Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS VIDEO SISTEM TRANSPORTASI

TERINTEGRASI DI DKI JAKARTA

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas pelatihan dasar CPNS

Penyusun:

Lisma Srimulyati, A.Md.Keb.

Sanni Nurani Koswara, A.Md.Keb.

Asri Nurdiani, A.Md.Keb.

LATSAR CPNS KABUPATEN GARUT ANGKATAN XII

PPSDM REGIONAL BANDUNG

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya hingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, sholawat serta salam senantiasa dilimpah
curahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga
dan para sahabatnya.
Penyusunan makalah dengan judul : “Analisis Video Sistem
Transportasi Terintegrasi di DKI Jakarta”, ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas pelatihan dasar CPNS.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengetahuan, waktu, serta
dana yang dimiliki. Walaupun demikian makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan untuk pengembangan ilmu di
masa yang akan datang.

Garut, Juli 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR……..…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah………………...…………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………
2
1.3. Tujuan Penulisan……………………………………………………..
2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sistem Transportasi Terintegrasi di DKI Jakarta…………….......... 3
2.2. Analisis Pemetaan Pemangku Kepentingan……………………….. 5
2.3. Hasil Analisis Sistem Transportasi Terintegrasi DKI Jakarta dengan
Pemetaan Pemangku Kepentingan…………….......................... 8

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan………………………………………………………. 11
3.2. Saran…………………………………………………………....… 11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….....…… 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


 Pergerakan manusia di Jabodetabek pada tahun 2015 baru
tercatat 47,5 juta pergerakan/hari, namun pada tahun 2018 sudah
meningkat drastis menjadi lebih kurang 88 juta pergerakan/hari.
Kondisi inilah yang bisa menjawab mengapa indeks TOM-TOM
menyebut meski terjadi penurunan peringkat kemacetan kota
metropolitan dunia dari 7 menjadi 10 namun dinilai belum ada
perubahan signifikan menyangkut kemacetan yang terjadi di Jakarta.
Transportasi adalah bagian inti dari DKI Jakarta karena tidak
hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, perlu
terus dilanjutkan upaya untuk menciptakan sistem yang terintegrasi
dan tepat yang akan mendukung kegiatan sehari-hari serta
mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang akan menyebabkan
kemacetan dan polusi udara.
Masalah sosial seperti kemacetan lalu lintas dan polusi udara
adalah contoh dari masalah pelik yang dihadapi kota Jakarta dan
sekitarnya. Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat perlu
memperhatikan berbagai faktor pemangku kepentingan dan sektor-
sektor yang saling bergantungan. Masalah pelik di ruang publik
membutuhkan kebijakan yang menghasilkan win-win solution untuk
setiap pemangku kepentingan, terutama masyarakat. diharapkan
dapat menemukan ide-ide yang mendukung integrasi antarmoda
transportasi massal sehingga para komuter dapat memperoleh
pengalaman perjalanan yang aman dan lancar.
Jakarta tidak mungkin menyelesaikan permasalahan
kemacetannya sendiri. Sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta hingga saat
ini telah menjelma menjadi wilayah teraglomerasi dengan Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) sebagai daerah

1
penyangganya. Artinya antara Jakarta dan daerah penyangganya
sudah menjadi satu kesatuan secara ekonomi sehingga saling
memiliki ketergantungan satu sama lain. Dampakya selalu terjadi
mobilitas manusia dan barang  yang cukup tinggi antar wilayah di
dalamnya..
Dari permasalahan diatas, dapat kita telaah dan mungkin harus
menjadi pertanyaan bagi kita, mengapa hal itu bisa terjadi? Oleh
karena itu, penulis menuangkan masalah tersebut dalam makalah
yang berjudul “Analisis Video Sistem Transportasi Terintegrasi di
DKI Jakarta”.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah yang
berjudul “Analisis Video Sistem Transportasi Terintegrasi di DKI
Jakarta” ini adalah sebagai berikut :
 Apakah sistem transportasi terintegrasi itu?
 Apakah analisis metode analisis pemetaan pemangku
kepentingan itu?
 Bagaimana analisis pemangku kepentingan dari video sistem
transportasi terintegrasi di DKI Jakarta?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
 Mengetahui tentang sistem transportasi terintegrasi di DKI
Jakarta.
 Mengetahui analisis sistem transportasi terintegrasi di DKI
Jakarta dengan menggunakan metode pemetaan pemangku
kepentingan.
.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Transportasi Terintegrasi di DKI Jakarta


Integrasi transportasi publik merupakan salah satu bentuk
manajemen sistem transportasi publik yang mengkombinasikan dua
atau lebih moda transportasi publik guna mewujudkan pelayanan
transportasi publik yang optimal, karena sistem transportasi publik
sendiri pada dasarnya diselenggarakan dengan maksud untuk
mengkoordinasi semua pergerakan penumpang dengan cara
mengatur setiap komponen dalam proses transportasi. Dengan
adanya pengintegrasian transportasi publik akan memudahkan
mobilisasi seseorang dari satu tempat ke tempat lainnya. Kota Jakarta
sebagai ibukota negara dengan beragam aktivitas yang tentunya
melibatkan banyak sekali individu dalam sistem yang berlaku di
dalamnya. Daerah hinterland yang menjadi tujuan untuk bertempat
tinggal adalah Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Bodetabek).
Penduduk pinggiran dalam melakukan aktivitas kesehariannya
termasuk kedalam kelompok penglaju (commuter).
Jenis transportasi publik di Jakarta cukup banyak mulai dari
kereta api, MRT, LRT, Tranjakarta, angkot dan bus. Namun, selama
ini berjalan sendiri-sendiri yang membuat Jakarta menjadi macet dan
masyarakat masih memilih mobil pribadi. Kata kunci permasalahan
tersebut, yakni terintegrasi dimana hal ini menyangkut integrasi rute,
integrasi tiket, serta integrasi pengelolaannya.
Keberadaan integrasi tersebut menjadikan sistem transportasi
di Jakarta lebih tersambung satu sama lain. Hal ini dilihat dengan
adanya kesinambungan antara rute, sistem ticketing, serta
keselarasan pengelolaan moda yang saat ini berada di bawah
naungan Jaklingko. Tak heran, kata Anies, dampak dari integrasi ini,

3
Jakarta akhirnya bisa keluar dari 10 kota termacet di dunia pada
Tahun 2020 berdasarkan hasil riset TomTom Traffic Index. Tahun
2020, DKI Jakarta menempati posisi 31 dari 416 kota yang diukur
lembaga tersebut.
Sejak Tahun 2017, peringkat DKI Jakarta semakin membaik.
Pada tahun 2017, Jakarta berada di peringkat 4 kota termacet di dunia
dengan tingkat kemacetan 61 persen. Posisi ini kemudian turun di
tahun 2018, yakn di peringkat ke-7 dengan tingkat tingkat kemacetan
53 persen.
Lalu, tahun 2019 posisi Jakarta kembali membaik dengan turun
ke posisi 10 dengan tingkat kemacetan 53 persen. Akhirnya, pada
tahun 2020, Jakarta keluar dari 10 kota termacet di dunia, yakni
berada di posisi 31 dengan tingkat kemacetan 36 persen. Sepanjang
2020, tingkat kemacetan Jakarta terendah terjadi pada April 2020
sebesar 11 persen. Sementara tingkat kemacetan tertinggi terjadi
pada Februari sebesar 61 persen.
Keberhasilan Ibu Kota Jakarta diraih melalui berbagai upaya
berkelanjutan di bidang transportasi sebagai berikut:
1. Mengintegrasikan mikrobus (angkot) dengan layanan Transjakarta
di mana 10 operator angkot sepakat untuk bergabung dengan
Transjakarta.
2. Menghadirkan MRT Jakarta dan LRT Jakarta tahun lalu yang juga
menjadi momentum besar bagi sistem transportasi publik di
Jakarta.
3. Mengintegrasikan layanan transportasi, baik fisik maupun
pembayaran. Hal itu terbukti dengan dibangunnya stasiun-stasiun
dan rute-rute Transjakarta yang terintegrasi dengan MRT Jakarta,
LRT Jakarta, serta microbus.
4. Penataan kawasan transportasi publik milik DKI Jakarta dengan
perusahaan transportasi publik milik negara; KRL Commuter Line.
Bertujuan untuk menjadi hub transportasi yang memberi
kemudahan, keamanan, dan kenyamanan bagi warga. Pada tahap

4
pertama, stasiun yang ditata adalah Stasiun Tanah Abang, Stasiun
Juanda, Stasiun Sudirman, dan Stasiun Pasar Senen.
5. Mengembangkan Armada bus listrik yang ramah lingkungan. Upaya
ini dilakukan oleh Transjakarta dan telah diujicobakan tahun ini.
Transjakarta juga mempunyai target untuk mengubah semua
armadanya menjadi bus listrik pada 2030.
6. Mengubah fungsi Terowongan Kendal sebagai area khusus pejalan
kaki yang nyaman untuk menghubungkan stasiun KRL, stasiun
MRT Jakarta, stasiun Kereta Bandara dan halte Transjakarta.
Fasilitas ini dibangun sebagai upaya pendukung program integrasi
transportasi, namun juga tetap mempertimbangkan kenyamanan
warga.
7. Upaya berkelanjutan pembangunan jalur sepeda yang hingga saat
ini telah dibangun 63 km. Ke depan, direncanakan pembangunan
500 km jalur sepeda terproteksi. Upaya merencanakan jalur sepeda
ini terbayar ketika masa pandemi Covid-19 di mana terjadi lonjakan
pesepeda hingga 10 kali lipat di ruas-ruas jalan utama Jakarta. Hal
ini kemudian diperkuat dengan diimplementasikannya pop up bike
lane (jalur sepeda terproteksi sementara) dan Peraturan Gubernur
No. 51 Tahun 2020 yang menginstruksikan untuk memprioritaskan
pejalan kaki dan pesepeda selama Pembatasan Sosial Skala Besar
(PSBB) berlangsung.
8. Mengubah fungsi fasilitas park and ride Thamrin 10 yang
sebelumnya merupakan area parkir kendaraan pribadi menjadi
ruang usaha ekonomi kreatif. Hal ini merupakan upaya untuk
menggalakkan pembatasan kendaraan bermotor pribadi di pusat
kota.

2.2. Analisis Pemetaan Pemangku Kepentingan


Pemetaan pemangku kepentingan adalah rangkaian kegiatan
seperti pengumpulan data tentang pemangku kepentingan,
pengolahan dan analisis data, penentuan klasifikasi pemangku

5
kepentingan, penetapan strategi, serta perumusan berbagai
pendekatan dan agenda program yang akan dilaksanakan secara
bersama-sama dengan pemangku kepentingan tersebut.
Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak dari dalam dan luar
organisasi/instansi yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap
kinerja organisasi/instansi sehingga tercipta tata kelola pemerintahan
yang baik.
Pemangku kepentingan terdiri dari pihak-pihak internal dan
eksternal organisasi yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap
kinerja humas pemerintah. Setiap pemangku kepentingan memiliki
kebutuhan yang berbeda sehingga diperlukan pemetaan pemangku
kepentingan secara akurat sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Hasil pemetaan pemangku kepentingan merupakan informasi penting
dalam perumusan kebijakan hubungan dengan pemangku
kepentingan.
Hubungan instansi pemerintah dengan pemangku
kepentingannmerupakan hasil akhir dari rangkaian kegiatan
1. pengumpulan data tentang pemangku kepentingan
organisasi/instansi;
2. pengolahan dan analisis data;
3. diskusi tentang kriteria penentuan klasifikasi pemangku
kepentingan;
4. penetapan strategi;
5. perumusan berbagai pendekatan dan agenda program yang
akan dilaksanakan secara bersama-sama dengan pemangku
kepentingan.
Seluruh rangkaian kegiatan di atas disebut pemetaan
pemangku kepentingan. Tahapan awal yang mutlak harus dilakukan
sebelum kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan
dirumuskan adalah pelaksanaan pemetaan pemangku kepentingan.
Pemetaan pemangku kepentingan akan menyediakan seluruh

6
kebutuhan data dasar yang dibutuhkan instansi pemerintah dalam
merumuskan kebijakan hubungan dengan pemangku kepentingan.

Analisis pemangku kepentingan dilakukan mengikuti rangkaian


analisis yang dilakukan oleh Reed (2009) yang meliputi:
1. Identifikasi pemangku kepentingan, Pemangku kepentingan
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Pemangku kepentingan utama (primary stakeholder),
merupakanmpemangku kepentingan yang secara langsung
terkena dampak, baik positif maupun negatif dari suatu
kebijakan.
b. Pemangku kepentingan kunci (key stakeholder),
merupakan pemangku kepentingan yang secara legalitas
memiliki kewenangan atau dengan kata lain memiliki
pengaruh dan kepentingan yang tinggi dalam pengambilan
keputusan pada proses pembuatanmkebijakan.
c. Pemangku kepentingan pendukung (secondary
stakeholder), merupakan pemangku kepentingan sebagai
perantara dalam proses implementasi kebijakan ataupun
pihak-pihak yang tidak memiliki kaitan secara langsung
tetapi memiliki kepedulian atas keputusan kebijakan.
2. Pengelompokan dan pengategorian pemangku kepentingan,
Pemangku kepentingan dikelompokkan menjadi pemain kunci,
dan context setters, subjects crowd. Pemain kunci memiliki
kepentingan dan pengaruh yang tinggi. memiliki context
setters pengaruh yang tinggi tapi kepentingannya rendah.
Subjects memiliki kepentingan yang tinggi tetapi pengaruhnya
rendah, sedangkan adalah crowd pemangku kepentingan yang
memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah.
3. Menyelidiki hubungan antara pemangku kepentingan Analisis
data. Untuk menyelidiki hubungan antar pemangku
kepentingan digunakan metode actor link ages matrices yang

7
menggunakan matriks berisi para pemangku kepentingan
dalam tiap kolom dan barisnya dan hubungan antar pemangku
kepentingan hasil identifikasi berupa konflik, pelengkap atau
kerjasama.
2.3. Hasil Analisis Sistem Transportasi Terintegrasi DKI Jakarta
dengan Pemetaan Pemangku Kepentingan
Langkah dalam menganalisis menggunakan metode pemangku
kepentingan adalah mengidentifikasi semua stakeholders dan informasi
yang terkait seperti: peran, kepentingan, pengetahuan, harapan, dan
tingkat pengaruh.
Metoda analisis stakeholder cukup beragam. Salah satu yang
kerap dipakai untuk menghasilkan peta pemangku kepentingan adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun matrik Kepentingan dan Kekuatan/Sumberdaya, berikut
analisis matriks kepentingan dan kekuatannya.
Matriks Koordinat Peran
Pengaruh (Power) Kepentingan (Interest)
No Stakeholders
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Sektor Pemerintah         V         V
2 Sektor Swasta       V           V
3 Sektor Masyarakat     V         V    

2. Memetakannya ke dalam matriks Kontribusi, Legitimasi, Kesediaan


Terlibat, Pengaruh, Perlunya Keterlibatan.
Matriks empat kelompok besar stakeholders
Pengaruh Besar Pengaruh Kecil
Kepentingan Pemerintah: Swasta:
Besar Kepentingan Politik Kemauan berinvestasi
Kemauan memberikan
pinjaman
Kemauan menangani proyek
Kepentingan Pemerintah: Masyarakat:

8
Kecil Perizinan Kemauan untuk menggunakan
Pembebasan lahan layanan transportasi
terintegrasi yang murah,
nyaman dan aman.
Matriks Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Stakeholder Peran Hambatan Upaya Integrasi
s
Sektor  Penyusun  Ahli di bidang  Bekerja  Penerapan
Pemerintah an konsep transportasi sama intelligent
transporta terintegrasi dengan sistem dan
si terbatas pihak protokol
terintegrasi  Alat swasta kesehatan
yang transportasi
sinergis didatangkan
 Pengadaan dari luar
alat negeri
transportasi
terintegrasi
yang
nyaman,
murah dan
aman.
Sektor  Penyedia  Pihak swasta  Membentu  Operasional
Swasta modal cenderung k sistem dan
 Penyedia ingin kerja yang pemelihara
pinjaman menguasai jelas an system
 Pelaksana seluruh transportasi
proyek system terintegrasi
operasional
demi
keuntungan
perusahaanny

9
a.
Sektor  Pengguna  Tidak semua  Subsidi  Perawatan
Masyarkat sarana masyarakat silang fasilitas
transportasi bias nagi transportasi
terintegrasi menikmati masyarak terintegrasi
layanan at uang
transportasi kurang
terintegrasi mampu

Melihat tabel matriks empat kelompok besar stakeholders di atas,


pemetaan stakeholders yang memiliki kepentingan dalam pengembangan
dan pembangunan sarana moda transportasi terintegrasi adalah pihak
pemerintah, pihak swasta dan pihak masyarakat. Pemerintah sebagai
stakeholders sekunder memiliki peran sebagai kelompok yang bermanfaat
untuk merumuskan atau menjembatani keputusan dan opini serta
kelompok stakeholders yang paling kritis.
Kelompok pemerintah yang dimaksud adalah Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia, Badan Pengelola Transportasi
Jabodetabek (BPTJ), Dinas Perhubungan DKI Jakarta, TransJakarta, dan
Grab Indonesia. Disamping itu, swasta sebagai stakeholders primer
memiliki peran sebagai kelompok stakeholders yang penting namun perlu
pemberdayaan. Stakeholders swasta ini sangat berperan dalam
pembangunan yakni sebagai kontraktor dalam mengerjakan proyek,
memberikan pinjaman, pelaku usaha dan mengurus perizinan. Selain itu,
masyarakat berperan sebagai pengunjung dan pengguna layanan moda
transportasi terintegrasi.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan teori yang telah dijabarkan, serta melihat fakta
yang ada dilapangan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemetaan stakeholders yang memiliki kepentingan dalam
pengembangan dan pembangunan sarana moda transportasi
terintegrasi adalah pihak pemerintah, pihak swasta dan pihak
masyarakat. Pemerintah sebagai stakeholders sekunder memiliki
peran sebagai kelompok yang berfungsi untuk menjembatani
keputusan. Pihak swasta sebagai stakeholders primer memiliki peran
stakeholders yang penting namun perlu pemberdayaan. Masyrakat
berperan sebagai pengunjung dan pengguna layanan moda
transportasi. Solusi untuk permasalahan moda transportasi integrasi di
DKI Jakarta adalah adanya kerjasama yang sinergis antara para
stakeholders yang ada di dalamnya seperti pemerintah, pihak swasta,
dan masyarakat.

3.2. Saran
Peningkatan kerjasama yang sinergis serta evaluasi secara
terus menerus antara para stakeholders yang ada di dalamnya seperti
pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat agar sistem integrasi
semakin lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://bptj.dephub.go.id/sistem-transportasi-massal-terintegrasi-
sejabodetabek-jawaban-untuk-mengatasi-kemacetan-jakarta (diakses
tanggal 20 Juli 2021 Jam 20.00 WIB)

https://www.beritasatu.com/megapolitan/754395/anies-integrasi-sistem-
transportasi-bisa-atasi-kemacetan-di-jakarta (diakses tanggal 21 Juli
2021 Jam 12.00 WIB)

https://www.suarakarya.id/detail/121796/DKI-Terima-Penghargaan-
Sistem-Transportasi-Terintegrasi (diakses tanggal 21 Juli 2021 Jam
12.10 WIB)

1.http://trainingadvokasi.smeru.or.id (diakses tanggal 21 Juli 2021 Jam


12.20 WIB)

12
13

Anda mungkin juga menyukai