PENDAHULUAN
Cedera Plexus Brachialis diartikan sebagai suatu cedera pada Plexus Brachialis
yang diakibatkan oleh suatu trauma. Trauma ini sering kali berupa penarikan berlebihan
atau avulsi. Posisi jatuh dengan leher pada sudut tertentu menyebabkan cedera pleksus
Cedera seperti ini menghasilkan suatu tanda yang sangat khas yang disebut
deformitas Waiter's tip karena hilangnya otot-otot rotator lateral bahu, fleksor lengan,
dan otot ekstensor lengan (Mahadewa, 2013). Sebagian besar cedera plexus brachialis
terjadi selama proses persalinan. plexus brachialis sering mengalami masalah saat
berada di bawah tekanan, seperti dengan bayi yang besar, presentasi bokong atau
persalinan yang lama. Hal ini juga dapat terjadi ketika kelahiran menjadi rumit dan
orang yang membantu persalinan harus melahirkan bayi dengan cepat dan mengarahkan
beberapa kekuatan untuk menarik bayi melalui jalan lahir. Jika salah satu sisi leher bayi
tertarik, saraf yang terdapat didalamnya juga akan tertarik dan dapat mengakibatkan
cedera. Saraf Plexus Brachialis memiliki beberapa kemampuan untuk meregenerasi diri,
selama lapisan luar selubung atau penutup saraf yang diawetkan, yang serabut saraf
yang rusak dapat menumbuhkan kembali ke otot. Bayi mungkin tidak dapat
menggerakan bahu, tetapi dapat memindahkan jari- jari. Jika kedua saraf atas dan bawah
yang meregang, kondisi ini biasanya lebih parah dari sekedar erb's paralysis.
Erb's Paralysis merupakan lesi pada plexus brachialis bagian atas karena cedera
yang diakibatkan perpindahan kepala yang berlebihan dan depresi bahu pada sisi yang
sama saat kelahiran, şehingga menyebąbkan traksi yang berlebihan bahkan robeknya
1
akar saraf C5 dan C6 dari plexsus brachialis. Hal ini séring disebabkan ketika leher bayi
Kebanyakan bayi dengan lesi plexus brachialis lahir akan memulihkan kedua
gerakan dan perasaan di lengan yang terpengaruh. Untuk mendiagnosa cedera plexus
brachialis pada bayi baru lahir, dapat dilihat dari manifestasi klinisnya berupa tidak
adanya respon motorik yang normal pada otot-otot ekstremitas atas, seperti tidak adanya
refleks menggenggam dan refleks moro asimetris. Namun agak sulit untuk menentukan
diagnosis otot yang me ngalami kelumpuhan karena bayi belum dapat melakukan apa
yang diperintahkan. Selain itu bisa juga ditemui gejala Syndrome Horner (ptosis,
miosis, dan anhidrosis) yang terjadi karena trauma pada lower root dan gejala ini
dan eksistensi cedera saraf seperti avulsi (cedera preganglionik) atau ruptur (cedera
merencanakan prosedur operasi dan digunakan untuk menilai tingkat keparahan suatu
cedera. Orang tua harus waspada dan berperan aktif dalam proses pengobatan untuk
memastikan anak mereka pulíh dengan fungsi maksimal pada lengan yang terpengaruh.
Erb's Paralysis merupakan salah satu yang dapat menyebabkan keterbatasan aktivitas
pada kondisi erb's paralysis adalah Infra Red, Muscle Stimulation, dan terapi latihan
(active assisted dan hold relax). Tujuan dari penggunaan Infra Red, untuk mengurangi
nyeri, merileksasi otot-otot dan meningkatkan suplai darah (Sujatno, dkk, 2002).
Penggunaan muscle stimulation bertujuan untuk menimbulkan kontraksi otot dari saraf
2
yang lesi, menstimulasi saraf sensorik untuk mengurangi nyeri, membuat medan listrik
pada jaringan lunak untuk merangsang proses penyembuhan, dan membuat medan
listrik pada permukaan kulit untuk mengirim ion bienefical untuk merangsang proses
penyembuhan pada kulit yang lesi (Prentice, 2002). Penggunaan terapi latihan bertujuan
3
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Plexus Brachialis
Plexus brachialis dibentuk oleh bagian anterior 4 nervus cervicalis yang terakhir
dan oleh nervus thoracalis pertama. Radiks plexus brachialis terdiri atas C5 dan C6
yang bersatu membentuk truncus bagian atas (upper trunk), C7 yang menjadi
truncus bagian bawah (lower trunk). Masing-masing truncus terbagi lagi menjadi
Sejumlah serabut saraf yang lebih kecil timbul dari berbagai bagian
plexus.Cabang – cabang dari radiks plexus yaitu sebuah cabang menuju nervus
C5, saraf motorik ke musculus rhomboideus dan nervus thoracalis longus C5-C7
menuju m. Scalenus dan longus colli dari C6-Th8. Nervus intercostalis yang
pertama berjalan dari T1.Cabang - cabang dari trunkus yaitu sebuah saraf berjalan
subscapularis (C5-C6) timbul dari trunkus atas atau bagian anteriornya dan
4
Cabang – cabang dari fasciculus yaitu nervus thoracalis anterior medialis dan
lateralis berjalan dari fasciculus medialis (C8-TH1) dan lateralis (C5-7) masing –
masing dan biasanya disatukan oleh suatu loop. Nervus ini mempersyarafi musculus
Ketiga nervus subscapularis dari fasciculus posterior terdiri atas : (1) nervus
dorsi dan (3) nervus subscapularis sebelah bawah (C5-C6) yang menuju musculus
teres major dan bagian musculus subscapularis. Cabang - cabang sensorik fasciculus
medialis (C8-Th1) terdiri atas nervus cutaneus antebrachialis medialis yang menuju
Gambar 2.1
Plexus Brachialis
5
B. Tinjauan Tentang Erb’s Palsy
1. Definisi
Paralisis Duchenne – Erb’s atau yang biasa disebut Erb’s Palsy merupakan
suatu kondisi kelumpuhan pada bayi barulahir atau neonatal. Kerusakan ini
kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan
keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi
abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke
dorsal.
2. Etiologi
Etiologi atau penyebab terjadinya Erb’s Palsy pada bayi baru lahir.
6
bayi, faktor ibu dan faktor proses persalinan, seperti yang dijabarkan berikut
ini :
a. Faktor Bayi, yang diperngaruhi oleh kondisi pada bayi tersebut, seperti :
1) Makrosomia
2) Presentasi ganda
3) Letak sunsang
4) Distosia bahu
5) Malpresentasi
b. Faktor ibu, yang berhubungan dengan kondisi atau fisiologi dari si Ibu
7
saraf tergantung kuat ringannya suatu regangan. Peregangan ringan pada
(Kurniawan, 2016).
dalam tersebut Biasanya terjadi setelah suatu persalinan yang sulit, namun
lemas dan tergantung disisi tubuh, dengan lengan bawah dalam keadaan
terganggu.
Lesi ini terjadi akibat regangan atau robekan pada radiks superior
rah salah satu bahu. Mengingat traksi dengan arah ini sering dilakukan untuk
melahirkan bahu pada presentasi verteks yang normal, paralisis Erb dapat
tejadi pada persalinan yang tampak mudah. Karena itu, dalam melakukan
ekstraksi kedua bahu bayi, kita harus berhati-hati agar tidak melakukan
flaksi lateral leher yang berlebihan. Yang paling sering terjadi, pada kasus
dengan persentasi kepala, janin yang menderita paralisis ini memiliki ukuran
khas abnormal yang besar, yaitu denga berat 4000 gram atau lebih.
8
ekstensi kedua lengan melewati kepala. Lengan yang ektensi bukan saja
segera dan tepat. Namun, demikian kadangkala terdapat kasus yag tidak
paralisis permanen. Yang lebih jarang terjadi, trauma terbatas pada nervus
bagian distal dari pleksus brachialis yang menimbulkan paralisis tangan atau
paralisis Klumpke.
4. Gambaran Klinis
Gambaran umum pada bayi dengan Erb’s Palsy adalah posisi tangan
yang khas. Posisi lengan pada posisi ekstensi, adduksi sendi shoulder,
ekstensi dan supinasi sendi elbow dan dorsi fleksi sendi wrist. Atrofi bahkan
nyeri, terutama pada leher dan bahu, paresthesia dan disesthesia, lemah
tubuh atau terasa berat menggerakkan ekstremitas dan denyut nadi menurun
dengan posisi lengan pada posisi aduksi pada bagian bawah lengan sisi lesi.
Hal ini menyebabkan karakteristik tanda “tip pelayanan” (waiter's tip) yang
ditandai denga totasi iternal bagian bawah lengan dengan jari dan
9
pergelangan tangan fleksi. Refles menggenggam tidak terganggu, tetapi
reflex moro lemah pada sisi yang terkena. Selain yang disebutkan di atas ada
Dasarnya generator Infra Red dibagi menjadi dua jenis yaitu generator
non luminous dan luminous, yang mana perbedaan antara kedua jenis
generator tersebut terletak pada jenis sinar yang terkandung pada tiap
generator. generator non luminous, yaitu generator yang hanya terdiri dari
sinar Infra Red saja, sehingga pengobatan menggunakan jenis ini sering
disamping mengandung Infra Red, generator ini juga terdiri dari sinar ultra
10
Infrared merupakan terapi standar yang diberikan sebelum pemberian
manual terapi dan dapat menghasilkan efek panas pada jaringan. Efek panas
Kharismawan, dkk (2016) bahwa infrared merupakan salah satu terapi panas
yang diberikan sebelum melakukan manual terapi. Efek panas dari infrared
panas yang dihasilkan oleh infrared dalam waktu 10 menit akan meningkatkan
zat-zat sisa metabolisme yang menumpuk pada jaringan. Selain itu, efek panas
yang dihasilkan infrared akan memberikan efek relaksasi pada otot dengan
akan menurun.
11
2. Massage
dan gerakan. Terapi ini dapat dilakukan pada seluruh tubuh maupun pada
penderita rileks dan tidak merasakan nyeri. Beberapa jenis terapi masase
meliputi Swedish massage (terdiri dari: stroking, kneading dan friction otot
serta gerakan pasif dan aktif. Manipulasi dalam massage adalah cara
adalah:
jari, terutama tiga jari tengah, atau hanya ibu jari, pelaksanaanya seperti
kekejangan otot.
3. Terapi Latihan
12
Terapi latihan dalam bentuk relaksasi dapat memberikan efek
yang merupakan aktivasi dari serabut afferent berdiameter besar. Hal ini akan
yang dilakukan secara sistematis dan terencana. aktivitas fisik yang sistematis
b. Memperbaiki kecacatan
menggunakan latihan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif. Terapi
berbagai posisi dan sesuai dengan ukuran yang bisa meningkatkan lingkup
gerak sendi pada tangan tersebut dan sebatas tidak menimbulkan rasa sakit
yang berlebihan pada pasien, jika terasa sakit maka latihan diberikan pada
gerak otot yang seminimal mungkin rasa sakitnya. Terapi latihan dilakukan
13
a. Passive movement, adalah suatu latihan yang digunakan dengan gerakan
yang dihasilkan oleh tenaga/kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot
atau aktifitas otot. Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau
toleransi pasien. Efek pada latihan ini adalah memperlancar sirkulasi darah,
b. Active movement, suatu gerak yang dilakukan oleh otot-otot anggota tubuh
itu sendiri. Gerak yang dalam mekanisme pengurangan nyeri dapat terjadi
secara reflek dan disadari. Gerak yang dilakukan secara sadar dengan
perlahan dan berusaha hingga mencapai lingkup gerak penuh dan diikuti
14
BAB III
A. Data Medis
B. Identitas Pasien
IDENTITAS PASIEN
Pekerjaan -
Alamat Gianyar
C. History Taking
HISTORY TAKING
memperberat kiri
15
Antropometri :
Dahulu
Penyerta
D. Inspeksi/Observasi
INSPEKSI
Statis Bahu asimetris, kiri lebih tinggu dari kanan. Saat posisi duduk serta
berdiri tampak tangan kiri inaktif serta rigid. Dengan posisi internal
rotasi bahu, elbow ekstensi & fleksi wrist, Deformitas (-), kontraktur
(-)
Dinamis Terlihat sulit saat menggangkat tangan ke atas, sulit menekuk siku
E. Pemeriksaan Gerak
PEMERIKSAAN GERAK
Tes Gerak Aktif Terdapat keterbatasan gerak aktif AGA kiri namun tidak
Tes Gerak Pasif Tidak terdapat keterbatasan gerak pasif pada AGA kiri
16
feel.
F. Pemeriksaan Neurologis
TES SENSIBILITAS
Taktil Normal
Suhu Normal
PEMEERIKSAAN DERMATOME
Hiperestesia (-)
Baal (-)
PEMERIKSAAN MYOTOME
Brachoradialis
Normal
Reflek
17
G. Pemeriksaan Kekuatan Otot
Fleksor Bahu 2
Ekstensor Bahu 2
Abduktor Bahu 3
Adduktor Bahu 2
Flexor Siku 2
Ekstensor Siku 3
Fleksor wrist 3
Ekstensor wrist 2
H. Pengukuran Fisioterapi
Mallet Scale
I. Algorithma Assesment
18
History Taking :
Keterbatasan gerak dan kelemahan otot pada AGA Kiri akibat
kerusakan Nervus plexus brachialis, yang menyebabkan lesi
saraf tepi
Inspeksi :
Bahu asimetris dan kesulitan mengankat
tangan dan memegang benda
Pemeriksaan fisik
J. Diagnosa Fisioterapi
19
DIAGNOSA FISIOTERAPI
K. Problematika Fisioterapi
Membuktikan
limb
3. Activity Limitation
4. Participation Restriction
Pengukuran Fisioterapi
a. (d920) Play
20
BAB IV
aktifitas sehari – hari dan menjaga agar pasien tetap dapat mandiri.
limb
3. Activity Limitation
21
4. Participation Restriction ↑ Kemampuan IR, Terapi latihan,
1. Infra Red
dari pakaian.
pasien, Lama terapi 4 Menit. Kemudian hidupkan tombel power dan lampu
menyala. Amati dan awasi jika warna kulit pasien berubah atau pasien
matikan alat, jauhkan alat dari tubuh pasien dan merapikan alat dengan
2. Massage
Persiapan Alat dan Pasien : Posisikan pasien dalam posisi terlentang dan
senyaman mungkin
22
trapezius upper dan deltoid. Dosis itensitas: tekanan yang ringan 15 kali
3. Execises
adalah pasif exrises dimana terapi menggerakan seluruh sendi pada AGA
therapy sebagai stimulasi anak agar mau bergerak secara aktif. Dapat
Klien diminta melakukan latihan pasif pada sendi AGA kiri di pagi hari dan di
sore hari 3 kali pengulangan seperti yang di lakukan pada saat diterapi, diberikan
stimulasi untuk bergerak aktif dengan stimulasi dan pendekatan terapi bermain agar
lebih aktif.
E. Evaluasi
Fleksor Bahu 2 2 2
Ekstensor Bahu 2 2 2
Abduktor Bahu 3 3 3
23
Adduktor Bahu 2 2 2
Flexor Siku 2 2 2
Ekstensor Siku 3 3 3
Fleksor wrist 3 3 3
Ekstensor wrist 2 2 2
24
BAB V
PEMBAHASAN
Cedera seperti ini menghasilkan suatu tanda yang sangat khas yang disebut
deformitas Waiter's tip karena hilangnya otot-otot rotator lateral bahu, fleksor
lengan, dan otot ekstensor lengan (Mahadewa, 2013). Sebagian besar cedera plexus
masalah saat berada di bawah tekanan, seperti dengan bayi yang besar, presentasi
bokong atau persalinan yang lama. Hal ini juga dapat terjadi ketika kelahiran
menjadi rumit dan orang yang membantu persalinan harus melahirkan bayi dengan
cepat dan mengarahkan beberapa kekuatan untuk menarik bayi melalui jalan lahir.
Jika salah satu sisi leher bayi tertarik, saraf yang terdapat didalamnya juga akan
tertarik dan dapat mengakibatkan cedera. Saraf Plexus Brachialis memiliki beberapa
kemampuan untuk meregenerasi diri, selama lapisan luar selubung atau penutup
saraf yang diawetkan, yang serabut saraf yang rusak dapat menumbuhkan kembali
ke otot. Bayi mungkin tidak dapat menggerakan bahu, tetapi dapat memindahkan
jari- jari. Jika kedua saraf atas dan bawah yang meregang, kondisi ini biasanya lebih
Pada tanggal 19 April terapis pertama kali bertemu dengan pasien, dan
berumur 1 tahun 2 bulan, yang memiliki keluhan kelemahan dan keterbatsan gerak
pada AGA kiri. Akibat trauma plexus brachialis saat proses kelahiran normal akibat
pinggul si Ibu yang sempit. Tidak terdapat gangguan sensoris atau pun dermatome
25
pada pasien. Tonus otot pada AGA kiri cenderung hipotonus akibat inaktif bergerak
serta kelemahan akibat lesi saraf tepi. Dimana hasil MMT pada AGA kiri
tidak dapat bergerak full rom dan melawan grafitasi. Untuk pengukuran fisioterapi
khusus kondisi Erb’s Palsy yaitu Mallet scale didapatkan hasil untuk Global
Abduction yaitu Grade III (30° - 90°), Global External Rotation yaitu Grade III (0° -
20°), Hand to Neck yaitu Grade I (Not Possible), Hand to spine yaitu Not testable,
Hand to mouth yaitu Grade I (No Function), Internalrotation yaitu Grade II (Cannot
Touch). Selama 3 kali terapi tidak terdapat perubahan yang signifikan pada pasien
dari hasil pemeriksaan T1, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor selain umur
pasien yang masih kecil, kesulitan komunikasi dan kurang kooperatifnya pasien
anak – anak menjadi kendala tersendiri saat melakukan intervensi. Maka diharapkan
peran orangtua yang dapat lebih kreatif dan kooperatif membantu terapis.
Terapi dilakukan selama tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 19, 21 dan 23
April 2021. Intervensi terpilih yang diberikan pada pasien adalah Infra Red,
Massage dan Terapi Latihan serta edukasi dan home program sebagai pendukung.
Infrared merupakan terapi standar yang diberikan sebelum pemberian manual terapi
dan dapat menghasilkan efek panas pada jaringan. Efek panas ini akan
darah, sehingga dapat memperlancar nutrisi masuk ke jaringan dan pengeluaran zat-
zat sisa metabolisme yang menumpuk di jaringan. Hal ini akan menyebabkan
26
merupakan salah satu terapi panas yang diberikan sebelum melakukan manual
terapi. Efek panas dari infrared akan menyebabkan peningkatan suhu di area
superfisial. Hal ini dapat menstimulasi reseptor saraf pada kulit dan impulsnya akan
Selain dengan infra red, diberikan juga massage pada AGA kiri, dengan dua
tehnik dasar pada massage yang cocok untuk intervensi pada anak – anak yaitu
strocking dan efflurage. Strocking (menggosok), yaitu gerakan ringan berirama yang
permukaan telapak tangan dan jari-jari untuk menggosok daerah tubuh tertentu.
Tujuannya adalah memperlancar peredaran darah dan cairan getah bening (limphe).
Yaitu membantu mengalirkan darah di pembuluh balik atau vena agar dapat cepat
ujung-ujung jari, terutama tiga jari tengah, atau hanya ibu jari, pelaksanaanya seperti
berkesinambungan (Suharti dkk. 2018). Jenis terapi latihan yang digunakan adalah :
Passive movement, adalah suatu latihan yang digunakan dengan gerakan yang
dihasilkan oleh tenaga/kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot atau aktifitas
otot. Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau toleransi pasien. Efek pada
latihan ini adalah memperlancar sirkulasi darah, relaksasi otot, memelihara dan
27
meningkatkan Luas Gerak Sendi (LGS), mencegah pemendekan otot, mencegah
perlengketan jaringan. Tiap gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien. Active
movement, suatu gerak yang dilakukan oleh otot-otot anggota tubuh itu sendiri.
Gerak yang dalam mekanisme pengurangan nyeri dapat terjadi secara reflek dan
disadari. Gerak yang dilakukan secara sadar dengan perlahan dan berusaha hingga
mencapai lingkup gerak penuh dan diikuti relaksasi otot akan menghasilkan
penurunan nyeri. Pada kondisi oedem sering menimbulkan keluhan nyeri, sehingga
28
DAFTAR PUSTAKA
Basson, A., Olivier, B., Ellis, R., Coppieters, M., Stewart, A., & Mudzi, W. (2015). The
2015-1401
Klonisch, Hombach.S & T. Konisch, J. Peeier. (2019). Sobbot Clinical Atlas Anatomy
Shah, S., & Bhalara, A. (2012). Myofascial Release. International Journal of Health
Kharismawan, S. E., Gunasagaran, J., Goh, K. J., & Ahmad, T. S. (2016). Short-term
Therapy,
29