Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 22

PENGAWASAN

FUNGSI PENGAWASAN DALAM ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

Administrasi pembangunan adalah proses pengendalian usaha (administrasi) oleh


negara/pemerintah untuk merealisirkan pertumbuhan yang direncanakan ke arah suatu
keadaan yang dianggap lebih baik dan kemajuan di dalam berbagai aspek kehidupan bangsa.

Menurut SP. Sondang Siagian, administrasi pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian
usaha pertumbuhan dan perobahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation-
building).

Sebelum memasuki pengawasan dalam administrasi pembangunan, terlebih dahulu kita perlu
mengetahui definisi dari pengawasan itu sendiri. Pengawasan adalah proses dalam
menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian
hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan
menurut Stoner, pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Dalam rangka mengamankan pelaksanaan pembangunan agar tercapai secara efisien dan
efektif maka diperlukan suatu sistem pengawasan yang baik. Sama pentingnya dengan
perencanaan dan pelaksanaan program, dimana pengawasan merupakan bagian dari
pelaksanaan fungsi manajemen.

Pengawasan bukan merupakan suatu tujuan, melainkan sarana untuk meningkatkan efisiensi
dalam melaksanakan kegiatan. Didalamnya termasuk unsur pencegahan terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, kegiatan pengawasan
tidak hanya dilakukan dalam tahap pelaksanaan. Artinya aspek pengawasan telah masuk selagi
proyek-proyek pembangunan masih dalam tahap perencanaan.

Perencanaan memberikan kerangka acuan bagi proses pengawasan, dan hasil dari pengawasan
seperti juga pemantauan merupakan umpan balik bagi proses perencanaan dan pelaksanaan
pada tahap berikutnya. Sedangkan pada tahap evaluasi, pengawasan dapat menghasilkan
keputusan untuk melakukan koreksi dan perbaikan dalam penyelenggaraan pembangunan, dan
dapat pula menghasilkan sanksi sesuai hukum yang berlaku.
Pengawasan mirip dengan pemantauan, perbedaannya adalah pengawasan lebih menekankan
pada akuntabilitas dan trasnparansi sektor public, dan lebih ditekankan pada penanganan
sumber dana (financial resources, serta terjadi pada saat proyek/program dilaksanakan untuk
deteksi dini penyimpangan. Pemantauan dan pengawasan pembangunan pada dasarnya
merupakan rangkaian kegiatan yang memiliki obyek yang sama, yakni mengikuti perkembangan
pelaksanaan pembangunan agar senantiasa sesuai dengan rencana. Dalam banyak literatur,
kedua kegiatan itu tidak dipisahkan. Tapi dalam pembahasan ini dilakukan pemisahan untuk
menunjukkan adanya dua kegiatan yang serupa tetapi tidak harus selalu sama, atau masing-
masing dilakukan oleh lembaga atau unit organisasi yang berbeda.

Disamping itu, kegiatan pengawasan bukan semata-mata mencari siapa yang bersalah, tetapi
apa yang salah dan mengapa kesalahan itu terjadi. Sehingga dalam kegiatan pengawasan ada
unsur membimbing dan mendidik terhadap pelaksana pembangunan untuk meningkatkan
kemampuan dan profesionalismenya. Pengawasan merupakan unsur yang pokok bagi setiap
manajemen, termasuk manajemen pembangunan.

Dalam konsep pengawasan ada unsur yang mengawasi dan diawasi. Di sini, selain kriteria
pelaksanaannya (proyek) pembangunan yang ditetapkan dalam rancangannya, terlihat pula segi
penegakan norma-norma etika. Pengawasan dengan hal demikian mengandung makna
penegakan hukum dan disiplin.

Dalam administrasi pembangunan, pengawasan ada hirarkinya, sesuai dengan tingkatan dan
ruang lingkupnya. Hal ini bersifat berjenjang dan dapat dilakukan sebagai bagian dari kegiatan
yang organik dari dalam dan dari luar. Oleh karena itu, dikenal adanya pengawasan
fungsional dan pengawasan melekat.

Pengawasan Fungsional yaitu:

1. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat Pengawasan


Fungsional Pemerintah (APFP), seperti BPKP, Inspektorat Jenderal (Itjen), Badan Pengawas
Daerah (Bawasda) Propinsi dan Kabupaten.

2. Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparatur diluar


pemerintah seperti BPK, DPRD.

Pengawasan melekat yaitu kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian scr terus-menerus,
dilakukan atasan langsung terhadap bawahannya, agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut
berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973) membagi sistem pengawasan ke dalam:


1. Pengawasan organisasional, yaitu sistem pengawasan umum yang menilai kinerja
keseluruhan dari suatu kegiatan di dalam organisasi. Standar pengukuran yang lazim digunakan
bagi pengawasan jenis ini adalah pengukuran efektivitas (measurement of effectiveness)
darikegiatan tersebut. Dari hasil pengukuran effektivitas tersebut, umpan balik yang dihasilkan
dapat digunakan untuk mengevaluasi tujuan dan sasaran, merumuskan perencanaan tahap
berikutnya, serta memperbaiki petunjuk pelaksanaan kegiatan (standard operatingprocedures).

2. Pengawasan operasional yaitu sistem pengawasan yang digunakan untuk mengukur


kinerja harian suatu kegiatan dan memberikan langkah-langkah koreksi langsung.

Pelaksanaan pengawasan belum berlangsung optimal karena:

1. Banyak dan tersebarnya objek pemeriksaan

2. Keterbatasan aparat yang memiliki kemampuan SDM yang handal di bidang pengawasa

3. Belum berjalannya secara baik pengawasan melekat dari setiap tingkat pimpinan kepada
bawahan.

Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973) juga menguraikan fungsi pengawasan dengan
mengidentifikasikan empat unsur pokok pengawasan. Unsur-unsur tersebut meliputi:

1. Penentuan standar kinerja

2. Perumusan instrumen pengawasan yang dapat dipergunakan dalam mengukur kinerja


suatu kegiatan,

3. Pembandingan hasil aktual dengan kinerja yang diharapkan

4. Pengambilan langkah-langkah pembenahan atau koreksi.

Dalam konsep pengawasan ada unsur yang mengawasi dan diawasi. Di sini, selain criteria
pelaksanaan (proyek) pembangunan yang ditetapkan dalam rancangannya (project design),
terlihat pula segi penegakan norma-norma etika. Misalnya, sasaran tidak tercapai apakah
karena keadaan yang berubah dari semula, karena kelalaian pelaksanaan atau ada unsur
kesengajaan untuk keuntungan pelakunya. Pengawasan dengan demikian mengandung makna
penegakan hukum dan disiplin.
Suatu pengawasan yang efektif membutuhkan tidak saja norma-norma etika tetapi juga sistem
informasi yang memadai. Kebutuhan informasi menjadi sangat penting artinya untuk menilai
situasi dan kondisi yang melingkupi suatu isu dan mengevaluasi alternatif langkah-langkah
selanjutnya.

Fungsi pengawasan yaitu:

1. Meningkatkan kebertanggungjawaban (accountability) dan keterbukaan (transparancy)


sector publik.

2. Menekankan langkah-langkah pembenahan atau koreksi (corrective actions) jika dalam


suatu kegiatan terjadi kesalahan atau perbedaan dari tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan.

Ruang lingkup pengawasan, terdiri atas :

1. Pengawasan administrasi umum pemerintahan meliputi :

a. Kebijakan daerah;

b. Kelembagaan;

c. Pegawai daerah;

d. Keuangan daerah (kebijakan anggaran); dan

e. Barang daerah.

2. Pengawasan urusan pemerintahan meliputi :

a. Urusan Wajib; dan

b. Urusan Pilihan.

3. Pengawasan lainnya, meliputi :

a. Dana Dekonsentrasi;

b. Tugas Pembantuan;

c. Review atas Laporan Keuangan; dan

d. Kebijakan Pinjaman Hibah Luar Negeri.


Daftar Pustaka

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1974. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: Lembaga


Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Utomo, Tri Widodo. 1998. Administrasi Pembangunan. Bandung: Lembaga Administrasi Negara.

Anda mungkin juga menyukai