Anda di halaman 1dari 23

MENUNTUT ILMU AGAMA

SELAGI DI DUNIA

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

َ ِ‫ َوَأقَلُّهُ ْم َم ْن يَجُو ُز َذل‬، َ‫َأ ْع َما ُر ُأ َّمتِي َما بَ ْينَ ال ِّستِّينَ ِإلَى ال َّسب ِْعين‬
‫ك‬

“Umur umat ku, ada diantara 60-70 tahun dan yang lebih
sangat sedikit sekali.”

Hadits riwayat At Tirmidzi nomor 3550 dan Ibnu Majah


nomor 4236 dan dikatakan oleh Syaikh Albaniy bahwa
hadīts tersebut hasan shahīh).

Kita harus berdo’a agar Allāh menjadikan waktu kita ini


barakah, agar setelah kematian tiba, kita tetap hidup
nyaman di alam kubur, agar kita tetap hidup nyaman saat
matahari mendekat ke kepala hingga satu mil atau satu
jengkal.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

ُ‫الَ تَ ُزو ُل قَ َد َما َع ْب ٍد يَ وْ َم القِيَا َم ِة َحتَّى ي ُْس َأ َل ع َْن ُع ُم ِر ِه فِي َم ا َأ ْفنَ اه‬
‫َوع َْن ِع ْل ِم ِه فِي َم فَ َع َل َوع َْن َمالِ ِه ِم ْن َأ ْينَ ا ْكت ََس بَهُ َوفِي َم َأ ْنفَقَ هُ َوع َْن‬
ُ‫ِج ْس ِم ِه فِي َم َأ ْبالَه‬
“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser
pada hari kiamat sampai ditanya:

Tentang umurnya, untuk apa dia habiskan ?


Tentang ilmunya, untuk apa yang telah ia amalkan ?

Tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia


belanjakan ?
Dan tentang tubuhnya, apa yang telah ia hasilkan hingga
tubuh itu usang ?”

Oleh karena itu, dalam: ‫( ص يد الخ اطر‬Shaidul Khāthir),


Ibnul Jauzi pernah mengatakan yang maknanya :

“Harusnya seorang itu berusaha memahami harga


waktunya, sehingga ia tidak akan menyia-nyiakannya
kepada selain ketaatan. Dan dengan mengetahui harga
waktu, ia juga akan bisa mengerjakan sebuah amalan
yang paling utama terlebih dahulu, kemudian yang
dibawahnya, kemudian yang dibawahnya.”

Salah seorang penyair berkata:

‫ وأراه أسهل ما عليك يضيع‬,‫والوقت أنفس من عنيت بحفظه‬

“Waktu adalah harta paling berharga yang pantas untuk


engkau jaga, tapi aku melihat waktu itu adalah hal yang
paling mudah untuk disia-siakan.”

⇒ Oleh karena itu dahulu para ulamā sangat bersemangat


dalam menjaga waktu.

Muhammad bin Abdul Baqi Al Bazzar berkata:

“Aku tidak pernah menyia-nyiakan waktuku untuk suatu


hal yang tidak bermanfaat atau hanya sekedar bermain.”
Menuntut Ilmu Itu Wajib

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬


‫ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu


Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish
Shaghiir no. 3913)

Ilmu agama lebih dibutuhkan daripada makanan dan


minuman. Ilmu bisa merubah orang. Orang dari bodoh
bisa jadi pintar, orang pelit bisa jadi dermawan, orang
penakut bisa jadi berani. Dan buah dari ilmu adalah amal.
Maka, jika kita sudah tahu sebuah ilmu maka kita
berusaha untuk mengamalkan ilmu tersebut.

Dan, apabila kita diberikan ilmu dan dimudahkan


meraihnya maka jangan sia-siakan. Paksakan diri untuk
menuntut ilmu agama. Jadikan kebiasaan bahwa tiada
hari tanpa belajar ilmu agama.

Ilmu agama, bisa mendatangkan iman dan iman bisa


mendatangkan amal biidznillah. Maka bagaimana orang
bisa beribadah dengan benar jika tidak mau belajar ilmu
agama.

Usia kita saat ini sudah berapa tahun dan kematian tidak
tahu kapan datangnya. Apakah kita tidak bergegas
memperbaiki diri dan meraih ilmu semampu kita serta
mengamalkannya.

Apakah bisa dikatakan sibuk jika masih bisa berjam-jam


main game?

Apakah bisa dikatakan sibuk jika masih bisa bermain


bola atau liat bola malam-malam namun tidak belajar
sama sekali tentang agama?

Mengapa untuk kesenangan dunia ada waktu sementara


untuk menyiapkan bekal akhirat kita masih bisa
mendunda?

Mau sampai kapan kita tidak mau ada perubahan dalam


hidup kita?

Dengan ilmu kita tahu mana yang benar mana yang


salah. Mana yang halal dan mana yang haram.

📌 Tidak ada istilah jadi stress karena belajar agama jika


yang dipelajari sesuai dengan Al Qur'an dan Assunnah.
Namun, saat ini banyak juga orangtua yang menganggap
anaknya seperti dirinya. Sehingga anak diberikan banyak
waktu bermain dan tidak ingin anaknya banyak waktu
untuk belajar agama. Alasannya kasihan. Padahal belajar
agama dari kecil itu bagus karena potensi anak bisa
digali.

Padahal, dahulu kala ada ulama yang dalam sehari


memiliki 12 pelajaran, seperti Imam An Nawawi. Ada
pula yang 13 pelajaran (seperti) Imam Asy Syaukani.
Bahkan ada yang dalam sehari memiliki pelajaran 24
pelajaran dan 50 pelajaran.

Itulah para ulama Islām, yang mengerti hakikat waktu.


Bahkan ada yang mengatakan:

“Tidak halal bagiku untuk menyia-nyiakan waktu.”


sebagaimana dikatakan Abul Wafa’ Ibnu ‘Aqīl.

Mungkin kita belum bisa seperti mereka lantaran


mungkin karena dosa kita yang masih terlalu banyak.
Mungkin pula, karena kecintaan kita kepada dunia yang
masih tinggi.

Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadikan


waktu kita barakah, mengarah kepada perkara yang baik,
bermanfaat dan mengarah kepada ketaatan kepada Allah.

📌 Perangkap Iblis Yang Pertama

Al-Hafizh Ibnul Jauzî rahimahullâhu berkata :

َّ ‫اعلم أن أول تلبيس إبليس َعلَى الن اس ص ُّدهم ع َِن العلم‬


‫ألن العلم‬
‫نور؛ فإذا أطفا مصابيحهم خبطهم فِي الظُلَم كيف شاء‬

Ketahuilah, bahwa PERANGKAP (talbis) IBLIS pertama


yang dilancarkan kepada manusia adalah :
MENJAUHKAN MANUSIA DARI ILMU.
Karena ILMU ITU CAHAYA, sehingga apabila lentera
cahaya manusia padam, maka iblis bisa dengan
mudahnya menyeret manusia kepada KEGELAPAN
sekehendaknya….
(Talbis Iblis I/289).

Adapun BALA TENTARA IBLIS, maka tugasnya tidak


lain dan tidak bukan juga semisi… Dan setan itu ada 2
jenis, yaitu dari jenis JIN dan dari jenis MANUSIA…
SETAN JENIS MANUSIA ini tidak kalah bahayanya.
Mereka berupaya memalingkan manusia dari ilmu,
sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh Ibnu Qoyyim al-
Jauziyah :

‫ هم الذين يثبطون الن اس عن طلب العلم‬:‫نواب إبليس في األرض‬


‫ ف إنهم‬، ‫ فهؤالء أضر عليهم من ش ياطين الجن‬، ‫والتفقه في الدين‬
‫ ” يحولون بين القلوب وبين هدى هللا وطريقه‬.

Wakil iblis di bumi, mereka adalah orang² yang


MEMALINGKAN MANUSIA DARI MENUNTUT
ILMU DAN TAFAQQUH FID DIN (memahami
agama). Mereka ini lebih berbahaya daripada setan jenis
jin. Karena mereka menghalau hati² manusia dari
petunjuk dan jalan Allâh. “
(Miftâh Dâris Sa’âdah I/160).

Karena itu, mereka yang suka :


(1) Memalingkan manusia dari belajar dan menuntut
ilmu
(2) Menghalang-halangi manusia belajar dan menuntut
ilmu
(3) Bahkan menutup dan melarang majelis dan kajian-
kajian ilmu.

📌 Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan


sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada
kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula
amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah,
dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula
agama-Nya disebarkan.

Kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan


kebutuhan pada makanan dan minuman.

Imam Ahmad mengatakan, “Manusia lebih memerlukan


ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan
dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari,
sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu.”

DIANTARA KEUTAMAAN ILMU

1. Menuntut Ilmu Dapat Meninggikan Derajat

Allah Ta’ala berfirman :

ٍ ‫يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُ وا ِمن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُ وا ْال ِع ْل َم د ََر َج ا‬
‫ت َوهَّللا ُ بِ َم ا‬
‫تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر‬

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).

Allah Ta’ala berfirman :

‫ت َعلَ ْي ِه ْم‬ ْ َ‫ِإنَّ َم ا ْال ُمْؤ ِمنُ ونَ الَّ ِذينَ ِإ َذا ُذ ِك َر هّللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُ وبُهُ ْم َوِإ َذا تُلِي‬
َ‫الص الَة‬ َّ َ‫آيَاتُ هُ زَا َد ْتهُ ْم ِإي َمان ا ً َو َعلَى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُ ونَ الَّ ِذينَ يُقِي ُم ون‬
‫ات ِعن َد‬ ٌ ‫َو ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم يُنفِقُونَ ُأوْ لَـِئكَ هُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُونَ َحقّا ً لَّهُ ْم د ََر َج‬
‫ق َك ِري ٌم‬ٌ ‫َربِّ ِه ْم َو َم ْغفِ َرةٌ َو ِر ْز‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka


yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rezeki yang mulia.” (Al Anfal 2-4)

Allah Ta’ala berfirman :

ِ ‫َو َم ْن يَْأتِ ِه ُمْؤ ِمنا ً قَ ْد َع ِم َل الصَّالِ َحا‬


ُ ‫ت فَُأوْ لَِئكَ لَهُ ُم ال َّد َر َج‬
‫ات ْال ُعلَى‬

“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam


keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh beramal salih,
maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh
derajat yang tinggi (mulia) “ ( Thaha : 75)

Allah Ta’ala berfirman :

ُ‫ت ِّم ْن ه‬ ِ ‫ض َل هّللا ُ ْال ُم َجا ِه ِدينَ َعلَى ْالقَا ِع ِدينَ َأجْ راً ع‬
ٍ ‫َظيم ا ً َد َر َج ا‬ َّ َ‫َوف‬
ً ‫َو َم ْغفِ َرةً َو َرحْ َمةً َو َكانَ هّللا ُ َغفُوراً َّر ِحيما‬

“… dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad


atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu)
kedudukan beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan,
serta rahmat. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (An Nisaa’ : 95-96).

Dalam empat ayat di atas, tiga di antaranya adalah


penyebutan pengangkatan derajat bagi ahli iman, yaitu
yang memiliki ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.
Sedangkan ayat yang keempat adalah penyebutan
pengangkatan derajat dengan melakukan jihad. Dengan
demikian seluruh pengangkatan derajat seorang hamba
yang disebutkan di dalam Al Qur’an kembalinya kepada
masalah ilmu dan jihad, yang dengan dua hal tersebut
agama ini akan tegak. ( Miftaah Daaris Sa’adah li Ibnil
Qayyim 1/224).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ‫آخَرين‬ َ َ‫ب َأ ْق َوا ًما َوي‬


ِ ‫ض ُع بِ ِه‬ ِ ‫ِإ َّن هللاَ يَرْ فَ ُع بِـهَ َذا ْال ِكتَا‬.
“Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Qur-an
beberapa kaum dan Allah pun merendah-kan beberapa
kaum dengannya.”[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh
Muslim (no. 817)]

2. Ilmu Menyebabkan Dimudahkannya Jalan Menuju


Surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َسهَّ َل هللاُ لَهُ بِ ِه طَ ِر ْيقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة‬،‫ك طَ ِر ْيقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬
َ َ‫َم ْن َسل‬
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu
padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga.” (HR. Muslim).

3. Kesaksian Allah Ta’ala kepada orang-orang yang


berilmu

Allah Ta’ala berfirman,

‫َش ِه َد هَّللا ُ َأنَّهُ اَل ِإلَٰ َه ِإاَّل ه َُو َو ْال َماَل ِئ َكةُ َوُأولُو ْال ِع ْل ِم قَاِئ ًم ا بِ ْالقِ ْس ِط ۚ اَل‬
‫ِإلَٰهَ ِإاَّل ه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah (yang


berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar)
melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
[Ali ‘Imran/3: 18]

4. Ilmu Adalah Warisan Para Nabi

“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya


para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi
mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa
mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.”
(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah;
dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 6297).
5. Ilmu Akan Kekal Dan Akan Bermanfaat Bagi
Pemiliknya Walaupun Dia Telah Meninggal

‫ َأوْ ِع ْل ٍم‬،‫اريَ ٍة‬


ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬
َ :‫ث‬ ٍ ‫ِإ َذا َماتَ اِإْل ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ ِإاَّل ِم ْن ثَاَل‬
ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫ َأوْ َولَ ٍد‬،‫يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬
ٍ ِ‫صال‬
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya,
kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya”
(HR. Muslim).

6. Allah Tidak Memerintahkan Nabi-Nya Meminta


Tambahan Apa Pun Selain Ilmu

‫َوقُلْ َربِّ ِز ْدنِي ِع ْل ًما‬

“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah


kepadaku

7. Orang Yang Dipahamkan Agama Adalah Orang


Yang Dikehendaki Kebaikan

Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

‫َم ْن ي ُِر ِد هَّللا ُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِى الدِّي ِن‬

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan


seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia
tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No.
1037).
8. Yang Paling Takut Pada Allah Adalah Orang Yang
Berilmu

‫ِإنَّ َما يَ ْخ َشى هَّللا َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَ َما ُء‬

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara


hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).

Para ulama berkata,

‫من كان باهلل اعرف كان هلل اخوف‬

“Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling


takut pada Allah”.

Imam Ahmad rahimahullaah berkata, “Pokok ilmu


adalah rasa takut kepada Allah.”[9] Apabila seseorang
bertambah ilmunya, maka akan bertambah rasa takutnya
kepada Allah.

9. Ilmu adalah nikmat yang paling agung

Allah berfirman:

َ‫َاب َو ْال ِح ْك َم ةَ َو َعلَّ َم كَ َم ا لَ ْم تَ ُك ْن تَ ْعلَ ُم ۚ َو َك ان‬


َ ‫َوَأ ْن َز َل هَّللا ُ َعلَ ْيكَ ْال ِكت‬
ِ ‫فَضْ ُل هَّللا ِ َعلَ ْيكَ ع‬
‫َظي ًما‬
“… Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab
(Al-Qur-an) dan hikmah (As-Sunnah) kepadamu dan
telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau
ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu
sangat besar.” [An-Nisaa’/4: 113]

10. Faham dalam masalah agama termasuk tanda-


tanda kebaikan

Dalam ash-Shahiihain dari hadits Mu’awiyah bin Abi


Sufyan (wafat th. 78 H) radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِي ال ِّد ْي ِن‬.


“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka
Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya."
(HR. Ahmad)

11. Orang yang berilmu dikecualikan dari laknat


Allah

“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan


dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada
Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan
orang yang mempelajari ilmu.” (Hadits hasan:
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2322), Ibnu Majah
(no. 4112))

12. Menuntut ilmu dan mengajarkannya lebih utama


daripada ibadah sunnah dan wajib kifayah

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ ‫فَضْ ُل ْال ِع ْل ِم خَ ْي ٌر ِم ْن فَضْ ِل ْال ِعبَا َد ِة َوخَ ْي ُر ِد ْينِ ُك ُم ْال َو َر‬.


‫ع‬
“Keutamaan ilmu lebih baik daripada keutamaan ibadah,
dan agama kalian yang paling baik adalah al-wara’
(ketakwaan).” (Hadits hasan: Diriwayatkan oleh ath-
Thabrani dalam Mu’jamul Ausath (no. 3972) dan al-
Bazzar dari Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallaahu
‘anhu, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiih
at-Targhiib wat Tarhiib (no. 68), lihat juga Jaami’
Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/106, no. 96))

13. Ilmu adalah kebaikan di dunia

Mengenai firman Allah Ta’ala,

ً‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَة‬

“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia.”

Al-Hasan (wafat th. 110 H) rahimahullaah berkata,


“Yang dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan
ibadah.”

Dan firman Allah,

ً‫َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَة‬

“Dan kebaikan di akhirat.” [Al-Baqarah/2:201]

Al-Hasan rahimahullaah berkata, “Maksudnya adalah


Surga.” Sesungguhnya kebaikan dunia yang paling agung
adalah ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, dan
ini adalah sebaik-baik tafsir ayat di atas.[Al-‘Ilmu
Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 141) dan Jaami’ Bayaanil
‘Ilmi wa Fadhlihi (I/229-230, no. 252 dan 253)]

Ibnu Wahb (wafat th. 197 H) rahimahullaah berkata,


“Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri rahimahullaah
berkata, ‘Kebaikan di dunia adalah rizki yang baik dan
ilmu, sedangkan kebaikan di akhirat adalah
Surga.’”[Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/230, no.
254)]

14. Ilmu adalah jalan menuju kebahagiaan

“…Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat orang:

(1) seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta,


kemudian dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya,
dengannya ia menyambung silaturahmi, dan mengetahui
hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya
paling baik (di sisi Allah).

(2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun tidak


diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata,
‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan
seperti apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia dengan niatnya
itu, maka pahala keduanya sama.

(3) Seorang hamba yang Allah berikan harta namun tidak


diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur hartanya,
tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak
menyambung silaturahmi dengannya, dan tidak
mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang
tersebut adalah yang paling jelek (di sisi Allah). Dan

(4) seorang hamba yang tidak Allah berikan harta tidak


juga ilmu, ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta,
aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si
fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama dalam
mendapatkan dosa.”

[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad


(IV/230-231), at-Tirmidzi (no. 2325)]

15. Menuntut ilmu akan membawa kepada keber-


sihan hati, kemuliaannya, kehidupannya, dan
cahayanya

Sesungguhnya mencintai ilmu dan mencarinya adalah


akar segala ketaatan, sedangkan mencintai harta dan
dunia adalah akar berbagai kesalahan yang
menjerumuskan ke Neraka. Setiap Muslim dan Muslimah
harus mengetahui bahwa orang yang menuntut ilmu
adalah orang yang bahagia karena ia mendengarkan ayat-
ayat Al-Qur-an, hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam, dan perkataan para Shahabat. Dengannya hati
terasa nikmat dan akan membawa kepada kebersihan hati
dan kemuliaan.

16. Orang yang menuntut ilmu akan dido’akan oleh


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan
orang-orang yang mendengarkan sabda beliau dan
memahaminya dengan keindahan dan berserinya wajah.

Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َّ‫نَض ََّر هللاُ ا ْم َرًأ َس ِم َع ِمنَّا َح ِد ْيثًا فَ َحفِظَهُ َحتَّى يُبَلِّ َغ هُ َغ ْي َرهُ؛ فَِإنَّهُ رُب‬
‫ث‬ ُ ‫ ثَاَل‬،ُ‫ َورُبَّ َحا ِم ِل فِ ْق ٍه ِإلَى َم ْن ه َُو َأ ْفقَهُ ِم ْن ه‬،‫ْس بِفَقِ ْي ٍه‬ َ ‫َحا ِم ِل فِ ْق ٍه لَي‬
، ‫ ِإ ْخاَل صُ ْال َع َم ِل ِهلِل‬:‫ص ا ٍل اَل ي ُِغ لُّ َعلَ ْي ِه َّن قَ ْلبُ ُم ْس لِ ٍم َأبَ دًا‬ َ ‫ِخ‬
ْ‫ـج َما َع ِة؛ فَ ِإ َّن َد ْع َوتَهُ ْم تُ ِح ْي طُ ِمن‬ ْ ُ ُ ‫َأْل‬
َ ‫ َولزوْ ُم ال‬،‫ص َحة ُوال ِة ا ْم ِر‬َ ُ َ ‫َو ُمنَا‬
َ َ َ ‫آْل‬
ُ‫ َو َج َع َل ِغن اه‬،ُ‫ َمن كانَ هَ ُّمهُ ا ِخ َرةَ؛ َج َم َع هللاُ ش ْمله‬:‫ال‬ َ ْ َ
َ ‫ َوق‬.‫َو َراِئ ِه ْم‬
ُ‫ق هللا‬ َ ْ ُّ ُ ْ َ ْ
َ ‫ َو َمن كانَت نِيَّتهُ الدنيَا؛ ف َّر‬،‫اغ َمة‬ ٌ ِ ‫ َوَأتَ ْتهُ الدنيَا َو ِه َي َر‬،‫فِ ْي قَ ْلبِ ِه‬
ْ ُّ
‫ َولَـ ْم يَْأتِ ِه ِمنَ ال ُّد ْنيَا ِإاَّل َم ا‬،‫ َو َج َع َل فَ ْق َرهُ بَ ْينَ َع ْينَ ْي ِه‬،ُ‫ض ْي َعتَه‬ َ ‫َعلَ ْي ِه‬
ُ‫ب لَه‬ َ ِ‫ ُكت‬.
“Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang
yang mendengarkan sebuah hadits dari kami, lalu
menghafalkannya dan menyampaikannya kepada orang
lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun ia tidak
memahami. Dan banyak orang yang menerangkan fiqih
kepada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal
yang dengannya hati seorang muslim akan bersih (dari
khianat, dengki dan keberkahan), yaitu melakukan
sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasihati ulil amri
(penguasa), dan berpegang teguh pada jama’ah kaum
Muslimin, karena do’a mereka meliputi orang-orang
yang berada di belakang mereka.” Beliau bersabda,
“Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat,
Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan
kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya
dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya
mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan
dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk
matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah
ditetapkan baginya.”[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh
Ahmad (V/183), ad-Darimi (I/75), Ibnu Hibban (no. 72,
73-Mawaarid)]

17. Menuntut ilmu adalah jihad di jalan Allah dan


orang yang menuntut ilmu laksana mujahid di jalan
Allah Ta’ala

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫َم ْن َدخَ َل َم ْس ِج َدنَا هَ َذا لِيَتَ َعلَّ َم َخ ْي رًا َأوْ لِيُ َعلِّ َم هُ َك انَ َك ْالـ ُم َجا ِه ِد فِ ْي‬
ُ‫ْس لَه‬َ ‫اظ ِر ِإلَى َما لَي‬ ِ َّ‫ َو َم ْن َدخَ لَهُ لِ َغي ِْر َذلِكَ َكانَ َكالن‬،ِ‫ َسبِ ْي ِل هللا‬.
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid
Nabawi) dengan tujuan mempelajari ke-baikan atau
mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di
jalan Allah Ta’ala. Dan barangsiapa yang memasukinya
dengan tujuan selain itu, maka ia laksana orang yang
sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya.”[Hadits
hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 87-at-
Ta’liiqaatul Hisaan)]

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah mengatakan,


“Jihad melawan hawa nafsu memiliki empat tingkatan:

Pertama: berjihad untuk mempelajari petunjuk (ilmu


yang bermanfaat) dan agama yang benar (amal shalih).
Seseorang tidak akan mencapai kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat kecuali dengannya.

Kedua: berjihad untuk mengamalkan ilmu setelah


mengetahuinya.

Ketiga: berjihad untuk mendakwahkan ilmu dan


mengajarkannya kepada orang yang belum
mengetahuinya. Keempat: berjihad untuk sabar dalam
berdakwah kepada Allah Ta’ala dan sabar terhadap
gangguan manusia. Dia menanggung kesulitan-kesulitan
dakwah itu semata-mata karena Allah. Apabila keempat
tingkatan ini telah terpenuhi pada dirinya, maka ia
termasuk orang-orang yang Rabbani.

18. Dengan menuntut ilmu, kita akan berfikir yang


baik, benar, mendapatkan pemahaman yang benar,
dan dapat mentadabburi ayat-ayat Allah

Seandainya manusia mengetahui apa yang terdapat


dalam membaca Al-Qur-an dengan tadabbur, maka ia
akan lebih menyibukkan diri dengannya daripada
selainnya. Apabila ia melewati ayat yang dibutuhkannya
untuk mengobati hatinya, maka ia akan mengulang-
ulangnya meskipun sampai seratus kali, walaupun ia
menghabiskan satu malam. Membaca Al-Qur-an dengan
memikirkan dan memahaminya lebih baik daripada
membacanya sampai khatam tanpa mentadabburi dan
memahaminya, lebih bermanfaat bagi hati dan lebih
membantu untuk memperoleh keimanan dan merasakan
manisnya Al-Qur-an. Membaca Al-Qur-an dengan
memikirkannya adalah pokok kebaikan hati. (Al-‘Ilmu
Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 262)).

19. Ilmu lebih baik daripada harta

Keutamaan ilmu atas harta dapat diketahui dari beberapa


segi:

 Pertama: Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan


harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya.

 Kedua: Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan


pemilik harta menjaga hartanya.

 Ketiga: Ilmu adalah penguasa atas harta, sedangkan


harta tidak berkuasa atas ilmu.

 Keempat: Harta akan habis dengan dibelanjakan,


sedangkan ilmu akan bertambah jika hb diajarkan.

 Kelima: Apabila meninggal dunia, pemilik harta akan


berpisah dengan hartanya, sedangkan ilmu akan
masuk bersamanya ke dalam kubur.

 Keenam: Harta dapat diperoleh orang-orang mukmin


maupun kafir, orang baik maupun orang jahat.
Sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya dapat
diperoleh orang-orang yang beriman.

 Ketujuh: Orang yang berilmu dibutuhkan oleh para


raja dan selain mereka, sedangkan pemilik harta hanya
dibutuhkan oleh orang-orang miskin.
 Kedelapan: Jiwa akan mulia dan bersih dengan
mengumpulkan ilmu dan berusaha memperolehnya –
hal itu termasuk kesempurnaan dan kemuliaannya–
sedangkan harta tidak membersihkannya, tidak
menyempurnakannya bahkan tidak menambah sifat
kemuliaan.

 Kesembilan: Harta itu mengajak jiwa kepada


bertindak sewenang-wenang dan sombong, sedangkan
ilmu mengajaknya untuk rendah hati dan
melaksanakan ibadah.

 Kesepuluh: Ilmu membawa dan menarik jiwa kepada


kebahagiaan yang Allah ciptakan untuknya,
sedangkan harta adalah penghalang antara jiwa
dengan kebahagiaan tersebut.

 Kesebelas: Kekayaan ilmu lebih mulia daripada


kekayaan harta karena kekayaan harta berada di luar
hakikat manusia, seandainya harta itu musnah dalam
satu malam saja, jadilah ia orang yang miskin,
sedangkan kekayaan ilmu tidak dikhawatirkan
kefakirannya, bahkan ia akan terus bertambah
selamanya, pada hakikatnya ia adalah kekayaan yang
paling tinggi.

 Kedua belas: Mencintai ilmu dan mencarinya adalah


pokok segala ketaatan, sedangkan cinta dunia dan
harta dan mencarinya adalah pokok segala kesalahan.
 Ketiga belas: Nilai orang kaya ada pada hartanya dan
nilai orang yang berilmu ada pada ilmunya. Apabila
hartanya lenyap, lenyaplah nilainya dan tidak tersisa
tanpa nilai, sedangkan orang yang berilmu nilai
dirinya tetap langgeng, bahkan nilainya akan terus
bertambah.

 Keempat belas:
Tidaklah satu orang melakukan ketaatan kepada Allah
Ta’ala, melainkan dengan ilmu, sedangkan sebagian
besar manusia berbuat maksiat kepada Allah lantaran
harta mereka. Kelima belas: Orang yang kaya harta
selalu ditemani dengan ketakutan dan kesedihan, ia
sedih sebelum mendapatkannya dan merasa takut
setelah memperoleh harta, setiap kali hartanya
bertambah banyak, bertambah kuat pula rasa takutnya.
Sedangkan orang yang kaya ilmu selalu ditemani rasa
aman, kebahagiaan, dan kegembiraan.
Referensi:

https://almanhaj.or.id/13080-keutamaan-ilmu-syari-dan-
mempelajarinya-2.html

https://muslimah.or.id/8895-orang-yang-diinginkan-
kebaikan-oleh-allah-2.html

https://muslimah.or.id/10472-keutamaan-menuntut-ilmu-
agama.html

https://abdullahroy.com/keutamaan-ilmu-agama/

https://muslim.or.id/29242-derajat-mulia-penuntut-ilmu-
agama-2.html

https://abusalma.net/2020/09/02/perangkap-iblis-
pertama-adalah-menghalangi-kajian-ilmu/

Anda mungkin juga menyukai