Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan bimbingan konseling sangat dipegaruhi oleh faktor filosofi, psikologi, sosial budaya,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Latar belakang filosofi berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia.
Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat memberikan bimbingan adalah
filsafat humanisme, yaitu bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin.
Latar belakang psikologi berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari
individu lain. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk
memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap potensi. Dari sisi keunikan dan
keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya.
Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka . Keterbukaan ini mendorong
terjadinya pertumbuhan, pergeseran dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berpikir
dan perilaku individu. Bimbingan konseling membantu individu memelihara, menginternalisasi, memperhalus
dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri.
Akibat kemajuan IPTEK yang sangat pesat. Kesempatan kerja berkembang dengan cept pula sehingga
para siswa memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap
kesempatan dunia kerja ang selalu berubah dan meluas.
Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami dari
bimbingan konseling yang kemudian dapat dijadikan sebagai transformasi kepada peserta didik untuk
memunculkan kesadaran akan pentingnya bimbingan konseling tersebut.
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Definisi konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu “consilium” yang berarti
“dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami” . Sedangkan dalam
bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau
“menyampaikan”.
Kutipan di bawah ini menampilkan perkembangan sejumlah rumusan konseling.
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa
difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, di mana ia diberi
bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah
untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progesif dari individu untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan. (Jones,1951).
...interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan
klien; (b) terjadi dalam suasana yang profesional; (c) dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan
perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien. (Pepinsky & Pepinsky, dalam Shertzer &
Stone, 1974).
...suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh
karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang profesional,
yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-
pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi. (Maclean, dalam Shertzer & Stone, 1974)
...suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-
fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
(Smith, dalam Shertzer & Stone, 1974)
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan
perkembangan dirinya, dan untuk mencapai pengembangan optimal kemampuan pribadi yang
dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu. (Division of Conseling Psychology).
...suatu rangakaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan
kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan
lingkungannya. (McDaniel, 1956).
... proses dalam mana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-
fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
(A.C. English, dalam Shertzer & Stone, 1974).
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana
konselor memiliki hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang
akan datang. (Tolbert,1959).
...membantu individu agar dapat menyadari dirinya sendiri dan memberikan reaksi terhadap
pengaruh-pengaruh lingkungan yang diterimanya, selanjutnya, membantu yang bersangkutan
menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku tersebut dan mengembangkan serta
2|Page
memperjelas tujuan-tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku di masa yang akan datang. (Blocher,
dalam Shertzer & Stone, 1974).
...proses mengenai seseorang individu yang sedang mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa
dan bertingkah laku dalam suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan seseorang
yang tidak bermasalah, yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk
mengembangkan tingkah laku yang memungkinkan berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri
dan lingkungannya. (Lewis, dalam Shertzer & Stone, 1974).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan konseling yaitu suatu bantuan yang
diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin secara
mandiri.
1.2 Tujuan Konseling
a. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku disini yang dimaksudkan adalah hubungan dengan orang lain, situasi keluarga,
prestasi akademik, pengalaman pekerjaan, dan semacamnya. Menurut Rogers (Shertzer&Stone, 1980)
bahwa salah satu hasil konseling adalah bahwa pengalaman-pengalaman tidak dirasa menakutkan,
individukecemasannya berkurang, dan cita-citanya hampir lebih harmonis dengan persepsi tentang
dirinya dan nampak lebih berhasil. Jadi, perubahan tersebut bersifat permanen.
b. Kesehatan mental yang positif
Ada yang berpendapat bahwa tercapainya tujuan konseling karena pemeliharaan dan pencapaian
kesehatan mental yang positif. Jika tujuan kesehatan mental ini tercapai maka individu mencapai
integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif dengan yang lainnya. Menurut Thorne
(Shertzer&Stone, 1980) bahwa tujuan utama konseling adalah menjaga kesehatan mental dengan
mencegah atau membawa ketidakmampuan meyesuaikan diri atau gangguan mental. Ada pendapat
baru dari Patterson (Shertzer&Stone, 1980) bahwa karena tujuan konseling adalah pemeliharaan,
pemulihan kesehatan mental yang baik atau harga diri, maka situasi-situasi konseling haruslah
ditandai dengan tidak adanya ancaman. Kell dan Mueller (Shertzer&Stone, 1980) menyatakan bahwa
promosi dan pengembangan rasa persamaan, serta saling memberi dan menerima penghargaan antara
sesama manusia merupakan tujuan konseling.
c. Pemecahan masalah
Biasanya orang- orangh menganggap bahwa tujuan konseling sebagai pemecahan masalah.
Menurut Krumboltz (Shertzer&Stone, 1980)bahwa alasan utama eksistensi konseling didasarkan pada
fakta bahwa orang-orang mempunyai masalah-masalah yang tidak sanggup mereka pecahkan sendiri.
Tujuan utama konseling adalah membantu setiap klien dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian
ia menyatakan bahwa konselor behavioral terutama membantu klien merubah perilaku sesuai
keinginannya. Krumboltz selanjutnya membuat tiga kategori tujuan-tujuan behavioral: merubah
perilaku salah-suai, mempelajari proses pengambilan keputusan, dan mencegah masalah-masalah.
d. Keefektifan personal
Tujuan meningkatkan keefektifan personal berhubungan erat dengan pemeliharaan kesehatan
mental yang baik dan perubahan tingkah laku. Blocher memperkenalkan dua tujuan konseling.
Pertama, konseling ingin memaksimalkan kemungkinan kebebasan individual dalam keterbatasan-
keterbatasan yang berlaku bagi dirinya dan lingkungannya. Kedua, konseling ingin memaksimalkan
3|Page
keefektifan individual dengan memberinya kesanggupan mengontrol lingkungannya dan response-
response pada dirinya yang ditimbulkan oleh lingkungan.
Shoben (Shertzer&Stone, 1980) juga memandang perkembangan pribadi sebagai tujuan dari
konseling. Ia mendefinisikan bahwa konseling sebagai pengalaman perkembangan dalam
memecahkan masalah atau dalam pengambilan keputusan untuk membantu perkembangan pribadi.
e. Pengambilan keputusan
Ada yang berpendapat bahwa tujuan konseling adalah memungkinkan individu mengambil
keputusan-keputusan dalam hal-hal yang sangat penting bagi dirinya. Keputusan tersebut merupakan
pilihan dari klien sendiri, tidak ditentukan oleh konselor. Klien belajar mengestimasi konsekuensi-
konsekuensi yang mungkin terjadi dalam pengorbanan pribadi, waktu, tenaga, uang, resiko, dll.
1.3 Fungsi konseling :
Adapun fungsi konseling menurut layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan
dirinya.
3. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
4. Pemeliharaan & pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan
menumbuh-kembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
5. Adovakasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak atau
kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
Beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan
bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang
menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah
maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa
bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah
maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun
dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat
preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan
teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus
4|Page
sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik
kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang
memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai
satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan
sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena
bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri
sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas
atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah
sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan
dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi
dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi
konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan
melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara
tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan
utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan
masalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)
Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di
Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-
lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan
pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
1. Asas kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas
ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat
kepercayaan dari semua pihak; terutama penerima bimbingan klien sehingga mereka akan mau
memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Begitupun juga sebaliknya.
Contoh : ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa seorang konseli itu
memiliki penyakit HIV yang didapatnya sejak lama maka seorang konselor harus bisa menjaga
kerahasian tersebut agar penyakit konseli itu tidak di ketahui oleh orang banyak .
2. Asas kesukarelaan
5|Page
Proses bimbingan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si
terbimbing atau klien, maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan tidak ragu atau merasa terpaksa
ketika menyampaikan masalahnya dan konselor dapat membantu dengan tidak terpaksa atau ikhlas.
Contoh : ada seorang peserta didik yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak suka pada
pada salah satu mata pelajaran di sekolahnya , sebagai guru konselor seharusnya kita harus
mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata pelajaran tersebut dengan
selalu membina dan mengembangkanya.
3. Asas keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik
keterbukaan dari konselor maupun klien. Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien
diharapkan pertama-tama mau membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat
diketahui oleh konselor. Kedua mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan
masukan dari konselor. Dari pihak konselor keterbukaan terwujud dengan kesediaan konselor
menjawab pertanyaan-pertanyaan klien dan mengungkapkan diri konselor sendiri apabila dikehendaki
oleh klien. Dalam hubungan yang bersuasana seperti itu, masing-masing pihak bersifat terbuka antara
satu sama lain.
Contoh : ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup sebagai konselor kita harus dapat
mengubah konseli untuk bicara secara terbuka dan tidak berpura-pura dalam menceritakan maslah
pribadinya sendiri ,sehingga konseli dapat berbicara jujur dan merasa nyaman dalam menyampaikan
masalahhnya.
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya
dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
Contoh : konselor tidak banyak fokus pada masalah yang telah di hadapi , tetapi konselor
harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikisnya.
5. Asas kemandirian
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan
konseling, yakni: konseli sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing
hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.
6|Page
Contoh : ada seorang konseli yang cacat fisik datang pada kita dia menceritakan bahwa dia
tidak memiliki semangat untuk meluruskan hidupnya, sebagai konselo yang profesional kita harus
bisa menumbuhkan rasa semangat hidup dengan cara memberikan pemahaman agar konseli tersebut
mengenal dan menerima dirinya dan lingkungan ,dan mampu mengambil sebuah keputusan agar
konseli tersebut menjadi diri yang mandiri .
6. Asas kegiatan
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran
pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam
hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan
bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
Contoh : seorang konselor harus bisa membuat suatu program kegiatan seperti ospek
maupun MOS (siswa baru ) agar konseli /peserta didik dapat mengenali lingkungan yang baru serta
mampu untuk mnyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru.
7. Asas Kedinamisan
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran
pelayanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
Contoh : seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman , agar konselor dapat
menyelesaikan suatu permasalahn yang pada seorang konseli yang semakin kompleks misalnya
keluarga broken serta pergaulan bebas dikalangan pemuda .
8. Asas Keterpaduan
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak
yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
Contoh : seorang konseli melakuakn kerjasama dengan seorang psikologi seks mupun dokter
kandungan ,dan mengundang kesekolah untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik di
sekolah agar konseli/peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang
seks, upayah mereka tidak terjerat dalam pergaulan besar.
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang
ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang
dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan konseli memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma
tersebut.
7|Page
Contoh : seorang konselor dalam menjalankan tugasnya , harus sesui dengan norma, hukum ,
adat istiadat sehingga terciptanya suasana yang harmonis diantara konseli dan konselor karena
seorang konselor yang profesional harus bisa menciptakan suasana yang nyaman bagi seorang
konseli.
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para
pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik
dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan
kode etik bimbingan dan konseling.
Contoh : apabila ada seorang peserta didik/konselor yang datang pada seorang konselor ,
seorang harus bersikap seprti konselor bukan bersikap seprti dokter maupun yang lainya yaitu
memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli .
Asas ini berlaku apabila konselor sudah mengerahkan kemampuannya untuk membantu
individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan,
maka konselor dapat mengirimkan individu tersebut ke badan atau petugas yang lebih ahli. Di
samping itu azas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan konseling hanya menangani
masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas.
Contoh : ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami tidak lulus sekolah , seorang
konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini ,seorang konselor harus melakuakn
kerjasama dengan pihak yang lebih kompeten dalam kasus ini seperti membawa konseli tersebut pada
seorang psikiater maupun dokter.
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan
keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan
keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangon
karso”.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien
mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja, namun diluar hubungan proses bantuan
bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan
konseling itu.
Contoh : seorang konselor harus menjadi guru teladan ,dan menyenangkan agar peserta
didik/ konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita dan mampu mengayomi pasaerta
didik.
8|Page
Jenis-jenis layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari konsep bimbingan dan
konseling dalam rangka memenuhi berbagai asas, prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan
konseling. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan.
Namun sangat mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis layanan maupun
kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia saat ini sudah mulai meluncurkan dua jenis
layanan baru yaitu layanan konsultasi dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan ini belum
dijadikan sebagai kebijakan formal dalam sistem pendidikan di sekolah.Untuk lebih jelasnya, di
bawah ini akan diuraikan jenis layanan bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan dalam
pendidikan nasional :
1 Layanan dasar
salah satu komponen program bimbingan dan konseling , yang saat ini di kembangkan di
Indonesia . layanan dasar dapat di artikan sebagai proses pemberian bantuan kepada konseling
melalui kegiatan secara klasikal atau kelompok
2 Layanan individual :
sebuah layanan yang membantu klien untuk mengentaskan masalah pribadi nya , layanan ini
dilakukan secara langsung antara konseling dan konselor yang menuju ke arah pengentasan masalah
3. Layanan responsive
layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang di rasakan sangat penting
oleh klien , layanan ini di berikan kepada klien dengan segera .
4. Dukungan sistem
merupakan salah satu dukungan prasarana kepada guru bimbingan konseling dalam memperlancar
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah
Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan
baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan
memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya
diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi
adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara
tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
Layanan informasi adalah layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami
berbagai informasi (seperti : informasi diri, sosial, belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan).
Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara
tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi
yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan
pemahaman.
9|Page
7. Layanan Pembelajaran
Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi,
program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler sesuai dengan potensi, bakat, minat erta
kondisi pribadinya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat
dan segenap potensi lainnya. Layanan penempatan dan penyaluran berfungsi untuk
pengembangan.
Layanan penguasaan konten merupakan layanan yang membantu peserta didik menguasai konten
tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah,
keluarga, dan masyarakat.
Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan
layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing untuk membahas dan
mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan
konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya.
Layanan konseling perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik
secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok
bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, baik
sebagai individu maupun sebagai pelajar, kegiatan belajar, karir/jabatan, serta untuk pengambilan
keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan bimbingan kelompok
berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan.
Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-
masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Masalah yang dibahas itu adalah maalah-
masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Layanan konseling
kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
Layanan Konsultasi merupakan layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani
kondisi dan atau masalah peserta didik. Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai
suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor
lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta
10 | P a g e
didik atau sekolah konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang
langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang
diberikan orang lain.
Layanan mediasi merupakan layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan
ataupun perselisihan dan memperbaiki hubungan antar peserta didik dengan konselor sebagai
mediator.
2.7 RAGAM KONSELING
Ragam konseling berdasarkan masalah, yaitu konseling pribadi-sosial, konseling akademik, dan
konseling karir.
1. KONSELING PRIBADI-SOSIAL
Konseling pribadi-sosial merupakan salah satu bidang konseling yang ada di sekolah. Konseling
pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti
penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Selain itu, konseling pribadi-sosial juga dapat diartikan
sebagai seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah
pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial,
memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam
memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.
Konseling pribadi-sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan
permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah
masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri,
penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian
konflik. Konseling pribadi-sosial merupakan suatu konseling yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu
atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial,
seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.
Contoh dari konseling pribadi-sosial yaitu konseling keluarga. Konseling keluaraga dibagai menjadi 2,
yaitu konseling anak dan konseling orang tua.
1. konseling anak
pada dasarnya konseling anak-anak tidak berbeda dengan konseling orang dewasa.
Beberapa masalah dasar pada anak-anak :
11 | P a g e
Cara membantu anak dalam memecahkan masalah antara lain :
o terapi permainan
o teknik-teknik konseling
Ada dua masalah utama yang ada pada orang tua dan berpengaruh pada anak-anak yang harus diperhatikan yaitu
:
Orang tua menghadapi kecemasan dan masalah-masalah pribadi lainnya yang secara tegas dan
langsung tidak berhubungan dengan anak
Orang tua kurang memahami mengenai aspek-aspek perkembangan anak
Memberi pelayanan sebagai model dan pendidik peran tertentu yang ditunjukkan kepada anggota lainnya
2. KONSELING AKADEMIK
Konseling akademik merupakan konseling yang diharapkan untuk membantu para individu dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik atau pendidikan. Yang tergolong masalah-masalah
pendidikan yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan atau konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas
dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-lain.
Konseling akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar
terhimdar dari kesulitan – kesulitan belajar. Konselor membantu individu mengatasi kesulitan belajar,
mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses belajar, dan agar mampu
menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program atau pendidikan. Dalam konseling akademik, konselor
berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang
beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa
mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami
berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
12 | P a g e
mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning
disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari
masing-masing pengertian tersebut.
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu
karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,
potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-
respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang
dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan
sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-
gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi
dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,
gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih
bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun
prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu
belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
3. KONSELING KARIR
Pemahaman terhadap dunia kerja menjadi hal penting bagi individu sebagai bekal dan persiapan memasuki
dunia kerja. Hal-hal yang menjadi permasalahan umum bagi individu adalah kurangnya pemahaman untuk
mengenal diri, yaitu mengetahui potensi dan mewaspadai kelemahannya, kurangnya kesiapan mental untuk
bersaing di dunia kerja, kekurangtahuan tentang lingkup pekerjaan pada bidang pekerjaan yang ada di pasar
tenaga kerja, serta pemahaman mengenai bagaimana strategi meniti karir mulai dari awal karir sampai dengan
bagaimana upaya untuk meraih puncak karir yang dicita-citakan. Untuk itu, konseling karir dapat menjadi media
untuk berbagi mengenai masalah-masalah karir dan atau hal-hal lain yang terkait karir.
Drummond & Ryan merumuskan konseling karir dan perkembangannya merupakan proses dimana
kegiatan, strategi dan intervensi digunakan untuk membantu konseli dalam eksplorasi karir, perencanaan dan
pengambilan keputusan karir dalam proses belajar pada lingkup sekolah dan atau dalam proses kerja.
13 | P a g e
Kompetensi sebagai komponen utama keahlian/keterampilan profesi konselor karir merupakan wujud potensi
dan aktualisasi diri dalam memberikan layanan konseling karir.
Perlunya Konseling Karir
Individu-individu berangsur-angsur menuntut agar pekerjaan memberikan dorongan untuk berprestasi dan
identitas kepadanya. Beberapa orang mencari jalan-jalan lain untuk sampai kepada tujuan ini melalui gaya hidup
yang bersifat mengurangi aktivitas-aktivitas yang ditujukan untuk mengejar pendapatan yang banyak. Ada juga
yang berpaling kepada waktu-waktu luang dan kesenangan untuk memenuhi hal-hal yang kurang dalam
pekerjaannya.
Untuk saat ini, pekerjaan-pekerjaan jasa berkembang jauh lebih pesat daripadapekerjaan-pekerjaan produksi.
Berbagai tipe pekerjaan, terutama di bidang pertanian menjadi berkurang. Pekerjaan-pekerjaan baru
bermunculan pada bidang-bidang seperti ilmu komputer dan ekologi. Meningkatnya kompleksitas dunia kerja
dan berlipatgandanya pilihan-pilihan membuat tugas perencanaan karir makin sulit. Di sinilah perlunya
konseling karir, yaitu membantu konseli dalam mengetahui potensi, mewaspadai kelemahannya, dan
pemahaman mengenai bagaimana strategi meniti karir mulai dari awal karir sampai dengan bagaimana upaya
untuk meraih puncak karir yang dicita-citakan. Konseling karier menggali minat, keterampilan, dan latar
belakang pendidikan seseorang sehingga mereka bisa bekerja melalui pelatihan profesional di bidang tertentu.
Para konselor bisa memfasilitasi proses pemilihan profesi atau pekerjaan dengan berperan sebagai pemandu atau
guru bagi siapa saja yang ingin memulai suatu karier, pindah karier, atau mendalami karier baru.
Konseling karir menawarkan pendekatan yang sistematis dan objektif untuk belajar tentang
keterampilan, pengalaman kerja, aspirasi, dan kebiasaan kerja seseorang. Konselor yang terlatih membantu
konseli dalam menemukan pekerjaan atau profesi yang cocok dan menawarkan cara-cara untuk mendapatkan
sumber-sumber yang bisa menjadi alat untuk mencari pekerjaan. Konseling bisa dilakukan satu per satu atau
dalam kelompok dengan seorang konselor yang mendiskusikan topik-topik seputar mencari pekerjaan, penulisan
resume, wawancara, dan metode perencanaan karier jangka pendek atau panjang.
Selain itu, fungsi konseling karir adalah memberikan layanan pada para konseli dalam membuat
perencanaan dan pengambilan keputusan karir secara berkesinambungan berfungsi dalam lingkup lembaga kerja
bahkan tren terakhir juga berfungsi pada lingkungan pasca kerja. Untuk menghadapi tren dan isu di abad 21 ini,
peran dan strategi konselor karir tidak hanya berorientasi pada potensi konseli tetapi juga berorientasi pada
kondisi globalisasi.
1. Masalah akademis, yaitu membantu mahasiswa agar dapat menentukan pilihan program pendidikan
yang tepat sesuai dengan minat dan kemampuannya serta memecahkan masalah kesulitan belajar yang
dihadapi selama menempuh program pendidikan;
2. Masalah sosial/kesulitan pergaulan, yaitu membantu mahasiswa agar dapat mengatasi kesulitan dalam
hal menyesuaikan diri dengan lingkungannya;
14 | P a g e
3. Masalah keluarga dan pribadi, yaitu membantu mahasiswa agar dapat mengatasi masalah pribadi yang
tidak dapat dipecahkan sendiri sehingga dengan bantuan tersebut yang bersangkutan dapat
mengembangkan diri dengan sebaik-baiknya;
4. Masalah yang berkaitan dengan emosi, yaitu membantu mahasiswa supaya perasaan dan emosinya
selalu terkendali dengan baik sehingga tercipta suasana belajar yang optimal;
5. Masalah karir, yaitu membantu mahasiswa agar dapat mengenal lingkungannya sekarang dan lapangan
kerja yang akan dihadapi nanti sehingga mahasiswa dapat memilih dan mempersiapkan diri berkaitan
dengan pekerjaan/profesinya nanti yang sesuai dengan kemampuan dirinya.
6. Masalah kejiwaan lainnya; bantuan/pelayanan psikotest, yaitu menemu kenali bakat dan minat,
personalitas/kepribadian, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
2.8 KESIMPULAN
Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor
terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya orang per orang, meskipun
Sering kali melibatkan lebih dari dua orang, meskipun sering kali melibatkan
lebih dari dua orang. Hubungan tersebut dirancang untuk membantu para klien
memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, dan belajar mencapai tujuan
yang ditentukan sendiri melalui pilihan-pilihan yang bermakna dan
penyelesaian masalah-masalah emosional atau antar pribadi
15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta Jakarta
http://konselingindonesia.com/index.php?
option=com_alphacontent§ion=1&cat=75&task=view&id=174&Itemid=144
https://akhmadsudrajat.wordoress.com
www.konselorsekolah.com
16 | P a g e
17 | P a g e