metode pengajaran melalui pemecahan sandi
kelompok huruf dalam kata. Metode ini bertolak dari asumsi yang mendasari
membaca sebagai pemecahan sandi atau kode tulisan. Ada dua asumsi yang
mendasari asumsi ini (1) Proses pemecahan sandi decoding dan membaca
Reading merupakan kegiatan yang berbeda. (2) pemecahan sandi mendahului
membaca. Pemecahan sandi didefenisikan sebagai menetukan bunyi yang
berhubungan dengan suatu kata tertulis secara tepat. Membaca didefenisiskan
sebagai menurunkan makna dari kata-kata yang berbentuk tulisan, jika anak
tidak dapat melakukan pemecahan sandi tulisan secara efesien, maka mereka
tidak akan belajar membaca.
Kemudian Lerner dalam Meliza et al. (2016), menyatakan langkah mengajarkan
membaca di kelas rendah sekolah dasar antara lain:
a. Mengidentifikasi keseluruhan kata, huruf, bunyi kelompok – kelompok huruf .
27
b. Mengucapkan bunyi – bunyi kelompok huruf dan huruf
c. Menyajikan kepada anak, huruf atau kelompok huruf dan meminta untuk
mengucapkanya.
d. Guru mengambil beberapa huruf pada kata tertulis dan anak diminta
mengucapkan huruf yang masih tersisa
28
3) Merangkai suku kata menjadi kata.
4) Menyusun kata menjadi kalimat.
29
dengan cara menggunakan menjiplak huruf, menulis huruf balok, dan menulis
bersambung. Akan tetapi dalam penelitian ini strategi yang telah guru kelas
lakukan belum optimal, dengan masih banyaknya siswa yang mengalami
kesulitan belajar membaca dan menulis.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Fuadah yakni strategi yang guru gunakan dalam mengatasi kesulitan belajar
yang berupa keterlambatan membaca dan menulis. Dan untuk persamaannya
terletak pada variable strategi guru dan variable kesulitan membaca dan
menulis.
c. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badriana (2016), yang berjudul ”Strategi
pendidik menghadapi peserata didik yang mengalami kesulitan belajar
membaca dan meulis dikelas III Madrasah Ibtidaiyah Nasrul Haq Makasar”.
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan untuk siswa bekesulitan
belajar membaca masih belum optimal. Dari enam tahapan bimbingan tiga
tahapan belum terlaksana, yakni diagnosos atau analisis masalah, Prognosis
atau tindakan mencari alternative pemecahan masalah evaluasi atau follow up.
Strategi bimbingan belajar yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun guru
yaitu dengan melibatkan siswa berkesulitan belajar dalam kegiatan
pembelajaran di kelas dan tidak memisahkannya dengan teman-teman
sekelasnya. Sementara peran sekolah dalaam pemberian bimbingn untuk
siswa berkesulitan belajar membaca dan menulis juga belum maksimal. Selain
itu kemampuan siswa berkesulitan belajar membaca masih kurang dan dalam
mengatasi kesulitan belajarnya masih kurang.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Badriana yaitu terletak pada penjelasan strategi yang terfokus yang digunakan
pendidikan untuk anak berkesulitan membaca, sedangkan pesamaan penelitian
ini terletak pada strategi yang digunakan dalam penelitian. Selain itu
persamaannya yaitu sama- sama mengatasi kesulitan siswa dalam membaca
dan menulis di kelas rendah.
30
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan konsep berpikir penelitian untuk mempermudah
penelitian sehingga jelas arah yang diteliti kerangka berpikir dalam penelitian ini
akan mengkaji terkait bagaimana strategi yang diterapkan guru dalam mengatasi
kesulitan membaca dan menulis siswa dikelas rendah sekolah dasar. Adapun
kerangka berpikir penelitian ini disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Kegiatan Pembelajaran
Kesulitan Kesulitan
Membaca Menulis
Strategi guru
1. Identifikasi masalah
Faktor 2. Perumusan tujuan Faktor
Pendukung 3. Pemberian Penghambat
bimbingan
4. Pengevaluasian
31
mengatasi keterlambatan membaca dan kesulitan menulis. Langkah awal dalam
menerapkan strategi yakni dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam
diri siswa. Kemudian merumuskan tujuan dan bimbingan yang tepat untuk
permasalahan tersebut. Kemudian pelaksanaan bimbingan pada siswa, dan terakhir
yakni melakukan evaluasi kegiatan. Dalam upaya mengatasi keterlambatan membaca
dan menulis, tidak serta merta teratasi dengan adanya strategi yang dilakukan oleh
guru. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi strategi guru dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis, seperti faktor pendukung dan tentunya faktor
penghambat.
32
2.4 Kerangka Teoretis
Kerangka teori merupakan keterkaitan antara teori yang digambarkan sebagai
dasar penelitian yang disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
34
perilaku, cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Menurut Sukmadinata (2010), mendiskripsikan bahwa penelitian kualitatif
yakni penelitian yang bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis aktifitas sosial,
kejadian, fenomena, sikap, persepsi, kepercayaan, dan pemikiran seseorang secara
individu atau kelompok. Sedangkan menurut Afrizal (2016), menjelaskan bahwa
metode penelitian didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan
perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau
mengkualifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh. Tujuan utama penelitiian
kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan cara
memberikan pemaparan berupa penggambaran yang jelas tentang fenomena atau
gejala sosial tersebut dalam bentuk rangkaian kata yang pada akhirnya akan
menghasilkan sebuah teori (Sujarweni 2014).
Kemudian, pendekatan fenomenologi adalah kepahaman dari peristiwa-
peristiwa dan kaitannya terhadap situasi tertentu (Moleong 2014). Penguatan metode
fenomenalogi diartikan bisa mendeskripsikan kejadian maupun gejala-gejala yang
Nampak sebagaimana adanya dari sebuah objek penelitian yang ada. Edger dan
Sedgwick (1999: 271) dalam mengemukakan Fenomenologi adalah seperangkat
pendekatan dalam studi filosofis dan sosiologis, serta studi tentang seni. Bagus (2002:
234) menyebutkan bahwa fenomenologi adalah sebuah pendekatan filsafat yang
berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran manusia.
Sedangkan (Littlejohn, 2003: 184) menyatakan bahwa pendekatan fenomenologi
adalah studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran, atau cara memahami
suatu objek atau peristiwa dengan mengalaminya secara sadar (Moleong 2014).
Penelitian ini akan menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi, didalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan, yakni sebagai berikut:
a. Tahap Orientasi atau Deskripsi
35
Pada tahap ini, peneliti mendapatkan data dari hasil pengamatan serta
informasi dari hasil wawancara dengan siswa dan guru kelas II SD Negeri 1
Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus terkait strategi guru dalam
mengatasi kesulitan siswa dalam membaca dan menulis di kelas rendah.
b. Tahap Reduksi atau Fokus
Pada tahap ini, peneliti memilih data yang penting, berguna, dan menarik
yang diperoleh dari tahap pertama yang kemudian dapat dijadikan sebagai focus
penelitian.
c. Tahap Seleksi
Pada tahapan ini, peneliti melakukan analisis pada fokus penelitian melalui
data dan informasi yang telah diperoleh menjadi satu pengetahuan baru.
Dapat ditarik kesimpulan, dari pendapat diatas bahwa penelitian ini yakni jenis
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dikarenakan penelitian ini
bermaksud menguraikan, mendeskripsikan dan menggambarkan strategi guru dalam
mengatasi kesulitan siswa dalam membaca dan menulis, sehingga data yang di dapat
akan terlihat jelas seperti keadaan di lapangan yang sebenarnya mengenai strategi
yang diterapkan guru yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
membaca dan menulis. Data yang diperolah peneliti akan diuraikan dalam bentuk
tulisan mengenai strategi guru dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca dan
menulis di SD Negeri 1 Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.
36
data pendukung yang terdapat dalam sebuah buku terkait isi variabel yang akan
diteliti oleh peneliti yaitu strategi guru.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi mengenai
pembelajaran yang guru kemas menggunakan strategi untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa berupa keterlambatan membaca dan menulis, serta data yang
digunakan peneliti lainnya yaitu bentuk-bentuk keterlambatan membaca dan
menulis yang dialami siswa kelas rendah di SD Negeri 1 Mejobo, Kecamatan
Mejobo, Kabupaten Kudus. Penelitian ini sangat memerlukan data-data pendukung
seperti dokumentasi berupa foto pada saat penelitian.
37
teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan data dengan pertimbangan
tertentu. Informan yang dipilih dianggap mengetahui informasi dan masalahnya
secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.
Sumber data pada penelitian ini siswa dan guru kelas II SD Negeri 1 Mejobo,
Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Membaca secara terbalik tulisan yang dibaca, seperti: duku dibaca kudu, d
dibaca b, atau p dibaca q,
2) Menggerakkan kepala, bukan matanya yang bergerak.
3) Menempatkan buku terlalu dekat dengan mata.
4) Mulutnya komat-kamt waktu membaca
5) Membaca kata demi kata
6) Membaca terlalu cepat
7) Membaca tanpa ekspresi
8) Adanya nada suara yang aneh atau tegang yang menandakan keputusan
9) Terdapat ketidak konsitenaan bentuk huruf dalam tulisannya,
10) Saat menulis, pengunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur,
11) Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisanya tidak proposional,
12) Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap, caranya memegang
alat tulis seringkali terlalu dekat dengan kertas
13) Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis
14) Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional
38
awal yang paling utama pada sebuah penelitian, sebab tujuan utama penelitian adalah
memperoleh data. Kemudian dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data
adalah bagian terpenting agar peneliti memperoleh sumber data yang bergerak maju
atau dinamis. Berikut ini adalah teknik yang dipergunakan sebagai pengumpulan
data.
3.4.1 Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2017), menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya bekerja berdasarkan
data, yaitu dunia kenyataan yang diperoleh dari observasi. Sedangkan menurut
Arikunto (2016), mengemukakan bahwa pengamatan atau observasi berisikan
kegiatan yang bertujuan menemukan fakta terhadap suatu objek di lapangan
dengan menggunkan seluruh alat indra.
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung
terhadap objek kemudian hasil pengamatan tersebut dituangkan dalam sebuah
catatan. Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti berada di kelas II SDN
Mejobo 01, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Dalam hal ini penelitian
mengikuti pelaksanaan pembelajaran yang ada di kelas II untuk mengetahui
bentuk kesulitan belajar siswa berupa keterlambatan membaca dan menulis siswa
serta untuk mengetahui strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca
dan menulis siswa.
3.4.2 Wawancara
Menurut Sugiyono (2017), Wawancara atau interview adalah sebuah
percakapan yang dilakukan antara dua orang dengan maksud dan tujuan tertentu.
Guru kelas II dan siswa kelas II SDN 1 Mejobo yang akan menjadi informan
peneliti. Di dalam sebuah wawancara haruslah menciptajan suasana yang santai
dan akrab. Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu peneliti
39
membuat beberapa pertanyaan terkait permasalahan yang akan diangkat oleh
penulis untuk kemudian menjadi data yang akan di sajikan dalam penelitian.
3.4.3 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2017), menyebutkan bahwa pengumpulan data
menggunakan dokumentasi yaitu catatan yang dihasilkan dari kejadian yang
sudah terjadi. Dokumen berisikan; tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen dalam penelitian ini berupa foto penelitian, hasil
kuesioner, hasil wawancara dengan guru kelas, dan siswa kelas II SD Negeri 1
Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.
40
a. Melakukan pengamatan atau observasi terhadap strategi guru dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa kelas rendah
b. Mencari data atau informasi-informasi serta mengikuti jalannya pembelajaran
c. Melakukan wawancara dengan guru kelas II unuk menanyakan bentuk kesulitan
siswa dan strategi yang digunakan guru dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis
d. Melakukan wawancara dengan siswa kelas II untuk menanyakan bagaimana
kesan siswa setelah pemberian pembelajaran oleh guru
e. Mengolah dan menganalisis data yang sudah di dapatkan dari observasi,
wawancara dan juga dokumentasi.
f. Menyajikan data.
41
Koneksi Data
Kesimpulan
42
data dilakukan dalam bentuk uraian singkat (Sugiyono 2017). Kegiatan yang terjadi
mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Peneliti menyajikan data
yang berkaitan dengan bentuk keterlambatan membaca dan menulis siswa dan
strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa kelas II di
SDN Mejobo 01.
43
data yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan penjelasan masing-masing uji
keabsahan menurut pendapat Sugiyono (2017):
1) Credibility (Kepercayaan)
Uji kredibilitas merupakan penetapan hasil penelitian kualitatif yang
kredibel atau dapat dipercaya dari prespektif partisipan dalam penelitian
tersebut. Pada tahapan ini ditunjukkan adanya temuan hasil observasi
keterlambatan siswa dalam hal membaca dan menulis, dan strategi guru yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Data dapat diperoleh
melalui wawancara-wawancara dan dokumentasi kegiatan.
2) Transferability (Keteralihan)
Transferabilitas dalam penelitian kualitatif yakni berkaitan dengan
pertanyaan, sampai mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan
dalam situasi lain. Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian
tersebut, maka dalam laporannya peneliti harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
3) Dependability (Kebergantungan)
Reliabilitas atau penelitian dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa
percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian
yang dependability adalah penelitian apabila penelitian yang dilakukan oleh
orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang
sama pula. Data yang berkaitan dengan strategi guru dan hal tersebut mampu
berdampak pada tercapainya kemampuan membaca dan menulis siswa dikelas
rendah.
4) Confirmability (Kepastian)
Uji confirmability dapat disebut dengan uji obyektifitas penelitian.
Penelitian dikatakan obyektif apabila hasil penelitian telah disepakati oleh
banyak orang. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses yang
telah dilakukan, maka pada tahap ini data yang diperoleh harus benar-benar
44
objektif yang nantinya akan berlanjut pada tindak lanjut peneliti. Menguji
konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang
dilakukan. dosen pembimbing selalu mengaudit keseluruhan kegiatan
peneliti. Demikian pula dengan hasil penelitian, hasil penelitian dicek
kembali dan disesuaikan dengan proses penelitian yang telah dilakukan.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
46
masyarakat dengan tetap mengikuti perkembangan dunia luar, (4) Mengembangkan
potensi siswa dalam kegiatan olahraga, pramuka dan seni budaya secara optimal, (5)
Meningkatkan hubungan yang kondusif antar warga sekolah, masyarakat, instansi
terkait dan lembaga pendidikan lain sehingga saling berpartisipasi aktif dalam
melaksanakan program pendidikan.
47
mengajar, serta mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat siswa agar
menjadi pribadi yang berkualitas.
48
Berikut merupakan tabel daftar siswa pada tahun ajaran 2021/2022:
Tabel 4. 1 Daftar siswa pada tahun 2021/2022
Kelas I II III IV V VI Total
Gender L P L P L P L P L P L P L P
1
Jumlah 14 11 12 5 11 9 13 13 12 16 11
3 79 61
Jml.Total 25 17 20 26 25 27 140
49
No. Nama NIP Jabatan
7. Siti Komariyah, S.Pd - GTT
8. Febri Novita Sari, S.Pd - Guru Kelas
9. Dian Vita A, SS - Perpustakawan
10. M Haydar Yahya H - PTT
11. Nur Azhar Fahmi, S.Pd - GTT
12. Siti Maesaroh, S.Pd - GTT
(Sumber: Dokumen SD Negeri 01 Mejobo tahun 2022)
50
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian dan Analisis Data
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal yaitu; (1) Data temuan strategi
guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah, (2)
Data temuan faktor-faktor penghambat strategi guru dalam dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah.
4.2.1 Data temuan guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
siswa di kelas rendah
Dalam upaya memberikan pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan
atau keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah, tentunya banyak
sekali upaya yang dilakukan salah satunya menggunakan strategi guru. Strategi guru
tersendiri memiliki artian sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam
mewujudkan kegiatan pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang telah diharapkan
sebelumnya (Haidir & Salim 2014). Dalam penelitian ini, tujuan yang akan dicapai
dengan adanya strategi guru tersebut yakni untuk mengatasi keterlambatan membaca
dan menulis siswa di kelas rendah. Kesulitan belajar membaca sering disebut juga
disleksia (dyslexia). Perkataan disleksia berasal dari bahasa yunani yang artinya
kesulitan membaca, ada nama–nama lain merajuk kesulitan belajar membaca, yaitu
corrective readers dan remedial readers. Sedangkan kesulitan belajar membaca yang
berat sering disebut Alexia (Abdurrahman 2017). Sedangkan kesulitan menulis biasa
disebut dengan disgrafia, yaitu istilah yang menunjukan bahwa seseorang memiliki
keterbatasan dalam hal menulis. Hal tersebut dapat dilihat apabila seseorang memiliki
keterbatasan dalam bentuk minimnya keterampilan menulis berupa kejelasan akurasi,
ejaan, dan ekspresi (Slamet 2017). Jadi, dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa
penelitian ini akan membahas bagaimana strategi guru atau pola-pola yang diterapkan
guru dalam mengatasi keterlambatan siswa dalam membaca dan keterlambatan siswa
dalam menulis di kelas rendah.
Berikut strategi guru yang diterapkan pada siswa kelas II di SD Negeri 01
Mejobo untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa yang diperoleh
51
dari hasil wawancara dan observasi pada hari Senin hingga sabtu, tanggal 23 Mei
sampai 04 Juni 2022. Dari hasil wawancara dan observasi terhadap guru kelas II yang
bernama Ibu SM, bahwa strategi yang digunakan dalam mengatasi keterlambatan
membaca siswa yakni dengan cara membimbing, menyimak dan mendikte,
sedangkan untuk mengatasi keterlambatan menulis siswa melalui menyalin, menulis
halus, dan mengarang sederhana (Sumber: Analisis informan guru).
Sebelum masuk dalam pendeskripsian strategi yang digunakan guru dalam
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa, tentunya seorang guru
haruslah mengetahui siswa mana saja yang mengalami keterlambatan membaca dan
menulis. Dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami keterlambatan membaca dan
menulis, Ibu SM memiliki cara sendiri untuk mengetahuinya. Yang pertama, untuk
mengetahui siswa yang mengalami keterlambatan membaca Ibu SM memberikan
pernyataan sebagai berikut:
“Untuk mengetahui keterlambatan membaca pada siswa biasanya mbak saya
memberikan perintah untuk siswa membaca bergantian, agar saya tahu siapa
saja anak yang belum lancar dalam membaca ataupun yang masih sering
salah dalam membaca.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:
52
Pada Gambar 4.2, menunjukan bahwa sebelum guru menerapkan strategi dalam
mengatasi keterlambatan membaca, terlebih dahulu Ibu SM mengetahui mana saja
siswanya yang mengalami keterlambatan membaca dengan memberikan perintah ke
siswa agar membaca bergantian. Selanjutnya, dari kegiatan tersebut terlihat mana saja
siswa yang masih mengalami keterlambatan membaca. Dari ketiga subjek siswa yaitu
NA, QN, dan WF terlihat bahwa “ketiganya masih membaca secara mengeja
terkhusus kata yang sulit, masih belum bisa mengenali huruf dengan baik, dan
kurang bisa memahami arti dari kalimat yang sudah ia baca” (Sumber: Analisis
informan siswa). Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat mengamati respon siswa saat diperintah membaca
oleh guru dan mengalami kesulitan dalam membaca:
53
mengatasi keterlambatan membaca siswa, guru terlebih mengidentifikasi
permasalahan dan kondisi dari siswa. Tak hanya itu, Ibu SM memastikan lagi siswa
yang benar-benar memerlukan bimbingan atau perhatian lebih terkait keterlambatan
membaca. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu SM, beliau memberi pernyataan
bahwa:
“Untuk memastikan benar-benar kalau butuh bimbingan membaca lagi, saya
suruh membaca lagi, saya dekte juga terkadang. Kalau masih belum bisa,
berarti anak tersebut memang butuh bimbingan membaca alias memiliki
keterlambatan dalam membaca.”
“Atau kalau tidak sesekali saya menyuruhnya maju kedepan membacakan
sebuah karangan, dengan begitu saya bisa mengenali letak keterlambatan
siswa dimana. Biasanya yang terlihat siswa sering tidak mengenali huruf,
sehingga membacanya keliru. Atau kalau tidak siswa membaca terlalu cepat
tanpa memperhatikan tanda baca yang ada.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:
54
Dari Gambar 4.4, terlihat Ibu SM memastikan para siswa yang teridentifikasi
mengalami keterlambatan membacanya yang bertujuan untuk merumuskan strategi
yang tepat digunakan dan diterapkan untuk siswa. Selanjutnya, dari kegiatan tersebut
terlihat mana saja siswa yang benar-benar mengalami keterlambatan dalam membaca
berdasarkan indikator yang telah dirumuskan yaitu 1) membaca secara terbalik tulisan
yang dibaca, seperti: duku dibaca kudu, d dibaca b, atau p dibaca q, 2) menggerakkan
kepala, bukan matanya yang bergerak saat membaca, 3) menempatkan buku terlalu
dekat dengan mata saat membaca, 4) membaca kata demi kata, 5) membaca terlalu
cepat, 6) membaca tanpa ekspresi. Dari ketiga subjek siswa yaitu NA, QN, dan WF
terlihat bahwa “satu dari ketiga subjek siswa, sudah bisa membedakan kata yang
hampir mirip hurufnya dan dua lainnya belum bisa membedakan kata yang hampir
mirip hurufnya, dari ketiga subjek siswa, membaca secara pelan-pelan karena masih
mengeja, satu dari ketiga subjek siswa, sudah mengetahui sebagian besar fungsi dari
tanda baca di dalam bacaan, dan sisanya kurang mengetahui fungsi dari tanda baca
di dalam bacaan” (Sumber: Analisis informan siswa). Pernyataan tersebut juga
didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat mengamati
respon siswa saat diperintah membaca oleh guru ke depan dan mengalami kesulitan
dalam membaca.
55
Dari Gambar 4.5, terlihat siswa yang mengalami keterlambatan membaca
dengan tidak bisa membedakan kata yang hampir mirip bentuknya dan siswa
membaca tanpa memperhatikan fungsi dari tanda bacaan. Dari temuan-temuan
permasalahan tersebut sesuai dengan indikator keterlambatan membaca siswa yang
telah dirumuskan. Yang kemudian, akan menjadi acuan untuk Ibu SM merumuskan
strategi belajar yang cocok digunakan untuk mengatasi keterlambatan membaca
siswa. Newman & Mogan (2014), menyatakan bahwa perlunya pengidentifikasian
dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi
sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan permasalahan yang penting untuk
di selesaikan. Berdasarkan pernyataan tersebut, sangat diperlukan proses
pengidentifikasian masalah yang harus dilakukan oleh seorang guru kelas dalam
menentukan strategi pembelajaran untuk mengatasi keterlambatan membaca siswa
yang sesuai dengan kondisi siswa dan sesuai dengan kondisi sarana prasarana yang
ada.
Kemudian sama halnya untuk mengetahui keterlambatan membaca siswa, Ibu
SM juga melakukan kegiatan mengidentifikasi siswa yang mengalami keterlambatan
dalam menulis. Saat proses wawancara, beliau memberi pernyataan bahwa:
“Untuk mengetahui keterlambatan menulis saya biasanya melihat tulisan
anak-anak, kalau tidak setiap anak maju ke depan menuliskan jawaban di
papan tulis kelihatan juga. Mana saja anak yang mengalami keterlambatan
menulis”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:
56
Gambar 4. 6 Guru memperhatikan tulisan siswa untuk mengidentifikasi siswa
yang mengalami keterlambatan menulis
Pada Gambar 4.6, menunjukan bahwa sebelum guru menerapkan strategi dalam
mengatasi keterlambatan menulis, terlebih dahulu Ibu SM mengetahui mana saja
siswanya yang mengalami keterlambatan membaca dengan menunjuk beberapa siswa
agar maju menulis secara bergantian. Selanjutnya, dari kegiatan tersebut terlihat mana
saja siswa yang masih mengalami keterlambatan menulis. Dari ketiga subjek siswa
yaitu NA, QN, dan WF terlihat bahwa “ketiga subjek siswa, kurang bisa menulis
dengan menggunakan huruf kapital pada suatu bacaan, masih belum bisa dalam
melengkapi tanda baca saat menulis, kurang bisa menuliskan huruf A-Z dengan baik
tanpa ada yang salah ataupun keliru” (Sumber: Analisis informan siswa). Pernyataan
tersebut juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat
mengamati respon siswa saat diperintah membaca oleh guru ke depan dan mengalami
kesulitan dalam menulis:
57
Gambar 4. 7 Siswa kurang bisa menuliskan penggunaan huruf kapital
Dari Gambar 4.7, terlihat bahwa siswa yang mengalami kesulitan yang
teridentifikasi sebagai keterlambatan dalam menulis. Hariandi (2019), strategi
digunakan sebagai cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan termasuk juga metode
pengajaran. Metode sebagai jalan untuk mengimplementasikan daftar rencana
pembelajaran yang akan ditransfer kepada siswa. Dan untuk menentukan strategi
pembelajaran seorang pendidik (guru) harus menyesuaikannya terlebih dahulu
dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Dari pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
sebelum menentukan strategi untuk mengatasi keterlambatan menulis siswa, guru
terlebih mengidentifikasi permasalahan dan kondisi dari siswa. Tak hanya itu, Ibu SM
memastikan lagi siswa yang benar-benar memerlukan bimbingan atau perhatian lebih
terkait keterlambatan menulis. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu SM, beliau
memberi pernyataan bahwa:
“Untuk memastikan anak yang benar-benar mengalami keterlambatan
menulis dan perlu mendapatkan perhatian biasanya saya ada takarannya
sendiri mbak, seperti tulisan anak yang tidak konsisten kadang besar terus
kecil. Kemudian yang paling sering pengunaan huruf besar dan huruf kecil
masih tercampur. Dan yang paling mudah dilihat jika anak benar-benar
58
mengalami keterlambatan menulis yakni anak salah dalam menulis ejaan
dalam satu kata ataupun kalimat.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:
59
QN, dan WF terlihat bahwa dari “ketiga subjek siswa, kurang bisa menyalin tulisan
cetak (lepas) ke tulisan sambung atau sebaliknya, dan salah dalam menulis ejaan
dalam satu kata ataupun kalimat” (Sumber: Analisis informan siswa). Pernyataan
tersebut juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat
mengamati respon siswa saat diperintah membaca oleh guru ke depan dan mengalami
kesulitan dalam menulis sebagai berikut:
60
siswa yang sesuai dengan kondisi siswa dan sesuai dengan kondisi sarana prasarana
yang ada.
Selanjutnya, Ibu SM tak langsung menerapkan strategi yang beliau kehendaki
untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis. Ibu SM terlebih dahulu
meminta pendapat atau mengkonsultasikan strateginya terhadap Kepala Sekolah
maupun rekan guru. Saat proses wawancara, Ibu SM mengatakan:
“Kalau mengkonsultasikan strategi sampai ke Kepala Sekolah saya rasa tidak
pernah saya mbak. Tapi kalau dari rekan kerja, selalu mbak memberikan
dukungan baik dalam bentuk moral ataupun sosial.”
“Saya sering cerita ke rekan sejawat atau rekaan guru, jika menemukan anak
yang benar-benar susah untuk diajari membaca maupun menulis. Sering kali
setiap saya cerita, teman guru memberikan masukan ataupun semangat untuk
saya lebih giat lagi dalam mengajar.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati Ibu SM sedang berdiskusi atau mengkonsultasikan
permasalahannya dengan rekan guru sebagai berikut:
61
Pada Gambar 4.10, terlihat Ibu SM yang mengkonsultasikan permasalahannya
yakni keterlambatan siswa dalam membaca dan menulis, serta strategi yang akan
digunakan Ibu SM untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis. Newman
& Mogan (2014), menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan yang di inginkan
perlunya perencanaan dalam menerapkan strategi pembelajaran yakni adanya
pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran,
pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai
akhir, dan pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan
digunakan untuk menilai keberhasilan startegi yang dilakukan. Berdasarkan
pernyataan tersebut, perlunya seorang guru dalam mengkonsultasikan permasalahan
dalam pembelajaran yang didapat, untuk di diskusikan untuk mendapatkan strategi
yang tepat dan dikembangkan menjadi langkah-langkah yang trampil dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut yang salah satunya yakni keterlambatan
membaca dan menulis siswa.
Kemudian, setelah mengkonsultasikan permasalahan pembelajaran yang
dihadapi yaitu keterlambatan membaca dan menulis, baru lah Ibu SM menerapkannya
di kelas. Pada saat proses wawancara, Ibu SM menjelaskan beberapa strategi yang
beliau gunakan untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis. Yang pertama
yaitu strategi mengatasi keterlambatan membaca, Ibu SM menyatakan sebagai
berikut:
“Strategi yang digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan
keterlambatan membaca yang berbeda-beda yakni dengan strategi
membimbing, menyimak dan mendikte’
“Umumnya saya menggunakan metode membimbing, menyimak dan mendikte
mbak. Karena jumlah siswanya kan banyak, tidak memungkinkan jika saya
memberikan bimbingan pada anak tertentu”
“Langkah yang ditempuh guru dalam menjalankan strategi mengatasi
keterlambatan membaca yakni mengajak siswa membaca bersama-sama,
bernyanyi bersama, dengan tujuan siswa mengenal berbagai kosa kata dan
62
mendekte kalimat ke siswa dengan tujuan agar siswa yang memiliki
keterlambatan membaca yang paling lambat, dapat mengenal suku kata tiap
kata”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:
63
Gambar 4. 13 Guru mendektekan materi pelajaran
Pada Gambar 4.11, terliat Ibu SM yang sedang melaksanakan strategi dalam
mengatasi keterlambatan belajar dengan memberikan bimbingan belajar secara
bersama-sama. Strategi tersebut dipilih karena siswa yang mengalami keterlambatan
membaca terbilang cukup banyak, dengan begitu siswa akan semakin mengenal
berbagai kosa kata yang ada. Kemudian Pada Gambar 4.12, terlihat Ibu SM yang
menyuruh salah satu siswa maju ke depan membaca dan yang lainnya mendengarkan
dan menyimak. Dan Pada Gambar 4.13, terlihat bahwa siswa yang sedang menulis
materi pelajaran yang sedang didektekan oleh Ibu SM. Hal tersebut tak lain bertujuan
agar para siswa dapat mengenal suku kata tiap kata.
Djamarah & Zain (2018), menyatakan bahwa strategi dasar yang bisa dilakukan
guru dalam memberikan layanan bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan
belajar membaca yaitu dengan memberikan strategi layanan berdasarkan kategori
kasus dan sifat permasalahannya sesuai, dengan sifat permasalahannya layanan
bimbingan diberikan kepada siswa sebagai individual dan dapat pula diberikan pula
kepada individu dalam situasi kelompok. Layanan bimbingan kelompok,
diselenggarakan apabila terdapat sejumlah individu yang mempunyai kebutuhan atau
permasalahan yang serupa. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diterapkan oleh
64
Ibu SM yakni dengan menerapkan strategi yang memberikan layanan bimbingan
bersama-sama kepada siswa dalam mengatasi keterlambatan membaca.
Selanjutnya dari kegiatan tersebut tentunya mendapatkan respon yang beragam
dari berbagai siswa. Dari hasil wawancara dengan NA memberikan pernyataan terkait
pembelajaran membaca yang diberikan Ibu SM selama mengajar, berikut
pernyataannya:
“Bu guru orangnya baik, kalau masih belum bisa membaca diajari.”
“Biasanya bu guru mendatangiku, diajari mengeja terus disuruh mengulang-
ulang biasanya kata yang susah.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)
65
Gambar 4. 14 Guru memberikan bimbingan bersama terkait membaca yang
baik dan benar
Pada Gambar 4.14, terlihat Ibu SM yang sedang menerapkan strategi dalam
mengatasi keterlambartan membaca dengan memberikan layanan bimbingan bersama
terkait membaca yang baik dan benar. Selain itu siswa juga terlihat mendengarkan
secara seksama dan mengikuti intruksi dari Ibu SM. Kemudian, langkah terakhir dari
strategi yang diterapkan Ibu SM untuk mengatasi keterlambatan membaca adalah
memberikan penilaian dan evaluasi. Dari hasil wawancara dengan Ibu SM, beliau
mengutarakan sebagai berikut:
“Langkah terakhir dari strategi yang guru gunakan dalam mengatasi
keterlambatan membaca yakni memberikan penilaian dan evaluasi, serta
pemberian motivasi”
“Kemudian, jika keterlambatan membaca siswa dirasa mengkhawatirkan
atau bisa dibilang parah. Biasanya saya memberikan les tambahan sepulang
sekolah yang diikuti beberapa siswa yang memang memiliki keterlambatan
paling lambat dari pada siswa lainnya. Hal tersebut agar mereka tidak
semakin ketinggalan dalam hal membaca maupun pelajaran.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
66
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:
67
Gambar 4. 17 Guru memberikan evaluasi dan motivasi dalam membaca
Pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16, terlihat Ibu SM yang memberikan
penilaian terhadap siswa dalam membaca didepan kelas. Kegiatan tersebut untuk
mengukur ada tidaknya perubahan siswa terkait keterlambatan membaca. Kemudian
Pada Gambar 4.17, terlihat Ibu SM yang memberikan evaluasi terkait kemampuan
membaca siswa dan juga memberikan motivasi agar para siswa semakin bersemangat
dalam belajar membaca. Selanjutnya dari kegiatan tersebut tentunya mendapatkan
respon yang beragam dari berbagai siswa. Dari hasil wawancara dengan NA
memberikan pernyataan terkait penilaian membaca yang diberikan Ibu SM selama
mengajar, berikut pernyataannya:
“Dinasehati bu, kalau membaca jangan buru-buru.”
“Terus kalau masih tidak bisa, biasanya sepulang sekolah disuruh pulang
terakhir di kasih bimbingan membaca lagi dari bu guru”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)
Pernyataan selanjutnya, dilontarkan oleh QN penilaian membaca yang
diberikan Ibu SM dalam mengajarinya membaca, sebagai berikut:
“Iya dinasehati bu terkadang kalau saya masih salah dalam membaca.”
“Terus diberikan tambahan belajar membaca sepulang sekolah.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)
68
Kemudian, pernyataan selanjutnya dari WF yang memberikan pendapat terkait
penilaian membaca yang diberikan Ibu SM selama mengajar, berikut pernyataannya:
“Kalau saya salah terus membacanya, saya sering disuruh pulang terakhir
dan diajari membacari lagi bu.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)
Dari informasi yang diperoleh dari informan guru dan siswa, dapat disimpulkan
bahwa langkah terakhir dari strategi yang diterapkan oleh Ibu SM dalam mengatasi
keterlambatan membaca siswa yaitu dengan memberikan penilaian membaca serta
pengevaluasian. Tak hanya itu, Ibu SM juga memberikan bimbingan tambahan bagi
siswa yang dianggap memerlukan bimbingan lebih lanjut untuk mengatasi
keterlambatan membaca. Dahnianti (2017), menjelaskan bahwa mengukur
kemampuan membaca siswa merupakan salah satu langkah dalam mengatasi
keterlambata membaca. Dengan penilaian siswa dapat mengetahui kemampuannya
dan semakin meningkatkan kemampuan membacanya. Jadi, berdasarkan pernyataan
tersebut menguatkan bahwa langkah terakhir dari strategi yang diterapkan Ibu SM
merupakan strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan membaca siswa.
Berbeda dengan strategi untuk mengatasi keterlambatan membaca, Ibu SM
memiliki strategi tersendiri untuk mengatasi keterlambatan menulis pada siswa. Pada
saat proses wawancara, Ibu SM menjelaskan beberapa strategi yang beliau gunakan
untuk mengatasi keterlambatan menulis, sebagai berikut:
“Biasanya saya memiliki tiga strategi untuk mengatasi keterlambatan menulis
siswa, seperti menyalin, menulis halus, sampai mengarang sederhana. Ketiga
saya pilih, karena saya rasa ketiga strategi tersebut dapat dilakukan secara
bersama-sama mengingat jumlah siswa yang jumlahnya banyak dalam satu
kelas.”
69
“Langkah terakhir dari strategi yang guru gunakan dalam mengatasi
keterlambatan membaca yakni memberikan penilaian dan evaluasi, serta
pemberian motivasi”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:
70
Gambar 4. 20 Guru mengajak siswa untuk membuat karangan sederhana
Pada Gambar 4.18, terlihat Ibu SM yang sedang memberikan perintah ke siswa
agar menyalin materi pelajaran yang ada di papan tulis. Kegiatan tersebut, merupakan
langkah awal dari strategi yang Ibu SM lakukan untuk mengatasi keterlambatan
menulis agar siswa mengenal huruf-huruf ataupun susunan kata. Selanjutnya Pada
Gambar 4.19, terlihat Ibu SM yang memberikan contoh kepada siswa untuk menulis
halus, agar para siswa terlatih bentuk tulisannya agar menjadi rapi. Dan terakhir Pada
Gambar 4.20, terlihat Ibu SM yang sedang mengecek dan memberikan arahan pada
setiap siswa terkait membuat karangan sederhana. Hal tersebut dilakukan agar dapat
melatih kemampuan siswa dalam menyusun kata perkata menjadi kalimat. Dari
kegiatan tersebut tentunya mendapatkan respon yang beragam dari berbagai siswa.
Dari hasil wawancara dengan NA memberikan pernyataan terkait pembelajaran
menulis yang diberikan Ibu SM selama mengajar, berikut pernyataannya:
“Sering dinasehati bu guru, kalau menulis jangan buru-buru.”
“Diajari bu, diberi contoh kalau menulis pelan-pelan disuruh memperhatikan
kalau ada tanda bacanya.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)
71
Pernyataan selanjutnya, dilontarkan oleh QN terkait pembelajaran yang
diberikan Ibu SM dalam mengajarinya menulis, sebagai berikut:
“Bu guru orangnya sabar, selalu membantu saya kalau kesusahan menulis.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)
Dari informasi yang diperoleh dari informas guru dan siswa dapat disimpulkan
bahwa strategi yang diterapkan Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan menulis
yakni menyalin, menulis halus, dan mengarang sederhana. Dari ketiga strategi
tersebut mendapatkan respon yang positif dari siswa yang merasa terbantukan dengan
strategi yang Ibu SM lakukan. Dari ketiga subjek yakni NA, QN dan WF
memberikan respon seragam yakni merasa senang dalam belajar menulis.
Kemudian, terdapat langkah terakhir pada strategi yang digunakan Ibu SM
untuk mengatasi keterlambatan menulis siswa. Pada saat proses wawancara, Ibu SM
menjelaskan langkah terakhir dalam mengatasi keterlambatan menulis sebagai
berikut:
“Langkah terakhir dari strategi dalam mengatasi keterlambatan menulis
tentu saja melakukan penilaian dari menulis halus siswa dan hasil
mengarang sederhana siswa. Tak hanya memberikan nilai, tapi saya koreksi
mana saja kata yang salah dan saya kasih pembenaran dari kata tersebut.
Tak lupa saya memberikan PR dirumah biasanya untuk anak tetap melakukan
menulis dirumah.”
72
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:
Pada Gambar 4.21, terlihat Ibu SM yang mengevaluasi hasil tulisan halus
siswa. Ibu SM memberikan evaluasi langsung di depan agar semua siswa melihat dan
sama-sama belajar cara menulis halus yang baik dan benar. Kemudian Pada Gambar
73
4.22, terlihat Ibu SM yang menilai hasil karang siswa sekaligus memberikan catatan
apabila ada tulisan yang masih salah. Selanjutnya dari kegiatan tersebut tentunya
mendapatkan respon yang beragam dari berbagai siswa. Dari hasil wawancara dengan
NA memberikan pernyataan terkait penilaian menulis yang diberikan Ibu SM selama
mengajar, berikut pernyataannya:
“Bu guru orangnya sabar, di kasih tahu mana saja tulisanku yang salah,
terus biasanya di kasih PR menulis dirumah buat Latihan.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)
Dari informasi yang diperoleh dari informan guru dan siswa, dapat disimpulkan
bahwa langkah terakhir dari strategi yang diterapkan oleh Ibu SM dalam mengatasi
keterlambatan menulis siswa yaitu dengan melakukan penilaian dan pembenaran dari
tulisan siswa. Tak hanya itu, Ibu SM juga memberikan tugas tambahan berupa PR
(Pekerjaan Rumah) agar siswa senantiasa menulis supaya melancarkan dalam menulis
dan juga memperbaiki kesalahan menulisnya. Dahnianti (2017), menjelaskan bahwa
mengukur kemampuan membaca siswa merupakan salah satu langkah dalam
mengatasi keterlambata membaca. Dengan penilaian siswa dapat mengetahui
74
kemampuannya dan semakin meningkatkan kemampuan menulisnya. Jadi,
berdasarkan pernyataan tersebut menguatkan bahwa langkah terakhir dari strategi
yang diterapkan Ibu SM merupakan strategi yang tepat untuk mengatasi
keterlambatan menulis siswa.
75
mempengaruhi strategi guru yang diterapkan pada siswa kelas II di SD Negeri 01
Mejobo untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa yang
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi pada tanggal 23 Mei sampai 04
Juni 2022, terlihat faktor-faktor penghambat dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis siswa antara lain:
a. Kurangnya konsentrasi siswa
Dalam penerapan strategi guru dalam rangka mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis pada siswa kelas II tentunya guru sudah
mempersiapkannya dengan baik sesuai kondisi siswa. Ibu SM selaku guru
kelas II merancang strategi pembelajaran dengan memberikan bimbingan
secara kelompok karena kesulitan belajar dialami oleh banyak siswa. Akan
tetapi strategi guru yang diterapkan belum maksimal, pernyataan tersebut
dilontarkan Ibu SM sendiri saat proses wawancara sebagai berikut:
“Kendalanya dalam menerapkan strategi mengatasi keterlambatan
membaca ya pada kefokusan anak dan perhatiannya mendengarkan
saya saat melakukan bimbingan.”
“Kemudian terlihat juga anak-anak yang masih asyik bermain sendiri
maupun dengan teman sebangkunya. Dan biasanya mbak, anak-anak
ini tidak konsisten dalam membaca. Yang membacanya lancar pasti
cepat membacanya, yang kurang lancar pasti lambat. Hal itu
biasanya sering membuyarkan konsetrasi ketika saya memberikan
bimbingan membaca secara bersama-sama.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan
oleh peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang
tampak pada dokumentasi berikut:
76
Gambar 4. 23 Siswa bermain sendiri ketika guru memberikan
bimbingan membaca
Pada Gambar 4.23, terlihat bahwa siswa yang sedang bermain dengan
sebangkunya ketika Ibu SM memberikan penjelasan terkait membaca yang
baik dan benar. Hal tersebut membuat perhatian siswa lainnya menjadi
terganggu saat mendengarkan penjelasan guru. Kemudian Pada Gambar
4.24, terlihat siswa yang bermain sendiri ketika Ibu SM membacakan materi
77
dan siswa menyimaknya. Hal tersebut membuat konsentrasi siswa menjadi
terganggu, dan buyar tidak bisa mengikuti kegiatan menyimak.
78
Gambar 4. 25 Siswa mencontek hasil pekerjaan menulis halus temannya
79
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal yaitu; (1) Strategi guru dalam
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah, (2) Faktor-
faktor penghambat strategi guru dalam dalam mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis siswa di kelas rendah.
4.3.1 Strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa
di kelas rendah
Dalam penerapan strategi pembelajaran yang dilakukan Ibu SM selaku guru
kelas II di SD Negeri 01 Mejobo yang memiliki tujuan salah satunya mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah. Strategi guru sendiri
memiliki artian sebagai upaya yang dilakukan seorang guru dalam melakukan suatu
hal pembelajaran agar dapat menimbulkan ketertarikan, minat dan perhatian siswa
demi tercapainya tujuan. Seorang guru bertanggung jawab dalam membimbing,
mendidik, mengarahkan, mengajar dan melatih siswanya agar menjadi lebih baik
daripada sebelumnya (Haidir & Salim (2014).
Sedangkan kesulitan membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia).
Perkataan disleksia berasal dari bahasa yunani yang artinya kesulitan membaca, ada
nama–nama lain merajuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers dan
remedial readers (Abdurrahman 2017). Martini (2018), menambahkan bahwa
kesulitan belajar membaca sering didefinisikan sebagai suatu gejala kesulitan dalam
mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat. Siswa yang mengalami
kesulitan belajar membaca mengalami satu atau lebih kesulitan dalam memproses
infromasi. Anak berkesulitan belajar membaca sering memperlihatkan kebiasaan
membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya gerakan-gerakan
yang penuh ketegangan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi,
atau menggigit bibir.
Selanjutnya, kesulitan menulis merupakan suatu permasalah yang dihadapi atau
dimiliki siswa dalam menulis. Kesulitan menulis tersebut meliputi tata bahasa yang
80
keliru, sulit mengorganisasikan ide, tulisan tangan buruk, dan ejaan kacau. Tulisan
anak berkesulitan belajar menulis kurang halus dari segi tata bahasa, kurang koheren,
kurang luas, dan kurang efektif (Zulela et al. 2021). Kemudian Indrian (2021),
menambahkan bahwa kesulitan menulis adalah keslulitan mengekpresikan pikiran
prasaan dan ide dalam bentuk lambang lambang. Proses belajar menulis melibatkan
rentang waktu yang panjang dan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan proses
belajar berbicara dan membaca. Proses belajar menulis meliputi menulis dengan
tangan, mengeja, dan menulis ekspresi.
Dalam pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan Ibu SM selaku guru
kelas II di SD Negeri 01 Mejobo tentunya memiliki prinsip tersendiri. Seperti yang
diungkapkan oleh Santinah (2016) yang memberikan kriteria yang dapat dijadikan
acuan dalam pemilihan strategi pembelajaran seperti berorientasi pada tujuan
pembelajaran, memilih tekhnik pembelajaran yang sesuai dengan keterampilan yang
diharapkan dan dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja), dan
menggunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan
pada indra siswa. Berikut hasil temuan data analisis strategi guru dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah yang diperoleh dari hasil
wawancara dan observasi pada tanggal 23 Mei sampai 04 Juni 2022, sebagai berikut:
81
Tabel 4. 3 Analisis strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis
Strategi Guru
No.
Mengatasi Kesulitan Membaca Mengatasi Kesulitan Menulis
1. Mengidentifikasi kesulitan Mengidentifikasi kesulitan menulis
membaca siswa siswa siswa
2. Memastikan siswa yang benar- Memastikan siswa yang benar-
benar mengalami kesulitan benar mengalami kesulitan menulis
membaca
3. Mengkonsultasikan masalah Mengkonsultasikan masalah belajar
belajar dan mendiskusikan strategi dan mendiskusikan strategi yang
yang tepat untuk mengatasi tepat untuk mengatasi
keterlambatan membaca dengan keterlambatan menulis dengan
rekan guru rekan guru
4. Memberikan bimbingan membaca Memberi perintah siswa untuk
bersama-sama menyalin bacaan
5. Mengajarkan siswa untuk Mengajarkan siswa menulis halus
mendengarkan dan menyimak
teman yang sedang membaca
6. Mendektekan bacaan ke siswa Mengajarkan siswa untuk membuat
agar belajar merangkai kalimat karangan sederhana
7. Memberikan penilaian dan Memberikan penilaian dan evaluasi
evaluasi terhadap kemampuan terhadap kemampuan menulis
membaca siswa siswa
(Sumber: Analisis informan guru)
Berdasarkan Tabel 4.3, terlihat bahwa strategi guru yang digunakan dalam
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah yakni terdapat
82
tujuh tahapan strategi guru yang dirumuskan. Berikut pembahasan lebih mendalam
terkait strategi pembelajaran yang digunakan Ibu SM dalam digunakan dalam
mengatasi yang dikaitkan dengan teori-teori yang terkait dan penelitian terdahulu.
Pertama, strategi yang digunakan Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis siswa di kelas rendah yakni mengidentifikasi kesulitan
membaca dan menulis siswa. Strategi tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk
kesulitan yang dialami siswa dan untuk mengetahui para siswa yang mengalami
keterlambatan membaca dan menulis. Partowisastro dalam Yuline (2018),
menjabarkan bahwa proses identifikasi kesulitan belajar mengandung makna upaya
untuk mengenal dan menetapkan siswasiswi yang diperkirakan mengalami kesulitan
belajar, menetapkan jenis dan sifat kesuitan yang dimiliki siswa dalam rangka
menentukan jenis bantuan yang akan diberikan. Kesulitan belajar yang dialami siswa
berbeda-beda, oleh sebab itu kita tidak boleh menyamaratakan.
Proses identifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa memanglah penting
dilakukan untuk merumuskan strategi maupun tujuan yang akan dicapai dalam suatu
proses pembelajaran. Pernyataan yang sama dari hasil penelitian dari Utari (2020),
bahwa pengamatan secara langsung untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
membaca dan menulis siswa sangatlah penting dilakukan jika ingin mengajari siswa
membaca dan menulis. Kemudian menurut Pahlevi (2017), dari hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa seorang guru harus memahami terlebih dahulu kemampuan siswa
dalam membaca dan menulis sebelum merancang strategi pembelajaran yang
digunakan untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi yang diterapkan oleh
Ibu SM yakni mengidentifikasi kesulitan membaca dan menulis siswa merupakan
tahapan yang perlu dilakukan untuk mengukur dan mengetahui kondisi para siswa
yang mengalami keterlambatan membaca dan menulis. Merujuk pada pernyataan
Hariandi (2019), strategi digunakan sebagai cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan
termasuk juga metode pengajaran. Metode sebagai jalan untuk mengimplementasikan
daftar rencana pembelajaran yang akan ditransfer kepada siswa. Dan untuk
83
menentukan strategi pembelajaran seorang pendidik (guru) harus menyesuaikannya
terlebih dahulu dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Maka oleh sebab itu, penting
dilakukannya identifikasi kesulitan yang dialami siswa sebelum merumuskan strategi
dalam proses belajar.
Kedua, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutanya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah yakni memastikan siswa
yang benar-benar mengalami kesulitan membaca dan menulis. Dalam tahapan ini Ibu
SM memastikan kembali para siswa yang sudah di identifikasi mengalami kesulitan
belajar dan mengkategorikannya berdasarkan indikator kesulitan membaca dan
menulis yang sudah dirumuskan. Tujuan dari tahapan ini yakni agar guru lebih
mengetahui secara spesifik faktor yang menjadi penyebab siswa mengalami
keterlambatan membaca dan menulis. (Newman & Mogan 2017), menyatakan bahwa
perlunya pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang
harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan
permasalahan yang penting untuk diselesaikan.
Dari hasil penelitian Herliani et al. (2017), menjelaskan bahwa perlunya untuk
memahami jenis dan karakteristik kesulitan belajar serta latar belakang kesulitan-
kesulitan belajar dengan cara mengumpulkan dan menggunakan data selengkapnya
dan seobjektif mungkin sehingga dapat mengambil kesimpulan dan keputusan serta
mencari alternatif pemecahan masalahnya. Kemudian (Makmun 2002),
menambahkan bahwa untuk memahami karakteristik dan faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar secara seksama, guru harus melakukan diagnosis kesulitan belajar
berdasarkan indikator keterlambatan membaca dan menulis yang sudah dirumuskan.
Hal tersebut yang dilakukan Ibu SM dengan memastikan bahwa siswa mana saja
benar-benar mengalami keterlambatan dalam membaca dan menulis yang
membutuhkan bimbigan lebih lanjut.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tahapan strategi pembelajaran
yang dilakukan oleh Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
siswa di kelas rendah yakni memastikan siswa yang benar-benar mengalami
84
keterlambatan membaca dan menulis merupakan tahapan yang tepat untuk
mengetahui faktor yang menjadi penyebab dan yang menjadi latar belakang siswa
mengalami keterlambatan membaca dan menulis. Mengingat, sebelum menentukan
strategi pembelajaran terlebih dahulu harus benar-benar memahami tujuan dari suatu
pembelajaran (Murdiyono 2017). Menurut Hariandi (2019), strategi digunakan
sebagai cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan termasuk juga metode pengajaran.
Metode sebagai jalan untuk mengimplementasikan daftar rencana pembelajaran yang
akan ditransfer kepada siswa. Dan untuk menentukan strategi pembelajaran seorang
pendidik (guru) harus menyesuaikannya terlebih dahulu dengan kondisi dan
kebutuhan siswa. Maka oleh karena itu tahapan ini perlu dilakukan dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis.
Ketiga, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutanya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah yakni mengkonsultasikan
masalah belajar dan mendiskusikan strategi yang tepat untuk mengatasi
keterlambatan membaca dengan rekan guru. Dalam tahapan ini Ibu SM menceritakan
temuannya dalam proses pembelajaran yakni berupa keterlambatan membaca dan
menulis yang dialami siswa terhadap rekan guru. Tak hanya itu, tahapan ini juga
berisi perencanaan yang di gunakan Ibu SM dalam menentukan dan menyiapkan
strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan siswa dalam membaca dan
menulis. (Fachri 2020), menjelaskan bahwa melalui perencanaan yang maksimal,
seorang guru dapat menentukan strategi apa yang digunakan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Perencanaan dapat menghindarkan kegagalan
pembelajaran.
Dengan adanya perencanaan strategi pembelajaran, maka pelaksanaan kegiatan
pembelajaran akan menjadi baik dan efektif. Maksudnya adalah, karena perencanaan
atau persiapan dalam merancang strategi tersebut, maka seorang guru akan dapat
memberikan pengetahuan dengan baik. Karena itu ia dapat menghadapi situasi di
kelas secara tegas dan mantap serta fleksibel (Qasim 2016). Hal tersebut selaras yang
dilakukan oleh Ibu SM yakni sebelum mengatasi keterlambatan membaca dan
85
menulis, beliau terlebih dahulu menyusun strategi yang tepat sesuai dengan kondisi
dan latar belakang siswa yang mengalami keterlambatan. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh Nurlaila (2018), dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa
perencanaan pembelajaran merupakan langkah awal menjadikan proses pembelajaran
yang bermakna untuk siswa. Tanpa perencanaan pembelajaran yang baik, mustahil
bisa diperoleh pembelajaran yang sukses mengatasi permasalahan dalam proses
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik dapat dilakukan dengan sendiri
maupun meminta bantuan orang lain untuk dimintai sumbangsih pendapat.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tahapan strategi pembelajaran
yang dilakukan oleh Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
siswa di kelas rendah yakni mengkonsultasikan masalah belajar dan mendiskusikan
strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan membaca bersama rekan guru,
merupakan langkah yang tepat. Mengingat, efektifitas seorang guru dinilai dari sosok
yang mampu menyelesaikan tugasnya dan kewajibannya secara profesional
(Ngalimun, 2017). Untuk itu perlunya seorang guru memiliki pemikiran kreatif dan
inovatif mestinya dimiliki oleh pendidik (guru) dimana hal ini sangatlah penting
karena dengan begitu akan lebih mudah dalam menyusun strategi mengajar yang
menarik dan menyenangkan bagi siswa. Djamarah & Zain (2018), mengemukakan
pendapat bahwa apabila seorang guru mahir mengelola dengan bakat kreatif dan
kemampuan mengajar murid-murid di semua jenjang, maka bisa jadi Anda tidak
mempunyai hambatan dalam melaksanakan seluruh kurikulum yang di isyaratkan
bagi mata pelajaran atau kelas.
Keempat, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutnya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis yaitu dengan memberi bimbingan membaca
secara bersama-sama dan memberi perintah siswa untuk menyalin bacaan. Pada
tahapan bimbingan membaca, Ibu SM memberikan perintah ke siswa agar membaca
secara bergantian. Dengan harapan semua siswa secara bersama-sama semakin
mengenal berbagai kosa kata yang ada. Djamarah & Zain (2018), menyatakan bahwa
strategi dasar yang bisa dilakukan guru dalam memberikan layanan bimbingan
86
terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar membaca yaitu dengan memberikan
strategi layanan berdasarkan kategori kasus dan sifat permasalahannya sesuai, dengan
sifat permasalahannya layanan bimbingan diberikan kepada siswa sebagai individual
dan dapat pula diberikan pula kepada individu dalam situasi kelompok. Layanan
bimbingan kelompok, diselenggarakan apabila terdapat sejumlah individu yang
mempunyai kebutuhan atau permasalahan yang serupa.
Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diterapkan oleh Ibu SM yakni dengan
menerapkan strategi yang memberikan layanan bimbingan bersama-sama kepada
siswa dalam mengatasi keterlambatan membaca. Pemilihan strategi tersebut
dilatarbelakangi oleh jumlah siswa yang mengalami keterlambatan belajar sangatlah
banyak. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu SM saat proses wawancara sebagai
berikut; “karena disini terdiri dari siswa dengan berbagai permasalahan
keterlambatan membaca yang cukup banyak dan berbeda-beda” (Sumber:
Wawancara guru, 04 Juni 2022). Pahlevi (2017), dari hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa langkah awal dalam mengatasi keterlambatan siswa yaitu
dengan memberikan bimbingan yang sifatnya mengenalkan kosa kata dalam bacaan.
Hal serupa diungakapkan oleh Lerner dalam Meliza et al. (2016), yang
menyatakan bahwa langkah awal dalam mengajarkan membaca di kelas rendah
sekolah dasar yaitu dengan mengajarkan pengucapan bunyi – bunyi kelompok huruf
dan huruf. Pernyataan tersebut sesuai dengan strategi yang dilakukan oleh Ibu SM
dengan meminta anak membaca secara bergantian, dan memberikan contoh apabila
terdapat anak yang membaca dengan keliru. Maka, oleh karena itu strategi
memberikan bimbingan membaca secara bersama-sama oleh Ibu SM dapat
direkomendasikan sebagai strategi awal mengatasi keterlambatan membaca.
Kemudian strategi awal yang dilakukan Ibu SM untuk mengatasi keterlambatan
menulis yaitu dengan memberi perintah siswa untuk menyalin bacaan. Hal semacam
ini sudah lazim dilakukan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi strategi ini
dibilang efektif dalam mengatasi keterlambatan menulis dikelas rendah. (Musikowati,
Wijayanti, and Darmanto 2016), menegaskan bahwa kegiatan menulis dikelas rendah
87
biasanya diterapkan dengan cara menyalin atau menirukan tulisan dari buku paket
atau buku pelajaran lain, menirukan tulisan guru di papan tulis atau menulis dari dikte
yang diberikan oleh guru.
Pernyataan serupa dari Pahlevi (2017), dari hasil penelitiannya menegaskan
bahwa penggunaan metode menyalin sangat efektif karena guru dapat memberikan
contoh langsung cara menulis baik dan benar, sekaligus mengetahui siswa manakah
yang masih mengalami keterlambatan menulis. Hal ini membuktikan bahwa, strategi
yang dilakukan Ibu SM dapat menjadi rekomendasi untuk mengatasi keterlambatan
menulis siswa di kelas rendah. Mengingat Djauzak (2014) juga merumuskan strategi
untuk mengatasi keterlambatan menulis dengan metode lambung yang salah satunya
mengenalkan kata, yang artinya sama dengan menyalin atau menjiplak.
Kelima, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutnya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis yaitu dengan mengajarkan siswa untuk
mendengarkan dan menyimak teman yang sedang membaca dan mengajarkan siswa
untuk menulis halus. Pada tahapan mengajarkan siswa untuk mendengarkan dan
menyimak teman yang sedang membaca, merupakan strategi lanjutan dari
memberikan bimbingan membaca. Pada tahapan ini Ibu SM memberikan perintah ke
siswa yang memiliki keterlambatan membaca agar maju membaca ke depan kelas.
Kemudian Ibu SM memberikan koreksi dari ketepatan kata, struktur kalimat, serta
pengekspresian saat membaca. Hal ini dilakukan agar semua siswa sama mendengar
dan mengetahui cara membaca yang baik dan benar. Layanan bimbingan kelompok,
diselenggarakan apabila terdapat sejumlah individu yang mempunyai kebutuhan atau
permasalahan yang serupa (Djamarah and Zain 2018).
Dengan memberikan koreksi, siswa lainnya yang mendengarkan dan menyimak
dapat mengetahui bunyi-bunyi huruf yang benar. Murdiyono (2017), menjabarkan
strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca salah satunya dengan metode
gilingham yang mengenalkan bunyi huruf yang dikombinasikan ke dalam kelompok
yang lebih besar. Artinya strategi yang dilakukan oleh Ibu SM dapat menjadi
rekomendasi dalam mengatasi keterlambatan dalam menulis. Pernyataan tersebut
88
didukung oleh Faudah (2019), dari hasil penelitiannya menjelaskan bahwa langkah
mengatasi keterlambatan membaca dengan meminta siswa maju kedepan, dapat
secara mandiri mengenalkan cara membaca yang benar dari siswa yang maju
kedepan.
Kemudian strategi selanjutnya yang dilakukan Ibu SM untuk mengatasi
keterlambatan menulis yaitu dengan mengajari siswa menulis halus. Pada tahapan ini
Ibu SM mengajarkan cara menulis halus agar siswa dapat menulis dengan rapi
sekaligus mengenalkan kosa kata dalam satu kata. Djauzak (2014), menjabarkan
strategi guru dalam mengatasi kesulitan menulis siswa di kelas rendah sekolah dasar
dengan menggunakan metode eja yang didalamnya memuat langkah-langkah menulis
huruf lepas dan merangkainya huruf lepas menjadi kata.
Menurut Wening (2019), menuturkan bahwa manfaat pertama dari menulis
tegak bersambung adalah membantu siswa memahami apa yang ia tuliskan. Dari
penelitiannya menunjukkan kalau menulis secara tegak bersambung terus-menerus,
bisa membuat siswa lebih memahami apa yang ditulis dibandingkan dengan menulis
model huruf tegak. Ini membuktikan bahwa strategi yang dilakukan Ibu SM yakni
dengan mengajarkan menulis halus, dapat direkomendasikan sebagai tahapan strategi
untuk mengatasi keterlambatan menulis.
Keenam, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutnya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis yaitu dengan mendektekan bacaan ke siswa
agar belajar merangkai kalimat dan mengajarkan siswa untuk membuat karangan
sederhana. Pada tahapan mendektekan bacaan ke siswa agar belajar merangkai
kalimat, Ibu SM menuturkan bahwa “strategi ini cocok dengan mengatasi
keterlambatan menulis, tapi strategi tersebut saya terapkan disini agar siswa juga
yang memiliki keterlambatan membaca yang paling lambat, dapat mengenal suku
kata tiap kata” (Sumber: Wawancara siswa, 04 Juni 2022). Pernyataan tersebut
didukung oleh Murdiyono (2017), yang merumuskan strategi guru dalam mengatasi
kesulitan membaca siswa kelas rendah di sekolah dasar dengan menggunakan metode
Fernald. Dalam metode ini dikembangkan pengajaran membaca yang dimulai
89
menuliskan kata, kemudian anak melihat tulisan dan membacanya secara berulang-
ulang, sehingga anak dapat menulis dan membaca dengan benar. Strategi tersebut
memiliki tahapan yang sama seperti strategi yang dirumuskan oleh Ibu SM.
Menurut Lerner & Kline (2006), metode Fernald berisikan siswa mendengarkan
guru mengucapkan kata, kemudian ditulisnya, dan mengucapkan kata untuk diri
sendiri. Anak yang mampu mendengarkan dan mengucakan kembali kata yang
dipelajari akan semakin banyak meningkatkan kesadaran bentuk huruf dan bunyi
huruf sehingga dapat mengatasi keterlambatan siswa dalam membaca (Ratnasari
2017). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan Ibu
SM dapat dijadikan rekomendasi dalam mengatasi keterlambatan membaca.
Kemudian, strategi selanjutnya yang dilakukan Ibu SM untuk mengatasi
keterlambatan menulis yaitu dengan mengajarkan siswa untuk membuat karangan
sederhana. Pada tahapan ini Ibu SM mengajak siswa untuk membuat karangan
sederhana seperti aktivitas dalam kesehariannya. Ibu SM juga menegaskan bahwa
“dengan kegiatan mengarang sederhana ini, dapat melatih kemampuan siswa dalam
menyusun kata perkata menjadi kalimat” (Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022).
Pernyataan tersebut didukung penelitian Pahlevi (2017), melalui hasil penelitiannya
menyatakan bahwa mengarang sederhana dapat melatih kemampuan siswa dalam
menyusun kata perkata menjadi kalimat yang dapat dipahami oleh orang lain, selain
melatih kemampuan siswa dalam menyusun kata menagarang sederhana melatih
kemampuan siswa dalam menyusun kata perkata menjadi kalimat yang dapat
dipahami oleh orang lain, selain melatih kemampuan siswa dalam menyusun kata
mengarang sederhana.
Susanto (2015), menambahkan bahwa menulis karangan dapat mengatasi
keterlambatan menulis dengan melatih siswa tentang nilai, kerapian, ketepatan ejaan,
dan isi karangan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Djauzak (2014), yang
menyatakan bahwa strategi guru dalam mengatasi kesulitan menulis siswa di kelas
rendah yakni dapat dilakukan dengan metode eja yaitu dengan belajar menulis dengan
merangkai suku kata menjadi kata dan merangkai kata dengan kalimat. Pernyataan-
90
pernyataan tersebut sesuai dengan strategi yang dilakukan Ibu SM dalam mengatasi
keterlambatan menulis siswa. Maka oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa strategi
yang dilakukan Ibu SM untuk mengatasi keterlambatan menulis yaitu dengan
mengajarkan siswa untuk membuat karangan sederhana dapat dijadikan rekomendasi.
Ketujuh, strategi terakhir yang digunakan Ibu SM dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis yaitu memberikan evaluasi dan motivasi agar
siswa bersemangat belajar membaca dan menulis. Pada tahapan ini Ibu SM
memberikan penilaian dari serangkaian strategi yang telah beliau terapkan. Penilaian
ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa yang memiliki
keterlambatan dalam membaca dan menulis. Dahnianti (2017), menjelaskan bahwa
mengukur kemampuan membaca siswa merupakan salah satu langkah dalam
mengatasi keterlambatan membaca. Dengan penilaian siswa dapat mengetahui
kemampuannya dan semakin meningkatkan kemampuan membaca dan menulisnya.
Pernyataan tersebut didukung oleh Magdalena et al. (2020), bahwa dalam
memberikan penilaian diakhir tahapan strategi yang dilakukan dapat memberikan
informasi yang berhubungan dengan kemajuan siswa hingga pembinaan kegiatan
selanjutnya. Selaras dengan strategi yang diterapkan Ibu SM, dengan memberikan
evaluasi terkait dari hasil membaca dan menulis siswa dapat memberikan gambaran
atau daftar siswa yang memerlukan pembinaan lebih lanjut. Menurut Faudah (2019),
dari hasil penelitiannya menjelaskan bahwa dalam mengatasi keterlambatan membaca
dan menulis perlunya pengevaluasian agar seorang guru menentukan tindak lanjut
strategi sesuai kemampuan siswa.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi terakhir yang digunakan
Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis yaitu memberikan
evaluasi dan motivasi agar siswa bersemangat belajar membaca dan menulis dapat
dijadikan rekomendasi untuk mengatasi mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis. Mengingat, efektifitas seorang pendidik (guru) dinilai dari sosok yang
mampu menyelesaikan tugasnya dan kewajibannya secara professional (Ngalimun
91
2017). Yang artinya, seorang guru haruslah menciptakan strategi yang harus
berkelanjutan dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam proses belajar.
92
93
Tabel 4. 4 Faktor penghambat strategi guru
94
materi yang diberikan oleh guru. Sehingga kurangnya konsistensi menulis menjadi
salah satu kendala yang dialami oleh siswa, faktor tersebut juga muncul apabila guru
juga tidak memberikan materi secara bertahap sehingga siswa merasa terbebani
terhadap materi yang belebih selanjutnya guru juga tidak melakukan pengulangan
terhadap materi yang telah diberikan sehingga ketika siswa mendapat materi baru
siswa lupa terhadap materi-materi yang telah lalu seperti bentuk huruf, tinggi rendah,
dan panjang pendek huruf yang berdampak pada tulisan yang semula sudah rapi
menjadi berantakan atau tidak sesuai dengan kaidahnya. Perlu adanya pemahaman
mengenai menulis yang disampaikan oleh guru kepada siswa bahwa dengan adanya
keterampilan menulis siswa akan mampu dalam mengkomunikasikan ide/gagasan
tetapi ketika guru dan siswa tidak terdapat pemahaman yang padu karena kurangnya
konsentrasi dan fokus pada materi yang dipelajari ditambah dengan adanya
kesenjangan usia mengakibatkan siswa terlambat dalam memahami materi menulis.
Tentunya, untuk mengatasi faktor penghambat tersebut Ibu SM sudah
memikirkan langkah untuk mengatasi kendala tersebut. Yang pertama, untuk
konsentrasi siswa yang kurang Ibu SM sesekali memberikan bimbingan membaca
dengan menggunakan gambar atau dengan bernyanyi. Hal ini diungkapkan oleh Ibu
SM dalam proses wawancara berikut; “anak-anak terlihat antusias jika saya
mengenalkan bentuk-bentuk kosa kata sulit menggunakan gambar. Mereka terlihat
tertarik dan serius mendengarkan. Apalagi kalau saat bernyanyi, anak-anak pasti
semuanya terlihat riang dan semangat dalam belajar” (Sumber: Wawancara guru, 04
Juni 2022). Hal ini terbukti, bahwa dari hasil analisis data menunjukan bahwa siswa
lebih tertarik dan bisa berkonsentrasi dalam membaca atau mengenal kata mengetahui
bunyi dari tiap kata dengan adanya bernyanyi.
Kemudian yang kedua, untuk mengatasi kurangnya rasa percaya diri pada
siswa, Ibu SM sudah memikirkan strategi untuk mengatasi kendala tersebut. Strategi
yang digunakan Ibu SM agar siswa bersemangat dalam belajar menulis yaitu
memanagemen waktu. memberikan bimbingan membaca dengan menggunakan
gambar atau dengan bernyanyi. Hal ini diungkapkan oleh Ibu SM dalam proses
95
wawancara berikut; “anak kalau sudah masuk pertengahan pasti sudah lemes ada
yang bilang capek dan lain-lain. Kalau sudah begitu ya tak suruh istirahat dulu
mbak, istirahat dulu menulisnya 5 menit kemudian lanjut lagi. Terkadang saya punya
waktu tersendiri, saya kasih waktu 10 menit menulis, terus istirahat 5 menit, dan
saya ulang-ulangi terus menerus” (Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022).
Langkah tersebut dapat meminimalisir motivasi siswa yang rendah dalam menulis,
sehingga bisa bersemangat lagi.
Berdasarkan hasil temuan faktor penghambat strategi yang digunakan guru
dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa, solusinya adalah guru
mengatasi kendala yang ada dengan usaha guru sendiri. Maka dari itulah guru dalam
hal ini melakukan berbagai tindakan dalam mengatasi kendala yang dihadapi karena
tanggung jawabnya terhadap target yang dibebankan pada guru kelas sehingga perlu
adanya bimbingan belajar yang intensif pada siswa yang mengalami keterlambatan
membaca dan menulis. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Prasetyo (2011),
bimbingan belajar efektif adalah suatu bantuan yang diberikan pada siswa untuk
mengatasi masalah-masalah dalam belajar sehingga mendapat hasil yang baik. Hal ini
perlu dilakukan agar kendala tersebut tidak terus berlanjut.
Sejalan dengan tanggung jawab itulah pengertian Undang-Undang RI No.14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Ketentuan Umum Pasal 1, sebagai guru
profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarhakan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa. Dimana dalam pengertian tersebut dapat
kita pahami bahwa guru memiliki tanggung jawab dalam membimbing dan
mengarahkan siswanya untuk memahami pembelajaran yang diberikan saat berada di
lingkungan sekolah. Sama halnya dengan mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis, yang merupakan tanggung jawab seorang guru dalam menciptakan strategi
belajar yang mampu mengatasi permasalahan siswa dalam belajar.
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan
faktor yang terpenting. Guru merupakan sosok di balik keberhasilan suatu
pembelajaran (Ngalimun 2017). Oleh karena itu, seorang guru haruslah memiliki
96
pemikiran kreatif dan inovatif mestinya dimiliki oleh pendidik (guru) dimana hal ini
sangatlah penting karena dengan begitu akan lebih mudah dalam menyusun strategi
mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa (Djamarah & Zain, 2018).
97
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang berjudul strategi guru dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis pada siswa kelas rendah di SD Negeri 1 Mejobo, maka
diharapkan dapat memberikan jawaban atas rumusan masalah di atas yang menjadi
fokus penelitian ini. Berikut beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
pembahasan di atas:
a. Strategi atau pola pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas dalam
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis di kelas rendah yaitu: 1)
mengidentifikasi kesulitan membaca dan menulis siswa, 2) memastikan siswa
yang benar-benar mengalami kesulitan membaca dan menulis, 3)
mengkonsultasikan masalah belajar dan mendiskusikan strategi yang tepat
untuk mengatasi keterlambatan membaca dengan rekan guru, 4) memberikan
bimbingan membaca bersama-sama dan memberi perintah siswa untuk
menyalin bacaan, 5) mengajak siswa untuk mendengarkan dan menyimak
teman yang sedang membaca dan mengajarkan siswa menulis halus, 6)
mendektekan bacaan ke siswa agar belajar merangkai kalimat dan mengajarkan
siswa untuk membuat karangan sederhana, dan terakhir 7) memberikan
penilaian dan evaluasi terhadap kemampuan membaca dan menulis siswa. Dari
ketujuh startegi atau pola pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas
tersebut, memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis di kelas rendah.
b. Dalam penerapan strategi guru, terdapat faktor penghambat yang
mempengaruhi keberhasilan strategi guru dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis di kelas rendah antara lain kurangnya konsentrasi siswa
dan kurangnya rasa percaya diri pada siswa. Akan tetapi, Ibu SM selaku guru
98
kelas sudah memberikan solusi terhadap faktor-faktor pengahambat tersebut
agar proses mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa berjalan
dengan baik.
5.2 Saran
Peneliti memberikan beberapa saran tentunya kepada guru kelas dan siswa yang
dirasakan berguna dan bermanfaat sebagai masukan dan demi perkembangan mutu
pendidikan di kelas II SD Negeri 1 Mejobo yang akan datang, adapun saran dari
peneliti sebagai berikut:
a. Kepada guru untuk terus berupaya mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis siswa dengan memiliki berbagai strategi mengajar yang variatif,
dengan menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar dan dilengkapi
dengan metode-metode lainnya agar penggunaannya lebih efektif dan efisien,
sehingga semakin menguatkan minat belajar siswa.
b. Kepada siswa untuk giat belajar dan selalu belajar membaca dan menulis lebih
giat lagi agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, dapat
menyerap materi dengan baik dan berprestasi selama bersekolah.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2017. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. 2nd ed.
Jakarta: Rineka Cipta.
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. 3rd ed. Jakarta: Rajawali Pers.
Ahmadi, ABu, and Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. 3rd ed.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badriana, Badriana. 2016. “Strategi Pendidik Menghadapi Peserta Didik Yang Mengalami
Kesulitan Belajar Di Kelas III MI Nasrul Haq Makassar.” niveritas Islam Negeri
Alauddin, Makasar.
Dahnianti, Besseayus. 2017. “Aspek-Aspek Penilaian Dan Pengukuran Dalam Membaca.”
Universitas Muhhammadiyah Makassar, Makassar.
Dalman. 2015. Menulis Karya Ilmiah. 2nd ed. Depok: Rajagrafindo Persada.
Daryanto, and Tutik Rachmawati. 2015. Teori Belajar Dan Proses Pembelajaran Yang
Mendidik. Jakarta: Gava Media.
Djamarah, Syaiful Bahri, and Aswani Zain. 2018. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Djauzak, A. 2014. Peningkatan Mutu Pendidikan Sebagai Sarana Pembangunan Bangsa.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fachri. 2020. “Perencanaan Pengajaran Dalam Pembelajaran.” Jurnal Widyaiswara
Madya BDK Makassar 2(1).
Faudah, Aghnia Naimatul. 2019. “Startegi Guru Kelas Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Membaa Dan Menulis Siswa MIN 7 Magetan Dan SDN Madigondo Di Kabupaten
Magetan.” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Haidir & Salim. 2014. Strategi Pembelajaran. 2nd ed. edited by Rusmiati. Meda: Perdana
Publishing.
Hariandi, Ahmad. 2019. “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Ketrampilan Membaca Al-
Qur’an Siswa Di SDIT Aula Batanghari.” Jurnal Gentala Pendidikan Dasar 4(1):10–
21.
Herliani, Elly, Phil, and Euis Heryati. 2017. “Kesulitan Belajar Dan Idenifikasi Kesulitan
Belajar.” Jurnal Guru Pembelajar 2(1).
Husein, Hamdan. 2020. Media Pembelajaran Efektif. edited by 1. Semarang: Fatawa
Publishing.
100
Indrian, Resti Ita. 2021. “Improvement of Beginning Writing Skills Using Image Media.”
Jurnal Ilmiah Kependidikan 9(1).
Koswara. 2015. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berkesulitan Belajar Spesifik.
Bandung: Luxima Metro Media.
Lerner, Janet W., and Frank Kline. 2006. Learning Disability and Related Disorders
Characteristics and Teaching Strategies. 10th ed. Boston New York: Houghton
Mifflin Company.
Lidwina, S. 2017. “Disleksia Berpengaruh Pada Kemampuan Membaca Dan Menulis.”
Jurnal STIE Semarang 4(3):9–17.
Magdalena, Ina, Ahmad Syaiful Haq, and Fadlatul Ramdhan. 2020. Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraann Di Sekolah Dasar Negeri Bojong 3 Pinang. Vol. 2.
Majid, Abdul. 2017. Strategi Pembelajaran . 7th ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Makmun, Abin Syamsudin. 2002. Psikologi Pendidikan Perangkat Pengajaran Modul.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Martini. 2018. Kesulitan Belajar Membaca Dan Menulis Siswa Pada Tahap Permulaan.
2nd ed. Bandung: Bangdung Pres.
Meliza, Adnan, and Intan Safiah. 2016. “Startegi Guru Dalam Menigkatkan Kemampuan
Membaca Pada Siswa Kelas Rendah Gugur Inti Kecamatan Peudada Kabupaten
Bireuen.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1(2):26–36.
Mercer, C. D. 2015. Childeren and Adolescents with Learning Disabling. London:
Charles.
Moleong, L. J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Ofiset.
Mulyadi. 2016. Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus.
2nd ed. Yogyakarta: Nuha Litera.
Murdiyono. 2017. Metode Dan Strategi Dalam Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Musikowati, Dewi, Eka Wijayanti, and Julung Darmanto. 2016. “Meningkatkan Semangat
Membaca Dan Menulis Siswa Sekolah Dasar Dengan Permainan Kata Bersambut.”
Jurnal Riset Dan Konseptual 1(1).
Newman & Mogan. 2017. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran. Jakarta: AsikBelajar.
Ngalimun. 2017. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Parama Ilmu.
Nurlaila. 2018. “Urgensi Perencanaan Pembelajaran Dalam Peningkatan Profesionalisme
Guru.” Jurnal Ilmiah Sustainable 1(1):93–112.
Nursalina, Ade Irma, and Tri Esti. 2014. “Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Minat
Membaca Pada Anak.” Educational Psychology Journal 3(4):1–7.
101
Pahlevi, Ardiansyah Widya. 2017. “Peran Guru Dalam Memberikan Layanan Bimbingan
Belajar Menulis Permulaan Pada Siswa Kelas 1 SD Muhammadiyah 23 Semanggi
Surakarta.” Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Pidarta. 2016. Masalah Dalam Dunia Pendidikan. 2nd ed. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetyo, Nana. 2011. “Membangun Karakter Anak Usia Dini.” Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini 1–26.
Qasim, Muhammad. 2016. “Perencanaan Pengajaran Dalam Kegiatan Pembelajaran.”
Jurnal Diskursus Islam 4(3):84–92.
Rahim, Farida. 2016. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmawati, Nurushiryam, and Lena N. Pandjaitan. 2020. “Penerapan Metode Multisensori
Untuk Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I Di SD X Bangkalan.”
Jurnal Insight Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jembe 16(2).
Ratnasari, Ratih. 2017. “Pengaruh Metode Fernald Terhadap Kemampuan Membaca
Permulaan Huruf Awas Peserta Didik Low Vision.” Jurnal JASSI-Anakku 18(1).
Santinah. 2016. “Konsep Strategi Pembelajaran Dan Aplikasinya.” Journal For Islamic
Social Sciences 1(1):13–25.
Saugadi, Agung Rinaldy Malik, and Burhan. 2021. “Upaya Guru Dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Membaca Dan Menulis Siswa.” Jurnal KIBASP 4(2):118–26.
Shalimah, Tari Putri. 2020. “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Tematik Di MIN 22 Aceh Besar.” Aceh.
Simanjuntak. 2018. Layanan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Pres.
Slamet, S. Y. 2017. Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Surakarta: UNS Pres.
Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif Dan R&D. 26th ed. Bandung:
Alfabeta.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. 3rd ed. Yogyakarta: PT Pustaka
Baru.
Sukmadinata, Nana Syaodiah. 2010. Bimbingan Dan Konseling Dalam Praktek. 2nd ed.
Bandung: Maestro.
Suprihatiningrum. 2017. Strategi Dalam Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenanda.
Supriyadi. 2017. Pengembangan Media Pop-Up Book Untuk Meningkatkan Keterampilan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Suryadi. 2016. “Konsep Pendekatan Metode Dan STrategi Dalam Pembelajaran Menulis
Karangan Narasi Siswa SD.” Jurnal PGSD 16(2).
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar. 2nd ed. Jakarta:
Kencana.
102
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Predadamedia Group.
Tarigan, Henry Guntur. 2015. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Membaca. 2nd ed.
Bandung: Angkasa.
Turkeltaub, Peter E. 2005. The Neurobiological Basis of Reading: A Special Case of Skill
Acquisition. London: Lawrence Erlbaum Associates.
Utari, Lidya. 2020. “Analisis Strategi Guru Kelas Dalam Menghindari Kesulitan Membaca
Dan Menulis Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas II Di Marasah Ibtidaiyyah Al
Munawwarah Kota Jambi.” Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi,
Jambi.
Wening, Tyas. 2019. “Manfaat Menulis Tegak Bersambung Memberikan Manfaat Untuk
Otak.” Bobo.Id.
Yuline. 2018. “Mengenal Layanan Identifikasi Kesulitan Belajar Dan Diagnosis
KesulitanBelajar Serta Hambatannya Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah.”
Jurnal Cakrawala Kependidikan 112–207.
Zakiah, Darajat. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. 2nd ed. Jakarta: Bumi Aksara.
Zulela, Reza Rachmadtullah, and Vina Iasha. 2021. “Effectiveness of the Use of Synthetic
Analytical Structural Methods against the Ability to Begin Writing Skills in
Elementary School Students.” Jurnal Prima Edukasia 9(1):16–22.
103
LAMPIRAN
104
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan
JADWAL PELAKSANAAN
Bulan
No. Jadwal Pelaksanaan Nov 21 Des 21 Jan 22 Feb 22 Mar 22 Apr 22 Mei 22 Jun 22
A. Persiapan
1. Observasi Awal
2. Pengajuan Judul
3. Penyusunan Proposal
4. Penyusnan instrument
5. Seminar
6. Mengurus perizinan
B. Pelaksanaan
1. Wawancara dengan guru
kelas II SDN 1 Mejobo
2. Wawancara dengan siswa
kelas II SDN 1 Mejobo
C. Pelaporan
1. Penyusunan laporan
2. Penyusunan hasil laporan
3. Sidang skripsi
105
Lampiran 2 Wawancara Pra Penelitian Guru/ Wali Kelas II
Wawancara Pra Penelitian Guru/ Wali Kelas II
Nama : SM
Hari/ Tanggal : 11 Desember 2021
Lokasi :
Peneliti mengadakan wawancara observasi awal kepada guru/ wali kelas II
SDN 1 Mejobo secara langsung. Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan sebagai
berikut.
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah semua siswa sudah lancar Masih ada beberapa siswa yang
dalam hal membaca? Jika belum, mengalami keterlambatan membaca.
berikan contoh bentuk kesulitan Iya masih ada beberapa siswa yang
yang dialami siswa masih bingung dalam membedakan
huruf yang mirip seperti hurup (b)
dengan (d), huruf (p) dengan huru (q),
huruf (m) dengan huruf (w). Mereka
juga sulit membedakan huruf yang
bunyinya sama seperti huruf (f) dan
(v).
2. Apakah semua siswa sudah lancar Beberapa anak yang mengalami
dalam hal menulis? Jika belum, kesulitan membaca pasti mengalami
berikan contoh bentuk kesulitan kesulitan menulis. Terkadang siswa
yang dialami siswa sering lupa cara membuat huruf,
karena siswa tidak bisa mengenali
huruf yang bentuknya mirip dan juga
masih banyak siwa yang belum
mengenali huruf abjad dengan benar
sehingga, dalam merangkai kalimat
106
sangat sulit dilakukan siswa. Ketika
anak-anak kelas dua mengalami
keterlambatan membaca dan menulis
itu adalah kondisi yang
mengkhawatirkan. Siswa pasti
mengalami kesulitan belajar karena di
kelas dua, siswa sudah mulai
mendalami materi. Siswa yang
mengalami keterlambatan membaca
dan menulis tidak bisa menyerap atau
memahami materi yang diberikan
dengan baik, alhasil nilai mereka pasti
banyak yang tidak mencapai KKM
yang ditentukan
Kesimpulan
Siswa kelas II SDN 1 Mejobo masih terdapat siswa yang dikategorikan
mengalami keterlambatan dalam hal membaca dan menulis.
SM Rizki Tsaniazulfa
NIP. NIM. 201833133
107
Lampiran 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA GURU KELAS
No No.
Indikator Pertanyaan
. Item
1. Identifikasi Apa yang Bapak/ Ibu guru lakukan untuk mengetahui 1
siswa mengalami keterlambatan dalam membaca?
Bagaimana Bapak/ Ibu guru memastikan bahwa 2
siswa tersebut benar-benar mengalami keterlambatan
dalam membaca?
Apa yang Bapak/ Ibu guru lakukan untuk mengetahui 3
siswa mengalami keterlambatan dalam menulis?
Bagaimana Bapak/ Ibu guru memastikan bahwa 4
siswa tersebut benar-benar mengalami keterlambatan
dalam menulis?
2. Perumusan Bagaimana strategi yang Bapak/ Ibu Guru lakukan 5
Tujuan untuk mengatasi keterlambatan membaca pada
siswa?
Bagaimana strategi yang Bapak/ Ibu Guru lakukan 6
untuk mengatasi keterlambatan menulis pada siswa?
Apakah Bapak/ Ibu mengkonsultasikan strategi yang 7
akan diterapkan terhadap Kepala Sekolah atau
sekedar berdiskusi dengan rekan sejawat?
Apakah ada dukungan yang diberikan oleh Kepala 8
Sekolah ataupun rekan guru lainnya terkait strategi
yang akan Bapak/ Ibu laksanakan?
3. Pemberian Baagaimana langkah yang Bapak/ Ibu lakukan dalam 9
Bimbingan menerapkan strategi dalam mengatasi keterlambatan
membaca?
108
No No.
Indikator Pertanyaan
. Item
Bagaimana respon siswa setelah adanya strategi yang 10
Bapak/ Ibu gunakan dalam mengatasi keterlambatan
membaca?
Apa saja bentuk kendala yang Bapak/ Ibu guru 11
hadapi dalam menerapkan strategi mengatasi
keterlambatan membaca?
Apa langkah terakhir dari strategi yang Bapak/ Ibu 12
gunakan dalam mengatasi keterlambatan membaca?
4. Pengevaluasian Baagaimana langkah yang Bapak/ Ibu lakukan dalam 13
menerapkan strategi dalam mengatasi keterlambatan
menulis?
Bagaimana respon siswa setelah adanya strategi yang 14
Bapak Ibu gunakan dalam mengatasi keterlambatan
menulis?
Apa saja bentuk kendala yang Bapak/ Ibu guru 15
hadapi dalam menerapkan strategi mengatasi
keterlambatan menulis?
Apa langkah terakhir dari strategi yang Bapak/ Ibu 16
gunakan dalam mengatasi keterlambatan menulis?
109
Lampiran 4 Lembar Wawancara Guru
LEMBAR WAWANCARA TERHADAP GURU TERKAIT STRATEGI YANG
DIGUNAKAN DALAM MENGATASI KETERLAMBATAN MEMBACA DAN
MENULIS DI KELAS RENDAH
Identitas diri :
Nama : SM
Alamat : Desa Mejobo, Mejobo, Kudus, Jawa Tengah
Daftar Pertanyaan :
110
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
111
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
112
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
113
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
114
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
115
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
116
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
117
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
SM Rizki Tsaniazulfa
NIP. - NIM. 201833133
118
Lampiran 5 Kisi-kisi Pedoman Observasi Guru
No.
No. Indikator Pertanyaan
Item
1. Identifikasi Bapak/ Ibu guru melakukan tindakan untuk 1
mengetahui siswa yang mengalami keterlambatan
dalam membaca.
Bapak/ Ibu guru mengidentifikasi siswa yang 2
mengalami keterlambatan dalam membaca.
Bapak/ Ibu guru melakukan tindakan untuk 3
mengetahui siswa yang mengalami keterlambatan
dalam membaca.
Bapak/ Ibu guru mengidentifikasi siswa yang 4
mengalami keterlambatan dalam meenulis.
2. Perumusan Bapak/ Ibu Guru menyusun strategi untuk 5
Tujuan mengatasi keterlambatan membaca pada siswa.
Bapak/ Ibu Guru menyusun strategi untuk 6
mengatasi keterlambatan menulis pada siswa.
Bapak/ Ibu mengkonsultasikan strategi yang akan 7
diterapkan terhadap Kepala Sekolah atau
berdiskusi dengan rekan sejawat.
Adanya dukungan yang diberikan oleh Kepala 8
Sekolah ataupun rekan guru lainnya terkait
strategi yang akan dilaksanakan.
3. Pemberian Bapak/ Ibu guru menerapkan strategi dengan 9
Bimbingan penuh semangat dan dedikasi tinggi.
119
Bapak/ Ibu guru menerapkan strategi yang 10
digunakan secara runtut.
Bapak/ Ibu guru menguasai sepenuhnya strategi 11
yang diberikan oleh siswa.
Bapak/ Ibu guru menggunakan alat bantu dalam 12
penerapan strategi.
4. Pengevaluasian Bapak/ Ibu guru melakukan evaluasi kepada siswa 13
yang mengalami keterlambatan membaca.
Bapak/ Ibu guru memberikan penguatan terhadap 14
siswa yang mengalami keterlambatan membaca.
Bapak/ Ibu guru melakukan evaluasi kepada siswa 15
yang mengalami keterlambatan menulis.
Bapak/ Ibu guru memberikan penguatan terhadap 16
siswa yang mengalami keterlambatan menulis.
120
Lampiran 6 Lembar Observasi Guru
LEMBAR OBSERVASI TERHADAP GURU TERKAIT STRATEGI YANG
DIGUNAKAN DALAM MENGATASI KETERLAMBATAN MEMBACA DAN
MENULIS DI KELAS RENDAH
Identitas diri :
Nama : SM
Alamat : Desa Mejobo, Mejobo, Kudus, Jawa Tengah
Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Bapak/ Ibu guru melakukan Guru melakukan tindakan
tindakan untuk mengetahui untuk mengetahui siswa
siswa yang mengalami √ yang mengalami
keterlambatan dalam keterlambatan dalam
membaca. membaca.
2. Bapak/ Ibu guru Guru mengidentifikasi
mengidentifikasi siswa yang siswa yang mengalami
√
mengalami keterlambatan keterlambatan dalam
dalam membaca. membaca.
3. Bapak/ Ibu guru melakukan Guru melakukan tindakan
tindakan untuk mengetahui untuk mengetahui siswa
siswa yang mengalami √ yang mengalami
keterlambatan dalam keterlambatan dalam
membaca. membaca.
4. Bapak/ Ibu guru Guru mengidentifikasi
mengidentifikasi siswa yang siswa yang mengalami
√
mengalami keterlambatan keterlambatan dalam
dalam meenulis. meenulis.
5. Bapak/ Ibu Guru menyusun Guru menyusun strategi
strategi untuk mengatasi untuk mengatasi
√
keterlambatan membaca keterlambatan membaca
pada siswa. pada siswa.
6. Bapak/ Ibu Guru menyusun Guru menyusun strategi
strategi untuk mengatasi untuk mengatasi
√
keterlambatan menulis pada keterlambatan menulis
siswa. pada siswa.
7. Bapak/ Ibu √ Guru mengkonsultasikan
mengkonsultasikan strategi strategi yang akan
121
yang akan diterapkan diterapkan terhadap
terhadap Kepala Sekolah Kepala Sekolah atau
atau berdiskusi dengan berdiskusi dengan rekan
rekan sejawat. sejawat.
8. Adanya dukungan yang Guru mendapat dukungan
diberikan oleh Kepala yang diberikan oleh
Sekolah ataupun rekan guru Kepala Sekolah ataupun
√
lainnya terkait strategi yang rekan guru lainnya terkait
akan dilaksanakan. strategi yang akan
dilaksanakan.
9. Bapak/ Ibu guru Guru menerapkan strategi
menerapkan strategi dengan dengan penuh semangat
√
penuh semangat dan dan dedikasi tinggi.
dedikasi tinggi.
10. Bapak/ Ibu guru Guru menerapkan strategi
menerapkan strategi yang √ yang digunakan secara
digunakan secara runtut. runtut.
11. Bapak/ Ibu guru menguasai Guru menguasai
sepenuhnya strategi yang √ sepenuhnya strategi yang
diberikan oleh siswa. diberikan oleh siswa.
12. Bapak/ Ibu guru Guru menggunakan alat
menggunakan alat bantu √ bantu dalam penerapan
dalam penerapan strategi. strategi.
13. Bapak/ Ibu guru melakukan Guru melakukan evaluasi
evaluasi kepada siswa yang kepada siswa yang
√
mengalami keterlambatan mengalami keterlambatan
membaca. membaca.
14. Bapak/ Ibu guru Guru memberikan
memberikan penguatan penguatan terhadap siswa
terhadap siswa yang √ yang mengalami
mengalami keterlambatan keterlambatan membaca.
membaca.
15. Bapak/ Ibu guru melakukan Guru melakukan evaluasi
evaluasi kepada siswa yang kepada siswa yang
mengalami keterlambatan mengalami keterlambatan
menulis. menulis.
√
122
16. Bapak/ Ibu guru Guru memberikan
memberikan penguatan penguatan terhadap siswa
terhadap siswa yang √ yang mengalami
mengalami keterlambatan keterlambatan menulis.
menulis.
SM Rizki Tsaniazulfa
NIP. - NIM. 201833133
123
Lampiran 7 Kesimpulan dari hasil penelitian informan guru kelas
Kesimpulan dari Hasil Penilitian Informan Guru Kelas
124
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan
125
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan
5. Bagaimana strategi Guru menggunakan Guru menyusun strategi Strategi yang guru
yang Bapak/ Ibu strategi membimbing, untuk mengatasi gunakan untuk
Guru lakukan menyimak dan keterlambatan mengatasi
untuk mengatasi mendikte untuk membaca pada siswa keterlambatan
keterlambatan mengatasi membaca pada siswa
membaca pada keterlambatan yakni dengan
siswa? membaca memberikan
bimbingan secara
bersama-sama,
mengajarkan
menyimak bacaan,
dan mendekte mereka.
126
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan
6. Bagaimana strategi Guru menggunakan Guru menyusun strategi Strategi yang guru
yang Bapak/ Ibu strategi menyalin, untuk mengatasi gunakan untuk
Guru lakukan menulis halus, dan keterlambatan menulis mengatasi
untuk mengatasi mengarang sederhana pada siswa keterlambatan menulis
keterlambatan untuk mengatasi pada siswa yakni
menulis pada keterlambatan menulis dengan cara menyuruh
siswa? pada siswa. siswa menyalin tulisan
atau rangkuman
materi, mengajarkan
menulis indah, dan
mengajak siswa untuk
mengarang sederhana.
127
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan
128
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan
129
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan
10. Apa saja bentuk Kendala yang guru Guru memberikan Bentuk kendala dalam
kendala yang hadapi dalam penguatan terhadap mengatasi
Bapak/ Ibu guru menerapkan strategi siswa yang mengalami keterlambatan menulis
hadapi dalam mengatasi keterlambatan menulis. yaitu kurang
menerapkan keterlambatan menulis kepercayaan siswa
strategi mengatasi yakni kurang dalam menulis
keterlambatan kepercayaan siswa sehingga pekerjaan
menulis? dalam menulis tidak kunjung
sehingga pekerjaan terselesaikan.
tidak kunjung
terselesaikan.
11. Apa langkah Langkah terakhir dari Guru melakukan Langkah terakhir dari
terakhir dari strategi yang guru evaluasi kepada siswa strategi yang guru
strategi yang gunakan dalam yang mengalami gunakan dalam
Bapak/ Ibu mengatasi keterlambatan menulis. mengatasi
gunakan dalam keterlambatan menulis keterlambatan menulis
mengatasi yaitu melakukan yaitu melakukan
keterlambatan penilaian dan penilaian dan
menulis? pembenaran dari pembenaran dari
tulisan siswa. tulisan siswa.
130
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan
131
Lampiran 8 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa
No.
No. Indikator Pertanyaan
Item
1. Proses Apakah kamu sudah bisa mengenali huruf dengan 1
Identifikasi baik?
Keterlambatan Apakah kamu sudah bisa membaca dengan tidak 2
mengeja?
Apakah kamu sudah bisa membaca dengan tidak 3
terburu-buru?
Apakah kamu sudah bisa membedakan kata yang 4
hampir mirip hurufnya? Contoh “paku” dengan
“palu”, lima puluh”dengan lima belas”.
Apakah kamu sudah mengetahui fungsi dari tanda 5
baca di di dalam bacaan?
Apakah kamu berani membaca di depan kelas? 6
Apakah kamu dapat memahami arti dari kalimat 7
yang sudah kamu baca?
Coba perlihatkan bagaimana cara memegang 8
pensil saat menulis?
Huruf apa saja dari A-Z yang menurutmu susah 9
untuk ditulis atau kamu keliru dalam menulisnya?
Coba perlihatkan tulisanmu dari catatan yang 10
diberikan gurumu di papan tulis!
Coba perlihatkan tulisanmu dari hasil mencongak 11
yang diberikan gurumu!
Apakah kamu bisa melengkapi tanda baca pada 12
132
kalimat dengan benar?
Bagaimana cara menyalin tulisan cetak (lepas) 13
ketulisan sambung atau sebaliknya?
Bagaimana menulis penggunaan huruf kapital 14
pada suatu bacaan?
2. Proses Bagaimana respon gurumu saat kamu tidak bisa 15
Pemberian membaca dengan baik dan benar?
Bimbingan Tindakan apa yang diberikan gurumu saat kamu 16
tidak bisa membaca dengan baik dan benar?
Bagaimana respon gurumu saat kamu tidak bisa 17
menulis dengan baik dan benar?
Tindakan apa yang diberikan gurumu saat kamu 18
tidak bisa menulis dengan baik dan benar?
3. Pengevaluasian Bagaimana pendapatmu tentang Tindakan yang 19
dilakukan gurumu saat kamu tidak bisa membaca
dengan baik dan benar?
Apa yang dilakukan gurumu jika kamu masih saja 20
susah untuk diajari membaca dengan baik dan
benar?
Bagaimana pendapatmu tentang tindakan yang 21
dilakukan gurumu saat kamu tidak bisa menulis
dengan baik dan benar?
Apa yang dilakukan gurumu jika kamu masih saja 22
susah untuk diajari menulis dengan baik dan
benar?
133
Lampiran 9 Lembar Wawancara Siswa
Identitas diri
Nama :
Usia :
Kelas :
Alamat :
Daftar Pertanyaan :
134
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
135
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
benar?
16. Tindakan apa yang
diberikan gurumu
saat kamu tidak bisa
membaca dengan
baik dan benar?
17. Bagaimana respon
gurumu saat kamu
tidak bisa menulis
dengan baik dan
benar?
18. Tindakan apa yang
diberikan gurumu
saat kamu tidak bisa
menulis dengan baik
dan benar?
19. Bagaimana
pendapatmu tentang
Tindakan yang
dilakukan gurumu
saat kamu tidak bisa
membaca dengan
baik dan benar?
20. Apa yang dilakukan
gurumu jika kamu
masih saja susah
untuk diajari
membaca dengan
baik dan benar?
21. Bagaimana
pendapatmu tentang
tindakan yang
dilakukan gurumu
saat kamu tidak bisa
menulis dengan baik
dan benar?
22. Apa yang dilakukan
gurumu jika kamu
masih saja susah
136
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
untuk diajari
menulis dengan baik
dan benar?
Kudus, … …. 2022
Narasumber Pewawancara
137
Lampiran 9a Lembar wawancara siswa
Identitas diri
Nama : NA
Usia : 8 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kab. Kudus
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah kamu sudah Sudah bu, tapi terkadang Siswa masih belum
bisa mengenali masih ada yang keliru bisa sepenuhnya
huruf dengan baik? mengenali huruf,
terlihat masih terdapat
huruf yang belum ia
kenali.
2. Apakah kamu sudah Kalau kalimatnya susah, Siswa masih membaca
bisa membaca kadang saya masih dengan mengeja
dengan tidak mengeja bu terkhusus kata atau
mengeja? kalimat yang susah.
3. Apakah kamu sudah Saya membaca dengan Siswa sudah bisa
bisa membaca pelan-pelan bu membaca dengan
dengan tidak pelan-pelan.
terburu-buru?
4. Apakah kamu sudah Bisa bu, tapi terkadang Siswa masih sering
bisa membedakan kalau membacanya cepat- dalah membedakan
kata yang hampir cepat apalagi kalau disuruh kata yang hampir
mirip hurufnya? maju kedepan kelas sama, terkhusus jika
Contoh “paku” membaca cerita suka grogi membaca terlalu cepat
dengan “palu”, lima dan salah membaca bu dan saat kondisi
puluh”dengan lima kurang percaya diri.
belas”.
5. Apakah kamu sudah Sudah bu, tapi kadang Siswa belum
mengetahui fungsi masih ada yang salah kalau sepenuhnya
dari tanda baca di membaca dan sering mengetahui fungsi
dalam bacaan? diingatkan bu guru. Seperti tanda baca ketika
koma harus berhenti disuruh untuk
138
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
139
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
140
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
141
Lampiran 9b Lembar wawancara siswa
Identitas diri
Nama : QN
Usia : 9 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus
Daftar Pertanyaan :
142
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
143
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
144
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
145
Lampiran 9c Lembar wawancara siswa
Identitas diri
Nama : WF
Usia : 8 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus
Daftar Pertanyaan :
146
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
147
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
148
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
22. Apa yang dilakukan Dikasih tau tulisanku kalau Siswa merasa
gurumu jika kamu masih salah, diberi nesahat terbantukan atas
masih saja susah sama semangat belajar bimbingan guru dalam
untuk diajari menulis, bu guru juga mengatasi kesulitan
menulis dengan baik berpesan banyak-banyak membaca.
dan benar? latihan menulis juga kalau
dirumah bu
149
Lampiran 10 Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa
No.
No. Indikator Pertanyaan
Item
1. Proses Siswa mengenal huruf A -Z dengan baik. 1
Identifikasi Siswa membaca dengan baik tanpa mengeja. 2
Keterlambatan Siswa membaca dengan lancer dan tidak terburu- 3
buru.
Siswa membedakan kata yang hampir mirip 4
hurufnya. Contoh “paku” dengan “palu”, lima
puluh”dengan lima belas”.
Siswa mengetahui fungsi dari tanda baca di dalam 5
bacaan.
Siswa berani membaca di depan kelas. 6
Siswa memahami arti dari kalimat yang sudah ia 7
baca.
Siswa memegang pensil dengan baik dan benar 8
saat menulis.
Siswa menuliskan huruf A-Z dengan baik tanpa 9
ada yang salah ataupun keliru.
Siswa menyalin tulisan yang diberikan guru di 10
papan tulis dengan baik dan benar.
Siswa menuliskan kalimat yang diuapkan oleh 11
guru dengan baik dan benar.
Siswa melengkapi tanda baca pada kalimat dengan 12
benar.
Siswa menyalin tulisan cetak (lepas) ketulisan 13
150
sambung atau sebaliknya.
Siswa menulis penggunaan huruf kapital pada 14
suatu bacaan.
2. Proses Siswa merasa bangga/ malu/ biasa saja ketika 15
Pemberian diberi tanggapan oleh guru saat ia membaca.
Bimbingan Siswa mendengarkan penjelasan dari guru saat 16
dicontohkan membaca yang baik dan benar.
Siswa mengikuti intruksi guru saat dicontohkan 17
membaca yang baik dan benar.
Siswa merasa bangga/ malu/ biasa saja ketika 18
diberi tanggapan oleh guru saat ia menulis.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru saat 19
dicontohkan menulis yang baik dan benar.
Siswa mengikuti intruksi guru saat dicontohkan 20
menulis yang baik dan benar.
3. Pengevaluasian Siswa merasa senang dengan pembelajaran yang 21
diberikan oleg guru.
Adanya perubahan dalam keterlambatan membaca 22
yang di alami siswa.
Adanya perubahan dalam keterlambatan menulis 23
yang di alami siswa.
151
Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa
Identitas diri
Nama :
Usia :
Kelas :
Alamat :
Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Siswa mengenal huruf A -Z
dengan baik.
2. Siswa membaca dengan
baik tanpa mengeja.
3. Siswa membaca dengan
lancer dan tidak terburu-
buru.
4. Siswa membedakan kata
yang hampir mirip
hurufnya. Contoh “paku”
dengan “palu”, lima
puluh”dengan lima belas”.
5. Siswa mengetahui fungsi
dari tanda baca di dalam
bacaan.
6. Siswa berani membaca di
depan kelas.
7. Siswa memahami arti dari
kalimat yang sudah ia baca.
8. Siswa memegang pensil
dengan baik dan benar saat
menulis.
9. Siswa menuliskan huruf A-
Z dengan baik tanpa ada
yang salah ataupun keliru.
10. Siswa menyalin tulisan yang
diberikan guru di papan tulis
152
dengan baik dan benar.
11. Siswa menuliskan kalimat
yang diuapkan oleh guru
dengan baik dan benar.
12. Siswa melengkapi tanda
baca pada kalimat dengan
benar.
13. Siswa menyalin tulisan
cetak (lepas) ketulisan
sambung atau sebaliknya.
14. Siswa menulis penggunaan
huruf kapital pada suatu
bacaan.
15. Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi
tanggapan oleh guru saat ia
membaca.
16. Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat
dicontohkan membaca yang
baik dan benar.
17. Siswa mengikuti intruksi
guru saat dicontohkan
membaca yang baik dan
benar.
18. Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi
tanggapan oleh guru saat ia
menulis.
19. Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat
dicontohkan menulis yang
baik dan benar.
153
keterlambatan membaca
yang di alami siswa.
23. Adanya perubahan dalam
keterlambatan menulis yang
di alami siswa.
Kudus, … …. 2022
Narasumber Observer
154
Lampiran 11a Lembar observasi siswa
Identitas diri
Nama : NA
Usia : 8 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus
Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Siswa mengenal huruf A -Z Siswa mengenal huruf A -Z
√
dengan baik. dengan baik.
2. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca
√
baik tanpa mengeja. dengan baik tanpa mengeja.
3. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca
lancer dan tidak terburu- √ dengan lancer dan tidak
buru. terburu-buru.
4. Siswa membedakan kata Siswa membedakan kata yang
yang hampir mirip hampir mirip hurufnya.
hurufnya. Contoh “paku” √ Contoh “paku” dengan
dengan “palu”, lima “palu”, lima puluh”dengan
puluh”dengan lima belas”. lima belas”.
5. Siswa mengetahui fungsi Siswa mengetahui fungsi dari
dari tanda baca di dalam √ tanda baca di dalam bacaan.
bacaan.
6. Siswa berani membaca di Siswa berani membaca di
√
depan kelas. depan kelas.
7. Siswa memahami arti dari Siswa kurang bisa memahami
kalimat yang sudah ia baca. √ arti dari kalimat yang sudah
ia baca.
8. Siswa memegang pensil Siswa memegang pensil
dengan baik dan benar saat √ dengan baik dan benar saat
menulis. menulis.
9. Siswa menuliskan huruf A- Siswa kurang bisa
Z dengan baik tanpa ada menuliskan huruf A-Z dengan
√
yang salah ataupun keliru. baik tanpa ada yang salah
ataupun keliru.
155
10. Siswa menyalin tulisan yang Siswa kurang bisa menyalin
diberikan guru di papan tulis tulisan yang diberikan guru di
√
dengan baik dan benar. papan tulis dengan baik dan
benar.
11. Siswa menuliskan kalimat Siswa kurang bisa
yang diuapkan oleh guru menuliskan kalimat yang
√
dengan baik dan benar. diuapkan oleh guru dengan
baik dan benar.
12. Siswa melengkapi tanda Siswa melengkapi tanda baca
baca pada kalimat dengan √ pada kalimat dengan benar.
benar.
13. Siswa menyalin tulisan Siswa kurang bisa menyalin
cetak (lepas) ketulisan √ tulisan cetak (lepas) ketulisan
sambung atau sebaliknya. sambung atau sebaliknya.
14. Siswa menulis penggunaan Siswa kurang bisa menulis
huruf kapital pada suatu √ penggunaan huruf kapital
bacaan. pada suatu bacaan.
15. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi
√
tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
membaca. membaca.
16. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat
√
dicontohkan membaca yang dicontohkan membaca yang
baik dan benar. baik dan benar.
17. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan membaca
√
membaca yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
18. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi
√
tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
menulis. menulis.
19. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat
√
dicontohkan menulis yang dicontohkan menulis yang
baik dan benar. baik dan benar.
20. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan menulis
√
menulis yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
21. Siswa merasa senang √ Siswa merasa senang dengan
156
dengan pembelajaran yang pembelajaran yang diberikan
diberikan oleg guru. oleg guru.
22. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan membaca √ keterlambatan membaca yang
yang di alami siswa. di alami siswa.
23. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan menulis yang √ keterlambatan menulis yang
di alami siswa. di alami siswa.
157
Lampiran 11b Lembar observasi siswa
Identitas diri
Nama : QN
Usia : 9 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus
Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Siswa mengenal huruf A -Z Siswa kurang bisa mengenal
√
dengan baik. huruf A -Z dengan baik.
2. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca
√
baik tanpa mengeja. dengan baik tanpa mengeja.
3. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca
lancer dan tidak terburu- √ dengan lancer dan tidak
buru. terburu-buru.
4. Siswa membedakan kata Siswa membedakan kata yang
yang hampir mirip hampir mirip hurufnya.
hurufnya. Contoh “paku” √ Contoh “paku” dengan
dengan “palu”, lima “palu”, lima puluh”dengan
puluh”dengan lima belas”. lima belas”.
5. Siswa mengetahui fungsi Siswa kurang bisa
dari tanda baca di dalam √ mengetahui fungsi dari tanda
bacaan. baca di dalam bacaan.
6. Siswa berani membaca di Siswa kurang berani
√
depan kelas. membaca di depan kelas.
7. Siswa memahami arti dari Siswa kurang bisa memahami
kalimat yang sudah ia baca. √ arti dari kalimat yang sudah
ia baca.
8. Siswa memegang pensil Siswa memegang pensil
dengan baik dan benar saat √ dengan baik dan benar saat
menulis. menulis.
9. Siswa menuliskan huruf A- Siswa kurang bisa
Z dengan baik tanpa ada menuliskan huruf A-Z dengan
√
yang salah ataupun keliru. baik tanpa ada yang salah
ataupun keliru.
158
10. Siswa menyalin tulisan yang Siswa kurang bisa menyalin
diberikan guru di papan tulis tulisan yang diberikan guru di
√
dengan baik dan benar. papan tulis dengan baik dan
benar.
11. Siswa menuliskan kalimat Siswa kurang bisa
yang diuapkan oleh guru menuliskan kalimat yang
√
dengan baik dan benar. diuapkan oleh guru dengan
baik dan benar.
12. Siswa melengkapi tanda Siswa kurang bisa
baca pada kalimat dengan √ melengkapi tanda baca pada
benar. kalimat dengan benar.
13. Siswa menyalin tulisan Siswa kurang bisa menyalin
cetak (lepas) ketulisan √ tulisan cetak (lepas) ketulisan
sambung atau sebaliknya. sambung atau sebaliknya.
14. Siswa menulis penggunaan Siswa kurang bisa menulis
huruf kapital pada suatu √ penggunaan huruf kapital
bacaan. pada suatu bacaan.
15. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi
√
tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
membaca. membaca.
16. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat
√
dicontohkan membaca yang dicontohkan membaca yang
baik dan benar. baik dan benar.
17. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan membaca
√
membaca yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
18. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi
√
tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
menulis. menulis.
19. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat
√
dicontohkan menulis yang dicontohkan menulis yang
baik dan benar. baik dan benar.
20. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan menulis
√
menulis yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
21. Siswa merasa senang √ Siswa merasa senang dengan
159
dengan pembelajaran yang pembelajaran yang diberikan
diberikan oleg guru. oleg guru.
22. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan membaca √ keterlambatan membaca yang
yang di alami siswa. di alami siswa.
23. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan menulis yang √ keterlambatan menulis yang
di alami siswa. di alami siswa.
160
Lampiran 11c Lembar observasi siswa
Identitas diri
Nama : WF
Usia : 8 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus
Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Siswa mengenal huruf A -Z Siswa kurang bisa mengenal
√
dengan baik. huruf A -Z dengan baik.
2. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca
√
baik tanpa mengeja. dengan baik tanpa mengeja.
3. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca
lancer dan tidak terburu- √ dengan lancer dan tidak
buru. terburu-buru.
4. Siswa membedakan kata Siswa membedakan kata yang
yang hampir mirip hampir mirip hurufnya.
hurufnya. Contoh “paku” √ Contoh “paku” dengan
dengan “palu”, lima “palu”, lima puluh”dengan
puluh”dengan lima belas”. lima belas”.
5. Siswa mengetahui fungsi Siswa kurang bisa
dari tanda baca di dalam √ mengetahui fungsi dari tanda
bacaan. baca di dalam bacaan.
6. Siswa berani membaca di Siswa kurang berani
√
depan kelas. membaca di depan kelas.
7. Siswa memahami arti dari Siswa kurang bisa memahami
kalimat yang sudah ia baca. √ arti dari kalimat yang sudah
ia baca.
8. Siswa memegang pensil Siswa memegang pensil
dengan baik dan benar saat √ dengan baik dan benar saat
menulis. menulis.
9. Siswa menuliskan huruf A- Siswa kurang bisa
Z dengan baik tanpa ada menuliskan huruf A-Z dengan
√
yang salah ataupun keliru. baik tanpa ada yang salah
ataupun keliru.
161
10. Siswa menyalin tulisan yang Siswa kurang bisa menyalin
diberikan guru di papan tulis tulisan yang diberikan guru di
√
dengan baik dan benar. papan tulis dengan baik dan
benar.
11. Siswa menuliskan kalimat Siswa kurang bisa
yang diuapkan oleh guru menuliskan kalimat yang
√
dengan baik dan benar. diuapkan oleh guru dengan
baik dan benar.
12. Siswa melengkapi tanda Siswa kurang bisa
baca pada kalimat dengan √ melengkapi tanda baca pada
benar. kalimat dengan benar.
13. Siswa menyalin tulisan Siswa kurang bisa menyalin
cetak (lepas) ketulisan √ tulisan cetak (lepas) ketulisan
sambung atau sebaliknya. sambung atau sebaliknya.
14. Siswa menulis penggunaan Siswa kurang bisa menulis
huruf kapital pada suatu √ penggunaan huruf kapital
bacaan. pada suatu bacaan.
15. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi
√
tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
membaca. membaca.
16. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat
√
dicontohkan membaca yang dicontohkan membaca yang
baik dan benar. baik dan benar.
17. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan membaca
√
membaca yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
18. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi
√
tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
menulis. menulis.
19. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat
√
dicontohkan menulis yang dicontohkan menulis yang
baik dan benar. baik dan benar.
20. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan menulis
√
menulis yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
21. Siswa merasa senang √ Siswa merasa senang dengan
162
dengan pembelajaran yang pembelajaran yang diberikan
diberikan oleg guru. oleg guru.
22. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan membaca √ keterlambatan membaca yang
yang di alami siswa. di alami siswa.
23. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan menulis yang √ keterlambatan menulis yang
di alami siswa. di alami siswa.
163
Lampiran 12 Analisis dari hasil penelitian informan siswa
Kesimpulan dari Hasil Penilitian Informan Siswa
1. Apakah kamu NA: Siswa masih belum bisa NA: Siswa sebagian besar sudah Dari ketiga subjek
sudah bisa sepenuhnya mengenali huruf, mengenal huruf A -Z dengan siswa, masih belum
terlihat masih terdapat huruf baik. bisa mengenali huruf
mengenali huruf
yang belum ia kenali. dengan baik.
dengan baik? QN: Siswa kurang bisa mengenal
QN: Siswa masih belum bisa huruf A -Z dengan baik.
mengenali huruf dengan baik.
WF: Siswa kurang bisa mengenal
WF: Siswa masih belum bisa huruf A -Z dengan baik.
mengenali huruf dengan baik.
2. Apakah kamu NA: Siswa masih membaca NA: Siswa kurang bisa membaca Dari ketiga subjek
sudah bisa dengan mengeja terkhusus kata dengan baik tanpa mengeja. siswa, masih
atau kalimat yang susah. membaca secara
membaca dengan QN: Siswa kurang bisa membaca mengeja terkhusus
tidak mengeja? QN: Siswa masih mengeja dengan baik tanpa mengeja. kata yang sulit.
ketika membaca.
WF: Siswa kurang bisa membaca
WF: Siswa masih mengeja dengan baik tanpa mengeja.
ketika membaca.
3. Apakah kamu NA: Siswa sudah bisa membaca NA: Siswa kurang bisa membaca Dari ketiga subjek
sudah bisa siswa, membaca
164
membaca dengan dengan pelan-pelan. dengan lancer. secara pelan-pelan
tidak terburu- karena masih
QN: Siswa membaca dengan QN: Siswa kurang bisa membaca mengeja.
buru? pelan karena tidak lancar. dengan lancar dan tidak terburu-
buru.
WF: Siswa membaca dengan
tidak terburu-buru. WF: Siswa kurang bisa membaca
dengan lancar dan pelan-pelan.
4. Apakah kamu NA: Siswa masih sering salah NA: Siswa sebagian besar bisa Satu dari ketiga subjek
sudah bisa membedakan kata yang hampir membedakan kata yang hampir siswa, sudah bisa
sama, terkhusus jika membaca mirip hurufnya. membedakan kata
membedakan kata
terlalu cepat dan saat kondisi yang hampir mirip
yang hampir kurang percaya diri. QN: Siswa kurang bisa hurufnya dan dua
membedakan kata yang hampir lainnya belum bisa
mirip hurufnya?
QN: Siswa masih salah dalam mirip hurufnya. membedakan kata
Contoh “paku” membedakan beberapa kata yang hampir mirip
dengan “palu”, yang hampir mirip. WF: Siswa kurang bisa
hurufnya.
membedakan kata yang hampir
lima WF: Siswa masih salah dalam mirip hurufnya.
puluh”dengan membedakan beberapa kata
lima belas”. yang hampir mirip, terkhusus
jika ada pembelajaran
mencongak pasto banyak yang
salah.
5. Apakah kamu NA: Siswa belum sepenuhnya NA: Siswa mengetahui fungsi Satu dari ketiga subjek
sudah mengetahui mengetahui fungsi tanda baca dari tanda baca di dalam bacaan. siswa, sudah
ketika disuruh untuk membaca. mengetahuil sebagian
165
fungsi dari tanda QN: Siswa masih belum semua QN: Siswa kurang mengetahui besar fungsi dari tanda
baca di dalam mengenal fungsi dari tanda baca. fungsi dari tanda baca di dalam baca di dalam bacaan,
bacaan. dan sisanya kurang
bacaan? WF: Siswa masih belum semua mengetahui fungsi
mengenal fungsi dari tanda baca. WF: Siswa kurang bisa dari tanda baca di
mengetahui fungsi dari tanda dalam bacaan.
baca di dalam bacaan.
6. Apakah kamu NA: Siswa berani membaca NA: Siswa berani membaca di Siswa memiliki
berani membaca/ didepan kelas. depan kelas. keberanian yang
berbeda-beda, satu
menulis di depan QN: Siswa merasa takut untuk QN: Siswa kurang berani subjek berani dan
kelas? membaca didepam kelas. membaca di depan kelas. satunya mau maju
tetapi merasa takut,
WF: Siswa tidak berani WF: Siswa tidak berani membaca
dan yang ketiga tidak
membaca di depan kelas. di depan kelas.
berani.
7. Apakah kamu NA: Siswa masih kesusahan NA: Siswa kurang bisa Dari ketiga subjek
dapat memahami dalam memahami arti dari suatu memahami arti dari kalimat yang siswa, kurang bisa
kalimat. sudah ia baca. memahami arti dari
arti dari kalimat
kalimat yang sudah ia
yang sudah kamu QN: Siswa masih kesusahan QN: Siswa kurang bisa baca.
dalam memahami arti dari suatu memahami arti dari kalimat yang
baca?
kalimat. sudah ia baca.
166
8. Huruf apa saja NA: Siswa masih kesulitan dan NA: Siswa kurang bisa Dari ketiga subjek
dari A-Z yang sering keliru dalam menulis menuliskan huruf A-Z dengan siswa, kurang bisa
beberapa huruf. baik tanpa ada yang salah menuliskan huruf A-Z
menurutmu susah
ataupun keliru. dengan baik tanpa ada
untuk ditulis atau QN: Siswa masih kesahan dan yang salah ataupun
keliru menulis beberapa huruf. QN: Siswa kurang bisa keliru.
kamu keliru
menuliskan huruf A-Z dengan
dalam WF: Siswa masih kesahan dan baik tanpa ada yang salah
menulisnya? keliru menulis beberapa huruf. ataupun keliru.
167
menyalin tulisan dalam menyambung kalimat tulisan cetak (lepas) ketulisan siswa, kurang bisa
cetak (lepas) ketika menulis halus. sambung atau sebaliknya. menyalin tulisan cetak
(lepas) ketulisan
ketulisan QN: Siswa masih kesusahan QN: Siswa kurang bisa menyalin sambung atau
sambung atau alam menyambung huruf lepas tulisan cetak (lepas) ketulisan sebaliknya.
kedalam huruf bersambung. sambung atau sebaliknya.
sebaliknya?
WF: Siswa masih kesusahan WF: Siswa kurang bisa menyalin
alam menyambung huruf lepas tulisan cetak (lepas) ketulisan
kedalam huruf bersambung. sambung atau sebaliknya.
11. Bagaimana NA: Siswa masih belum bisa NA: Siswa kurang bisa menulis Dari ketiga subjek
menulis dalam menggunakan hurufdengan menggunakan huruf siswa, kurang bisa
kapital saat menulis. kapital pada suatu bacaan. menulis dengan
penggunaan huruf
menggunakan huruf
kapital pada suatu QN: Siswa masih kesusahan QN: Siswa kurang bisa menulis kapital pada suatu
alam menyambung huruf lepas dengan menggunakan huruf bacaan.
bacaan?
kedalam huruf bersambung. kapital pada suatu bacaan.
168
membaca dengan dan menyuruh siswa membaca yang baik dan benar. dicontohkan membaca
baik dan benar? dengan pelan-pelan. yang baik dan benar.
WF: Siswa mengikuti intruksi
WF: Siswa menyuruh siswa guru saat dicontohkan membaca
untuk membaca berulang-ulang yang baik dan benar.
untuk kata yang dianggap sulit.
13. Tindakan apa NA: Diberi nasehat agar menulis NA: Siswa mendengarkan Dari ketiga subjek
yang diberikan dengan pelan. penjelasan dari guru saat siswa mendapatkan
dicontohkan menulis yang baik bimbingan menulis
gurumu saat QN: Guru memberikan contoh
dan benar. dari guru dan
kamu tidak bisa ke siswa agar dapat mengerti ketiganya
pembenarannya. QN: Siswa mendengarkan mendengarkan
menulis dengan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru
baik dan benar? WF: Guru memberikan contoh dicontohkan menulis yang baik saat dicontohkan
ke siswa agar dapat mengerti dan benar.
menulis yang baik dan
pembenarannya.
benar.
WF: Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat
dicontohkan menulis yang baik
dan benar.
14. Bagaimana NA: Siswa merasa senang, NA: Siswa merasa senang ketika Dari ketiga subjek
pendapatmu karena dibantu dan diingatkan diberi tanggapan oleh guru saat ia
siswa merasa senang
jika salah dalam menulis membaca. dengan kebaikan,
tentang Tindakan
kesabaran guru
yang dilakukan QN: Siswa merasa senang QN: Siswa merasa biasa saja dengan membantunya
dibantu oleh guru ketika merasa ketika diberi tanggapan oleh guru membaca sampai bisa
gurumu saat
kesulitan membaca.
169
kamu tidak bisa WF: Siswa merasa senang saat ia membaca. dan guru tak segan-
membaca dengan dibantu oleh guru ketika merasa segan memberikan
kesulitan membaca. WF: Siswa merasa biasa saja contoh kepada siswa
baik dan benar? ketika diberi tanggapan oleh guru hingga ia dapat
saat ia membaca. melafalkan dengan
bisa sekaligus
mengetahui arti dari
kata tersebut.
15. Bagaimana NA: Siswa merasa malu, jika NA: Siswa merasa malu ketika Satu dari ketiga subjek
pendapatmu diingatkan kesalahannya dalam diberi tanggapan oleh guru saat ia siswa, merasa malu
menulis. membaca. ketika diberi
tentang tindakan
tanggapan oleh guru
yang dilakukan QN: Siswa merasa senang QN: Siswa merasa malu ketika saat tidak bisa menulis
dibantu oleh guru ketika merasa diberi tanggapan oleh guru saat ia dengan baik dan benar
gurumu saat
kesulitan membaca. membaca. dan dua sisanya
kamu tidak bisa
merasa biasa saja
menulis dengan WF: Siswa merasa senang WF: Siswa merasa malu ketika
ketika diberi
dibantu oleh guru ketika merasa diberi tanggapan oleh guru saat ia
baik dan benar? tanggapan oleh guru
kesulitan membaca. membaca.
saat tidak bisa menulis
dengan baik dan
benar.
16. Apa yang NA: Siswa sepulang sekolah NA: Adanya perubahan dalam Dari ketiga subjek
dilakukan gurumu disuruh pulang terakhir, di kasih keterlambatan membaca yang di siswa, mengalami
bimbingan membaca lagi dari bu alami siswa perubahan dalam
jika kamu masih
guru keterlambatan
saja susah untuk QN: Adanya perubahan dalam
170
diajari membaca QN: Siswa diberi bimbingan keterlambatan membaca yang di membaca.
dengan baik dan lanjutan jika masih mengalami alami siswa
kesulitan membaca.
benar? WF: Adanya perubahan dalam
WF: Siswa diberi bimbingan keterlambatan membaca yang di
lanjutan jika masih mengalami alami siswa
kesulitan membaca
17. Apa yang NA: Siswa diajari sampai bisa NA: Adanya perubahan dalam Dari ketiga subjek
dilakukan gurumu dan biasanya di kasih PR keterlambatan menulis yang di siswa, mengalami
menulis dirumah buat latihan alami siswa perubahan dalam
jika kamu masih
keterlambatan
saja susah untuk QN: Siswa diberi tugas menulis QN: Adanya perubahan dalam menulis.
dirumah biar makin baik keterlambatan menulis yang di
diajari menulis
menulisnya alami siswa
dengan baik dan
benar? WF: Biasanya dikasih PR WF: Adanya perubahan dalam
menyalin dirumah buat latihan keterlambatan menulis yang di
menulis alami siswa
171
Lampiran 13 Analisis hasil penelitian
Analisis Data Hasil Penelitian
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
1. Apa yang Bapak/ Untuk mengetahui Dari ketiga subjek siswa, Untuk mengetahui siswa yang
Ibu guru lakukan siswa yang masih membaca secara mengalami keterlambatan
untuk mengetahui mengalami mengeja terkhusus kata yang membaca, guru memberikan
siswa mengalami keterlambatan sulit. perintah ke siswa agar membaca
keterlambatan membaca, guru Dari ketiga subjek siswa, bergantian, dan terlihat beberapa
dalam membaca? melakukan masih belum bisa mengenali siswa termasuk ketiga subjek
tindakan dengan huruf dengan baik. penelitian siswa yang mengalami
memberikan Dari ketiga subjek siswa, kesulitan dalam membaca dengan
perintah agar siswa kurang bisa memahami arti masih membaca secara mengeja
membaca dari kalimat yang sudah ia terkhusus kata yang sulit, masih
bergantian. baca. belum bisa mengenali huruf dengan
baik, dan kurang bisa memahami
arti dari kalimat yang sudah ia
baca.
2. Bagaimana Bapak/ Untuk memastikan Satu dari ketiga subjek siswa, Untuk memastikan siswa yang
172
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
Ibu guru siswa yang sudah bisa membedakan kata mengalami keterlambatan
memastikan bahwa mengalami yang hampir mirip hurufnya membaca, guru melakukan
siswa tersebut keterlambatan dan dua lainnya belum bisa tindakan dengan menyuruh siswa
benar-benar membaca, guru membedakan kata yang membaca di depan dan semakin
mengalami melakukan hampir mirip hurufnya. terlihat siswa yang memerlukan
keterlambatan tindakan dengan Dari ketiga subjek siswa, bimbingan lebih seperti dua subjek
dalam membaca? menyuruh siswa membaca secara pelan-pelan penelitian siswa yang belum bisa
membaca di karena masih mengeja. membedakan kata yang hampir
depan. Satu dari ketiga subjek siswa, mirip hurufnya, siswa yang
sudah mengetahuil sebagian membaca secara pelan-pelan karena
besar fungsi dari tanda baca masih mengeja dalam membaca,
di dalam bacaan, dan sisanya dan kurang mengetahui fungsi dari
kurang mengetahui fungsi tanda baca di dalam bacaan.
dari tanda baca di dalam
bacaan.
3. Apa yang Bapak/ Untuk mengetahui Dari ketiga subjek siswa, Untuk mengetahui siswa yang
Ibu guru lakukan siswa yang kurang bisa menulis dengan mengalami keterlambatan
173
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
untuk mengetahui mengalami menggunakan huruf kapital membaca, guru melakukan
siswa mengalami keterlambatan pada suatu bacaan. tindakan dengan memberikan
keterlambatan membaca, guru Dari ketiga subjek siswa, perintah ke siswa agar siswa
dalam menulis? melakukan masih belum bisa dalam mencatat materi pelajaran dan dari
tindakan dengan melengkapi tanda baca saat kegiatan tersebut terlihat siswa
memberikan menulis. yang kurang bisa menulis dengan
perintah ke siswa Dari ketiga subjek siswa, menggunakan huruf kapital pada
agar siswa kurang bisa menuliskan huruf suatu bacaan, masih belum bisa
mencatat atau A-Z dengan baik tanpa ada dalam melengkapi tanda baca saat
menulis dipapan yang salah ataupun keliru. menulis dan siswa yang kurang bisa
tulis. menuliskan huruf A-Z dengan baik
tanpa ada yang salah ataupun
keliru.
4. Bagaimana Bapak/ Untuk memastikan Dari ketiga subjek siswa, kurang Untuk memastikan siswa yang
Ibu guru siswa yang bisa menyalin tulisan cetak mengalami keterlambatan menulis,
memastikan bahwa mengalami (lepas) ketulisan sambung atau guru melakukan penilaian keliling
siswa tersebut keterlambatan sebaliknya. melihat pekerjaan siswa dan terlihat
benar-benar menulis, guru siswa yang kurang bisa menyalin
174
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
mengalami melakukan tulisan cetak (lepas) ketulisan
keterlambatan penilaian keliling sambung atau sebaliknya.
dalam menulis? melihat pekerjaan
siswa.
5. Bagaimana strategi Strategi yang guru Dari ketiga subjek siswa merasa Startegi guru dalam mengatasi
yang Bapak/ Ibu gunakan untuk senang dengan kebaikan, keterlambatan membaca siswa
Guru lakukan mengatasi kesabaran guru dengan yakni dengan memberikan
untuk mengatasi keterlambatan membantunya membaca sampai bimbingan secara bersama-sama,
keterlambatan membaca pada bisa dan guru tak segan-segan mengajarkan menyimak bacaan,
membaca pada siswa yakni memberikan contoh kepada serta mendekte, dan dari strategi
siswa? dengan siswa hingga ia dapat tersebut mendapat respon positif
memberikan melafalkan dengan bisa dengan siswa yang merasa senang
bimbingan secara sekaligus mengetahui arti dari dengan kebaikan, kesabaran guru
bersama-sama, kata tersebut. dengan membantunya membaca
mengajarkan sampai bisa dan guru tak segan-
menyimak bacaan, segan memberikan contoh kepada
dan mendekte siswa hingga ia dapat melafalkan
mereka. dengan bisa sekaligus mengetahui
175
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
arti dari kata tersebut.
6. Bagaimana strategi Strategi yang guru Dari ketiga subjek siswa Startegi guru dalam mengatasi
yang Bapak/ Ibu gunakan untuk mendapatkan bimbingan keterlambatan menulis siswa yakni
Guru lakukan mengatasi menulis dari guru dan ketiganya dengan cara menyuruh siswa
untuk mengatasi keterlambatan mendengarkan penjelasan dari menyalin tulisan atau rangkuman
keterlambatan menulis pada guru saat dicontohkan menulis materi, mengajarkan menulis indah,
menulis pada siswa yakni yang baik dan benar. serta mengajak siswa untuk
siswa? dengan cara mengarang sederhana dan dari
menyuruh siswa strategi tersebut mendapat respon
menyalin tulisan positif dengan siswa yang merasa
atau rangkuman senang mendapatkan bimbingan
materi, menulis dari guru dan ketiganya
mengajarkan mendengarkan penjelasan dari guru
menulis indah, dan saat dicontohkan menulis yang baik
mengajak siswa dan benar.
untuk mengarang
sederhana.
7. Apa langkah Langkah terakhir Siswa diberi bimbingan lanjutan Langkah terakhir dari strategi yang
176
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
terakhir dari dalam mengatasi jika masih mengalami kesulitan digunakan guru dalam mengatasi
strategi yang keterlambatan membaca. keterlambatan membaca yaitu
Bapak/ Ibu membaca yaitu dengan melakukan penilaian dan
gunakan dalam dengan melakukan evaluasi, serta pemberian dorongan
mengatasi penilaian dan berupa motivasi serta pemberian
keterlambatan evaluasi, serta bimbingan lanjutan jika siswa
membaca? pemberian masih mengalami kesulitan
dorongan berupa membaca
motivasi.
8.. Apa langkah Langkah terakhir Siswa diberi penilaian dan Langkah terakhir dari strategi yang
terakhir dari dari strategi yang evaluasi kesalahan serta tugas digunakan guru dalam mengatasi
strategi yang guru gunakan tambahan menyalin dirumah. keterlambatan menulis yaitu
Bapak/ Ibu dalam mengatasi menulis yaitu melakukan penilaian
gunakan dalam keterlambatan dan pembenaran dari tulisan siswa
mengatasi menulis yaitu serta pemberian tigas tambahan di
keterlambatan melakukan rumah.
menulis? penilaian dan
pembenaran dari
177
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
tulisan siswa.
178
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian
Hasil Dokumentasi Penelitian
1. Mengurus perizinan
dengan Kepala Sekolah
179
3. Wawancara dengan subjek
siswa (NA)
180
4. Wawancara dengan subjek
siswa (QN)
181
5. Wawancara dengan subjek
siswa (WF)
182