Anda di halaman 1dari 72

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

LAPORAN MINI PROJECT

PENYULUHAN TENTANG GIZI SEIMBANG DAN MAKANAN


EKONOMIS DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING DI
POSYANDU DAHLIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NEGARA

Oleh:
dr. Muhammad Husin Nafarin

Pendamping:
dr. Sri Rahmi Rahayu

DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS


SEBAGAI DOKTER INTERNSHIP
WAHANA PUSKESMAS NEGARA
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
KALIMANTAN SELATAN
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT

dr. Muhammad Husin Nafarin

PENYULUHAN TENTANG GIZI SEIMBANG DAN MAKANAN


EKONOMIS DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING DI
POSYANDU DAHLIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NEGARA

Telah menyusun tugas mini project sebagai salah satu tugas dalam rangka
program internsip di Puskesmas Negara Daha Utara
Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Selatan, Februari 2020

Mengetahui,
Dokter Pendamping Internship

dr. Sri Rahmi Rahayu

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul
PENYULUHAN TENTANG GIZI SEIMBANG DAN MAKANAN EKONOMIS
DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING DI POSYANDU DAHLIA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NEGARA.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Pak H. Mardiansyah, S.Kep, MM selaku Kepala Puskesmas Negara.
2. dr. Hj. Sri Rahmi Rahayu yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami sehingga kami termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyusunan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis, penulis sadar bahwa
mini survey ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari
segi isi maupun penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan untuk memperbaiki kekurangan serta penyusunan mini
survey ini di kemudian hari. Penulis berharap mini project ini dapat bermanfaat
terutama di bidang kesehatan.

Hulu Sungai Selatan, Februari 2020


Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6
2.1 Stunting ........................................................................................... 6
2.1.1 Definisi Stunting ................................................................ 6
2.1.2 Diagnosis Stunting ............................................................. 6
2.1.3 Penyebab Stunting.............................................................. 7
2.1.4 Dampak Stunting................................................................ 8
2.2 Gizi Seimbang ................................................................................. 10
2.2.1 Definisi Gizi Seimbang ...................................................... 10
2.2.2 Empat Pilar Gizi Seimbang ................................................ 14
2.2.3 Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok ........................ 17
2.3 Makanan Ekonomis ....................................................................... 20
2.4 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ....................................... 22
BAB 3. METODE ............................................................................................. 23
3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan ......................................................... 23
3.2 Peserta Kegiatan ............................................................................. 23
3.3 Langkah Kegiatan ......................................................................... 23
3.4 Manajemen Kegiatan ..................................................................... 24

iv
3.5 Jenis Penelitian................................................................................... 24
BAB 4. HASIL ................................................................................................... 25
4.1 Profil Umum (Puskesmas Negara) .............................................. 25
4.2 Data Geografis ................................................................................ 25
4.3 Keadaan Penduduk ........................................................................ 26
4.4 Keadaan Perilaku Penduduk ........................................................ 26
4.5 Sumber Daya Kesehatan ............................................................... 28
4.6 Hasil Penelitian ............................................................................... 29
BAB 5. PEMBAHASAN DAN DISKUSI ........................................................ 31
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 34
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 34
6.2 Saran................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 35
LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir. Akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita
dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference
Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD (stunted)
dan kurang dari – 3SD (severely stunted).1,2
Indonesia termasuk di dalam 17 negara di antara 117 negara yang mempunyai
maasaalah stunting pada balita dengan prevalensi stunting kelima terbesar di dunia
(UNICEF, WHO, and World Blank 2014). Sekitar 30,8% anak balita mengalami
stunting di Indonesia (Riset Kesehatan Dasar/ Riskesdas 2018). Hal ini berarti
pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia atau
1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Sekitar 1/3 anak berusia di bawah 5
tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. Kejadian stunting di
Indonesia tertinggi terdapat di provinsi NTT dengan persentase 42,6% sedangkan
Provinsi Kalimantan Selatan merupakan provinsi dengan kejadian stunting tertinggi
kesembilan dengan persentase 34.2%. Kejadian stunting di Provinsi Kalimantan
Selatan tertinggi terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan persentase 56%
sedangkan Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan kabupaten dengan kejadian
stunting tertinggi ketiga dengan persentase 49,9%. Data Puskesmas Negara bulan
Agustus tahun 2019 menunjukkan jumlah kejadian stunting di wilayah kerja
Puskesmas Negara sebanyak 23 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
angka stunting di wilayah kerja Puskesmas Negara tinggi.3,4,6

1
Balita/Baduta (bayi di bawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan
memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan
terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat
produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar
ketimpangan. 2,7
Pengalaman dan bukti internasional menunjukkan bahwa stunting dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja
sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) serta
mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu, stunting juga dapat
berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/ inequality sehingga mengurangi 10%
dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-
generasi.2,8
Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh
rumah tangga/ keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga
dialami oleh rumah tangga/ keluarga yang tidak miskin/ yang berada di atas 40%
tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi. Kondisi anak stunting juga dialami oleh
keluarga/ rumah tangga yang tidak miskin.2,8
Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak
balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat
digambarkan sebagai berikut: 1). Praktek pengasuhan yang kurang baik (termasuk
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan serta setelah ibu melahirkan. 2). Masih terbatasnya layanan kesehatan
termasuk layanan ANC (Ante Natal Care) (pelayanan kesehatan untuk ibu selama
masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. 3).
Masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga ke makanan bergizi. Hal ini
dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal. Menurut
beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas

2
makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga
buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya
akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari
3 ibu hamil yang mengalami anemia. 4). Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di
Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah
tangga belum memiliki akses ke air minum bersih. Beberapa penyebab seperti yang
dijelaskan di atas, telah berkontibusi pada masih tingginya pervalensi stunting di
Indonesia dan oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang komprehensif
untuk dapat mengurangi pervalensi stunting di Indonesia. 5,8,9
Kerangka intervensi stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.
Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifik. Ini merupakan intervensi yang
ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan
berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi
spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat
jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan
yang idealnya dilakukan untuk melaksanakan Intervensi Gizi Spesifik dapat dibagi
menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga
melahirkan balita.5
Kerangka intervensi stunting yang direncanakan oleh pemerintah yang kedua
adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai
kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70%
intervensi stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara
umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait Intervensi Gizi Sensitif dapat dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas
kementerian dan lembaga. Ada 12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada
penurunan stunting melalui Intervensi Gizi Spesifik sebagai berikut: 1).
Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih. 2). Menyediakan dan
memastikan akses terhadap sanitasi. 3). Melakukan fortifikasi bahan pangan. 4).

3
Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB). 5).
Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 6). Menyediakan Jaminan
Persalinan Universal (Jampersal). 7). Memberikan pendidikan pengasuhan pada
orang tua. 8). Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal. 9).
Memberikan pendidikan gizi masyarakat. 10). Memberikan edukasi kesehatan
seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja. 11). Menyediakan bantuan dan
jaminan sosial bagi keluarga miskin. 12). Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
Kedua kerangka intervensi stunting diatas sudah direncanakan dan dilaksanakan
oleh Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk mencegah dan
mengurangi pervalensi stunting.2,9
Dari survei yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Negara, ditemukan
hal yang menyebabkan tingginya angka stunting yaitu: tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi balita kategori baik sebesar 13,04%, tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi balita kategori cukup sebesar 26,09%, dan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
balita kategori kurang sebesar 60,87%. Pendapatan orang tua lebih dari UMP
sebesar 13,04% dan pendapatan orang tua kurang dari UMP sebesar 86,96%. Anak
dengan ASI eksklusif sebesar 82,61% dan anak tidak dengan ASI eksklusif sebesar
17,39%.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian stunting di wilayah kerja
Puskesmas Negara disebabkan karena pengetahuan ibu tentang gizi balita yang
rendah dan pendapatan keluarga yang rendah. Berdasarkan hasil analisis situasi ini,
didapatkan alternatif pemecahan masalah diantaranya menekankan kepada
masyarakat tentang dampak buruk stunting bagi anak balita dan melakukan
penyuluhan tentang gizi balita yamg seimbang dan ekonomis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
- Tingginya prevalensi stunting.
- Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi balita.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum

4
Untuk mencegah stunting di wilayah kerja Puskesmas Negara.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan tentang dampak stunting terhadap anak.
b. Penyuluhan tentang gizi seimbang dan makanan ekonomis pada balita
terhadap ibu hamil dan menyusui.
c. Penyuluhan tentang pencegahan stunting.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyebab dan dampak
stunting terhadap anak.
b. Menambah pengalaman dalam melakukan suatu penelitian.
c. Menambah pengalaman berkomunikasi dalam suatu komunitas
masyarakat.
1.4.2 Manfaat Bagi Ibu
a. Diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya gizi
balita dalam upaya mencegah stunting.
b. Diharapkan ibu melakukan suatu tindakan tentang pentingnya gizi
balita dalam upaya mencegah stunting.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
a. Diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya gizi balita dalam upaya mencegah stunting.
b. Diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran ibu-ibu untuk bisa
memberikan gizi seimbang pada anak.
b. Diharapkan anak dapat menjadi lebih kebal terhadap penyakit dan di
masa depan dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan
produktivitas.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting
2.1.1 Definisi Stunting
Stunting adalah kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal,
diukur berdasarkan TB/U (tinggi badan menurut umur). Stunting atau malnutrisi
kronik merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. 10
Stunting adalah gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat, berupa
penurunan kecepatan pertumbuhan dalam perkembangan manusia yang merupakan
dampak utama dari gizi kurang. Gizi kurang merupakan hasil dari
ketidakseimbangan faktor-faktor pertumbuhan (faktor internal dan eksternal). Gizi
kurang dapat terjadi selama beberapa periode pertumbuhan, seperti masa
kehamilan, masa perinatal, masa menyusui, bayi dan masa pertumbuhan (masa
anak). Hal ini juga bisa disebabkan karena defisiensi dari berbagai zat gizi, misalnya
mikronutrien, protein atau energi.10
Perawakan pendek atau stunting merupakan suatu terminologi untuk tinggi
badan yang berada dibawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan normal
yang berlaku pada populasi tersebut. Tinggi badan menurut umur (TB/U) dapat
digunakan untuk menilai status gizi masa lampau, ukuran panjang badan dapat
dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. Sedangkan kelemahannya adalah tinggi
badan tidak cepat naik sehingga kurang sensitif terhadap masalah gizi dalam jangka
pendek.1,2,10
2.1.2 Diagnosis Stunting
Penentuan perawakan pendek dapat menggunakan beberapa standar antara
lain Z-score baku National Center for Health Statistic/ Center for Diseases Control
(NCHS/CDC) atau Child Growth Standars World Health Organization (WHO)
tahun 2005. Kurva (grafik) pertumbuhan yang dianjurkan saat ini adalah kurva
WHO 2005 berdasarkan penelitian pada bayi yang mendapat ASI ekslusif dari ibu
yang tidak merokok, yang diikuti dari lahir sampai usia 24 bulan dan penelitian
potong lintang pada anak usia 18-71 bulan, dengan berbagai etnis dan budaya yang

6
mewakili berbagai negara di semua benua. Kurva NCHS dibuat berdasarkan
pertumbuhan bayi kulit putih yang terutama mendapatkan susu formula. Beberapa
penelitian menunjukkan proporsi perawakan pendek pada anak lebih tinggi dengan
menggunakan kurva WHO 2005 dibandingkan NCHS/CDC sehingga implikasinya
penting pada program kesehatan. 1,2,10
2.1.3 Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak
balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat
digambarkan sebagai berikut:1.2.5
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik
Praktek pengasuhan yang kurang baik termasuk kurangnya pengetahuan ibu
mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu
melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari
anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif dan 2
dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI). MP-ASI diberikan/ mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6
bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI
juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong
oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis
anak terhadap makanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (Ante Natal
Care) (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
Care dan pembelajaran dini yang berkualitas
Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia
menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79%
di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke
layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi
sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan

7
pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum
terdaftar di layanan PAUD/ Pendidikan Anak Usia Dini).
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga ke makanan bergizi
Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong
mahal. Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS),
komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi,
India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura.
Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi
pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga
di Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka serta 1 dari 3 rumah
tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.
2.1.4 Dampak Stunting
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh stunting:7,8
1. Kognitif lemah dan psikomotorik terhambat
Bukti menunjukkan anak yang tumbuh dengan stunting mengalami masalah
perkembangan kognitif dan psikomotor. Jika proporsi anak yang mengalami kurang
gizi, gizi buruk, dan stunting besar dalam suatu negara, maka akan berdampak pula
pada proporsi kualitas sumber daya manusia yang akan dihasilkan. Artinya,
besarnya masalah stunting pada anak hari ini akan berdampak pada kualitas bangsa
masa depan.
2. Kesulitan menguasai sains dan berprestasi dalam olahraga
Anak-anak yang tumbuh dan berkembang tidak proporsional hari ini, pada
umumnya akan mempunyai kemampuan secara intelektual di bawah rata-rata
dibandingkan anak yang tumbuh dengan baik. Generasi yang tumbuh dengan
kemampuan kognisi dan intelektual yang kurang akan lebih sulit menguasai ilmu
pengetahuan (sains) dan teknologi karena kemampuan analisis yang lebih lemah.
Pada saat yang sama, generasi yang tumbuh dengan kondisi kurang gizi dan
mengalami stunting, tidak dapat diharapkan untuk berprestasi dalam bidang
olahraga dan kemampuan fisik. Dengan demikian, proporsi kurang gizi dan stunting

8
pada anak adalah ancaman bagi prestasi dan kualitas bangsa di masa depan dari
segala sisi.
3. Lebih mudah terkena penyakit degeneratif
Kondisi stunting tidak hanya berdampak langsung terhadap kualitas
intelektual bangsa, tapi juga menjadi faktor tidak langsung terhadap penyakit
degeneratif (penyakit yang muncul seiring bertambahnya usia). Berbagai studi
membuktikan bahwa anak-anak yang kurang gizi pada waktu balita, kemudian
mengalami stunting, maka pada usia dewasa akan lebih mudah mengalami obesitas
dan terserang diabetes melitus. Seseorang yang dalam masa pertumbuhan dan
perkembangannya mengalami kekurangan gizi dapat mengalami masalah pada
perkembangan sistem hormonal insulin dan glukagon pada pankreas yang mengatur
keseimbangan dan metabolisme glukosa. Sehingga, pada saat usia dewasa jika
terjadi kelebihan intake kalori, keseimbangan gula darah lebih cepat terganggu, dan
pembentukan jaringan lemak tubuh (lipogenesis) juga lebih mudah. Dengan
demikian, kondisi stunting juga berperan dalam meningkatkan beban gizi ganda
terhadap peningkatan penyakit kronis di masa depan.
4. Sumber daya manusia berkualitas rendah
Kurang gizi dan stunting saat ini, menyebabkan rendahnya kualitas sumber
daya manusia usia produktif. Masalah ini selanjutnya juga berperan dalam
meningkatkan penyakit kronis degeneratif saat dewasa.
Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,
gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Dalam
jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.
Kesemuanya itu akan menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia,
produktifitas, dan daya saing bangsa.

9
2.2 Gizi Seimbang
2.2.1 Definisi Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang megandung zat-zat
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik,
kebersihan dan berat badan ideal. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-
hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin, umur dan status kesehatan. Gizi seimbang
bagi anak sekolah dipenuhi setiap hari dengan makanan yang beraneka ragam.
Perubahan komposisi tubuh dan peningkatan aktivitas fisik anak sekolah
memerlukan asupan gizi seimbang. Secara umum menu makanan yang seimbang
dengan komposisi energi dari karbohidrat 50% - 65%, protein 10% - 20%, dan
lemak 20% - 30%.11,12
Selain gizi seimbang, pada anak-anak, pola asuh yang baik akan memberikan
pengaruh yang baik pula terhadap status gizinya. Pola asuh yang baik akan
memperhatikan kecukupan asupan zat gizi dan pencegahan terjadinya penyakit.
Selanjutnya pola asuh, asupan gizi dan kejadian penyakit infeksi sangat dipengaruhi
oleh akar masalah, yang meliputi faktor sosial, ekonomi dan budaya.11,12
Pemenuhan gizi seimbang setiap hari diperoleh mulai saat makan pagi
(sarapan). Sarapan merupakan kegiatan makan dan minum yang dilakukan sebelum
jam 9 pagi. Kebiasaan sarapan sangat penting karena dapat memenuhi 1/3 dari

10
kebutuhan gizi sehari terutama energi. Manfaat sarapan terhadap proses
pembelajaran, antara lain anak mempunyai kemampuan daya ingat (kognitif) yang
lebih baik; anak memiliki daya juang belajar dan konsentrasi atau perhatian yang
lebih baik; anak memiliki kemampuan membaca, berhitung (matematika) dan skor
kemampuan sejenis (bahasa & logika) yang lebih baik; anak jarang sakit; dan anak
memilki stamina dan disiplin yang lebih baik. Dalam deklarasi Pekan Sarapan
Nasional (PESAN) 2013, sarapan yang sehat dan aman terdiri dari pangan pokok,
lauk pauk, buah/jus, susu dan minuman yang bebas dari risiko keracunan dan
gangguan kesehatan. Apabila anak sekolah tidak sempat sarapan, biasakan anak
membawa bekal makanan dan minuman agar tidak jajan di sekolah. Namun, apabila
sarapan tidak mencukupi, maka pangan jajanan memberikan kontribusi asupan gizi
bagi anak sekolah. Dalam memilih pangan atau PJAS yang sesuai, sebaiknya
memenuhi 1/3 kebutuhan gizi sehari terutama energi. Pada anak usia 7-9 tahun,
kecukupan energi sehari adalah 1850 kkal, sebaiknya energi yang diperoleh dari
sarapan 617 kkal. Pada anak laki-laki usia 10-12 tahun, kecukupan energi sehari
adalah 2100 kkal, sebaiknya energi yang diperoleh dari sarapan 700 kkal,
sedangkan pada anak perempuan usia 10-12 tahun, kecukupan energi sehari adalah
2000 kkal, sebaiknya energi yang diperoleh dari sarapan sebaiknya 667 kkal.
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan
kebiasaan jajan anak sekolah, yaitu:11,12
1. Makanan sepinggan adalah kelompok makanan utama yang dapat disiapkan di
rumah terlebih dahulu atau disiapkan di kantin, seperti gado-gado, nasi uduk, mie
ayam, lontong sayur, dan lain-lain.
2. Camilan/kudapan adalah makanan yang dikonsumsi diantara dua waktu makan.
Makanan camilan terdiri dari:
a. Makanan camilan basah meliputi pisang goreng, lumpia, lemper, risoles, dan
lain-lain.
b. Makanan camilan kering meliputi keripik, biskuit, kue kering, dan lain-lain.
3. Minuman, meliputi:
a. Air minum, baik dalam kemasan maupun yang disiapkan sendiri;

11
b. Minuman ringan, yang dalam kemasan (teh, minuman sari buah, minuman
berkarbonasi, dan lain-lain) dan yang tidak dikemas (es sirup dan teh);
c. Minuman campur, seperti es buah, es cendol, es doger, dan lain-lain.
4. Buah termasuk salah satu jenis makanan sumber vitamin, mineral dan serat yang
penting untuk anak sekolah. Buah-buahan biasa dijual dalam bentuk utuh seperti
pisang, jambu, jeruk dan dalam bentuk kupas atau potongan seperti pepaya, nenas,
melon, mangga.
Tips memilih PJAS:13
1. Kenali dan pilih pangan yang aman
Pangan yang aman adalah pangan yang bebas dari bahaya biologis, kimia dan
benda lain. Pilih pangan yang bersih, yang telah dimasak, tidak bau tengik, tidak
berbau asam. Sebaiknya membeli pangan di tempat yang bersih dan dari penjual
yang sehat dan bersih. Pilih pangan yang dipajang, disimpan dan disajikan dengan
baik.
2. Jaga kebersihan
Kita harus mencuci tangan sebelum makan karena mungkin tangan kita
tercemar kuman atau bahan berbahaya. Mencuci tangan dan peralatan yang paling
baik menggunakan sabun dan air yang mengalir.
3. Baca label dengan seksama
Pada label bagian yang diperhatikan adalah nama jenis produk, tanggal
kedaluwarsa produk, komposisi dan informasi nilai gizi (bila ada).
4. Ketahui kandungan gizinya
a. pangan olahan dalam kemasan
Baca label informasi nilai gizi untuk mengetahui nilai energi, lemak, protein dan
karbohidrat.
b. pangan siap saji
Pada Buku Informasi Kandungan Gizi PJAS (Badan POM 2013) dapat diketahui
komposisi kandungan zat gizi untuk setiap jenis pangan siap saji. Yang utama
diperhatikan adalah pemenuhan energi dari setiap pangan yang dikonsumsi.
5. Konsumsi air yang cukup

12
Dapat bersumber terutama dari air minum, dan sisanya dapat dipenuhi dari
minuman olahan (sirup, jus, susu), makanan (kuah sayur, sop) dan buah. Konsumsi
minuman olahraga (sport drink/ minuman isotonik) hanya untuk anak sekolah yang
berolahraga lebih dari 1 jam.
6. Perhatikan warna, rasa dan aroma
Hindari makanan dan minuman yang berwarna mencolok, rasa yang terlalu
asin, manis, asam, dan atau aroma yang tengik.
7. Batasi minuman yang berwarna dan beraroma
Minuman berwarna dan beraroma contohnya minuman ringan, minuman
berperisa.
8. Batasi konsumsi pangan cepat saji (fast food)
Konsumsi fast food yang berlebihan dan terlalu sering merupakan pencetus
terjadinya kegemukan dan obesitas. Pangan cepat saji antara lain kentang goreng,
burger, ayam goreng tepung, dan pizza. Biasanya makanan ini tinggi garam dan
lemak serta rendah serat.
9. Batasi makanan ringan
Makanan ringan umumnya rendah serat dan mengandung garam/natrium
yang tinggi dan mempunyai nilai gizi yang rendah. Contoh makanan ringan seperti
keripik kentang.
10. Perbanyak konsumsi makanan berserat
Makanan berserat bersumber dari sayur dan buah. Menu makanan tradisional
yang tinggi serat seperti rujak, gado-gado, karedok, urap dan pecel.
11. Bagi anak gemuk/obesitas batasi konsumsi pangan yang mengandung gula,
garam dan lemak
Sebaiknya asupan gula, garam dan lemak sehari tidak lebih dari 4 sendok
makan gula, 1 sendok teh garam, dan 5 sendok makan lemak/minyak.
10 pesan gizi seimbang:
1. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
3. Biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
4. Biasakan mengkonsumsi aneka ragam makanan pokok

13
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak
6. Biasakan sarapan
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan BB Normal
2.2.2 Empat Pilar Gizi Seimbang
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan
zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. 14

Empat Pilar tersebut adalah:14


1. Mengonsumsi makanan beragam.
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang
dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6
bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan
mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan

14
serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi
sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan
tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan
untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi
fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.
Apakah mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan jumlah
dan proporsinya sudah benar? Tidak
Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman
jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang
cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam
beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan
sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan
mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran
sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan
lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa PTM, dianjurkan untuk dikurangi.
Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam
komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan
dalam pencegahan dehidrasi.
2. Membiasakan perilaku hidup bersih
Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip gizi seimbang. Penyakit
infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi
seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang menderita
penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan
jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi,
tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan
metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai panas.
Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi
dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula
sebaliknya, seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena
penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang
menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua

15
hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah
hubungan timbal balik. Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan
menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1)
selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan,
sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan
setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan terkontaminasinya tangan
dan makanan dari kuman penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri;
2) menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat
dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit; 3) selalu
menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit;
dan 4) selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.
3. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga
merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan
pemasukan zat gizi utamanyasumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik
memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem
metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya,
aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang
masuk ke dalam tubuh.
4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah
terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang
normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya. Indikator tersebut
dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal
merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi
Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan
apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan
dan penanganannya.
Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan berat
badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan
menggunakan KMS. Yang dimaksud dengan Berat Badan Normal adalah: a. untuk

16
orang dewasa jika IMT 18,5 – 25,0; b. bagi anak Balita dengan menggunakan KMS
dan berada di dalam pita hijau.
2.2.3 Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok14
1. Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui mengindikasikan bahwa
konsumsi makanan ibu hamil dan ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan untuk
dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu
ibu hamil dan ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan
dengan keadaan tidak hamil atau tidak menyusui, tetapi konsumsi pangannya tetap
beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan proporsinya.
Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi
oleh ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh ibunya. Selama
hamil atau menyusui seorang ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang
dimakan untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang
sedang mengandung bayinya serta untuk memproduksi ASI. Bila makanan ibu
sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, maka janin atau bayi
akan mengambil persediaan yang ada didalam tubuh ibunya, seperti sel lemak ibu
sebagai sumber kalori; zat besi dari simpanan di dalam tubuh ibu sebagai sumber
zat besi janin/bayi.
Demikian juga beberapa zat gizi tertentu tidak disimpan di dalam tubuh
seperti vitamin C dan vitamin B yang banyak terdapat di dalam sayuran dan
buahbuahan. Sehubungan dengan hal itu, ibu harus mempunyai status gizi yang
baik sebelum hamil dan mengonsumsi makanan yang beranekaragam baik proporsi
maupun jumlahnya.
Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu-ibu yang saat hamil
mempunyai status gizi kurang, misalnya kurus dan menderita Anemia. Hal ini dapat
disebabkan karena asupan makanannyaselama kehamilan tidak mencukupi untuk
kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya. Selain itu kondisi ini dapat diperburuk oleh
beban kerja ibu hamil yang biasanya sama atau lebih berat dibandingakan dengan
saat sebelum hamil. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan,
sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.

17
Demikian pula dengan konsumsi pangan ibu menyusui harus bergizi seimbang agar
memenuhi kebutuhan zat gizi bayi maupun untuk mengganti zat gizi ibu yang
dikeluarkan melalui ASI. Tidak semua zat gizi yang diperlukan bayi dapat dipenuhi
dari simpanan zat gizi ibu, seperti vitamin C dan vitamin B, oleh karena itu harus
didapat dari konsumsi pangan ibu setiap hari.
2. Gizi Seimbang untuk Bayi 0-6 bulan
Gizi seimbang untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI merupakan
makanan yang terbaik untuk bayi oleh karena dapat memenuhi semua zat gizi yang
dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan perkembangan sistem
pencernaannya, murah dan bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh
ASI Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja.
3. Gizi Seimbang untuk Anak 6-24 bulan
Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi semakin
meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada usia ini anak
berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar
terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi
harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi.
Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping
ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada
usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam
bentuk lumat, makanan lembik dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat
bayi berusia 1 tahun.
Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan secara seimbang
pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera makan anak selanjutnya, sehingga
pengenalan kepada makanan yang beranekaragam pada periode ini menjadi sangat
penting. Secara bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakin
ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk pauk sumber
protein hewani dan nabati, serta makanan pokok sebagai sumber kalori. Demikian
pula jumlahnya ditambahkan secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan
dan dalam proporsi yang juga seimbang.
4. Gizi Seimbang untuk Anak usia 2-5 tahun

18
Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih berada
pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Demikian juga anak sudah
mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk makanan jajanan.
Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian secara
khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam “memenangkan” pilihan anak
agar memilih makanan yang bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia ini
sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan,
sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk mencegahnya.
5. Gizi Seimbang untuk Anak 6-9 tahun
Anak pada kelompok usia ini merupakan anak yang sudah memasuki masa
sekolah dan banyak bermain diluar, sehingga pengaruh kawan, tawaran makanan
jajanan, aktivitas yang tinggi dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi
menjadi tinggi. Sebagian anak usia 6-9 tahun sudah mulai memasuki masa
pertumbuhan cepat pra-pubertas, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi mulai
meningkat secara bermakna. Oleh karenanya, pemberian makanan dengan gizi
seimbang untuk anak pada kelompok usia ini harus memperhitungkan kondisi-
kondisi tersebut diatas.
6. Gizi Seimbang untuk Remaja (10-19 tahun)
Kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi remaja
muda sampai dewasa. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat
gizi kelompok ini adalah pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan
jajan, menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik “Body image” pada
remaja puteri. Dengan demikian perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada
kelompok ini harus memperhatikan kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja
puteri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum
menikah.
7. Gizi Seimbang untuk Dewasa
Perilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu oleh pola
kegiatan kelompok usia dewasa saat iniyaitu persaingan tenaga kerja yang ketat,
ibu bekerja diluar rumah, tersedianya berbagai makanan siap saji dan siap olah, dan
ketidak-tahuan tentang gizi menyebabkan keluarga dihadapkan pada pola kegiatan

19
yang cenderung pasif atau “sedentary life”, waktu di rumah yang pendek terutama
untuk ibu, dan konsumsi pangan yang tidak seimbang dan tidak higienis. Oleh
karena itu, perhatian terhadap perilaku konsumsi pangan dengan gizi seimbang,
termasuk kegiatan fisik yang memadai dan memonitor BB normal, perlu
diperhatikan untuk mencapai pola hidup sehat, aktif dan produktif.
8. Gizi Seimbang untuk Usia Lanjut
Dengan bertambahnya usia, khususnya usia di atas 60 tahun, terjadi berbagai
perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi berbagai organ dan jaringan
tubuh, oleh karenanya berbagai permasalahan gizi dan kesehatan lebih sering
muncul pada kelompok usia ini. Perubahan tersebut meliputi antara lain organ
pengindra termasuk fungsi penciuman sehingga dapat menurunkan nafsu makan;
melemahnya sistem organ pencernaan sehingga saluran pencernaan menjadi lebih
sensitif terhadap makanan tertentu dan mengalami sembelit; gangguan pada gigi
sehingga mengganggu fungsi mengunyah; melemahnya kerja otot jantung; pada
wanita memasuki masa menopause dengan berbagai akibatnya; dan lain-lain. Hal
tersebut menyebabkan kelompok usia lanjut lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, termasuk terlalu gemuk, terlalu kurus, penyakit hipertensi, penyakit
jantung, diabetes mellitus, osteoporosis, osteoartritis dll. Oleh karena itu kebutuhan
zat gizi pada kelompok usia lanjut agak berbeda pada kelompok dewasa, sehingga
pola konsumsi agak berbeda, misalnya membatasi konsumsi gula, garam dan
minyak, makanan berlemak dan tinggi purin. Mengonsumsi sayuran dan
buahbuahan
dalam jumlah yang cukup.
2.3 Makanan Ekonomis
Makanan ekonomis adalah makanan yang mempunyai kualitas terbaik
dengan tingkat harga yang sekecil mungkin dan tetap memperhatikan prinsip-
prinsip gizi seimbang. Contoh menu makanan gizi seimbang yang ekonomis:15,16

20
21
2.4 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Berdasarkan permasalahan seperti yang terdapat pada uraian dalam latar belakang
masalah di atas, maka dibuatlah kerangka teori sebagai berikut:

Penurunan Rentan
tingkat Perkembangan Menurunkan
terhadap
kecerdasan terhambat produktivitas
penyakit

Kejadian Stunting

Pengetahuan
Pendapatan Tidak ASI
tentang gizi
rendah eksklusif
balita rendah

Gambar 1.1 Kerangka Teori

Kerangka konsep penelitian penyuluhan tentang gizi seimbang dan makanan


ekonomis dalam rangka pencegahan stunting di wilayah kerja Puskesmas Negara
dalah sebagai berikut:

Penyuluhan tentang
gizi seimbang dan
makanan ekonomis

Pengetahuan
tentang gizi Kejadian Stunting
balita rendah Menurun

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

22
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan


Penyuluhan tentang gizi seimbang dan makanan ekonomis dilaksanakan pada
tanggal 20 Januari 2020 di Posyandu Dahlia.
3.2 Peserta Kegiatan
Peserta penyuluhan adalah ibu hamil dan menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Negara.
3.3 Langkah Kegiatan
Pada tahap perencanaan, dukungan dari puskesmas sangat baik. Sosialisasi
ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dari pihak Puskesmas
Negara. Pertama yang saya lakukan adalah konsultasi untuk menemukan 1 masalah
utama di Puskesmas Negara yaitu tentang tingginya kasus stunting. Kemudian saya
mengumpulkan data per Agustus 2019. Dari data tersebut ditemukan data stunting
di wilayah kerja Puskesmas Negara sebanyak 23 orang. Setelah merekap dan
mengolah data serta konsultasi, maka saya melakukan survei pada 23 responden.
Pada 23 responden tersebut saya menilai pengetahuan ibu tentang gizi balita,
menilai apakah balita tersebut sudah mendapatkan ASI Eksklusif, pola pemberian
makanan ibu terhadap balita serta pendapatan tiap keluarga. Berdasarkan hasil
survei, masalah utama yang saya temukan pengetahuan ibu tentang gizi balita yang
rendah yaitu 60,87%, cakupan ASI Eksklusif yaitu 82,61%, serta masih rendahnya
pendapatan keluarga dibawah UMP yaitu 86,96% dari 23 responden.
Penetapan tujuan dan sasaran yang jelas juga merupakan faktor yang penting
dalam sosialisasi. Sasaran yang jelas dan tujuan yang jelas membuat pelaksanaan
program berjalan mengikuti alur yang telah ada. Adapun kendala yang ditemui
yaitu kesulitan saat melakukan survei pendahuluan dan sosialisasi di Puskesmas
Negara mencakup keterbatasan waktu.

23
3.4 Manajemen Kegiatan
a. Pelaksanaan Pre-test
Setiap peserta diminta untuk menjawab soal-soal yang berhubungan dengan
materi penyuluhan tentang gizi seimbang dan makanan ekonomis yaitu sebanyak
10 soal pilihan ganda.
b. Pemberian materi
Materi-materi yang disampaikan dalam kegiatan ini berisi informasi -

informasi atau pesan mengenai makanan yang mengandung Gizi Seimbang

yang dapat menurunka angka stunting di wilayah tersebut. Materi diskusi berisi

tentang pengetahuan mengenai gizi seimbang, beberapa contoh menu makanan

yang baik untuk ibu hamil, makanan pendamping ASI yang baik serta jadwal

pemberian makanan yang tepat untuk balita. Selanjutnya sesi tanya jawab dan

pembagian snack.

c. Pelaksanaan Post Test


Setiap peserta diminta untuk menjawab soal-soal yang berhubungan dengan
materi gizi seimbang dan makanan ekonomis yaitu sebanyak 10 soal pilihan ganda.
3.5 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei deskriptif yang dilakukan
terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran atau
fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu.
Survei deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam
masyarakat. Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu
yang mempunnyai anak balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Negara yang
diambil secara acak.

24
BAB IV
HASIL

4.1 Profil Umum


Puskesmas Negara merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan yang terletak di wilayah Kecamatan Daha Utara tepatnya di
Desa Tambak Bitin Kecamatan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
Kalimantan Selatan. Adapun ruang lingkup kerja dari Puskesmas Negara sendiri
terdiri dari 12 desa cakupan yang terdiri dari desa:
1. Pandak Daun
2. Paramaian
3. Pakan Dalam
4. Tambak Bitin
5. Panggandingan
6. Pakapuran Kacil
7. Baruh Kembang
8. Mandala Murung Mesjid
9. Sungai Mandala
10. Sungai Garuda
11. Balah paikat
12. Murung Raya
4.2 Data Geografis
Kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas Negara adalah:
1. Luas Wilayah
Secara geografis Puskesmas Negara terletak di kecamatan Daha Utara kabupaten
Hulu Sungai Selatan yang memiliki luas wilayah 151 km2 dengan batas wilayah:
- Sebelah Utara : Kecamatan Babirik , Kabupaten HSU
- Sebelah Selatan : Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten HSS
- Sebelah Barat : Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten HSU
- Sebelah Timur : Kecamatan Labuan Amas, Kabupaten HST

25
2. Administrasi Wilayah
Secara administrasi, wilayah kerja Puskesmas Negara terdiri dari 12 desa dan
dengan kondisi daerah nya (75%) dataran rendah, (35%) sungai atau rawa, dan
suhu udara berkisar (24oC) - (35oC).
4.3 Keadaan Penduduk

3,000

2,500 1,254
1,199
2,000 947 1,000 1,086
870
1,500 733
1,372 651
533 1,0061,048 1,215585 573
1,000
875 961 PEREMPUAN
575 654 701 377 594 743
500 LAKI-LAKI
370
0

Gambar 4.1 Penduduk di Wilayah Puskesmas Negara

Berdasarkan grafik penduduk diatas diketahui bahwa sebagian besar penduduk


diwilayah puskesmas Negara berjenis kelamin perempuan, dimana penduduk
tersebut sebagian besar bekerja sebagai petani.
4.4 Keadaan Perilaku Penduduk
1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

26
Gambar 4.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

DESA STBM

8
STBM
BELUM STBM
12

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 12 Desa yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Negara belum melaksanakan Sanitasi yang baik hal ini
dikarenakan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal sanitasi dan arena
aktifitas masyarakat yang sudah terbiasa dengan adanya sungai dalam hal kebiasaan
sehari-hari.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Gambar 4.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

MURUNG RAYA 86 120


BALAH PAIKAT 87 120
SUNGAI GARUDA 84 120
SUNGAI MANDALA 70 120
MANDALA M MASJID 99 120
BARUH KEMBANG 94 120
DI PANTAU
PAKAPURAN KECIL 94 120
120 BER-PHBS
PANGGANDINGAN 65
TAMBAK BITIN 98 120
PAKAN DALAM 90 120
PARAMAIAN 89 120
PANDAK DAUN 75 120

- 50 100 150

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari pelaksanaan SMD di


12 Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Negara dengan sampel 120 per desa

27
lebih 50% rumah tangga yang ber-PHBS, hal ini dikarenakan oleh pengetahuan
tentang kesehatan mengenai PHBS di rumah tangga dan masyarakat sudah bagus
dengan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakatnya.
4.5 Sumber Daya Kesehatan
1. Sarana Kesehatan
Sarana dalam pelayanan kesehatan yang dapat diakses yang berada dekat dengan
jangkauan atau jejaring dari Puskesmas Negara.
No Sarana Jumlah
1 (Rawat Inap 10 Tempat tidur)
1 Puskesmas
1 Puskesmas Rawat Jalan
2 Pustu 3 Buah
3 Poskesdes 6 Buah
4 Ambulance 2 Buah
5 Rumah Sakit Type D 1 Buah
6 Rumah Sakit Type B 0 Buah
7 Praktek Dokter Swasta 2 Buah
8 Rumah Sakit Swasta 0 Buah

Unit Layanan di Puskesmas Negara


1. Unit Layanan BP Umum
2. Unit Layanan Gigi
3. Unit Layanan TB Dots
4. Unit Layanan 24 Jam / UGD
5. Unit Layanan KIA / KB
6. Unit Layanan MTBS/Imunisasi
7. Unit Layanan Laboratorium
8. Unit Layanan Rawat Inap
9. Unit Layanan VK Bersalin
10. Unit Layanan Kamar Obat
11. Unit Layanan Loket
12. Unit Layanan Gizi/Kesling

28
2. Tenaga Kesehatan

JENIS PROFESI LK PR JMLH

01. DOKTER 1 1 2
02. PERAWAT 8 8 16
03. TERAPIS GIGI DAN MULUT (PERAWAT GIGI) - 2 2
04. BIDAN - 15 15
05. APOTEKER - 1 1
06. TEKNIS KEFARMASIAN (FARMASI NON APOTEKER) - 1 1
07. KESEHATAN MASYARAKAT 1 1 2
08. KESLING - 2 2
09. GIZI - 3 3
10. AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM - 1 1
11. PEREKAM MEDIS - 1 1
12. DOKTER GIGI - 1 1

4.6 Hasil Penelitian


Berdasarkan kualitas, jawaban peserta dikategorikan dengan nilai buruk (nilai
<6), nilai cukup (nilai 6-7), dan nilai baik (nilai 8-10). Didapatkan saat pretest
hasilnya 16 orang buruk (69,57%), 4 orang nilai cukup (17,39%), 3 orang nilai baik
(13,04%). Jumlah peserta yang lulus pretest sebanyak 7 orang (30,43%). Minimal
lulus dengan kualitas nilai cukup.
Kualitas jawaban peserta didapatkan saat posttest hasilnya 2 orang nilai buruk
(8,70%), 3 orang nilai cukup (13,04%), dan 18 orang nilai baik (78,26%). Jumlah
peserta yang lulus posttest sebanyak 21 orang (91,30%). Kualitas jawaban peserta
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

29
Kualitas Jawaban Peserta
20
18
16
Jumlah peserta

14
12
10
8
6
4
2
0

Pretest Posttest

Gambar 4.4 Kualitas Jawaban Peserta

30
BAB V
PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Hasil penelitian ini terdapat perbedaan secara nyata untuk pengetahuan


masyarakat tentang gizi seimbang dan makanan ekonomis sebelum dan sesudah
penyuluhan, diskusi, dan tanya jawab. Jumlah peserta yang lulus pretest sebanyak
7 orang (30,43%). Setelah dilakukan penyuluhan, jumlah peserta yang lulus posttest
sebanyak 21 orang (91,30%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sewa R dkk yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh promosi kesehatan yang
signifikan terhadap pengetahuan tentang pencegahan stunting oleh kader posyandu
pada kelompok eksperimen a (penyuluhan) dan kelompok eksperimen b
(penyuluhan dan leaflet) dengan p-value < 0.05.17
Dewi M dan Aminah M menyebutkan bahwa intervensi edukasi gizi sebanyak
tiga kali setiap minggu di posyandu dapat meningkatkan skor pengetahuan dan
feeding practice ibu balita stunting. Kelompok yang mendapat intervensi dengan
menggunakan media food sample memiliki peningkatan skor yang lebih tinggi pada
pengetahuan dan feeding practice.18
Andriani WO dkk juga menyebutkan ada perbedaan pengetahuan ibu sebelum
dan sesudah intervensi melalui program Mother Smart Grounding (MSG) dalam
pencegahan stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari tahun
2017.19
Kustiani dkk menyebutkan intervensi penyuluhan gizi pada ibu yang
mempunyai anak usia 6-24 bulan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian penyuluhan gizi dapat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu dalam memberikan MP-ASI terhadap anaknya.20
Status pendidikan dan tingkat pendapatan yang rendah menjadi penyebab
masih banyaknya responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang gizi
seimbang dan makanan ekonomis. Hasil penelitian menunjukkan kelompok dengan
pendapatan rendah memiliki risiko stunting yang lebih tinggi. Pendapatan rendah

31
dapat menyebabkan kejadian stunting meningkat dikarenakan pengetahuan dan
pemilihan makanan yang kurang baik.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan stunting
dengan gizi seimbang dan makanan ekonomis di wilayah kerja Puskesmas Negara,
maka pada kegiatan sosialisasi dilakukan penjelasan dan pengarahan sebagai
berikut:1,2,11,12
1. Definisi Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir,
tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun.
2. Dampak Stunting
Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit,
menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan.
3. Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi. Intervensi paling
menentukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Beberapa penyebab
stunting antara lain : 1) Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum
dan pada masa kehamilan, 2) 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI
ekslusif, 3) 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MP-ASI.
4. Gizi Seimbang
Gizi Seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Salah satu pencegahan stunting yang bisa dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi
makanan dengan prinsip “Gizi Seimbang”. Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4
(empat) Pilar yaitu: 1). Mengonsumsi makanan beragam 2). Membiasakan perilaku
hidup bersih 3). Melakukan aktivitas fisik, 4). Mempertahankan dan memantau
Berat Badan (BB) normal.

32
5. Contoh menu makanan gizi seimbang yang ekonomis

Tabel 5.1 Contoh menu makanan seimbang yang ekonomis

Adapun materi soal pretest dan posttest dijabarkan sebagai berikut:


 Soal No.1: Pengetahuan pasien mengenai prinsip gizi seimbang
 Soal No.2: Pengetahuan pasien mengenai pernyataan yang termasuk dalam
prinsip gizi seimbang
 Soal No.3: Pengetahuan mengenai siapa yang berhak mendapatkan dan
menerapkan gizi seimbang
 Soal No.4: Pengetahuan mengenai makanan yang termasuk sumber zat
tenaga.
 Soal No.5: Pengetahuan makanan yang termasuk sumber zat pembangun
 Soal No.6: Pengetahuan mengenai makanan yang termasuk sumber zat
pengatur
 Soal No.7: Pengetahuan mengenai kapan anak diberikan MP-ASI
 Soal No.8: Pengetahuan mengenai pemberian ASI Eksklusif
 Soal No.9: Pengetahuan mengenai pernyataan yang benar tentang
pemberian makanan pada bayi
 Soal No.10: Pengetahuan mengenai sumber bahan makanan apa saja yang
dianjurkan untuk ibu hamil

33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Pada tanggal 20 Januari 2020 telah dilaksanakan “Penyuluhan tentang Gizi
Seimbang dan Makanan Ekonomis dalam Rangka Pencegahan Stunting di Wilayah
Kerja Puskesmas Negara” terhadap ibu hamil, menyusui, dan ibu yang mempunyai
balita. Kegiatan tersebut dilakukan di salah satu posyandu yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Negara yaitu Posyandu Dahlia. Kegiatan diikuti dengan pembagian soal
pretest dan postest untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta sebelum diberikan
materi dan sesudah diberikan materi. Dari hasil yang didapatkan terdapat
peningkatan pengetahuan dari peserta yang mengikuti kegiatan tersebut.
Didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan secara nyata untuk pengetahuan
masyarakat tentang stunting, gizi seimbang, dan makanan ekonomis sebelum dan
sesudah penyuluhan, diskusi, dan tanya jawab.

6.2. Saran
1. Bagi Puskesmas
Merutinkan penyuluhan kesehatan tentang stunting dan pencegahan stunting
serta perlunya pendidikan dan pelatihan secara khsusus bagi petugas kesehatan dan
kader posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri supaya didapatkan
hasil yang valid dan reliable di wilayah kerja Puskesmas Negara.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Memaksimalkan pengelolaan program Upaya Kesehatan Masyarakat dan
Gizi untuk dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya status gizi dan
tingkat asupan zat gizi pada balita.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Satriawan E. Strategi nasional percepatan pencegahan stunting 2018-2024.


Jakarta: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K);
2018.
2. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 100 kabupaten/ kota
prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting). Jakarta: Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 2017.
3. Kementerian Kesehatan; Badan Penelitian; Pengembangan Kesehatan. Hasil
utama RISKESDAS 2018. Jakarta [ID]: Balitbangkes Kementerian Kesehatan;
2018.
4. Profil Puskesmas Negara Dinas Kabupaten Kesehatan Hulu Sungai Selatan
Tahun 2019.
5. Issa A. Determinants of childhood stunting in Egypt: further analysis of
demographic and health survey 2014. 2019.
6. Indicator data are from UNICEF, WHO, World Blank 2014. Data are from
2005 – 2013. Population data are from United Nations (2013b).
7. Dasman H. Empat dampak stunting bagi anak dan Negara Indonesia. The
Conversation; 2019.
8. Kementerian Komunikasi dan Informatika. Bersama perangi stunting. Jakarta;
2019.
9. Kementerian PPN/Bappenas. Perencanaan program prioritas nasional tahun
2019: kasus program pengurangan stunting. Jakarta: Direktur Kesehatan dan
Gizi Masyarakat; 2018.
10. Sandjojo EP. Buku saku desa dalam penanganan stunting. Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 2017, 42.
11. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 41 tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.

35
12. Izwardy D. Praktik Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) untuk
perubahan perilaku pemenuhan asupan gizi anak dalam upaya pencegahan
stunting. Serpong: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
13. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Pedoman pangan
jajanan anak sekolah untuk pencapaian gizi seimbang bagi pengawas dan/atau
penyuluh. Jakarta: Direktorat SPP Deputi III Badan POM RI; 2013.
14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman gizi seimbang.
Republik Indonesia; 2014.
15. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Makanan sehat ibu hamil
[brosur]. Republik Indonesia; 2011.
16. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Makanan sehat anak balita
[brosur]. Republik Indonesia; 2011.
17. Sewa R, Tumurang M, Boky H. Pengaruh promosi kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan stunting oleh kader
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bailang Kota Manado. Kesmas.
2019;8(4).
18. Dewi M dan Aminah M. Pengaruh edukasi gizi terhadap feeding practice ibu
balita stunting usia 6-24 bulan (The effect of nutritional knowledge on feeding
practice of mothers having stunting toddler aged 6-24 months). Indonesian
Journal of Human Nutrition. 2016;3(1):1-8.
19. Andriani WOS, Rezal F, Nurzalmariah WOS. Perbedaan pengetahuan, sikap,
dan motivasi ibu sesudah diberikan program Mother Smart Grounding (MSG)
dalam pencegahan stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota
Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.
2017;2(6).
20. Kustiani A dan Misa AP. Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu
dalam pemberian MP-ASI anak usia 6-24 bulan pada intervensi penyuluhan
gizi di Lubuk Buaya Kota Padang. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Health
Journal). 2018;5(1):51-7.

36
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Survei dan Pelaksanaan Kegiatan

1. Survei
2. Pelaksanaan Kegiatan

/
Lampiran 2. Data Stunting Puskesmas Negara periode Agustus-Oktober 2019

No Nama JK Tgl Lahir Nama Ortu Kec Pukesmas Desa/Kel Berat Tinggi BB/U TB/U BB/TB

Mahyuni : DAHA
1 M. Aliando L 2/12/2015 NEGARA PANDAK DAUN 13 97 Gizi Kurang Pendek Normal
Noryanti UTARA
M. Syarkani : DAHA
2 Yumna Fariha P 3/29/2016 NEGARA PANDAK DAUN 10.5 87 Gizi Kurang Pendek Normal
Hamidah UTARA
DAHA
3 MARYAM P 5/24/2016 MUNIRAH NEGARA PARAMAIAN 11 88 Gizi Kurang Pendek Normal
UTARA
DAHA
4 AISYAH P 8/14/2016 JAMIAH NEGARA PARAMAIAN 11 86 Gizi Baik Pendek Normal
UTARA
DAHA
5 Husna P 11/14/2014 JUNAIDI NEGARA PAKAN DALAM 13 97 Gizi Kurang Pendek Normal
UTARA
TRI ARISKA ACHMAD DAHA
6 P 6/22/2016 NEGARA PAKAN DALAM 11 88 Gizi Kurang Pendek Normal
DEWI SUPIAN UTARA
DAHA
7 MAULIDA P 12/3/2017 M. SALEH NEGARA TAMBAK BITIN 9 75 Gizi Baik Pendek Normal
UTARA
SYAHRIA DAHA
8 L 4/17/2016 ZULKIFLI NEGARA PANGGANDINGAN 12.4 89 Gizi Baik Pendek Normal
KAROMA UTARA
DAHA
9 NAURA SYIFA P 10/28/2015 MUHDI NEGARA PAKAPURAN KECIL 12.5 89 Gizi Baik Pendek Normal
UTARA
MUHAMMAD DAHA
10 L 12/22/2015 M.AMIN NEGARA PAKAPURAN KECIL 14 91 Gizi Baik Pendek Normal
HASAN UTARA
HILYATUN DAHA
11 P 9/12/2015 ARIPIN NEGARA BARUH KEMBANG 11 92 Gizi Kurang Pendek Kurus
NAJMI UTARA
HALIMATUS DAHA
12 P 8/17/2016 ARMANI NEGARA BARUH KEMBANG 10.3 85 Gizi Kurang Pendek Normal
SA'DIYAH UTARA
DAHA MANDALA Sangat
13 M. ILYAS L 7/30/2017 MULYADI NEGARA 7.6 73 Gizi Buruk Kurus
UTARA MURUNG MESJID Pendek
DAHA MANDALA
14 M. YUSUF L 7/30/2018 Hermawati NEGARA 7.7 70 Gizi Kurang Pendek Normal
UTARA MURUNG MESJID
AGUS DAHA MANDALA
15 HALISA P 11/23/2016 NEGARA 10.4 82 Gizi Baik Pendek Normal
MOHAR UTARA MURUNG MESJID
SANTI DAHA SUNGAI
16 RIYAN L 3/17/2016 NEGARA 12 89 Gizi Baik Pendek Normal
AGUSTINA UTARA MANDALA
NADIYA AL DAHA SUNGAI
17 P 11/15/2015 ANNA SELVIA NEGARA 12 92 Gizi Baik Pendek Normal
HUSNA UTARA MANDALA
MUHAMMAD DAHA Sangat
18 RISMA P 2/12/2017 NEGARA SUNGAI GARUDA 11 80 Gizi Baik Normal
YUSRI UTARA Pendek
DAHA
19 SITI RAHMAH P 1/5/2018 RAMLI NEGARA SUNGAI GARUDA 7.6 74 Gizi Kurang Pendek Normal
UTARA
DAHA
20 ZAINAL ILMI L 6/22/2015 MUHAMMAD NEGARA BELAH PAIKAT 11.3 92 Gizi Buruk Pendek Kurus
UTARA
MUHAMMAD DAHA
21 L 6/30/2017 BANI NEGARA BELAH PAIKAT 9 81 Gizi Kurang Pendek Kurus
BAKHIT UTARA
DAHA
22 RANIA P 12/23/2016 MAHRUNI NEGARA MURUNG RAYA 9 82 Gizi Buruk Pendek Normal
UTARA
DAHA
23 ALINA P 12/28/2016 RAHMANNOR NEGARA MURUNG RAYA 8.4 82 Gizi Buruk Pendek Kurus
UTARA
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Survei Wilayah Kerja Puskesmas Negara

Tabel 1.1 Pengetahuan tentang gizi anak


Faktor yang mempengaruhi Buruk Cukup Baik Jumlah

Pengetahuan tentang gizi anak 14 6 3 23

Persentase 60,87% 26,09% 13,04% 100%

Tabel 1.2 Pendapatan orang tua


Faktor yang mempengaruhi Kurang dari Lebih dari UMP Jumlah
UMP
Pendapatan orang tua 20 3 23

Persentase 86,96% 13,04% 100%

Tabel 1.3 Data penggunaan ASI eksklusif


Faktor yang mempengaruhi Tidak Ya Jumlah

ASI ekslusif 4 19 23

Persentase 17,39% 82,61% 100%


Lampiran 4. Lembar Pretest dan Posttest

1. Ada berapa prinsip Gizi Seimbang?


a. 3
b. 4
c. 2
d. 1
2. Dibawah ini manakah pernyataan yang termasuk dalam prinsip gizi
seimbang?
a. Membantu pekerjaan saudara kandung
b. Melakukan aktivitas fisik
c. Mencintai hewan peliharaan sendiri
d. Membantu ibu membersihkan halaman rumah
3. Siapakah yang berhak mendapatkan dan menerapkan gizi seimbang?
a. Ibu hamil. Ibu menyusui, Bayi, Balita, Anak-anak, Remaja, Dewasa,
dan lansia
b. Ibu hamil. Ibu menyusui, Bayi, Balita, Anak-anak, Remaja, Dewasa
c. Ibu hamil. Ibu menyusui, Bayi, Balita, Dewasa, dan lansia
d. Ibu hamil. Ibu menyusui, Dewasa, dan lansia
4. Dibawah ini manakah yang termasuk makanan sumber zat tenaga adalah?
a. Ayam
b. Ikan
c. Daging
d. Beras
5. Dibawah ini manakah yang termasuk makanan sumber zat pembangun?
a. Roti
b. Beras
c. Mie
d. Ikan
6. Dibawah ini manakah yang termasuk makanan sumber zat pengatur?
a. Ayam
b. Daging
c. Beras
d. Sayur
7. Kapan Makanan Pendamping Asi diberikan (MP-ASI) ?
a. Saat baru lahir
b. Saat umur 2 hari
c. Saat umur diatas 6 bulan
d. Saat bayi sudah besar
8. Apa yang dimaksud dengan pemberian Asi Eksklusif?
a. Pemberian ASI 0-6 bulan
b. Pemberian ASI 0-1 bulan
c. Pemberian ASI 0-3 bulan
d. Pemberian ASI 0-5 bulan
9. Dibawah ini manakah pernyataan yang benar tentang pemberian makanan
pada bayi?
a. Menambahkan pemanis buatan dan penyedap rasa seperti vetsin
sebanyak-banyaknya pada makanan supaya bayi makan banyak
b. Tidak dianjurkan menambahkan garam atau gula berlebihan
c. Tidak memperhatikan kebersihan alat makan
d. Tidak memperhatikan proses penyiapan pengolahan MP-ASI
10. Sumber bahan makanan apa saja yang dianjurkan untuk ibu hamil?
a. Sumber karbohidrat, sumber protein, sumber mineral
b. Sumber karbohidrat, sumber protein, sumber vitamin
c. Sumber karbohidrat, sumber protein, sumber vitamin, dan mineral
d. Sumber karbohidrat dan sumber protein yang baik
Ketentuan kategori nilai:

- <6 : Buruk
- 6-7: Cukup
- 8-10: Baik
Lampiran 5. Kuisioner

Data Subjek Penelitian (Karakteristik Subjek)

I. Identitas Orang tua

1. No. responden :

2. Nama orang tua :

3. Umur orang tua :

4. Alamat orang tua :

5. Pekerjaan orang tua :

6. Pendidikan terakhir orang tua :

7. Pendapatan orang tua :

II. Identitas Anak

8. Nama anak :

9. Umur anak sekarang :

10. Jenis kelamin anak :

11. Berat badan (BB) anak :

III. Penilaian Kasus Lain

1. Apakah anak diberikan ASI selama 6 bulan tanpa makanan / minuman

tambahan?

a. Ya

b. Tidak

IV. Penilaian pengetahuan ibu tentang gizi balita

1. Pemberian makanan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan .....

a. usia dan kebutuhan gizi anak


b. kesenangan anak

c. kesenangan ibu

2. Zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan terdiri atas ....

a. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan air

b. karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air

c. karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan air

3. Tubuh mendapatkan energi dari 3 jenis zat gizi, yaitu .....

a. karbohidrat, lemak dan vitamin

b. karbohidrat, protein dan vitamin

c. karbohidrat, protein dan lemak

4. Bahan makanan berikut yang tidak banyak mengandung karbohidrat

adalah....

a. agar-agar dan jelly

b. makaroni dan mie

c. kentang dan ubi

5. Anak usia 1-3 tahun membutuhkan kalori sebanyak .....

a. 1000 kkal/hari b. 1700 kkal/hari c. 2200 kkal /hari

6. Makanan 4 sehat 5 sempurna terdiri dari .....

a. makanan pokok, lauk-pauk, buah, susu, vitamin

b. makanan pokok, sayur, lauk-pauk, buah, vitamin

c. makanan pokok, sayur, lauk-pauk, buah, susu

7. Berikut ini yang bukan termasuk fungsi protein adalah


a. mengganti sel-sel jaringan tubuh yang rusak

b. membantu dalam proses pembekuan darah

c. memberi daya tahan tubuh terhadap penyakit

8. Zat yang dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K adalah

a. karbohidrat b. lemak c. protein

9. Sayuran dan buah-buahan merupakan bahan makanan sumber ......

a. vitamin dan mineral b. mineral dan air c. protein dan vitamin

10. Bahan pangan di bawah ini yang banyak mengandung karoten/pro

vitamin A adalah .....

a. cumi-cumi, udang, ikan

b. tahu, tempe kedelai, bakso

c. pepaya, labu kuning dan brokoli

11. Asam lemak esensial omega-3 yang baik untuk perkembangan otak

anak-anak banyak terdapat pada

a. ikan, sayuran berwarna kuning dan merah

b. minyak ikan, kacang-kacangan dan vitamin B kompleks

c. minyak kelapa, buah-buahan dan vitamin C

12. Berapakah berat badan ideal untuk anak usia 1 tahun?

a. 8 kg b. 11 kg c.15 kg

13. Berapa banyak susu sebaiknya diberikan kepada anak balita dalam

sehari?

a. 2 gelas b. 5 gelas c. 7 gelas


14. Merebus sayuran terlalu lama akan menyebabkan hilangnya vitamin

dalam sayuran terutama .....

a. vitamin A dan vitamin D

b. vitamin B dan vitamin C

c. vitamin E dan vitamin K

15. Sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning, merah, dan hijau

tua sangat baik dikonsumsi untuk anak-anak karena banyak

mengandung

a. retinol b. vitamin C c. karoten

16. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi hilangnya

vitamin larut dalam air saat proses pengolahan adalah .....

a. mencuci bahan makanan setelah dipotong

b. memasak bahan dalam keadaan utuh lalu dipotong sesaat sebelum

disajikan

c. memasukkan bahan yang akan dimasak sebelum cairan mendidih

17. Kekurangan vitamin D pada anak dapat menyebabkan ......

a. tulang dan gigi keropos

b. rabun senja

c. kulit kusam

18. Sumber zat besi dapat ditemukan pada bahan pangan berikut,

kecuali.....

a. telur, hati, daging b. bayam, kangkung, seledri c. tomat,


pepaya, wortel

19. Jenis mineral yang sangat berperan dalam pertumbuhan tulang dan

gigi adalah

a. zat besi b. iodium c. fosfor

20. Kekurangan protein pada anak-anak dalam jangka waktu lama akan

menyebabkan penyakit.

a. kwashiokor b. beri – beri c. marasmus


Lampiran 6. Daftar Hadir
Lampiran 7. Pamfleat

Anda mungkin juga menyukai