Bentuk intervensi untuk pemulihan gizi buruk, yakni dengan pemberian makanan
tambahan. Kementerian Kesehatan sudah mendistribusikan makanan tambahan
berupa Biskuit dengan kandungan kaya zat gizi ke seluruh Puskesmas di Indonesia
termasuk wilayah Timur.
Selain itu, dilakukan juga kegiatan surveilans gizi yang dimulai dari masyarakat di
Posyandu, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan. Pengumpulan data individu yang
teratur akan bisa mendeteksi secara dini masalah gizi yang dihadapi, sehingga
analisis dan intervensi yang dilakukan akan tepat sasaran dan tepat waktu.
Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai
oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun (Wiku A, 2005). Gizi buruk adalah suatu keadaaan
kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) < -3 standar deviasi WHO-NCHS dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus,
kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor. Depkes RI (2008)
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat pada 2018 ada lebih dari 821 juta orang
menderita kelaparan, kerawanan pangan, dan gizi buruk di seluruh dunia. PBB mencatat
jumlah ini terus meningkat selama tiga tahun terakhir. Disebutkan kasus malnutrisi masih
tersebar luas di Afrika, dengan jumlah sekitar 20 persen dari populasi. Sedangkan di Asia,
ada lebih dari 12 persen populasi mengalaminya dan di Amerika Latin dan Karibia ada
sebanyak tujuh persen
kasus gizi buruk telah tercatat sebagai salah satu target Sustainable Development
Goals (SDGs) poin kedua 'zero hunger atau nol kelaparan'. Pada tahun 2030 mendatang,
Indonesia bersama negara-negara Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya berkomitmen untuk
mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target dunia pada 2025 untuk
penurunan stunting dan wasting pada balita
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181228120411-255-356988/gizi-buruk-
dan-penyakit-tidak-menular-hantui-2019
Di Kota Padang, dinas yang memiliki tanggung jawab dalam penanganan gizi buruk
ini adalah Dinas Kesehatan. Hal itu berpedoman kepada Peraturan Menteri Kesehatan No 23
Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi dan dijabarkan lebih lanjut melalui Peraturan
Walikota Padang Nomor 67 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Padang.
Dinas Kesehatan Kota Padang memiliki visi dan misi sebagai acuan dalam
menjalankan tupoksinya. Visi dari Dinas Kesehatan Kota Padang yakni “Mewujudkan
Masyarakat Kota Padang Peduli Sehat, Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan tahun 2019.”
Berdasarkan visi tersebut maka Dinas Kesehatan Kota Padang menyusun sasaran-sasaran
yang hendak dicapai yang tertuang di dalam rencana strategis Dinas Kesehatan Kota Padang
tahun 2014-
2019 yang diantaranya berisi tentang menurunnya prevalensi kekurangan gizi (terdiri
dari gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita.
Berdasarkan hal di atas, salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh Dinas Kesehatan
Kota Padang yakni menurunnya prevalensi kekurangan gizi (terdiri dari gizi kurang dan gizi
buruk pada anak balita). Untuk mewujudkan sasaran tersebut, maka Dinas Kesehatan Kota
Padang mempunyai Program Perbaikan Gizi Masyarakat dengan sasaran untuk meningkatkan
status kesehatan dan gizi masyarakat dan menurunkan disparitas status kesehatan dan status
gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi dan gender.
Balita gizi buruk adalah kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit yang begitu lama. Keadaan ini
dengan status gizi sangat kurus (BB/TB)dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukan gejala
marasmus, kwasiorkor atau marasmik kwashiorkor.
Penanggulangan kasus balita gizi buruk pada tahun 2018 dilakukan dengan pemberian
PMT yang pendanaanya melalui dana APBD Kota Padang dan APBD Propinsi Sumatra
Barat. PMT yang diberikan berupa pemberian Susu, Biskuit MPASI dan Bubur Susu. Dari
jumlah kasus yang dibantu hampir semuanya mengalami kenaikan Berat Badan yang cukup
menggembirakan. Penanggulangan Balita gizi buruk di Kota Padang yang memerlukan
perawatan dilakukan di Puskesmas Nanggalo sebagai Puskesmas rawatan gizi buruk. Jika
memerlukan penanganan khusus karena penyakit penyerta dirujuk ke Rumah Sakit.
Kasus gizi buruk yang ditemukan pada balita dalam lima tahun terakhir mengalami
penurunan. Tahun 2017 ditemukan sebanyak 66 kasus dan di tahun 2018 ini ditemukan 61.
Semua kasus yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas mendapat perawatan.
Selama rawat inap Balita gizi buruk diberikan perlakuan sesuai tatalaksana gizi buruk
selama beberapa hari sampai kondisi balita tersebut menjadi gizi kurang atau gizi baik dan
selanjutnya dipulangkan untuk dilakukan rawat jalan. Setelah pasien pulang ke rumah tetap
dilakukan konsultasi gizi dan pemantauan oleh tenaga gizi dan dokter Puskesmas masing-
masing.
Balita gizi buruk yang rawat jalan adalah Balita dengan kondisi kurus atau kurus
sekali yang tidak mau dirawat inap. Dalam penanggulanan kasus Balita gizi buruk ini, banyak
kendala yang ditemui seperti Ibu Balita yang tidak mau merujuk anaknya ke Puskesmas
Nanggalo dengan alasan ekonomi dan lainnya. Oleh sebab itu untuk masa yang akan datang
diharapkan partisipasi semua pihak untuk melakukan rujukan.
Perhitungan status gizi Balita berdasarkan pemantauan status gizi (PSG) berdasarkan
indeks antropometri. Indeks antropometri adalah bentuk penyajian parameter antropometri
(barta badan dan tinggi badan) yang dikaitkan dengan variabel umur atau merupakan
kombinasi antara keduanya (BB/U, TB/U dan BB/TB). Indeks- indeks ini digunakan sebagai
indikator status gizi karena nilai-nilainya digunakan dalam penentuan status gizi seorang
anak. Tinggi badan memberi gambaran tentang pertumbuhan dan berat badan memerikan
gambaran status gizi yang sebenarnya. Cakupan balita gizi kurang (BB/U) di Kota Padang
tahun 2018 adalah 533 orang (1,04%) dari 51.404 jiwa. Cakupan balita pendek (TB/U)
sebanyak 3.934
orang (7,65%) dan balita kurus (BB/TB) sebesar sebanyak 281 orang (0,55%)
Dalam respon cepat penanggulangan gizi buruk menurut Depkes (2008) terdapat beberapa
pelaksanaan yang dilakukan untuk permasalahan gizi buruk pada balita diantaranya:
a. Tujuannya yaitu untuk menemukan seluruh kasus gizi buruk secara dini.
b. Sasarannya yaitu seluruh balita di posyandu
c. Waktunya yaitu operasi timbang dilakukan serentak secara rutin pada bulan
Agustus setiap tahun di seluruh posyandu. Namun demikian penimbangan balita
yang dilakukan setiap bulan di posyandu harus tetap dilaksanakan.
d. Pelaksanaannya yaitu kegiatan operasi timbang adalah kader PKK/ Kader