Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum
Pembangunan dalam bidang konstruksi di era modern menunjukkan perkembangan yang
sangat pesat, diantaranya dalam pembangunan perumahan, kantor, rumah sakit, rumah ibadah
dan sebagainya. Beton sebagai bahan bangunan sudah lama digunakan dan diterapkan secara
luas oleh masyarakat sebab memiliki keunggulan-keunggulan dibanding material struktur
lainnya yakni memiliki kekuatan yang baik, tahan api, tahan terhadap perubahan cuaca, serta
relatif mudah dalam pengerjaan. Struktur beton ini dapat diketahui lewat karakteristik beton
itu sendiri.
Banyak parameter yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, Kekuatan tekan adalah
kapasitas dari suatu bahan atau struktur dalam menahan beban yang akan mengurangi
ukurannya. Kekuatan tekan dapat diukur dengan memasukkannya ke dalam kurva tegangan-
regangan dari data yang didapatkan dari mesin uji. Diantaranya adalah kualitaas bahan-bahan
penyusunnya, rasio air semen yang rendah dan kepadatan yang tinggi. Kekuatan tekan akhir
sebuah beton keras akan ditentukan oleh Agregat yang terlemah. Agregat utama beton padat
terdiri dari agregat kasar yang biasanya berbentuk batu dan matriks semen-pasir. Struktur
beton bertulang bangunan atau gedung biasanya menggunakan mutu beton yang berbeda-
beda, disesuaikan dengan perencanaan struktur masing-masing. Semakin berat beban (gaya
normal, gaya lintang, momen) yang akan dipikul oleh suatu beton bertulang, maka sebaiknya
menggunakan mutu beton yang semakin tinggi juga. Sehingga dibutuhkan beberapa faktor
yang akan mempengaruhi agar kuat tekan beton bermutu tinggi.
Beton memiliki kelebihan yaitu sangat kuat dalam menahan beban tekan namun beton
juga memiliki kelemahan yaitu lemah dalam menerima gaya tarik. Oleh karena itu beton
dibuat komposit dengan menggabungkan material yang kuat menahan gaya tarik yaitu besi
tulangan ataupun baja. Perpaduan antara beton dan besi tulangan ini yang sering kita sebut
sebagai ''Beton Bertulang"
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Beton
Beton merupakan suatu konstruksi yang umumnya tersusun dari air semen dan agregat.
Penggunaan beton saat ini tidak hanya pada ruang lingkup struktur saja, akan tetapi bisa juga
digunakan untuk non struktur. Banyak komponen non struktur bangunan yang terbuat dari
beton misalnya, dinding, kolom praktis, perabot rumah, maupun berbagai macam hiasan.
Penggunaan beton pada komponen non struktur tentulah berbeda dengan struktur dimana
komposisi di desain sedemikian rupa untuk menghasilkan beton dengan nilai estetika maupun
dari segi ekonomi yang lebih (Widodo & Basith, 2017).
Beton merupakan campuran material-material pembentuk beton, yaitu: agregat halus,
agregat kasar, semen, dan air dengan perbandingan tertentu dengan atau tanpa bahan
tambahan. Beton sebagai salah satu bagian kontruksi yang penting, dimana pemakaian dan
kegunaannya yang begitu luas dan umum. Beton merupakan bahan yang sangat bervariasi,
kualitasnya dapat diperoleh dengan berbagai komposisi campuran dan tata cara
pembuataannya. Kualitas beton juga sangat ditentukan dari tata cara perawatannya.
Beton merupakan campuran antara semen Portland, agregat halus, agregat kasar dan air
dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan yang membentuk massa padat(BSN, 2002).
Menurut Mulyono, (2004) bahan penyusun beton terdiri dari bahan semen hidrolik (portland
cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tembahan (admixture).
Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa
padat (BSN, 2002). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan
akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari. Beton memiliki daya kuat tekan
yang baik oleh karena itu beton banyak dipakai atau dipergunakan untuk pemilihan jenis
struktur terutama struktur bangunan, jembatan dan jalan.
2.1.1. Jenis-jenis Beton
Menurut Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan ke dalam 2 kelompok, yaitu :
1. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton.
Kelas dan mutu beton ini, di bedakan menjadi 3 kelas, yaitu :
a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral. Untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus.Pengawasan mutu hanya dibatasi
pada pengawasan ringan terhadap mutubahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan
tekan tidak di isyaratkan pemeriksaan.Mutu kelas I dinyatakan dengan B0.
b. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah
pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi 6 dalam mutu-mutu standar yaitu
B1, K 125, K 175, dan K 225.
Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu
bahan - bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
Pada mutu-mutu K 125 dan K 175 dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan
tekan beton secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih tinggi
dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan di
bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan
peralatan yang lengkap serta dilayani oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan
pengawasan mutu beton secara kontinu (M. Ali Indra Hafiz dan Septiawan, 2003).
2. Beton berdasarkan penggunaannya :
Ada bermacam-macam jenis beton antara lain :
a. Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah pada beton ini
digunakan ukuran agregat yang relative besar2.beton ini digunakan pada pembuatan
bendungan, pangkal jembatan,dan sebagainnya.ukuran agregat kasar dapat sampai 20
cm,namun proporsi agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih
dari 20 persen dari agregat seluruhnya.
b. Beton Ringan
Beton jenis ini sama dengan beton biasa, perbedaannya hanya agregat kasarnya
diganti dengan agregat ringan. Selain itu dapat pula dengan beton biasa yang diberi
bahan tambah yang mampu membentuk gelembung udara pada saat pengadukan
beton berlangsung. Beton semacam ini mempunyai banyak pori sehingga berat
jenisnya lebih rendah daripada beton biasa.
c. Beton non pasir
Beton jenis ini dibuat tanpa pasir , jadi hanya air,semen, dan kerikil saja.karena tanpa
pasir maka rongga rongga kerikil tidak terisi. Sehingga beton berongga dan berat
jenisnya lebih rendah daripada beton biasa. Selain itu Karena tanpa pasir maka tidak
dibutuhkan pasta untuk menyelimuti butir - butir pasir sehingga kebtuhan semen
relative lebih sedikit.
d. Beton hampa
Seperti yang telah diketahui bahwa kira2 separuh air yag dicampurkan saja yang
bereaksi dengan semen,adapun separuh sisanya digunakan untuk mengencerkan
adukan. Beton jenis ini diaduk dan dituang serta dipadatkan sebagaimana beton
biasa,namun setelah beton tercetak padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara
khusus. Seperti cara vakum. Dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang
digunakan untuk reaksi dengan semen,sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
e. Beton bertulang
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya tekan,
batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk membantu
beton. Beton yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut beton
bertulang.
f. Beton prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batangnya baja
yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu . batang baja ini tetap
mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras.bagian balok beton ini
walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.
g. Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula dicetak di tempat
lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik.selain
itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas.sehingga sulit menyediakan
tempat percetakanperawatan betonnya.
h. Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara volume dan
permukaannya besar. Bila dimensinya lebih besar dari 60 sm. Pondasi besar,pilar,
bendungan. Harus diperhatikan perbedaan temeratur.
i. Fero semen
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan ortar semen suatu
tulangan yang berupa suatu anyaman kawat baja.
j. Beton serat
Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat
berupa batang2 5 sd 500mm,panjang 25-100mm.serat asbatos,tumbuh2an , serat
plastic, kawat baja.
k. Beton Massa
Beton massa merupakan beton yang digunakan untuk aplikasi pekerjaan yang
menggunakan volume beton dan luasan permukaan yang relatif besar dan menerus
misalnya pekerjaan pondasi rakit/raft foundation, dinding tanggul,
bendungan,retaining walldll.
Beton massa memiliki panas hidrasi yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan
jenis beton lainnya, penggunaan jenis beton massa digunakan untuk menghindari
terjadinya peningkatan panas hidrasi beton ketika dalam proses
pelaksanaan/pengecoran yang lama yang dapat mengakibatkan terjadinya retak pada
struktur beton akibat perbedaan suhu bagian luar dan bagian dalam beton.
Adapun metode yang biasa digunakan dalam mengurangi efek panas hidrasi beton
massa yaitu dengan menggunakan air es/ menambah es pada campuran beton,
menggunakan pipa air/aliran air  dalam beton dan dengan menggunakan pelapis
insulasi pada permukaan beton agar pelepasan panas dapat terjadi secara perlahan-
lahan sehingga suhu dalam beton dapat terjaga.
Dalam penerapannya beton massa biasanya menggunakan proporsi semen yang relatif
lebih sedikit dikarenakan sifat semen yang cenderung melepaskan panas serta
menggunakan agregat kasar dengan ukuran yang relatif besar tetapi sesuai dengan
standar yang diijinkan.
l. Beton Mutu Tinggi
Beton mutu tinggi merupakan beton yang memiliki kekuatan yang relatif cukup besar
yaitu  kuat tekan minimal > 41,4 MPa (SNI 03-6468-2000).
Beton mutu tinggi biasanya digunakan untuk elemen struktur yang memikul beban
yang besar misalnya balok girder jembatan, pier, poer, spun pile pondasi, sheet pile,
elemen struktur bangunan tingkat tinggi dll.
Beton mutu tinggi umumnya selain memiliki kuat tekan yang tinggi juga memiliki
kelemahan yaitu meningkatnya tingkat getasnya, oleh karena itu bisanya beton mutu
tinggi dimodifikasi dengan material serat/batang fiber untuk meningkatkan tingkat
daktalitasnya.
Beton mutu tinggi dalam proses pembuatannya (Mix Design) selalu menjaga kadar air
semen (Water/Cement Ratio) yaitu berkisar 0,2-0,3 agar tingkat porositas dalam beton
dapat berkurang,  tetapi tidak menghilangkan sifatworkabilitysaat proses
pelaksanaannya yaitu dengan penambahan bahan  kimia superplastisizer.
Teknologi beton mutu tinggi terus diteliti dan dikembangkan, sebagai contoh
perubahan beton mutu tinggi menjadi beton berkinerja tinggi (Ultra High
Performance Concrete -UHPC) dengan kuat tekan dapat mencapai fc’= 240 MPa dan
kini sedang dikembangkan beton reaktif yang dikenal dengan istilahReactive Powder
Concrete – RPCdengan menggunakan material reaktif berukuran mikro – nano seperti
silica dan Quartz.
Dengan penggunaan beton mutu tinggi dimensi beton dapat direduksi sehingga secara
otomatis dapat mengurangi bobot massa struktur bangunan. Dalam beberapa
percobaan, beton mutu tinggi cenderung mengurangi penggunaan ukuran agregat
kasar yang besar tetapi lebih dititik beratkan pada tingkat kehalusan, kekerasan dari
agregat yang digunakan.
m. Beton Berat
Beton berat merupakan beton yang memiliki berat isi berkisar > 3200 kg/m3. Beton
berat pada dasarnya memiliki tingkat kerapatan dan bobot massa yang padat dan
berat, beton berat banyak diaplikasikan pada konstruksi khusus misalnya dinding
nuklir, tanur, silo, fasilitas pengujian, penelitian atom dan fasilitas kesehatan dll yang
membutuhkan struktur dengan tingkat kerapatan dan massa yang cukup kompak
sehingga sulit untuk ditembus oleh paparan gas / radiasi.
Beton berat pada umumnya dibuat dengan menggunakan material agregat yang berat
seperti biji besi/logam atau material lain yang berat.

Beton memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut ini:


a. Harga yang relatif lebih murah karena menggunakan bahan-bahan dasar yang
umumnya mudah didapat di berbagai daerah di Indonesia.
b. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan panas, tahan terhadap pengkaratan atau
pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga biaya perawatan menjadi lebih murah.
Serta tidak dapat berubah bentuk meski terkena air.
c. Mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi sehingga jika dikombinasikan dengan baja
tulangan yang mempunyai kuat tarik tinggi sehingga dapat menjadi satu kesatuan
struktur yang tahan tarik dan tahan tekan, untuk itu struktur beton bertulang dapat
diaplikasikan atau dipakai untuk pondasi, kolom, balok, dinding, perkerasan jalan,
landasan pesawat udara, penampung air, pelabuhan, bendungan, jembatan dan
sebagainya.
d. Pengerjaan atau workability mudah karena beton mudah untuk dicetak dalam bentuk
dan ukuran sesuai keinginan. Cetakan beton dapat dipakai beberapa kali sehingga
secara ekonomi menjadi lebih murah.
Walaupun beton mempunyai beberapa kelebihan, beton juga memiliki beberapa
kekurangan, antara lain sebagai berikut:
a. Bahan dasar penyusun beton agregat halus maupun agregat kasar bermacam-macam
sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara perencanaan dan cara
pembuatannyapun bermacam-macam.
b. Beton mempunyai beberapa kelas kekuatannya sehingga harus direncanakan sesuai
dengan bagian bangunan yang akan dibuat, sehingga cara perencanaan dan cara
pelaksanaan bermacam-macam pula. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah,
sehingga getas atau rapuh dan mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan cara-cara
untuk mengatasinya, misalnya dengan memberikan baja tulangan, serat baja, dan
sebagainya agar memiliki kuat tarik yang tinggi.

2.1.2. Bahan dan Cara Pencampuran Beton


Dalam perencanaan campuran beton , kekuatan beton dinyatakan sebagai kuat tekan
beton (f’c) ketika beton berumur 28 hari. Kekuatan didefnisikan sebagai kemampuan beton
untuk menahan tegangan yang diberikan tanpa mengalami kegagalan atau failure. Kekuatan
beton secara umum tergantung pada kekuatan agregat, jenis semen dan kekuatan lekatan
antara semen dan agregat (Ahmad, 2018). Perbaikan kualitas serta sifat beton dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain dengan mengganti maupun menambah material pokok
semen dan agregat, sehingga dihasilkan beton dengan sifat-sifat spesifik seperti beton ringan,
beton berat, beton tahan bahan kimia tertentu dan sebagainya.
Kualitas beton dapat ditentukan dengan cara pemilihan bahan-bahan pembentuk beton
yang baik, perhitungan proporsi yang tepat, cara pengerjaan dan perawatan beton dengan
baik, serta pemilihan bahan tambah yang tepat dengan jumlah optimum yang diperlukan.
Bahan pembentuk beton adalah semen, agregat, air, dan biasanya dengan bahan tambah atau
pengisi.
1. Semen
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan secara menghaluskan klinker yang
terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis ditambah dengan bahan
yang mengatur waktu ikat ( umumnya gips ) ( CUR 2, 1993 ). Semen berfungsi
merekatkan butir-butir agregat agar membentuk suatu massa padat dan juga untuk
mengisi rongga udara diantara butir agregat. Semen merupakan bahan ikat yang penting
dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika semen
ditambah air akan menjadi pasta semen. Jika pasta semen ditambah agregat halus akan
menjadi mortar dan jika semen ditambah air ditambah agregat halus dan agregat kasar
akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras
( concrete ).
Menurut Peraturan Beton 1989 ( SKBI. 1.4.53.1989 ) dalam ulasannya membagi semen
portland menjadi lima jenis ( SK.SNI T– 15–1990– 03:2 ) yaitu :
a. Jenis I : Semen Portland yang dalam penggunaanya tidak memerlukan persyaratan
khusus seperti jenis-jenis lainnya. Biasanya digunakan dalam konstruksi beton secara
umum.
b. Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan dalam struktur bangunan air /
drainase dengan kadar konsentrasi sulfat tinggi di dalam air tanah.
c. Jenis III : Semen Portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal
yang tinggi. Biasanya digunakan pada struktur-struktur bangunan yang bekistingnya
harus cepat dibuka dan akan segera dipakai kembali.
d. Jenis IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
yang rendah. Biasanya digunakan pada konstruksi dam / bendungan, dengan tujuan
panas yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi keutuhan beton.

2. Air
Air adalah bahan dasar pembuatan beton yang paling murah. Fungsi air dalam beton
adalah untuk membuat semen bereaksi dan sebagai bahan pelumas antara butir-butir
agregat. Untuk membuat semen bereaksi hanya dibutuhkan air sekitar 25-30 persen dari
berat semen. Tetapi pada kenyataan dilapangan apabila faktor air semen (berat air dibagi
berat semen) kurang dari 0,35 maka adukan sulit dikerjakan, sehingga umumnya faktor
air semen lebih dari 0,40 yang mana terdapat kelebihan air yang tidak bereaksi dengan
semen. Kelebihan air inilah yang berfungsi sebagai pelumas agregat, sehingga membuat
adukan mudah dikerjakan. Tetapi seiring dengan semakin mudahnya pengerjaan, maka
akan menyebabkan beton menjadi porous atau terdapat banyak rongga, maka kuat tekan
beton itu sendiri akan menurun.
Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap :
a. Sifat workability adukan beton.
b. Besar kecilnya nilai susut beton.
c. Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan kekuatan selang
beberapa waktu.
d. Perawatan terhadap adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.
Air digunakan sebagai bahan pencampur dan pengaduk beton untuk mempermudah
pekerjaan. Menurut PBBI 1971, pemakaian air untuk beton tersebut sebaiknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Air harus bersih
b. Tidak mengandung lumpur
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton seperti asam, zat organic
d. Tidak mengandung minyak dan alkali.
e. Tidak mengandung senyawa asam.
3. Agregat
Agregat merupakan material yang ditambahkan ke dalam pasta semen dalam proses
pembuatan beton untuk mengurangi pemakaian semen. Hal ini dilakukan karena agregat lebih
murah dibandingkan dengan semen serta penambahan agregat akan membentuk beton
dengan volume yang lebih stabil dan durabilitas yang lebih baik.
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh perekat semen. Agregat
ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai
benda yang utuh, homogen, dan rapat, dimana agregat yang berukuan kecil befungsi sebagai
pengisi celah yang ada diantara agregat berukuran besar.
Dua jenis agregat adalah :
a. Agregat kasar ( kerikil, batu pecah )
b. Agregat halus ( pasir )
Menurut SNI 03-2847-2002 agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu
pecah, dan kerak tungku pijar, yang di pakai bersama - sama dengan suatu media pengikat
untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik. Kualitas agregat sendiri sangat
menentukan kuat beton mengingat agregat menempati 70 – 75% dari total volume
keseluruhan beton.
Ditinjau dari berat jenisnya agregat dibedakan menjadi tiga macam:
a. Agregat Ringan. Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0,
dan biasanya digunakan untuk beton non struktural.
b. Agregat Normal. Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5
sampai 2,7. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara
15 MPa sampai 40 MPa.
c. Agregat Berat. Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. Beton yang dihasilkan juga
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar
X.
Ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.75 mm (Berdasarkan Standar
ASTM), dimana agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm
(4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm).
Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm dibagi lagi menjadi dua, yang berdiameter
antara 4.80 - 40 mm disebut 20 kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.
 Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm. ( PBBI 1971, NI–
2 ). Syarat-syarat agregat kasar :
1. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori
2. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-
zat yang reaktif alkali.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 1 %. Apabila kadar
Lumpur melampaui 1 % maka agregat kasar harus dicuci.
Batas-batas gradasi agregat kasar dapat di lihat pada Tabel berikut:
Lubang Ayakan besar butiran maksimum
(mm) 40 mm 20 mm 12.5 mm
40 95 – 100 100 100
20 30 – 70 95 – 100 100
12.5 - - 90 - 100
10 10 – 35 25 – 55 40 - 85
4.8 0–5 0 – 10 0 - 10
Tabel 2.1. Batas gradasi agregat kasar

 Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang berupa pasir sebagai hasil desintegrasi alami dari
batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu ( PBBI
1971).
Syarat agregat halus :
a. Agregat halus terdiri dari butir–butir yang tajam dan keras. Butir agregat halus harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik
matahari dan hujan.
b. Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering).
Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian–bagian yang dapat melalui ayakan
0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%, maka agregat harus dicuci.
c. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali
dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
Menurut asalnya agregat halus dapat digolongkan menjadi 3 jenis (Samekto, 2001):
a. Pasir Galian. Pasir galian dapat diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan
cara menggali dari dalam tanah. Pada umumnya pasir jenis ini tajam, bersudut,
berpori, dan bebas dari kandungan garam yang membahayakan.
b. Pasir Sungai Pasir sungai diperoleh langsung dari dasar sungai. Pasir sungai pada
umumnya berbutir halus dan berbentuk bulat, karena akibat proses gesekan yang
terjadi sehingga daya lekat antar butir menjadi agak kurang baik.
c. Pasir Laut Pasir laut adalah pasir yang dipeoleh dari pantai. Bentuk butiran halus dan
bulat, karena proses gesekan. Pasir jenis ini banyak mengandung garam, oleh karena
itu kurang baik untuk bahan bangunan. Garam yang ada dalam pasir ini menyerap
kandungan air dalam udara, sehingga mengakibatkan pasir selalu agak basah, dan
juga menyebabkan pengembangan setelah bangunan selesai dibangun.
Dalam buku Perencanaan Campuran Dan Pengendalian Mutu Beton (1994) agregat halus
dapat dibagi menjadi 4 jenis menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak
kasar, dan kasar yang batas gradasinya dapat di lihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.2. Batas gradasi agregat halus


5.bahan tambahan ( Aditif )
Bahan tambahan ialah bahan selain untuk bahan pokok betony aitu: (Semen, Pasir,
Spilit dan Air) yang ditambahkan pada adukan beton sebelum atau selamapengadaan beton.
Tujuannua untuk mengubah perilakusatu atau lebih dari sifat-sifat beton. Bahan tambahan
biasanya diberikan dalam jumlah yang relative sedikit dan harus dengan melalui dosis yang
di anjurkan juga dengan pengawasan yang ketat dan teliti agar tidak berlebihan, karena dapat
memperburuk sifat beton itu sendiri, apabila pemberian dosis atau takaran tidak melalui
percobaan yang dilakukan secara berkala.
2.1.3 Cara Pengujian Beton
Beton merupakan material bangunan yang banyak diaplikasikan pada berbagai
proyek konstruksi seperti pembuatan jalan beton, pembangunan gedung bertingkat, hingga
pembangunan jembatan. Beton dalam bangunan sendiri secara umum dikelompokkan
menjadi beton bertulang dan tidak bertulang. Beton bertulang merupakan jenis beton yang
diberikan tulangan berupa besi untuk menambah daya elastisitas beton. Sedangkan beton
tidak bertulang tidak menggunakan tulangan besi tersebut, kedua jenis beton ini harus
mempunyai berkualitas baik agar bangunan yang dibuat kokoh dan tahan lama.
Mengingat vitalnya material beton dalam bangunan ini, tentu bahan atau agregat
penyusun beton seperti pasir, semen, air, kerikil, dll juga harus berkualitas baik. Selain
penggunaan bahan penyusun yang baik, umumnya akan dilakukan pengujian beton untuk
mengetahui kekuatan beton tersebut. Pengujian beton dilakukan dengan mengukur tingkat
kekerasan beton dengan berbagai metode.
Berikut berbagai macam metode pengujian beton :
1. Uji Kuat Tekan Beton (Compression test)
Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengukur kekuatan beton dengan cara memberikan
tekanan pada sampel beton hingga beton mengalami kehancuran, dengan mengacu pada
SNI 4810:2013.Berikut adalah cara melakukan uji kuat tekan beton :
 Persiapkan silinder dengan tinggi 30 cm dan berdiameter 15 cm, beri pelumas
seperlunya pada sisi bagian dalam untuk memudahkan pelepasan beton. Silinder ini
nantinya akan digunakan sebagai cetakan beton.
 Masukan adukan beton yang nantinya akan diaplikasikan pada bangunan ke dalam
cetakan dan bagi menjadi 3 lapisan yang sama.
 Lakukan penusukkan pada tiap lapisannya hingga 25 kali.
 Ratakan bagian atas adukan, berilah label yang menunjukkan waktu pembuatan
beton (tanggal dan jam).
 Adukan beton dibiarkan selama 24 jam, setelah itu rendam dalam air selama waktu
tertentu barulah dibawa ke laboratorium pengujian.
 Siapkan mesin compressor yang digunakan untuk pengujian, mesin ini akan
memberikan tekanan pada beton untuk pengujian.
 Lakukan pengujian pada hari yang berbeda dan catat setiap hasilnya.
2. Uji kecepatan denyut ultrasonic / UPV
Pengujian ini merupakan jenis pengujian yang kini banyak digunakan. Pengujian ini
dilakukan menggunakan alat ukur kekerasan yang menerapkan prinsip gelombang
ultrasonic, mengacu pada ASTM C597. Pengujian ini dilakukan dengan merambatkan
gelombang ultrasonik pada beton untuk mengetahui kekuatan beton. Pengujian ini sendiri
kini banyak diminati karena mempunyai keunggulan antara lain:
 Dapat mendeteksi keretakan beton beserta kedalamannya.
 Dapat menguji homoginitas beton
 Menguji kekuatan dan kualitas beton tanpa merusaknya.
 Mendeteksi kerusakan permukaan beton dan perubahannya dari masa ke masa.
 Dapat digunakan untuk mengukut modulus Elastisitas beton.
 Bisa dikatakan sebagai pengujian yang paling mudah untuk dilakukan.

3. Hammer test
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Disamping
itu dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang
relatif singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan
memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu
massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak
pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan
beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, alat yang
digunakan pada pengujian ini adalah jenis "Hammer".

Gambar 2.1. Hammer Test


Hammer test sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material beton pada struktur.
Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini sangat cepat,
sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat. Alat ini
sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton, misalnya keberadaan
partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena itu, diperlukan
pengambilan beberapa kali pengukuran disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya
kemudian dirata-ratakan.
Secara umum alat ini bisa digunakan untuk:
 Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada struktur.
 Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton.
Cara uji menggunakan alat Hammer Test ini mempunyai keuntungan dan kerugian,
yaitu :
a. Keuntungan :
1. Sangat mudah dilakukan dilapangan.
2. Alatnya sangat ringan dan dapat dipakai berulang-ulang.
3. Dapat dilakukan dengan cepat
b. Kerugian :
1. Hanya memberikan indikasi pada permukaan beton, sehingga terbatas
cakupannya.
2. Cara pemakaian alat harus mengikuti aturan yang berlaku, seperti : cara
pemukulannya, perawatan dan penerapannya.
3. Tingkat keandalannya rendah.
4. Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton,
sifat-sifat dan jenis agregat kasar, derajat karbonisasi dan umur beton. Oleh
karena itu perlu diingat bahwa beton yang harus diuji haruslah dari jenis dan
kondisi yang sama.
Sistem kerja alat Hammer Test adalah sebagai berikut :
a. Suatu masa baja yang diberi muatan energi kinetik melalui sistim tekanan dengan
cara menekan sebuah torak (plunger) secara perlahan-lahan / sedikit demi sedikit
pada permukaan beton.
b. Setelah mencapai batas tertentu, masa baja tersebut dilepas atau dipukulkan pada
permukaan beton, sehingga torak sebagai pemukul tertekan pada permukaan
beton. Akibat pukulan tersebut, maka masa baja tersebut akan memantul
kembali, besarnya pantulan inilah yang menjadi suatu ukuran dari kekerasan
permukaan beton yang sedang diuji yang ditunjukan oleh sebuah jarum penunjuk
yang dapat bergerak pada sebuah skala linier.
Gambar 2.2. Kinerja Hammer Test

4. Core Drill (pengambilan benda uji inti beton)

Core drill adalah suatu metode pengambilan sampel beton pada suatu struktur bangunan.
Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan pengujian seperti Kuat tekan, Karbonasi dan Pullout test. Pengujian kuat tekan
(ASTM C-42) dari sampel tersebut diatas biasanya lebih dikenal dengan pengujian
“Beton Inti”. Alat uji yang digunakan adalah mesin tekan dengan kapasitas dari 2000 kN
sampai dengan 3000 kN.
Dapat dikatakan bahwa pengujian ini sangat akurat karena memang beton yang diambil
adalah beton yang sudah jadi pada bangunan. Akan tetapi pengujian ini juga mempunyai
resiko yang tinggi karena bila pengambilan sampel terlalu dalam akan mengenai tulangan
beton. Hal ini tentu akan sangat membahayakan struktur beton dan bila terjadi dapat
mengurangi kekuatan struktur beton.

2.1.4 Curing / Perawatan Beton


Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton, yang bertujuan untuk menjaga
supaya beton tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban
dan suhu beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting tercapai.
Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengalami atau
memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah pembukaan
cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan
terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung
dalam campuran beton.
Metoda dan lama pelaksanaan curing tergantung dari :
 Jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan, termasuk bahan tambahan atau
pengganti yang dipakai
 Jenis/tipe dan luasan elemen struktur yang dilaksanakan
 Kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan
 Penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik beton (28
hari atau selain 28 hari, tergantung dari spesifikasi yang ditentukan oleh Konsultan
Perencana/Desain)
Kualitas dan durasi/lama pelaksanaan curing/perawatan beton berpengaruh pada :
 mutu/kekuatan beton (strength)
 keawetan struktur beton (durability)
 kekedapan air beton (water-tightness)
 ketahanan permukaan beton, misal terhadap keausan (wear resistance)
 kestabilan volume, yang berhubungan dengan susut atau pengembangan (volume
stability : shrinkage and expansion)
Peraturan menetapkan acuan pelaksanaan curing/perawatan beton bertujuan untuk menjaga
dan menjamin mutu pelaksanaan pembetonan, mengacu pada SNI 03-2847-2002 yang
mensyaratkan curing selama 7 hari untuk beton normal dan 3 hari untuk beton dengan kuat
tekan awal tinggi.
BAB III
PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG UTAMA
GMIT BUKIT KASIH BAUMATA BARAT

3.1 Lokasi
Gedung utama GMIT bukit kasih baumata barat berlokasi di Kawasan RSS baumata,
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dan berada di ketinggian ∆H 250 mdpl.
Pembangunan Gedung Utama bagian dari perencanaan induk tata guna lahan Gereja
merupakan dibangun karena gedung gereja yang ada saat ini merupakan gedung yang
diperuntukkan sebagai gedung PAR dengan kapasitas tamping ± 240 orang jemaat. Sesuai
rencana awal, gedung utama didesain untuk menampung jemaat yang beribadah dengan
jumlah maksimum ± 1200 orang dengan luas total bangunan rencana adalah ± 1200 m2.

Gambar 3.1. Lokasi Gedung Gereja GMIT Bukit Kasih

3.2 Persiapan Pekerjaan Pembangunan


Persiapan pembangunan bangunan gedung dimulai dengan penyusunan rencana kebutuhan
fisik bangunan gedung, penyusunan rencana pendanaannya dan penyusunan rencana
penyediaan dana. Kegiatan persiapan ini sering disebut penyusunan program pembangunan
bangunan gedung, karena dilakukan dalam rangka penyusunan kebutuhan dan pendanaan
pembangunan bangunan. Persiapan pembangunan ini merupakan tahap penyusunan rencana
kegiatan pembangunan oleh panitia pembangunan.
A. Penyusunan Rencana Kebutuhan
Penyusunan Rencana Kebutuhan adalah merupakan tahap awal proses penyelenggaraan
pembangunan bangunan gedung, yang merupakan kegiatan untuk menentukan program
kebutuhan ruang dan fasilitas bangunan yang diperlukan sesuai dengan fungsinya, serta
penyusunan kebutuhan biaya pembangunan. Penyusunan program kebutuhan
pembangunan bangunan disusun oleh panitia pembangunan gedung tersebut.
1. Penyusunan kebutuhan ruang dan bangunan serta pelaksanaan pembangunan
bangunan gedung dilakukan dengan:
 Menentukan kebutuhan luas ruang bangunan yang akan dibangun
 Menentukan kebutuhan prasarana dan sarana bangunan gedung
 menentukan kebutuhan lahan bangunan
 menyusun jadwal pelaksanaan pembangunan
2. Penyusunan program kebutuhan ruang dan bangunan dilakukan dengan mengikuti
pedoman, standart, dan petunjuk teknis pembangunan bangunan gedung yang
berlaku.
B. Penyusunan Rencana Pendanaan
Penyusunan rencana pendanaan adalah merupakan penyusunan rencana pendanaan yang
diperlukan/dibutuhkan berdasarkan program kebutuhan yang telah ditetapkan. Rencana
pendanaan merupakan kebutuhan pembiayaan pembangunan bangunan gedung yang
bersangkutan, yang meliputi biaya untuk:
1. Pelaksanaan konstruksi fisik
2. Perencanaan teknis konstruksi
3. Manajemen konstruksi atau pengawasan konstruksi
4. Pengelolaan kegiatan
Penyusunan rencana pembiayaan bangunan gedung dihitung berdasarkan standar harga
pelaksanaan konstruksi bangunan yang telah ditetapkan. Untuk penyusunan program dan
pembiayaan pembangunan bangunan gedung yang belum ada standar harganya atau
memerlukan penilaian khusus, harus dikonsultasikan kepada Instansi Teknis setempat.
C. Penyusunan Rencana Penyediaan Dana
Penyusunan rencana penyediaan dana merupakan proses penyiapan pendanaan
pembangunan. Penyediaan dana adalah proses penyediaan dana/anggaran dari program
kebutuhan dan pendanaan yang telah disusun sebelumnya dalam persiapan pembangunan
bangunan gedung dan menjadi tanggung jawab Pengurus/panitia pembangunan.
Sebagai tindak lanjut dari proses rencana pendanaan, maka dalam rencana penyediaan
dana pembangunan bangunan gedung, juga harus terdapat komponen dana untuk:
1. Pelaksanaan konstruksi fisik
2. Perencanaan teknis konstruksi
3. Manajemen konstruksi atau pengawasan konstruksi
4. Pengelolaan kegiatan.
3.2.1 Desain Perencanaan
Dalam tahap penyusunan rancangan detail perencana teknis harus melakukan kegiatan yang
mengasilkan produk sesuai dengan tahapannya, hasil rancangan detail yang meliputi:
 gambar detail arsitektur, detail struktur, detail utilitas dan lanskap yang sesuai dengan
gambar rencana yang telah disetujui
 Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
 rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi
 laporan akhir perencanaan
3.2.1.1 Gambar Desain
Dokumen rencana/rancangan antara lain
 gambar detail arsitektur, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan
 gambar situasi
 gambar denah
 gambar tampak
 gambar potongan
 gambar rencana pondasi
 gambar rencana struktur
 gambar rencana balok, kolom dan plat
 gambar rencana struktur atap

3.2.1.2 Perhitungan Desain


Perhitungan desain yang diperlukan dalam dokumen perencanaan adalah:
 Rencana Anggaran Biaya termasuk daftar volume pekerjaan
 Laporan perencanaan yang meliputi:
 laporan arsitektur
 laporan perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (soil test)
 laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal
3.3 Pelaksanaan Pekerjaan Fisik
Setelah proses perencanaan selesai melewati tahap studi kelayakan dan hasil pelaporan akhir
perencanaan sudah disetujui maka pekerjaan fisik dapat segera dilakukan. Yang harus
disiapkan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan lapangan antara lain:
 Perencanaan Site plant
 Perhitungan kebutuhan sumber daya
 Pembuatan Shop drawing
 Pengadaan material untuk pekerjaan persiapan
 Mobilisasi peralatan

3.3.1 Prosedur Pekerjaan


Dalam memulai suatu kegiatan pembangunan gedung harus berdasarkan peraturan, standar
dan ketentuan yang berlaku di Indonesia, khususnya yang tercantum dalam peraturan-
peraturan sebagai berikut:
 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung, SNI 1726:2012
 Persyaratan beton struktural untuk bangunan Gedung, SNI 2847:2013
 Persyaratan Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung, SNI1727-2013
 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, SNI 1729:2015
 Baja tulangan beton, SNI 2052-2017
 Tata cara pemilihan campuran untuk Beton Normal, Beton Berat dan Beton Massa,
SNI 7656:2012

3.3.1.1 Pengukuran
Pengukuran dan pematokan (setting out/stake out) adalah pekerjaan tahap awal dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi,  sebelum malaksanakan pengukuran dan pematokan
juru ukur perlu menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar denah
ruang dan gambar denah pondasi). Pada pengukuran dan pematokan bangunan gedung
dengan bentuk ruang siku siku dapat dipergunakan 2 (dua) cara yaitu dengan cara
menerapkan rumus  Phytagoras untuk menghitung  panjang sisi segitiga. Pada umumnya
untuk membuat kesikuan gedung di lapangan menggunakan perbandingan sisi segitiga
dengan ukuran  sisi segitiga 60 cm: 80 cm : 100 cm,  3 m: 4 m : 5 m, 6 m: 8 m : 10 m
dsb, pada cara ini menggunakan alat ukur jarak datar  pita ukur baja panjang 30 m atau
50 m dengan ketelitian bacaan mm. Selain cara sederhana pada pengukuran dan
pematokan dapat juga menerapkan  sistem koordinat, alat yang digunakan pada cara ini
adalah teodolit manual, teodolit digital atau teodolit total station (TS) dengan ketelitian
bacaan sudut satuan detik, pada pelaksanaan sistem ini juru ukur dapat melakukan 
pekerjaan pengukuran dan pematokan titik-titik as sesuai data ukuran yang ada pada
gambar denah ruang yang sudah dihitung jarak dan sudut datarnya, dengan sekali berdiri
teodolit pada patok tetap sebagai referensi dapat melaksanakan pengukuran dan
pematokan semua titik as gedung sesuai kemampuan  jarak bidik minimum dan
maksimum teodolit.

3.3.1.2 Galian Pondasi


Langkah selanjutnya, setelah dilakukannya pengukuran  adalah pekerjaan galian
pondasi. Adapun metode pelaksanaan pekerjaan galian pondasi adalah sebagai berikut :
 Menyiapkan lahan yang akan digali dengan memberi patok dan bowplank pada area
tanah asli yang akan digali
 Menentukan lebar & kedalaman galian tanah yang akan digali yang mengacu pada
bowplank
 Membuat garis bantu dengan tali yang diikatkan pada bowplank untuk kerapian dan
kelurusan galian tanah agar dimensi pondasi terpenuhi
 Menyiapkan bak ukur yang standar untuk mengukur kedalaman dari galian tanah
 Bagian tanah yang digali adalah Pondasi beton yang dilakukan dengan
menggunakan tenaga manusia (Man Power)
 Galian pondasi digali dengan ketentuan ukuran sesuai kebutuhan pas. pondasi
kearah memenjang /sejajar arah lajur memanjang dan melintang bangunan Ex.
Galian ditempatkan sementara disisi lubang galian dan kemudian diangkut keluar
dengan menggunakan dump truck.

3.3.1.3 Penulangan
Untuk pembuatan kolom beton bertulang harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:
 Lindungan beton
 Jarak bersih tulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari batang terbesar, atau 4/3
dari ukuran terbesar krikil, atau tidak boleh kurang dari 3 cm. Apabila tulangan
dipasang 2 lapis maka jarak tulangan bersih adalah tidak boleh kurang dari 0,75
diameter tulangan terbesar, atau 0,5 ukuran krikil terbesar atau minimum 2,5 cm.
Tebal lindungan beton Konstruksi 2,5 cm 3 cm 3,5 cm + 1 cm
 Jarak tulangan dari pusat ke pusat yang berbegel maksimum 30 cm, apabila begel
berupa spiral maka jarak tulangan dari pusat ke pusat yang berbegel maksimum 15
cm.
 Ukuran lintang kolom tidak boleh kurang dari 15 cm.
 Luas tulangan tidak boleh kurang dari 1, dari luas tampang beton dan minimum 1
batang tulangan dimasing- masing sudut tampang, diameter batang tulangan
memanjang tidak boleh kurang dari 12 mm.
 Luas tulangan memanjang tidak boleh lebih dari 6, dari luas tampang beton yang
ada, apabila tulangan harus disambung maka sambungan lewatan stek luas tulangan
maks. 4 dari luas tampang beton yang ada. Pemasangan tulangan harus simetrik
terhadap masing- masing sumbu utama tampang.
 Tulangan memanjang harus diikat oleh begel dengan jarak maks sebesar ukuran
terkecil tampang atau 15 kali diameter batang terkecil atau 30 cm. Diameter begel
minimum ¼ dari tulangan terbesar atau 6 mm untuk baja lunak dan sedang atau 5
mm untuk baja keras.

3.3.1.4 Pengecoran
Pengecoran adalah pekerjaan menuangkan beton segar ke dalam cetakan yang telah
dipasangi besi tulang, tata cara pengadukan dan pengecoran beton mengacu pada SNI
03-3976-1995.
Untuk memastikan bahwa cetakan telah terpasang sesuai rencana, maka diperlukan
inspeksi pekerjaan sebelum proses pengecoran dimulai.
Dalam proses pengecoran, setiap pekerja harus memakai Alat Pelindung Diri (APD),
mulai dari safety boot, helm, sarung tangan, masker hingga pelindung mata. Selain
pemakaian APD yang sesuai prosedur, para profesional di proyek juga melakukan
pengecekan terhadap ukuran dan elevasi. Dengan demikian, perencanaan dan ukuran
zona pengecoran harus ditentukan dengan baik sejak awal.
Sebelum proses pengecoran, pekerja juga harus memastikan bahwa bekisting telah kuat.
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton
dituang sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Saat proses pengecoran berlangsung,
harus dipastikan bekisting dan tulangan tidak rusak atau berubah.
Durasi proses pengerasan dapat dipengaruhi cuaca panas atau angin yang kencang dan
kedua hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi proses pengeringan beton.
Dalam proses pengecoran, pekerja tidak dianjurkan menambahkan air pada beton untuk
memudahkan proses pengecoran. Jika dirasa harus menambahkan air, maka bisa
gunakan campuran air dan semen.
Perlakuan dalam proses pengecoran juga bebeda tergantung pada kontur elemen yang
dicor. Pengecoran elemen vertikal umumnya dilakukan menggunakan alat bantu Tower
Crane (TC) dan bucket cor. Sedangkan elemen horizontal menggunakan alat bantu
concrete mixer. Sementara itu pada volume pekerjaan kecil digunakan alat bantu TC dan
Bucket cor. Untuk pengecoran pile cap yang berada pada elevasi ground floor serta
volume pengecoran yang kecil menggunakan cara pengecoran langsung dari truk molen.
Sementara untuk volume pengecoran yang besar akan lebih efektif jika menggunakan
concrete pump khusus pada pengecoran bored pile. Pada permukaan yang miring,
pengecoran dimulai dari level terendah dan menggunakan corong untuk
mendristribusikan beton.
Proses pengecoran dimulai dari pojok bekisting sebagai tempat yang menjadi posisi
akhir beton. Pada saat pengecoran, kondisi beton perlu dipantau agar tidak terlalu basah
ataupun kering sehingga tidak terjadi segregasi, kemudian dilanjutkan dengan proses
pemadatan. Proses pemadatan dibagi menjadi 2 metode yaitu pemadatan menggunakan
vibrator eksternal dan internal dimana fungsi vibrator eksternal untuk pemadatan dan
vibrator internal untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam beton sehingga
beton memadat memenuhi bekisting.

3.4 Inspeksi
Inspeksi lapangan diperlukan dan penting dalam satu konstruksi. Tujuan inspeksi adalah:
 untuk memastikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan persyaratan atau spesifikasi
yang telah disetujui.
 Mengidentifikasi dan memantau kegiatan yang sedang berlangsung.
 Mengidentifikasi perubahan pada area kerja yang dapat menimbulkan resiko baru.
 Memantau efektivitas tindakan korektif sebelumnya.
 Memantau bahwa standar keselamatan dipertahankan.
3.5 Pengujian beton
Penguian beton seperti yang telah dijelaskan pada pasal 2.1.3 di atas, pengujian beton dibagi
menjadi 2 yaitu:
1. Pengujian laboratorium
2. Pengujian in-situ/lapangan
Pengujian lapangan juga dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Pengujian yang dapat mempengaruhi konstruksi (merusak)
b. Pengujian yang tanpa merusak konstruksi
Dalam kasus ini pengujian yang dilakukan yaitu pengujian lapangan dengan metode
Hammer test, yaitu pengujian tanpa merusak konstruksi. Seperti yang telah dijelaskan pada
pasal 2.1.3 poin 3 di atas.

3.6 Hasil pengujian


Dari pengujian yang telah dilakukan menggunakan metode Hammer test didapatkan hasil
sebagai berikut:

1) Struktur Kolom
Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 26 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kolom persegi (1) 42 44 46 46 36 42 42 40 42 42 42
2 Kolom persegi (2) 46 46 46 42 46 48 46 48 42 48 46
3 Kolom Persegi " (3) 46 42 46 46 48 42 46 52 46 46 46
4 Kolom Persegi " (4) 48 48 46 44 46 42 44 48 48 50 46
5 Kolom Silinder (5) 42 48 48 44 46 46 40 46 45
6 Kolom Silinder (6) 24 24 22 22 28 24 24 26 22 20 24
7 Kolom Persegi (7) 23 20 20 21 21 19 23 18 19 20 20
8 Kolom Persegi " (8) 38 46 39 36 39 40 44 40 35 39 40
9 Kolom Pesegi " (9) 38 37 34 36 35 37 32 34 38 35 36
10 Kolom Persegi (10) 36 38 36 42 37 37 36 38 37 34 37
11 Kolom Persegi (11) 36 41 37 40 39 42 38 42 38 42 40
12 Kolom Silinder (12) 32 36 32 31 32 33 36 30 38 31 33
13 Kolom Persegi " (13) 45 42 44 47 42 42 42 40 40 44 43
14 Kolom Persegi " (14) 42 48 42 40 38 42 38 42 42 42 42
15 Kolom Silinder (15) 32 32 32 32 32 32 34 32 32 34 32
Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 26 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kolom Persegi (16) 36 36 36 38 28 32 38 34 32 36 35
2 Kolom Persegi " (17) 48 49 48 47 50 48 46 47 49 48 48
3 Kolom Silinder (18) 24 22 24 23 25 24 23 22 24 22 23
4 Kolom Silinder (19) 27 26 26 26 28 27 26 26 25 26 26
5 Kolom Persegi " (20) 38 38 38 40 42 46 40 38 40 38 40
6 Kolom Silinder (21) 38 36 40 40 40 44 36 44 40 38 40
7 Kolom Persegi (22) 32 30 36 40 30 32 36 36 36 36 34
8 Kolom Persegi (23) 44 48 52 38 48 42 50 48 50 44 46
9 Kolom Silinder (24) 28 30 32 30 30 25 32 29 31 28 30
10 Kolom Persegi (25) 38 42 38 42 40 38 42 42 38 42 40
11 Kolom Persegi (26) 42 38 42 38 38 42 34 40 40 38 39
12 Kolom Persegi (27) 35 36 38 36 38 36 36 35 36 35 36
13 Kolom Persegi (28) 23 24 22 23 23 20 24 22 22 24 23
14 Kolom Persegi (29) 34 35 36 36 35 36 36 34 36 40 36
15 Kolom Persegi (30) 40 37 40 43 42 41 38 42 40 44 41

Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 26 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kolom Silinder (31) 30 32 31 30 30 31 30 29 30 28 30
2 Kolom Silinder (32) 32 32 33 33 34 36 38 34 36 38 35
3 Kolom Silinder (33) 45 43 42 42 42 44 44 40 42 37 42
4 Kolom Persegi " (34) 47 52 49 46 48 54 49 49 48 48 49
5 Kolom Persegi " (35) 46 47 49 45 46 48 43 46 45 40 46
6 Kolom Silinder (36) 37 38 34 44 42 42 39 43 41 42 40
7 Kolom Persegi " (37) 46 42 44 44 40 45 44 43 40 44 43
8 Kolom Persegi (38) 34 34 33 36 37 34 38 35 35 35 35
9 Kolom Silinder (39) 30 30 27 30 28 32 30 29 32 32 30
10 Kolom Silinder (40) 30 28 29 30 30 31 30 30 31 30
11 Kolom Persegi " (41) 44 47 46 44 44 40 41 43 40 41 43
12 Kolom Silinder (42) 41 49 49 50 48 48 48 48 46 46 47
13 Kolom Persegi " (43) 45 46 51 46 48 44 48 50 49 47 47
14 Kolom Persegi (44) 46 48 48 45 46 47 48 42 44 45 46
15 Kolom Persegi " (45) 53 52 49 51 47 52 49 49 52 50
Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 26 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kolom Silinder (46) 34 32 30 30 32 30 32 33 30 29 31
2 Kolom Silinder (47) 35 42 37 38 38 38 40 34 34 34 37
3 Kolom Persegi (48) 35 42 35 38 44 35 38 42 44 39
4 Kolom Persegi (49) 38 40 36 39 40 40 38 37 36 40 38
5 Kolom Persegi " (50) 32 35 35 34 38 42 37 35 33 41 36
6 Kolom Persegi " (51) 46 41 45 45 41 48 48 48 40 42 44
7 Kolom Persegi (52) 36 46 43 40 42 46 45 39 39 41 42
8 Kolom Silinder (53) 35 34 34 40 34 40 35 36 36 34 36
9 Kolom Persegi " (54) 36 35 39 35 35 35 35 35 33 37 36
10 Kolom Persegi " (55) 42 39 38 36 40 39 42 35 37 39
11 Kolom Persegi (56) 38 42 39 44 44 43 42 42 44 44 42
12 Kolom Persegi (57) 40 40 35 36 42 44 42 35 37 35 39
13 Kolom Silinder (58) 33 33 35 32 33 34 34 32 35 33 33
14 Kolom Silinder (59) 32 32 32 36 34 32 32 30 32 38 33
15 Kolom Persegi " (60) 41 39 40 44 41 40 40 45 40 39 41

Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 26 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kolom Persegi " (61) 52 56 52 54 52 52 50 48 50 50 52
2 Kolom Persegi " (62) 50 46 48 48 46 50 48 46 48 46 48
3 Kolom Persegi " (63) 42 48 46 50 52 48 46 48 46 52 48
4 Kolom Silinder (64) 44 44 44 38 40 44 40 44 44 40 42
5 Kolom Persegi " (65) 45 51 46 47 50 45 50 44 45 48 47
6 Kolom Persegi " (66) 41 43 40 43 39 44 40 39 45 43 42
7 Kolom Persegi " (67) 56 40 48 46 48 46 50 48 46 50 48
8 Kolom Persegi " (68) 50 46 50 48 50 48 48 52 50 50 49
9 Kolom Silinder (69) 35 34 36 35 39 38 35 35 40 35 36
10 Kolom Persegi " (70) 46 46 48 42 50 48 50 50 46 46 47
11 Kolom Persegi " (71) 42 46 48 48 48 48 50 50 46 48 47
12 Kolom Persegi " (72) 43 45 40 40 45 41 40 40 41 39 41
13 Kolom Persegi " (73) 42 38 38 35 42 37 39 39 39 41 39
14 Kolom Silinder (74) 40 40 36 40 40 40 34 36 40 40 39
15 Kolom Persegi " (75) 50 48 48 50 50 48 50 48 50 49
Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 26 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kolom Persegi " (76) 51 51 47 49 50 51 48 49 52 49 50
2 Kolom Persegi " (77) 49 49 43 40 50 45 44 49 45 45 46
3 Kolom Persegi " (78) 42 40 40 42 40 42 42 40 38 41
4 Kolom Silinder (79) 40 40 36 38 38 44 42 40 40 42 40
5 Kolom Persegi " (80) 52 52 52 54 52 52 46 52 58 50 52
6 Kolom Persegi " (81) 50 52 52 52 52 50 50 52 52 54 52
7 Kolom Persegi " (82) 42 38 43 42 42 44 43 40 44 42 42
8 Kolom Persegi " (83) 48 42 45 47 40 46 46 44 45 44 45
9 Kolom Silinder (84) 29 30 28 29 28 29 28 30 27 28 29
10 Kolom Silinder (85) 42 36 42 38 36 36 38 36 44 42 39
11 Kolom Persegi (86) 38 40 38 40 40 40 40 36 38 40 39
12 Kolom Silinder (87) 38 42 38 38 42 40 40 42 42 40
13 Kolom Silinde (88) 42 42 44 38 42 38 40 42 44 40 41
14 Kolom Persegi (89) 38 43 41 39 45 50 45 39 45 46 43

2) Balok
Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 28 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Balok (90) 34 30 32 33 34 34 31 30 34 32 32
2 Balok (91) 33 31 30 28 28 32 30 30 32 30 30
3 Balok (92) 30 28 30 25 27 28 30 31 31 28 29
4 Balok (93) 35 39 35 38 40 35 41 39 34 35 37
5 Balok (94) 23 24 22 22 24 22 21 22 23 22 23
6 Balok (95) 34 31 33 30 32 30 30 30 30 30 31
7 Balok (96) 35 38 33 35 35 37 38 38 34 36 36
8 Balok (97) 38 33 34 35 36 30 37 37 33 30 34
9 Balok (98) 37 37 40 36 34 40 38 36 34 32 36
10 Balok (99) 29 34 33 30 25 34 29 30 33 35 31
11 Balok (100) 38 38 41 36 38 38 39 37 38 40 38
12 Balok (101) 31 34 32 35 38 35 36 36 34 33 34
13 Balok (102) 38 37 40 45 38 38 40 35 38 38 39
14 Balok (103) 34 34 34 35 34 34 34 30 32 35 34
15 Balok (104) 39 31 31 39 32 35 32 38 31 32 34
Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 28 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Balok (105) 36 38 39 33 30 32 30 32 34 33 34
2 Balok (106) 32 35 35 34 32 37 38 38 41 35 36
3 Balok (107) 30 30 41 39 41 36
4 Balok (108) 26 26 28 28 28 26 30 28 28 26 27
5 Balok (109) 32 35 36 34 32 30 39 38 34 34
6 Balok (110) 34 35 34 33 35 34 32 33 36 38 34
7 Balok (111) 30 32 30 32 31 31 28 34 32 28 31
8 Balok (112) 31 34 32 31 31 32 31 30 29 30 31
9 Balok (113) 31 37 28 32 35 32 34 33 28 32 32
10 Balok (114) 34 30 34 34 34 38 34 32 31 33 33
11 Balok (115) 37 37 42 35 35 38 34 38 40 37

Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 28 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kolom 1 (b) 32 32 38 30 30 33 37 32 32 37 33
2 Kolom 5 (b) 34 37 36 32 35 34 36 38 36 37 36
3 Kolom 6 (b) 38 35 36 40 35 34 38 37 36 40 37
4 Kolom 7 (b) 33 32 24 24 34 33 34 36 36 32
5 Kolom 10 (b) 32 33 30 32 32 33 34 30 32 32 32
6 Kolom 12 (b) 43 42 44 45 40 42 38 36 38 37 41
7 Kolom 15 (b) 32 32 32 32 33 34 30 32 32 36 33
8 Kolom 16 (b) 30 38 32 32 31 34 36 34 35 36 34
9 Kolom 21 (b) 41 42 38 37 41 37 38 37 40 42 39
10 Kolom 24 (b) 39 36 39 39 41 48 42 44 40 42 41
11 Kolom 39 (b) 36 32 34 32 32 30 38 38 36 34 34
12 Kolom 40 (b) 32 32 31 33 34 36 31 32 36 31 33
13 Kolom 32 (b) 38 40 34 39 37 35 34 35 32 33 36
14 Kolom 57 (b) 34 44 43 34 35 42 45 38 43 40
15 Kolom 49 (b) 46 45 44 45 45 42 44 45 46 48 45
3) Lantai dan Menara
Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 28 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Lantai 1 29 30 30 36 27 30 23 32 31 30 30
2 Lantai 2 34 38 36 36 38 40 38 36 36 38 37
3 Lantai 3 32 41 40 41 36 34 32 36 42 34 37
4 Lantai 4 38 36 39 43 40 40 36 37 34 38 38
5 Lantai 5 36 34 30 38 38 32 31 38 35 33 35
6 Lantai 6 40 35 35 38 40 37 42 32 36 37
7 Lantai 7 36 36 36 38 37 37 37 31 32 37 36
8 Lantai 8 30 34 34 34 32 36 38 32 38 34 34
9 Lantai 9 33 35 41 37 33 35 35 40 38 36
10 Lantai 10 41 42 42 46 46 44 38 36 37 43 42
11 Lantai 11 40 36 41 42 42 37 35 40 41 35 39
12 Lantai 12 27 25 25 26 24 24 25 26 26 27 26
13 Lantai 13 38 37 39 42 42 38 41 38 37 41 39
14 Lantai 14 37 42 40 42 43 41 44 43 42 42 42
15 Lantai 15 30 29 30 30 31 28 30 29 28 26 29

Hammer Test
ASTM C 805-02
Lokasi : Gereja Bukit Kasih Rss Baumata Angka kalibrasi Anvil : 80
Tanggal: 28 Mei 2022
Angka Pantul ( R )
No Material / Bahan ∑r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kolom 52 (b) 41 42 46 42 39 45 45 44 46 43
2 Menara 1 47 44 51 55 52 47 50 48 45 50 49
3 Menara 2 36 39 36 36 38 36 36 40 38 38 37
4 Menara 3 40 43 44 41 42 37 36 42 37 43 41
5 Menara 4 32 39 34 34 34 34 35 35 34 30 34
6 Menara 5 40 39 37 38 33 41 37 34 42 35 38
7 Lantai Menara 1 37 39 34 36 32 36 31 32 33 40 35
8 Lantai Menara 2 42 42 44 43 44 40 44 45 47 44 44
9 Lantai Menara 3 35 32 34 35 42 36 38 34 36 35 36
10 Lantai Menara 4 38 38 42 40 42 36 44 40 42 41 40
3.7 Pelaporan hasil pengujian
1) Summary Kolom
SUMMARY
HAMMER TEST

Rata-rata nilai pantul Perkiraan Kuat Konversi Umur


No material/bahan Sudut Pukulan Keterangan
Terkoreksi Alat Tekan (Kg/cm²) Beton (Kg/cm²)
1 Kolom persegi (1)a 42 439 325 Horizontal
2 Kolom 1 (b) 33 286 212 Horizontal
3 Kolom persegi (2) 46 509 377 Horizontal
4 Kolom Persegi " (3) 46 509 377 Horizontal
5 Kolom Persegi " (4) 46 509 377 Horizontal
6 Kolom Silinder (5)a 45 490 363 Horizontal
7 Kolom 5 (b) 36 332 246 Horizontal
8 Kolom Silinder (6)a 24 150 111 Horizontal
9 Kolom 6 (b) 37 347 257 Horizontal
10 Kolom Persegi (7)a 20 102 76 Horizontal
11 Kolom 7 (b) 32 265 196 Horizontal
12 Kolom Persegi " (8) 40 408 302 Horizontal
13 Kolom Pesegi " (9) 36 332 246 Horizontal
14 Kolom Persegi (10)a 37 347 257 Horizontal
15 Kolom 10 (b) 32 265 196 Horizontal
16 Kolom Persegi (11) 40 408 302 Horizontal
17 Kolom Silinder (12)a 33 286 212 Horizontal
18 Kolom 12 (b) 41 418 310 Horizontal
19 Kolom Persegi " (13) 43 454 336 Horizontal
20 Kolom Persegi " (14) 42 439 325 Horizontal
21 Kolom Silinder (15)a 32 265 196 Horizontal
22 Kolom 15 (b) 33 286 212 Horizontal
23 Kolom Persegi (16)a 35 316 234 Horizontal
24 Kolom 16 (b) 34 306 227 Horizontal
25 Kolom Persegi " (17) 48 551 408 Horizontal
26 Kolom Silinder (18) 23 140 104 Horizontal
27 Kolom Silinder (19) 26 183 136 Horizontal
28 Kolom Persegi " (20) 40 408 302 Horizontal
29 Kolom Silinder (21)a 40 408 302 Horizontal
30 Kolom 21 (b) 39 388 287 Horizontal
31 Kolom Persegi (22) 34 306 227 Horizontal
32 Kolom Persegi (23) 46 509 377 Horizontal
33 Kolom Silinder (24)a 30 240 178 Horizontal
34 Kolom 24 (b) 41 418 310 Horizontal
35 Kolom Persegi (25) 40 408 302 Horizontal
36 Kolom Persegi (26) 39 388 287 Horizontal
37 Kolom Persegi (27) 36 332 246 Horizontal
38 Kolom Persegi (28) 23 140 104 Horizontal
39 Kolom Persegi (29) 36 332 246 Horizontal
40 Kolom Persegi (30) 41 418 310 Horizontal
41 Kolom Silinder (31) 30 240 178 Horizontal
42 Kolom Silinder (32)a 35 316 234 Horizontal
43 Kolom 32 (b) 36 332 246 Horizontal
44 Kolom Silinder (33) 42 439 325 Horizontal
45 Kolom Persegi " (34) 49 571 423 Horizontal
46 Kolom Persegi " (35) 46 509 377 Horizontal
47 Kolom Silinder (36) 40 408 302 Horizontal
48 Kolom Persegi " (37) 43 454 336 Horizontal
49 Kolom Persegi (38) 35 316 234 Horizontal
50 Kolom Silinder (39)a 30 240 178 Horizontal
51 Kolom 39 (b) 34 306 227 Horizontal
52 Kolom Silinder (40)a 30 240 178 Horizontal
53 Kolom 40 (b) 33 286 212 Horizontal
54 Kolom Persegi " (41) 43 454 336 Horizontal
55 Kolom Silinder (42) 47 530 393 Horizontal
56 Kolom Persegi " (43) 47 530 393 Horizontal
57 Kolom Persegi (44) 46 509 377 Horizontal
58 Kolom Persegi " (45) 50 592 438 Horizontal
59 Kolom Silinder (46) 31 250 185 Horizontal
60 Kolom Silinder (47) 37 347 257 Horizontal
61 Kolom Persegi (48) 39 388 287 Horizontal
62 Kolom Persegi (49)a 38 367 272 Horizontal
2) Summary Balok
SUMMARY
HAMMER TEST

Rata-rata nilai pantul Perkiraan Kuat Konversi Umur


No material/bahan Sudut Pukulan Keterangan
Terkoreksi Alat Tekan (Kg/cm²) Beton (Kg/cm²)
1 Balok (90) 32 265 196 Horizontal
2 Balok (91) 30 240 178 Horizontal
3 Balok (92) 29 224 166 Horizontal
4 Balok (93) 37 347 257 Horizontal
5 Balok (94) 23 140 104 Horizontal
6 Balok (95) 31 250 185 Horizontal
7 Balok (96) 36 332 246 Horizontal
8 Balok (97) 34 306 227 Horizontal
9 Balok (98) 36 332 246 Horizontal
10 Balok (99) 31 250 185 Horizontal
11 Balok (100) 38 367 272 Horizontal
12 Balok (101) 34 306 227 Horizontal
13 Balok (102) 39 388 287 Horizontal
14 Balok (103) 34 306 227 Horizontal
15 Balok (104) 34 306 227 Horizontal
16 Balok (105) 34 306 227 Horizontal
17 Balok (106) 36 332 246 Horizontal
18 Balok (107) 36 332 246 Horizontal
19 Balok (108) 27 173 128 Horizontal
20 Balok (109) 34 306 227 Horizontal
21 Balok (110) 34 306 227 Horizontal
22 Balok (111) 31 250 185 Horizontal
23 Balok (112) 31 250 185 Horizontal
24 Balok (113) 32 265 196 Horizontal
25 Balok (114) 33 286 212 Horizontal
26 Balok (115) 37 347 257 Horizontal

Mengetahui,
Panitia Pembangunan Penguji

_________________________ __________________________
3) Summary Lantai
SUMMARY
HAMMER TEST

Rata-rata nilai pantul Perkiraan Kuat Konversi Umur


No material/bahan Sudut Pukulan Keterangan
Terkoreksi Alat Tekan (Kg/cm²) Beton (Kg/cm²)
1 Lantai 1 30 286 212 Vertikal
2 Lantai 2 37 406 301 Vertikal
3 Lantai 3 37 406 301 Vertikal
4 Lantai 4 38 415 308 Vertikal
5 Lantai 5 35 367 272 Vertikal
6 Lantai 6 37 406 301 Vertikal
7 Lantai 7 36 386 286 Vertikal
8 Lantai 8 34 347 257 Vertikal
9 Lantai 9 36 386 286 Vertikal
10 Lantai 10 42 490 363 Vertikal
11 Lantai 11 39 432 320 Vertikal
12 Lantai 12 26 224 166 Vertikal
13 Lantai 13 39 432 320 Vertikal
14 Lantai 14 42 490 363 Vertikal
15 Lantai 15 29 269 199 Vertikal
16 Lantai Menara 1 35 367 272 Vertikal
17 Lantai Menara 2 44 529 392 Vertikal
18 Lantai Menara 3 36 386 286 Vertikal
19 Lantai Menara 4 40 451 334 Vertikal

Mengetahui,
Panitia Pembangunan Penguji

_________________________ __________________________

4) Summary Menara

SUMMARY
HAMMER TEST

5)
Rata-rata nilai pantul Perkiraan Kuat Konversi Umur
No material/bahan Sudut Pukulan Keterangan
Terkoreksi Alat Tekan (Kg/cm²) Beton (Kg/cm²)
1 Menara 1 49 571 423 Horizontal
2 Menara 2 37 347 257 Horizontal
3 Menara 3 41 418 310 Horizontal
4 Menara 4 34 306 227 Horizontal
5 Menara 5 38 367 272 Horizontal

Mengetahui,
Panitia Pembangunan Penguji

_________________________ __________________________
3.8 Biaya pengujian dan pelaporan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Dari hasil pengujian hammer test yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa qualitas struktur yang perlu perhatian khusus lebih yaitu:
1. Kolom Silinder nomor 6 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 111,1 kg/cm2
2. Kolom Persegi nomor 7 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 75,6 kg/cm2
3. Kolom Silinder nomor 15 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 196,4 kg/cm2
4. Kolom Silinder nomor 18 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 103.5 kg/cm2
5. Kolom Silinder nomor 19 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 135,6 kg/cm2
6. Kolom Silinder nomor 24 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 177,6 kg/cm2
7. Kolom Persegi nomor 28 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 103,5 kg/cm2
8. Kolom Silinder nomor 31 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 177,6 kg/cm2
9. Kolom Silinder nomor 39 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 177,6 kg/cm2
10. Kolom Silinder nomor 40 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 177,6 kg/cm2
11. Kolom Silinder nomor 46 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 185,1 kg/cm2
12. Kolom Silinder nomor 84 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 166,2 kg/cm2
13. Balok nomor 90 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 196,4 kg/cm2
14. Balok nomor 91 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 177,6 kg/cm2
15. Balok nomor 92 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 166,2 kg/cm2
16. Balok nomor 94 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 103,5 kg/cm2
17. Balok nomor 95 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 185,1 kg/cm2
18. Balok nomor 99 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 185,1 kg/cm2
19. Balok nomor 108 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 128,1 kg/cm2
20. Balok nomor 111 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 185,1 kg/cm2
21. Balok nomor 112 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 185,1 kg/cm2
22. Balok nomor 113 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 196,4 kg/cm2
23. Plat Lantai nomor 12 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 166,2 kg/cm2
24. Plat Lantai nomor 15 dengan perkiraan nilai kuat tekan sebesar 199,5 kg/cm2

4.1.2 Dari hasil uji yang telah dilakukan dari poin 1-24 di atas, terhadap beton dengan
karakteristik minimun kuat tekan = 200 kg/cm2 atau 17 Mpa yang dibutuhkan
untuk struktur sipil gedung berlantai seperti Gedung Utama Gereja Bukit Kasih.
Adapun melihat hasil uji kembali kualitas yang telah kami lakukan maka angka-
angka actualnya dapat dilihat rata-rata tidak mencapai syarat minimum yang
diijinkan.
4.1.3 Bahwa secara teknis hasil tersebut memberikan kesimpulan bahwa struktur yang
telah terbangun sesuai progres yang ada berpotensi terjadi kegagalan/failure
terhadap kemampuan beban-beban yang akan dipikul sebagai struktur penyanggah.
4.1.4 Bahwa secara teknis kami berkesimpulan terhadap potensi kegagalan/failure
tersebut terjadi karena beberapa hal, antara lain:
1) Pra Konstruksi
 Melakukan pemeriksaan kajian-kajian terhadap design khususnya
pekerjaan struktur beton menggunakan acuan/persyaratan yang ada.
2) Pelaksanaan Konstruksi

4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai