SEDIAAN TABLET
Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi
sediaan farmasi dengan judul “sediaan tablet”. Kami berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan khususnya kepada pembaca.
Selanjutnya, diucapkan terimakasih kepada Bapak/ ibu dosen selaku dosen
pembimbing yang memotivasi kami dalam menyelesaikan makalah serta teman-
teman seangkatan yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini..
Makalah ini belum sempurna baik isi maupun penulisannya, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaannya.Akhir
kata, kami berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Rini Fatmawati
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling
banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasiny
a. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak,
dosisnya tepat,
mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis disbanding sediaan yang
lain (Lachmandkk., 1994).
Parasetamol memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas yang kurang baik,
sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan.
Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas yang
kurang baik, sehingga untuk dapat dicetak menjadi tablet yang
baik, parasetamol memberikan banyak kesulitan dan membutuhkan bahan pengika
t yang baik, dalam dosis besar paling tepat jika digunakan metode granulasi basah,
karena dengan metode granulasi basah tidak memerlukan banyak bahan tambahan
yang menyebabkan bobot terlalu besar, selain itu sifat parasetamol yang
tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses granulasi.
Selain mengandung zat aktif, dalam pembuatan tablet
diperlukan bahan bahan tambahan yaitu bahan pengisi, pengikat, penghancur,
pelican dan pewarna.
Bahan tambahan memegang peranan penting dalam pembuatan tablet, di
antaranya bahan pengikat. Bahan pengikat dimaksudkan untuk menjamin penyatu
an bersama dari partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Kompaktibilitas
tablet dapat dipengaruhi oleh tekanan kompresi maupun bahan pengikat.
Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah gula, amilum, gelatin, tragakan,
povidon (PVP), gom arab dan zat lain yang sesuai (Voigt, 1984).
Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang
penting dalam pembuatan tablet,bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan
pengikat dari tablet dan melawan tekanan pada saat penabletan.
Bahan ini akan menghancurkan tablet bila bersentuhan dengan air
atau cairan saluran pencernaan.
Tablet akan hancur menjadi granul selanjutnya pecah menjadi partikel-partikel hal
us dan akhirnya obat akan hancur (Gunsel et al, 1970)
Amilum (pati) merupakan bahan penolong yang
sering digunakan pada pembuatan tablet. Salah
satunya adalah sebagai bahan penghancur.
Amilum akan melepaskan kekuatannya dari bahan pengikat dan menyebabkan pe
mbengkakan dari beberapa komponen penyusun sehingga sebagian atau seluruh a
ksinya membantu hancurnya tablet (Voigts , 1984)
Bahanpengikat/mucilago/solutio Slugging/kompres
Dikeringkan Diayak
+ bahanpenghancur + bahanpelicin
+ bahanpelicin
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang
selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara
mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui
gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis
efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban (Andayana, 2009).
Granula adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil.
Umumnya terbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih
besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan no.4-12, walaupun demikian
granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat
bergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989).
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak
tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh
massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug
kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya
lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka
proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga
dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua
penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan
dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu
menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara
penggiling (Andayana, 2009).
2.2 Preformulasi
1) Zat aktif
a. Paracetamol (FI III hal 37)
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (96%) P, dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Titik lebur : antara 169⁰ sampai 172⁰
pKa / pKb : pKa 0.6 pada 25⁰C
pH larutan : 5.2 sampai 6.5
stabilitas : Peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat
khasiat : Analgetikum , Antipiretikum
2) Zat Tambahan
a. Amprotab
Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul
kecil berbentuk oval dengan ukuran dan bentuk yang berbeda
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan air dingin
Titik Lebur : 5.5⁰ - 6.5⁰
Suhu Lebur : 73⁰C untuk pati jagung
Stabilitas : Pati kering dan tanpa pemanasan, stabil jika dilindungi dari
kelembaban yang tinggi
Kegunaan : Glidan, pengisi tabel dan kapsul, penghancur tablet dan kapsul,
pengikat tablet.
b. Amylum Manihot
Pemerian : Serbuk halus; putih; tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol
Kegunaan :Bahan pengikat tablet
c. Laktosa
Pemerian : serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar
larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam
eter P.
pKa / pKb : pH larutan 10% b/v 4.0-6.5
Stabilitas : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
d. Magnesium Stearat
Pemerian : Hablur; sangat halus; putih; berbau khas dan berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, eter, dan air. Sedikit larut dalam
benzene hangat dan etanol (95%) P hangat
Titik Leleh : 88.5⁰C
Stabilitas : Stabil
Polimorfisme : Trihidrat, bentuk asikular dan dihidrat, bentuk lamellar
Kegunaan : Lubrikan untuk tablet dan kapsul
e. Talcum
Pemerian : Serbuk sangat halus; putih sampai putih abu-abu; tidak berbau
langsung melekat kulit, lembut disentuh
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, larutan
organic dan air
pH : 6.5-10 untuk larutan disperse 20% b/v
Stabilitas : Stabil dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160⁰C selama
tidak lebih dari 1 jam
Kegunaan : Anti caking agent, glikan, pengisi tablet, lubrikan tablet.
BAB III
METODE
3.1 Metode
1. Metode Penambahan Kering
Pengikat dicampur serbuk ( zat aktif dan eksipien lain) lalu ditambahkan pelarut
pengikat (air, etanol, isopropil alkohol, atau uap air panas).
Keuntugan : Proses cepat dan tidak ada resiko massa granul terlalu basah
karena pelarut pengikat ditambahkan sedikit demi sedikit.
Dibuat larutan pengikat terlebih dahulu dengan cara melarutkan pengikat dalam
pelarut, lalu larutan pengikat ditambahkan kedalam campuran serbuk ( zat aktif
dan eksipien lain).
a. Alat
Neraca analitik
Loyang
Beaker glass
Batang pengaduk
Gelas kimia
Moisture Balance
b. Bahan
Paracetamol
Amprotab
Amylum Manihot
Laktosa
Mg Stearat
Talk
3.3 Analisis Formulasi
1. Paracetamol 350 mg
2. Amprotab 10%
4. Laktosa q.s
Fase Luar 8%
1. Mg Stearat 1%
2. Talk 2%
3. Amprotab 5%
3.4 Perhitungan
= 20 gram
= 184 gram
= 184-166,13
= 17,87 gram
= 1.745 gram
= 3.564 gram
= 8.712 gram
348.69
= 0.500 gram
= 500 mg
3.5 Penimbangan
Fase Dalam
b. Amprotab = 20 gram
Fase Luar
3.6 Prosedur
c) Fariabilitas
o Dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak
o Dibersihkan satu per satu lalu ditimbang
o Masukn semua tablet ke dalam alat, lalu putar sebanyak......kali
putaran
o Kemudian tablet dibersuhkan lagi dan ditimbang
o Hitung dengan rumus Syarat : Tablet yang baik memiliki
fariabilitas ˂ 1%
d) Keseragaman Bobot
- Diambil 20 tablet secara acak
- Timbang masing-masing tablet
- Kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet dan penyimpangan tablet terhadap
bobot rata-rata. Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan Tidak
boleh ada satupun tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata
lebih besar dari harga pada kolom B
f) Keseragaman kandungan
o Diambil 20 tablet secara acak
o Tablet digerus sampai halus menggunakan mortir dan stemper
o Timbang sebanyak 50 mg
o Masukan ke dalam labu ukur 100 ml dan larutkan dengan buffer
o Kocok homogen
o Pipet 500 mikron
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan tablet parasetamol dengan
metode granulasi basah dan kemudian dilakukan evaluasi granul dan tablet yang
telah dicetak. Parasetamol memiliki sifat kompresibiltas dan fluiditas yang kurang
baik, sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat dengan
sifat kompatibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika
digunakan metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak
memerlukan banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar,
selain itu sifat parasetamol yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama
proses granulasi.
Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan
larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi. Langkah-langkah yang diperlukan
dalam pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang dan mencampur
bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, [engayakan adonan lembab menjadi
granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, pembuatan
tablet dengan kompresi.
Prosedur dalam pembuatan tablet metode granulasi basah ini dibagi menjadi
dua tahap, diawali dengan pembuatan fasa dalam yang berisikan pula zat aktif
selanjutnya dicampurkan fasa dalam dengan fasa luar. Setelah dilakukan
pencampuran, serbuk digranulasi, dicetak, dan dievaluasi baik granulnya maupun
hasil cetakannya.
Fasa dalam berisi zat-zat yang digunakan untuk pembuatan granul yaitu
parasetamol, amprotab, mucilago amili (amilum manihot), dan laktosa. Laktosa
merupakan zat pengisi tablet supaya dapat membentuk massa yang kompak dan
pas untuk dicetak dengan ukuran tertentu. Sedangkan fasa luar adalah zat-zat yang
dimasukan setelah serbuk menjadi granul dan akan dikempa menjadi tablet. Fasa
luarnya terdiri dari amprotab (sebagai penghancur agar partikel terdistribusi
dengan baik), Mg Stearat sebagain lubrikan dan talk sebagai glidan.
Bahan-bahan pada fase dalam dibuat granul terlebih dahulu, setelah terbentuk
granul maka dilakukan evaluasi terhadap granul yang telah dibuat sebelumnya,
evaluasi terhadap granul ini berfungsi sebagai parameter dalam pembatan tablet
yang baik dengan mengetahui sifat fisik granul yang akan dikempa, sifat-sifat
fisik granul yang berkaitan dengan penabletan antara lain kecepatan aliran granul,
kelembaban granul, kerapatan atau bobot jenis granul, dan distribusi ukuran
partikel. Granul yang memiliki sifat fisik baik yaitu yang mudah mengalir dengan
baik dan mudah dikempa (Kompresibilitas baik). Untuk itu maka pada praktikum
kali ini dilakukan beberapa uji evaluasi yang biasa digunakan sebagai patokan
untuk mengatahui sifat fisik alir granul, yaitu : waktu alir, sudut istirahat,
kelembaban, kerapatan, dan distribusi ukuran partikel granul.
Kecepatan aliran granul dengan metode corong, waktu yang diperlukan untuk
mengalir sejumlah granul atau serbuk pada alat yang dipakai (corong).
Berdasarkan hasil pengujian didapat waktu alir granul 4 detik/30 gram granul,
yang menandakan aliran granul kurang baik karena waktu yang diperlukan tidak
memenuhi syarat yang seharusnya untuk mengalirkan granul 100g < 10 detik,
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk 30 gram granul < 3 detik.
Kecepatan alir dengan menggunakan metode sudut istirahat, yaitu sudut tetap
yang terjadi antara timbunan partikel berbentuk kerucut dengan bidang horizontal.
Granul yang digunakan sebanyak 30 gram, berdasarkan hasil pengujian didapat
diameter (d) 11,5 cm, jari-jari (r) 5,75 cm dan tinngi (h) 2 cm. Dengan melakukan
perhitungan hasil sudut yang di dapat 19,18ᵒ, menandakan bahwa granul sangat
mudah mengalir karena niali yang didapat < 30ᵒ.
Kelembaban, pada uji ini menggunakan alat Moisture Balance. Granul yang
digunakan sebanyak 3 gram, hasil yang didapat adalah 1,10%, yang menandakan
bahwa granul memiliki kadar air yang baik, karena kadar air granul yang baik
adalah 1-2%.
Bobot jenis/kerapatan, pertama yang dilakukan adalah BJ nyata. Granul yang
digunakan sebanyak 30 gram. Berdasarkan hasil pengujian didapat BJ nyata
granul adalah 0,370 g/ml. Kemudian uji BJ mampat yang merupakan penurunan
volume sejumlah granul akibat hentakan/ketukan. Pada uji ini granul yang
digunakan sebanyak 30 gram kemudian dilakukan pengetukan didalam gelas ukur
dengan jumlah ketukan sebanyak 10 kali dan 200 kali. Pada 10 kali ketukan hasil
yang didapat 0,375 g/ml sedangkan pada 200 kali ketukan hasil yang didapat
0,389 g/ml. Selanjutnya uji BJ sejati dengan menggunakan alat piknometer dan
cairan pendispersi (paraffin cair). Berdasarkan hasil pengujian dan hasil
perhitungan yang didapat bobot jenis sejati granul adalah 2,631 g/ml. Pada uji
bobot jenis atau kerapatan ini kita bisa mengetahui kadar pemampatan,
perbandingan haussner dan persen kompresibilitas (%K) dari granul sehingga
dapat diketahui sifat alirnya dan kemudahannya untuk dikempa. Berdasarkan hasil
pengujian didapat hasil kadar pemampatan adalah 4,9% yang menandakan granul
memenuhi syarat, karena syarat kadar pemampatan yang baik adalah < 20%.
Kemudian hasil dari perbandingan haussner didapatkan hasilnya adalah 1,0 yang
menandakan bahwa granul memenuhi syarat, karena syarat angka hausner ≈ 1.
Kemudian persen kompresibilitas, berdasarkan hasil yang didapat persen
kompresibilitas granul adalah 4,8% yang menandakan bahwa granul memiliki
aliran yang sangat baik, karena syarat dari persen kompresibilitas yang sangat
baik adalah 5 – 15%. Dapat disimpulkan bahwa granul memenuhi syarat dengan
hasil yang didapatkan badwa granul memiliki aliran yang sangat baik.
Distribusi ukuran partikel, merupakan evaluasi untuk mengetahui penyebaran
ukuran granul yang diperoleh. Evaluasi distribusi ukuran granul menggunakan
alat berupa ayakan bertingkat yang memiliki diameter berbeda-beda, ayakan yang
digunakan bernomor 10,12,14 dan 16. Berdasarkan hasil distribusi ukuran partikel
granul didapat :
Yang tertahan pada mesh 10 = 2,33%
Yang melewati mesh 10 = 7,46%
Yang melewati mesh 12 = 13,67%
Yang melewati mesh 14 = 14,27%
Yang melewati mesh 16 = 62,26%
Dengan total 100%, yang menandakan granul tidak memiliki keseragaman ukuran
Setelah dilakukan evaluasi granul, kemudian dilakuan pencampuran granul
dengan fasa luar yaitu dengan talk, amprotab dan Mg stearat. Setelah semuanya
tercampur kemudian dilakukan pencetakan tablet. Pada proses pencetakan, berat
dan kekerasan tablet yang akan dicetak diperhitungkan dengan mengatur punch
atas dan punch bawah dari alat pencetak. Untuk menentukan berat tablet yang
akan dicetak, diatur dengan punch bawah. Sedangkan untuk mengatur kekerasan
tablet, digunakan punch atas. Volume bahan yang diisikan yang mungkin masuk
ke dalam cetakan harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih
dahulu dicetak. Penyesuaian ini diperlukan karena formula tablet tergantung pada
berat tablet yang akan dibuat.
Selama pencetakan, beberapa tablet yang dicetak diambil untuk pengontrolan
berat dan kekerasan tablet dan kekerasan tablet. Jika berat atau kekerasannya
berada diluar rentang yang diinginkan, alat pencetak dapat diatur kembali. Setelah
seluruh serbuk dicetak, kemudian dilakukan evaluasi tablet.
Evaluasi yang dilakukan pada tablet pertama yaitu organoleptik meliputi
pengamatan bentuk dari tablet yaitu bulat gepeng, warna putih, tidak berbau dan
rasa pahit. Kemudian dilakukan evaluasi keseragaman ukuran yang merupakan
perbandingan diameter dan tebal. Hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan
karena rata-rata diameter yang dihasilkan yaitu 10,1275 mm dan tidak kurang dari
1 1/3 rata-rata tebal tablet yaitu 0,11375 mm.
Pengujian keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet dengan
menghitung bobot rata-rata tablet yaitu 0,540 gram atau 540 mg. Selain itu
persentase penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rata-rata tablet harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI (1979) yaitu tidak boleh
lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B.
Penyimpanan bobot rata – rata dalam %
Bobot rata – rata
A B
< 25 mg 15 30
26 mg -150 mg 10 20
151 mg - 300 mg 75 15
>300 mg 5 10
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan keseragaman bobot dari tablet
kurang baik, karena terdapat lebih dari dua tablet yang lebih dari 5% yaitu pada
tablet ke 1,2,3,9,13 dan 19.
Selanjutnya dilakukan pengujian kekerasan dengan menggunakan hardness
tester terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dimana pengujian kekerasan
berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan
dalam kg/cm². Uji kekerasan dimaksudkan agar tablet cukup keras untuk tahan
pecah dan tahan terhadap goncangan pada saat pengemasan dan proses distribusi.
Akan tetapi harus cukup lunak untuk melarut dan akan menghancur sempurna
begitu digunakan konsumen atau dapat dipatahkan diantara jari-jari bila tablet
perlu dibagi untuk pemakaiannya. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata kekerasan
tablet adalah 5,95 kg/cm², hal ini menunjukkan kekerasan tablet tidak cukup baik,
karena syarat tablet besar yang baik yaitu apabila mempunyai kekerasan dalam
rentang 7-10 kg/cm².
Pengujian friabilitas dilakukan dengan menggunakan 20 tablet dengan
parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan
selama waktu tertentu. Untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap benturan dan
gesekan, dilakukan uji ini. Hal ini sangat penting terutama pada saat pengemasan
dan pendistribusian. Hasil yang diperoleh adalah persen friabilitas sebesar 1,47%,
hal ini menunjukkan tablet memiliki kerapuhan yang tidak baik, karena syarat
tablet yang baik apabila memiliki friabilitas < 1%.
Pengujian waktu hancur prinsipnya adalah menentukan waktu yang diperlukan
suatu tablet untuk hancur dengan cara menempatkan tablet pada alat penentuan
waktu hancur yang kondisinya sesuai dengan keadaan in vivo dan persyaratan
monografi. Hasil yang diperoleh tablet memiliki waktu hancur 2,38 menit. Hal ini
menunjukkan tablet memiliki waktu hancur yang baik, karena menurut
persyaratan waktu yang diperlukanj untuk menghancurkan 6 tablet tidak lebih dari
15 menit.
Selanjutnya yaitu dilakukan uji kadar zat aktif dengan menggunakan
spektrofotometri uv-vis. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar zat aktif dari
tablet. Unutk uji kadar zat aktif dilakukan dengan menimbang 0,05 gram tablet
yang telah di gerus kemudian dilarutkan dalam larutan buffer 100 ml dan
dilakukan pengenceran dengan memipet sebanyak 500 mikron add larutan buffer
10 ml. Larutan yang terbentuk kemudian dimasukan kedalam kuvet untuk
selanjutnya di lihat nilai absorbansinya dengan spektrofotometer, dapat diketahui
nilai absorbansi yang terbaca yaitu 0,655 sehingga dihasilkan nilai dari kadar zat
aktif sebesar 0,152 mg/ml.
Uji-uji yang dilakukan terhadap tablet berguna untuk pengawasan mutu. Hal
ini dilakukan selama proses produksi secara periodik karena akan melibatkan
biaya yang sangat besar apabila pada akhir produksi ternyata menghasilkan tablet
yang tidak memenuhi persyaratan.
Syarat-syarat tablet yang baik adalah sebagai berikut :
Tablet harus kuat, tahan terhadap goncangan dan tahan abrasi pada saat
pengemasan dan distribusi.
Memiliki keseragaman bobot dan kandungan bobot.
Tablet dapat terbioavailable.
Memiliki karakteristik warna, bau, dan rasa sebagai identitas produk.
Memiliki kestabilan yang baik dan tereffikasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dalam proses pembuatan tablet membutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Jakarta: Gadjah Mada University Press
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta :
UI-Press
Departemen Kesehatan RI. 1994. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI