Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Demensia adalah gangguan intelektual yang berlangsung secara perlahan tetapi
bersifat progresif (biasanya selang bulanan hingga tahunan). Demensia merupakan
kelainan yang paling ditakuti dikalangan lansia, meskipun kelainan ini tidak tampak
keberadaannya. Usia jompo sendiri bukanlah penyebab langsung demensia
(kepikunan),tetapi demensia merupakan gangguan penyerta akibat perubahan-
perubahan yang berlangsung pada sistem saraf pusat. (Tamher, 2009).
Demensia biasa terjadi, mengenai sekitar 4 juta orang di Amerika saja. Keadaan
ini merupakan penyebab utama cacat jangka panjang pada usia tua. Prevalensi
demensia meningkat dengan cepat dengan bertambahnya usia, menyebabkan sakit
sekitar 2% populasi antara usia 65 tahun sampai 70 tahun dan 20% orang diatas usia
80 tahun. Dengan meningkatnya umur panjang dalam populasi dan menurunnya
tingkat kelahiran, prevalensi terus meningkat. (Harrison, 1995).
Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 - 2025,
tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Jumlah sekarang 16 juta
dan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan ini
merupakan peringkat ke empat dunia, dibawah Cina, India dan Amerika Serikat.
Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk
pria dan 67 tahun untuk perempuan. (Meski menurut kajian WHO (1999), usia
harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke
103 dunia, dan nomor satu adalah Jepang dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5
tahun).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diatas yang menunjukkan angka
pertambahan jumlah lansia dibeberapa negara makin lama makin meningkat maka
penulis akan membahas mengenai demensia pada lansia lebih lanjut.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
a. Apakah defenisi dari demensia ?
b. Bagaimanakah konsep lansia ?
c. Apa sajakah klasifikasi demensia ?
d. Apakah etiologi dari demensia ?
e. Apakah faktor predisposisi dan presipitasi demensia ?
f. Bagaimanakah patofisiologi dari demensia ?
g. Bagaimanakah WOC demensia ?
h. Apakah manifestasi klinis dari demensia ?
i. Apakah komplikasi dari demensia ?
j. Bagaimanakah pencegahan dari demensia ?
k. Bagaimanakah penatalaksanaan demensia ?
l. Apa sajakah pemeriksaan penunjang demensia ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui defenisi dari demensia.
b. Memahami konsep dari lansia.
c. Mengetahui klasifikasi demensia.
d. Mengetahui etiologi dari demensia.
e. Mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi demensia.
f. Memahami patofisiologi demensia.
g. Memahami WOC demensia.
h. Mengetahui manifestasi klinis demensia.
i. Mengetahui komplikasi dari demensia.
j. Mengetahui cara pencegahan demensia.
k. Memahami penatalaksanaan dari demensia.
l. Mengetahui pemeriksaan penunjang demensia.

2
1.4 MANFAAT PENULISAN
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan kepada
pembaca mengenai penyakit demensia pada lansia. Bagi kelompok lansia makalah ini
dapat digunakan sebagai masukan untuk memperhatikan  gaya hidup mereka yang
merupakan factor resiko terjadinya demensia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Demensia


Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada
intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi. (Arif
Mansjoer, 1999). Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori
yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-
disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Demensia adalah
sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang
sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari. Demensia
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir
lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho,
2008).Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran.
Demensia atau kepikunan seringkali dianggap wajar terjadi pada lanjut usia karena
merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Faktor ketidaktahuan, baik dari
pihak keluarga, masyarakat maupun pihak tenaga kesehatan mengenai tanda dan
gejala demensia, dapat menyebabkan demensia sering tidak terdeteksi dan lambat
ditangani. Seiring dengan meningkatnya jumlah usia lanjut di Indonesia, masalah
demensia ini semakin sering dijumpai. Pemahaman yang benar tentang penyakit ini
penting dimiliki agar penyakit demensia dapat dideteksi dan ditangani sedini
mungkin.
Jadi, Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan

4
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Penyakit yang  dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar belakang
pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan khusus untuk
demensia, namun perawatan untuk menangani gejala boleh dilakukan.
Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60
tahun dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk lanjut usia di
Indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu
diantaranya adalah alzeimer.

2.2 Konsep Lansia


Pada tahap lansia akan dijelaskan lebih rinci mengenai tahap kehidupan lanjut
usia atau proses menua (aging proses).
1. Seorang dapat dinyatakan menua sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari. (undang-undang Nomor 4,Tahun
1965)
2. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara bertahap-tahap.
Kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( Contantinides,1994). Proses
menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut), secara ilmiah
dimualai sejak lahir dan umumnya dialami pada setiap makhluk hidup.
3. Menurut WHO lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle age) ialah kelompok usia 45 tahun sampai 59
tahun
b. Usia lanjut (Elderly) antara 60-70 tahun
c. Usia lanjut usia tua (Old) antara 75-95 tahun
d. Usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia tua meliputi:
a. Hereditas

5
b. Nutrisi
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stress

2.3 Klasifikasi Demensia


1. Menurut Kerusakan Struktur Otak
a. Tipe Alzheimer
Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami kematian
sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana
mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar 50-60%
penderita demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer.
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan
fungsi eksekutif,
3) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5) Kehilangan inisiatif.
Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan beratnya deteorisasi
intelektual :
a) Stadium I (amnesia)
i. Berlangsung 2-4 tahun
ii. Amnesia menonjol
iii. Perubahan emosi ringan
iv. Memori jangka panjang baik
v. Keluarga biasanya tidak terganggu
b) Stadium II (Bingung)

6
i. Berlangsung 2 – 10 tahun
ii. Episode psikotik
iii. Agresif
iv. Salah mengenali keluarga

c) Stadium III (Akhir)


i. Setelah 6 - 12 tahun
ii. Memori dan intelektual lebih terganggu
iii. Membisu dan gangguan berjalan
iv. Inkontinensia urin
b. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan
setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia.
Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah
otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vaskular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1)      Peningkatan reflek tendon dalam
2)      Kelainan gaya berjalan
3)      Kelemahan anggota gerak

2. Menurut Umur:
a.    Demensia senilis ( usia >65tahun)
b.    Demensia prasenilis (usia <65tahun)

3. Menurut perjalanan penyakit :


a.    Reversibel (mengalami perbaikan)
b.    Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B,
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan
serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :

7
1)      Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
2)      Inkontinensia urin.
3)      Demensia.

4. Menurut sifat klinis:


a.  Demensia proprius
b.  Pseudo-demensia
2.4 Etiologi Demensia
1. Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit
Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya
kelainan gen tertentu. Pada penyakit alzheimer, beberapa bagian otak
mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya
respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam
otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang
semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.

2. Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut.


Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan
atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap
menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan
akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang
disebabkan oleh stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian
penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.

Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3


golongan besar:

8
1. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
sistem enzim, atau pada metabolisme
2. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
a.       Penyakit degenerasi spino-serebelar.
b.      Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
c.       Khorea Huntington
3. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantaranya :

a.       Penyakit cerebro kardiofaskuler


b.      penyakit- penyakit metabolik
c.       Gangguan nutrisi
d.      Akibat intoksikasi menahun
Penyebab Demensia pada Usia Lanjut menurut Boedhi-Darmojo, 2009:
Penyebab demensia yang reversibel sangat penting untuk diketahui, karena
dengan pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan hidup sehari-hari
yang normal. Keadaan yang secara potensial reversibel atau bisa dihentikan yaitu :
1. Intoksikasi (Obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
2. Infeksi susunan saraf pusat
3. Gangguan metabolik :
a. Endokrinopati (penyakit Addison, sindroma Cushing,
Hiperinsulinisme, Hipotiroid, Hipopituitari, Hipoparatiroid,
Hiperparatiroid)
b. Gagal hepar, gagal ginjal, dialisis, gagal nafas, hipoksia, uremia
kronis, gangguan keseimbangan elektrolit kronis, hipo dan
hiperkalsemia, hipo dan hipernatremia, hiperkalemia.
c. Remote efek dari kanker atau limfoma.
4. Gangguan nutrisi :

9
a. Kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa)
b. Kekurangan Niasin (pellagra)
c. Kekurangan Thiamine (sindroma Wernicke-Korsakoff)
d. Intoksikasi vitamin A, vitamin D, Penyakit Paget
5. Gangguan vaskuler
a. Demensia multi infark
b. Sumbatan arteri carotis
c. Stroke
d. Hipertensi
e. Arthritis Kranial
6. Lesi desak ruang
7. Hirdosefalus bertekanan normal
8. Depresi (pseudo-demensia depresif)
Penyakit degeneratif progresif :
a. Tanpa gejala neurologik penting lain :
1. Penyakit Alzheimer
2. Penyakit Pick
b. Dengan gangguan neurologik lain yang prominen :
1. Penyakit Parkinson
2. Penyakit Huntington
3. Kelumpuhan supranuklear progresif
4. Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat

2.5 Faktor Predisposisi dan Presipitasi Demensia


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya demensia adalah:
a. Degenerasi yang berhubungan dengan proses menua.
b. Gangguan suplai oksigen, glukosa dan zat-zat makanan yang penting untuk
fungsi otak:
1) Arteriosklerotik vaskuler
2) Serangan iskemik singkat

10
3) Perdarahan otak
4) Gangguan infak pada otak
c. Penumpukan racun pada jaringan otak
d. Penyakit hati kronik
e. Penyakit ginjal kronik
f. Kekurangan vitamin (B1 atau Tiamin)
g. Malnutrisi
h. Penyakit HIV

Faktor presipitasi
Setiap kelainan atau gangguan pada otak dapat menjadi factor presipitasi pada
gangguan kognitif. Kelainan tersebut antara lain:

a. Hipoksia
b. Gangguan metabolism (hipertiroidisme, hipotiroidisme, penyakit adrenal,
hipoglikemia)
c. Racun pada otak
d. Adanya perubahan struktur pada otak
e. Stimulus lingkungan yang kurang atau berlebih yang mengakibatkan gangguan
sensori.
f. Respon perlawanan terhadap pengobatan.

2.6 Patofisiologi Demensia


a. Penyakit Alzheimer
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai
pada penyakit alzheimer, antara lain serabut neuron yang kusut dan plak senil atau
neuritis. Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan
mengakibatkan rusaknya ukuran otak. Perubahan serupa juga dijumpai pada tonjolan
kecil jaringan otak normal lansia. Sel utama yang terkena penyakit ini adalah yang

11
menggunakan neurotransmiter asetil kolin. Secara biokimia, produksi asetil kolin
yang dipengaruhi aktifitas enzim menurun. Asetil kolin terutama terlibat dalam proses
ingatan.
b. Demensia multi infark
Kerusakan serebri terjadi bila pasokan darah ke otak terganggu. Infark,
kematian jaringan otak, terjadi dengan kecepatan yang luar biasa. Infark serebri kecil-
kecil multipel yang secara klinis bermanifestasi sebagai stroke kecil mengakibatkan
demensia multi infark.
c. Tahap-tahap demensia
1.      Tahap awal
a) Perubahan alam perasaan atau kepribadian
b) Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah
c) Konfusi tentang tempat (tersesat pada saat akan ke toko)
d) Konfusi tentang waktu
e) Kesuliatan dengan angka,uang dan tagihan
f) Anomia ringan (kesulitan dalam menyebut nama benda )
g) Menarik diri/depresi
2.      Tahap pertengahan
a) Gangguan memori saat ini dan masa lalu
b) Anomia,agnosia (ketidakmampuan untuk mengenali objek yang
umum),apraksia (ketidakmampuan melakukan gerakan yang bertujuan
meskipun sistem sensoris dan motoriknya utuh ),afasia (kesulitan
dengan bahasa)
c) Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah yang parah.
d) Konfusi tentang waktu dan tempat semakin memburuk.
e) Gangguan persepsi
f) Kehilangan pengendalian impuls.
g) Anxietas,gelisah,mengeluyur dan berkeras (gerakan atau vokalisasi
berulang)

12
h) Hiperoralitas (ingin memasukan makanan atau benda-benda lain ke
dalam mulutnya).
i) Kemungkinan kecurigaan,delusi atau halusinasi
j) Konfabulasi (tidak mampu menemukan kata yang tepat,dapat
menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak logis untuk mengisi
kekosongan).
k) Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar
l) Mulai terjadi inkontinensia
m) Gangguan siklus tidur bangun
3. Tahap akhir
a) Gangguan yang parah pada semua kemampuan kognitif.
b) Ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman-teman
c) Gangguan komunikasi yang parah (dapat
menggerutu,mengeluh,menggumam).
d) Sedikitnya kapasitas perawatan diri.
e) Inkontinensia kandung kemih dan usus
f) Kemungkinan menjadi hiperoralitas dan memiliki tangan yang aktif.
g) Penurunan nafsu makan,disfasia dan resiko aspirasi
h) Depresi sitem imun yang menyebabkan meningkatnya risiko infeksi.
i) Gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk
berjalan,kaku otot,dan paratonia.
j) Reflex menghisap dan menggenggam
k) Menarik diri
l) Gangguan siklus tidur bangun,dengan peningkatan waktu tidur

2.7 WOC
(Terlampir)

2.8 Manifestasi klinis

13
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah
adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas
sehari-hari. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol
pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses
penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,
mereka sulit untuk mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka
sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang
biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang
terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa khawatir terhadap penurunan
daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin
lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya
sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua
mereka.Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada
Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti
ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah
kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan
sampai berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke
rumah sakit dimana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji ddan
mengenali gejala demensia.

2.9 Komplikasi Demensia


a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh :
1. Ulkus Dekubitus
2. Infeksi saluran kencing
3. Pneumonia
b. Thromboemboli, infark miokardium.
c. Kejang.
d. Kontraktur sendi.

14
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri.
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan
menggunakan peralatan.
g. Kehilangan kemampuan berinteraksi.
h. Harapan hidup berkurang

2.10 Pencegahan Demensia


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
a. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
b. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

2.11 Penatalaksanaan Demensia


1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine.
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin,
Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.

15
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi
seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang
efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif
diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.

2. Dukungan atau Peran Keluarga


a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap
memiliki orientasi.
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa
membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang
berjalan-jalan.
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan.
e. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan,
akan sangat membantu.
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas

16
d. Penanganan terhadap masalah-masalah

2.12 Pemeriksaan Penunjang Demensia


1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia
ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia
reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan
hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone
tiroid, kadar asam folat
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya
masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada
sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi
gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,
penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas,
demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan
meningeal pada CT scan.
5. Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik
yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode
bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang
demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian
genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.

17
6. Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas
sehari-hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer
Indonesia,2003) Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan
pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang
mencakup atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem
solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat
ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat
pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mampu menyaring secara cepat suatu populasi
b. Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan demensia.
7. Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah
test yang paling banyak dipakai. (Asosiasi Alzheimer
Indonesia,2003 ;Boustani,2003 ;Houx,2002 ;Kliegel dkk,2004) tetapi sensitif
untuk mendeteksi gangguan memori ringan. (Tang-Wei,2003).

Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang paling sering
dipakai saat ini, penilaian dengan nilai maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi
gangguan kognisi, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognisi dalam
kurun waktu tertentu. Nilai di bawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan
gangguan kognisi yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi.(Asosiasi
Alzheimer Indonesia,2003).
Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah
24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengidentifikasikan resiko
untuk demensia. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003). Pada penelitian Crum R.M
1993 didapatkan median skor MMSE adalah 29 untuk usia 18-24 tahun, median skor
25 untuk yang > 80 tahun, dan median skor 29 untuk yang lama pendidikannya >9
tahun, 26 untuk yang berpendidikan 5-8 tahun dan 22 untuk yang berpendidikan 0-4
tahun.Clinical Dementia Rating (CDR) merupakan suatu pemeriksaan umum pada
demensia dan sering digunakan dan ini juga merupakan suatu metode yang dapat

18
menilai derajat demensia ke dalam beberapa tingkatan. (Burns,2002). Penilaian
fungsi kognitif pada CDR berdasarkan 6 kategori antara lain gangguan memori,
orientasi, pengambilan keputusan, aktivitas sosial/masyarakat, pekerjaan rumah dan
hobi, perawatan diri. Nilai yang dapat pada pemeriksaan ini adalah merupakan suatu
derajat penilaian fungsi kognitif yaitu; Nilai 0, untuk orang normal tanpa gangguan
kognitif. Nilai 0,5, untuk Quenstionable dementia. Nilai 1, menggambarkan derajat
demensia ringan, Nilai 2, menggambarkan suatu derajat demensia sedang dan nilai 3,
menggambarkan suatu derajat demensia yang berat. (Asosiasi Alzheimer
Indonesia,2003, Golomb,2001)

19
BAB III
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Demensia

Tn. Ali Hermanto berumur 73 tahun dibawa anaknya ke rumah sakit M. Djamil
untuk dirawat. Beliau dengan keluhan bicara bingung dan kacau, mudah lupa, sering
pergi-pergi, tidak dapatBAB dan BAK pada tempatnya, sulit berkomunikasi dengan
orang lain. beliau sering tidak menghabiskan makanannya sehingga berat badan
berkurang.sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit.
TD : 130/80 mmHg
RR : 15 X/menit
BB : 45 kg
TB : 160 cm
N : 65X /menit

3.1. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 14 November 2013

Diagnos medis :Demensia

3.1.1. Identitas klien

Nama :Ali Hermanto


Tempat, tanggal lahir :Padang, 20 Februari 1950
Umur :63 tahun
Agama :Islam
Pendidikan terakhir :Sarjana Setara 1
Pekerjaan sebelumnya :Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Alamat :Limau manis
Asal kota/daerah :Padang, kec. Pauh
Asal suku bangsa :Minang

20
Pekerjaan :pensiun Pegawai Negeri Sipil
Penanggung jawab :Sarinia Marliya
Tekanan Darah :110/80 mmHg
Respirasi Rate :24 X/menit
Berat Badan :55 kg
Tinggi Badan :155 cm
Nadi :80X /menit

3.2.1. Riwayat Masuk Panti


1.      Alasan masuk panti
Pasien belum pernah masuk panti
2.      Proses masuk panti
-
3.2.2.Riwayat Kesehatan
Nama :Ali Hermanto
Alamat :Limau manis
Telepon :085288787095
Jenis Kelamin :Laki-laki
Suku :Minang
Agama :Islam
Tpt & Tgl Lahir/umur :Padang 20 Februari 1950/63 Tahun
Pendidikan :sarjana Setara 1
Pekerjaan :Pensiun PNS
Orang yang paling dekat dihubungi:Sarinia Marliya(Anak)
Alamat/Telepon :082355446576
Jumlah Anak : Laki-laki 1orang, Wanita 2 orang, Cucu 5 orang

3.2.4. Riwayat Keluarga


Gambarkan silsilah (kakek/nenek, orang tua, paman, bibi, saudara kandung,
pasangan, anak-anak)

21
Genogram : (Tiga Generasi)

Keterangan gambar:
:laki-laki

:pasien

:perempuan

Pasangan Anak-anak
Hidup masih hidup masih hidup
Status kesehatan sehat sehat
Nama dan Alamat Arina 1. Sarinia Marliya
2. Sarinia Mutia
3.Randa Hermanto
Umur 59 tahun 1. 38 tahun
2. 35 tahun
3. 28 tahun
Pekerjaan IRT 1. PNS
2. PNS

22
3. PNS
3.2.5.Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini: pensiun
Pekerjaan sebelumnya:PNS
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:pekerjaan
sebagai PNS

3.2.6.Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe tempat tinggal: rumah anak pertama
Jumlah kamar:3 kamar
Jumlah tingkat:-
Jumlah orang yang tinggal di rumah :6 orang
Tetangga terdekat: 4 tetangga
Alamat/telepon: Basri:085678986567
Robi:0852342499899
Roni:0818985643148
Farhan:081377664567

3.2.7.Riwayat Rekreasi
Hobby/minat : batminton
Keanggotaan organisasi:-
Liburan:pantai, mal, taman bunga, perkebunan buah

1.      Sumber/Sistem Pendukung


Dokter:belum pernah ke dokter
Rumah sakit:-
Pelayanan kesehatan di rumah: anak pertama

2.      Deskribsi Hari Khusus Kebiasaan Ritual Waktu Tidur


Pasien terbiasa tidur larut dan terkadang sering lupa dimana kamarnya

23
3.      Status Kesehatan Saat Ini
 Status kesehatan umum selama setahun yang lalu
Pasien sering bicara berulang-ulang, sering lupa, linglung
 Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu
Normal(sehat)
 Keluhan-keluhan kesehatan utama
keluhan bicara bingung dan kacau, mudah lupa, sering pergi-pergi, dan
sulit berkomunikasi dengan orang lain. beliau sering tidak
menghabiskan makanannya sehingga berat badan berkurang
 Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan
Anak beliau selalu bertanya tentang keinginan pasien untuk melakukan
aktivitas selanjutnya
 Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan
diagnosa medis
 Diagnosa medis: Demensia

Obat-obatan
Nama:-
Dosis :-
Bagaimana/kapan menggunakanya :-
Dokter yang menginstruksikan:-
Tanggal resep:-

Status Imunisasi
Tetanus, Difteri:1X
Pneumoni:-
Alergi:-
Obat-obatan:-
Kontak substansi:-

24
Faktor-faktor lingkungan:-

Nutrisi
Diet, Pembatasan makanan.minuman: rendah kalori, tinggi kalsium dan serat
Riwayat Peningkatan/Penurunan Berat badan:5 kg dalam rentang waktu 2
bulan
Pola konsumsi makanan: makan terkadang dengan bantuan
Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan:-
Kebiasaan:biasa saja

4.      Status Kesehatan Masa Lalu


Penyakit masa anak-anak:-
Penyakit serius/kronik:-
Trauma:-
Perawatan di Rumah Sakit (alasan, tanggal, tempat, durasi, dokter):-
Operasi (perhatikan jenis, tanggal, alasan, dokter):-

5.      Riwayat Keluarga


Gambarkan silsilah (kakek/nenek, orang tua, paman, bibi, saudara kandung,
pasangan, anak-anak)

25
Keterangan gambar:
:laki-laki

:pasien

:perempuan

6.      Tinjauan Sistem


umum

iya Tidak
Kelelahan  -
Perubahan BB  -
Perubahan nafsu makan  -
Demam - 
Keringat malam  -
Kesulitan tidur  -
Sering pilek/infeksi - 

Penilaian diri terhadap status kesehatan: pasien tidak menyadari akan hal yang terjadi
pada dirinya
Kemampuan untuk melakukan aktivitas: pasien masih dapat melakukan
aktivitas walau terkadang dibantu oleh anaknya

Integumen
Lesi/luka :tidak
Pruritus :tidak
Perubahan pigmentasi:tidak

26
Perubahan tekstur :tidak
Sering memar :iya
Perubahan rambut :iya(beruban)
Perubahan kuku :iya(kering)
Pemajanan lama terhadap matahari :tidak
Pola penyembuhan lesi, memar : tidak
Skor Norton :tidak

Hemopoietik
Perdarahan/memar abnormal:tidak
Pembengkakan kelenjar limfa : tidak
Anemia : tidak
Riwayat tranfusi darah :2X

Kepala
Sakit kepala :tidak
Trauma berarti pada masa lalu:tidak
Pusing :tidak
Gatal kulit kepala :tidak

Mata
Perubahan penglihatan:iya
Kaca mata/lensa kontak:iya
Nyeri :tidak
Air mata berlebihan :tidak
Pruritis :tidak
Bengkak sekitar mata:tidak
Diplopia :tidak
Kabur :tidak
Foto pobia :tidak

27
Telinga
Perubahan pendengaran:iya
Tinitus :tidak
Vertigo :tidak
Sensitivitas pendengaran:tidak
Alat-alat protesa:tidak
Riwayat infeksi:tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir:belum pernah dibawa kerumah sakit
Kebiasaan perawatan telinga:membersihkan telinga dengan kapas

Hidung dan Sinus


Rinorea:tidak
Rabas:tidak
Epistaksis:tidak
Obstruksi:tidak
Mendengkur:iya
Nyeri pada sinus:tidak
Alergi:tidak
Riwayat infeksi:tidak
Penilaian diri pada kemampuan olfaktori:pengeluaran sekret telah biasa

Mulut dan Tenggorokan


Sakit tenggorokan :tidak
Lesi/ulkus :tidak
Serak :iya
Perubahan suara :iya
Kesulitan menelan :tidak
Alat-alat protesa :tidak
Riwayat infeksi :tidak

28
Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir:tidak ingat
Pola menggosok gigi:2x/hari
Masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu:tidak

Leher
Kekakuan :tidak
Nyeri/nyeri tekan :tidak
Benjolan/massa :tidak
Keterbatasan gerak :tidak

Payudara
-
Pernafasan
Batuk :tidak
Sesak nafas :tidak
Hemopteses :tidak
Sputum :iya
Mengi :tidak
Asma/alergi pernafasan:tidak

Kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada:tidak
Palpitasi :tidak
Sesak nafas :tidak
Dispnea pada aktivitas :tidak
Dispnea noktural paroksimal:tidak
Ortopnea :tidak
Murmur :tidak
Edema :tidak
Varises :tidak

29
Kaki timpang :tidak
Parestesia :tidak
Perubahan warna kaki :tidak

Gastro Intestinal
Disfagia :tidak
Tak dapat mencerna :tidak
Nyeri ulu hati :tidak
Mual/muntah :tidak
Hematemesis :tidak
Perubahan nafsu makan :iya
Intoleran makanan :iya
Ulkus :tidak
Nyeri :tidak
Ikterik :tidak
Benjolan/massa :tidak
Perubahan kebiasaan defekasi:tidak
Diare :tidak
Konstipasi :tidak
Melena :tidak
Hemoroid :tidak
Perdarahan rektum :tidak
Pola defekasi biasanya :tidak

Perkemihan
Disuria :tidak
Menetes :tidak
Ragu-ragu :tidak
Dorongan :tidak
Hematuria :tidak

30
Poliuria :tidak
Oliguria :tidak
Nokturia :tidak
Inkontinensia :tidak
Nyeri saat berkemihan :tidak
Batu :tidak
Infeksi :tidak
Frekuensi :normal

Genito Reproduksi Pria


Lesi :tidak
Rabas :tidak
Nyeri testikuler :tidak
Massa testikuler :tidak
Masalah prostat :tidak
Penyakit kelamin :tidak
Perubahan hasrat seksual :tidak
Impotensi :tidak
Masalah aktivitas seksual :tidak

Genito Reproduksi Wanita


-
Muskuloskeletal
Nyeri persendian :iya
Kekakuan :tidak
Pembengkakan sendi :tidak
Deformitas :tidak
Spasme :tidak
Kram :iya
Kelemahan otot :tidak

31
Masalah cara berjalan :tidak
Nyeri punggung :tidak
Protesa :tidak
Pola kebiasaan latihan/olah raga:sering mondar-mandir(ling-lung)

Sistem Syaraf Pusat


Sakit kepala :iya
Kejang :tidak
Serangan jatuh :tidak
Paralisis :tidak
Paresis :tidak
Masalah koordinasi :tidak
Tic/tremor/spasme :tidak
Parastesia :tidak
Cedera kepala :tidak
Masalah memori :iya

Sistem Endokrin
Intoleran panas :tidak
Intoleran dingin :tidak
Goiter :tidak
Pigmentasi kulit/tekstur:tidak
Perubahan rambut :iya
Polifagia :tidak
Polidipsi :tidak
Poliuria :tidak

7.      Pengkajian Fungsional Klien


(KATZ Indeks)
Termasuk / kategori yang manakah klien :

32
a. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK / BAB), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
b. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas
c. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
d. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain.
e. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang
lain.
f. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain.
g. Ketergantungan untuk semua fungsi.
h. Lain-lain :

Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

8.      Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien?

NO KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERA


BANTUAN NGAN

1 Makan 5 10 Frekuensi
Jumlah
Jenis
2 Minum 5 10 Frekuensi
Jumlah
Jenis
3 Berpindah dari kursi roda ke 0 15

33
tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi
menyisir rambut, gosok gigi).
5 Keluar masuk toilet (mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 10 0 Frekuensi
Konsisten
11 Kontrol Bladder (BAK) 10 0 Frekuensi
Warna
12 Olah raga atau latihan 5 10 Frekuensi
Jenis
13 Rekreasi atau pemantapan 5 10 Frekuensi
waktu luang Jenis

Keterangan :
a.      >130 : Mandiri
b.      65-125 : Ketergantungan Sebagian
c.       >60 : Ketergantungan total

Pengkajian Status Mental Gerontik


identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)
instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar dan catat semua jawaban :
catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan

34
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
 01 Tanggal berapa hari ini?
 02 Hari apa sekarang?
 03 Apa nama tempat ini?
 04 Dimana alamat anda?
 05 Berapa umur anda?
 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun
lahir)
 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
 08 Siapa presiden indonesia sebelumnya?
 09 Siapa nama ibu anda?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secar menurun
Jumlah :5 Jumlah :5

Interpretasi hasil :
a.      Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
b.      Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
c.       Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d.      Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat

35
a. Aplikasi NANDA, NOC, NIC)

N diagnosa NOC NIC


o.
1. Ganggua Mengingat Stimulasi kognitif
n daya Indikator: Aktifitas:
ingat •Mengingat kembali • Konsul dengan keluarga
Do:pasie informasi segera terakhir untuk membangun pasien
n tampak secara akurat • Menginformasikan pasien
linglung •Mengingat kembali dengan berita terbaru dan
Ds:anak informasi terkini secara tidak mengancam
beliau akurat • Memberikan kalender
mengatak •Mengingat kembali • Merangsang memori dengan
an beliau informasilama akurat mengualangi pikiran terakhir
mudah Orientasi Kognitif pasien
lupa Indikator: • Orientasi waktu , tempat dan
• Mengidentifikasi diri orang
• Mengidentifikasi signicant • Bicara kepada pasien
lainnya • Memberikan stimulasi
• Mengidentifikasi tempat sensorik
saat • Gunakan TV , radio , atau
• Mengidentifikasi hari musik sebagai sebuah
yang benar program stimulus yang
• Mengidentifikasi bulan direncanakan
yang benar • Berikan waktu istirahat
• Mengidentifikasi tahun • Perlihatkan foto yang dikenali
yang benar oleh pasien
• Mengidentifikasi musim • Gunakan pengulangan untuk
yang benar menyajikan materi baru
• Mengidentifikasi kejadian • Gunakan alat bantu memori :
terkini yang signifikan checklist , jadwal , dan catatan
Tingkat Kebingungan pengingat

36
Akut • Memperkuat atau mengulangi
Indikator: informasi
• Disorientasi waktu • Minta pasien untuk
• Disorientasi tempat mengulang informasi
• Disorientasi orang • Gunakan terapi sentuhan
• psikomotor aktivitas • Memberikan instruksi lisan
• Gangguan kognisi dan tertulis
• Gangguan memori
• Kesulitan mengikuti Manajemen demensia
perintah kompleks Aktifitas:
• Kesulitan menafsirkan • Sertakan anggota keluarga
rangsangan lingkungan dalam perencanaan ,
• Kesulitan penyediaan , dan
mempertahankan fokus mengevaluasi perawatan ,
• percakapan dengan keinginan
mempertahankan memperpanjang
Kesulitan • Mengidentifikasi pola
• Gelisah perilaku yang biasa untuk
• Agitasi kegiatan seperti tidur,
• Gangguan pola tidur- penggunaan obat, eliminasi ,
bangun asupan makanan , dan
Status neurologis perawatan diri
Indikator: • Menentukan fisik, sosial , dan
• Kesadaran psikologis pasien , kebiasaan
• Kontrol sentral motorik yang biasa , dan rutinitas
• Fungsi sensorik dan • Menyediakan lingkungan fisik
motorik Spinal secara konsisten dapat dan
• Komunikasi sesuai dengan rutinitas sehari-hari
situasi • Perkenalkan diri saat memulai
• Ukuran mengingat kontak
• reaktivitasi daya ingat • Bicaralah dengan jelas, rendah
• Tekanan darah , hangat , nada hormat suara

37
• Tekanan denyut nadi • Label foto akrab dengan
• Tingkat pernapasan nama-nama individu dalam
foto
• Mintalah anggota keluarga
dan teman untuk melihat
pasien satu atau dua kali , jika
diperlukan , untuk
mengurangi stimulasi
• Membantu keluarga untuk
memahami mungkin mustahil
bagi pasien untuk belajar
materi baru
• Pelatihan memori daya ingat
• Diskusikan dengan pasien /
keluarga masalah memori
praktis yang dialami
• Mengenang pengalaman
massa laludengan pasien
• Membantu tugas asosiasi -
learning , seperti praktek
belajar dan mengingat
informasi verbal
• Memantau perilaku pasien
selama terapi
• Memantau perubahan dalam
memori dengan pelatihan

Peningkatan coping
Aktifitas:
• Menilai penyesuaian pasien
terhadap perubahan citra
tubuh , seperti yang

38
ditunjukkan
• Memberikan suasana
penerimaan
• Mendorong pasien untuk
mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan sendiri
• Membantu pasien dalam
mengidentifikasi tujuan
jangka pendek dan jangka
panjang yang sesuai
• Dorong pasien untuk
mengevaluasi perilaku sendiri
2. Ganggua Komunikasi Peningkatankomunikasi:
n Indikator: defisitpidato
komunik • menggunakanbahasa lisan Aktifitas:
asi • pengakuanpesan • memintabantuankeluarga
verbal • mengarahkanpesan yang dalammemahami
diterima pembicaraanpasien, sesuai
Do:pasie
• pertukaranpesansecara • memungkinkan pasienuntuk
n sulit di
akuratdengan orang lain mendengarbahasa
ajak
lisansering,Sesuai

39
berkomu komunikasiekspresif • menyediakanlisanmeminta/
nikasi indikator: pengingat
• kejelasan bicara • memberikansatu
Ds:anak
• menggunakanbahasa arahsederhanapada satu waktu,
beliau
lisan: vokal Sesuai
mengatak
• mendengarkan dgn perhatian
an bicara
• menggunakan kata-
bingung
katasederhana dankalimat
dan
pendek, Sesuai
kacau
• menahan diri dariberteriak
padapasiendengan
gangguankomunikasi
• berdiridi depan pasienketika
berbicara
• menggunakan gerakan tangan
• melakukanpreskriptifterapiwica
ra-bahasaselama
interaksiinformal denganpasien
• menginstruksikanpasien dan
keluargatentangpenggunaan
alatbantubicara
• mendorong pasienuntuk
mengulangkata-kata
3. Resiko Kontrol resiko Manajemen lingkungan
cedera Indikator : Intervensi :
• Memantau faktor resiko • Jauhi senjata yang potensial
Do:pasie
lingkungan dati lingkungan pasien (benda
n tampak
• Memantau faktor resiko tajam, jerat, dan lain-lain)
gelisah(ti
perilaku pribadi • Pantau keamanan alat-alat
dak
• Mengembangkan yang dibawa pengunjung ke
tenang)
strategi kontrol resiko sekitar pasien
Ds:anak
yang efektif • Instruksikan pengunjung dan
beliau

40
mengatak • Menyesuaikan strategi petugas kesehatan lain
an bahwa kontrol resiko yang mengenani informasi
beliau dibutuhkan keamanan pasien
sering • Melakukan strategi • Berikan ruangan sendiri untuk
pergi- kontrol resiko pasien menghindari
pergi • Menghindari paparan kesempatan adanya perilaku
ancaman kesehatan kekerasan kepada orang lain
• Berpartisipasi dalam • Sediakan perlengkapan
skrining untuk makanan dari plastik
mengidentifikasi risiko • Memelihara bentuk daerah
• Menggunakan yankes yang aman (kamar
yang sesuai kebutuhan pengasingan) kepada pasien
• Menggunakan sistem jika sering mengamuk
dukungan pribadi untuk Pencegahan jatuh
mengontrol risiko Intervensi :
• Pantau perubahan status • Identifikasi deficit kognitif
kesehatan atau fisik pasien yang
berpoensi untuk jatuh
• Monitor gaya, keseimbangan
berjalan dan kelemahan daya
ambulasi
• Pertahankan penggunaan alat
bantu jalan
• Instruksikan pasien untuk
meminta bantuan dengan
menggunakan gerakan
• Gunakan tekhnik yang tepat
untuk memindahkan pasien
dari dank ke tempat tidur,
toilet, kursi roda, dan
sebagainya
• Tempatkan tempat tidur

41
mekanis pada posisi terendah
4. Toileting perawatan diri: toileting pelatihanmemori
diri: indikator: aktifitas:
difisit • meresponkandung • merangsangmemoridengan
perawat kemihpenuhsecaratepat mengulangiterakhirpikiranpasi
an waktu enmengungkapkan, Sesuai
Do:pasie • merespondorongantuharu • mengenangpengalaman masa
n mudah sbuang airbesarsecara lalu dengansabar,Sesuai
lupa tepat waktu • perilakumemonitorpasiensela
Ds:anak • mendapatmasuk dan ma terapi
beliau keluarkamar mandi • memantau perubahandalam
mengatak • menghilangkanpakaian memoridengan pelatihan
an bahwa • posisidiridi toilet
beliau • sampai diribantuanperawatan:
tidak ketoiletantaradoronganda toileting
dapat n pengesahanurin aktifitas:
BAB dan • sampai • mempertimbangkanbudayapas
BAK ketoiletantaradoronganda ienketika
pada npendidikantinja mempromosikanaktivitas
tempatny • menyekadirisetelah buang perawatandiri
a air kecil • menanggalkan
• menyekadirisetelahbuang pakaianpentinguntuk
air besar memungkinkaneliminasi
• menyesuaikanpakaiansete • membantupasienke toilet
lah toileting • mempertimbangkanrespons
pasien terhadapkurangnya
privasi
• memberikan
privasiselamaeliminasi
5. Nutrisi Status nutrisi Monitoring nutrisi
kurang Indikator: Aktifitas:
dari • Asupan zat gizi  Timbang berat badan

42
kebutuh • Asupan makanan dan klien
an tubuh cairan  Monitor kehilangan dan
Do:bb:45 • Energi pertambahan berat badan
kg, • Indeks masa tubuh  Monitor tipe dan kuantitas
tb:160cm • Berat badan olah raga
Ds:anak  Jadwalkan perawatan, dan
beliau tindakan keperawatan
mengatak agar tidak mengganggu
an berat jadwal makan
badan  Monitor menu makanan
beliau dan pilihannya
turun  Monitor tingkat energi,
drastis, lelah, lesu, dan lemah
sulit  Monitor intake kalori dan
untuk nutrisi
menghabi
skan Manajemen nutrisi
makanan Aktifitas:
nya  Memantau ketepatan
urutan makanan untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi harian
 Menentukan jimlah kalori
dan jenis zat makanan
yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan ahli
makanan, jika diperlukan
 Menetukan makanan
pilihan dengan
mempertimbangkan

43
budaya dan agama
 Anjurkan intake makanan
yang tinggi kalsium, jika
diperlukan
 Memastikan bahwa
makanan berupa makanan
yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Membantu pasien untuk
memilih makanan lembut,
lunak dan tidak asam, jika
diperlukan
 Melakukan perawatan
mulut sebelum makan,
jika diperlukan
 Membantu pasien
membentuk posisi duduk
yang benar sebelum
makan
 Mengajarkan pasien dan
kelurga tentang memilih
makanan
 Memberi pasien dan
keluarga contoh tertulis
makanan pilihan

Managemen gangguan makan


Aktifitas:
 Kolaborasi dengan
anggota tim pelayanan
kesehatah lainnya untuk

44
mengembangkan rencan
pengobatan: meliputi
pasien dan /atau orang
yang terkait, jika
diperlukan
 Berunding dengan tim
atau pasien untuk
membuat sebuah target
berat, jiak pasien tidak
sampai pada batas berat
yang dianjurkan sesuai
umur dan postur tubuh
 Membuat sejumlah
catatan mengenai
penambahan berat badan
sehari-hari yang
diinginkan
 Berunding dengan ahli
makanan untuk
menentukan keperluan
intake kalori sehari-hari
untuk mencapai dan /atau
mempertahankan target
berat badan
 Mengembangkan
hubungan persahabatan
yang mendukung dengan
pasien
 Memantau intake kalori
makanan sehari-hari
 Anjurkan pasien
memantau sendiri intake

45
makanan sehari-hari dan
menambah/mempertahank
an berat badan, jika
diperlukan
 Amati pasien selama dan
setelah makan untuk
memastikan bahwa
kecukupan intake dapat
dicapai dan dipertahankan
 Memberikan bantuan
untuk menambah berat
badan dan perilaku yang
berhubungan dengan
penambahan berat badan
 Memberikan pemahaman
tentang konsekuensi
akibat penurunan berat
badan, perilaku
penurunan berat badan,
atau kekurangan
penambahan berat badan
 Batasi aktivitas fisik
untuk meningkatkan
penambahan berat badan,
jika diperlukan
 Memberikan pengawasan
terhadap program latihan,
ketika diperlukan

46
BAB IV
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive)
(Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Klasifikasi demensia menurut kerusakan struktur otak ada 2 yaitu tipe
alzheimer dan demensia vaskuler. Berdasarkan umur ada 2 yaitu demensia senilis
( usia >65tahun) dan demensia prasenilis (usia <65tahun). Sedangkan menurut
perjalanan penyakitnya ada 2 yaitu Reversibel dan Ireversibel, dan berdasarkan
sifat klinis terbagi 2 yaitu demensia proprius dan pseudo-demensia.

3.2 SARAN
Dengan membaca makalah ini penulis mengharapkan kepada seluruh tenaga
kesehatan khususnya para perawat agar dapat memberikan perawatan sesuai
dengan peran perawat itu sendiri berdasarkan kebutuhan pasienny dan standar
keperawatan.

47
48

Anda mungkin juga menyukai