Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan bayi utama dan alami yang sudah

dikenal sejak manusia itu ada. ASI dengan komposisi yang unik diciptakan sesuai

dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI juga mengandung zat kekebalan

tubuh sehingga bayi yang diberi ASI lebih kebal rerhadap penyakit (IDAI, 2002)

meningkatkan daya tahan tubuh, ASI meningkatkan kecerdasan, menyusui

meningkatkan jalinan kasih sayang dan bermanfaat juga bagi ibu menyusui yaitu

mengurangi pendarahan setelah melahirkan, mengurangi terjadinya anemia,

menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, lebih cepat langsing, mengurangi

kemungkinan menderita kanker, lebih ekonomis (murah), tidak merepotkan hemat

waktu, portabel dan praktis serta memberi kepuasan bagi ibu (Utami Roesli,

2000). Namun dalam pemberian makanan yang ideal untuk bayi dapat dicapai

dengan cara menciptakan pengertian keluarga. Dukungan dari lingkungan dan

dukungan dari keluarga karena keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat

yang merupakan segala bentuk hubungan kasih sayang antara manusia sehingga

dukungan dari suami dan keluarga mempunyai peran penting dalam pemberian

ASI exclusif (Khuruddin, 1997).

Dari penilaian terhadap 900 ibu sekitar JABODETABEK diperoleh fakta

bahwa yang dapat memberi ASI exclusif hanya sekitar 5% padahal 98% ibu-ibu

tersebut menyusui. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9% dari

ibu-ibu tersebut juga tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI.

Sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI exclusif.
1
2

Sedangkan hasil pemantauan ASI exclusif di Provinsi Bali cenderung mengalami

penurunan dari tahun ketahun yaitu tahun 2001 : 77,1%, tahun 2002 : 47,51%,

tahun 2003 : 45,74% dimana semestinya harus dicapai sebesar 80% baik ditingkat

Provinsi maupun ditingkat Nasional (www.geogle.com/diakses tanggal 10

Oktober 2006 jam 16.15 WIB). Selain itu data tahun 2005 yang diperoleh dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang yang berasal dari seluruh cakupan

puskesmas terhadap 16855 bayi, tetapi yang mendapat ASI exclusif yaitu 341 bayi

(2,02%) sedangkan yang tidak mendapat ASI exclusif yaitu 16514 bayi (97,98%),

dan khususnya data tahun 2005 yang diperoleh dari Puskesmas Kemuning

Sampang dari 974 bayi yang mendapat ASI exclusif hanya 20 bayi (2,29%)

sedangkan yang tidak mandapat ASI exclusif sebanyak 854 bayi (97,71%).

Dampak yang dapat timbul jika bayi usia 0-6 bulan tidak mendapatkan

ASI exclusif yaitu dapat meningkatkan terjadinya diare, infeksi telinga,

meningitis, diabetes dan kegemukan, ashma serta sepsis (infeksi berat)

(www.geogle.com/diakses tanggal 10 Oktober 2006 jam 16.15 WIB). Rendahnya

pemberian ASI exclusif ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

perubahan sosial budaya seperti meniru teman, tetangga atau orang yang

terkemuka yang memberikan susu botol, merasa ketinggalan zaman jika menyusui

bayinya. Faktor psikologis misalnya : takut kehilangan daya tarik sebagai seorang

wanita yaitu badan takut menjadi tidak langsing lagi. Faktor fisik ibu misalanya :

ibu sakit (panas, mastitis, batuk dan sebagainya), selain faktor diatas faktor

pengalaman ibu tentang pemberian ASI exclusif juga mempunyai peranan yang

sangat penting dalam pemberian ASI exclusif, juga dukungan dari keluarga
3

utamanya suami yang mendorong ibu untuk tidak memberikan susu botol dan

bubur susu, serta meningkatkannya promosi susu formula sebagai pengganti ASI.

Dari permasalahan diatas harus ditanggulangi dengan cara meningkatkan

penggunaan ASI yaitu dengan peningkatan kepedulian dari pengambil keputusan,

organisasi profesi, tokoh masyarakat, kelompok potensial dan masyarakat luas

tentang pentingnya kebijaksanaan peningkatan ASI. Juga perlu meningkatkan

penyuluhan dimulai pada tingkat RT/RW, posyandu dan puskesmas sehingga

kaum ibu, remaja putri dan kaum laki-laki memahami manfaat pemberian ASI

secara exclusif.

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui

“hubungan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI exclusif pada bayi 0-6

bulan di puskesmas Kemuning Kabupaten Sampang”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI

exclusif pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Kemuning Sampang?

1.3 Tujuan Penelitianan

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisa hubungan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI

exclusif pada bayi (0-6 bulan).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga dalam

pemberian ASI exclusif pada bayi (0-6 bulan).


4

2. Mengidentifikasi pemberian ASI exclusif pada bayi

(0-6 bulan).

3. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga

terhadap pemberian ASI exclusif pada bayi (0-6 bulan).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi

Untuk memberikan masukan pada tenaga kesehatan khususnya perawat

dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam pemenuhan ASI

exclusif pada bayi.

1.4.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan bahan lebih lanjut dengan wawasan

lebih luas.

1.4.3 Bagi Ibu

1. Sebagai informasi pada ibu menyusui agar dapat berinteraksi

dengan bayinya

2. Agar kasih sayang ibu terhadap anak lebih banyak sehingga dapat

menimbulkan hubungan batin yang kuat antara ibu dan anak

3. Penggunaan ASI dapat mengurangi pendarahan setelah

melahirkan, mencegah anemia, mengurangi kemungkinan terjadanya kanker,

selain itu dapat memberikan kepuasan bagi ibu dan lain-lain.

1.4.4 Bagi Bayi

1. ASI sebagai nutrisi.

2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh.


5

3. ASI dapat meningkatkan kecerdasan dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai