Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIVITAS PENYULUHAN EDUKASI GIZI MELALUI MEDIA VISUAL

POSTER DAN LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN


TENTANG ANEMIA REMAJA PUTRI SMAN X KOTA PADANG

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia merupakan masalah kesehatan utama yang sering menimpa hampir sebagian
anak-anak, remaja maupun ibu hamil di negara berkembang, termasuk yaitu negara
Indonesia. Arti dari anemia yaitu suatu keadaan jumlah sel darah merah lebih rendah
dibandingkan normal, yang digunakan untuk mengukur penurunan kosentrasi hemoglobin
(Hb), protein kaya zat besi dalam darah yang membewa oksigen keseluruh sel, dan
hematokrit (Ht), kosentrasi komponen darah yang padat (Barbara, 2013).
Anemia merupakan penyebab kecacatan kedua tertinggi didunia. Hal tersebut
menjadikan anemia sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh dunia.
Anemia bisa menyerang siapapun, tak terkecuali remaja yang masih berusia dini. Anemia
lebih sering terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini
dikarenakan remaja putri kehilangan zat besi (Fe) saat menstruasi sehingga membutuhkan
lebih banyak asupan zat besi (Fe). Perilaku remaja putri yang mengkonsumsi makanan nabati
lebih banyak mengakibatkan asupan zat besi belum mencukupi kebutuhan zat besi harian.
Kebiasaan remaja putri yang ingin tampil langsing menjadikan remaja tersebut membatasi
asupan makanan hariannya yang mengakibatkan remaja putri mudah terserang anemia
(Triwinarni, Hartini, & Susilo, 2017).
World Health Organization (2013) menyebutkan prevalensi anemia hampir merata di
berbagai wilayah dunia, yaitu berkisar 40-88%. Sekitar 25-40% remaja putri di Asia
Tenggara menderita anemia. Prevalensi anemia remaja di negara-negara berkembang sebesar
27%, sedangkan di negara maju sebesar 6%
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan bahwa
prevalensi anemia di Indonesia yaitu mencapai 21,7% secara nasional. Berdasarkan
kelompok umur didapatkan pada balita 12-59 bulan 28,1%, kemudian pada remaja usia 15-
24 tahun sebesar 18,8%, lalu pada usia 25-34 tahun sebesar 16,9%, pada usia 35-44 tahun
sebesar 18,3%, dan ibu hamil 37,1%, anemia cenderung menurun pada usia anak sekolah,
remaja sampai dewasa muda (34 tahun), namun akan meningkatkan kembali pada usia yang
semakin bertambah. Selain itu berdasarkan jenis kelamin anemia pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (Kemenkes, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
menemukan adanya kenaikan pada kasus anemia di remaja putri. Pada tahun 2013,
sekitar 37,1 persen remaja putri mengalami anemia.Angka ini naik menjadi 48,9
persen pada tahun 2018. Proporsi anemia terjadi paling besar di kelompok umur 15-24
tahun, dan 25 sampai 34 tahun.
Di Provinsi Sumatera Barat, prevalensi anemia diatas rata-rata dengan prevalensi
nasional 14,8% menurut acuan SK Menkes prevalensi anemia yaitu sebesar 29,8%
perempuan dan 27,6% untuk laki-laki. Provinsi Sumatera Barat menduduki posisi
keempat teratas penderita anemia pada wanita setelah Maluku, Sulawesi Tenggara dan
Gorontalo. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan prevalensi anemia pada remaja putri di
Sumatera barat berada pada kategori masalah anemia sedang yaitu > 20%.( (Riskesdas,
2007). Berdasarkan data Dinkes Padang di tahun 2016 sebanyak 679 remaja atau anak
sekolah memiliki risiko anemia gizi dengan rincian SD/MI 55 orang, SMP/Mts 241 orang,
dan SMA/SMK 383 orang. Akibat dari anemia gizi dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan dan konsentrasi dalam belajar, menghambat pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan otak serta meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi.
Menurut WHO (2015), jika prevalensi anemia mencapai 40% maka tergolong
masalah berat, prevalensi 10-39% tergolong sedang dan kurang dari 10% masalah ringan.
Depkes (2013) menetapkan prevalensi anemia pada anak sekolah sebagai batas masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu >20%.
Remaja adalah harapan bangsa, karena masa depan yang akan datang ditentukan
kondisi remaja saat ini. Kondisi perkembangan remaja yang sehat merupakan remaja yang
produktif dan kreatif sehingga kualitas pada usia tersebut harus diperhatikan tumbuh
kembangnya. Tumbuh kembang masa remaja yang optimal tergantung nutrisi yang diberikan
sehingga sangat berpengaruh pada keadaan status gizi (Depkes, 2010). Wanita mempunyai
risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja puteri. Anemia merupakan suatu
keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya
kurang dari kadar normal. Remaja puteri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk
menderita anemia dibandingkan dengan remaja putera. Hal ini dikarenakan remaja puteri
mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Penentuan anemia juga dapat dilakukan
dengan mengukur hematokrit (Ht) yang ratarata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin.
Batas kadar Hb remaja puteri untuk mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb kurang dari
12 gr/dl (Tarwoto, 2010).
Tingginya angka anemia pada remaja putri akan berdampak pada sumber daya
manusia yang diakibatkan gangguan fungsi kognitif, kemampuan akademik rendah, dan
menurunnya kapasitas fisik (Briawan, 2013). Sehingga untuk mencegah kejadian anemia
defisiensi besi pada remaja putri perlu diberi perhatian khusus dengan dibekali pengetahuan
gizi mengenai anemia defisiensi besi itu sendiri (Dharmadi, Dkk, 2011). Pengetahuan gizi
sangat penting dimiliki bagi anak karena dengan pengetahuan yang baik mereka akan
diterapkan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya jika pengetahuan gizi yang dimiliki
rendah maka akan berdampak buruk pada anak itu sendiri (Suhardjo, 2003). Pengetahuan gizi
yang cukup bagi remaja merupakan bekal untuk memilih makanan yang sehat dan mengerti
bahwa makanan erat hubungannya dengan gizi dan kesehatan.
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyadarkan
masyarakat dibidang gizi cukup banyak, salah satunya meningkatkan pendidikan
gizi masyarakat melalui penyediaan materi Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE). Disamping pendidikan gizi, ada beberapa kegiatan yang terkait untuk
menyadarkan masyarakat dalam bidang gizi antara lain promosi gizi, penyuluhan
gizi, advokasi gizi, pelatihan gizi, dan konsultasi gizi (Suhardjo, 1996)
Penyuluhan merupakan bagian dari pendidikan gizi yang dilakukan dengan
menyebabkan pesan menyebarkan pesan kepada sasaran penyuluhan yaitu kelompok rawan
gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui, penduduk yang berpenghasilan rendah, dan kelompok
lainnya yang rawan gizi, seperti anak sekolah salah satunya remaja (Supariasa, 2012).
Penyuluhan gizi adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan
prilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan/
mempertahankan gizi baik. Tujuan penyuluhan gizi yaitu terciptanya sikap positif
terhadap gizi, terbentuknya pengetahuan dan kecakapan dalam memilih dan
menggunakan sumber pangan, serta memberikan motivasi untuk mengetahui lebih
lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi (Suhardjo, 1996)
. Wahidin (2010) menjelaskan bahwa media poster dan leaflet merupakan alat peraga
yang sering digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat. Rendahnya minat
membaca mendorong upaya-upaya pembaruan dalam memanfaatkan media poster dan leaflet
untuk meningkatkan pengetahuan
Poster merupakan sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan
mudah dibaca. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau
photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan
singkat. Oleh karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan
satu ide atau satu kenyataan saja (Notoadmodjo, 2012). Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Erowati (2014) menunjukkan bahwa pengaruh poster edukasi terhadap peningkatan
dukungan keluarga dan perilaku manajemen diri pasien diabetes mellitus tipe 2 anggota
Persadia Rumah Sakit Jogja.
Media leaflet digunakan sebagai media pendidikan kesehatan dikarenakan dalam media ini
sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya disaat santai,
informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman, dapat memberikan informasi lebih detail
mengenai informasi yang tidak dapat diberikan secara lisan dan mengurangi kebutuhan
mencatat (Rokhmawati 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leaflet memiliki peran dalam peningkatan
pengetahuan remaja. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Januari
2016 di SMA 2 Ngaglik Kabupaten Sleman kelas X terdiri dari 4 kelas, didapatkan hasil dari
15 siswa putri yang dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin terdapat 9 siswi (60%)
mengalami anemia (kadar hemoglobin 12 gr/dL). Hasil wawancara menunjukkan dari 15
siswa hampir semuanya tidak mengetahui dengan pasti pengertian anemia, normalnya kadar
hemoglobin, penyebab anemia dan dampak yang akan ditimbulkan. Siswi putri mengeluh
sering merasa pusing, mudah lelah dan sulit untuk berkonsentrasi dalam pelajaran. Menurut
Martini (2015) pengetahuan remaja tentang anemia menunjukan bahwa pengetahuan
seseorang dapat mempengaruhi terjadinya anemia karena kurangnya informasi dan pelajaran
yang di dapat oleh siswa mengenai anemia
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti berniat untuk melakukan
penelitian tentang “Efektivitas Penyuluhan Edukasi Gizi Melalui Media Poster dan Leaflet
Terhadap Pengetahuan Anemia Pada Reamaja Putri di SMA X Kota Padang Tahun 2019”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana efektivitas penyuluhan edukasi gizi melalui media poster dan leaflet
terhadap pengetahuan anemia pada reamaja putri di SMA X Kota Padang tahun 2019

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas penyuluhan edukasi gizi melalui media poster dan leaflet terhadap
pengetahuan anemia pada reamaja putri di SMA X Kota Padang tahun 2019

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahui rata-rata skor pengetahuan tentang anemia pada remaja putri
sebelum
dan sesudah penyuluhan menggunakan media poster
2. Diketahui rata-rata skor pengetahuan tentang anemia pada remaja putri
sebelum
dan sesudah penyuluhan menggunakan media leaflet
3. Diketahui rata-rata skor pengetahuan tentang anemia pada remaja putri
sebelum
dan sesudah tanpa penyuluhan
4. Diketahui perbedaan pengetahuan remaja putri tentang anemia sebelum dan
sesudah penyuluhan anemia pada kelompok poster, kelompok leaflet dan
kelompok kontrol.
BAB 3
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode quasy experimental study dengan pretest-post test
control group design. Penelitian dilakukan di SMA X Kota Padang.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA X Kota Padang tahun 2019.
pengambilan dilakukan demgan radom sampling

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuosioner pretest dan post test untuk
mengetahui pengetahuan anemia gizi.

Kerangka konsep

Penyuluhan

Media poster dan


leaflet

Pengetahuan sebelum Pengetahuan sesudah


dilakukan penyuluhan dilakukan penyuluhan
gizi gizi

Hipotesis
Ada perbedaan pengetahuan anemia gizi sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan dengan media visual poster dan leaflet pada remaja putri SMA X Padang
tahun 2019

Daftar Pustaka
 Briawan, D. (2013). Anemia masalah gizi pada remaja wanita. Jakarta: EGC.
 Hackley barbara, C.N.M. (2013). Buku Ajar Bidan Pelayanan Kesehatan Primer
Volume 2, EGC, Jakarta
 Departemen Kesehatan RI. (2010). Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada
Wanita Usia Subur (WUS) dan Remaja Putri, Derektorat Gizi Masyarakat, Jakarta.
 Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta
 Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta
 Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
 World Health Organotation. (2013). Worldwide Prevalence of Anemia, WHO
database on Anemia
 Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.
 Triwinarni, C., Hartini, T. N. S., & Susilo, J. (2017). Hubungan status gizi dengan
kejadian anemia gizi besi (AGB) pada siswi SMA di Kecamatan Pakem. Jurnal
Nutrisia, 19(1), 61–67
 Anggung Dwi Astuti. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan
Pencegahan Terhadap Anemia Gizi Besi Dengan Kejadian Anemia Gizi Besi
Pada Siswi Kelas X Dan Xi Di Sma N 12 Padang Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai