Anda di halaman 1dari 195

SKRIPSI

STRATEGI GURU DALAM MENGATASI KETERLAMBATAN


MEMBACA DAN MENULIS PADA SISWA KELAS RENDAH DI SDN 1
MEJOBO

Oleh
RIZKI TSANIAZULFA
NIM 201833133

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL
Proposal skripsi dengan judul Strategi Guru Dalam Mengatasi Keterlambatan
Membaca dan Menulis Pada Siswa Kelas Rendah di SD 1 Mejobo oleh Rizki
Tsaniazulfa NIM 201833133 program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar disetujui
untuk diseminarkan.

Kudus, 05 April 2022


Pembimbing I

Sekar Dwi Ardianti, M.Pd.


NIDN. 0623119001

Pembimbing II

M. Syafruddin Kuryanto, M.Or.


NIDN. 0604059102

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Siti Masfuah, M.Pd.


NIDN. 0615129001

ii
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
Proposal Skripsi dengan judul Strategi Guru Dalam Mengatasi
Keterlambatan Membaca dan Menulis Pada Siswa Kelas Rendah di SD 1 Mejobo
oleh Rizki Tsaniazulfa NIM 201833133 ini telah diseminarkan di depan Tim
Penguji pada tanggal 22 April 2022 sebagai syarat untuk melakukan penelitian.

Kudus, 27 Mei 2022


Tim Penguji

Sekar Dwi Ardianti, M.Pd., (Ketua)

NIDN. 0623119001

M. Syafruddin Kuryanto, S.Si., M.Or., (Anggota)

NIDN. 0604059102

Lintang Kironoratri, M.Pd., (Anggota)

NIDN. 0614129101

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 0614129101

Siti Masfuah, M.Pd.

NIDN. 0615129001

iii
ABSRTRAK

Tsaniazulfa, Rizki. 2022. Strategi Guru Dalam Mengatasi Keterlambatan Membaca Dan
Menulis Pada Siswa Kelas Rendah Di SD 1 Mejobo. Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.
Pembimbing (1) Sekar Dwi Ardianti, M.Pd. Pembimbing (2) M. Syafruddin
Kuryanto, M.Or.
Kata kunci: Strategi guru, Kesulitan membaca, Kesulitan menulis
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan startegi guru dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa kelas rendah, dan mendeskripsikan faktor-faktor
yang mempengaruhi siswa mengalami keterlambatan membaca dan menulis kelas rendah di
SD Negeri 1 Mejobo.
Dikelas rendah SD Negeri 1 Mejobo diperoleh adanya data kesulitan siswa dalam
belajar membaca dan menulis siswa yang sangat rendah. Kesulitan yang dialami siswa tidak
hanya susah dalam membedakan bentuk huruf saja, tetapi ketika diminta untuk membaca
siswa masih mengeja perkata. Untuk itu perlunya peran guru dalam menentukan strategi
dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa kelas rendah di SDN 1 Mejobo.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan fenomenologi. Penelitian ini akan di laksanakan di SDN 1 Mejobo, Kecamatan
Mejobo, Kabupaten Kudus, dengan mengambil subjek guru dan siswa kelas rendah sebagai
subjek penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yang meliputi
tahap observasi, wawancara, dokumentasi, dan pencatatan. Dan analisis data kualitatif
deskriptif merupaka analisis data yang digunakan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi atau pola pembelajaran yang
digunakan guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis yaitu 1)
mengidentifikasi kesulitan membaca dan menulis siswa, 2) memastikan siswa yang benar-
benar mengalami kesulitan membaca dan menulis, 3) mengkonsultasikan masalah belajar dan
mendiskusikan strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan membaca dengan rekan
guru, 4) memberikan bimbingan membaca bersama-sama dan memberi perintah siswa untuk
menyalin bacaan, 5) mengajak siswa untuk mendengarkan dan menyimak teman yang sedang
membaca dan mengajarkan siswa menulis halus, 6) mendektekan bacaan ke siswa agar
belajar merangkai kalimat dan mengajarkan siswa untuk membuat karangan sederhana, dan
terakhir 7) memberikan penilaian dan evaluasi terhadap kemampuan membaca dan menulis
siswa. Terdapat pula faktor penghambat yaitu kurangnya konsentrasi siswa dan kurangnya
rasa percaya diri pada siswa.
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu strategi atau pola pembelajaran yang diterapkan
guru untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis berisikan tujuh tahapan. Dari
ketujuh tahapan tersebut sudah dianalisis keefektifannya dan dapat dijadikan rekomendasi
bagi guru kelas yang ingin mengatasi keterlambatan membaca dan menulis di kelas rendah.

iv
ABSTRACT

Tsaniazulfa, Rizki. 2022. Strategi Guru Dalam Mengatasi Keterlambatan Membaca Dan
Menulis Pada Siswa Kelas Rendah Di SD 1 Mejobo. Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.
Pembimbing (1) Sekar Dwi Ardianti, M.Pd. Pembimbing (2) M. Syafruddin
Kuryanto, M.Or
Keywords: Teacher strategy, Reading difficulties, Writing difficulties

This study aims to describe the teacher's strategy in overcoming reading and writing
delays in low grade students, and to describe the factors that affect students experiencing
reading and writing delays in low grade students at SD Negeri 1 Mejobo.
In the lower grades of SD Negeri 1 Mejobo, it was found that there was very low data
on student difficulties in learning to read and write. The difficulties experienced by students
are not only difficult to distinguish between letter shapes, but when asked to read students
still spell words. For this reason, it is necessary for the teacher's role in determining strategies
to overcome reading and writing delays for low grade students at SDN 1 Mejobo.
In this study used qualitative research methods using a phenomenological approach.
This research will be carried out at SDN 1 Mejobo, Mejobo District, Kudus Regency, taking
the subject of teachers and low grade students as research subjects. In this study used data
collection techniques that include the stages of observation, interviews, documentation, and
recording. And descriptive qualitative data analysis is the analysis of the data used.
The results of this study indicate that the strategies or learning patterns used by teacher
s in overcoming reading and writing delays are 1) identifying students' reading and writing di
fficulties, 2) ensuring students who really have reading and writing difficulties, 3) consulting
learning problems and discussing strategies appropriate ways to overcome reading delays wit
h fellow teachers, 4) provide guidance on reading together and instruct students to copy the re
adings, 5) invite students to listen and listen to friends who are reading and teach students to
write finely, 6) dictate reading to students in order to learn to compose sentences and teach st
udents to make simple essays, and lastly 7) provide an assessment and evaluation of students'
reading and writing abilities. There are also inhibiting factors, namely the lack of student con
centration and lack of self-confidence in students.
The conclusion of this study is the strategy or learning pattern applied by the teacher to
overcome reading and writing delays contains seven stages. The effectiveness of the seven st
ages has been analyzed and can be used as a recommendation for classroom teachers who wa
nt to overcome delays in reading and writing in lower grades .

v
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL.......................................................ii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI...........................iii

ABSRTRAK................................................................................................................iv

ABSTRACT.................................................................................................................v

DAFTAR ISI...............................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................x

DAFTAR TABEL......................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................6

1.4.1 Manfaat Teoretis...........................................................................................6

1.4.2 Manfaat Praktis.............................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................................7

2.1 Kajian pustaka......................................................................................................7

2.1.1 Keterampilan Membaca................................................................................7

2.1.1.1 Pengertian membaca...............................................................................7

vi
2.1.1.2 Jenis-jenis membaca...............................................................................8

2.1.1.3 Kesulitan membaca (dyslexsia)..............................................................9

2.1.1.4 Faktor penyebab kesulitan membaca....................................................12

2.1.1.5 Ciri-ciri siswa kesulitan dalam membaca.............................................14

2.1.2 Keterampilan Menulis.................................................................................16

2.1.2.1 Pengertian menulis...............................................................................16

2.1.2.2 Tujuan menulis.....................................................................................17

2.1.2.3 Kegiatan menulis di kelas rendah.........................................................18

2.1.2.4 Kesulitan menulis.................................................................................19

2.1.2.5 Faktor penyebab kesulitan menulis......................................................20

2.1.2.6 Ciri-ciri siswa kesulitan dalam menulis................................................20

2.1.3 Strategi Guru...............................................................................................21

2.1.3.1 Pengertian Strategi................................................................................21

2.1.3.2 Pengertian Guru....................................................................................22

2.1.3.3 Strategi Guru.........................................................................................24

2.1.3.4 Pentingnya Strategi Guru......................................................................25

2.1.3.5 Strategi guru mengatasi keterlambatan membaca................................26

2.1.3.6 Strategi guru mengatasi kesulitan menulis...........................................28

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan.........................................................................28

2.3 Kerangka Berpikir..............................................................................................31

2.4 Kerangka Teoretis..............................................................................................33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................34

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................34

vii
3.1.1 Tempat Penelitian........................................................................................34

3.1.2 Waktu Penelitian.........................................................................................34

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian........................................................................34

3.3 Data dan Sumber Data Penelitian......................................................................36

3.3.1 Data.............................................................................................................36

3.3.2 Sumber Data................................................................................................37

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.........................................................38

3.4.1 Observasi.................................................................................................39

3.4.2 Wawancara..............................................................................................39

3.4.3 Dokumentasi............................................................................................40

3.5 Peran Peneliti.....................................................................................................40

3.6 Teknik Analisis Data..........................................................................................41

3.6.1 Reduksi Data...............................................................................................42

3.6.2 Penyajian Data.............................................................................................42

3.6.3 Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi........................................................43

3.7 Keabsahan Data.................................................................................................43

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN........................................................................46

4.1 Deskripsi Latar Penelitian dan Subjek Penelitian..............................................46

4.1.1 Profil SD Negeri 01 Mejobo...........................................................................46

4.1.2 Sumber daya yang dimiliki SD Negeri 01 Mejobo.....................................47

4.1.3 Profil Subjek Penelitian...............................................................................49

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian dan Analisis Data....................................................50

viii
4.2.1 Data temuan guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
siswa di kelas rendah............................................................................................50

4.2.2 Data temuan faktor-faktor penghambat strategi guru dalam dalam


mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah..............74

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................................79

4.3.1 Strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa
di kelas rendah......................................................................................................79

4.3.2 Faktor-faktor penghambat strategi guru dalam dalam mengatasi


keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah...............................91

BAB V PENUTUP.....................................................................................................96

5.1 Simpulan............................................................................................................96

5.2 Saran..................................................................................................................97

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................98

LAMPIRAN.............................................................................................................102

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka berfikir....................................................................................31


Gambar 2. 2 Kerangka teoritis.....................................................................................33

Gambar 3. 1 Tahapan Analisis data Model Milles dan Huberman.............................42

Gambar 4. 1 Profil SD Negeri 01 Mejobo...................................................................47


Gambar 4. 2 Guru memberikan perintah untuk siswa membaca bergantian...............51
Gambar 4. 3 Siswa masih mengeja dalam membaca...................................................52
Gambar 4. 4 Guru memastikan siswa yang benar-benar mengalami keterlambatan
membaca......................................................................................................................54
Gambar 4. 5 Siswa mengalami kesulitan dalam membaca di depan kelas..................55
Gambar 4. 6 Guru memperhatikan tulisan siswa untuk mengidentifikasi siswa yang
mengalami keterlambatan menulis..............................................................................56
Gambar 4. 7 Siswa kurang bisa menuliskan penggunaan huruf kapital......................57
Gambar 4. 8 Guru memastikan kembali siswa yang mengalami keterlambatan
menulis.........................................................................................................................58
Gambar 4. 9 Siswa mengalami kesulitan dalam menulis............................................59
Gambar 4. 10 Ibu SM mengkonsultasikan strategi yang akan dilakukan dengan rekan
guru..............................................................................................................................60
Gambar 4. 11 Guru memberikan bimbingan membaca bersama-sama kepada siswa.62
Gambar 4. 12 Guru mengajarkan para siswa untuk mendengarkan dan menyimak
siswa yang membaca di depan.....................................................................................63
Gambar 4. 13 Guru mendektekan materi pelajaran.....................................................63
Gambar 4. 14 Guru memberikan bimbingan bersama terkait membaca yang baik dan
benar............................................................................................................................65
Gambar 4. 15 Guru menilai siswa dalam membaca....................................................67

x
Gambar 4. 16 Guru menilai siswa dalam membaca....................................................67
Gambar 4. 17 Guru memberikan evaluasi dan motivasi dalam membaca..................67
Gambar 4. 18 Guru memberikan perintah ke siswa agar menulis rapi........................70
Gambar 4. 19 Guru mengajarkan menulis halus.........................................................71
Gambar 4. 20 Guru mengajak siswa untuk membuat karangan sederhana.................71
Gambar 4. 21 Guru memberikan evaluasi menulis halus............................................73
Gambar 4. 22 Guru memberikan nilai tulisan siswa...................................................74
Gambar 4. 23 Siswa bermain sendiri ketika guru memberikan bimbingan membaca 77
Gambar 4. 24 Siswa kurang konsentrasi ketika guru memberikan bimbingan
menyimak....................................................................................................................78
Gambar 4. 25 Siswa mencontek hasil pekerjaan menulis halus temannya.................79
Gambar 4. 26 Siswa kurang percaya diri dengan hasil tulisannya..............................80

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Daftar siswa pada tahun 2021/2022..........................................................48


Tabel 4. 2 Daftar tenaga pendidik dan karyawan SD Negeri Klumpit........................48
Tabel 4. 3 Analisis strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis.........................................................................................................................83
Tabel 4. 4 Faktor penghambat strategi guru................................................................94

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan................................................................................106


Lampiran 2 Wawancara Pra Penelitian Guru/ Wali Kelas II.....................................107
Lampiran 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas...........................................109
Lampiran 4 Lembar Wawancara Guru......................................................................111
Lampiran 5 Kisi-kisi Pedoman Observasi Guru........................................................120
Lampiran 6 Lembar Observasi Guru.........................................................................122
Lampiran 7 Kesimpulan dari hasil penelitian informan guru kelas...........................125
Lampiran 8 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa....................................................133
Lampiran 9 Lembar Wawancara Siswa.....................................................................135
Lampiran 10 Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa....................................................151
Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa......................................................................153
Lampiran 12 Analisis dari hasil penelitian informan siswa......................................165
Lampiran 13 Analisis hasil penelitian.......................................................................173
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian.......................................................................180

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu penentu kualitas bangsa adalah pendidikan, lahirnya individu yang
cerdas dan kreatif pastinya dilihat dari kualitas pendidikannya karena pendidikan
memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban manusia. Bangsa yang
mempunyai peradaban maju adalah bangsa dengan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan seharusnya mampu menjadikan kepribadian siswa yang lebih
baik, efesien dalam pemanfaatakan kurikulum serta mampu menjadikan siswa
berkarakter dan mempunyai ilmu pendidikan dan mempunyai hubungan sosial yang
tinggi terhadap lingkungan sekitar. Dengan pendidikan diharapkan mampu
mengembangkan pola belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Pembelajaran yang
diberikan di sekolah hendaknya dilakukan sesuai dengan karakteristik yang dimiliki
siswa atau pun yang dibutuhkan siswa.
Terdapat banyak masalah yang terjadi pada Pendidikan di Indonesia, yang
mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan seperti efektivitas, efesiensi dan
standarisasi pengajaran. Masalah lain juga muncul pada kasus pendidikan di
Indonesia yaitu kurang kreatifnya tenaga pendidik serta kurikulum yang hanya
terpaut pada pengetahuan pemerintah tanpa melihat serta memperhatikan kebutuhan
siswa (Pidarta 2016). Itu semua yang menjadikan pembelajaran tidak dapat berjalan
secara optimal.
Ahmadi & Supriyono (2013) mengatakan bahwa keterlambatan belajar yaitu
dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Komponen terpenting agar
proses pembelajaran berjalan dengan baik adalah siswa, banyak faktor yang
menjadikan proses pembelajaran berhasil atau tidak yaitu keadaan, kemampuan, dan
tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Persiapan siswa dalam menghadapi materi
yang diberikan oleh guru bergantung pada kemampuan setiap siswa tersebut. Setiap

1
manusia memiliki kapasitas mental yang berbeda-beda yang membentuk kekuatan
atau kelemahan individu atau cara belajar kita masing-masing. Menurut Walle dalam
Husein (2020), mengemukakan bahwa ketidakmampuan intelektual anak biasanya
dapat diperoleh dari tes IQ yang jumlahnya antara 50 sampai 70, keterbatasannya
natara lain seperti sulit dalam memahami soal matematika.
Lerner dalam Abdurrahman (2017), mengungkapkan bahwa dasar dalam
menguasai berbagai bidang studi adalah kemampuan menbaca dan menulis. Apabila
pada saat duduk dikelas rendah namun belum memiliki kemampua membaca dan
menulis, maka sudah dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan pada
mempelajari bidang studi lainnya pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu anak
harus selalu dibimbing supaya ada kemauan untuk belajar membaca agar ia dapat
membaca untuk belajar. Disleksia merupakan ketidakmampuan anak dalam hal
membaca dan menulis (Dardjowidjojo dalam Lidwina, 2017). Disleksia yaitu kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan aktivitas yang berkaitan dengan membaca
dan menulis. Gangguan yang terjadi ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan
fisik, seperti masalah penglihatan, melainkan mengarah pada otak yang mengolah dan
memproses informasi yang sedang dibaca.
Pada umunya kesulitan yang dialami siswa dalam membaca dan menulis
disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Shaywtz dalam Saugadi et al (2021),
menjelaskan bahwa siswa yang mengalami keterlambatan membaca dan menulis
disebabkan oleh hubungan sistematik antara huruf dan bunyi, misalnya kesulitan
membedakan kata “paku” dengan ”palu”, atau keliru memahami kata-kata yang
mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”.
Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan dengan proses
pengolahan input di dalam otak. Anak disleksia sering mengalami kebingungan
dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka
menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda.
Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata
bahasanya berbeda dari pada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia di

2
kenal susunan Diterangkan-Menerangkan (contoh: tas merah), namun dalam bahasa
Inggris dikenal susunan menerangkan (contoh: red bag).
Kejadian serupa dialami oleh siswa kelas rendah di SD Negeri 1 Mejobo.
Berdasarkan hasil observasi data awal peneliti di SD Negeri 1 Mejobo di kelas II
yang direkomendasikan dari Kepala Sekolah untuk dilakukan penelitian yang
dilakukan pada tanggal 11 Desember 2020, diperoleh adanya data keterlambatan
siswa dalam belajar membaca dan menulis. Hal tersebut dituturkan oleh guru kelas II
yang memberi pernyataan bahwa “masih ada beberapa siswa yang mengalami
keterlambatan membaca menulis. Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat
penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca maupun
menulis. Hal semacam itu lumprah terjadi karena belum berkembangnya
kemampuan mereka dalam membedakan huruf abjad A – Z yang hampir mirip, serta
beberapa siswa masih sukar membedakan huruf yang bunyinya sama seperti huruf (f)
dan (v). Ada pula siswa juga mengalami kesulitan seperti siswa sering lupa cara
membuat huruf, karena siswa tidak bisa mengenali huruf yang bentuknya mirip dan
juga masih banyak siswa yang belum mengenali huruf abjad dengan benar sehingga,
dalam merangkai kalimat sangat sulit dilakukan siswa. Sebenarnya, penyebab
keterlambatan siswa dalam membaca dan menulis tak hanya datang dari faktor
psikologisnya saja, tentu saja lingkungan mempengaruhi hal tersebut. Seperti yang
kita tahu anak-anak dua tahun kemarin belajar dirumah, jadi faktor lingkungan
keluarga sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca dan menulis.”
(Sumber: Pemerolehan data awal, 11 Desember 2021).
Kesulitan belajar siswa dalam membaca dan menulis dapat mengakibatkan
siswa tidak mampu mengikuti intruksi atau perintah yang diberikan oleh guru,
misalnya guru meminta siswa untuk membaca bacaan pada buku LKS, namun pada
siswa yang berkesulitan membaca dan menulis pasti merasa kebingungan ketika
membaca bacaan ataupun menjawab soal. Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu SM
selaku wali kelas II yang mengatakan, “ketika anak-anak kelas dua mengalami
keterlambatan membaca dan menulis itu adalah kondisi yang mengkhawatirkan.

3
Siswa pasti mengalami kesulitan belajar karena di kelas dua, siswa sudah mulai
mendalami materi. Siswa yang mengalami keterlambatan membaca dan menulis
tidak bisa menyerap atau memahami materi yang diberikan dengan baik, alhasil
nilai mereka pasti banyak yang tidak mencapai KKM yang ditentukan” (Sumber:
Pemerolehan data awal, 11 Desember 2021). Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa
keterlambatan membaca dan menulis juga berdampak pada saat menjawab soal, siswa
tersebut tidak bisa menjawab soal dan menuliskannya di dalam buku tulis mereka.
Siswa yang mengalami ketertinggalan ini biasanya tidak mendapat nilai yang sesuai,
guru pun terkadang tidak menaikkannya ke kelas berikutnya. Oleh karena itu, strategi
guru gelas perlu diterapkan untuk dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialami
siswa berupa keterlambatan membaca dan menulis.
Dengan adanya strategi yang di gunakan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran, memberikan dampak terhadap kegiatan pembelajaran yang akan
berjalan dengan efektif sesuai tujuan pembelajaran yang ingi dicapai. Menurut Miller
(2014:139) strategi guru merupakan sekumpulan aktivitas untuk mengatur segala
sesuatu sesuai dengan kinerja sekolah dalam jangka waktu yang panjang. Adanya
strategi guru ini akan memudahkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada saat
kegiatan belajar dikelas. Pentingnya strategi guru ini sangat dibutuhkan dalam
menyelesaikan permasalahan keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas
rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faudah (2019), menyatakan
bahwa strategi guru kelas menentukan keberhasilan siswa dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis, dengan cara menerapkan strategi membaca
dasar dan strategi alfabetik. Sedangkan untuk mengatasi kesulitan menulis guru kelas
menerapkan strategi menjiplak huruf, menulis huruf balok, dan menulis bersambung.
Selain itu, adanya sarana pembelajaran berupa buku pedoman membaca dan menulis
dapat membantu meminimalisir siswa yang mengalami keterlambatan membaca dan
menulis.
Kemudian penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Utari (2020), dalam
menghadapi kesulitan membaca dan menulis siswa di kelas rendah, perlunya strategi

4
guru yang tepat dalam meminimalisir hal tersebut. Seperti dalam menghadapi
kesulitan menulis guru menerapkan metode eja yakni belajar membaca yang dimulai
dari mengeja huruf demi huruf, siswa diperkenalkan dengan awalan huruf abjad dan
sampai akhir dan untuk menghadapi kesulitan membaca guru menerapkan metode
global yakni belajar membaca kalimat secara utuh dimana siswa diminta untuk
menguraikan kalimat menjadi kata dan dari kata tersebut siswa diminta untuk
menguraikan suku kata. Penggunaan strategi oleh guru kelas memberikan perubahan
dalam mengatasi kesulitan membaca dan menulis siswa kelas rendah di SDN 1
Mejobo Kabupaten Kudus.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, yakni terkait dengan
kesulitan belajar berupa keterlambatan membaca dan menulis pada siswa kelas
rendah maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Strategi Guru Dalam
Mengatasi Keterlambatan Membaca Dan Menulis Pada Siswa Kelas Rendah Di SD
Negeri 1 Mejobo”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka di rumuskan masalah penelitian sebagai
berikut.
a. Bagaimana strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
siswa di kelas rendah?
b. Apa saja faktor-faktor penghambat dan pendukung strategi guru dalam dalam
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah?

1.3 Tujuan Penelitian


Merujuk dari perumusan masalah di atas dapat diketahui bahwa penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis siswa di kelas rendah.

5
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung strategi guru
dalam dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas
rendah.

1.4 Manfaat Penelitian


Dalam setiap usaha tentu ada beberapa kegunaan yang diinginkan. Begitupun
dalam sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada berbagai
pihak. Diantara kegunaan dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoretis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi referensi yang telah ada
sehingga dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan khususnya yang
berkaitan dengan strategi guru dalam mengatasi kesulitan siswa membaca dan
menulis.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai sumber dan bahan tentang mengatasi kesulitan membaca dan
menulis siswa kelas rendah di SD Negeri 1 Mejobo.
b. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan dalam mengatasi kesulitan membaca dan menulis siswa kelas
rendah di SD Negeri 1 Mejobo sehingga tujuan pendidikan tercapai secara
optimal.
c. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini dapat mendorong siswa untuk
lebih giat dalam kegiatan belajar membaca dan menulis.
d. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan sebagai bekal dalam dunia pendidikan khususnya Sekolah Dasar
dan fakta yang terjadi di Sekolah Dasar.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian pustaka


Dalam kajian teori ini, penelitit menguraikan topik penelitian secara sistematis
mengenai (1) ketrampilan membaca, (2) keterampilan menulis, (3) strategi guru.

2.1.1 Keterampilan Membaca


2.1.1.1 Pengertian membaca
Membaca merupakan salah satu dari bagian ketrampilan berbahasa yang
terdapat empat keterampilan. Membaca memiliki fungsi sebagai proses yang
dilakukan atau dipergunakan oleh seorang pembaca untuk memperoleh pengetahuan,
yang terdapat dalam buku yang ingin disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kata atau bahan tulis, oleh karena itu membaca adalah salah satu bagian yang fital
yang harus dimiliki untuk seorang anak (Tarigan 2015).
Membaca pada dasarnya adalah suatu bagian yang rumit yamg terdiri dari
banyak hal, tidak sekedar hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas
berfikir, visual, metakognitif, dan psikolinguintik. Sebagai proses berfikir, membaca
berisikan aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal, inteprestasi, membaca kritis,
dan pemahaman kreatif. Membaca sebagai salah satu proses visual yakni membaca
berartikan proses menerjemahkan symbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan
(Rahim 2016).
Menurut Dalman (2015), membaca adalah suatu kegiatan atau proses kognitif
yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.
Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang
dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan hanya melihat kumpulan huruf yang telah
membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf dan wacana saja, tetapi lebih dari
itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan

7
lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis
dapat diterima oleh pembaca.
Nursalina & Esti (2014), kegiatan membaca mencakup 3 ketrampilan dasar
berupa recording, decoding, dan meaning. Recording mengacu pada kata-kata dan
kalimat, kemudian mengkobinasikannya dengan bunyi-bunyinya yang mengkobinasi
dengan system tulisan yang digunakan. Selanjutnya proses decoding, mengacu pada
proses pengartian kata-kata dari sejumlah rangakaian grafis. Sedangkan meaning,
mengacu pada pemahaman makna dari suatu kata yang diawali dari tingkatan
pemahaman, interpretative, kreatif, dan evaluative. Proses recording dan decoding
berlangsung pada siswa kelas awal, sedangkan meaning lebih ditekankan pada kelas
tinggi.
Dari pernyataan beberapa para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
membaca yakni suatu kegiatan yang melafalkan tulisan berupa huruf atau kata – kata
atau kalimat yang kemudian dipahami makna atau isi kata yang telah dilafalkan.
Membaca memiliki fungsi sebagai komunikasi interaktif oleh pembaca untuk
menemukan pesan yang disampaikan pada suatu bacaan.

2.1.1.2 Jenis-jenis membaca


Berdasarkan jenisnya membaca dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
membaca nyaring dan membaca dalam hati (Tarigan 2015).
a. Membaca nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat
bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau
pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan
perasaan seseorang pengarang (Tarigan 2015)
b. Membaca dalam hati
Saat membaca dalam hati hanya mempergunakan mata dan ingatan visual
(visual memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan (Tarigan
2015). Membaca dalam hati, yang terbagi atas:

8
1) membaca ekstensif, yang terdiri atas a) membaca survei, b) membaca
sekilas dan c) membaca dangkal.
2) Membaca intensif, yang terdiri atas a) membaca telaah isi, yang terdiri
dari membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan
membaca gagasan; b) membaca telaah bahasa, terdiri atas membaca
bahasa dan membaca sastra.
2.1.1.3 Kesulitan membaca (dyslexsia)
Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia). Perkataan
disleksia berasal dari bahasa yunani yang artinya kesulitan membaca, ada nama–nama
lain merajuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers dan rmedial
readers. Sedangkan kesulitan belajar membaca yang berat sering disebut Alexia
(Abdurrahman 2017).
Menurut Martini (2018), kesulitan belajar membaca sering didefinisikan
sebagai suatu gejala kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan
kalimat. Siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca mengalami satu atau lebih
kesulitan dalam memproses infromasi. Anak berkesulitan belajar membaca sering
memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering
memperlihatkan adanya gerakan-gerakan yang penuh ketegangan seperti
mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir.
Menurut Mercer (2015), ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar
membaca, yaitu berkenaan dengan 1) kebiasaan membaca, 2) kekeliruan mengenal
kata, 3) kekeliruan pemahaman, dan 4) gejala-gejala serbaaneka pada umumnya
“kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-
hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat
lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar membaca dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dalam suatu proses belajar membaca yang ditandai adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin
disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat

9
bersifat sosiologis, psikologis ataupun pisiologis dalam keseluruhan proses
belajarnya.
Menurut Turkeltaub (2005), kesulitan belajar membaca spesifik adalah suatu
gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau bahasa tulisan, gangguan tersebut
mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau menghitung.
Menurut Mulyadi (2016), kesulitan belajar membaca pada dasarnya suatu
gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara
langsung atupun tidak langsung. Saugadi et al. (2021), menuturkan beberapa
kesulitan membaca yang dihadapi oleh siswa antara lain:
a. Kurang mengenali huruf
yadKetidak mampuan anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis seringkali
dijumpai oleh guru yang sulit membedakan huruf besar / kapital dan huruf
kecil.
b. Membaca per kata
Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata,
tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh gagal
menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding), gagal memahami makna
kata, dan kurang lancar membaca.
c. Pemprarafase yang salah
Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca)
pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya
tanda koma.
d. Miskin pelafalan
Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyibunyi
bahasa (fonem).

10
e. Penghilangan
Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau
frasa dari teks yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak
mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata.
f. Pengulangan
Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabakan oleh
faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah
keterampilannya
g. Pembalikan
Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi
dari kanan ke kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat
terjadi dalam membunyikan huruf-huruf, misal huruf b dibaca d, huruf p dibaca
g. Kesulitan ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki
kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan
menulis
h. Penyisipan
Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang dibaca
juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak menambah
kata seorang dalam kalimat “anak sedang bermain”.
i. Penggantian
Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan ketidakmampuan
anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata tersebut. Misalnya,
karena anak tidak bisa membaca kata mengunyah maka dia menggantinya
dengan kata makan.
j. Kesulitan konsonan
Kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang
melambangkan konsonan tersebut.

11
k. Kesulitan vocal
Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu huruf,
misalnya e selain melambangkan bunyi e juga melambangkan bunyi é (dalam
kata keras, kepala, kerang, telah dan sebagainya) hurufhuruf yang
melambangkan beberapa bunyi seringkali menjadi sumber kesulitan anak dalam
membaca.
l. Kesulitan kluster, diftong dan digraph
Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua
konsonan atau lebih), diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf yang
melambangkan satu bunyi). Ketiga hal tersebut merupakan sumber kesulitan
anak yang sedang belajar membaca.
m. Kesulitan menganalisis struktur kata
Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang
membangun suatu kata. Akibatnya anak tidak dapat mengucapkan kata yang
dibacanya.
n. Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya
Dari pendapat ahli diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa kesulitan
membaca terbagi menjadi beberpa kategori yaitu dyslexia, corrective readers,
rmedial readers dan alexia. Pada dasarnya kesulitan membaca merujuk pada
kesulitan menggunakan bahasa untuk mengujar, bahasa untuk tulisan, yang di
menyebabkan kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat.

2.1.1.4 Faktor penyebab kesulitan membaca


Menurut Koswara (2015), banyak faktor yang memengaruhi kemampuan
membaca, baik membaca permulaan maupun membaca permulaan maupun membaca
lanjut (membaca pemhaman). Adapun faktornya yaitu sebagai berikut :
a. Faktor fisiologis
Faktor ini mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis
kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi

12
anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Gangguan pada alat bicara,
alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar
membaca anak. Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat
penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu
dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam
membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf, angka-angka, dan kata-kata,
misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d.
b. Faktor intelektual
Faktor Intelektual atau istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu
kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi
yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara umum, intelegensi anak
tidak sepenuhnya memengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca
permulaan. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga
turut memengaruhi kemampuan membaca permulaan anak.
c. Faktor lingkungan
Faktor liingkungan ini juga memengarui kemajuan kemampuan memebaca
siswa. Faktor lingkungan itu mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di
rumah serta sosial ekonomi keluarga siswa.
d. Faktor Psikologis
Faktor ini juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah
faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, kematangan sosial,
emosi dan penyesuain diri.
e. Faktor penyelenggaraan pendidikan
Faktor ini yang kurang tepat, faktor ini berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut: (1) harapan guru yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan kemampuan
anak, (2) pengelolaan kelas yang kurang efektif, (3) guru yang terlalu banyak
mengeritik anak, (4) Kurikulum yang terlalu padat, sehingga hanya dapat
dicapai oleh anak yang berkemampuan tinggi.

13
Sedangkan menurut Syafi’i dalam Rahim (2016), menatakan bahwa kesulitan
membaca dipengaruhi oleh faktor hambatan antara lain:
a. Hambatan dari lingkungan keluarga, bisa dikarenakan orang tua tidak suka
membaca hal inilah yang menjadi masalah jika orang tua sendiri tidak
menyukai kegiatan membaca tentu saja hal ini akan berdampak buruk pada
proses pendidikan dan pembelajaran anak, karena merekalah guru pertama
anak. Pada dasarnya anak akan mencontoh apa-apa yang biasa dilakukan dan
diajarkan orangtuanya dan tidak memberi contoh serta kurangnya waktu
orangtua bersama anak, biasanya hal ini disebabkan orangtua yang sibuk
dengan urusan pekerjaan saking sibuknya dengan pekerjaan sampai anaknya
diserahkan kepada pembantu.
b. Hambatan dari lingkungan Sekolah, sekolah menganggap pelajaran membaca
tidak lagi dianggap penting, padahal anak-anak sangat perlu untuk senantiasa
memanaskan otak dan menumputi sedikit demi sedikit remah-remah
pengetahuan kesempatan. Dan sungguh ironis, di lembaga pendidikan yang
paling diandalkan dalam hidup, yakni sekolah, justru aktivitas membaca lagi
ditampilkan sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menghibur mereka.
c. Hambatan dari lingkungan Masyarakat, masyarakat sendiri memang banyak
yang belum paham bahwa membaca itu penting dan menjadi kunci kemajuan
bersama, efeknya orang masih memandang aneh pada siapapun yang
memegang buku dan membaca di tempat umum.
d. Hambatan dari keterbatasan akses atas buku, sebenarnya harga buku di
indonesia masih wajar jadi terasa mahal karena daya beli masyarakat yang
memang rendah dengan adanya harga buku yang mahal tersebut orang tua
malas membeli buku apalagi bagi mereka yang ekonominya pas-pas, namun hal
ini bisa disiasati dengan membeli buku bekas yang murah, rajin berkunjung
keperpustakaan, atau bisa saja menyewa buku di tempat-tempat persewaan yang
baik.

14
2.1.1.5 Ciri-ciri siswa kesulitan dalam membaca
Menurut Hargove dan Poteet dalam Dalman (2015), anak yang mengalami
kesulitan belajar membaca memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan,
b. Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf,
c. Memiliki kekurangan dalam memori visual,
d. Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris,
e. Tidak mampu memahami sumber bunyi,
f. Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dan pendengaran,
g. Kesulitan dalam mempelajari asosiasi simbol-simbol irreguler (khusus yang
berbahasa inggris),
h. Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf,
i. Membaca kata demi kata-kata,
j. Kurang memiliki kemampuan dalam berpikir konseptual.
Kemudian menurut Simanjuntak (2018), menyatakan bahwa anak yang
memiliki kesulitan belajar membaca mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Membaca secara terbalik tulisan yang dibaca, seperti : duku dibaca kudu, d
dibaca b, atau p dibaca q,
b. Menunjuk setiap kata yang sedang dibaca,
c. Menelusuri setiap baris bacaan ke bawah dengan jari,
d. Menggerakkan kepala, bukan matanya yang bergerak.
e. Menempatkan buku dengan cara yang aneh.
f. Menempatkan buku terlalu dekat dengan mata.
g. Sering melihat pada gambar, jika ada
h. Mulutnya komat-kamt waktu membaca
i. Membaca kata demi kata
j. Membaca terlalu cepat
k. Membaca tanpa ekspresi
l. Melakukan analisis tetapi tidak mensistensiskan

15
m. Adanya nada suara yang aneh atau tegang yang menandakan keputusan

2.1.2 Keterampilan Menulis


2.1.2.1 Pengertian menulis
Menurut Supriyadi (2017), menulis merupakan keterampilan yang penting
diajarkan pada siswa sekolah dasar. Keterampilan menulis merupakan keterampilan
yang dimiliki seseorang dalam menyusun bahasa tulis secara padu agar pesan penulis
dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Siswa dapat dikatakan terampil
dalam menulis apabila pesan yang ingin disampaikan penulis dapat tersampaikan
kepada pembaca, menggunakan kalimat yang variatif, dengan memperhatikan
kosakata, tanda baca, dan ejaan yang tepat.
Menulis berdasarkan pendapat Rahmawati & Pandjaitan (2020), merupakan
program pembelajaran yang mengajarkan tahap awal keterampilan menulis agar
siswa kelas awal lebih mudah dalam mengikuti perkembangan keterampilan menulis
pada tahap selanjutnya. Pembelajaran menulis permulaan memiliki tujuan agar siswa
dapat memahami keterampilan menulis seca-ra baik dan benar sehingga dapat
menuliskan huruf, kata dan kalimat dengan benar; melengkapi cerita, menulis kalimat
sederhana sesuai dengan kalimat yang didikte guru, dan siswa dapat mendeskripsikan
objek di sekitarnya dengan kalimat seder-hana.
Indikator dalam menulis menurut Zulela et al. (2021), terbagi menjadi tiga,
antara lain:
a. Menuliskan huruf kapital pada awal kalimat,
b. Menggunakan tanda baca yang tepat, dan
c. Menuliskan kata dengan tepat.
Sedangkan menurut Slamet (2017), menyebutkan bahwa indicator dalam
ketrampilan menulis antara lain:
a. Menuliskan kata dan kalimat sederhana sesuai yang didikte guru,
b. Menuliskan catatan kebutuhan dan kegiatan sehari-hari,
c. Menggunakan tanda baca secara tepat, dan

16
d. Menggunakan huruf kapital pada awal kalimat, nama bulan, nama hari secara
tepat dalam kalimat.
Dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa
menulis merupakan ketrampilan yang harus dimiliki siswa sekolah dasar dalam
menyusun bahasa tulis secara padu agar pesan yang ditulis dapat tersampaikan
dengan baik. Dalam memadukan kata yang ditulis haruslah memperhatikan besar
kecil huruf, tanda baca, dan menuliskan kata dengan tepat.

2.1.2.2 Tujuan menulis


Zulela et al. (2021), menyampaikan bahwa menulis permulaan memiliki
tujuan agar siswa memahami dasar-dasar yang benar dalam menulis seperti kerapian,
kejelasan, penulisan huruf dan kalimat yang tepat. Slamet (2017), berpendapat bahwa
menulis permulaan diajarkan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan
menulis permulaan siswa; mengenalkan huruf kepada siswa dan mengembangkannya;
dan menulis kalimat yang didiktekan.
Menururt Indrian (2021), menulis permulaan memiliki tujuan agar siswa dapat
menjiplak, menggambar, dan mencontoh berbagai bentuk gambar dan huruf;
melengkapi kalimat sesuai gambar; menyalin dan menulis kalimat sederhana dengan
huruf lepas ataupun huruf tegak bersambung; melengkapi cerita; dan
mendeskripsikan tumbuhan dan binatang dengan kalimat sederhana.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa
menulis memiliki tujuan yaitu sebagai siswa kelas rendah di sekolah dasar dapan
merangkai huruf menjadi kalimat dengan memeperhatikan kerapian, kejelasan,
penulisan huruf dan kalimat yang tepat. Dengan begitu siswa kelas rendah di sekolah
dasar mampu menyalin tulisan yang telah di tulis oleh guru, atau menulis sesuai dekte
dari guru, dan sebagainya.

17
2.1.2.3 Kegiatan menulis di kelas rendah
Susanto (2016), menyatakan bahwa dalam menulis dikelas rendah,
memerlukan langkah – langkah yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Mengenal
Pada tahap mengenal, guru harus memperhatikan tulisan yang akan
diperkenalkan pada siswa secara teliti untuk meminimalisir kesalahan
pengenalan tulisan oleh siswa.
b. Menyalin
Menyalin tulisan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Siswa dapat menulis
tulisan di papan tulis, menyalin dengan mengubah tulisan dalam bentuk tegak
bersambung atau sebaliknya, menyalin dengan mengubah huruf kecil menjadi
huruf kapital atau sebaliknya, dan juga dapat menyalin tulisan dengan
melengkapi tulisan dengan tanda baca yang tepat.
c. Menulis halus atau indah
Pembelajaran mengarang untuk pemula diberikan dalam bentuk mengarang
sederhana cukup lima sampai sepuluh baris dengan kalimat yang sederhana
Kemudian menurut Slamet (2017), menyatakan bahwa ketrampilan menulis
dikelas rendah sekolah dasar meliputi:
a. Menulis catatan kebutuhan sehari-hari dengan bantuan guru,
b. Menggunakan huruf kapital secara tepat,
c. Menggunakan tanda baca secara tepat.
Zulela et al. (2021), berpendapat bahwa siswa kelas rendah dapat menulis
dengan ejaan yang benar dan dapat menyampaikan ide/pesan secara tertulis. Fase
dalam menulis siswa dikelas rendah sekolah dasar tidak hanya menyusun huruf
menjadi kalimat, tetapi sudah mulai memasuki menulis yang berisikan penyampaian
ide, gagasan atau pesan yang ditulis dengan baik dan benar berdasarkan ejaannya dan
tanda bacanya.

18
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa
kegiatan menulis siswa dikelas rendah sekolah dasar diawali dengan pengenalan
huruf, menyalin, menulis halus, dengan memperhatikan ejaan dan penggunaan tanda
baca yang benar. Menulis dikelas rendah, tidak hanya merangkai huruf menjadi
kalimat, kalimat menjadi paragraph, tetapi sudah masuk tahapan menuliskan pesan,
atau ide, atau gagasan yang ditulis dengan baik dan benar.

2.1.2.4 Kesulitan menulis


Kesulitan menulis biasa disebut dengan disgrafia, yaitu istilah yang
menunjukan bahwa seseorang memiliki keterbatasan dalam hal menulis. Hal tersebut
dapat dilihat apabila seseorang memiliki keterbatasan dalam bentuk minimnya
ketrampilan menulis berupa kejelasan akurasi, ejaan, dan ekspresi (Slamet 2017).
Menurut Zulela et al. (2021), seorang anak bisa dikatakan memiliki kesulitan
dalam menulis yaitu anak yang memiliki masalah kesulitan belajar termasuk kesulitan
menulis. Kesulitan menulis tersebut meliputi tata bahasa yang keliru, sulit
mengorganisasikan ide, tulisan tangan buruk, dan ejaan kacau. Tulisan anak
berkesulitan belajar menulis kurang halus dari segi tata bahasa, kurang koheren,
kurang luas, dan kurang efektif.
Kesulitan menulis adalah keslulitan mengekpresikan pikiran prasaan dan ide
dalam bentuk lambang lambang. Proses belajar menulis melibatkan rentang waktu
yang panjang dan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan proses belajar berbicara
dan membaca. Proses belajar menulis meliputi menulis dengan tangan, mengeja, dan
menulis ekspresi (Indrian 2021).
Kemudian menurut Hallahan dalam Abdurrahman (2017), kesulitan menulis
atau yang biasa disebut disgrafia yakni keterbatasan siswa dalam ketidak mampuan
dalam mengingat cara membuat huruf atau symbol-simbol pada bacaan. Sedangkan
menurut Abdurrahman (2017), kesulitan belajar menulis sering kali dikaitkan dengan
ketrampilan anak dalam menulis seperti halnya anak memegang pensil yang dapat
dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan belajar menulis, yaitu (1) sudut

19
pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil, (3) menggenggam pensil, (4)
menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa
kesulitan menulis diawali dengan keterbatasan siswa dalm menenal huruf-huruf atau
symbol bacaan. Kesulitan menulis dikelas rendah sekolah dasar bisa diidentifikasi
melalui siswa saat menulis dilihat dari siswa memegang pensil ataupun dari hasil
tulisan siswa yang tidak teratur atau tulisan tangan buruk, dan ejaan tulisan yang
kacau.

2.1.2.5 Faktor penyebab kesulitan menulis


Menurut Slamet (2017), menyatakan bahwa kesulitan menulis siswa kelas
rendah sekolah dasar dipengaruhi beberapa factor yakni faktor lingkungan keluarga
dan faktor lingkungan sekolah.
a. Faktor lingkungan keluarga
Orang tua merupakan guru bahasa pertama yang memberikan makan lisan dari
benda benda yang ada di sekitarnya, keberhasilan anak sekolah pada dasarnya
dapat ditentukan pada apa yang dilakukan dirumah, dorong serta rangsangan
minat menulis anak. Luangkan waktu untuk membimbingnya, kenalkan anak
pada huruf abjad, ajarkan anak acara memegang pensil yang benar, sikap
menulis yang benar supaya anak memiliki kemampuan dasar menulis dari
rumah.
b. Faktor lingkungan sekolah
Adanya pengunaan metode pengajaran yang kurang tepat sehingga timbul
permasalahan dalam proses pembelajaran menulis anak, materi-materi yang
dijarakan belum tepat, belum sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
siswa sekolah dasar, guru kurang memahami keinginana siswa siswa yang
benar benar malas belajar menulis.

20
2.1.2.6 Ciri-ciri siswa kesulitan dalam menulis
Zulela et al. (2021), menyebutkan bahwa siswa kelas rendah di sekolah dasar
memiliki ciri-ciri tersendiri bila memiliki keterbatasan atau kesulitan dalam menulis,
antara lain:
a. Terdapat ketidak konsitenaan bentuk huruf dalam tulisannya,
b. Saat menulis, pengunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur,
c. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisanya tidak proposional,
d. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide,
pengetahuan atau pemahamannya lewat tulisan
e. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap, caranya memegang
alat tulis seringkali terlalu dekat dengan kertas
f. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis
g. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional
h. Tepat mengalami kesulitan meskipun hanya diminta contoh tulisan yang sudah
ada.
Abdurrahman (2017), menyebutkan bahwa siswa dikelas rendah sekolah dasar
memiliki ciri-ciri tersendiri apabila mengalami kesulitan dalam menulis seperti
halnya anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak
berkesulitan belajar menulis, yaitu:
a. Sudut pensil terlalu besar,
b. Sudut pensil terlalu kecil,
c. Menggenggam pensil,
d. Menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.

21
2.1.3 Strategi Guru
2.1.3.1 Pengertian Strategi
Dalam pernyataan umumnya, strategi merupakan suatu garis besar yang
menjadi dasar dalam jalannya kegiatan untukmencapai suatu tujuan. Bila dikaitkan
dengan kegiatan belajar mengajar, maka strategi dapat didefinisikan sebagai suatu
pola kegiatan antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memiliki
tujuan pencapaian tertentu (Ngalimun 2017).
Kemudian menurut Suryadi (2016), menyatakan bahwa strategi merupakan
suatu tindakan yang mendorong setiap individu atau kelompok untuk mencapai
tujuannya. Selain itu, strategi bisa diartikan pemberian fasilitas oleh guru kepada
siswa dalam mencapai suatu keberhasilan. Pengertian lain menurut Djamarah & Zain
(2018), mendefinisikan strategi adalah alur atau haluan yang ditentukan dalam suatu
kegiatan yang bertujuan mencapai sasaran tertentu. Istilah strategi pada zaman
sekarang banyak digunakan dalam banyak kebutuhan dalam meraih tujuan atau
kesuksesan tertentu. Seorang guru yang menginginkan hasil yang memuaskan dalam
proses pembelajaran tentu akan menerapkan strategi tertentu agar hasil belajar yang
diperoleh siswa mendapatkan prestasi yang memuaskan (Majid 2017).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa strategi yaitu perumusan kegiatan-kegiatan yang disusun berdasarkan tujuan
yang akan dicapai dalam mewujudkan keinginan. Kemudian kaitannya dengan
pembelajaran, startegi merupakan hal paling mendasar dalam perancangan jalanya
proses pembelajaran. Strategi digunakan oleh guru dan bersama siswa dalam
mengatur jalannya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan yang telah
direncanakan.

2.1.3.2 Pengertian Guru


Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 2, guru
dikatakan sebagai tenaga profesional yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru
hanya dapat dilakukan oleh seorang yang mempunyai kualifikasi akademik,

22
kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan tertentu (Suprihatiningrum 2017).
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan
faktor yang terpenting. Guru merupakan sosok di balik keberhasilan suatu
pembelajaran. Komponen guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen
lain menjadi bervariasi dan sebaliknya komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau
direkayasa oleh komponen yang lainnya (Ngalimun, 2017).
Guru orang kedua yang memberikan pembelajaran terhadap siswa setelah
keluarga, guru ialah orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan
menanamkan nilai-nilai, budaya, dan agama terhadap anak didik, dalam proses
pendidikan guru memegang peran penting setelah orangtua dan keluarga di rumah.
Dilembaga pendidikan guru menjadi orang terdepan dalam bertugas mengajar,
membimbing, dan melatih anak didik mencapai kedewasaan. Setelah proses
pendidikan sekolah selesai, setelah itu diharapkan para siswa bisa menjalani
kehidupannya ditengah masyarakat karena sudah dibekali pengetahuan dan
pengalaman.
Guru merupakan seorang pendidik professional, karenanya secara implisit ia
telah mendedikasikan dirinya untuk menerima dan mengemban tanggung jawab
pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Mereka ini tatkala menyerahkan
anaknya kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua
tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru/sekolah karena tidak
sembarang orang dapat menjabat guru. (Zakiah 2012).
Dengan demikian tuntutan untuk meningkatkan kinerja guru dalam belajar
hendaknya selalu diperhitungkan dan diperhatikan. Guru sebagai personel yang
menduduki posisi strategi dalam rangka perkembangannya konsep-konsep baru
dalam dunia pengajaran tersebut. Guru adalah salah satu faktor yang menentukan
berbagai keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran dikelas, untuk itu
profesionalitas guru dalam suatu pembelajaran sangatlah perlu dan dirasakan penting.

23
Berdasarkan uraian yang dipaparkan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa guru merupakan seseorang yang memberikan dorongan berupa motivasi
dalam menggapai tujuan melalui proses pembelajaran yang didalamnya
mengembangkan kepribadian berupa sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Proses
pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan
seluruh aspek pribadi dalam mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil
dalam suatu masyarakat dengan sebentuk pemenuhan profesionalisme dari seorang
guru.

2.1.3.3 Strategi Guru


Bagi seorang guru memiliki strategi dalam meraih keberhasilan dalam proses
belajar mengajar adalah suatu keharusan. Karena, dalam proses belajar mengajar
seorang guru harus mimiliki ketrampilan yang mumpuni dalam memahami situasi
dan mampu mengembangkan model pembelajaran berdasarkan siuasi agar proses
pembelajaran menjadi efektif, kreatif, dan menyenangkan (Daryanto and Rachmawati
2015).
Menurut Djamarah & Zain (2018), ada tiga strategi dasar yang bisa dilakukan
guru dalam memberikan layanan bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan
belajar membaca dan menulis, yaitu:
a. Strategi layanan berdasarkan kategori kasus dan sifat permasalahannya sesuai,
dengan sifat permasalahannya layanan bimbingan diberikan kepada siswa
sebagai individual dan dapat pula diberikan pula kepada individu dalam situasi
kelompok. Layanan bimbingan kelompok, diselenggarakan apabila terdapat
sejumlah individu yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan yang serupa
atau terdapat masalah yang dialami oleh individu namun menyangkut keperluan
adanya hubungan orang lain (kerjasama, toleransi, tenggang rasa, loyalitas,
demokrastis, dan interaksi sosial lainnya). Bimbingan dapat dilangsungkan
secara formal seperti diskusi, ceramah, remedial teaching, sosio drama, dan lain
sebagainya.

24
b. Layanan bimbingan individual akan lebih tepat digunakan kalau permasalahan
yang dihadapi individu itu lebih bersifat pribadi dan memerlukan proses-proses
melakukan pilihan, pengambilan keputusan yang menuntun kesadaran,
pemahaman penerimaan, usaha dan aspek emosional, moralitas, kesulitan
belajar (membaca, menulis, dan sebagainya) yang memerlukan ketekunan dan
usaha atau pelatihan yang seksama dari individu yang bersangkutan.
c. Strategi bimbingan melalui kegiatan kelas, setiap guru adalah petugas
bimbingan, merupakan slogan dari straegi ini, serta menjiwai seluruh pemikiran
dan praktik layanan sehingga bimbingan dapat dianggap terjadi dari menit ke
menit, jam ke jam, dan hari ke hari di setiap kelas dari tiap sekolah. Bimbingan
berlangsung secara bersinambung sebagai suatu pengaruh yang memberikan
pengarahan yang menyenangkan bagi pembinaan perilaku sosial, keefektifan
pribadi dalam hidup sehari hari, kemajuan dan kompetisi akademis, serta
pembinaan sikap dan nilai. Dalam praktinya strategi bimbingan ini sangat
bergantung pada minat dan kemampuan pribadi guru kelas yang bersangkutan.
Seorang guru sebelum menentukan strategi pembelajaran terlebih dahulu harus
benar-benar memahami tujuan dari suatu pembelajaran (Murdiyono 2017). Menurut
Hariandi (2019), strategi digunakan sebagai cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan
termasuk juga metode pengajaran. Metode sebagai jalan untuk mengimplementasikan
daftar rencana pembelajaran yang akan ditransfer kepada siswa. Dan untuk
menentukan strategi pembelajaran seorang pendidik (guru) harus menyesuaikannya
terlebih dahulu dengan kondisi dan kebutuhan siswa.
Berdasarkan penjelasan beberapa para ahli tersebut dapat disimpulkan, strategi
guru adalah upaya yang dilakukan seorang guru dalam melakukan suatu hal
pembelajaran agar dapat menimbulkan ketertarikan, minat dan perhatian siswa demi
tercapainya tujuan. Seorang guru bertanggung jawab dalam membimbing, mendidik,
mengarahkan, mengajar dan melatih siswanya agar menjadi lebih baik daripada
sebelumnya.

25
2.1.3.4 Pentingnya Strategi Guru
Djamarah & Zain (2018), mengemukakan pendapat bahwa apabila seorang
guru mahir mengelola dengan bakat kreatif dan kemampuan mengajar murid-murid di
semua jenjang, maka bisa jadi Anda tidak mempunyai hambatan dalam melaksanakan
seluruh kurikulum yang diisyaratkan bagi mata pelajaran atau kelas. Ngalimun
(2017), menyatakan bahwa efektifitas seorang pendidik (guru) dinilai dari sosok yang
mampu menyelesaikan tugasnya dan kewajibannya secara profesional.
Guru bukan sekedar berperan sebagai pengajar akan tetapi seorang guru juga
memiliki peran dalam membimbing, memimpin dan menjadi fasilitator dalam belajar.
Pemikiran kreatif dan inovatif mestinya dimiliki oleh pendidik (guru) dimana hal ini
sangatlah penting karena dengan begitu akan lebih mudah dalam menyusun strategi
mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, adanya strategi mengajar
yang dilakukan pendidik dengan begitu dapat meningkatkan semangat, aktif dalam
belajar, antusiasme, serta memiliki rasa ketertarikan siswa untuk selalu belajar.

2.1.3.5 Strategi guru mengatasi keterlambatan membaca


Strategi guru dalam mengatasi kesulitan membaca siswa kelas rendah di
sekolah dasar terdapat beberapa metode yang digunakan Murdiyono (2017), antara
lain:
a. Metode Fernald
Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca
multisensoris yang dikenal pula sebagai metode VAKT (visual, auditory,
kinesthetic, and tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih
dari kata-kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata yang diajarkan secara
utuh metode ini memiliki empat tahapan pertama, guru menulis kata yang
hendak dipelajari diatas kertas dengan krayon. Selanjutnya anak menulusuri
tulisan tersebut dengan jarinya (tactile and konesthetic). Pada saat menelusuri
tulisan tersebut, anak melihat tulisan (visual), dan mengucapkanya dengan
keras (auditory). Proses semacam ini diulang-ulang sehingga anak dapat

26
menulis dan membaca dengan benar, bahan bacaan tersebut disimpan. Pada
tahapan kedua, anak tidak terlalu lama diminta menelusuri tulisan-tulisan
dengan jari, tetapi mempelajarai tulisan tulisan guru dengan melihat guru
menulis, sambil mengucapkanya. Anak-anak mempelajari kata-kata baru pada
tahapan ketiga dengan melihat tulisan yang ditulis di papan tulis atau tulisan
vetak, dan mengucapkan kata tersebut sebelum menulis. Pada tahap ini anak
mulai baca tulisan. Pada tahapan keempat, anak mampu mengingat kata-kata
yang dicetak atau bagian-bagian dari kata yang telah dipelajari.
b. Metode Gillingham
Metode Gillingham ini merupakan pendekatan terstruktur taraf tinggi yang
memerlukan lima jam pelajaran selama dua tahun. Aktifitas pertama diarahkan
pada belajar berbagai bunyi huruf dan perpaduan huruf-huruf tersebut. anak
menggunakan teknik menjiplak untuk mempelajari berbagai huruf. Bunyi-bunyi
tunggal huruf selanjutnya dikombinasikan ke dalam kelompok-kelompok yang
lebih besar dan kemudian program fonik diselesaikan.
c. Metode Analisis Glass Abdurrahman
Metode ini merupakan suatu metode pengajaran melalui pemecahan sandi
kelompok huruf dalam kata. Metode ini bertolak dari asumsi yang mendasari
membaca sebagai pemecahan sandi atau kode tulisan. Ada dua asumsi yang
mendasari asumsi ini (1) Proses pemecahan sandi decoding dan membaca
Reading merupakan kegiatan yang berbeda. (2) pemecahan sandi mendahului
membaca. Pemecahan sandi didefenisikan sebagai menetukan bunyi yang
berhubungan dengan suatu kata tertulis secara tepat. Membaca didefenisiskan
sebagai menurunkan makna dari kata-kata yang berbentuk tulisan, jika anak
tidak dapat melakukan pemecahan sandi tulisan secara efesien, maka mereka
tidak akan belajar membaca.
Kemudian Lerner dalam Meliza et al. (2016), menyatakan langkah mengajarkan
membaca di kelas rendah sekolah dasar antara lain:
a. Mengidentifikasi keseluruhan kata, huruf, bunyi kelompok – kelompok huruf .

27
b. Mengucapkan bunyi – bunyi kelompok huruf dan huruf
c. Menyajikan kepada anak, huruf atau kelompok huruf dan meminta untuk
mengucapkanya.
d. Guru mengambil beberapa huruf pada kata tertulis dan anak diminta
mengucapkan huruf yang masih tersisa

2.1.3.6 Strategi guru mengatasi kesulitan menulis


Djauzak (2014), menjabarkan strategi guru dalam mengatasi kesulitan menulis
siswa di kelas rendah sekolah dasar dengan menggunakan beberapa metode sebagai
berikut:
a. Metode kata lambung
Metode kata lambang dimulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Mengenalkan kata.
2) Merangkai kata antar suku kata.
3) Menguraikan suku kata atas huruf –hurufnya
4) Menggabungkan huruf menjadikan kata
b. Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis dengan membaca
kalimat secara utuh yang ada di bwah gambar. Menguraikan kalimat dengan
kat-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata.
c. Metode Eja
Metode eja didasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajara membaca dan
menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh
karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf–huruf. Demikian halnya
dengan pengajaran menulis dimulai dengan huruf lepas, dengan langkah –
langkah sebagai berikut:
1) Menulis huruf lepas.
2) Merangkai huruf lepas menjadi kata.

28
3) Merangkai suku kata menjadi kata.
4) Menyusun kata menjadi kalimat.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan


Berkaitan dengan strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan
sebagai sumber referensi untuk penelitian, di antaranya sebagai berikut.
a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saugadi et al. (2021), yang berjudul
“Upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca dan menulis.”
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif.
Hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa upaya guru dalam mengatasi
kesulitan belajar membaca dan menulis pada siswa kelas 1 yaitu memberikan
les tambahan, memberikan tugas/Pekerjaan Rumah (PR) dan memberikan
motivasi belajar membaca dan menulis.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Saugadi, dkk yaitu terletak pada cara mengatasi kesulitan belajar membaca
dan menulis di kelas rendah yaitu dengan upaya yang dilakukan guru.
Sedangkan yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan strategi guru. Untuk
persamaannya terletak pada variable penelitian terkait yaitu sama-sama
mengatasi kesulitan belajar membaca dan menulis di kelas rendah sekolah
dasar.
b. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faudah (2019), dengan judul “Strategi
Guru Kelas Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Dan Menulis
Siswa MIN 7 Magetan Dan SDN Madigondo Di Kabupaten Magetan”. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa kesulitan membaca dan menulis siswa
tergolong kesulitan membaca dan menulis pada level rendah yang disebabkan
karena siswa belum cukup umur, siswa hiperaktif, dan siswa berkemampuan
akademis rendah. Serta hasil penelitian ini menunjukan bahwa startegi yang
dilakukan guru kelas dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca

29
dengan cara menggunakan menjiplak huruf, menulis huruf balok, dan menulis
bersambung. Akan tetapi dalam penelitian ini strategi yang telah guru kelas
lakukan belum optimal, dengan masih banyaknya siswa yang mengalami
kesulitan belajar membaca dan menulis.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Fuadah yakni strategi yang guru gunakan dalam mengatasi kesulitan belajar
yang berupa keterlambatan membaca dan menulis. Dan untuk persamaannya
terletak pada variable strategi guru dan variable kesulitan membaca dan
menulis.
c. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badriana (2016), yang berjudul ”Strategi
pendidik menghadapi peserata didik yang mengalami kesulitan belajar
membaca dan meulis dikelas III Madrasah Ibtidaiyah Nasrul Haq Makasar”.
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan untuk siswa bekesulitan
belajar membaca masih belum optimal. Dari enam tahapan bimbingan tiga
tahapan belum terlaksana, yakni diagnosos atau analisis masalah, Prognosis
atau tindakan mencari alternative pemecahan masalah evaluasi atau follow up.
Strategi bimbingan belajar yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun guru
yaitu dengan melibatkan siswa berkesulitan belajar dalam kegiatan
pembelajaran di kelas dan tidak memisahkannya dengan teman-teman
sekelasnya. Sementara peran sekolah dalaam pemberian bimbingn untuk
siswa berkesulitan belajar membaca dan menulis juga belum maksimal. Selain
itu kemampuan siswa berkesulitan belajar membaca masih kurang dan dalam
mengatasi kesulitan belajarnya masih kurang.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Badriana yaitu terletak pada penjelasan strategi yang terfokus yang digunakan
pendidikan untuk anak berkesulitan membaca, sedangkan pesamaan penelitian
ini terletak pada strategi yang digunakan dalam penelitian. Selain itu
persamaannya yaitu sama- sama mengatasi kesulitan siswa dalam membaca
dan menulis di kelas rendah.

30
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan konsep berpikir penelitian untuk mempermudah
penelitian sehingga jelas arah yang diteliti kerangka berpikir dalam penelitian ini
akan mengkaji terkait bagaimana strategi yang diterapkan guru dalam mengatasi
kesulitan membaca dan menulis siswa dikelas rendah sekolah dasar. Adapun
kerangka berpikir penelitian ini disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Kegiatan Pembelajaran

Kesulitan Kesulitan
Membaca Menulis

Strategi guru

1. Identifikasi masalah
Faktor 2. Perumusan tujuan Faktor
Pendukung 3. Pemberian Penghambat
bimbingan
4. Pengevaluasian

Gambar 2. 1 Kerangka berfikir

Berdasarkan gambar 2.1 dapat diuraikan bahwa dalam kegiatan pembelajaran di


kelas rendah sekolah dasar masih terdapat kesulitan membaca dan kesulitan yang
dialami oleh para siswa. Dalam mengatasi kesulitan membaca dan kesulitan menulis
perlunya peran yang dilakukan guru untuk menentukan strategi yang mampu

31
mengatasi keterlambatan membaca dan kesulitan menulis. Langkah awal dalam
menerapkan strategi yakni dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam
diri siswa. Kemudian merumuskan tujuan dan bimbingan yang tepat untuk
permasalahan tersebut. Kemudian pelaksanaan bimbingan pada siswa, dan terakhir
yakni melakukan evaluasi kegiatan. Dalam upaya mengatasi keterlambatan membaca
dan menulis, tidak serta merta teratasi dengan adanya strategi yang dilakukan oleh
guru. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi strategi guru dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis, seperti faktor pendukung dan tentunya faktor
penghambat.

32
2.4 Kerangka Teoretis
Kerangka teori merupakan keterkaitan antara teori yang digambarkan sebagai
dasar penelitian yang disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

STRATEGI GURU DALAM MENGATASI KETERLAMBATAN MEMBACA


DAN MENULIS SISWA KELAS RENDAH

Menurut Martini (2018: 23) kesulitan belajar membaca sering didefinisikan


sebagai suatu gejala kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen
kata dan kalimat.

Menurut Hallahan dalam Mulyono (2018: 227), kesulitan menulis atau


yang biasa disebut disgrafia yakni keterbatasan siswa dalam ketidak
mampuan dalam mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol pada
bacaan.

Menurut Hamzah B Uno (2009: 3) strategi adalah cara-cara yang akan


digunakan oleh guru untuk memilih kegiatan belajar selama proses
pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan, dan karakteristik siswa
yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

KETERCAPAIAN KEMAMPUAN MEMBACA & MENULIS SISWA


DIKELAS RENDAH

Gambar 2. 2 Kerangka teoretis

33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Mejobo, Kecamatan Mejobo,
Kabupaten Kudus. Dimana di dalam penelitian ini akan memperdalam analisis
strategi guru dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca dan menulis di kelas
rendah sekolah dasar 1 Mejobo Kudus.

3.1.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan, adapun
waktu yang digunakan untuk merencanakan penelitian pada bulan Desember 2021,
kemudian pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei 2022 dan laporan
penelitian di mungkinkan pada bulan Juni 2022 yang bertepatan di SD Negeri 1
Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Diharapkan penelitian ini dapat
selesai tepat waktu sehingga peneliti dapat memperoleh hasil penelitian sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian yang digunakan dalam penilitian ini yakni menggunakan metode
penilitian kualitatif. Dilihat dari jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian
ini yaitu menggunakan penelitian kualitatif, peneliti mengambil pendekatan
fenomenologi sebagai pendekatan yang akan digunakan. Peneliti memilih pendekatan
fenomenologi karena sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan yakni
penelitian kualitatif, yang dapat diartikan sebagai penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

34
perilaku, cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Menurut Sukmadinata (2010), mendiskripsikan bahwa penelitian kualitatif
yakni penelitian yang bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis aktifitas sosial,
kejadian, fenomena, sikap, persepsi, kepercayaan, dan pemikiran seseorang secara
individu atau kelompok. Sedangkan menurut Afrizal (2016), menjelaskan bahwa
metode penelitian didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan
perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau
mengkualifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh. Tujuan utama penelitiian
kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan cara
memberikan pemaparan berupa penggambaran yang jelas tentang fenomena atau
gejala sosial tersebut dalam bentuk rangkaian kata yang pada akhirnya akan
menghasilkan sebuah teori (Sujarweni 2014).
Kemudian, pendekatan fenomenologi adalah kepahaman dari peristiwa-
peristiwa dan kaitannya terhadap situasi tertentu (Moleong 2014). Penguatan metode
fenomenalogi diartikan bisa mendeskripsikan kejadian maupun gejala-gejala yang
Nampak sebagaimana adanya dari sebuah objek penelitian yang ada. Edger dan
Sedgwick (1999: 271) dalam mengemukakan Fenomenologi adalah seperangkat
pendekatan dalam studi filosofis dan sosiologis, serta studi tentang seni. Bagus (2002:
234) menyebutkan bahwa fenomenologi adalah sebuah pendekatan filsafat yang
berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran manusia.
Sedangkan (Littlejohn, 2003: 184) menyatakan bahwa pendekatan fenomenologi
adalah studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran, atau cara memahami
suatu objek atau peristiwa dengan mengalaminya secara sadar (Moleong 2014).
Penelitian ini akan menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi, didalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan, yakni sebagai berikut:
a. Tahap Orientasi atau Deskripsi

35
Pada tahap ini, peneliti mendapatkan data dari hasil pengamatan serta
informasi dari hasil wawancara dengan siswa dan guru kelas II SD Negeri 1
Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus terkait strategi guru dalam
mengatasi kesulitan siswa dalam membaca dan menulis di kelas rendah.
b. Tahap Reduksi atau Fokus
Pada tahap ini, peneliti memilih data yang penting, berguna, dan menarik
yang diperoleh dari tahap pertama yang kemudian dapat dijadikan sebagai focus
penelitian.
c. Tahap Seleksi
Pada tahapan ini, peneliti melakukan analisis pada fokus penelitian melalui
data dan informasi yang telah diperoleh menjadi satu pengetahuan baru.
Dapat ditarik kesimpulan, dari pendapat diatas bahwa penelitian ini yakni jenis
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dikarenakan penelitian ini
bermaksud menguraikan, mendeskripsikan dan menggambarkan strategi guru dalam
mengatasi kesulitan siswa dalam membaca dan menulis, sehingga data yang di dapat
akan terlihat jelas seperti keadaan di lapangan yang sebenarnya mengenai strategi
yang diterapkan guru yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
membaca dan menulis. Data yang diperolah peneliti akan diuraikan dalam bentuk
tulisan mengenai strategi guru dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca dan
menulis di SD Negeri 1 Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.

3.3 Data dan Sumber Data Penelitian


3.3.1 Data
Data yakni informasi penting yang dikumpulkan dalam sebuah penelitian,
yang berisikan rekaman atau gambaran atau keterangan yang bersifat fakta
(Soewadji 2012). Dalam penilitian kualitatif ini, data yang diperoleh berupa data
lisan maupun tulisan. Data lisan diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan
guru kelas dan siswa kelas II SDN 1 Mejobo. Sedangkan data tulisan diperoleh dari

36
data pendukung yang terdapat dalam sebuah buku terkait isi variabel yang akan
diteliti oleh peneliti yaitu strategi guru.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi mengenai
pembelajaran yang guru kemas menggunakan strategi untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa berupa keterlambatan membaca dan menulis, serta data yang
digunakan peneliti lainnya yaitu bentuk-bentuk keterlambatan membaca dan
menulis yang dialami siswa kelas rendah di SD Negeri 1 Mejobo, Kecamatan
Mejobo, Kabupaten Kudus. Penelitian ini sangat memerlukan data-data pendukung
seperti dokumentasi berupa foto pada saat penelitian.

3.3.2 Sumber Data


Sumber data pada penelitian ini didapatkan dengan melibatkan subjek
penelitian yaitu guru kelas II dan siswa kelas II SD N 1 Mejobo yang akan
memberikan informasi secara langsung dengan dilakukanya wawancara. Menurut
Sugiyono (2017), merinci sumber data penlitian yang dikategorikan menjadi 3 P,
yaitu:
1) Person, yaitu sumber data yang berisikan tulisan yang berisikan wawancara
dengan siswa kelas II dan guru kelas II. Serta angket yang akan diberikan
terhadap siswa kelas II dan guru kelas II.
2) Place, yaitu sumber data yang berisikan tampilan tempat keadaan subjek
penelitian. Pada penelitian ini sumber data dan tempat dikelas II SD Negeri 1
Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.
3) Paper, yaitu sumber data yang berisikan paparan berupa angka, simbol-
simbol, huruf, atau gambar. Pada penelitian ini sumber data berupa hasil
kuesioner, wawancara, dan foto pada saat penelitian.
Sumber data pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yang
merupakan teknik yang dipilih oleh peneliti dalam memperoleh sumber data. Melalui
teknik tersebut diharapkan dapat digali berbagai informasi yang tepat dan fokus
terhadap penelitian ini. Sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono (2017), bahwa

37
teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan data dengan pertimbangan
tertentu. Informan yang dipilih dianggap mengetahui informasi dan masalahnya
secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.
Sumber data pada penelitian ini siswa dan guru kelas II SD Negeri 1 Mejobo,
Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Membaca secara terbalik tulisan yang dibaca, seperti: duku dibaca kudu, d
dibaca b, atau p dibaca q,
2) Menggerakkan kepala, bukan matanya yang bergerak.
3) Menempatkan buku terlalu dekat dengan mata.
4) Mulutnya komat-kamt waktu membaca
5) Membaca kata demi kata
6) Membaca terlalu cepat
7) Membaca tanpa ekspresi
8) Adanya nada suara yang aneh atau tegang yang menandakan keputusan
9) Terdapat ketidak konsitenaan bentuk huruf dalam tulisannya,
10) Saat menulis, pengunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur,
11) Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisanya tidak proposional,
12) Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap, caranya memegang
alat tulis seringkali terlalu dekat dengan kertas
13) Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis
14) Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data memiliki arti sebagai langkah strategis di dalam
sebuah penelitian, apabila peneliti tidak mengetahui teknik pengumpulan data, maka
dari itu peneliti tidak akan memperoleh data yang sudah ditetapkan. Menurut
Sugiyono (2017), mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data yaitu langkah

38
awal yang paling utama pada sebuah penelitian, sebab tujuan utama penelitian adalah
memperoleh data. Kemudian dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data
adalah bagian terpenting agar peneliti memperoleh sumber data yang bergerak maju
atau dinamis. Berikut ini adalah teknik yang dipergunakan sebagai pengumpulan
data.

3.4.1 Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2017), menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya bekerja berdasarkan
data, yaitu dunia kenyataan yang diperoleh dari observasi. Sedangkan menurut
Arikunto (2016), mengemukakan bahwa pengamatan atau observasi berisikan
kegiatan yang bertujuan menemukan fakta terhadap suatu objek di lapangan
dengan menggunkan seluruh alat indra.
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung
terhadap objek kemudian hasil pengamatan tersebut dituangkan dalam sebuah
catatan. Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti berada di kelas II SDN
Mejobo 01, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Dalam hal ini penelitian
mengikuti pelaksanaan pembelajaran yang ada di kelas II untuk mengetahui
bentuk kesulitan belajar siswa berupa keterlambatan membaca dan menulis siswa
serta untuk mengetahui strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca
dan menulis siswa.

3.4.2 Wawancara
Menurut Sugiyono (2017), Wawancara atau interview adalah sebuah
percakapan yang dilakukan antara dua orang dengan maksud dan tujuan tertentu.
Guru kelas II dan siswa kelas II SDN 1 Mejobo yang akan menjadi informan
peneliti. Di dalam sebuah wawancara haruslah menciptajan suasana yang santai
dan akrab. Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu peneliti

39
membuat beberapa pertanyaan terkait permasalahan yang akan diangkat oleh
penulis untuk kemudian menjadi data yang akan di sajikan dalam penelitian.

3.4.3 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2017), menyebutkan bahwa pengumpulan data
menggunakan dokumentasi yaitu catatan yang dihasilkan dari kejadian yang
sudah terjadi. Dokumen berisikan; tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen dalam penelitian ini berupa foto penelitian, hasil
kuesioner, hasil wawancara dengan guru kelas, dan siswa kelas II SD Negeri 1
Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.

3.5 Peran Peneliti


Pada penelitian ini, peneliti berperan melalukan penelitian untuk mengamati
bagaimana strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa
kelas Sugiyono (2017), menjelaskan bahwa peneliti merupakan “instrumen kunci
dalam penelitian kualitatif.” Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga
harus divalidasi. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi
terhadap pemahaman metode dalam penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian.
Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri melalui evaluasi diri. Peneliti selaku
instrumen pertama masuk ke lokasi penelitian agar dapat berhubungan langsung
dengan informan guna untuk mengumpulkan data. Maka dari itu, peneliti juga
berperan sebagai teman atau pendamping dari informan atau objek yang akan diteliti.
Dengan kata lain, kehadiran peneliti dalam penlitian diperlukan karena merupakan
alat pengumpul data utama. Peneliti mempunyai peran sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul data, penganalisis, hingga akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.
Keterlibatan peneliti dalam suatu penelitian juga dapat menentukan keberhasilan
suatu penelitian. Adapun Peranan Peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

40
a. Melakukan pengamatan atau observasi terhadap strategi guru dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa kelas rendah
b. Mencari data atau informasi-informasi serta mengikuti jalannya pembelajaran
c. Melakukan wawancara dengan guru kelas II unuk menanyakan bentuk kesulitan
siswa dan strategi yang digunakan guru dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis
d. Melakukan wawancara dengan siswa kelas II untuk menanyakan bagaimana
kesan siswa setelah pemberian pembelajaran oleh guru
e. Mengolah dan menganalisis data yang sudah di dapatkan dari observasi,
wawancara dan juga dokumentasi.
f. Menyajikan data.

3.6 Teknik Analisis Data


Sugiyono (2017), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data model
Milles and Huberman. Milles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2017)
menjelaskan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.
Tahapan-tahapan analisis data menggunakan model tersebut meliputi, reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.

41
Koneksi Data

Reduksi Data Penyajian Data

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Tahapan Analisis data Model Milles dan Huberman


3.6.1 Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran-
gambaran yang lebih, hal ini mengarah pada proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, dan mengabstraksikan data mentah yang ditulis pada catatan
lapangan yang dibarengi dengan perekaman. Reduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, berkaitan
dengan kesulitan belajar siswa berupa keterlambatan membaca dan menulis dan
strategi yang guru gunakan untuk mengatasi keterlambatan keterlambatan membaca
dan menulis siswa kelas II di SDN Mejobo 01.

3.6.2 Penyajian Data


Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyajikan data, Menurut Miles
dan Huberman dalam Sugiyono (2017), mengemukakan bahwa yang sering
digunakan untuk menyajikan data pada penelitian kualitatif adalah teks berupa
naratif. Penyajian data kualitatif biasanya dilakukan dalam bentuk bagan, hubungan
antar kategori dan sejenisnya, Kemudian menyajikan data kualitatif berupa penyajian

42
data dilakukan dalam bentuk uraian singkat (Sugiyono 2017). Kegiatan yang terjadi
mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Peneliti menyajikan data
yang berkaitan dengan bentuk keterlambatan membaca dan menulis siswa dan
strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa kelas II di
SDN Mejobo 01.

3.6.3 Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi


Langkah ketiga analisis data dalam penelitian kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi menurut (Miles dan Hubberman, 1984. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat. Akan tetapi, jika kesimpulan awal didukung dengan bukti-
bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kreadibel. Dengan
demikian dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumususan masalah yang
dirumuskan sejak awal atau mungkin tidak.

3.7 Keabsahan Data


Keabsahan data di pakai untuk menguji data yang diperoleh melalui penelitian.
Menurut Sugiyono (2017), menjelaskan bahwa uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas data, uji transferabilitas, uji
dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Dalam penelitian ini keabsahan data
dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar
merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang di peroleh, jadi
dalam penelitian mengenai bentuk keterlambatan membaca dan menulis siswa dan
strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa kelas II di
SDN Mejobo 01 ini dilakukan keabsahan data dari data hasil wawancara dan
dokumentasi yang diperoleh pada saat penelitian, yang menyatakan bahwa penelitian
ini merupakan penelitian ilmiah. Berikut ini adalah rencana pengujian keabsahan

43
data yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan penjelasan masing-masing uji
keabsahan menurut pendapat Sugiyono (2017):
1) Credibility (Kepercayaan)
Uji kredibilitas merupakan penetapan hasil penelitian kualitatif yang
kredibel atau dapat dipercaya dari prespektif partisipan dalam penelitian
tersebut. Pada tahapan ini ditunjukkan adanya temuan hasil observasi
keterlambatan siswa dalam hal membaca dan menulis, dan strategi guru yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Data dapat diperoleh
melalui wawancara-wawancara dan dokumentasi kegiatan.
2) Transferability (Keteralihan)
Transferabilitas dalam penelitian kualitatif yakni berkaitan dengan
pertanyaan, sampai mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan
dalam situasi lain. Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian
tersebut, maka dalam laporannya peneliti harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
3) Dependability (Kebergantungan)
Reliabilitas atau penelitian dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa
percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian
yang dependability adalah penelitian apabila penelitian yang dilakukan oleh
orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang
sama pula. Data yang berkaitan dengan strategi guru dan hal tersebut mampu
berdampak pada tercapainya kemampuan membaca dan menulis siswa dikelas
rendah.
4) Confirmability (Kepastian)
Uji confirmability dapat disebut dengan uji obyektifitas penelitian.
Penelitian dikatakan obyektif apabila hasil penelitian telah disepakati oleh
banyak orang. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses yang
telah dilakukan, maka pada tahap ini data yang diperoleh harus benar-benar

44
objektif yang nantinya akan berlanjut pada tindak lanjut peneliti. Menguji
konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang
dilakukan. dosen pembimbing selalu mengaudit keseluruhan kegiatan
peneliti. Demikian pula dengan hasil penelitian, hasil penelitian dicek
kembali dan disesuaikan dengan proses penelitian yang telah dilakukan.

45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Latar Penelitian dan Subjek Penelitian


Berikut ini deskripsi latar penelitian dan subjek penelitian berdasarkan hasil
temuan yang didapatkan dari lokasi penelitian yang sudah peneliti uraikan secara
sistematis berdasarkan (1) Profil SD Negeri 01 Mejobo, (2) Sumber daya yang
dimiliki SD Negeri 01 Mejobo, (3) Profil Subjek penelitian.

4.1.1 Profil SD Negeri 01 Mejobo


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari Senin hingga Sabtu,
tanggal 23 Mei sampai 04 Juni 2022 diperoleh data sebagai berikut; SD Negeri 01
Mejobo adalah sekolah Negeri dengan nomor pokok sekolah nasional (NPSN)
20317914. Lokasi SD Negeri 01 Mejobo ini lokasinya terletak di Jalan Suryo
Kusumo, Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa
Tengah. Jumlah tenaga pendidik di SD Negeri 01 Mejobo berjumlah tiga belas guru
yang terdiri dari enam guru kelas dan tiga guru mapel, satu kepala sekolah, satu
penjaga perpus, satu operator sekolah dan satu penjaga. Dan siswa di SD Negeri 01
Mejobo berjumlah 140 siswa yang terbagi dalam kelas I hingga kelas VI. Sekolah ini
sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1970 ini memiliki visi “unggul dalam prestasi
berlandaskan imtaq dan berwawasan iptek”. Serta misi, mengembangkan sekolah
modern, pendidik dan tenaga kependidikan profesional dan berdedikasi tinggi, anak
terlayani secara material dan spiritual, pedagogik dan psikologis. Adapun indikator
Misi di SD Negeri 01 Mejobo, yaitu; (1) Membentuk manusia mandiri, kreatif,
memiliki kecakapan hidup dan menguasai hidup dan menguasai ilmu pengetahuan
serta teknologi, (2) Meningkatkan disiplin dan menumbuhkan kembangkan
penghayatan pengamalan agama serta budi pekerti, (3) Menyelenggarakan program
pendidikan yang senantiasa berakar pada system nilai, adat istiadat dan budaya

46
masyarakat dengan tetap mengikuti perkembangan dunia luar, (4) Mengembangkan
potensi siswa dalam kegiatan olahraga, pramuka dan seni budaya secara optimal, (5)
Meningkatkan hubungan yang kondusif antar warga sekolah, masyarakat, instansi
terkait dan lembaga pendidikan lain sehingga saling berpartisipasi aktif dalam
melaksanakan program pendidikan.

Gambar 4. 1 Profil SD Negeri 01 Mejobo


4.1.2 Sumber daya yang dimiliki SD Negeri 01 Mejobo
SD Negeri 01 Mejobo merupakan Sekolah negeri di Desa Mejobo, Kecamatan
Mejobo, Kabupaten Kudus. Sekolah ini terkenal akan kebersihan lingkungannya.
Kultur sekolah yang baik tentunya tidak terlepas dari dukungan sumber daya yang
berkualitas yang dimiliki SD Negeri 01 Mejobo. Sumber daya tersebut dapat
meliputi, siswa, tenaga kependidikan, staf dan karyawan kependidikan, serta ditinjau
berdasarkan sarana dan prasaranan yang di miliki sekolah yang cukup memadai.
Berikut sumber daya yang dimiliki SD Negeri 01 Mejobo;
a. Siswa
Siswa adalah manusia yang memeiliki potensi dasar baik secara fisik
maupun mental yang perlu dikembangkan melalui media pendidikan.
Pendidikan dapat diperoleh dari berbagai aspek, salah satunya lingkungan
sekolah dan lingkungan keluarga. Sekolah merupakan tempat belajar dan

47
mengajar, serta mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat siswa agar
menjadi pribadi yang berkualitas.

48
Berikut merupakan tabel daftar siswa pada tahun ajaran 2021/2022:
Tabel 4. 1 Daftar siswa pada tahun 2021/2022
Kelas I II III IV V VI Total

Gender L P L P L P L P L P L P L P

1
Jumlah 14 11 12 5 11 9 13 13 12 16 11
3 79 61

Jml.Total 25 17 20 26 25 27 140

(Sumber: Dokumen SD Negeri 01 Mejobo tahun 2022)

b. Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu kunci dalam
mewujudkan sekolah yang tidak hanya berkualitas, namun mampu
memberikan pelayanan prima kepada siswa dalam bidang akademik maupun
non akademik. Pendidik memiliki peran sepenuhnya terhadap pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Sekolah yang menciptakan siswa yang berkualitas
membutuhkan tenaga pendidik yang sudah professional dalam bidangnya.
Berdasarkan tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di SD Negeri 01
Mejobo, berikut merupakan daftar tenaga pendidik beserta karyawan di SD
Negeri 01 Mejobo:
Tabel 4. 2 Daftar tenaga pendidik dan karyawan SD Negeri 01 Mejobo
No. Nama NIP Jabatan
1. Rukin, S.Pd. 19660428 199205 1 001 Kepala Sekolah
2. Mulyati, S.Pd.I 19630725 198304 2 002 Guru PAI
3. Solikul Hadi, S,Pd,SD 19640412 198405 1 001 Guru Kelas
4. Tri Widayati, S.Pd.SD 19730420 199903 2 005 Guru Kelas
5. Rita Apriliya, S.Pd. 19750419 200312 2 008 Guru PJOK
6. Andriyani, S.Pd. 19840109 201903 2 006 Guru Kelas

49
No. Nama NIP Jabatan
7. Siti Komariyah, S.Pd - GTT
8. Febri Novita Sari, S.Pd - Guru Kelas
9. Dian Vita A, SS - Perpustakawan
10. M Haydar Yahya H - PTT
11. Nur Azhar Fahmi, S.Pd - GTT
12. Siti Maesaroh, S.Pd - GTT
(Sumber: Dokumen SD Negeri 01 Mejobo tahun 2022)

4.1.3 Profil Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas dan para siswa kelas II di Sekolah
Dasar Negeri 01 Mejobo. Siswa kelas II berjumlah tujuh belas siswa yang terdiri dari
dua belas laki-laki dan lima perempuan. Dalam penelitian ini peneliti hanya
memfokuskan terhadap wali kelas II dan tiga siswa yang direkomendasikan oleh guru
yang mengalami keterlambatan membaca dan menulis dengan kriteria; 1) membaca
secara terbalik tulisan yang dibaca, seperti: duku dibaca kudu, d dibaca b, atau p
dibaca q, 2) menggerakkan kepala, bukan matanya yang bergerak saat membaca, 3)
menempatkan buku terlalu dekat dengan mata saat membaca , 4) membaca kata demi
kata, 5) membaca terlalu cepat, 6) membaca tanpa ekspresi, 7) terdapat ketidak
konsitenan bentuk huruf dalam tulisannya, 8) saat menulis, pengunaan huruf besar
dan huruf kecil masih tercampur, 9) ukuran dan bentuk huruf dalam tulisanya tidak
proposional, 10) sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap, caranya
memegang alat tulis seringkali terlalu dekat dengan kertas, 11) cara menulis tidak
konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional
Kemudian, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui strategi apa saja
yang diberikan oleh guru kelas untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
pada siswa kelas II. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nama inisial untuk
menggantikan nama asli subjek agar kerahasian identitas subjek terjamin.

50
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian dan Analisis Data
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal yaitu; (1) Data temuan strategi
guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah, (2)
Data temuan faktor-faktor penghambat strategi guru dalam dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah.

4.2.1 Data temuan guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
siswa di kelas rendah
Dalam upaya memberikan pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan
atau keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah, tentunya banyak
sekali upaya yang dilakukan salah satunya menggunakan strategi guru. Strategi guru
tersendiri memiliki artian sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam
mewujudkan kegiatan pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang telah diharapkan
sebelumnya (Haidir & Salim 2014). Dalam penelitian ini, tujuan yang akan dicapai
dengan adanya strategi guru tersebut yakni untuk mengatasi keterlambatan membaca
dan menulis siswa di kelas rendah. Kesulitan belajar membaca sering disebut juga
disleksia (dyslexia). Perkataan disleksia berasal dari bahasa yunani yang artinya
kesulitan membaca, ada nama–nama lain merajuk kesulitan belajar membaca, yaitu
corrective readers dan remedial readers. Sedangkan kesulitan belajar membaca yang
berat sering disebut Alexia (Abdurrahman 2017). Sedangkan kesulitan menulis biasa
disebut dengan disgrafia, yaitu istilah yang menunjukan bahwa seseorang memiliki
keterbatasan dalam hal menulis. Hal tersebut dapat dilihat apabila seseorang memiliki
keterbatasan dalam bentuk minimnya keterampilan menulis berupa kejelasan akurasi,
ejaan, dan ekspresi (Slamet 2017). Jadi, dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa
penelitian ini akan membahas bagaimana strategi guru atau pola-pola yang diterapkan
guru dalam mengatasi keterlambatan siswa dalam membaca dan keterlambatan siswa
dalam menulis di kelas rendah.
Berikut strategi guru yang diterapkan pada siswa kelas II di SD Negeri 01
Mejobo untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa yang diperoleh

51
dari hasil wawancara dan observasi pada hari Senin hingga sabtu, tanggal 23 Mei
sampai 04 Juni 2022. Dari hasil wawancara dan observasi terhadap guru kelas II yang
bernama Ibu SM, bahwa strategi yang digunakan dalam mengatasi keterlambatan
membaca siswa yakni dengan cara membimbing, menyimak dan mendikte,
sedangkan untuk mengatasi keterlambatan menulis siswa melalui menyalin, menulis
halus, dan mengarang sederhana (Sumber: Analisis informan guru).
Sebelum masuk dalam pendeskripsian strategi yang digunakan guru dalam
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa, tentunya seorang guru
haruslah mengetahui siswa mana saja yang mengalami keterlambatan membaca dan
menulis. Dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami keterlambatan membaca dan
menulis, Ibu SM memiliki cara sendiri untuk mengetahuinya. Yang pertama, untuk
mengetahui siswa yang mengalami keterlambatan membaca Ibu SM memberikan
pernyataan sebagai berikut:
“Untuk mengetahui keterlambatan membaca pada siswa biasanya mbak saya
memberikan perintah untuk siswa membaca bergantian, agar saya tahu siapa
saja anak yang belum lancar dalam membaca ataupun yang masih sering
salah dalam membaca.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:

Gambar 4. 2 Guru memberikan perintah untuk siswa membaca bergantian

52
Pada Gambar 4.2, menunjukan bahwa sebelum guru menerapkan strategi dalam
mengatasi keterlambatan membaca, terlebih dahulu Ibu SM mengetahui mana saja
siswanya yang mengalami keterlambatan membaca dengan memberikan perintah ke
siswa agar membaca bergantian. Selanjutnya, dari kegiatan tersebut terlihat mana saja
siswa yang masih mengalami keterlambatan membaca. Dari ketiga subjek siswa yaitu
NA, QN, dan WF terlihat bahwa “ketiganya masih membaca secara mengeja
terkhusus kata yang sulit, masih belum bisa mengenali huruf dengan baik, dan
kurang bisa memahami arti dari kalimat yang sudah ia baca” (Sumber: Analisis
informan siswa). Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat mengamati respon siswa saat diperintah membaca
oleh guru dan mengalami kesulitan dalam membaca:

Gambar 4. 3 Siswa masih mengeja dalam membaca


Dari Gambar 4.3, terlihat siswa yang masih mengalami keterlambatan dalam
hal membaca. Hariandi (2019), strategi digunakan sebagai cara-cara tertentu untuk
mencapai tujuan termasuk juga metode pengajaran. Metode sebagai jalan untuk
mengimplementasikan daftar rencana pembelajaran yang akan ditransfer kepada
siswa. Dan untuk menentukan strategi pembelajaran seorang pendidik (guru) harus
menyesuaikannya terlebih dahulu dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Dari
pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sebelum menentukan strategi untuk

53
mengatasi keterlambatan membaca siswa, guru terlebih mengidentifikasi
permasalahan dan kondisi dari siswa. Tak hanya itu, Ibu SM memastikan lagi siswa
yang benar-benar memerlukan bimbingan atau perhatian lebih terkait keterlambatan
membaca. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu SM, beliau memberi pernyataan
bahwa:
“Untuk memastikan benar-benar kalau butuh bimbingan membaca lagi, saya
suruh membaca lagi, saya dekte juga terkadang. Kalau masih belum bisa,
berarti anak tersebut memang butuh bimbingan membaca alias memiliki
keterlambatan dalam membaca.”
“Atau kalau tidak sesekali saya menyuruhnya maju kedepan membacakan
sebuah karangan, dengan begitu saya bisa mengenali letak keterlambatan
siswa dimana. Biasanya yang terlihat siswa sering tidak mengenali huruf,
sehingga membacanya keliru. Atau kalau tidak siswa membaca terlalu cepat
tanpa memperhatikan tanda baca yang ada.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:

Gambar 4. 4 Guru memastikan siswa yang benar-benar mengalami


keterlambatan membaca

54
Dari Gambar 4.4, terlihat Ibu SM memastikan para siswa yang teridentifikasi
mengalami keterlambatan membacanya yang bertujuan untuk merumuskan strategi
yang tepat digunakan dan diterapkan untuk siswa. Selanjutnya, dari kegiatan tersebut
terlihat mana saja siswa yang benar-benar mengalami keterlambatan dalam membaca
berdasarkan indikator yang telah dirumuskan yaitu 1) membaca secara terbalik tulisan
yang dibaca, seperti: duku dibaca kudu, d dibaca b, atau p dibaca q, 2) menggerakkan
kepala, bukan matanya yang bergerak saat membaca, 3) menempatkan buku terlalu
dekat dengan mata saat membaca, 4) membaca kata demi kata, 5) membaca terlalu
cepat, 6) membaca tanpa ekspresi. Dari ketiga subjek siswa yaitu NA, QN, dan WF
terlihat bahwa “satu dari ketiga subjek siswa, sudah bisa membedakan kata yang
hampir mirip hurufnya dan dua lainnya belum bisa membedakan kata yang hampir
mirip hurufnya, dari ketiga subjek siswa, membaca secara pelan-pelan karena masih
mengeja, satu dari ketiga subjek siswa, sudah mengetahui sebagian besar fungsi dari
tanda baca di dalam bacaan, dan sisanya kurang mengetahui fungsi dari tanda baca
di dalam bacaan” (Sumber: Analisis informan siswa). Pernyataan tersebut juga
didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat mengamati
respon siswa saat diperintah membaca oleh guru ke depan dan mengalami kesulitan
dalam membaca.

Gambar 4. 5 Siswa mengalami kesulitan dalam membaca di depan kelas

55
Dari Gambar 4.5, terlihat siswa yang mengalami keterlambatan membaca
dengan tidak bisa membedakan kata yang hampir mirip bentuknya dan siswa
membaca tanpa memperhatikan fungsi dari tanda bacaan. Dari temuan-temuan
permasalahan tersebut sesuai dengan indikator keterlambatan membaca siswa yang
telah dirumuskan. Yang kemudian, akan menjadi acuan untuk Ibu SM merumuskan
strategi belajar yang cocok digunakan untuk mengatasi keterlambatan membaca
siswa. Newman & Mogan (2014), menyatakan bahwa perlunya pengidentifikasian
dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi
sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan permasalahan yang penting untuk
di selesaikan. Berdasarkan pernyataan tersebut, sangat diperlukan proses
pengidentifikasian masalah yang harus dilakukan oleh seorang guru kelas dalam
menentukan strategi pembelajaran untuk mengatasi keterlambatan membaca siswa
yang sesuai dengan kondisi siswa dan sesuai dengan kondisi sarana prasarana yang
ada.
Kemudian sama halnya untuk mengetahui keterlambatan membaca siswa, Ibu
SM juga melakukan kegiatan mengidentifikasi siswa yang mengalami keterlambatan
dalam menulis. Saat proses wawancara, beliau memberi pernyataan bahwa:
“Untuk mengetahui keterlambatan menulis saya biasanya melihat tulisan
anak-anak, kalau tidak setiap anak maju ke depan menuliskan jawaban di
papan tulis kelihatan juga. Mana saja anak yang mengalami keterlambatan
menulis”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:

56
Gambar 4. 6 Guru memperhatikan tulisan siswa untuk mengidentifikasi siswa
yang mengalami keterlambatan menulis
Pada Gambar 4.6, menunjukan bahwa sebelum guru menerapkan strategi dalam
mengatasi keterlambatan menulis, terlebih dahulu Ibu SM mengetahui mana saja
siswanya yang mengalami keterlambatan membaca dengan menunjuk beberapa siswa
agar maju menulis secara bergantian. Selanjutnya, dari kegiatan tersebut terlihat mana
saja siswa yang masih mengalami keterlambatan menulis. Dari ketiga subjek siswa
yaitu NA, QN, dan WF terlihat bahwa “ketiga subjek siswa, kurang bisa menulis
dengan menggunakan huruf kapital pada suatu bacaan, masih belum bisa dalam
melengkapi tanda baca saat menulis, kurang bisa menuliskan huruf A-Z dengan baik
tanpa ada yang salah ataupun keliru” (Sumber: Analisis informan siswa). Pernyataan
tersebut juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat
mengamati respon siswa saat diperintah membaca oleh guru ke depan dan mengalami
kesulitan dalam menulis:

57
Gambar 4. 7 Siswa kurang bisa menuliskan penggunaan huruf kapital
Dari Gambar 4.7, terlihat bahwa siswa yang mengalami kesulitan yang
teridentifikasi sebagai keterlambatan dalam menulis. Hariandi (2019), strategi
digunakan sebagai cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan termasuk juga metode
pengajaran. Metode sebagai jalan untuk mengimplementasikan daftar rencana
pembelajaran yang akan ditransfer kepada siswa. Dan untuk menentukan strategi
pembelajaran seorang pendidik (guru) harus menyesuaikannya terlebih dahulu
dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Dari pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
sebelum menentukan strategi untuk mengatasi keterlambatan menulis siswa, guru
terlebih mengidentifikasi permasalahan dan kondisi dari siswa. Tak hanya itu, Ibu SM
memastikan lagi siswa yang benar-benar memerlukan bimbingan atau perhatian lebih
terkait keterlambatan menulis. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu SM, beliau
memberi pernyataan bahwa:
“Untuk memastikan anak yang benar-benar mengalami keterlambatan
menulis dan perlu mendapatkan perhatian biasanya saya ada takarannya
sendiri mbak, seperti tulisan anak yang tidak konsisten kadang besar terus
kecil. Kemudian yang paling sering pengunaan huruf besar dan huruf kecil
masih tercampur. Dan yang paling mudah dilihat jika anak benar-benar

58
mengalami keterlambatan menulis yakni anak salah dalam menulis ejaan
dalam satu kata ataupun kalimat.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:

Gambar 4. 8 Guru memastikan kembali siswa yang mengalami keterlambatan


menulis
Dari Gambar 4.8, terlihat Ibu SM yang berkeliling melihat tulisan para siswa
yang bertujuan untuk memastikan lagi siswa yang mengalami keterlambatan menulis
dan memerlukan bimbingan khusus. Dari kegiatan tersebut terlihat mana saja siswa
yang benar-benar mengalami keterlambatan dalam menulis berdasarkan indikator
yang telah dirumuskan yaitu 1) terdapat ketidak konsitenan bentuk huruf dalam
tulisannya, 2) saat menulis, pengunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur,
3) ukuran dan bentuk huruf dalam tulisanya tidak proposional, 4) sulit memegang
bolpoin maupun pensil dengan mantap, caranya memegang alat tulis seringkali terlalu
dekat dengan kertas, 5) cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang
tepat dan proporsional. Berdasarkan indikator tersebut terdapat siswa yang benar-
benar mengalami keterlambatan dalam menulis. Dari ketiga subjek siswa yaitu NA,

59
QN, dan WF terlihat bahwa dari “ketiga subjek siswa, kurang bisa menyalin tulisan
cetak (lepas) ke tulisan sambung atau sebaliknya, dan salah dalam menulis ejaan
dalam satu kata ataupun kalimat” (Sumber: Analisis informan siswa). Pernyataan
tersebut juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat
mengamati respon siswa saat diperintah membaca oleh guru ke depan dan mengalami
kesulitan dalam menulis sebagai berikut:

Gambar 4. 9 Siswa mengalami kesulitan dalam menulis


Dari Gambar 4.9, terlihat bahwa siswa yang mengalami kesulitan menulis
halus. Siswa kurang bisa dalam menyambung huruf lepas kedalam huruf bersambung,
serta siswa kurang tepat dalam menuliskan ejaan dalam satu kata. Dari temuan-
temuan permasalahan tersbut sesuai dengan indikator keterlambatan membaca siswa
yang telah dirumuskan. Yang kemudian, akan menjadi acuan untuk Ibu SM
merumuskan strategi belajar yang cocok digunakan untuk mengatasi keterlambatan
menulis siswa. Newman & Mogan (2014), menyatakan bahwa perlunya
pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai
dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan permasalahan yang
penting untuk diselesaikan. Berdasarkan pernyataan tersebut, sangat diperlukan
proses pengidentifikasian masalah yang harus dilakukan oleh seorang guru kelas
dalam mementukan strategi pembelajaran untuk mengatasi keterlambatan menulis

60
siswa yang sesuai dengan kondisi siswa dan sesuai dengan kondisi sarana prasarana
yang ada.
Selanjutnya, Ibu SM tak langsung menerapkan strategi yang beliau kehendaki
untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis. Ibu SM terlebih dahulu
meminta pendapat atau mengkonsultasikan strateginya terhadap Kepala Sekolah
maupun rekan guru. Saat proses wawancara, Ibu SM mengatakan:
“Kalau mengkonsultasikan strategi sampai ke Kepala Sekolah saya rasa tidak
pernah saya mbak. Tapi kalau dari rekan kerja, selalu mbak memberikan
dukungan baik dalam bentuk moral ataupun sosial.”
“Saya sering cerita ke rekan sejawat atau rekaan guru, jika menemukan anak
yang benar-benar susah untuk diajari membaca maupun menulis. Sering kali
setiap saya cerita, teman guru memberikan masukan ataupun semangat untuk
saya lebih giat lagi dalam mengajar.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati Ibu SM sedang berdiskusi atau mengkonsultasikan
permasalahannya dengan rekan guru sebagai berikut:

Gambar 4. 10 Ibu SM mengkonsultasikan strategi yang akan dilakukan dengan


rekan guru

61
Pada Gambar 4.10, terlihat Ibu SM yang mengkonsultasikan permasalahannya
yakni keterlambatan siswa dalam membaca dan menulis, serta strategi yang akan
digunakan Ibu SM untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis. Newman
& Mogan (2014), menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan yang di inginkan
perlunya perencanaan dalam menerapkan strategi pembelajaran yakni adanya
pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran,
pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai
akhir, dan pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan
digunakan untuk menilai keberhasilan startegi yang dilakukan. Berdasarkan
pernyataan tersebut, perlunya seorang guru dalam mengkonsultasikan permasalahan
dalam pembelajaran yang didapat, untuk di diskusikan untuk mendapatkan strategi
yang tepat dan dikembangkan menjadi langkah-langkah yang trampil dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut yang salah satunya yakni keterlambatan
membaca dan menulis siswa.
Kemudian, setelah mengkonsultasikan permasalahan pembelajaran yang
dihadapi yaitu keterlambatan membaca dan menulis, baru lah Ibu SM menerapkannya
di kelas. Pada saat proses wawancara, Ibu SM menjelaskan beberapa strategi yang
beliau gunakan untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis. Yang pertama
yaitu strategi mengatasi keterlambatan membaca, Ibu SM menyatakan sebagai
berikut:
“Strategi yang digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan
keterlambatan membaca yang berbeda-beda yakni dengan strategi
membimbing, menyimak dan mendikte’
“Umumnya saya menggunakan metode membimbing, menyimak dan mendikte
mbak. Karena jumlah siswanya kan banyak, tidak memungkinkan jika saya
memberikan bimbingan pada anak tertentu”
“Langkah yang ditempuh guru dalam menjalankan strategi mengatasi
keterlambatan membaca yakni mengajak siswa membaca bersama-sama,
bernyanyi bersama, dengan tujuan siswa mengenal berbagai kosa kata dan

62
mendekte kalimat ke siswa dengan tujuan agar siswa yang memiliki
keterlambatan membaca yang paling lambat, dapat mengenal suku kata tiap
kata”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:

Gambar 4. 11 Guru memberikan bimbingan membaca bersama-sama kepada


siswa

Gambar 4. 12 Guru mengajarkan para siswa untuk mendengarkan dan


menyimak siswa yang membaca di depan

63
Gambar 4. 13 Guru mendektekan materi pelajaran
Pada Gambar 4.11, terliat Ibu SM yang sedang melaksanakan strategi dalam
mengatasi keterlambatan belajar dengan memberikan bimbingan belajar secara
bersama-sama. Strategi tersebut dipilih karena siswa yang mengalami keterlambatan
membaca terbilang cukup banyak, dengan begitu siswa akan semakin mengenal
berbagai kosa kata yang ada. Kemudian Pada Gambar 4.12, terlihat Ibu SM yang
menyuruh salah satu siswa maju ke depan membaca dan yang lainnya mendengarkan
dan menyimak. Dan Pada Gambar 4.13, terlihat bahwa siswa yang sedang menulis
materi pelajaran yang sedang didektekan oleh Ibu SM. Hal tersebut tak lain bertujuan
agar para siswa dapat mengenal suku kata tiap kata.
Djamarah & Zain (2018), menyatakan bahwa strategi dasar yang bisa dilakukan
guru dalam memberikan layanan bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan
belajar membaca yaitu dengan memberikan strategi layanan berdasarkan kategori
kasus dan sifat permasalahannya sesuai, dengan sifat permasalahannya layanan
bimbingan diberikan kepada siswa sebagai individual dan dapat pula diberikan pula
kepada individu dalam situasi kelompok. Layanan bimbingan kelompok,
diselenggarakan apabila terdapat sejumlah individu yang mempunyai kebutuhan atau
permasalahan yang serupa. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diterapkan oleh

64
Ibu SM yakni dengan menerapkan strategi yang memberikan layanan bimbingan
bersama-sama kepada siswa dalam mengatasi keterlambatan membaca.
Selanjutnya dari kegiatan tersebut tentunya mendapatkan respon yang beragam
dari berbagai siswa. Dari hasil wawancara dengan NA memberikan pernyataan terkait
pembelajaran membaca yang diberikan Ibu SM selama mengajar, berikut
pernyataannya:
“Bu guru orangnya baik, kalau masih belum bisa membaca diajari.”
“Biasanya bu guru mendatangiku, diajari mengeja terus disuruh mengulang-
ulang biasanya kata yang susah.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

Pernyataan selanjutnya, dilontarkan oleh QN terkait pembelajaran yang


diberikan Ibu SM dalam mengajarinya membaca, sebagai berikut:
“Di salahkan bu guru kak kalau membacanya keliru, tapi dikasih tau yang
benar seperti apa.”
“Biasanya di dektekan pelan-pelan, terus aku disuruh mengulanginya lagi
sampai bisa.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

Kemudian, pernyataan selanjutnya dari WF yang memberikan pendapat terkait


pembelajaran membaca yang diberikan Ibu SM selama mengajar, berikut
pernyataannya:
“Membantu saya membaca bu, biasanya saya ditunjuk disuruh membaca.”
“Biasanya disuruh mengulang-ulang kata yang sulit saya baca sampai lancar
bu.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:

65
Gambar 4. 14 Guru memberikan bimbingan bersama terkait membaca yang
baik dan benar
Pada Gambar 4.14, terlihat Ibu SM yang sedang menerapkan strategi dalam
mengatasi keterlambartan membaca dengan memberikan layanan bimbingan bersama
terkait membaca yang baik dan benar. Selain itu siswa juga terlihat mendengarkan
secara seksama dan mengikuti intruksi dari Ibu SM. Kemudian, langkah terakhir dari
strategi yang diterapkan Ibu SM untuk mengatasi keterlambatan membaca adalah
memberikan penilaian dan evaluasi. Dari hasil wawancara dengan Ibu SM, beliau
mengutarakan sebagai berikut:
“Langkah terakhir dari strategi yang guru gunakan dalam mengatasi
keterlambatan membaca yakni memberikan penilaian dan evaluasi, serta
pemberian motivasi”
“Kemudian, jika keterlambatan membaca siswa dirasa mengkhawatirkan
atau bisa dibilang parah. Biasanya saya memberikan les tambahan sepulang
sekolah yang diikuti beberapa siswa yang memang memiliki keterlambatan
paling lambat dari pada siswa lainnya. Hal tersebut agar mereka tidak
semakin ketinggalan dalam hal membaca maupun pelajaran.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)

66
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:

Gambar 4. 15 Guru menilai siswa dalam membaca

Gambar 4. 16 Guru menilai siswa dalam membaca

67
Gambar 4. 17 Guru memberikan evaluasi dan motivasi dalam membaca
Pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16, terlihat Ibu SM yang memberikan
penilaian terhadap siswa dalam membaca didepan kelas. Kegiatan tersebut untuk
mengukur ada tidaknya perubahan siswa terkait keterlambatan membaca. Kemudian
Pada Gambar 4.17, terlihat Ibu SM yang memberikan evaluasi terkait kemampuan
membaca siswa dan juga memberikan motivasi agar para siswa semakin bersemangat
dalam belajar membaca. Selanjutnya dari kegiatan tersebut tentunya mendapatkan
respon yang beragam dari berbagai siswa. Dari hasil wawancara dengan NA
memberikan pernyataan terkait penilaian membaca yang diberikan Ibu SM selama
mengajar, berikut pernyataannya:
“Dinasehati bu, kalau membaca jangan buru-buru.”
“Terus kalau masih tidak bisa, biasanya sepulang sekolah disuruh pulang
terakhir di kasih bimbingan membaca lagi dari bu guru”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)
Pernyataan selanjutnya, dilontarkan oleh QN penilaian membaca yang
diberikan Ibu SM dalam mengajarinya membaca, sebagai berikut:
“Iya dinasehati bu terkadang kalau saya masih salah dalam membaca.”
“Terus diberikan tambahan belajar membaca sepulang sekolah.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

68
Kemudian, pernyataan selanjutnya dari WF yang memberikan pendapat terkait
penilaian membaca yang diberikan Ibu SM selama mengajar, berikut pernyataannya:
“Kalau saya salah terus membacanya, saya sering disuruh pulang terakhir
dan diajari membacari lagi bu.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

Dari informasi yang diperoleh dari informan guru dan siswa, dapat disimpulkan
bahwa langkah terakhir dari strategi yang diterapkan oleh Ibu SM dalam mengatasi
keterlambatan membaca siswa yaitu dengan memberikan penilaian membaca serta
pengevaluasian. Tak hanya itu, Ibu SM juga memberikan bimbingan tambahan bagi
siswa yang dianggap memerlukan bimbingan lebih lanjut untuk mengatasi
keterlambatan membaca. Dahnianti (2017), menjelaskan bahwa mengukur
kemampuan membaca siswa merupakan salah satu langkah dalam mengatasi
keterlambata membaca. Dengan penilaian siswa dapat mengetahui kemampuannya
dan semakin meningkatkan kemampuan membacanya. Jadi, berdasarkan pernyataan
tersebut menguatkan bahwa langkah terakhir dari strategi yang diterapkan Ibu SM
merupakan strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan membaca siswa.
Berbeda dengan strategi untuk mengatasi keterlambatan membaca, Ibu SM
memiliki strategi tersendiri untuk mengatasi keterlambatan menulis pada siswa. Pada
saat proses wawancara, Ibu SM menjelaskan beberapa strategi yang beliau gunakan
untuk mengatasi keterlambatan menulis, sebagai berikut:
“Biasanya saya memiliki tiga strategi untuk mengatasi keterlambatan menulis
siswa, seperti menyalin, menulis halus, sampai mengarang sederhana. Ketiga
saya pilih, karena saya rasa ketiga strategi tersebut dapat dilakukan secara
bersama-sama mengingat jumlah siswa yang jumlahnya banyak dalam satu
kelas.”

69
“Langkah terakhir dari strategi yang guru gunakan dalam mengatasi
keterlambatan membaca yakni memberikan penilaian dan evaluasi, serta
pemberian motivasi”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:

Gambar 4. 18 Guru memberikan perintah ke siswa agar menulis rapi

Gambar 4. 19 Guru mengajarkan menulis halus

70
Gambar 4. 20 Guru mengajak siswa untuk membuat karangan sederhana

Pada Gambar 4.18, terlihat Ibu SM yang sedang memberikan perintah ke siswa
agar menyalin materi pelajaran yang ada di papan tulis. Kegiatan tersebut, merupakan
langkah awal dari strategi yang Ibu SM lakukan untuk mengatasi keterlambatan
menulis agar siswa mengenal huruf-huruf ataupun susunan kata. Selanjutnya Pada
Gambar 4.19, terlihat Ibu SM yang memberikan contoh kepada siswa untuk menulis
halus, agar para siswa terlatih bentuk tulisannya agar menjadi rapi. Dan terakhir Pada
Gambar 4.20, terlihat Ibu SM yang sedang mengecek dan memberikan arahan pada
setiap siswa terkait membuat karangan sederhana. Hal tersebut dilakukan agar dapat
melatih kemampuan siswa dalam menyusun kata perkata menjadi kalimat. Dari
kegiatan tersebut tentunya mendapatkan respon yang beragam dari berbagai siswa.
Dari hasil wawancara dengan NA memberikan pernyataan terkait pembelajaran
menulis yang diberikan Ibu SM selama mengajar, berikut pernyataannya:
“Sering dinasehati bu guru, kalau menulis jangan buru-buru.”
“Diajari bu, diberi contoh kalau menulis pelan-pelan disuruh memperhatikan
kalau ada tanda bacanya.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

71
Pernyataan selanjutnya, dilontarkan oleh QN terkait pembelajaran yang
diberikan Ibu SM dalam mengajarinya menulis, sebagai berikut:
“Bu guru orangnya sabar, selalu membantu saya kalau kesusahan menulis.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

Kemudian, pernyataan selanjutnya dari WF yang memberikan pendapat terkait


pembelajaran menulis yang diberikan Ibu SM selama mengajar, berikut
pernyataannya:
“Senang bu, karena bu guru sabar mengajariku menulis yang benar.”
Dicontohkan cara menulisnya yang benar, terus disuruh maju juga terkadang
kalau masih belum jelas, terutama menulis halus yang paling susah.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

Dari informasi yang diperoleh dari informas guru dan siswa dapat disimpulkan
bahwa strategi yang diterapkan Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan menulis
yakni menyalin, menulis halus, dan mengarang sederhana. Dari ketiga strategi
tersebut mendapatkan respon yang positif dari siswa yang merasa terbantukan dengan
strategi yang Ibu SM lakukan. Dari ketiga subjek yakni NA, QN dan WF
memberikan respon seragam yakni merasa senang dalam belajar menulis.
Kemudian, terdapat langkah terakhir pada strategi yang digunakan Ibu SM
untuk mengatasi keterlambatan menulis siswa. Pada saat proses wawancara, Ibu SM
menjelaskan langkah terakhir dalam mengatasi keterlambatan menulis sebagai
berikut:
“Langkah terakhir dari strategi dalam mengatasi keterlambatan menulis
tentu saja melakukan penilaian dari menulis halus siswa dan hasil
mengarang sederhana siswa. Tak hanya memberikan nilai, tapi saya koreksi
mana saja kata yang salah dan saya kasih pembenaran dari kata tersebut.
Tak lupa saya memberikan PR dirumah biasanya untuk anak tetap melakukan
menulis dirumah.”

72
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang tampak pada
dokumentasi berikut:

Gambar 4. 21 Guru memberikan evaluasi menulis halus

Gambar 4. 22 Guru memberikan nilai tulisan siswa

Pada Gambar 4.21, terlihat Ibu SM yang mengevaluasi hasil tulisan halus
siswa. Ibu SM memberikan evaluasi langsung di depan agar semua siswa melihat dan
sama-sama belajar cara menulis halus yang baik dan benar. Kemudian Pada Gambar

73
4.22, terlihat Ibu SM yang menilai hasil karang siswa sekaligus memberikan catatan
apabila ada tulisan yang masih salah. Selanjutnya dari kegiatan tersebut tentunya
mendapatkan respon yang beragam dari berbagai siswa. Dari hasil wawancara dengan
NA memberikan pernyataan terkait penilaian menulis yang diberikan Ibu SM selama
mengajar, berikut pernyataannya:
“Bu guru orangnya sabar, di kasih tahu mana saja tulisanku yang salah,
terus biasanya di kasih PR menulis dirumah buat Latihan.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

Pernyataan selanjutnya, dilontarkan oleh QN penilaian membaca yang


diberikan Ibu SM dalam mengajarinya menulis, sebagai berikut:
“Bu guru selalu menasehatiku kalau tulisanku masih salah, biasanya diberi
tugas menulis dirumah biar makin baik menulisnya.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

Kemudian, pernyataan selanjutnya dari WF yang memberikan pendapat terkait


penilaian menulis yang diberikan Ibu SM selama mengajar, berikut pernyataannya:
“Dikasih tau tulisanku kalau masih salah, diberi nesahat sama semangat
belajar menulis, bu guru juga berpesan banyak-banyak latihan menulis juga
dirumah.”
(Sumber: Wawancara siswa, 27 Mei 2022)

Dari informasi yang diperoleh dari informan guru dan siswa, dapat disimpulkan
bahwa langkah terakhir dari strategi yang diterapkan oleh Ibu SM dalam mengatasi
keterlambatan menulis siswa yaitu dengan melakukan penilaian dan pembenaran dari
tulisan siswa. Tak hanya itu, Ibu SM juga memberikan tugas tambahan berupa PR
(Pekerjaan Rumah) agar siswa senantiasa menulis supaya melancarkan dalam menulis
dan juga memperbaiki kesalahan menulisnya. Dahnianti (2017), menjelaskan bahwa
mengukur kemampuan membaca siswa merupakan salah satu langkah dalam
mengatasi keterlambata membaca. Dengan penilaian siswa dapat mengetahui

74
kemampuannya dan semakin meningkatkan kemampuan menulisnya. Jadi,
berdasarkan pernyataan tersebut menguatkan bahwa langkah terakhir dari strategi
yang diterapkan Ibu SM merupakan strategi yang tepat untuk mengatasi
keterlambatan menulis siswa.

4.2.2 Data temuan faktor-faktor penghambat strategi guru dalam dalam


mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah
Disamping adanya strategi guru dalam upaya mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis siswa, tentunya tidak serta merta berjalan dengan baik tanpa
ada penghambat. Pastinya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti
faktor penghambat dan juga faktor pendukung. Djamarah & Zain (2018),
mengemukakan pendapat bahwa apabila seorang guru mahir mengelola dengan bakat
kreatif dan kemampuan mengajar murid-murid di semua jenjang, maka bisa jadi tidak
mempunyai hambatan dalam melaksanakan seluruh kurikulum yang diisyaratkan bagi
mata pelajaran atau kelas. Kemudian Ngalimun (2017), menambahkan bahwa
efektifitas seorang pendidik dinilai dari sosok yang mampu menyelesaikan tugasnya
dan kewajibannya secara profesional. Artinya, dalam mencapai suatu keberhasilan
dalam suatu pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
mengemban tugas mendidik atau menerapkan strategi pembelajarannya.
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan dalam menerapkan strategi
pembelajaran seorang guru pasti terdapat faktor penghambat dan pendukung selama
jalannya proses pembelajaran. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi strategi guru
yang diterapkan pada siswa kelas II di SD Negeri 01 Mejobo untuk mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi pada tanggal 23 Mei sampai 04 Juni 2022, sebagai berikut:
1. Faktor penghambat strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada proses
pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui strategi guru dalam

75
mempengaruhi strategi guru yang diterapkan pada siswa kelas II di SD Negeri 01
Mejobo untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa yang
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi pada tanggal 23 Mei sampai 04
Juni 2022, terlihat faktor-faktor penghambat dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis siswa antara lain:
a. Kurangnya konsentrasi siswa
Dalam penerapan strategi guru dalam rangka mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis pada siswa kelas II tentunya guru sudah
mempersiapkannya dengan baik sesuai kondisi siswa. Ibu SM selaku guru
kelas II merancang strategi pembelajaran dengan memberikan bimbingan
secara kelompok karena kesulitan belajar dialami oleh banyak siswa. Akan
tetapi strategi guru yang diterapkan belum maksimal, pernyataan tersebut
dilontarkan Ibu SM sendiri saat proses wawancara sebagai berikut:
“Kendalanya dalam menerapkan strategi mengatasi keterlambatan
membaca ya pada kefokusan anak dan perhatiannya mendengarkan
saya saat melakukan bimbingan.”
“Kemudian terlihat juga anak-anak yang masih asyik bermain sendiri
maupun dengan teman sebangkunya. Dan biasanya mbak, anak-anak
ini tidak konsisten dalam membaca. Yang membacanya lancar pasti
cepat membacanya, yang kurang lancar pasti lambat. Hal itu
biasanya sering membuyarkan konsetrasi ketika saya memberikan
bimbingan membaca secara bersama-sama.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan
oleh peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang
tampak pada dokumentasi berikut:

76
Gambar 4. 23 Siswa bermain sendiri ketika guru memberikan
bimbingan membaca

Gambar 4. 24 Siswa kurang konsentrasi ketika guru memberikan


bimbingan menyimak

Pada Gambar 4.23, terlihat bahwa siswa yang sedang bermain dengan
sebangkunya ketika Ibu SM memberikan penjelasan terkait membaca yang
baik dan benar. Hal tersebut membuat perhatian siswa lainnya menjadi
terganggu saat mendengarkan penjelasan guru. Kemudian Pada Gambar
4.24, terlihat siswa yang bermain sendiri ketika Ibu SM membacakan materi

77
dan siswa menyimaknya. Hal tersebut membuat konsentrasi siswa menjadi
terganggu, dan buyar tidak bisa mengikuti kegiatan menyimak.

b. Kurangnya rasa percaya diri pada siswa


Faktor penghambat lainnya dalam penerapan strategi guru dalam rangka
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis pada siswa kelas II yakni
kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru sehingga kepercayaan diri
siswa dalam belajar membaca dan menulis rendah. Informasi tersebut
didukung dari perolehan informasi hasil wawancara dengan Ibu SM, sebagai
berikut:
“Kendala yang ada sama seperti saat mengajarkan menulis anak-
anak terkadang kurang percaya diri dengan tulisannya malah
menyontek pekerjaan temannya, yang membuat si anak tersebut tidak
dapat pelajaran apa-apa karena tidak melalui proses.”
“Kemudian, kurangnya kepercayaan siswa dalam menulis indah.
Sering kali saya perhatikan jika tulisannya siswa kurang bagus
dihapus terus menerus, dan alhasil ada yang bukunya sobek dan
pekerjaan tidak selesai-selesai.”
(Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022)
Pernyataan diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan
oleh peneliti pada saat mengamati pembelajaran di kelas II, seperti yang
tampak pada dokumentasi berikut:

78
Gambar 4. 25 Siswa mencontek hasil pekerjaan menulis halus temannya

Gambar 4. 26 Siswa kurang percaya diri dengan hasil tulisannya


Pada Gambar 4.25, terlihat siswa yang menyontek hasil pekerjaan
temannya. Hal tersebut karena kurangnya kepercayaan diri siswa dalam
menulis yang menyebabkan memilih meniru pekerjaan temannya. Kemudian
Pada Gambar 4.26, terlihat siswa yang selalu menghapus tulisannya karena
merasa kurang percaya diri. Alhasil pekerjaan siswa menjadi tidak selesai
dan pembelajaran menjadi terhambat karena siswa tidak kunjung selesai.

79
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal yaitu; (1) Strategi guru dalam
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah, (2) Faktor-
faktor penghambat strategi guru dalam dalam mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis siswa di kelas rendah.

4.3.1 Strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa
di kelas rendah
Dalam penerapan strategi pembelajaran yang dilakukan Ibu SM selaku guru
kelas II di SD Negeri 01 Mejobo yang memiliki tujuan salah satunya mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah. Strategi guru sendiri
memiliki artian sebagai upaya yang dilakukan seorang guru dalam melakukan suatu
hal pembelajaran agar dapat menimbulkan ketertarikan, minat dan perhatian siswa
demi tercapainya tujuan. Seorang guru bertanggung jawab dalam membimbing,
mendidik, mengarahkan, mengajar dan melatih siswanya agar menjadi lebih baik
daripada sebelumnya (Haidir & Salim (2014).
Sedangkan kesulitan membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia).
Perkataan disleksia berasal dari bahasa yunani yang artinya kesulitan membaca, ada
nama–nama lain merajuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers dan
remedial readers (Abdurrahman 2017). Martini (2018), menambahkan bahwa
kesulitan belajar membaca sering didefinisikan sebagai suatu gejala kesulitan dalam
mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat. Siswa yang mengalami
kesulitan belajar membaca mengalami satu atau lebih kesulitan dalam memproses
infromasi. Anak berkesulitan belajar membaca sering memperlihatkan kebiasaan
membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya gerakan-gerakan
yang penuh ketegangan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi,
atau menggigit bibir.
Selanjutnya, kesulitan menulis merupakan suatu permasalah yang dihadapi atau
dimiliki siswa dalam menulis. Kesulitan menulis tersebut meliputi tata bahasa yang

80
keliru, sulit mengorganisasikan ide, tulisan tangan buruk, dan ejaan kacau. Tulisan
anak berkesulitan belajar menulis kurang halus dari segi tata bahasa, kurang koheren,
kurang luas, dan kurang efektif (Zulela et al. 2021). Kemudian Indrian (2021),
menambahkan bahwa kesulitan menulis adalah keslulitan mengekpresikan pikiran
prasaan dan ide dalam bentuk lambang lambang. Proses belajar menulis melibatkan
rentang waktu yang panjang dan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan proses
belajar berbicara dan membaca. Proses belajar menulis meliputi menulis dengan
tangan, mengeja, dan menulis ekspresi.
Dalam pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan Ibu SM selaku guru
kelas II di SD Negeri 01 Mejobo tentunya memiliki prinsip tersendiri. Seperti yang
diungkapkan oleh Santinah (2016) yang memberikan kriteria yang dapat dijadikan
acuan dalam pemilihan strategi pembelajaran seperti berorientasi pada tujuan
pembelajaran, memilih tekhnik pembelajaran yang sesuai dengan keterampilan yang
diharapkan dan dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja), dan
menggunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan
pada indra siswa. Berikut hasil temuan data analisis strategi guru dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah yang diperoleh dari hasil
wawancara dan observasi pada tanggal 23 Mei sampai 04 Juni 2022, sebagai berikut:

81
Tabel 4. 3 Analisis strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis

Strategi Guru
No.
Mengatasi Kesulitan Membaca Mengatasi Kesulitan Menulis
1. Mengidentifikasi kesulitan Mengidentifikasi kesulitan menulis
membaca siswa siswa siswa
2. Memastikan siswa yang benar- Memastikan siswa yang benar-
benar mengalami kesulitan benar mengalami kesulitan menulis
membaca
3. Mengkonsultasikan masalah Mengkonsultasikan masalah belajar
belajar dan mendiskusikan strategi dan mendiskusikan strategi yang
yang tepat untuk mengatasi tepat untuk mengatasi
keterlambatan membaca dengan keterlambatan menulis dengan
rekan guru rekan guru
4. Memberikan bimbingan membaca Memberi perintah siswa untuk
bersama-sama menyalin bacaan
5. Mengajarkan siswa untuk Mengajarkan siswa menulis halus
mendengarkan dan menyimak
teman yang sedang membaca
6. Mendektekan bacaan ke siswa Mengajarkan siswa untuk membuat
agar belajar merangkai kalimat karangan sederhana
7. Memberikan penilaian dan Memberikan penilaian dan evaluasi
evaluasi terhadap kemampuan terhadap kemampuan menulis
membaca siswa siswa
(Sumber: Analisis informan guru)

Berdasarkan Tabel 4.3, terlihat bahwa strategi guru yang digunakan dalam
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah yakni terdapat

82
tujuh tahapan strategi guru yang dirumuskan. Berikut pembahasan lebih mendalam
terkait strategi pembelajaran yang digunakan Ibu SM dalam digunakan dalam
mengatasi yang dikaitkan dengan teori-teori yang terkait dan penelitian terdahulu.
Pertama, strategi yang digunakan Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis siswa di kelas rendah yakni mengidentifikasi kesulitan
membaca dan menulis siswa. Strategi tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk
kesulitan yang dialami siswa dan untuk mengetahui para siswa yang mengalami
keterlambatan membaca dan menulis. Partowisastro dalam Yuline (2018),
menjabarkan bahwa proses identifikasi kesulitan belajar mengandung makna upaya
untuk mengenal dan menetapkan siswasiswi yang diperkirakan mengalami kesulitan
belajar, menetapkan jenis dan sifat kesuitan yang dimiliki siswa dalam rangka
menentukan jenis bantuan yang akan diberikan. Kesulitan belajar yang dialami siswa
berbeda-beda, oleh sebab itu kita tidak boleh menyamaratakan.
Proses identifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa memanglah penting
dilakukan untuk merumuskan strategi maupun tujuan yang akan dicapai dalam suatu
proses pembelajaran. Pernyataan yang sama dari hasil penelitian dari Utari (2020),
bahwa pengamatan secara langsung untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
membaca dan menulis siswa sangatlah penting dilakukan jika ingin mengajari siswa
membaca dan menulis. Kemudian menurut Pahlevi (2017), dari hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa seorang guru harus memahami terlebih dahulu kemampuan siswa
dalam membaca dan menulis sebelum merancang strategi pembelajaran yang
digunakan untuk mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi yang diterapkan oleh
Ibu SM yakni mengidentifikasi kesulitan membaca dan menulis siswa merupakan
tahapan yang perlu dilakukan untuk mengukur dan mengetahui kondisi para siswa
yang mengalami keterlambatan membaca dan menulis. Merujuk pada pernyataan
Hariandi (2019), strategi digunakan sebagai cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan
termasuk juga metode pengajaran. Metode sebagai jalan untuk mengimplementasikan
daftar rencana pembelajaran yang akan ditransfer kepada siswa. Dan untuk

83
menentukan strategi pembelajaran seorang pendidik (guru) harus menyesuaikannya
terlebih dahulu dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Maka oleh sebab itu, penting
dilakukannya identifikasi kesulitan yang dialami siswa sebelum merumuskan strategi
dalam proses belajar.
Kedua, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutanya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah yakni memastikan siswa
yang benar-benar mengalami kesulitan membaca dan menulis. Dalam tahapan ini Ibu
SM memastikan kembali para siswa yang sudah di identifikasi mengalami kesulitan
belajar dan mengkategorikannya berdasarkan indikator kesulitan membaca dan
menulis yang sudah dirumuskan. Tujuan dari tahapan ini yakni agar guru lebih
mengetahui secara spesifik faktor yang menjadi penyebab siswa mengalami
keterlambatan membaca dan menulis. (Newman & Mogan 2017), menyatakan bahwa
perlunya pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang
harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan
permasalahan yang penting untuk diselesaikan.
Dari hasil penelitian Herliani et al. (2017), menjelaskan bahwa perlunya untuk
memahami jenis dan karakteristik kesulitan belajar serta latar belakang kesulitan-
kesulitan belajar dengan cara mengumpulkan dan menggunakan data selengkapnya
dan seobjektif mungkin sehingga dapat mengambil kesimpulan dan keputusan serta
mencari alternatif pemecahan masalahnya. Kemudian (Makmun 2002),
menambahkan bahwa untuk memahami karakteristik dan faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar secara seksama, guru harus melakukan diagnosis kesulitan belajar
berdasarkan indikator keterlambatan membaca dan menulis yang sudah dirumuskan.
Hal tersebut yang dilakukan Ibu SM dengan memastikan bahwa siswa mana saja
benar-benar mengalami keterlambatan dalam membaca dan menulis yang
membutuhkan bimbigan lebih lanjut.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tahapan strategi pembelajaran
yang dilakukan oleh Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
siswa di kelas rendah yakni memastikan siswa yang benar-benar mengalami

84
keterlambatan membaca dan menulis merupakan tahapan yang tepat untuk
mengetahui faktor yang menjadi penyebab dan yang menjadi latar belakang siswa
mengalami keterlambatan membaca dan menulis. Mengingat, sebelum menentukan
strategi pembelajaran terlebih dahulu harus benar-benar memahami tujuan dari suatu
pembelajaran (Murdiyono 2017). Menurut Hariandi (2019), strategi digunakan
sebagai cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan termasuk juga metode pengajaran.
Metode sebagai jalan untuk mengimplementasikan daftar rencana pembelajaran yang
akan ditransfer kepada siswa. Dan untuk menentukan strategi pembelajaran seorang
pendidik (guru) harus menyesuaikannya terlebih dahulu dengan kondisi dan
kebutuhan siswa. Maka oleh karena itu tahapan ini perlu dilakukan dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis.
Ketiga, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutanya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah yakni mengkonsultasikan
masalah belajar dan mendiskusikan strategi yang tepat untuk mengatasi
keterlambatan membaca dengan rekan guru. Dalam tahapan ini Ibu SM menceritakan
temuannya dalam proses pembelajaran yakni berupa keterlambatan membaca dan
menulis yang dialami siswa terhadap rekan guru. Tak hanya itu, tahapan ini juga
berisi perencanaan yang di gunakan Ibu SM dalam menentukan dan menyiapkan
strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan siswa dalam membaca dan
menulis. (Fachri 2020), menjelaskan bahwa melalui perencanaan yang maksimal,
seorang guru dapat menentukan strategi apa yang digunakan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Perencanaan dapat menghindarkan kegagalan
pembelajaran.
Dengan adanya perencanaan strategi pembelajaran, maka pelaksanaan kegiatan
pembelajaran akan menjadi baik dan efektif. Maksudnya adalah, karena perencanaan
atau persiapan dalam merancang strategi tersebut, maka seorang guru akan dapat
memberikan pengetahuan dengan baik. Karena itu ia dapat menghadapi situasi di
kelas secara tegas dan mantap serta fleksibel (Qasim 2016). Hal tersebut selaras yang
dilakukan oleh Ibu SM yakni sebelum mengatasi keterlambatan membaca dan

85
menulis, beliau terlebih dahulu menyusun strategi yang tepat sesuai dengan kondisi
dan latar belakang siswa yang mengalami keterlambatan. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh Nurlaila (2018), dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa
perencanaan pembelajaran merupakan langkah awal menjadikan proses pembelajaran
yang bermakna untuk siswa. Tanpa perencanaan pembelajaran yang baik, mustahil
bisa diperoleh pembelajaran yang sukses mengatasi permasalahan dalam proses
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik dapat dilakukan dengan sendiri
maupun meminta bantuan orang lain untuk dimintai sumbangsih pendapat.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tahapan strategi pembelajaran
yang dilakukan oleh Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis
siswa di kelas rendah yakni mengkonsultasikan masalah belajar dan mendiskusikan
strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan membaca bersama rekan guru,
merupakan langkah yang tepat. Mengingat, efektifitas seorang guru dinilai dari sosok
yang mampu menyelesaikan tugasnya dan kewajibannya secara profesional
(Ngalimun, 2017). Untuk itu perlunya seorang guru memiliki pemikiran kreatif dan
inovatif mestinya dimiliki oleh pendidik (guru) dimana hal ini sangatlah penting
karena dengan begitu akan lebih mudah dalam menyusun strategi mengajar yang
menarik dan menyenangkan bagi siswa. Djamarah & Zain (2018), mengemukakan
pendapat bahwa apabila seorang guru mahir mengelola dengan bakat kreatif dan
kemampuan mengajar murid-murid di semua jenjang, maka bisa jadi Anda tidak
mempunyai hambatan dalam melaksanakan seluruh kurikulum yang di isyaratkan
bagi mata pelajaran atau kelas.
Keempat, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutnya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis yaitu dengan memberi bimbingan membaca
secara bersama-sama dan memberi perintah siswa untuk menyalin bacaan. Pada
tahapan bimbingan membaca, Ibu SM memberikan perintah ke siswa agar membaca
secara bergantian. Dengan harapan semua siswa secara bersama-sama semakin
mengenal berbagai kosa kata yang ada. Djamarah & Zain (2018), menyatakan bahwa
strategi dasar yang bisa dilakukan guru dalam memberikan layanan bimbingan

86
terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar membaca yaitu dengan memberikan
strategi layanan berdasarkan kategori kasus dan sifat permasalahannya sesuai, dengan
sifat permasalahannya layanan bimbingan diberikan kepada siswa sebagai individual
dan dapat pula diberikan pula kepada individu dalam situasi kelompok. Layanan
bimbingan kelompok, diselenggarakan apabila terdapat sejumlah individu yang
mempunyai kebutuhan atau permasalahan yang serupa.
Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diterapkan oleh Ibu SM yakni dengan
menerapkan strategi yang memberikan layanan bimbingan bersama-sama kepada
siswa dalam mengatasi keterlambatan membaca. Pemilihan strategi tersebut
dilatarbelakangi oleh jumlah siswa yang mengalami keterlambatan belajar sangatlah
banyak. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu SM saat proses wawancara sebagai
berikut; “karena disini terdiri dari siswa dengan berbagai permasalahan
keterlambatan membaca yang cukup banyak dan berbeda-beda” (Sumber:
Wawancara guru, 04 Juni 2022). Pahlevi (2017), dari hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa langkah awal dalam mengatasi keterlambatan siswa yaitu
dengan memberikan bimbingan yang sifatnya mengenalkan kosa kata dalam bacaan.
Hal serupa diungakapkan oleh Lerner dalam Meliza et al. (2016), yang
menyatakan bahwa langkah awal dalam mengajarkan membaca di kelas rendah
sekolah dasar yaitu dengan mengajarkan pengucapan bunyi – bunyi kelompok huruf
dan huruf. Pernyataan tersebut sesuai dengan strategi yang dilakukan oleh Ibu SM
dengan meminta anak membaca secara bergantian, dan memberikan contoh apabila
terdapat anak yang membaca dengan keliru. Maka, oleh karena itu strategi
memberikan bimbingan membaca secara bersama-sama oleh Ibu SM dapat
direkomendasikan sebagai strategi awal mengatasi keterlambatan membaca.
Kemudian strategi awal yang dilakukan Ibu SM untuk mengatasi keterlambatan
menulis yaitu dengan memberi perintah siswa untuk menyalin bacaan. Hal semacam
ini sudah lazim dilakukan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi strategi ini
dibilang efektif dalam mengatasi keterlambatan menulis dikelas rendah. (Musikowati,
Wijayanti, and Darmanto 2016), menegaskan bahwa kegiatan menulis dikelas rendah

87
biasanya diterapkan dengan cara menyalin atau menirukan tulisan dari buku paket
atau buku pelajaran lain, menirukan tulisan guru di papan tulis atau menulis dari dikte
yang diberikan oleh guru.
Pernyataan serupa dari Pahlevi (2017), dari hasil penelitiannya menegaskan
bahwa penggunaan metode menyalin sangat efektif karena guru dapat memberikan
contoh langsung cara menulis baik dan benar, sekaligus mengetahui siswa manakah
yang masih mengalami keterlambatan menulis. Hal ini membuktikan bahwa, strategi
yang dilakukan Ibu SM dapat menjadi rekomendasi untuk mengatasi keterlambatan
menulis siswa di kelas rendah. Mengingat Djauzak (2014) juga merumuskan strategi
untuk mengatasi keterlambatan menulis dengan metode lambung yang salah satunya
mengenalkan kata, yang artinya sama dengan menyalin atau menjiplak.
Kelima, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutnya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis yaitu dengan mengajarkan siswa untuk
mendengarkan dan menyimak teman yang sedang membaca dan mengajarkan siswa
untuk menulis halus. Pada tahapan mengajarkan siswa untuk mendengarkan dan
menyimak teman yang sedang membaca, merupakan strategi lanjutan dari
memberikan bimbingan membaca. Pada tahapan ini Ibu SM memberikan perintah ke
siswa yang memiliki keterlambatan membaca agar maju membaca ke depan kelas.
Kemudian Ibu SM memberikan koreksi dari ketepatan kata, struktur kalimat, serta
pengekspresian saat membaca. Hal ini dilakukan agar semua siswa sama mendengar
dan mengetahui cara membaca yang baik dan benar. Layanan bimbingan kelompok,
diselenggarakan apabila terdapat sejumlah individu yang mempunyai kebutuhan atau
permasalahan yang serupa (Djamarah and Zain 2018).
Dengan memberikan koreksi, siswa lainnya yang mendengarkan dan menyimak
dapat mengetahui bunyi-bunyi huruf yang benar. Murdiyono (2017), menjabarkan
strategi guru dalam mengatasi keterlambatan membaca salah satunya dengan metode
gilingham yang mengenalkan bunyi huruf yang dikombinasikan ke dalam kelompok
yang lebih besar. Artinya strategi yang dilakukan oleh Ibu SM dapat menjadi
rekomendasi dalam mengatasi keterlambatan dalam menulis. Pernyataan tersebut

88
didukung oleh Faudah (2019), dari hasil penelitiannya menjelaskan bahwa langkah
mengatasi keterlambatan membaca dengan meminta siswa maju kedepan, dapat
secara mandiri mengenalkan cara membaca yang benar dari siswa yang maju
kedepan.
Kemudian strategi selanjutnya yang dilakukan Ibu SM untuk mengatasi
keterlambatan menulis yaitu dengan mengajari siswa menulis halus. Pada tahapan ini
Ibu SM mengajarkan cara menulis halus agar siswa dapat menulis dengan rapi
sekaligus mengenalkan kosa kata dalam satu kata. Djauzak (2014), menjabarkan
strategi guru dalam mengatasi kesulitan menulis siswa di kelas rendah sekolah dasar
dengan menggunakan metode eja yang didalamnya memuat langkah-langkah menulis
huruf lepas dan merangkainya huruf lepas menjadi kata.
Menurut Wening (2019), menuturkan bahwa manfaat pertama dari menulis
tegak bersambung adalah membantu siswa memahami apa yang ia tuliskan. Dari
penelitiannya menunjukkan kalau menulis secara tegak bersambung terus-menerus,
bisa membuat siswa lebih memahami apa yang ditulis dibandingkan dengan menulis
model huruf tegak. Ini membuktikan bahwa strategi yang dilakukan Ibu SM yakni
dengan mengajarkan menulis halus, dapat direkomendasikan sebagai tahapan strategi
untuk mengatasi keterlambatan menulis.
Keenam, strategi yang digunakan Ibu SM selanjutnya dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis yaitu dengan mendektekan bacaan ke siswa
agar belajar merangkai kalimat dan mengajarkan siswa untuk membuat karangan
sederhana. Pada tahapan mendektekan bacaan ke siswa agar belajar merangkai
kalimat, Ibu SM menuturkan bahwa “strategi ini cocok dengan mengatasi
keterlambatan menulis, tapi strategi tersebut saya terapkan disini agar siswa juga
yang memiliki keterlambatan membaca yang paling lambat, dapat mengenal suku
kata tiap kata” (Sumber: Wawancara siswa, 04 Juni 2022). Pernyataan tersebut
didukung oleh Murdiyono (2017), yang merumuskan strategi guru dalam mengatasi
kesulitan membaca siswa kelas rendah di sekolah dasar dengan menggunakan metode
Fernald. Dalam metode ini dikembangkan pengajaran membaca yang dimulai

89
menuliskan kata, kemudian anak melihat tulisan dan membacanya secara berulang-
ulang, sehingga anak dapat menulis dan membaca dengan benar. Strategi tersebut
memiliki tahapan yang sama seperti strategi yang dirumuskan oleh Ibu SM.
Menurut Lerner & Kline (2006), metode Fernald berisikan siswa mendengarkan
guru mengucapkan kata, kemudian ditulisnya, dan mengucapkan kata untuk diri
sendiri. Anak yang mampu mendengarkan dan mengucakan kembali kata yang
dipelajari akan semakin banyak meningkatkan kesadaran bentuk huruf dan bunyi
huruf sehingga dapat mengatasi keterlambatan siswa dalam membaca (Ratnasari
2017). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan Ibu
SM dapat dijadikan rekomendasi dalam mengatasi keterlambatan membaca.
Kemudian, strategi selanjutnya yang dilakukan Ibu SM untuk mengatasi
keterlambatan menulis yaitu dengan mengajarkan siswa untuk membuat karangan
sederhana. Pada tahapan ini Ibu SM mengajak siswa untuk membuat karangan
sederhana seperti aktivitas dalam kesehariannya. Ibu SM juga menegaskan bahwa
“dengan kegiatan mengarang sederhana ini, dapat melatih kemampuan siswa dalam
menyusun kata perkata menjadi kalimat” (Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022).
Pernyataan tersebut didukung penelitian Pahlevi (2017), melalui hasil penelitiannya
menyatakan bahwa mengarang sederhana dapat melatih kemampuan siswa dalam
menyusun kata perkata menjadi kalimat yang dapat dipahami oleh orang lain, selain
melatih kemampuan siswa dalam menyusun kata menagarang sederhana melatih
kemampuan siswa dalam menyusun kata perkata menjadi kalimat yang dapat
dipahami oleh orang lain, selain melatih kemampuan siswa dalam menyusun kata
mengarang sederhana.
Susanto (2015), menambahkan bahwa menulis karangan dapat mengatasi
keterlambatan menulis dengan melatih siswa tentang nilai, kerapian, ketepatan ejaan,
dan isi karangan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Djauzak (2014), yang
menyatakan bahwa strategi guru dalam mengatasi kesulitan menulis siswa di kelas
rendah yakni dapat dilakukan dengan metode eja yaitu dengan belajar menulis dengan
merangkai suku kata menjadi kata dan merangkai kata dengan kalimat. Pernyataan-

90
pernyataan tersebut sesuai dengan strategi yang dilakukan Ibu SM dalam mengatasi
keterlambatan menulis siswa. Maka oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa strategi
yang dilakukan Ibu SM untuk mengatasi keterlambatan menulis yaitu dengan
mengajarkan siswa untuk membuat karangan sederhana dapat dijadikan rekomendasi.
Ketujuh, strategi terakhir yang digunakan Ibu SM dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis yaitu memberikan evaluasi dan motivasi agar
siswa bersemangat belajar membaca dan menulis. Pada tahapan ini Ibu SM
memberikan penilaian dari serangkaian strategi yang telah beliau terapkan. Penilaian
ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa yang memiliki
keterlambatan dalam membaca dan menulis. Dahnianti (2017), menjelaskan bahwa
mengukur kemampuan membaca siswa merupakan salah satu langkah dalam
mengatasi keterlambatan membaca. Dengan penilaian siswa dapat mengetahui
kemampuannya dan semakin meningkatkan kemampuan membaca dan menulisnya.
Pernyataan tersebut didukung oleh Magdalena et al. (2020), bahwa dalam
memberikan penilaian diakhir tahapan strategi yang dilakukan dapat memberikan
informasi yang berhubungan dengan kemajuan siswa hingga pembinaan kegiatan
selanjutnya. Selaras dengan strategi yang diterapkan Ibu SM, dengan memberikan
evaluasi terkait dari hasil membaca dan menulis siswa dapat memberikan gambaran
atau daftar siswa yang memerlukan pembinaan lebih lanjut. Menurut Faudah (2019),
dari hasil penelitiannya menjelaskan bahwa dalam mengatasi keterlambatan membaca
dan menulis perlunya pengevaluasian agar seorang guru menentukan tindak lanjut
strategi sesuai kemampuan siswa.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi terakhir yang digunakan
Ibu SM dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis yaitu memberikan
evaluasi dan motivasi agar siswa bersemangat belajar membaca dan menulis dapat
dijadikan rekomendasi untuk mengatasi mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis. Mengingat, efektifitas seorang pendidik (guru) dinilai dari sosok yang
mampu menyelesaikan tugasnya dan kewajibannya secara professional (Ngalimun

91
2017). Yang artinya, seorang guru haruslah menciptakan strategi yang harus
berkelanjutan dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam proses belajar.

4.3.2 Faktor-faktor penghambat strategi guru dalam dalam mengatasi


keterlambatan membaca dan menulis siswa di kelas rendah
Agar mempunyai kualitas yang maksimal dalam proses belajar dan mengajar
baik yang dilakukan didalam kelas maupun diluar kelas, maka kegiatan yang guru itu
lakukan sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab guru itu sendiri, ketika akan
melangsungkan pembelajaran sebaiknya guru perlu memantau siswa dan siswinya
masing-masing. Namun guru juga harus mengintropeksi diri dalam arti sebagai
seorang guru harus memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri dengan tugas yang
mereka jalani. Bagi seorang guru memiliki strategi dalam meraih keberhasilan dalam
proses belajar mengajar adalah suatu keharusan. Karena, dalam proses belajar
mengajar seorang guru harus mimiliki ketrampilan yang mumpuni dalam memahami
situasi dan mampu mengembangkan model pembelajaran berdasarkan siuasi agar
proses pembelajaran menjadi efektif, kreatif, dan menyenangkan (Daryanto and
Rachmawati 2015).
Dengan kata lain sebagai seorang guru dituntut harus selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas kemampuannya masing-masing dengan cara menambah
wawasan ilmu pengetahuan, memperbanyak membaca buku dan memvariasikan
strategi dalam mengajar (Shalimah 2020). Artinya dalam mencapai tujuan salah
satunya mengatasi keterlambatan membaca dan munulis siswa, tidak sepenuhnya
berhasil maupun terlaksana dengan mudah. Pasti adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan strategi yang digunakan oleh guru dalam mengatasi
keterlambatan membaca dan menulis. Berikut hasil temuan data analisis faktor
penghambat strategi guru kelas dalam mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis siswa kelas II yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi pada
tanggal 23 Mei sampai 04 Juni 2022, sebagai berikut:

92
93
Tabel 4. 4 Faktor penghambat strategi guru

No Faktor Penghambat Keterangan


.
1. Kurangnya konsentrasi Bimbingan membaca bersama kurang
siswa kondusif, siswa kurang konsestrasi saat
membaca karena terganggu teman yang
bicara sendiri.
2. Kurangnya rasa percaya Siswa kurang percaya diri dengan hasil
diri pada siswa tulisannya, sehingga pembelajaran
menulis tidak kunjung selesai.
(Sumber: Analisis informan guru)

Berdasarkan tabel 4.4, faktor penghambat strategi guru dalam mengatasi


keterlambatan membaca dan menulis siswa yakni kurangnya pengondisian kelas dan
kurangnya rasa percaya diri pada siswa. Kedua faktor tersebut merupakan penyebab
strategi yang diterapkan guru menjadi kurang efektif. Berdasarkan temuan yang ada
yaitu adanya kesenjangan usia, yang dimaksud dalam hal ini adalah adanya siswa
yang belum memasuki usia ideal untuk masuk dalam kelas 8 yaitu 9 tahun
mengakibatkan siswa belum siap dalam hal menerima materi yang diasajikan oleh
guru terbukti dengan kurangnya konsentrasi dan fokusnya siswa dalam kegiatan
pembelajaran, sering bermain sendiri maupun bercanda dengan teman sebangku, serta
berdampak pada penyerapan siswa terhadap materi menulis permulaan yang
berdampak pada keterlambatan siswa dalam menerima materi. Kurangnya konsistensi
siswa dalam menulis bisa jadi karena guru tidak menciptakan suasana mengajar yang
kondusif sehingga siswa tidak memperhatikan atau tertarik kepada materi yang
diberikan oleh guru yang berakibat pada kurangnya pemahaman siswa terhadap

94
materi yang diberikan oleh guru. Sehingga kurangnya konsistensi menulis menjadi
salah satu kendala yang dialami oleh siswa, faktor tersebut juga muncul apabila guru
juga tidak memberikan materi secara bertahap sehingga siswa merasa terbebani
terhadap materi yang belebih selanjutnya guru juga tidak melakukan pengulangan
terhadap materi yang telah diberikan sehingga ketika siswa mendapat materi baru
siswa lupa terhadap materi-materi yang telah lalu seperti bentuk huruf, tinggi rendah,
dan panjang pendek huruf yang berdampak pada tulisan yang semula sudah rapi
menjadi berantakan atau tidak sesuai dengan kaidahnya. Perlu adanya pemahaman
mengenai menulis yang disampaikan oleh guru kepada siswa bahwa dengan adanya
keterampilan menulis siswa akan mampu dalam mengkomunikasikan ide/gagasan
tetapi ketika guru dan siswa tidak terdapat pemahaman yang padu karena kurangnya
konsentrasi dan fokus pada materi yang dipelajari ditambah dengan adanya
kesenjangan usia mengakibatkan siswa terlambat dalam memahami materi menulis.
Tentunya, untuk mengatasi faktor penghambat tersebut Ibu SM sudah
memikirkan langkah untuk mengatasi kendala tersebut. Yang pertama, untuk
konsentrasi siswa yang kurang Ibu SM sesekali memberikan bimbingan membaca
dengan menggunakan gambar atau dengan bernyanyi. Hal ini diungkapkan oleh Ibu
SM dalam proses wawancara berikut; “anak-anak terlihat antusias jika saya
mengenalkan bentuk-bentuk kosa kata sulit menggunakan gambar. Mereka terlihat
tertarik dan serius mendengarkan. Apalagi kalau saat bernyanyi, anak-anak pasti
semuanya terlihat riang dan semangat dalam belajar” (Sumber: Wawancara guru, 04
Juni 2022). Hal ini terbukti, bahwa dari hasil analisis data menunjukan bahwa siswa
lebih tertarik dan bisa berkonsentrasi dalam membaca atau mengenal kata mengetahui
bunyi dari tiap kata dengan adanya bernyanyi.
Kemudian yang kedua, untuk mengatasi kurangnya rasa percaya diri pada
siswa, Ibu SM sudah memikirkan strategi untuk mengatasi kendala tersebut. Strategi
yang digunakan Ibu SM agar siswa bersemangat dalam belajar menulis yaitu
memanagemen waktu. memberikan bimbingan membaca dengan menggunakan
gambar atau dengan bernyanyi. Hal ini diungkapkan oleh Ibu SM dalam proses

95
wawancara berikut; “anak kalau sudah masuk pertengahan pasti sudah lemes ada
yang bilang capek dan lain-lain. Kalau sudah begitu ya tak suruh istirahat dulu
mbak, istirahat dulu menulisnya 5 menit kemudian lanjut lagi. Terkadang saya punya
waktu tersendiri, saya kasih waktu 10 menit menulis, terus istirahat 5 menit, dan
saya ulang-ulangi terus menerus” (Sumber: Wawancara guru, 04 Juni 2022).
Langkah tersebut dapat meminimalisir motivasi siswa yang rendah dalam menulis,
sehingga bisa bersemangat lagi.
Berdasarkan hasil temuan faktor penghambat strategi yang digunakan guru
dalam mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa, solusinya adalah guru
mengatasi kendala yang ada dengan usaha guru sendiri. Maka dari itulah guru dalam
hal ini melakukan berbagai tindakan dalam mengatasi kendala yang dihadapi karena
tanggung jawabnya terhadap target yang dibebankan pada guru kelas sehingga perlu
adanya bimbingan belajar yang intensif pada siswa yang mengalami keterlambatan
membaca dan menulis. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Prasetyo (2011),
bimbingan belajar efektif adalah suatu bantuan yang diberikan pada siswa untuk
mengatasi masalah-masalah dalam belajar sehingga mendapat hasil yang baik. Hal ini
perlu dilakukan agar kendala tersebut tidak terus berlanjut.
Sejalan dengan tanggung jawab itulah pengertian Undang-Undang RI No.14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Ketentuan Umum Pasal 1, sebagai guru
profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarhakan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa. Dimana dalam pengertian tersebut dapat
kita pahami bahwa guru memiliki tanggung jawab dalam membimbing dan
mengarahkan siswanya untuk memahami pembelajaran yang diberikan saat berada di
lingkungan sekolah. Sama halnya dengan mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis, yang merupakan tanggung jawab seorang guru dalam menciptakan strategi
belajar yang mampu mengatasi permasalahan siswa dalam belajar.
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan
faktor yang terpenting. Guru merupakan sosok di balik keberhasilan suatu
pembelajaran (Ngalimun 2017). Oleh karena itu, seorang guru haruslah memiliki

96
pemikiran kreatif dan inovatif mestinya dimiliki oleh pendidik (guru) dimana hal ini
sangatlah penting karena dengan begitu akan lebih mudah dalam menyusun strategi
mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa (Djamarah & Zain, 2018).

97
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang berjudul strategi guru dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis pada siswa kelas rendah di SD Negeri 1 Mejobo, maka
diharapkan dapat memberikan jawaban atas rumusan masalah di atas yang menjadi
fokus penelitian ini. Berikut beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
pembahasan di atas:
a. Strategi atau pola pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas dalam
mengatasi keterlambatan membaca dan menulis di kelas rendah yaitu: 1)
mengidentifikasi kesulitan membaca dan menulis siswa, 2) memastikan siswa
yang benar-benar mengalami kesulitan membaca dan menulis, 3)
mengkonsultasikan masalah belajar dan mendiskusikan strategi yang tepat
untuk mengatasi keterlambatan membaca dengan rekan guru, 4) memberikan
bimbingan membaca bersama-sama dan memberi perintah siswa untuk
menyalin bacaan, 5) mengajak siswa untuk mendengarkan dan menyimak
teman yang sedang membaca dan mengajarkan siswa menulis halus, 6)
mendektekan bacaan ke siswa agar belajar merangkai kalimat dan mengajarkan
siswa untuk membuat karangan sederhana, dan terakhir 7) memberikan
penilaian dan evaluasi terhadap kemampuan membaca dan menulis siswa. Dari
ketujuh startegi atau pola pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas
tersebut, memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis di kelas rendah.
b. Dalam penerapan strategi guru, terdapat faktor penghambat yang
mempengaruhi keberhasilan strategi guru dalam mengatasi keterlambatan
membaca dan menulis di kelas rendah antara lain kurangnya konsentrasi siswa
dan kurangnya rasa percaya diri pada siswa. Akan tetapi, Ibu SM selaku guru

98
kelas sudah memberikan solusi terhadap faktor-faktor pengahambat tersebut
agar proses mengatasi keterlambatan membaca dan menulis siswa berjalan
dengan baik.

5.2 Saran
Peneliti memberikan beberapa saran tentunya kepada guru kelas dan siswa yang
dirasakan berguna dan bermanfaat sebagai masukan dan demi perkembangan mutu
pendidikan di kelas II SD Negeri 1 Mejobo yang akan datang, adapun saran dari
peneliti sebagai berikut:
a. Kepada guru untuk terus berupaya mengatasi keterlambatan membaca dan
menulis siswa dengan memiliki berbagai strategi mengajar yang variatif,
dengan menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar dan dilengkapi
dengan metode-metode lainnya agar penggunaannya lebih efektif dan efisien,
sehingga semakin menguatkan minat belajar siswa.
b. Kepada siswa untuk giat belajar dan selalu belajar membaca dan menulis lebih
giat lagi agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, dapat
menyerap materi dengan baik dan berprestasi selama bersekolah.

99
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2017. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. 2nd ed.
Jakarta: Rineka Cipta.
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. 3rd ed. Jakarta: Rajawali Pers.
Ahmadi, ABu, and Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. 3rd ed.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badriana, Badriana. 2016. “Strategi Pendidik Menghadapi Peserta Didik Yang Mengalami
Kesulitan Belajar Di Kelas III MI Nasrul Haq Makassar.” niveritas Islam Negeri
Alauddin, Makasar.
Dahnianti, Besseayus. 2017. “Aspek-Aspek Penilaian Dan Pengukuran Dalam Membaca.”
Universitas Muhhammadiyah Makassar, Makassar.
Dalman. 2015. Menulis Karya Ilmiah. 2nd ed. Depok: Rajagrafindo Persada.
Daryanto, and Tutik Rachmawati. 2015. Teori Belajar Dan Proses Pembelajaran Yang
Mendidik. Jakarta: Gava Media.
Djamarah, Syaiful Bahri, and Aswani Zain. 2018. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Djauzak, A. 2014. Peningkatan Mutu Pendidikan Sebagai Sarana Pembangunan Bangsa.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fachri. 2020. “Perencanaan Pengajaran Dalam Pembelajaran.” Jurnal Widyaiswara
Madya BDK Makassar 2(1).
Faudah, Aghnia Naimatul. 2019. “Startegi Guru Kelas Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Membaa Dan Menulis Siswa MIN 7 Magetan Dan SDN Madigondo Di Kabupaten
Magetan.” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Haidir & Salim. 2014. Strategi Pembelajaran. 2nd ed. edited by Rusmiati. Meda: Perdana
Publishing.
Hariandi, Ahmad. 2019. “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Ketrampilan Membaca Al-
Qur’an Siswa Di SDIT Aula Batanghari.” Jurnal Gentala Pendidikan Dasar 4(1):10–
21.
Herliani, Elly, Phil, and Euis Heryati. 2017. “Kesulitan Belajar Dan Idenifikasi Kesulitan
Belajar.” Jurnal Guru Pembelajar 2(1).
Husein, Hamdan. 2020. Media Pembelajaran Efektif. edited by 1. Semarang: Fatawa
Publishing.

100
Indrian, Resti Ita. 2021. “Improvement of Beginning Writing Skills Using Image Media.”
Jurnal Ilmiah Kependidikan 9(1).
Koswara. 2015. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berkesulitan Belajar Spesifik.
Bandung: Luxima Metro Media.
Lerner, Janet W., and Frank Kline. 2006. Learning Disability and Related Disorders
Characteristics and Teaching Strategies. 10th ed. Boston New York: Houghton
Mifflin Company.
Lidwina, S. 2017. “Disleksia Berpengaruh Pada Kemampuan Membaca Dan Menulis.”
Jurnal STIE Semarang 4(3):9–17.
Magdalena, Ina, Ahmad Syaiful Haq, and Fadlatul Ramdhan. 2020. Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraann Di Sekolah Dasar Negeri Bojong 3 Pinang. Vol. 2.
Majid, Abdul. 2017. Strategi Pembelajaran . 7th ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Makmun, Abin Syamsudin. 2002. Psikologi Pendidikan Perangkat Pengajaran Modul.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Martini. 2018. Kesulitan Belajar Membaca Dan Menulis Siswa Pada Tahap Permulaan.
2nd ed. Bandung: Bangdung Pres.
Meliza, Adnan, and Intan Safiah. 2016. “Startegi Guru Dalam Menigkatkan Kemampuan
Membaca Pada Siswa Kelas Rendah Gugur Inti Kecamatan Peudada Kabupaten
Bireuen.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1(2):26–36.
Mercer, C. D. 2015. Childeren and Adolescents with Learning Disabling. London:
Charles.
Moleong, L. J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Ofiset.
Mulyadi. 2016. Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus.
2nd ed. Yogyakarta: Nuha Litera.
Murdiyono. 2017. Metode Dan Strategi Dalam Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Musikowati, Dewi, Eka Wijayanti, and Julung Darmanto. 2016. “Meningkatkan Semangat
Membaca Dan Menulis Siswa Sekolah Dasar Dengan Permainan Kata Bersambut.”
Jurnal Riset Dan Konseptual 1(1).
Newman & Mogan. 2017. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran. Jakarta: AsikBelajar.
Ngalimun. 2017. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Parama Ilmu.
Nurlaila. 2018. “Urgensi Perencanaan Pembelajaran Dalam Peningkatan Profesionalisme
Guru.” Jurnal Ilmiah Sustainable 1(1):93–112.
Nursalina, Ade Irma, and Tri Esti. 2014. “Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Minat
Membaca Pada Anak.” Educational Psychology Journal 3(4):1–7.

101
Pahlevi, Ardiansyah Widya. 2017. “Peran Guru Dalam Memberikan Layanan Bimbingan
Belajar Menulis Permulaan Pada Siswa Kelas 1 SD Muhammadiyah 23 Semanggi
Surakarta.” Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Pidarta. 2016. Masalah Dalam Dunia Pendidikan. 2nd ed. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetyo, Nana. 2011. “Membangun Karakter Anak Usia Dini.” Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini 1–26.
Qasim, Muhammad. 2016. “Perencanaan Pengajaran Dalam Kegiatan Pembelajaran.”
Jurnal Diskursus Islam 4(3):84–92.
Rahim, Farida. 2016. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmawati, Nurushiryam, and Lena N. Pandjaitan. 2020. “Penerapan Metode Multisensori
Untuk Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I Di SD X Bangkalan.”
Jurnal Insight Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jembe 16(2).
Ratnasari, Ratih. 2017. “Pengaruh Metode Fernald Terhadap Kemampuan Membaca
Permulaan Huruf Awas Peserta Didik Low Vision.” Jurnal JASSI-Anakku 18(1).
Santinah. 2016. “Konsep Strategi Pembelajaran Dan Aplikasinya.” Journal For Islamic
Social Sciences 1(1):13–25.
Saugadi, Agung Rinaldy Malik, and Burhan. 2021. “Upaya Guru Dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Membaca Dan Menulis Siswa.” Jurnal KIBASP 4(2):118–26.
Shalimah, Tari Putri. 2020. “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Tematik Di MIN 22 Aceh Besar.” Aceh.
Simanjuntak. 2018. Layanan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Pres.
Slamet, S. Y. 2017. Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Surakarta: UNS Pres.
Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif Dan R&D. 26th ed. Bandung:
Alfabeta.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. 3rd ed. Yogyakarta: PT Pustaka
Baru.
Sukmadinata, Nana Syaodiah. 2010. Bimbingan Dan Konseling Dalam Praktek. 2nd ed.
Bandung: Maestro.
Suprihatiningrum. 2017. Strategi Dalam Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenanda.
Supriyadi. 2017. Pengembangan Media Pop-Up Book Untuk Meningkatkan Keterampilan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Suryadi. 2016. “Konsep Pendekatan Metode Dan STrategi Dalam Pembelajaran Menulis
Karangan Narasi Siswa SD.” Jurnal PGSD 16(2).
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar. 2nd ed. Jakarta:
Kencana.

102
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Predadamedia Group.
Tarigan, Henry Guntur. 2015. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Membaca. 2nd ed.
Bandung: Angkasa.
Turkeltaub, Peter E. 2005. The Neurobiological Basis of Reading: A Special Case of Skill
Acquisition. London: Lawrence Erlbaum Associates.
Utari, Lidya. 2020. “Analisis Strategi Guru Kelas Dalam Menghindari Kesulitan Membaca
Dan Menulis Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas II Di Marasah Ibtidaiyyah Al
Munawwarah Kota Jambi.” Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi,
Jambi.
Wening, Tyas. 2019. “Manfaat Menulis Tegak Bersambung Memberikan Manfaat Untuk
Otak.” Bobo.Id.
Yuline. 2018. “Mengenal Layanan Identifikasi Kesulitan Belajar Dan Diagnosis
KesulitanBelajar Serta Hambatannya Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah.”
Jurnal Cakrawala Kependidikan 112–207.
Zakiah, Darajat. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. 2nd ed. Jakarta: Bumi Aksara.
Zulela, Reza Rachmadtullah, and Vina Iasha. 2021. “Effectiveness of the Use of Synthetic
Analytical Structural Methods against the Ability to Begin Writing Skills in
Elementary School Students.” Jurnal Prima Edukasia 9(1):16–22.
 

103
LAMPIRAN

104
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan
JADWAL PELAKSANAAN
Bulan
No. Jadwal Pelaksanaan Nov 21 Des 21 Jan 22 Feb 22 Mar 22 Apr 22 Mei 22 Jun 22
A. Persiapan
1. Observasi Awal
2. Pengajuan Judul
3. Penyusunan Proposal
4. Penyusnan instrument
5. Seminar
6. Mengurus perizinan
B. Pelaksanaan
1. Wawancara dengan guru
kelas II SDN 1 Mejobo
2. Wawancara dengan siswa
kelas II SDN 1 Mejobo
C. Pelaporan
1. Penyusunan laporan
2. Penyusunan hasil laporan
3. Sidang skripsi

105
Lampiran 2 Wawancara Pra Penelitian Guru/ Wali Kelas II
Wawancara Pra Penelitian Guru/ Wali Kelas II
Nama : SM
Hari/ Tanggal : 11 Desember 2021
Lokasi :
Peneliti mengadakan wawancara observasi awal kepada guru/ wali kelas II
SDN 1 Mejobo secara langsung. Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan sebagai
berikut.
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah semua siswa sudah lancar Masih ada beberapa siswa yang
dalam hal membaca? Jika belum, mengalami keterlambatan membaca.
berikan contoh bentuk kesulitan Iya masih ada beberapa siswa yang
yang dialami siswa masih bingung dalam membedakan
huruf yang mirip seperti hurup (b)
dengan (d), huruf (p) dengan huru (q),
huruf (m) dengan huruf (w). Mereka
juga sulit membedakan huruf yang
bunyinya sama seperti huruf (f) dan
(v).
2. Apakah semua siswa sudah lancar Beberapa anak yang mengalami
dalam hal menulis? Jika belum, kesulitan membaca pasti mengalami
berikan contoh bentuk kesulitan kesulitan menulis. Terkadang siswa
yang dialami siswa sering lupa cara membuat huruf,
karena siswa tidak bisa mengenali
huruf yang bentuknya mirip dan juga
masih banyak siwa yang belum
mengenali huruf abjad dengan benar
sehingga, dalam merangkai kalimat

106
sangat sulit dilakukan siswa. Ketika
anak-anak kelas dua mengalami
keterlambatan membaca dan menulis
itu adalah kondisi yang
mengkhawatirkan. Siswa pasti
mengalami kesulitan belajar karena di
kelas dua, siswa sudah mulai
mendalami materi. Siswa yang
mengalami keterlambatan membaca
dan menulis tidak bisa menyerap atau
memahami materi yang diberikan
dengan baik, alhasil nilai mereka pasti
banyak yang tidak mencapai KKM
yang ditentukan
Kesimpulan
Siswa kelas II SDN 1 Mejobo masih terdapat siswa yang dikategorikan
mengalami keterlambatan dalam hal membaca dan menulis.

Kudus,11 Desember 2021


Narasumber Pewawancara

SM Rizki Tsaniazulfa
NIP. NIM. 201833133

107
Lampiran 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA GURU KELAS
No No.
Indikator Pertanyaan
. Item
1. Identifikasi Apa yang Bapak/ Ibu guru lakukan untuk mengetahui 1
siswa mengalami keterlambatan dalam membaca?
Bagaimana Bapak/ Ibu guru memastikan bahwa 2
siswa tersebut benar-benar mengalami keterlambatan
dalam membaca?
Apa yang Bapak/ Ibu guru lakukan untuk mengetahui 3
siswa mengalami keterlambatan dalam menulis?
Bagaimana Bapak/ Ibu guru memastikan bahwa 4
siswa tersebut benar-benar mengalami keterlambatan
dalam menulis?
2. Perumusan Bagaimana strategi yang Bapak/ Ibu Guru lakukan 5
Tujuan untuk mengatasi keterlambatan membaca pada
siswa?
Bagaimana strategi yang Bapak/ Ibu Guru lakukan 6
untuk mengatasi keterlambatan menulis pada siswa?
Apakah Bapak/ Ibu mengkonsultasikan strategi yang 7
akan diterapkan terhadap Kepala Sekolah atau
sekedar berdiskusi dengan rekan sejawat?
Apakah ada dukungan yang diberikan oleh Kepala 8
Sekolah ataupun rekan guru lainnya terkait strategi
yang akan Bapak/ Ibu laksanakan?
3. Pemberian Baagaimana langkah yang Bapak/ Ibu lakukan dalam 9
Bimbingan menerapkan strategi dalam mengatasi keterlambatan
membaca?

108
No No.
Indikator Pertanyaan
. Item
Bagaimana respon siswa setelah adanya strategi yang 10
Bapak/ Ibu gunakan dalam mengatasi keterlambatan
membaca?
Apa saja bentuk kendala yang Bapak/ Ibu guru 11
hadapi dalam menerapkan strategi mengatasi
keterlambatan membaca?
Apa langkah terakhir dari strategi yang Bapak/ Ibu 12
gunakan dalam mengatasi keterlambatan membaca?
4. Pengevaluasian Baagaimana langkah yang Bapak/ Ibu lakukan dalam 13
menerapkan strategi dalam mengatasi keterlambatan
menulis?
Bagaimana respon siswa setelah adanya strategi yang 14
Bapak Ibu gunakan dalam mengatasi keterlambatan
menulis?
Apa saja bentuk kendala yang Bapak/ Ibu guru 15
hadapi dalam menerapkan strategi mengatasi
keterlambatan menulis?
Apa langkah terakhir dari strategi yang Bapak/ Ibu 16
gunakan dalam mengatasi keterlambatan menulis?

109
Lampiran 4 Lembar Wawancara Guru
LEMBAR WAWANCARA TERHADAP GURU TERKAIT STRATEGI YANG
DIGUNAKAN DALAM MENGATASI KETERLAMBATAN MEMBACA DAN
MENULIS DI KELAS RENDAH

Identitas diri :
Nama : SM
Alamat : Desa Mejobo, Mejobo, Kudus, Jawa Tengah

Daftar Pertanyaan :

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Apa yang Untuk mengetahui keterlambtaan Guru memberikan


Bapak/ Ibu guru membaca pada siswa biasanya perintah agar siswa
lakukan untuk mbak saya memberikan perintah membaca bergantian
mengetahui untuk siswa membaca bergantian, untuk mengetahui
siswa agar saya tahu siapa saja anak siswa mengalami
mengalami yang belum lancar dalam keterlambatan dalam
keterlambatan membaca ataupun yang masih membaca.
dalam sering salah dalam membaca.
membaca?
2. Bagaimana Kalau disini sebenarnya masih Guru mendekte siswa
Bapak/ Ibu guru banyak yang masih berkesulitan yang di identifikasi
memastikan dalam membaca mbak, tapi ada mengalami
bahwa siswa kategorinya dari yang paling keterlambatan
tersebut benar- parah keterlambatannya sampai membaca agar
benar yang sedang. Untuk memastikan memastikan bahwa
mengalami benar-benar kalau butuh siswa tersebut benar-
keterlambatan bimbingan membaca lagi saya benar mengalami
dalam suruh membaca lagi, saya dekte keterlambatan dalam
membaca? juga terkadang. Kalau masih membaca dan
belum bisa, berarti anak tersebut membutuhkan
memang butuh bimbingan bimbingan lebih
membaca alias memiliki lanjut.
keterlambatan dalam membaca.
Atau kalau tidak sesekali saya
menyuruhnya maju kedepan
membacakan sebuah karangan,
dengan begitu saya bisa
mengenali letak keterlambatan
siswa dimana. Biasanya yang

110
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

terlihat siswa seing tidak


mengenali huruf, sehingga
membacanya keliru. Atau kalau
tidak siswa membaca terlalu cepat
tanpa memperhatikan tanda baca
yang ada.
3. Apa yang Untuk mengetahui keterlambatan Guru memberikan
Bapak/ Ibu guru menulis saya biasanya melihat perintah ke siswa agar
lakukan untuk tulisan anak-anak, kalau tidak siswa mencatat atau
mengetahui setiap anak maju ke depan menulis dipapan tulis,
siswa menuliskan jawaban di papan tulis untuk mengetahui
mengalami kelihatan juga. Mana saja anak siswa yang mengalami
keterlambatan yang mengalami keterlambatan keterlambatan dalam
dalam menulis? menulis. menulis.
4. Bagaimana Untuk memastikan anak yang Guru menilai hasil
Bapak/ Ibu guru benar-benar mengalami tulisan siswa sekaligus
memastikan keterlambatan menulis dan perlu memastikan bahwa
bahwa siswa mendapatkan perhatian biasanya siswa mana saja
tersebut benar- saya ada takarannya sendiri mbak, benar-benar
benar seperti tulisan anak yang tidak mengalami
mengalami konsisten kadang besar terus keterlambatan dalam
keterlambatan kecil. Kemudian yang paling menulis dan
dalam menulis? sering pengunaan huruf besar dan membutuhkan
huruf kecil masih tercampur. Dan bimbingan lebih
yang paling mudah dilihat jika lanjut.
anak benar-benar mengalami
keterlambatan menulis yakni anak
salah dalam menulis ejaan dalam
satu kata ataupun kalimat.
5. Bagaimana Untuk strategi saya fleksibel Guru menggunakan
strategi yang mbak, sesuai kebutuhan strategi membimbing,
Bapak/ Ibu sebenarnya. Karena disini terdiri menyimak dan
Guru lakukan dari siswa dengan berbagai mendikte untuk
untuk mengatasi permasalahan keterlambatan mengatasi
keterlambatan membaca yang cukup banyak dan keterlambatan
membaca pada berbeda-beda. Sebenarnya untuk membaca
siswa? acuannya semua sama, hanya
metode yang digunakan berbeda-
beda. Umumnya saya
menggunakan metode

111
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

membimbing, menyimak dan


mendikte mbak. Karena jumlah
siswanya kan banyak, tidak
memungkinkan jika saya
memberikan bimbingan pada anak
tertentu. Jadi, saya memilih
metode yang dapat diikuti semua
siswa yang memiliki
permasalahan dalam
keterlambatan membaca.
6. Bagaimana Kalau strategi untuk mengatasi Guru menggunakan
strategi yang keterlambatan menulis pada strategi menyalin,
Bapak/ Ibu siswa, hampir sama dengan menulis halus, dan
Guru lakukan sebelumnya tadi mbak. Intinya mengarang sederhana
untuk mengatasi saya melakukan pendekatan untuk mengatasi
keterlambatan kepada siswa untuk mengetahui keterlambatan menulis
menulis pada karakternya terlebih dahulu. pada siswa.
siswa? Kemudian baru saya memilih
strategi untuk membimbing siswa
menggunakan metode yang
mudah diikuti oleh siswa.
Biasanya saya memiliki tiga
strategi untuk mengatasi
keterlambatan menulis siswa,
seperti menyalin, menulis halus,
sampai mengarang sederhana.
Ketiga saya pilih, karena saya rasa
ketiga strategi tersebut dapat
dilakukan secara bersama-sama
mengingat jumlah siswa yang
jumlahnya banyak dalam satu
kelas.
7. Apakah Bapak/ Kalau mengkonsultasikan strategi Guru berkonsultasi
Ibu sampai ke Kepala Sekolah saya dengan rekan sejawat
mengkonsultasi rasa tidap pernah saya mbak. atau rekaan guru, jika
kan strategi Paling saya terkadang cerita ke menemukan anak
yang akan rekan sejawat atau rekaan guru, yang benar-benar
diterapkan jika menemukan anak yang benar- susah untuk diajari
terhadap Kepala benar susah untuk diajari membaca maupun
Sekolah atau membaca maupun menulis. Sering menulis

112
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

sekedar kali setiap saya cerita, teman guru


berdiskusi memberikan masukan ataupun
dengan rekan semangat untuk saya lebih giat
sejawat? lagi dalam mengajar.
8. Apakah ada Dukungan dari Kepala Sekolah Guru mendapatkan
dukungan yang saya rasa tidak. Tapi kalau dari dukungan baik dalam
diberikan oleh rekan kerja, selalu mbak bentuk moril ataupun
Kepala Sekolah memberikan dukungan baik dalam social dari rekan guru
ataupun rekan bentuk moril ataupun social. lainnya dalam
guru lainnya menerapkan strategi
terkait strategi untuk mengatasi
yang akan keterlambatan
Bapak/ Ibu membaca dan menulis.
laksanakan?
9. Baagaimana Langkah awal dalam Langkah yang
langkah yang melaksanakan strategi dalam ditempuh guru dalam
Bapak/ Ibu mengatasi keterlambatan menjalankan strategi
lakukan dalam membaca, biasanya saya lakukan mengatasi
menerapkan bimbingan bersama-sama mbak keterlambatan
strategi dalam dengan mengajak anak-anak membaca yakni
mengatasi membaca bersama-sama buku mengajak siswa
keterlambatan materi ataupun buku cerita yang membaca bersama-
membaca? saya bacakan terlebih dahulu sama, bernyanyi
kemudian anak mengulanginya. bersama, dengan
Dengan begitu saya harapkan tujuan siswa mengenal
anak-anak secara bersama-sama berbagai kosa kata dan
semakin mengenal berbagai kosa mendekte kalimat ke
kata yang ada. Dan untuk kosa siswa dengan tujuan
kata yang sulit biasanya saya agar siswa yang
mengilustrasikannya dengan memiliki
gambar mbak, biasanya yang keterlambatan
susah itu kata-kata yang membaca yang paling
berhubungan dengan aktivitas lambat, dapat
manusia, seperti “interaksi, mengenal suku kata
produksi, dan lain-lain. tiap kata.
Kemudian, saya juga sering kali
mengajak anak belajar dengan
bernyanyi. Dengan begitu anak
dapat mengontrol cepat lambatnya
anak dalam membaca dan juga

113
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

semakin melancarkan anak dalam


membaca. Dan terakhir, strategi
yang saya terapkan yakni
mendekte anak mbak. Sebenarnya
ini cocok dengan mengatasi
keterlambatan menulis, tapi
strategi tersebut saya terapkan
disini agar siswa juga yang
memiliki keterlambatan membaca
yang paling lambat, dapat
mengenal suku kata tiap kata.
10. Bagaimana Kalau respon tentunya sangat Guru menangkap
respon siswa beragam mbak, ada yang antusias respon siswa yang
setelah adanya ada juga yang merasa capek beragam terkait
strategi yang ataupun bosan. Anak-anak terlihat strategi yang
Bapak/ Ibu antusias jika saya mengnalkan diterapkan.
gunakan dalam bentuk-bentuk kosa kata sulit
mengatasi menggunakan gambar. Mereka
keterlambatan terlihat tertarik dan serius
membaca? mendengarkan. Apalagi kalau saat
bernyanyi, anak-anak pasti
semuanya terlihat riang dan
semangat dalam belajar. Tapi
kalau saya mengajarkan mereka
mendekte, pasti semua mengeluh
dan terlihat kurang antusias.
11. Apa saja bentuk Kendalanya dalam menerapkan Kendala yang
kendala yang strategi mengatasi keterlambatan didapatkan guru dalam
Bapak/ Ibu guru membaca ya pada kefokusan anak mengatasi
hadapi dalam dan perhatiannya mendengarkan keterlambatan
menerapkan saya saat melakukan bimbingan. membaca yakni sering
strategi Kemudian terlihat juga anak-anak buyarnya konsentrasi
mengatasi yang masih asyik bermain sendiri siswa akibat banyak
keterlambatan maupun dengan teman siswa yang bermain
membaca? sebangkunya. Dan biasanya mbak, sendiri saat pelajaran
anak-anak ini tidak konsisten berlangsung.
dalam membaca. Yang
membacanya lancar pasti cepat
membacanya, yang kurang lancar
pasti lambat. Hal itu biasanya

114
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

sering membuyarkan konsetrasi


ketika saya memberikan
bimbingan membaca secara
bersama-sama.
12. Apa langkah Yang namanya langkah terakhir Langkah terakhir dari
terakhir dari pasti penilaian dan evaluasi mbak. strategi yang guru
strategi yang Untuk penilaiannya sama dengan gunakan dalam
Bapak/ Ibu cara mengidentifikasi kesulitan mengatasi
gunakan dalam membaca siswa, yakni keterlambatan
mengatasi menyuruhnya maju kedepan membaca yakni
keterlambatan membacaka suatu cerita dari buku memberikan penilaian
membaca? pelajaran maupun buku cerita dan evaluasi, serta
yang sebelumnya sudah dibaca pemberian motivasi.
bersama-sama. Setelah itu anak
juga saya berikan evaluasi
terhadap kemampuannya, agar
anak mau mengerti kemampuan
dan kebutuhannya untuk belajar.
dan tak lupa saya selipkan
kalimat-kalimat motivasi agar
anak semakin semangat dalam
belajar. Kemudian, jika dirasa
keterlambatan membaca siswa
dirasa mengkhawatirkan atau bisa
dibilang parah. Biasanya saya
memberikan les tambahan
sepulang sekolah yang diikuti
beberapa siswa yang memang
memiliki keterlambatan paling
lambat dari pada siswa lainnya.
Hal tersebut, dikandung maksud
agar mereka tidak semakin
ketinggalan dalam hal membaca
maupun pelajaran.
13. Baagaimana Dalam menerapkan strategi Langkah guru dalam
langkah yang mengatasi keterlambatan menulis menjalankan strategi
Bapak/ Ibu langkah pertama yang saya mengatasi
lakukan dalam lakukan biasanya mengajak siswa keterlambatan menulis
menerapkan menyalin, baik menyalin materi yakni memberikan
strategi dalam pelajaran yang saya tulis dipapan perintah ke siswa

115
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

mengatasi tulis atupun yang ada di buku. untuk menyalin tulisan


keterlambatan Dengan begitu siswa akan mulai atau mengerjakan
menulis? mengenal huru-huruf ataupun tugas agar siswa
susunan kata. Sering kali juga mengenal berbagai
saya mengajak anak menulis halus huruf dan susunan
atau indah, saya contohkan dulu kata, kemudian
dipapan tulis kemudian para siswa mengajak siswa
menyalinnya di buku tulis kotak- menulis halus, serta
kotak. Dikandung maksud untuk mengajak siswa
memperbaiki bentuk kerapian mengarang sederhana.
tulisan, panjang pendek, tinggi
rendah, dan bentuk tulisan yang
sesuai dengan kaidah yang baik
dan benar. Penggunaan buku
kotak sangat membantu mbak,
agar siswa dapat belajar dan
melatih bentuk tulisannya agar
menjadi rapi, dan sayapun mudah
dalam mengajarkan bagaimana
cara menulis huruf yang baik,
benar, dan juga rapi. Menurut
saya, dengan mengajarkan siswa
menulis indah ini apabila
dilakukan terus menerus akan
memberikan kebiasaan yang baik
bagi siswa nantinya ketika sudah
mencapai kelas atas karena di
kelas atas sudah tidak lagi
menggunakan buku kotak. Terus
strategi terakhir yang sering saya
terapkan yakni, mengjak siswa
untuk mengarang sederhana atau
menuliskan pengalaman
pribadinya seperti aktivitas
keseharian, pengelaman liburan
sekolah, perjalanan dari rumah ke
sekolah, dan lain-lain. Dengan
kegiatan mengarang sederhana
ini, biasanya dapat melatih
kemampuan siswa dalam

116
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

menyusun kata perkata menjadi


kalimat, dan melatih kemampuan
siswa dalam menyusun kata
menagarang sederhana juga
melatih siswa dalam menulis
permulaan.
14. Bagaimana Kalau respon siswa saat belajar Guru menangkap
respon siswa menulis, tergantung durasi mbak. respon siswa yang
setelah adanya Biasanya kalau melakukan beragam terkait
strategi yang menyalin atau melakukan menulis strategi yang
Bapak Ibu indah, pasti awal-awalannya diterapkan.
gunakan dalam semua siswa semangat mbak. Tapi
mengatasi kalau sudah masuk pertengahan
keterlambatan pasti sudah lemes ada yang bilang
menulis? capek dan lain-lain. Kalau sudah
begitu ya tak suruh istirahat dulu
mbak, istirahat dulu menulisnya 5
menit kemudian lanjut lagi.
Terkadang saya punya waktu
tersendiri, saya kasih waktu 10
menit menulis, terus istirahat 5
menit, dan saya ulang-ulangi terus
menerus. Kemudian, ketika
mengarang sederhana pasti siswa
kebingungan dalam menuliskan
kalimatnya. Saya bombing satu-
satu mbak, keliling kelas
mengajari menyusun kata tiap
kalimat, mengenalkan arti tiap
kosa kata yang ada.
15. Apa saja bentuk Kendala yang ada sama seperti Kendala yang guru
kendala yang saat mengajarkan menulis anak- hadapi dalam
Bapak/ Ibu guru anak terkadang kurang percaya menerapkan strategi
hadapi dalam diri dengan tulisannya malah mengatasi
menerapkan mencintek pekerjaan temannya, keterlambatan menulis
strategi yang membuat si anak tersebut yakni kurang
mengatasi tidak dapat pelajaran apa-apa kepercayaan siswa
keterlambatan karena tidak melalui proses. dalam menulis
menulis? Kemudian, kurangnya sehingga pekerjaan
kepercayaan siswa dalam menulis tidak kunjung

117
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

indah. Sering kali saya perhatikan terselesaikan.


jika tulisannya siswa kurang
bagus dihapus terus menerus, dan
alhasil ada yang bukunya sobek
dan pekerjaan tidak selesai-
selesai.
16. Apa langkah Langkah terakhir dari strategi Langkah terakhir dari
terakhir dari dalam mengatasi keterlambatan strategi yang guru
strategi yang menulis tentu saja melakukan gunakan dalam
Bapak/ Ibu penilaian dari menulis halus siswa mengatasi
gunakan dalam dan hasil mengarang sederhana keterlambatan menulis
mengatasi siswa. Tak hanya memberikan yaitu melakukan
keterlambatan nilai, tapi saya koreksi mana saja penilaian dan
menulis? kata yang salah dan saya kasih pembenaran dari
pembenaran dari kata tersebut. tulisan siswa.
Tak lupa saya memberikan PR
dirumah biasanya untuk anak
tetap melakukan menulis dirumah.

Kudus, 04 Juni 2022


Narasumber Pewawancara

SM Rizki Tsaniazulfa
NIP. - NIM. 201833133

118
Lampiran 5 Kisi-kisi Pedoman Observasi Guru

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI GURU

No.
No. Indikator Pertanyaan
Item
1. Identifikasi Bapak/ Ibu guru melakukan tindakan untuk 1
mengetahui siswa yang mengalami keterlambatan
dalam membaca.
Bapak/ Ibu guru mengidentifikasi siswa yang 2
mengalami keterlambatan dalam membaca.
Bapak/ Ibu guru melakukan tindakan untuk 3
mengetahui siswa yang mengalami keterlambatan
dalam membaca.
Bapak/ Ibu guru mengidentifikasi siswa yang 4
mengalami keterlambatan dalam meenulis.
2. Perumusan Bapak/ Ibu Guru menyusun strategi untuk 5
Tujuan mengatasi keterlambatan membaca pada siswa.
Bapak/ Ibu Guru menyusun strategi untuk 6
mengatasi keterlambatan menulis pada siswa.
Bapak/ Ibu mengkonsultasikan strategi yang akan 7
diterapkan terhadap Kepala Sekolah atau
berdiskusi dengan rekan sejawat.
Adanya dukungan yang diberikan oleh Kepala 8
Sekolah ataupun rekan guru lainnya terkait
strategi yang akan dilaksanakan.
3. Pemberian Bapak/ Ibu guru menerapkan strategi dengan 9
Bimbingan penuh semangat dan dedikasi tinggi.

119
Bapak/ Ibu guru menerapkan strategi yang 10
digunakan secara runtut.
Bapak/ Ibu guru menguasai sepenuhnya strategi 11
yang diberikan oleh siswa.
Bapak/ Ibu guru menggunakan alat bantu dalam 12
penerapan strategi.
4. Pengevaluasian Bapak/ Ibu guru melakukan evaluasi kepada siswa 13
yang mengalami keterlambatan membaca.
Bapak/ Ibu guru memberikan penguatan terhadap 14
siswa yang mengalami keterlambatan membaca.
Bapak/ Ibu guru melakukan evaluasi kepada siswa 15
yang mengalami keterlambatan menulis.
Bapak/ Ibu guru memberikan penguatan terhadap 16
siswa yang mengalami keterlambatan menulis.

120
Lampiran 6 Lembar Observasi Guru
LEMBAR OBSERVASI TERHADAP GURU TERKAIT STRATEGI YANG
DIGUNAKAN DALAM MENGATASI KETERLAMBATAN MEMBACA DAN
MENULIS DI KELAS RENDAH

Identitas diri :
Nama : SM
Alamat : Desa Mejobo, Mejobo, Kudus, Jawa Tengah

Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Bapak/ Ibu guru melakukan Guru melakukan tindakan
tindakan untuk mengetahui untuk mengetahui siswa
siswa yang mengalami √ yang mengalami
keterlambatan dalam keterlambatan dalam
membaca. membaca.
2. Bapak/ Ibu guru Guru mengidentifikasi
mengidentifikasi siswa yang siswa yang mengalami

mengalami keterlambatan keterlambatan dalam
dalam membaca. membaca.
3. Bapak/ Ibu guru melakukan Guru melakukan tindakan
tindakan untuk mengetahui untuk mengetahui siswa
siswa yang mengalami √ yang mengalami
keterlambatan dalam keterlambatan dalam
membaca. membaca.
4. Bapak/ Ibu guru Guru mengidentifikasi
mengidentifikasi siswa yang siswa yang mengalami

mengalami keterlambatan keterlambatan dalam
dalam meenulis. meenulis.
5. Bapak/ Ibu Guru menyusun Guru menyusun strategi
strategi untuk mengatasi untuk mengatasi

keterlambatan membaca keterlambatan membaca
pada siswa. pada siswa.
6. Bapak/ Ibu Guru menyusun Guru menyusun strategi
strategi untuk mengatasi untuk mengatasi

keterlambatan menulis pada keterlambatan menulis
siswa. pada siswa.
7. Bapak/ Ibu √ Guru mengkonsultasikan
mengkonsultasikan strategi strategi yang akan

121
yang akan diterapkan diterapkan terhadap
terhadap Kepala Sekolah Kepala Sekolah atau
atau berdiskusi dengan berdiskusi dengan rekan
rekan sejawat. sejawat.
8. Adanya dukungan yang Guru mendapat dukungan
diberikan oleh Kepala yang diberikan oleh
Sekolah ataupun rekan guru Kepala Sekolah ataupun

lainnya terkait strategi yang rekan guru lainnya terkait
akan dilaksanakan. strategi yang akan
dilaksanakan.
9. Bapak/ Ibu guru Guru menerapkan strategi
menerapkan strategi dengan dengan penuh semangat

penuh semangat dan dan dedikasi tinggi.
dedikasi tinggi.
10. Bapak/ Ibu guru Guru menerapkan strategi
menerapkan strategi yang √ yang digunakan secara
digunakan secara runtut. runtut.
11. Bapak/ Ibu guru menguasai Guru menguasai
sepenuhnya strategi yang √ sepenuhnya strategi yang
diberikan oleh siswa. diberikan oleh siswa.
12. Bapak/ Ibu guru Guru menggunakan alat
menggunakan alat bantu √ bantu dalam penerapan
dalam penerapan strategi. strategi.
13. Bapak/ Ibu guru melakukan Guru melakukan evaluasi
evaluasi kepada siswa yang kepada siswa yang

mengalami keterlambatan mengalami keterlambatan
membaca. membaca.
14. Bapak/ Ibu guru Guru memberikan
memberikan penguatan penguatan terhadap siswa
terhadap siswa yang √ yang mengalami
mengalami keterlambatan keterlambatan membaca.
membaca.
15. Bapak/ Ibu guru melakukan Guru melakukan evaluasi
evaluasi kepada siswa yang kepada siswa yang
mengalami keterlambatan mengalami keterlambatan
menulis. menulis.

122
16. Bapak/ Ibu guru Guru memberikan
memberikan penguatan penguatan terhadap siswa
terhadap siswa yang √ yang mengalami
mengalami keterlambatan keterlambatan menulis.
menulis.

Kudus, 04 Juni 2022


Narasumber Observer

SM Rizki Tsaniazulfa
NIP. - NIM. 201833133

123
Lampiran 7 Kesimpulan dari hasil penelitian informan guru kelas
Kesimpulan dari Hasil Penilitian Informan Guru Kelas

No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan

1. Apa yang Bapak/ Guru memberikan Guru melakukan Untuk mengetahui


Ibu guru lakukan perintah agar siswa tindakan untuk siswa yang mengalami
untuk mengetahui membaca bergantian mengetahui siswa yang keterlambatan
siswa mengalami untuk mengetahui mengalami membaca, guru
keterlambatan siswa mengalami keterlambatan dalam melakukan tindakan
dalam membaca? keterlambatan dalam membaca. dengan memberikan
membaca. perintah agar siswa
membaca bergantian.
2. Bagaimana Bapak/ Guru mendekte siswa Guru mengidentifikasi Untuk memastikan
Ibu guru yang di identifikasi siswa yang mengalami siswa yang mengalami
memastikan bahwa mengalami keterlambatan dalam keterlambatan
siswa tersebut keterlambatan membaca. membaca, guru
benar-benar membaca agar melakukan tindakan
mengalami memastikan bahwa dengan menyuruh
keterlambatan siswa tersebut benar- siswa membaca di
dalam membaca? benar mengalami depan.
keterlambatan dalam
membaca dan
membutuhkan
bimbingan lebih lanjut.

124
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan

3. Apa yang Bapak/ Guru memberikan Guru melakukan Untuk mengetahui


Ibu guru lakukan perintah ke siswa agar tindakan untuk siswa yang mengalami
untuk mengetahui siswa mencatat atau mengetahui siswa yang keterlambatan
siswa mengalami menulis dipapan tulis, mengalami membaca, guru
keterlambatan untuk mengetahui keterlambatan dalam melakukan tindakan
dalam menulis? siswa yang mengalami membaca. dengan memberikan
keterlambatan dalam perintah ke siswa agar
menulis. siswa mencatat atau
menulis dipapan tulis.
4. Bagaimana Bapak/ Guru menilai hasil Guru mengidentifikasi Untuk memastikan
Ibu guru tulisan siswa sekaligus siswa yang mengalami siswa yang mengalami
memastikan bahwa memastikan bahwa keterlambatan dalam keterlambatan
siswa tersebut siswa mana saja benar- meenulis. menulis, guru
benar-benar benar mengalami melakukan penilaian
mengalami keterlambatan dalam keliling melihat
keterlambatan menulis dan pekerjaan siswa.
dalam menulis? membutuhkan
bimbigan lebih lanjut.

125
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan

5. Bagaimana strategi Guru menggunakan Guru menyusun strategi Strategi yang guru
yang Bapak/ Ibu strategi membimbing, untuk mengatasi gunakan untuk
Guru lakukan menyimak dan keterlambatan mengatasi
untuk mengatasi mendikte untuk membaca pada siswa keterlambatan
keterlambatan mengatasi membaca pada siswa
membaca pada keterlambatan yakni dengan
siswa? membaca memberikan
bimbingan secara
bersama-sama,
mengajarkan
menyimak bacaan,
dan mendekte mereka.

126
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan

6. Bagaimana strategi Guru menggunakan Guru menyusun strategi Strategi yang guru
yang Bapak/ Ibu strategi menyalin, untuk mengatasi gunakan untuk
Guru lakukan menulis halus, dan keterlambatan menulis mengatasi
untuk mengatasi mengarang sederhana pada siswa keterlambatan menulis
keterlambatan untuk mengatasi pada siswa yakni
menulis pada keterlambatan menulis dengan cara menyuruh
siswa? pada siswa. siswa menyalin tulisan
atau rangkuman
materi, mengajarkan
menulis indah, dan
mengajak siswa untuk
mengarang sederhana.

127
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan

7. Apakah Bapak/ Guru berkonsultasi Guru Guru


Ibu dengan rekan sejawat mengkonsultasikan mengkonsultasikan
mengkonsultasikan atau rekaan guru, jika strategi yang akan dan berdiskusi
strategi yang akan menemukan anak yang diterapkan terhadap bersama rekan sejawat
diterapkan benar-benar susah Kepala Sekolah atau terkait strategi yang
terhadap Kepala untuk diajari membaca berdiskusi dengan rekan digunakan untuk
Sekolah atau maupun menulis sejawat mengatasi
sekedar berdiskusi keterlambatan belajar
dengan rekan
sejawat?
8. Apa saja bentuk Kendala yang Guru memberikan Bentuk kendala yang
kendala yang didapatkan guru dalam penguatan terhadap dihadapi oleh guru
Bapak/ Ibu guru mengatasi siswa yang mengalami dalam mengatasi
hadapi dalam keterlambatan keterlambatan keterlambatan
menerapkan membaca yakni sering membaca membaca yaitu
strategi mengatasi buyarnya konsentrasi terdapat beberapa
keterlambatan siswa akibat banyak siswa yang main
membaca? siswa yang bermain sendiri saat
sendiri saat pelajaran pembelajaran
berlangsung. sehingga mengganggu
konsentrasi siswa
lainnya.

128
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan

9. Apa langkah Langkah terakhir dari Guru melakukan Langkah terakhir


terakhir dari strategi yang guru evaluasi kepada siswa dalam mengatasi
strategi yang gunakan dalam yang mengalami keterlambatan
Bapak/ Ibu mengatasi keterlambatan membaca yaitu
gunakan dalam keterlambatan membaca. dengan melakukan
mengatasi membaca yakni penilaian dan evaluasi,
keterlambatan memberikan penilaian serta pemberian
membaca? dan evaluasi, serta dorongan berupa
pemberian motivasi. motivasi.

129
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan

10. Apa saja bentuk Kendala yang guru Guru memberikan Bentuk kendala dalam
kendala yang hadapi dalam penguatan terhadap mengatasi
Bapak/ Ibu guru menerapkan strategi siswa yang mengalami keterlambatan menulis
hadapi dalam mengatasi keterlambatan menulis. yaitu kurang
menerapkan keterlambatan menulis kepercayaan siswa
strategi mengatasi yakni kurang dalam menulis
keterlambatan kepercayaan siswa sehingga pekerjaan
menulis? dalam menulis tidak kunjung
sehingga pekerjaan terselesaikan.
tidak kunjung
terselesaikan.

11. Apa langkah Langkah terakhir dari Guru melakukan Langkah terakhir dari
terakhir dari strategi yang guru evaluasi kepada siswa strategi yang guru
strategi yang gunakan dalam yang mengalami gunakan dalam
Bapak/ Ibu mengatasi keterlambatan menulis. mengatasi
gunakan dalam keterlambatan menulis keterlambatan menulis
mengatasi yaitu melakukan yaitu melakukan
keterlambatan penilaian dan penilaian dan
menulis? pembenaran dari pembenaran dari
tulisan siswa. tulisan siswa.

130
No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi Kesimpulan

131
Lampiran 8 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa

KISI – KISI PEDOMAN WAWANCARA SISWA

No.
No. Indikator Pertanyaan
Item
1. Proses Apakah kamu sudah bisa mengenali huruf dengan 1
Identifikasi baik?
Keterlambatan Apakah kamu sudah bisa membaca dengan tidak 2
mengeja?
Apakah kamu sudah bisa membaca dengan tidak 3
terburu-buru?
Apakah kamu sudah bisa membedakan kata yang 4
hampir mirip hurufnya? Contoh “paku” dengan
“palu”, lima puluh”dengan lima belas”.
Apakah kamu sudah mengetahui fungsi dari tanda 5
baca di di dalam bacaan?
Apakah kamu berani membaca di depan kelas? 6
Apakah kamu dapat memahami arti dari kalimat 7
yang sudah kamu baca?
Coba perlihatkan bagaimana cara memegang 8
pensil saat menulis?
Huruf apa saja dari A-Z yang menurutmu susah 9
untuk ditulis atau kamu keliru dalam menulisnya?
Coba perlihatkan tulisanmu dari catatan yang 10
diberikan gurumu di papan tulis!
Coba perlihatkan tulisanmu dari hasil mencongak 11
yang diberikan gurumu!
Apakah kamu bisa melengkapi tanda baca pada 12

132
kalimat dengan benar?
Bagaimana cara menyalin tulisan cetak (lepas) 13
ketulisan sambung atau sebaliknya?
Bagaimana menulis penggunaan huruf kapital 14
pada suatu bacaan?
2. Proses Bagaimana respon gurumu saat kamu tidak bisa 15
Pemberian membaca dengan baik dan benar?
Bimbingan Tindakan apa yang diberikan gurumu saat kamu 16
tidak bisa membaca dengan baik dan benar?
Bagaimana respon gurumu saat kamu tidak bisa 17
menulis dengan baik dan benar?
Tindakan apa yang diberikan gurumu saat kamu 18
tidak bisa menulis dengan baik dan benar?
3. Pengevaluasian Bagaimana pendapatmu tentang Tindakan yang 19
dilakukan gurumu saat kamu tidak bisa membaca
dengan baik dan benar?
Apa yang dilakukan gurumu jika kamu masih saja 20
susah untuk diajari membaca dengan baik dan
benar?
Bagaimana pendapatmu tentang tindakan yang 21
dilakukan gurumu saat kamu tidak bisa menulis
dengan baik dan benar?
Apa yang dilakukan gurumu jika kamu masih saja 22
susah untuk diajari menulis dengan baik dan
benar?

133
Lampiran 9 Lembar Wawancara Siswa

LEMBAR WAWANCARA TERHADAP SISWA TERKAIT


KETERLAMBATAN MEMBACA DAN MENULIS

Identitas diri
Nama :
Usia :
Kelas :
Alamat :

Daftar Pertanyaan :

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Apakah kamu sudah


bisa mengenali
huruf dengan baik?
2. Apakah kamu sudah
bisa membaca
dengan tidak
mengeja?
3. Apakah kamu sudah
bisa membaca
dengan tidak
terburu-buru?
4. Apakah kamu sudah
bisa membedakan
kata yang hampir
mirip hurufnya?
Contoh “paku”
dengan “palu”, lima
puluh”dengan lima
belas”.
5. Apakah kamu sudah
mengetahui fungsi
dari tanda baca di
dalam bacaan?
6. Apakah kamu
berani membaca di
depan kelas?
7. Apakah kamu dapat

134
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

memahami arti dari


kalimat yang sudah
kamu baca?
8. Coba perlihatkan
bagaimana cara
memegang pensil
saat menulis?
9. Huruf apa saja dari
A-Z yang
menurutmu susah
untuk ditulis atau
kamu keliru dalam
menulisnya?
10. Coba perlihatkan
tulisanmu dari
catatan yang
diberikan gurumu di
papan tulis!
11. Coba perlihatkan
tulisanmu dari hasil
mencongak yang
diberikan gurumu!
12. Apakah kamu bisa
melengkapi tanda
baca pada kalimat
dengan benar?
13. Bagaimana cara
menyalin tulisan
cetak (lepas)
ketulisan sambung
atau sebaliknya?
14. Bagaimana menulis
penggunaan huruf
kapital pada suatu
bacaan?
15. Bagaimana respon
gurumu saat kamu
tidak bisa membaca
dengan baik dan

135
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

benar?
16. Tindakan apa yang
diberikan gurumu
saat kamu tidak bisa
membaca dengan
baik dan benar?
17. Bagaimana respon
gurumu saat kamu
tidak bisa menulis
dengan baik dan
benar?
18. Tindakan apa yang
diberikan gurumu
saat kamu tidak bisa
menulis dengan baik
dan benar?
19. Bagaimana
pendapatmu tentang
Tindakan yang
dilakukan gurumu
saat kamu tidak bisa
membaca dengan
baik dan benar?
20. Apa yang dilakukan
gurumu jika kamu
masih saja susah
untuk diajari
membaca dengan
baik dan benar?
21. Bagaimana
pendapatmu tentang
tindakan yang
dilakukan gurumu
saat kamu tidak bisa
menulis dengan baik
dan benar?
22. Apa yang dilakukan
gurumu jika kamu
masih saja susah

136
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

untuk diajari
menulis dengan baik
dan benar?

Kudus, … …. 2022
Narasumber Pewawancara

(……………) Rizki Tsaniazulfa


NIM. 201833133

137
Lampiran 9a Lembar wawancara siswa

LEMBAR WAWANCARA TERHADAP SISWA TERKAIT


KETERLAMBATAN MEMBACA DAN MENULIS

Identitas diri
Nama : NA
Usia : 8 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kab. Kudus

Daftar Pertanyaan :

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Apakah kamu sudah Sudah bu, tapi terkadang Siswa masih belum
bisa mengenali masih ada yang keliru bisa sepenuhnya
huruf dengan baik? mengenali huruf,
terlihat masih terdapat
huruf yang belum ia
kenali.
2. Apakah kamu sudah Kalau kalimatnya susah, Siswa masih membaca
bisa membaca kadang saya masih dengan mengeja
dengan tidak mengeja bu terkhusus kata atau
mengeja? kalimat yang susah.
3. Apakah kamu sudah Saya membaca dengan Siswa sudah bisa
bisa membaca pelan-pelan bu membaca dengan
dengan tidak pelan-pelan.
terburu-buru?
4. Apakah kamu sudah Bisa bu, tapi terkadang Siswa masih sering
bisa membedakan kalau membacanya cepat- dalah membedakan
kata yang hampir cepat apalagi kalau disuruh kata yang hampir
mirip hurufnya? maju kedepan kelas sama, terkhusus jika
Contoh “paku” membaca cerita suka grogi membaca terlalu cepat
dengan “palu”, lima dan salah membaca bu dan saat kondisi
puluh”dengan lima kurang percaya diri.
belas”.
5. Apakah kamu sudah Sudah bu, tapi kadang Siswa belum
mengetahui fungsi masih ada yang salah kalau sepenuhnya
dari tanda baca di membaca dan sering mengetahui fungsi
dalam bacaan? diingatkan bu guru. Seperti tanda baca ketika
koma harus berhenti disuruh untuk

138
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

sebentar, biasanya saya membaca.


langsung tanpa berhenti
dulu bu
6. Apakah kamu Berani bu Siswa berani membaca
berani membaca di didepan kelas
depan kelas?
7. Apakah kamu dapat Belum bisa bu, biasanya bu Siswa belum bisa
memahami arti dari guru membantu memahami arti kata
kalimat yang sudah menjelaskan arti kata yang yang memiliki arti
kamu baca? sulit. Biasanya bu guru sulit.
juga menyuruh saya
mencari kata yang sulit jika
disuruh membaca dan
menulisnya dibuku tulis
untuk bu guru jelaskan
nantinya
8. Coba perlihatkan Digenggam ujung Siswa sudah benar
bagaimana cara pensilnya dalam memegang
memegang pensil pensil
saat menulis?
9. Huruf apa saja dari Kalau susah ditulis huruf Siswa masih kesulitan
A-Z yang “q” dan kalau sering keliru dan sering keliru
menurutmu susah biasanya huruf “m” dan dalam menulis
untuk ditulis atau “n” beberapa huruf.
kamu keliru dalam
menulisnya?
10. Coba perlihatkan - -
tulisanmu dari
catatan yang
diberikan gurumu di
papan tulis!
11. Coba perlihatkan - -
tulisanmu dari hasil
mencongak yang
diberikan gurumu!
12. Apakah kamu bisa Bisa bu Siswa sudah bisa
melengkapi tanda melengkapi tanda baca
baca pada kalimat ketika menulis.
dengan benar?

139
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

13. Bagaimana cara Tinggal Siswa masih


menyalin tulisan menyambungkannya bu, kesusahan dalam
cetak (lepas) tapi kalau diawali huruf menyambung kalimat
ketulisan sambung kapital sering salah ketika menulis halus.
atau sebaliknya?
14. Bagaimana menulis Masih susah bu kalau Siswa masih salah
penggunaan huruf menulis huruf kapital, saya dalam penggunaan
kapital pada suatu kadang masih bingung huruf kapital.
bacaan?
15. Bagaimana respon Bu guru orangnya baik, Siswa merasa senang
gurumu saat kamu kalau masih belum bisa terhadap tindakan guru
tidak bisa membaca membaca diajari saat mengajari
dengan baik dan membaca.
benar?
16. Tindakan apa yang Biasanya bu guru Siswa merasa
diberikan gurumu mendatangiku, diajari diperhatikan ketika
saat kamu tidak bisa mengeja terus disuruh mengalami kesulitan
membaca dengan mengulang-ulang biasanya membaca
baik dan benar? kata yang susah
17. Bagaimana respon Sering dinasehati bu guru, Siswa merasa senang
gurumu saat kamu kalau menulis jangan buru- meskipun salah dalam
tidak bisa menulis buru menulis
dengan baik dan
benar?
18. Tindakan apa yang Diajari bu, diberi contoh Siswa merasa senang,
diberikan gurumu kalau menulis pelan-pelan karena dibantu dan
saat kamu tidak bisa disuruh memperhatikan diingatkan jika salah
menulis dengan baik kalau ada tanda bacanya dalam menulis
dan benar?
19. Bagaimana Baik bu, kalau saya salah Siswa merasa senang
pendapatmu tentang dalam membaca sering jika salah dalam
Tindakan yang dibenarkan, terus bu guru membaca diberikan
dilakukan gurumu juga mencontohkan cara pembenaran oleh guru.
saat kamu tidak bisa membaca yang benar dan
membaca dengan kadang bu guru
baik dan benar? memberitahu saya arti kata
yang sulit
20. Apa yang dilakukan Biasanya sepulang sekolah Siswa merasa senang
gurumu jika kamu disuruh pulang terakhir, di diberikan tambahan

140
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

masih saja susah kasih bimbingan membaca belajar membaca.


untuk diajari lagi dari bu guru
membaca dengan
baik dan benar?
21. Bagaimana Senang bu, bu guru Siswa merasa senang,
pendapatmu tentang orangnya baik, tidak marah jika diingatkan ketika
tindakan yang kalau saya salah menulis salah dalam menulis.
dilakukan gurumu dan selalu diajari dengan
saat kamu tidak bisa pelan-pelan caranya
menulis dengan baik menulis sampai bisa.
dan benar?
22. Apa yang dilakukan Bu guru orangnya sabar, di Siswa merasa senang
gurumu jika kamu kasih tahu mana saja diajari menulis
masih saja susah tulisanku yang salah, terus
untuk diajari biasanya di kasih PR
menulis dengan baik menulis dirumah buat
dan benar? latihan

Kudus, 27 Mei 2022


Narasumber Pewawancara

(NA) Rizki Tsaniazulfa


NIM. 201833133

141
Lampiran 9b Lembar wawancara siswa

LEMBAR WAWANCARA TERHADAP SISWA TERKAIT


KETERLAMBATAN MEMBACA DAN MENULIS

Identitas diri
Nama : QN
Usia : 9 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus

Daftar Pertanyaan :

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Apakah kamu sudah Biasanya masih


sering Siswa masih belum
bisa mengenali salah bu bisa mengenali huruf
huruf dengan baik? dengan baik.
2. Apakah kamu sudah Kadang saya masih Siswa masih mengeja
bisa membaca mengeja ketika membaca ketika membaca.
dengan tidak bu
mengeja?
3. Apakah kamu sudah Saya membaca mengeja, Siswa membaca
bisa membaca jadi membacanya masih dengan tidak terburu-
dengan tidak pelan-pelan bu buru.
terburu-buru?
4. Apakah kamu sudah Iya kadang-kadang bu, Siswa masih salah
bisa membedakan saya masih salah kalau dalam membedakan
kata yang hampir kata yang hurufnya hampir beberapa kata yang
mirip hurufnya? sama, tadi salah membaca hampir mirip.
Contoh “paku” “bulu” malah jadi “dulu”
dengan “palu”, lima
puluh”dengan lima
belas”.
5. Apakah kamu sudah Sudah bu Siswa sudah mengenal
mengetahui fungsi fungsi dari tanda baca.
dari tanda baca di
dalam bacaan?
6. Apakah kamu Terkadang masih takut bu Siswa merasa takut
berani membaca di untuk membaca
depan kelas? didepam kelas.
7. Apakah kamu dapat Masih belum bisa bu, Siswa masih

142
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

memahami arti dari biasanya diajar bu guru


kesusahan dalam
kalimat yang sudah memahami arti dari
kamu baca? suatu kalimat.
8. Coba perlihatkan Siswa memegang ujung Siswa sudah bisa
bagaimana cara pensil dengan benar memegang pensil
memegang pensil dengan benar.
saat menulis?
9. Huruf apa saja dari Kalau menulis halus masih Siswa masih kesahan
A-Z yang banyak bu seperti huruf “f, dan keliru menulis
menurutmu susah q, r, x”, dan yang sering beberapa huruf.
untuk ditulis atau keliru biasanya huruf “q
kamu keliru dalam dan p”
menulisnya?
10. Coba perlihatkan - -
tulisanmu dari
catatan yang
diberikan gurumu di
papan tulis!
11. Coba perlihatkan - -
tulisanmu dari hasil
mencongak yang
diberikan gurumu!
12. Apakah kamu bisa Belum bisa semuanya bu, Siswa masih belum
melengkapi tanda terkadang bu guru masih bisa dalam melengkapi
baca pada kalimat menyalahkan dan bilang tanda baca saat
dengan benar? kalau masih kurang tepat menulis.
13. Bagaimana cara Saya biasanya masih Siswa masih
menyalin tulisan kesulitan bu kesusahan alam
cetak (lepas) menyambung hruf
ketulisan sambung lepas kedalam huruf
atau sebaliknya? bersambung.
14. Bagaimana menulis Masih sering salah bu Siswa masih belum
penggunaan huruf bisa dalam
kapital pada suatu menggunakan huruf
bacaan? kapital saat menulis.
15. Bagaimana respon Disalahkan bu guru bu Siswa merasa
gurumu saat kamu kalau membacanya keliru, diberikan perhatian
tidak bisa membaca tapi dikasih tau yang benar oleh guru ketika
dengan baik dan seperti apa melakukan kesalahan

143
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

benar? dalam membaca


16. Tindakan apa yang Biasanya di dektekan Siswa diberikan
diberikan gurumu pelan-pelan, terus aku bimbingan oleh guru
saat kamu tidak bisa disuruh mengulanginya ketika mengalami
membaca dengan lagi sampai bisa keterlambatan dalam
baik dan benar? membaca.
17. Bagaimana respon Di salahkan bu, tapi diberi Siswa diberikan
gurumu saat kamu contoh yang benar bimbingan oleh guru
tidak bisa menulis tulisannya seperti apa ketika mengalami
dengan baik dan begitu keterlambatan dalam
benar? menulis.
18. Tindakan apa yang Memberikan contoh bu, Siswa diberikan
diberikan gurumu terus saya disuruh contoh ketika
saat kamu tidak bisa menyalinnya sama persis mengalami kesalahan
menulis dengan baik daam menulis.
dan benar?
19. Bagaimana Baik bu, bu guru baik Siswa merasa senang
pendapatmu tentang orangnya suka membantu dibantu oleh guru
Tindakan yang kalau aku kesusahan ketika merasa
dilakukan gurumu membaca, diberikan contoh kesulitan membaca.
saat kamu tidak bisa cara baca yang benar
membaca dengan seperti apa
baik dan benar?
20. Apa yang dilakukan Iya dinasehati bu, Siswa diberi
gurumu jika kamu terkadang kalau masih saja bimbingan lanjutan
masih saja susah salah dalam membaca. jika masih mengalami
untuk diajari Terus saya diberikan kesulitan membaca.
membaca dengan tambahan belajar membaca
baik dan benar? sepulang sekolah
21. Bagaimana Bu guru orangnya sabar, Siswa merasa
pendapatmu tentang selalu membantu saya terbantukan atas
tindakan yang kalau sulit menulis bu bimbingan guru dalam
dilakukan gurumu mengatasi kesulitan
saat kamu tidak bisa menulis
menulis dengan baik
dan benar?
22. Apa yang dilakukan Bu guru selalu Siswa merasa
gurumu jika kamu menasehatiku bu kalau terbantukan atas
masih saja susah tulisanku masih salah, bimbingan guru dalam

144
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

untuk diajari biasanya diberi tugas mengatasi kesulitan


menulis dengan baik menulis dirumah biar membaca.
dan benar? makin baik menulisnya

Kudus, 27 Mei 2022


Narasumber Pewawancara

(QN) Rizki Tsaniazulfa


NIM. 201833133

145
Lampiran 9c Lembar wawancara siswa

LEMBAR WAWANCARA TERHADAP SISWA TERKAIT


KETERLAMBATAN MEMBACA DAN MENULIS

Identitas diri
Nama : WF
Usia : 8 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus

Daftar Pertanyaan :

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Apakah kamu sudah Kalau mengenal sudah Siswa masih belum


bisa mengenali semua bu, tapi terkadang bisa mengenali huruf
huruf dengan baik? hanya keliru membaca atau dengan baik.
menulis
2. Apakah kamu sudah Saya masih mengeja bu Siswa masih mengeja
bisa membaca ketika membaca.
dengan tidak
mengeja?
3. Apakah kamu sudah Saya kalau membaca pelan Siswa membaca
bisa membaca bu, karna saya kadang dengan tidak terburu-
dengan tidak masih mengaja tulisan buru.
terburu-buru?
4. Apakah kamu sudah Masih salah terkadang bu, Siswa masih salah
bisa membedakan seperti tadi menulis “dari” dalam membedakan
kata yang hampir menjadi “bari”. Terus kalau beberapa kata yang
mirip hurufnya? di tes bu guru mesti sering hampir mirip.
Contoh “paku” salah bu
dengan “palu”, lima
puluh”dengan lima
belas”.
5. Apakah kamu sudah Belum semua bu Siswa masih belum
mengetahui fungsi semua mengenal
dari tanda baca di fungsi dari tanda baca.
dalam bacaan?
6. Apakah kamu Belum berani aku bu Siswa merasa takut
berani membaca di untuk membaca
depan kelas? didepam kelas.

146
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

7. Apakah kamu dapat Belum bisa bu, biasanya Siswa masih


memahami arti dari masih dibantu bu guru kesusahan dalam
kalimat yang sudah memahami arti dari
kamu baca? suatu kalimat.
8. Coba perlihatkan Siswa memegang ujung Siswa sudah bisa
bagaimana cara pensil memegang pensil
memegang pensil dengan benar.
saat menulis?
9. Huruf apa saja dari Biasanya saya sering salah Siswa masih kesahan
A-Z yang menulis huruf “b, d, m, n, dan keliru menulis
menurutmu susah p, q” bu beberapa huruf.
untuk ditulis atau
kamu keliru dalam
menulisnya?
10. Coba perlihatkan - -
tulisanmu dari
catatan yang
diberikan gurumu di
papan tulis!
11. Coba perlihatkan - -
tulisanmu dari hasil
mencongak yang
diberikan gurumu!
12. Apakah kamu bisa Masih sering lupa bu, Siswa masih belum
melengkapi tanda kadang ya saya tidak tahu bisa dalam melengkapi
baca pada kalimat tanda baca saat
dengan benar? menulis.
13. Bagaimana cara Masih kesulitan aku bu, Siswa masih
menyalin tulisan menulis halus kalau kesusahan alam
cetak (lepas) disuruh menyambungkan menyambung hruf
ketulisan sambung sendiri tulisan lepas lepas kedalam huruf
atau sebaliknya? ketulisan sambung gitu bersambung.
sulit bu
14. Bagaimana menulis Saya masih salah bu, Siswa masih belum
penggunaan huruf kadang juga aku sering bisa dalam
kapital pada suatu lupa kalau awal kalimat menggunakan huruf
bacaan? harus huruf kapital kapital saat menulis.
15. Bagaimana respon Bu guru membantuku bu, Siswa merasa
gurumu saat kamu biasanya saya ditunjuk diberikan perhatian

147
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

tidak bisa membaca disuruh membaca oleh guru ketika


dengan baik dan melakukan kesalahan
benar? dalam membaca
16. Tindakan apa yang Biasanya disuruh Siswa diberikan
diberikan gurumu mengulang-ulang kata yang bimbingan oleh guru
saat kamu tidak bisa sulit saya baca sampai ketika mengalami
membaca dengan lancar bu keterlambatan dalam
baik dan benar? membaca.
17. Bagaimana respon Diberikan contoh bu, di Siswa diberikan
gurumu saat kamu kasih tahu cara bimbingan oleh guru
tidak bisa menulis menuliskannya, terus ketika mengalami
dengan baik dan disuruh menyalin dibuku keterlambatan dalam
benar? menulis.
18. Tindakan apa yang Dicontohkan cara menulis Siswa diberikan
diberikan gurumu yang benar, terus saya contoh ketika
saat kamu tidak bisa disuruh maju juga kadang mengalami kesalahan
menulis dengan baik bu, kalau masih belum daam menulis.
dan benar? jelas, terutama menulis
halus itu yang paling susah.
19. Bagaimana Baik bu, bu guru orangnya Siswa merasa senang
pendapatmu tentang sabar mengajari saya kalau dibantu oleh guru
Tindakan yang salah dalam membaca. ketika merasa
dilakukan gurumu Tidak pernah marah pasti kesulitan membaca.
saat kamu tidak bisa diajarin sampai
membaca dengan membacaku benar.
baik dan benar?
20. Apa yang dilakukan Kalau saya salah terus Siswa diberi
gurumu jika kamu membacanya, saya sering bimbingan lanjutan
masih saja susah disuruh pulang terakhir dan jika masih mengalami
untuk diajari diajari membacari lagi bu. kesulitan membaca.
membaca dengan
baik dan benar?
21. Bagaimana Senang bu, karena bu guru Siswa merasa
pendapatmu tentang sabar mengajariku menulis terbantukan atas
tindakan yang yang benar. bimbingan guru dalam
dilakukan gurumu mengatasi kesulitan
saat kamu tidak bisa menulis
menulis dengan baik
dan benar?

148
No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

22. Apa yang dilakukan Dikasih tau tulisanku kalau Siswa merasa
gurumu jika kamu masih salah, diberi nesahat terbantukan atas
masih saja susah sama semangat belajar bimbingan guru dalam
untuk diajari menulis, bu guru juga mengatasi kesulitan
menulis dengan baik berpesan banyak-banyak membaca.
dan benar? latihan menulis juga kalau
dirumah bu

Kudus, 27 Mei 2022


Narasumber Pewawancara

(WF) Rizki Tsaniazulfa


NIM. 201833133

149
Lampiran 10 Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa

KISI – KISI PEDOMAN OBSERVASI SISWA

No.
No. Indikator Pertanyaan
Item
1. Proses Siswa mengenal huruf A -Z dengan baik. 1
Identifikasi Siswa membaca dengan baik tanpa mengeja. 2
Keterlambatan Siswa membaca dengan lancer dan tidak terburu- 3
buru.
Siswa membedakan kata yang hampir mirip 4
hurufnya. Contoh “paku” dengan “palu”, lima
puluh”dengan lima belas”.
Siswa mengetahui fungsi dari tanda baca di dalam 5
bacaan.
Siswa berani membaca di depan kelas. 6
Siswa memahami arti dari kalimat yang sudah ia 7
baca.
Siswa memegang pensil dengan baik dan benar 8
saat menulis.
Siswa menuliskan huruf A-Z dengan baik tanpa 9
ada yang salah ataupun keliru.
Siswa menyalin tulisan yang diberikan guru di 10
papan tulis dengan baik dan benar.
Siswa menuliskan kalimat yang diuapkan oleh 11
guru dengan baik dan benar.
Siswa melengkapi tanda baca pada kalimat dengan 12
benar.
Siswa menyalin tulisan cetak (lepas) ketulisan 13

150
sambung atau sebaliknya.
Siswa menulis penggunaan huruf kapital pada 14
suatu bacaan.
2. Proses Siswa merasa bangga/ malu/ biasa saja ketika 15
Pemberian diberi tanggapan oleh guru saat ia membaca.
Bimbingan Siswa mendengarkan penjelasan dari guru saat 16
dicontohkan membaca yang baik dan benar.
Siswa mengikuti intruksi guru saat dicontohkan 17
membaca yang baik dan benar.
Siswa merasa bangga/ malu/ biasa saja ketika 18
diberi tanggapan oleh guru saat ia menulis.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru saat 19
dicontohkan menulis yang baik dan benar.
Siswa mengikuti intruksi guru saat dicontohkan 20
menulis yang baik dan benar.
3. Pengevaluasian Siswa merasa senang dengan pembelajaran yang 21
diberikan oleg guru.
Adanya perubahan dalam keterlambatan membaca 22
yang di alami siswa.
Adanya perubahan dalam keterlambatan menulis 23
yang di alami siswa.

151
Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa

LEMBAR OBSERVASI TERHADAP SISWA TERKAIT KETERLAMBATAN


MEMBACA DAN MENULIS

Identitas diri
Nama :
Usia :
Kelas :
Alamat :

Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Siswa mengenal huruf A -Z
dengan baik.
2. Siswa membaca dengan
baik tanpa mengeja.
3. Siswa membaca dengan
lancer dan tidak terburu-
buru.
4. Siswa membedakan kata
yang hampir mirip
hurufnya. Contoh “paku”
dengan “palu”, lima
puluh”dengan lima belas”.
5. Siswa mengetahui fungsi
dari tanda baca di dalam
bacaan.
6. Siswa berani membaca di
depan kelas.
7. Siswa memahami arti dari
kalimat yang sudah ia baca.
8. Siswa memegang pensil
dengan baik dan benar saat
menulis.
9. Siswa menuliskan huruf A-
Z dengan baik tanpa ada
yang salah ataupun keliru.
10. Siswa menyalin tulisan yang
diberikan guru di papan tulis

152
dengan baik dan benar.
11. Siswa menuliskan kalimat
yang diuapkan oleh guru
dengan baik dan benar.
12. Siswa melengkapi tanda
baca pada kalimat dengan
benar.
13. Siswa menyalin tulisan
cetak (lepas) ketulisan
sambung atau sebaliknya.
14. Siswa menulis penggunaan
huruf kapital pada suatu
bacaan.
15. Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi
tanggapan oleh guru saat ia
membaca.
16. Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat
dicontohkan membaca yang
baik dan benar.
17. Siswa mengikuti intruksi
guru saat dicontohkan
membaca yang baik dan
benar.
18. Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi
tanggapan oleh guru saat ia
menulis.
19. Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat
dicontohkan menulis yang
baik dan benar.

20. Siswa mengikuti intruksi


guru saat dicontohkan
menulis yang baik dan
benar.
21. Siswa merasa senang
dengan pembelajaran yang
diberikan oleg guru.
22. Adanya perubahan dalam

153
keterlambatan membaca
yang di alami siswa.
23. Adanya perubahan dalam
keterlambatan menulis yang
di alami siswa.

Kudus, … …. 2022
Narasumber Observer

…………………… Rizki Tsaniazulfa


NIM. 201833133

154
Lampiran 11a Lembar observasi siswa

LEMBAR OBSERVASI TERHADAP SISWA TERKAIT KETERLAMBATAN


MEMBACA DAN MENULIS

Identitas diri
Nama : NA
Usia : 8 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus

Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Siswa mengenal huruf A -Z Siswa mengenal huruf A -Z

dengan baik. dengan baik.
2. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca

baik tanpa mengeja. dengan baik tanpa mengeja.
3. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca
lancer dan tidak terburu- √ dengan lancer dan tidak
buru. terburu-buru.
4. Siswa membedakan kata Siswa membedakan kata yang
yang hampir mirip hampir mirip hurufnya.
hurufnya. Contoh “paku” √ Contoh “paku” dengan
dengan “palu”, lima “palu”, lima puluh”dengan
puluh”dengan lima belas”. lima belas”.
5. Siswa mengetahui fungsi Siswa mengetahui fungsi dari
dari tanda baca di dalam √ tanda baca di dalam bacaan.
bacaan.
6. Siswa berani membaca di Siswa berani membaca di

depan kelas. depan kelas.
7. Siswa memahami arti dari Siswa kurang bisa memahami
kalimat yang sudah ia baca. √ arti dari kalimat yang sudah
ia baca.
8. Siswa memegang pensil Siswa memegang pensil
dengan baik dan benar saat √ dengan baik dan benar saat
menulis. menulis.
9. Siswa menuliskan huruf A- Siswa kurang bisa
Z dengan baik tanpa ada menuliskan huruf A-Z dengan

yang salah ataupun keliru. baik tanpa ada yang salah
ataupun keliru.

155
10. Siswa menyalin tulisan yang Siswa kurang bisa menyalin
diberikan guru di papan tulis tulisan yang diberikan guru di

dengan baik dan benar. papan tulis dengan baik dan
benar.
11. Siswa menuliskan kalimat Siswa kurang bisa
yang diuapkan oleh guru menuliskan kalimat yang

dengan baik dan benar. diuapkan oleh guru dengan
baik dan benar.
12. Siswa melengkapi tanda Siswa melengkapi tanda baca
baca pada kalimat dengan √ pada kalimat dengan benar.
benar.
13. Siswa menyalin tulisan Siswa kurang bisa menyalin
cetak (lepas) ketulisan √ tulisan cetak (lepas) ketulisan
sambung atau sebaliknya. sambung atau sebaliknya.
14. Siswa menulis penggunaan Siswa kurang bisa menulis
huruf kapital pada suatu √ penggunaan huruf kapital
bacaan. pada suatu bacaan.
15. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi

tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
membaca. membaca.
16. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat

dicontohkan membaca yang dicontohkan membaca yang
baik dan benar. baik dan benar.
17. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan membaca

membaca yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
18. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi

tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
menulis. menulis.
19. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat

dicontohkan menulis yang dicontohkan menulis yang
baik dan benar. baik dan benar.
20. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan menulis

menulis yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
21. Siswa merasa senang √ Siswa merasa senang dengan

156
dengan pembelajaran yang pembelajaran yang diberikan
diberikan oleg guru. oleg guru.
22. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan membaca √ keterlambatan membaca yang
yang di alami siswa. di alami siswa.
23. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan menulis yang √ keterlambatan menulis yang
di alami siswa. di alami siswa.

Kudus, 23 Mei 2022


Narasumber Observer

(NA) Rizki Tsaniazulfa


NIM. 201833133

157
Lampiran 11b Lembar observasi siswa

LEMBAR OBSERVASI TERHADAP SISWA TERKAIT KETERLAMBATAN


MEMBACA DAN MENULIS

Identitas diri
Nama : QN
Usia : 9 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus

Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Siswa mengenal huruf A -Z Siswa kurang bisa mengenal

dengan baik. huruf A -Z dengan baik.
2. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca

baik tanpa mengeja. dengan baik tanpa mengeja.
3. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca
lancer dan tidak terburu- √ dengan lancer dan tidak
buru. terburu-buru.
4. Siswa membedakan kata Siswa membedakan kata yang
yang hampir mirip hampir mirip hurufnya.
hurufnya. Contoh “paku” √ Contoh “paku” dengan
dengan “palu”, lima “palu”, lima puluh”dengan
puluh”dengan lima belas”. lima belas”.
5. Siswa mengetahui fungsi Siswa kurang bisa
dari tanda baca di dalam √ mengetahui fungsi dari tanda
bacaan. baca di dalam bacaan.
6. Siswa berani membaca di Siswa kurang berani

depan kelas. membaca di depan kelas.
7. Siswa memahami arti dari Siswa kurang bisa memahami
kalimat yang sudah ia baca. √ arti dari kalimat yang sudah
ia baca.
8. Siswa memegang pensil Siswa memegang pensil
dengan baik dan benar saat √ dengan baik dan benar saat
menulis. menulis.
9. Siswa menuliskan huruf A- Siswa kurang bisa
Z dengan baik tanpa ada menuliskan huruf A-Z dengan

yang salah ataupun keliru. baik tanpa ada yang salah
ataupun keliru.

158
10. Siswa menyalin tulisan yang Siswa kurang bisa menyalin
diberikan guru di papan tulis tulisan yang diberikan guru di

dengan baik dan benar. papan tulis dengan baik dan
benar.
11. Siswa menuliskan kalimat Siswa kurang bisa
yang diuapkan oleh guru menuliskan kalimat yang

dengan baik dan benar. diuapkan oleh guru dengan
baik dan benar.
12. Siswa melengkapi tanda Siswa kurang bisa
baca pada kalimat dengan √ melengkapi tanda baca pada
benar. kalimat dengan benar.
13. Siswa menyalin tulisan Siswa kurang bisa menyalin
cetak (lepas) ketulisan √ tulisan cetak (lepas) ketulisan
sambung atau sebaliknya. sambung atau sebaliknya.
14. Siswa menulis penggunaan Siswa kurang bisa menulis
huruf kapital pada suatu √ penggunaan huruf kapital
bacaan. pada suatu bacaan.
15. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi

tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
membaca. membaca.
16. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat

dicontohkan membaca yang dicontohkan membaca yang
baik dan benar. baik dan benar.
17. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan membaca

membaca yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
18. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi

tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
menulis. menulis.
19. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat

dicontohkan menulis yang dicontohkan menulis yang
baik dan benar. baik dan benar.
20. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan menulis

menulis yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
21. Siswa merasa senang √ Siswa merasa senang dengan

159
dengan pembelajaran yang pembelajaran yang diberikan
diberikan oleg guru. oleg guru.
22. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan membaca √ keterlambatan membaca yang
yang di alami siswa. di alami siswa.
23. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan menulis yang √ keterlambatan menulis yang
di alami siswa. di alami siswa.

Kudus, 24 Mei 2022


Narasumber Observer

(QN) Rizki Tsaniazulfa


NIM. 201833133

160
Lampiran 11c Lembar observasi siswa

LEMBAR OBSERVASI TERHADAP SISWA TERKAIT KETERLAMBATAN


MEMBACA DAN MENULIS

Identitas diri
Nama : WF
Usia : 8 tahun
Kelas : II (dua)
Alamat : Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus

Isilah dengan menggunakan tanda centang (√ ) pada pernyataan berikut sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
Keterangan
No. Peryataan Kesimpulan
Ya Tidak
1. Siswa mengenal huruf A -Z Siswa kurang bisa mengenal

dengan baik. huruf A -Z dengan baik.
2. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca

baik tanpa mengeja. dengan baik tanpa mengeja.
3. Siswa membaca dengan Siswa kurang bisa membaca
lancer dan tidak terburu- √ dengan lancer dan tidak
buru. terburu-buru.
4. Siswa membedakan kata Siswa membedakan kata yang
yang hampir mirip hampir mirip hurufnya.
hurufnya. Contoh “paku” √ Contoh “paku” dengan
dengan “palu”, lima “palu”, lima puluh”dengan
puluh”dengan lima belas”. lima belas”.
5. Siswa mengetahui fungsi Siswa kurang bisa
dari tanda baca di dalam √ mengetahui fungsi dari tanda
bacaan. baca di dalam bacaan.
6. Siswa berani membaca di Siswa kurang berani

depan kelas. membaca di depan kelas.
7. Siswa memahami arti dari Siswa kurang bisa memahami
kalimat yang sudah ia baca. √ arti dari kalimat yang sudah
ia baca.
8. Siswa memegang pensil Siswa memegang pensil
dengan baik dan benar saat √ dengan baik dan benar saat
menulis. menulis.
9. Siswa menuliskan huruf A- Siswa kurang bisa
Z dengan baik tanpa ada menuliskan huruf A-Z dengan

yang salah ataupun keliru. baik tanpa ada yang salah
ataupun keliru.

161
10. Siswa menyalin tulisan yang Siswa kurang bisa menyalin
diberikan guru di papan tulis tulisan yang diberikan guru di

dengan baik dan benar. papan tulis dengan baik dan
benar.
11. Siswa menuliskan kalimat Siswa kurang bisa
yang diuapkan oleh guru menuliskan kalimat yang

dengan baik dan benar. diuapkan oleh guru dengan
baik dan benar.
12. Siswa melengkapi tanda Siswa kurang bisa
baca pada kalimat dengan √ melengkapi tanda baca pada
benar. kalimat dengan benar.
13. Siswa menyalin tulisan Siswa kurang bisa menyalin
cetak (lepas) ketulisan √ tulisan cetak (lepas) ketulisan
sambung atau sebaliknya. sambung atau sebaliknya.
14. Siswa menulis penggunaan Siswa kurang bisa menulis
huruf kapital pada suatu √ penggunaan huruf kapital
bacaan. pada suatu bacaan.
15. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi

tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
membaca. membaca.
16. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat

dicontohkan membaca yang dicontohkan membaca yang
baik dan benar. baik dan benar.
17. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan membaca

membaca yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
18. Siswa merasa bangga/ malu/ Siswa merasa bangga/ malu/
biasa saja ketika diberi biasa saja ketika diberi

tanggapan oleh guru saat ia tanggapan oleh guru saat ia
menulis. menulis.
19. Siswa mendengarkan Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru saat

dicontohkan menulis yang dicontohkan menulis yang
baik dan benar. baik dan benar.
20. Siswa mengikuti intruksi Siswa mengikuti intruksi guru
guru saat dicontohkan saat dicontohkan menulis

menulis yang baik dan yang baik dan benar.
benar.
21. Siswa merasa senang √ Siswa merasa senang dengan

162
dengan pembelajaran yang pembelajaran yang diberikan
diberikan oleg guru. oleg guru.
22. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan membaca √ keterlambatan membaca yang
yang di alami siswa. di alami siswa.
23. Adanya perubahan dalam Adanya perubahan dalam
keterlambatan menulis yang √ keterlambatan menulis yang
di alami siswa. di alami siswa.

Kudus, 25 Mei 2022


Narasumber Observer

(WF) Rizki Tsaniazulfa


NIM. 201833133

163
Lampiran 12 Analisis dari hasil penelitian informan siswa
Kesimpulan dari Hasil Penilitian Informan Siswa

No. Pertanyaan Hasil Wawancara Hasil Observasi Kesimpulan

1. Apakah kamu NA: Siswa masih belum bisa NA: Siswa sebagian besar sudah Dari ketiga subjek
sudah bisa sepenuhnya mengenali huruf, mengenal huruf A -Z dengan siswa, masih belum
terlihat masih terdapat huruf baik. bisa mengenali huruf
mengenali huruf
yang belum ia kenali. dengan baik.
dengan baik? QN: Siswa kurang bisa mengenal
QN: Siswa masih belum bisa huruf A -Z dengan baik.
mengenali huruf dengan baik.
WF: Siswa kurang bisa mengenal
WF: Siswa masih belum bisa huruf A -Z dengan baik.
mengenali huruf dengan baik.
2. Apakah kamu NA: Siswa masih membaca NA: Siswa kurang bisa membaca Dari ketiga subjek
sudah bisa dengan mengeja terkhusus kata dengan baik tanpa mengeja. siswa, masih
atau kalimat yang susah. membaca secara
membaca dengan QN: Siswa kurang bisa membaca mengeja terkhusus
tidak mengeja? QN: Siswa masih mengeja dengan baik tanpa mengeja. kata yang sulit.
ketika membaca.
WF: Siswa kurang bisa membaca
WF: Siswa masih mengeja dengan baik tanpa mengeja.
ketika membaca.
3. Apakah kamu NA: Siswa sudah bisa membaca NA: Siswa kurang bisa membaca Dari ketiga subjek
sudah bisa siswa, membaca

164
membaca dengan dengan pelan-pelan. dengan lancer. secara pelan-pelan
tidak terburu- karena masih
QN: Siswa membaca dengan QN: Siswa kurang bisa membaca mengeja.
buru? pelan karena tidak lancar. dengan lancar dan tidak terburu-
buru.
WF: Siswa membaca dengan
tidak terburu-buru. WF: Siswa kurang bisa membaca
dengan lancar dan pelan-pelan.
4. Apakah kamu NA: Siswa masih sering salah NA: Siswa sebagian besar bisa Satu dari ketiga subjek
sudah bisa membedakan kata yang hampir membedakan kata yang hampir siswa, sudah bisa
sama, terkhusus jika membaca mirip hurufnya. membedakan kata
membedakan kata
terlalu cepat dan saat kondisi yang hampir mirip
yang hampir kurang percaya diri. QN: Siswa kurang bisa hurufnya dan dua
membedakan kata yang hampir lainnya belum bisa
mirip hurufnya?
QN: Siswa masih salah dalam mirip hurufnya. membedakan kata
Contoh “paku” membedakan beberapa kata yang hampir mirip
dengan “palu”, yang hampir mirip. WF: Siswa kurang bisa
hurufnya.
membedakan kata yang hampir
lima WF: Siswa masih salah dalam mirip hurufnya.
puluh”dengan membedakan beberapa kata
lima belas”. yang hampir mirip, terkhusus
jika ada pembelajaran
mencongak pasto banyak yang
salah.
5. Apakah kamu NA: Siswa belum sepenuhnya NA: Siswa mengetahui fungsi Satu dari ketiga subjek
sudah mengetahui mengetahui fungsi tanda baca dari tanda baca di dalam bacaan. siswa, sudah
ketika disuruh untuk membaca. mengetahuil sebagian

165
fungsi dari tanda QN: Siswa masih belum semua QN: Siswa kurang mengetahui besar fungsi dari tanda
baca di dalam mengenal fungsi dari tanda baca. fungsi dari tanda baca di dalam baca di dalam bacaan,
bacaan. dan sisanya kurang
bacaan? WF: Siswa masih belum semua mengetahui fungsi
mengenal fungsi dari tanda baca. WF: Siswa kurang bisa dari tanda baca di
mengetahui fungsi dari tanda dalam bacaan.
baca di dalam bacaan.
6. Apakah kamu NA: Siswa berani membaca NA: Siswa berani membaca di Siswa memiliki
berani membaca/ didepan kelas. depan kelas. keberanian yang
berbeda-beda, satu
menulis di depan QN: Siswa merasa takut untuk QN: Siswa kurang berani subjek berani dan
kelas? membaca didepam kelas. membaca di depan kelas. satunya mau maju
tetapi merasa takut,
WF: Siswa tidak berani WF: Siswa tidak berani membaca
dan yang ketiga tidak
membaca di depan kelas. di depan kelas.
berani.
7. Apakah kamu NA: Siswa masih kesusahan NA: Siswa kurang bisa Dari ketiga subjek
dapat memahami dalam memahami arti dari suatu memahami arti dari kalimat yang siswa, kurang bisa
kalimat. sudah ia baca. memahami arti dari
arti dari kalimat
kalimat yang sudah ia
yang sudah kamu QN: Siswa masih kesusahan QN: Siswa kurang bisa baca.
dalam memahami arti dari suatu memahami arti dari kalimat yang
baca?
kalimat. sudah ia baca.

WF: Siswa belum bisa WF: Siswa kurang bisa


memahami arti kata yang memahami arti dari kalimat yang
memiliki arti sulit. sudah ia baca.

166
8. Huruf apa saja NA: Siswa masih kesulitan dan NA: Siswa kurang bisa Dari ketiga subjek
dari A-Z yang sering keliru dalam menulis menuliskan huruf A-Z dengan siswa, kurang bisa
beberapa huruf. baik tanpa ada yang salah menuliskan huruf A-Z
menurutmu susah
ataupun keliru. dengan baik tanpa ada
untuk ditulis atau QN: Siswa masih kesahan dan yang salah ataupun
keliru menulis beberapa huruf. QN: Siswa kurang bisa keliru.
kamu keliru
menuliskan huruf A-Z dengan
dalam WF: Siswa masih kesahan dan baik tanpa ada yang salah
menulisnya? keliru menulis beberapa huruf. ataupun keliru.

WF: Siswa kurang bisa


menuliskan huruf A-Z dengan
baik tanpa ada yang salah
ataupun keliru.
9. Apakah kamu NA: Siswa sering kali bisa NA: Siswa masih belum bisa Dari ketiga subjek
bisa melengkapi melengkapi tanda baca ketika dalam melengkapi tanda baca saat siswa, masih belum
menulis, tetapi masih terdapat menulis. bisa dalam
tanda baca pada
beberapa yang kurang tepat. melengkapi tanda
kalimat dengan QN: Siswa masih belum bisa baca saat menulis.
QN: Siswa masih belum bisa dalam melengkapi tanda baca saat
benar?
dalam melengkapi tanda baca menulis.
saat menulis.
WF: Siswa masih belum bisa
WF: Siswa masih belum bisa dalam melengkapi tanda baca saat
dalam melengkapi tanda baca menulis.
saat menulis.
10. Bagaimana cara NA: Siswa masih kesusahan NA: Siswa kurang bisa menyalin Dari ketiga subjek

167
menyalin tulisan dalam menyambung kalimat tulisan cetak (lepas) ketulisan siswa, kurang bisa
cetak (lepas) ketika menulis halus. sambung atau sebaliknya. menyalin tulisan cetak
(lepas) ketulisan
ketulisan QN: Siswa masih kesusahan QN: Siswa kurang bisa menyalin sambung atau
sambung atau alam menyambung huruf lepas tulisan cetak (lepas) ketulisan sebaliknya.
kedalam huruf bersambung. sambung atau sebaliknya.
sebaliknya?
WF: Siswa masih kesusahan WF: Siswa kurang bisa menyalin
alam menyambung huruf lepas tulisan cetak (lepas) ketulisan
kedalam huruf bersambung. sambung atau sebaliknya.
11. Bagaimana NA: Siswa masih belum bisa NA: Siswa kurang bisa menulis Dari ketiga subjek
menulis dalam menggunakan hurufdengan menggunakan huruf siswa, kurang bisa
kapital saat menulis. kapital pada suatu bacaan. menulis dengan
penggunaan huruf
menggunakan huruf
kapital pada suatu QN: Siswa masih kesusahan QN: Siswa kurang bisa menulis kapital pada suatu
alam menyambung huruf lepas dengan menggunakan huruf bacaan.
bacaan?
kedalam huruf bersambung. kapital pada suatu bacaan.

WF: Siswa masih kesusahan WF: Siswa kurang bisa menulis


alam menyambung huruf lepas dengan menggunakan huruf
kedalam huruf bersambung. kapital pada suatu bacaan.
12. Tindakan apa NA: Guru mengajarkan untuk NA: Siswa mengikuti intruksi Dari ketiga subjek
yang diberikan mengeja terus disuruh guru saat dicontohkan membaca siswa mendapatkan
mengulang-ulang biasanya kata yang baik dan benar. bimbingan membaca
gurumu saat
yang susah. dari guru dan
kamu tidak bisa QN: Siswa mengikuti intruksi ketiganya mengikuti
QN: Guru mendektekan bacaan guru saat dicontohkan membaca intruksi guru saat

168
membaca dengan dan menyuruh siswa membaca yang baik dan benar. dicontohkan membaca
baik dan benar? dengan pelan-pelan. yang baik dan benar.
WF: Siswa mengikuti intruksi
WF: Siswa menyuruh siswa guru saat dicontohkan membaca
untuk membaca berulang-ulang yang baik dan benar.
untuk kata yang dianggap sulit.
13. Tindakan apa NA: Diberi nasehat agar menulis NA: Siswa mendengarkan Dari ketiga subjek
yang diberikan dengan pelan. penjelasan dari guru saat siswa mendapatkan
dicontohkan menulis yang baik bimbingan menulis
gurumu saat QN: Guru memberikan contoh
dan benar. dari guru dan
kamu tidak bisa ke siswa agar dapat mengerti ketiganya
pembenarannya. QN: Siswa mendengarkan mendengarkan
menulis dengan
penjelasan dari guru saat penjelasan dari guru
baik dan benar? WF: Guru memberikan contoh dicontohkan menulis yang baik saat dicontohkan
ke siswa agar dapat mengerti dan benar.
menulis yang baik dan
pembenarannya.
benar.
WF: Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru saat
dicontohkan menulis yang baik
dan benar.
14. Bagaimana NA: Siswa merasa senang, NA: Siswa merasa senang ketika Dari ketiga subjek
pendapatmu karena dibantu dan diingatkan diberi tanggapan oleh guru saat ia
siswa merasa senang
jika salah dalam menulis membaca. dengan kebaikan,
tentang Tindakan
kesabaran guru
yang dilakukan QN: Siswa merasa senang QN: Siswa merasa biasa saja dengan membantunya
dibantu oleh guru ketika merasa ketika diberi tanggapan oleh guru membaca sampai bisa
gurumu saat
kesulitan membaca.

169
kamu tidak bisa WF: Siswa merasa senang saat ia membaca. dan guru tak segan-
membaca dengan dibantu oleh guru ketika merasa segan memberikan
kesulitan membaca. WF: Siswa merasa biasa saja contoh kepada siswa
baik dan benar? ketika diberi tanggapan oleh guru hingga ia dapat
saat ia membaca. melafalkan dengan
bisa sekaligus
mengetahui arti dari
kata tersebut.
15. Bagaimana NA: Siswa merasa malu, jika NA: Siswa merasa malu ketika Satu dari ketiga subjek
pendapatmu diingatkan kesalahannya dalam diberi tanggapan oleh guru saat ia siswa, merasa malu
menulis. membaca. ketika diberi
tentang tindakan
tanggapan oleh guru
yang dilakukan QN: Siswa merasa senang QN: Siswa merasa malu ketika saat tidak bisa menulis
dibantu oleh guru ketika merasa diberi tanggapan oleh guru saat ia dengan baik dan benar
gurumu saat
kesulitan membaca. membaca. dan dua sisanya
kamu tidak bisa
merasa biasa saja
menulis dengan WF: Siswa merasa senang WF: Siswa merasa malu ketika
ketika diberi
dibantu oleh guru ketika merasa diberi tanggapan oleh guru saat ia
baik dan benar? tanggapan oleh guru
kesulitan membaca. membaca.
saat tidak bisa menulis
dengan baik dan
benar.
16. Apa yang NA: Siswa sepulang sekolah NA: Adanya perubahan dalam Dari ketiga subjek
dilakukan gurumu disuruh pulang terakhir, di kasih keterlambatan membaca yang di siswa, mengalami
bimbingan membaca lagi dari bu alami siswa perubahan dalam
jika kamu masih
guru keterlambatan
saja susah untuk QN: Adanya perubahan dalam

170
diajari membaca QN: Siswa diberi bimbingan keterlambatan membaca yang di membaca.
dengan baik dan lanjutan jika masih mengalami alami siswa
kesulitan membaca.
benar? WF: Adanya perubahan dalam
WF: Siswa diberi bimbingan keterlambatan membaca yang di
lanjutan jika masih mengalami alami siswa
kesulitan membaca
17. Apa yang NA: Siswa diajari sampai bisa NA: Adanya perubahan dalam Dari ketiga subjek
dilakukan gurumu dan biasanya di kasih PR keterlambatan menulis yang di siswa, mengalami
menulis dirumah buat latihan alami siswa perubahan dalam
jika kamu masih
keterlambatan
saja susah untuk QN: Siswa diberi tugas menulis QN: Adanya perubahan dalam menulis.
dirumah biar makin baik keterlambatan menulis yang di
diajari menulis
menulisnya alami siswa
dengan baik dan
benar? WF: Biasanya dikasih PR WF: Adanya perubahan dalam
menyalin dirumah buat latihan keterlambatan menulis yang di
menulis alami siswa

171
Lampiran 13 Analisis hasil penelitian
Analisis Data Hasil Penelitian
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
1. Apa yang Bapak/ Untuk mengetahui  Dari ketiga subjek siswa, Untuk mengetahui siswa yang
Ibu guru lakukan siswa yang masih membaca secara mengalami keterlambatan
untuk mengetahui mengalami mengeja terkhusus kata yang membaca, guru memberikan
siswa mengalami keterlambatan sulit. perintah ke siswa agar membaca
keterlambatan membaca, guru  Dari ketiga subjek siswa, bergantian, dan terlihat beberapa
dalam membaca? melakukan masih belum bisa mengenali siswa termasuk ketiga subjek
tindakan dengan huruf dengan baik. penelitian siswa yang mengalami
memberikan  Dari ketiga subjek siswa, kesulitan dalam membaca dengan
perintah agar siswa kurang bisa memahami arti masih membaca secara mengeja
membaca dari kalimat yang sudah ia terkhusus kata yang sulit, masih
bergantian. baca. belum bisa mengenali huruf dengan
baik, dan kurang bisa memahami
arti dari kalimat yang sudah ia
baca.
2. Bagaimana Bapak/ Untuk memastikan  Satu dari ketiga subjek siswa, Untuk memastikan siswa yang

172
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
Ibu guru siswa yang sudah bisa membedakan kata mengalami keterlambatan
memastikan bahwa mengalami yang hampir mirip hurufnya membaca, guru melakukan
siswa tersebut keterlambatan dan dua lainnya belum bisa tindakan dengan menyuruh siswa
benar-benar membaca, guru membedakan kata yang membaca di depan dan semakin
mengalami melakukan hampir mirip hurufnya. terlihat siswa yang memerlukan
keterlambatan tindakan dengan  Dari ketiga subjek siswa, bimbingan lebih seperti dua subjek
dalam membaca? menyuruh siswa membaca secara pelan-pelan penelitian siswa yang belum bisa
membaca di karena masih mengeja. membedakan kata yang hampir
depan.  Satu dari ketiga subjek siswa, mirip hurufnya, siswa yang
sudah mengetahuil sebagian membaca secara pelan-pelan karena
besar fungsi dari tanda baca masih mengeja dalam membaca,
di dalam bacaan, dan sisanya dan kurang mengetahui fungsi dari
kurang mengetahui fungsi tanda baca di dalam bacaan.
dari tanda baca di dalam
bacaan.
3. Apa yang Bapak/ Untuk mengetahui  Dari ketiga subjek siswa, Untuk mengetahui siswa yang
Ibu guru lakukan siswa yang kurang bisa menulis dengan mengalami keterlambatan

173
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
untuk mengetahui mengalami menggunakan huruf kapital membaca, guru melakukan
siswa mengalami keterlambatan pada suatu bacaan. tindakan dengan memberikan
keterlambatan membaca, guru  Dari ketiga subjek siswa, perintah ke siswa agar siswa
dalam menulis? melakukan masih belum bisa dalam mencatat materi pelajaran dan dari
tindakan dengan melengkapi tanda baca saat kegiatan tersebut terlihat siswa
memberikan menulis. yang kurang bisa menulis dengan
perintah ke siswa  Dari ketiga subjek siswa, menggunakan huruf kapital pada
agar siswa kurang bisa menuliskan huruf suatu bacaan, masih belum bisa
mencatat atau A-Z dengan baik tanpa ada dalam melengkapi tanda baca saat
menulis dipapan yang salah ataupun keliru. menulis dan siswa yang kurang bisa
tulis. menuliskan huruf A-Z dengan baik
tanpa ada yang salah ataupun
keliru.
4. Bagaimana Bapak/ Untuk memastikan Dari ketiga subjek siswa, kurang Untuk memastikan siswa yang
Ibu guru siswa yang bisa menyalin tulisan cetak mengalami keterlambatan menulis,
memastikan bahwa mengalami (lepas) ketulisan sambung atau guru melakukan penilaian keliling
siswa tersebut keterlambatan sebaliknya. melihat pekerjaan siswa dan terlihat
benar-benar menulis, guru siswa yang kurang bisa menyalin

174
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
mengalami melakukan tulisan cetak (lepas) ketulisan
keterlambatan penilaian keliling sambung atau sebaliknya.
dalam menulis? melihat pekerjaan
siswa.
5. Bagaimana strategi Strategi yang guru Dari ketiga subjek siswa merasa Startegi guru dalam mengatasi
yang Bapak/ Ibu gunakan untuk senang dengan kebaikan, keterlambatan membaca siswa
Guru lakukan mengatasi kesabaran guru dengan yakni dengan memberikan
untuk mengatasi keterlambatan membantunya membaca sampai bimbingan secara bersama-sama,
keterlambatan membaca pada bisa dan guru tak segan-segan mengajarkan menyimak bacaan,
membaca pada siswa yakni memberikan contoh kepada serta mendekte, dan dari strategi
siswa? dengan siswa hingga ia dapat tersebut mendapat respon positif
memberikan melafalkan dengan bisa dengan siswa yang merasa senang
bimbingan secara sekaligus mengetahui arti dari dengan kebaikan, kesabaran guru
bersama-sama, kata tersebut. dengan membantunya membaca
mengajarkan sampai bisa dan guru tak segan-
menyimak bacaan, segan memberikan contoh kepada
dan mendekte siswa hingga ia dapat melafalkan
mereka. dengan bisa sekaligus mengetahui

175
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
arti dari kata tersebut.
6. Bagaimana strategi Strategi yang guru Dari ketiga subjek siswa Startegi guru dalam mengatasi
yang Bapak/ Ibu gunakan untuk mendapatkan bimbingan keterlambatan menulis siswa yakni
Guru lakukan mengatasi menulis dari guru dan ketiganya dengan cara menyuruh siswa
untuk mengatasi keterlambatan mendengarkan penjelasan dari menyalin tulisan atau rangkuman
keterlambatan menulis pada guru saat dicontohkan menulis materi, mengajarkan menulis indah,
menulis pada siswa yakni yang baik dan benar. serta mengajak siswa untuk
siswa? dengan cara mengarang sederhana dan dari
menyuruh siswa strategi tersebut mendapat respon
menyalin tulisan positif dengan siswa yang merasa
atau rangkuman senang mendapatkan bimbingan
materi, menulis dari guru dan ketiganya
mengajarkan mendengarkan penjelasan dari guru
menulis indah, dan saat dicontohkan menulis yang baik
mengajak siswa dan benar.
untuk mengarang
sederhana.
7. Apa langkah Langkah terakhir Siswa diberi bimbingan lanjutan Langkah terakhir dari strategi yang

176
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
terakhir dari dalam mengatasi jika masih mengalami kesulitan digunakan guru dalam mengatasi
strategi yang keterlambatan membaca. keterlambatan membaca yaitu
Bapak/ Ibu membaca yaitu dengan melakukan penilaian dan
gunakan dalam dengan melakukan evaluasi, serta pemberian dorongan
mengatasi penilaian dan berupa motivasi serta pemberian
keterlambatan evaluasi, serta bimbingan lanjutan jika siswa
membaca? pemberian masih mengalami kesulitan
dorongan berupa membaca
motivasi.
8.. Apa langkah Langkah terakhir Siswa diberi penilaian dan Langkah terakhir dari strategi yang
terakhir dari dari strategi yang evaluasi kesalahan serta tugas digunakan guru dalam mengatasi
strategi yang guru gunakan tambahan menyalin dirumah. keterlambatan menulis yaitu
Bapak/ Ibu dalam mengatasi menulis yaitu melakukan penilaian
gunakan dalam keterlambatan dan pembenaran dari tulisan siswa
mengatasi menulis yaitu serta pemberian tigas tambahan di
keterlambatan melakukan rumah.
menulis? penilaian dan
pembenaran dari

177
Jenis Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Guru Siswa
tulisan siswa.

178
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian
Hasil Dokumentasi Penelitian

No. Gambar Keterangan

1. Mengurus perizinan
dengan Kepala Sekolah

2. Wawancara dengan wali


kelas II

179
3. Wawancara dengan subjek
siswa (NA)

180
4. Wawancara dengan subjek
siswa (QN)

181
5. Wawancara dengan subjek
siswa (WF)

182

Anda mungkin juga menyukai