Anda di halaman 1dari 22

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GARBAMED KEROBOKAN

NOMOR : 068/SK/RSUGM/INT/XII/2020
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN VCT

DI RUMAH SAKIT GARBAMED KEROBOKAN

Menimbang : a. Bahwa rumah sakit yang aktif terlibat di dalam pencegahan pengendalian dan
penanggulangan HIV-AIDS ditengah masyarakat
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud butir a, maka
Rumah Sakit Umum GarbaMed Kerobokan membuat Pemberlakuan
Pedoman Pelayanan VCT di Rumah Sakit.
c. Bahwa sesuai butir (a dan b) tersebut diatas perlu ditetapkan melalui
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum GarbaMed Kerobokan

Mengingat : a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
d. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesiaa nomor 34 tahun2017
Tentang Akreditasi Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN

Menetapka
n
Pertama : Pemberlakuan Pedoman Pelayanan VCT Rumah Sakit Umum GarbaMed
Kerobokan.
Kedua : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum GarbaMed Kerobokan tentang
Pemberlakuan Pedoman Pelayanan VCT
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Mangupura
Pada Tanggal : 04 Juli 2020
Rumah Sakit Umum GarbaMed
Kerobokan

Dr. Ni Nyoman Mulyani,MM


Direktur

Tembusan :
1. Direktur Utama PT. Adhi Garba Sakti
2. Ka. Bidang dan Ka. Bagian
3. Ka. Masing-masing Unit
4. Arsip
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
GARBAMED KEROBOKAN
NOMOR : 068/SK/RSUGM/INT/2020
TENTANG PANDUAN PELAYANAN
VCT DI RUMAH SAKIT GARBAMED
KEROBOKAN

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kajian eksternal pengendalian HIV-AIDS sektor kesehatan yang dilaksanakan
pada tahun 2011 menunjukkan kemajuan program dengan bertambahnya jumlah
layanan tes HIV dan layanan perawatan, dukungan dan pengobatan HIV-AIDS, yang
telah terdapat di lebih dari 300 Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi dan secara aktif
melaporkan kegiatannya. Namun dari hasil kajian ini juga menunjukkan bahwa tes HIV
masih terlambat dilakukan, sehingga kebanyakan ODHA yang diketahui statusnya dan
masuk dalam perawatan sudah dalam stadium AIDS.
Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat sebanyak 591.823 orang dengan HIV-
AIDS (ODHA), sementara itu sampai dengan bulan Maret 2014 yang ditemukan dan
dilaporkan baru sebanyak 134.053 orang. Namun demikian, jumlah orang yang dites
HIV dan penemuan kasus HIV dan AIDS menunjukkan kecenderungan terjadi
peningkatan. Pada tahun 2010 sebanyak 300.000 orang dites HIV dan tahun 2013
sebanyak 1.080.000 orang.
Kementerian Kesehatan terus berupaya meningkatkan jumlah layanan
Konseling dan Tes HIV (TKHIV) untuk meningkatkan cakupan tes HIV, sehingga
semakin banyak orang yang mengetahui status HIV nya dan dapat segera mendapatkan
akses layanan lebih lanjut yang dibutuhkan. Tes HIV sebagai satu-satunya “pintu
masuk” untuk akses layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan harus
terus ditingkatkan baik jumlah maupun kualitasnya.
Perluasan jangkauan layanan KTHIV akan menimbulkan normalisasi HIV di
masyarakat. Tes HIV akan menjadi seperti tes untuk penyakit pengguna napza suntik,
pekerja seks, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki serta pasangan
seksualnya dan waria lainnya. Peningkatan cakupan tes HIV dilakukan dengan
menawarkan tes HIV kepada ibu hamil, pasien IMS, pasien TB dan Hepatitis B atau C
dan pasangan ODHA, serta melakukan tes ulang HIV 6 bulan sekali pada populasi
kunci (pengguna napza suntik, pekerja seks, laki-laki yang berhubungan seks dengan
laki-laki serta pasangan seksualnya dan waria).
Peningkatan cakupan tes dilanjutkan dengan penyediaan akses pada layanan
selanjutnya yang dibutuhkan, dimana salah satunya adalah terapi ARV. Terapi ARV
selain berfungsi sebagai pengobatan, juga berfungsi sebagai pencegahan (treatmentas
prevention). Setiap RS Rujukan ARV di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota harus
dapat menjamin akses layanan bagi ODHA yang membutuhkan termasuk pengobatan
ARV, sementara fasilitas pelayanan kesehatan primer dapat melakukan deteksi dini
HIV dan secara bertahap juga bisa memulai inisiasi terapi ARV.
Konseling dan Tes HIV telah mulai dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004,
yaitu dengan pendekatan konseling dan tes HIV atas inisiatif klien atau yang dikenal
dengan konseling dan tes HIV sukarela (KTS). Hingga saat ini pendekatan tersebut
masih dilakukan bagi klien yang ingin mengetahui status HIV nya. Sejak tahun 2010
mulai dikembangkan Konseling dan Tes HIV dengan pendekatan Konseling dan Tes
HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan (TIPK). Kedua pendekatan Konseling dan
Tes HIV ini bertujuan untuk mencapai universal akses, dengan menghilangkan stigma
dan diskriminasi, serta mengurangi missed opportunities pencegahan penularan infeksi
HIV.

B. RUANG LINGKUP
Pedoman Pelayanan di Rumah Sakit Umum Garba Med Kerobokan diperuntukan
bagi seluruh unit kerja yang terkait dengan Pelayanan Konseling VCT di RSU
Garba Med Kerobokan yaitu:

1. Instalasi Gawat Darurat


2. Unit Rawat Inap
3. Unit Rawat Jalan.

C. BATASAN OPERASIONAL
(1) Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) atau Voluntary Con seling
and
Testing [VCT) dan Prouider Initiated Testing and Counseling (PITC) yang
berdasarkan pemeriksaan dilakukan berdasarkan prinsip konfidensialitas,
persetujuan, konseling pencatatan, pelaporan dan rujukan
(2) Konseling Tes Sukarela (KTS) dilakukan oleh seorang konselor HIV/AIDS
rumah sakit yang sudah terlatih yarrg meliputi jenis konseling meliputi: pre
test, post test, dan konseling berkelanjutan
(3) Pelayanan PITC adalah pemeriksaan dan pelayanan pasien HIV bisa melalui
VCT
atau PITC
(4) Pelayanan PMTCT adalah pelayanan konseling kepada ibu hamil dan
menyusui
maupun ibu dengan usia produktjf yang terdiagnosis HIV/AIDS.
(5) Pelayanan Terapi ARV adalah Pelayanan Perawatan, Dukungan dan
Pengobatan
(PDP) pada pasien terdiagnosis HIV/AIDS.
(6) Kolaburasi TB-HIV ada-lah pelayanan bersama pada pasien TB dan pasien
HIV/AIDS agar dilakukan skrening.
(7) Pelayanan kepada semua pasien yang terdiagnosis HIV/AIDS untuk dilakukan
skrening penyakit TB nya di ruang Poliklinik VCT.
(8) Pelayanan Pasien ODHA dengan IDU's adalah orang yang terinfeksi HIV
karena
penggunaan NAPZA suntik.

D. LANDASAN HUKUM

Dasar kebijakan yang digunakan dalam pembuatan panduan ini, antara lain :

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014


Tentang Pedoman pelaksanaan Konseling dan Test HIV
2. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Garba Med Kerobokan
No.068/SK/RSUGM/INT/2020 Tentang Kebijakan Pelayanan Di Rumah
Sakit Umum Garba Med.

A. Kebijakan RSU Garba Med


1. Pimpinan Rumah Sakit berpartisipasi dalam pelaksanaan pelayanan
penanggulangan, serta progam HIV/AIDS
2. Pimpinan Rumah Sakit Membentuk Tim Penangggulangan Program HIV /
AIDS Rumah Sakit yang terdiri dari seluruh komponen yang terkait dalam
penanganan pasien terduga AIDS ( minimal terdiri dari Dokter, Perawat,
petugas Laboratorium, petugas Farmasi, petugas Rekam Medis, petugas
Administrasi di Rumah Sakit Umum Garba Med), dan bila diperlukan
dapat dibentuk tim pelaksanaan harian
3. Pelayanan HIV/AIDS di pimpin oleh dokter spesialis penyakit dalam.
4. Rumah Sakit Menyediakan ruangan untuk kegiatan Program
Penanggulangan HIV /AIDS
5. Pencatatan dan pelaporan kegiatan TIM HIV/AIDS di laporkan kepada
Direktur
6. Cakupan Pelayanan HIV/ AIDS di Ruang Rawat Jalan dan Ruang Rawat
Inap meliputi: penjaringan suspek, konseling, pengambilan sampel.
7. Cakupan Pelayanan HIV/ AIDS Rujukan meliputi: rujukan pemeriksaan
sampel di faskes terdekat atau yang mewilayahi tempat tinggal pasien,
rujukan pasien HIV positif.
8. Evaluasi hasil kegiatan HIV/AIDS dilakukan setiap 3 bulan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


(1) Dokter Spesialis Adalah seorang dokter yang telah menyelesaikan
Pendidikan
SII atau Pendidikan Spesilisasi tertentu yang di buktikal dengan
tambahan spesialis serta lulus kredensialing oleh tim Kredrensial
Komite Medik rumah salit. Selain telah menyelesaikan pendidikan
spsialisasi juga harus memiliki serti{ikasi pelatihan tertentu sesuai
dengan kompetensinya.
(2) Konselor Adalah seor€rng Psikolok, dokter umum atau perawat yang
sudah
mendapatkan pelatihan khusus tentang Konseling untuk
penatalaksanaan pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
{jitrowardoj o Purworejo.
(3) Apoteker Adalah seorang apoteker yang sudah dilatih petatihan
tentang
pemberian terapi ARV untuk pasien yang dalam pemeriksaannya
positif reaktif HlV.
(4) Distribusi Ketenagaan a. Dokter Spesialis Untuk distribusi ketenagaan
seluruh
dokter spesialis selain melayani pasien di rawat jalan juga melayani
visite di ruang rawat inap sesuai dengan spesialisasinya. Selain jaga di
rawat jalan dan rawat inap, dokter spesialis juga sebagai dokter
konsulen spesialis dengan jadwal jaga dokter terlampir. b. Konselor
baik psikolog, dokter umum, apoteker, perawat akan melayani pasien
yang berkunjung baik melalui rawat jalal maupun rawat inap jadwal
terlampir.
(5) Pengaturan Jaga Pengaturan jaga untuk baik dokter spesialis, dokter
umum,
psikolog, perawat, maupun apoteker diatur oleh unit/ kelompok/
ruangan/ SMF serta dilampirkan dalam Pedoman ini.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
(1) Tersedia ruang dan peralatan peraga sesuai dengan permenkes 56
tahun 2O14 tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit.
(2) Tersedia unit rawat jalan/poliklinik beserta peralatan alat kesehatan
sesuai dengan kebutuhan maing_masing poliklinik.
(3) Tersedia ruang rawat inap dengan jumlah tempat tidur pasien sejumlah
3O8 TT beserta alat kesehatan yang ada.
(4) Tersedia tempat penyimpanan dokumen rekam medis serta rak
penyimpanannya untuk dokumen rawat jalan dan dokumen rekam
medis rawat inap.
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. ALUR PELAYANAN VCT RSU GARBA MED


Penemuan penderita HIV-AIDS Di Rumah Sakit Umum Garba Med
Kerobokan dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita
dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke Unit Pelayanan Dalam hal ini
pelayanan yang dimaksud adalah skrining awal melalui kajian klinis/assessment
pasien apabila di temukan pasien dengan tanda dan gejala yang mengarah ke
HIV/AIDS maka akan dilakukan konseling serta pemeriksaan yang sesuai dengan
pelayanan (VCT). Pelayanan VCT RSU Garba Med Kerobokan bekerja sama
dengan Puskesmas terdekat yaitu Puskesmas 1 Kuta Utara untuk pemeriksaan
sampel darah. Tahap lanjutan penatalakasaan bila ditemukan kasus dengan hasil
positif maka Pelayanan Kesehatan lanjutan di laksanakan di Puskesmas terdekat
sesuai dengan domisili pasien. Setiap petugas Kesehatan diharapkan menemukan
tersangka penderita sedini mungkin, mengingat HIV/AIDS adalah penyakit menular
yang dapat mengakibatkan kematian. Pasien dengan gejala sebagaimana di bawah ini
dianggap sebagai seorang suspek pasien dengan HIV, di perkirakan sekitar 8 dari 10
orang yang terinfeksi HIV mengalami gejala yang paling umum terjadi berlangsung
selama 1 hingga 2 bulan, atau bahkan lebih lama, Gejala tersebut adalah :
 Tenggorokan sakit
 Demam
 Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
 Pembengkakan kelenjar limfa
 Penurunan berat badan
 Diare
 Kelelahan
 Nyeri persendian
 Nyeri otot
 Batuk ( Suspek Tubercolosis)
 HD ( Hemodialisa)

1. Adapun mekanisme pelayanan secara umum adalah sebagai berikut:


KTHIV merupakan pintu masuk utama pada layanan pencegahan,perawatan,
dukungan dan pengobatan. Dalam kebijakan dan strategi Nasional telah dicanangkan
konsep akses universal untuk mengetahui status HIV, akses terhadap layanan
pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV dengan visi getting tozero,
yaitu zero new HIV infection, zero discrimination dan zero AIDS related death. Dalam
pelaksanaanya, tes HIV harus mengikuti prinsip yang telah disepakati secara global
yaitu 5 komponen dasar yang disebut 5C (informed consent, confidentiality,
counseling, correct test results, connections to care treatment and prevention services).
a. Informed Consent, adalah persetujuan akan suatu Tindakan pemeriksaan laboratorium
HIV yang diberikan oleh pasien/klien atau wali/pengampu setelah mendapatkan dan
memahami penjelasan yang diberikan secara lengkap oleh petugas Kesehatan tentang
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien/klien tersebut.
b. Confidentiality, adalah Semua isi informasi atau konseling antara klien dan petugas
pemeriksa atau konselor dan hasil tes laboratoriumnya tidak akan diungkapkan kepada
pihak lain tanpa persetujuan pasien/klien. Konfidensialitas dapat dibagikan kepada
pemberi layanan Kesehatan yang akan menangani pasien untuk kepentingan layanan
kesehatan sesuai indikasi penyakit pasien.
c. Counselling, yaitu proses dialog antara konselor dengan klien bertujuan untuk
memberikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti klien atau pasien. Konselor
memberikan informasi, waktu, perhatian dan keahliannya, untuk membantu klien
mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan melakukan pemecahan masalah terhadap
keterbatasan yang diberikan lingkungan. Layanan konseling HIV harus dilengkapi
dengan informasi HIV dan AIDS, konseling pra-Konseling dan Tes pasca tes yang
berkualitas baik.
d. Correct test results Hasil tes harus akurat. Layanan tes HIV harusmengikuti standar
pemeriksaan HIV nasional yang berlaku. Hasiltes harus dikomunikasikan sesegera
mungkin kepada pasien/klien secara pribadi oleh tenaga kesehatan yangmemeriksa.
e. Connections to, care, treatment and prevention services, pasien/klien harus
dihubungkan atau dirujuk ke layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan
pengobatan HIV yang didukung dengan sistem rujukan yang baik dan terpantau.

2. Tahap pelayanan VCT yang efektif adalah :


Konseling pra tes
a. Pengkondisian. Sambut klien dengan ramah dan Professional
b. Periksa ulang nomor kode klien dalam formulir
c. Perkenalan dan berilah arahan dengan jelas tentang diri konselor.
d. Jelaskan makna dan arti konfidensialitas
e. Jelaskan kerangka proses VCT, waktu yang dibutuhkan dan prosedur tes.
f. Katakan kepada klien bahwa konselor perlu melakukan pencatatan.
g. Catat data yang penting dan diperlukan ke dalam formulir VCT
h. Penilaian tentang faktor risiko klien
i. Penjelasan tes HIV (pemeriksaan darah ) dalam proses konseling pra tes HIV.

Menjelaskan informasi penting lainnya, antara lain


a. Dukungan layanan manajemen kasus
b. Dukungan kelompok sebaya
c. Terjaga informasi hasil tes
d. Informasikan bahwa penolakan untuk menjalani tes –HIV tidak akan
mempengaruhi akses pasien terhadap layanan kesehatan lainnya.
e. Menilai system dukungan yang dimiliki klien.

Persetujuan melakukan tes HIV ( informed consent

Persetujuan untuk melakukan tes HIV ( informed consent ) harus selalu diberikan
secara individual, pribadi antara konselor dengan klien. Konselor perlu menyiapkan
formulir “persetujuan tes”, “rujukan permintaan tes” dan “pengambilan hasil tes”

3. Konseling Pasca Tes


Konseling pasca tes HIV membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan
hasil tes. Konselor mempersiapkan klien untuk menerima hasil tes, memberikan hasil tes
dan menyediakan informasi yang dibutuhkan. Jika perlu merujuk klien ke fasilitas layanan
lainnya.
Pada konseling pasca tes, konselor mengajak klien mendiskusikan strategi untuk
mencegah penularan HIV. Dasar keberhasilan konseling pasca tes HIV dibangun pada saat
konseling pra tes.

4. Penyampaian Hasil Tes


a. Periksa ulang hasil tes klien dan lakukan hal ini sebelum bertemu klien untuk
memastikan kebenarannya
b. Sampaikan hasil secara langsung secara tatap muka. Hasil harus disampaikan
langsung kepada klien. Pastikan klien adalah pemilik hasil tersebut.
c. Wajar dan Professional ketika memanggil klien kembali dari ruang tunggu.
d. Hasil tes tertulis dan bertandatangan petugas penanggung jawab layanan
e. Jika ada permintaan tes dari klien sendiri dan/pihak ketiga, semua hasil tes
hendaknya dijaga dari berbagai kepentingan
f. Ketika klien akan memberitahu hasil tes pada pasangan, hendaknya dibuatkan
janji untuk dapat disampaikan dalam pertemuan bersama klien (konseling
pasangan )

5. Penyampaian hasil tes Non reaktif ( HIV Negatif )


a. Informasikan tentang masa jendela
b. Tekankan informasi tentang penularan dan rencana penurunan resiko
c. Gali lebih lanjut berbagai hambatan untuk perilaku seks aman dan penggunaan
jarum suntik yang aman
d. Amati kembali reaksi klien

6. Penyampaian Hasil Tes Reaktif ( HIV Positif)


a. Periksa data secara rinci dan perhatikan komunikasi non verbal saatmemanggil
klien memasuki ruangan konseling. Pastikan klien siap menerima hasil dan
tekankan kerahasiaan.
b. Lakukan secara jelas dan langsung
c. Sediakan waktu hening yang cukup untuk menyerap informasi tentang hasil.
d. Periksa pengetahuan dan pemahaman klien tentang hasil tes. Dengan tenang
bicarakan arti hasil tes.
e. Galilah ekspresi dan ventilasikan emosi atau membutuhkan penanganan khusus.
f. Adanya dukungan dan orang dekat.
g. Beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan dikemudian hari.
h. Rencanakan tindak lanjut atau rujukan jika diperlukan.
BAB V
LOGISTIK

A. PENGADAAN LEMBAR ASESMEN


Penggandaan dari format asesmen disediakan oleh bagian rumah tangga
rumah sakit sedangkan untuk pengusulan dan pengadaan fofmat asesmen
dilaksanakan oleh Subag Rumah Tangga berkoordinasi dengan Komite
Keperawatan, Komite Medis, serta Sub Bagian Rekam rekam medis rumah sakit.
Untuk penyediaan dan penyimpanan Format Asesmen Pasien oleh bagian Rekam
Medis.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

1. Penggunaan gelang pasien antara lain:


a. Kuning untuk pasien resiko jatuh
b. Merah digunakan untuk pasien alergi
c. Biru untuk pasien laki-laki
d. Pink untuk pasien perempuan
e. Ungu untuk pasien DNR
2. Menyediakan hand rubs di seluruh tempat pelayanan baik rawat jalan maupun
bangsal perawatan.
3. Menyediakan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) baik masker, apron
maupun sarung tangan diseluruh ruang perawatan sesuai dengan
kebutuhannya.
4. Menyelenggarakan pelatihan dan sosialisasi Cuci Tangan bagi seluruh
karyawan/pegawai serta pekerja lain dilingkungan rumah sakit.
5. Menyediakan tempat tidur pasien dengan tempat tidur yang terstandar
(penghalang tempat tidur).
6. Menyediakan pemakaian restrain manual/mekanik serta restrain farmakologi

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

1. Penyediaan APAR di setiap unit pelayanan serta sosiarisasi tatacara


penggunaan bagi seluruh karyawan rumah sakit.
2. Membuat alur evakuasi pasien, pengunjung serta karyawan bila mana ada
bencana alam baik gempa bumi maupun kebakaran di rumah sakit.
3. Menyediakan titik berkumpul atau tempat evakusai.
4. Menyelenggarakan imunisasi hepatitis secara gratis bagi seluruh karyawan
di rumah sakit.
5. Menyediakan pengelolaan sampah medis dan non medis
6. Menyediakan pengelolan limbah padat dan cair di rumah sakit
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

1. Tim HIV/AIDS mengkoordinasi unit-unit lain untuk melaksanakan review rekam


medis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
2. Tim HIV/AIDS melaporkan hasil review melalui Komite Medis dan Komite
Keperawatan untuk dilakukan analisa dan di laporkan ke direksi untuk
menentukan saran mutu.
3. Tim HIV/AIDS membuat program kerja tahunan dan melaporkan hasil kegiatan
program Rekam Medis secara periodic.
BAB IX

PENUTUP

Dalam melaksanakan kegiatan akan dibuat Program kerja Tim HIV/AIDS


tahunan yang disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan penatalaksanaan kegiatan
pasien HIV/AIDS yang harus dijalankan sesuai dengan Buku Pedoman
Penatalaksanaan HIV/AIDS di RSU GARBAMED KEROBOKAN. Bahwa
Pedoman Penata,laksanaan ini merupakan acuan yang harus dilaksanakan
bersama dengan harapan semua program dapat berjalan sesuai dengan rencana
yang sudah ditetapkan oleh direktur. Demikian Pedoman Penatalaksanaan Pasien
HIV/AIDS ini kami susun, atas saran dan masukan demi kemajuan Tim
HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta,


2010, Pedoman Pelaksanaan Konseling Dan Testing HIV Secara Sukarela
(voluntarycounsellingand Testing).

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan, Jakarta 2006, Modul Pelatihan Konseling Dan Tes Sukarela HIV Untuk Konselor
Profesional.

Anda mungkin juga menyukai