Anda di halaman 1dari 7

PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BALITA

A. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan memiliki pengertian perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu. Ukuran
fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun
komposisinya yang lebih dikenal dengan sebutan antropometri. Perubahan fisik pada
pertumbuhan balita menuju pada penambahan seperti bertambahnya organ tubuh.
Penambahan ukuran-ukuran tubuh tidak harus drastis, akan tetapi sebaliknya yaitu
berlangsung perlahan, bertahap dan terpola secara proporsional pada tiap bulannya. Perlu
diketahui bahwa seorang anak yang dilahirkan memiliki garis pertumbuhan normal masing-
masing. Garis pertumbuhan normal ini ada yang berada lebih rendah dan ada pula yang
berada lebih tinggi. Dalam bahasa inggris disebut setiap anak memiliki growth trajectory
masing-masing. Hal ini sering kita lihat anak yang berada di bwah garis merah (BGM) atau
pada pita kuning, dan ada yang terletak pada pita hijau, tetapi garis pertumbuhan mereka
mengikuti garis pertumbuhan normal (Depkes RI, 2003). Oleh sebab itu pertumbuhan yang
tidak dipantau dengan baik dan benar akan memicu timbulnya masalah pertumbuhan.
Masalah pertumbuhan banyak terjadi pada balita terutama anak di bawah usia dua tahun.

Pertumbuhan pada balita dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (genetik) dan
eksternal (lingkungan). Menurut Soetjiningsih (1998) dalam Supariasa, I Dewa Nyoaman dkk
(2012) mengungkapkan bahwa faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil proses
pertumbuhan. Faktor genetik yang dimaksud meliputi faktor bawaan yang normal dan
patologis, jenis kelamin, obstetrik dan rasa tau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat
berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal maka menghasilkan pertumbuhan yang
optimal pula. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering disebabkan karena faktor
genetik, sedangkan di negara yang sedang berkembang gangguan pertumbuhan tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga faktor lingkungan. Faktor lingkungan sangat
menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. Secara garis besar, faktor lingkungan
meliputi faktor prenatal dan lingkungan pascanatal. Faktor lingkungan prenatal yaitu faktor
yang mempengaruhi anak sejak dalam kandungan, sedangkan faktor pasca natal yaitu faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak sejak lahir. (Unicef dan Johnson 1992)
dalam Supariasa, I Dewa Nyoaman dkk (2012) mengungkapkan bahwa penyebab dasar
tumbuh kembang anak meliputi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab
langsung yaitu kecukupan makanan dan keadaan kesehatan, sedangkan penyebab tidak
langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak, pemanfaatan
pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan adalah sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau oleh
keluarga, serta tersedianya air bersih.

Dampak yang timbul pada anak yang mengalami stunting sejak dini dapat berisiko
mengalami gangguan akibat malnutrisi berkepanjangan seperti gangguan mental, psikomotor,
dan kecerdasan (Candra, 2020). Malnutrisi menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas
SDM di Indonesia, dimana malnutrisi kronis ditandai dengan stunting dan fungsi kognitif
yang rendah (Kemenkes RI, 2018). Maka dari itu, pentingnya dilakukan screening atau
deteksi dini stunting. Di wilayah kerja Puskesmas Bayanan, masih cukup banyak ditemukan
balita yang berdasarkan TB/U berada < -2 SD s.d. < -3 SD dari standar WHO.

A. PERMASALAHAN
B. Asupan makanan
Pasien dikatakan kurang asupan makanannya apabila hanya makan sekali atau dua
kali dalam sehari. Ibu menyuapi pasien hanya jika pasien merasa lapar dan meminta
makan. Ibu tidak berinisiatif mengatur pola makan pasien agar lebih teratur. Selain
makanan yang kurang secara kuantitas, kualitas gizi pun kurang berimbang, karena
pasien hanya diberikan makanan yang disukai saja. Jika pasien tidak suka dengan suatu
menu, ibu tidak berusaha mencari menu alternatif yang disukai pasien.
C. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Ibu sudah mengetahui pentingnya gizi cukup dan seimbang untuk anaknya namun
belum bisa menerapkan penjadwalan makanan seimbang. Selain itu, ibu juga berpendapat
bahwa makanan bisa digantikan dengan biskuit maupun susu kemasan.

D. Penyakit Infeksi
Anak mengalami infeksi seperti batuk pilek dan seringkali tertular oleh anggota
keluarga maupun tetangga yang berkunjung.

E. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Dasar


Keterjangkauan pelayanan kesehatan pada pasien bagus. Letak rumah dan
lingkungan pasien dekat dengan tempat imunisasi, pertolongan persalinan, penimbangan
anak, pendidikan kesehatan anak serta sarana kesehatan seperti posyandu, puskesmas,
rumah sakit, praktek bidan dan dokter.
F. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan dalam keluarga dinilai cukup baik, keluarga mampu
menyediakan sumber karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan susu bagi pasien.
G. Higiene Sanitasi Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal diantaranya: ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban,
serta jenis lantai rumah cukup baik. Namun tidak diketahui kebersihan peralatan makan.
H. Pola Pengasuhan Anak
Pola pengasuhan anak yang kurang karena tingkat pendidikan ibu dan keluarga yang
kurang menyebabkan kurangnya pengetahuan akan pola asuh anak yang benar
I. Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan orang tua mampu memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan balita.
J. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan berhubungan dengan pekerjaan orang tua. Daya beli pada pasien
ini cukup baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi
K. Genetik
Riwayat keluarga dengan postur tubuh baik juga memberikan kontribusi pada pasien.
Tinggi badan dan berat badan pasien sesuai dengan anak-anak seusianya. Proporsi
TB/BB normal.

L. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


A. Intervensi untuk Keluarga
1. Penyuluhan tentang pemantauan tumbuh kembang balita
a. Tujuan:
i. Meningkatkan pengetahuan orang tua dan anggota keluarga tentang status gizi
pada balita
ii. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang gizi seimbang untuk balita dan
makanan untuk mencegah balita gizi kurang dan gizi buruk
b. Sasaran:
Orang tua atau pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya
c. Strategi pelaksanaan:
i. Memberikan edukasi mengenai status gizi balita
ii. Memberikan informasi mengenai menu gizi seimbang untuk balita
iii. Memotivasi ibu untuk lebih memperhatikan pola makan anak
iv. Memberi contoh menu penanganan masalah gizi balita dan meminta ibu
mengupayakan mengikuti pola menu tersebut, atau mengganti dengan menu
lain yang sejenis
d. Pengembangan alternatif kegiatan:
i. Memberitahukan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari kurang gizi
atau gizi buruk
ii. Mengajarkan PHBS pada keluarga
2. Program penanganan masalah gizi balita
a. Tujuan:
Mempertahankan status gizi baik
b. Sasaran:
Pasien
c. Strategi pelaksanaan
Memberikan edukasi tentang cara membuat formula WHO maupun modisko
d. Pengembangan alternatif kegiatan
Mengajak ibu memasak bersama resep Modisco (Modified Dietetic Skim and
Cotton Sheet Oil), sehingga ibu bisa menerapkan sendiri di rumah.
3. Pembagian makanan tambahan
a. Tujuan:
Meningkatkan status gizi pada balita gizi kurang atau gizi buruk
b. Sasaran:
Pasien
c. Strategi pelaksanaan
Memberikan makanan tambahan setiap kegiatan posyandu
d. Pengembangan alternatif kegiatan
Memberikan makanan tambahan setiap kegiatan Posyandu pada semua balita
4. Pemantauan status gizi dan balita
a. Tujuan:
i. Memantau perkembangan status gizi balita
ii. Deteksi dini jika terjadi kekurangan gizi pada balita
iii.Mencegah akibat lanjut kekurangan gizi
b. Sasaran:
Pasien dan Ibu/Keluarganya
c. Strategi pelaksanaan:
Memantau status gizi balita di posyandu setiap bulan
d. Pengembangan alternatif kegiatan:
i. Melakukan pemeriksaan fisik lengkap pada balita
ii. Mengobati jika terjadi penyakit infeksi pada balita
B. Intervensi untuk Puskesmas
1. Memberi penyuluhan kepada kader posyandu tentang masalah gizi kurang dan gizi
buruk dan penanganannya
a. Tujuan
i. Meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang gizi kurang dan gizi buruk
(penyebab, gejala, faktor risiko, pengobatan, komplikasi,dan pencegahannya)
ii. Meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang gizi seimbang untuk balita
dan makanan pemulihan untuk balita gizi kurang dan gizi buruk
b. Sasaran
Kader posyandu dan tokoh masyarakat
c. Strategi pelaksanaan
i. Memberikan edukasi mengenai balita gizi kurang dan gizi buruk
ii. Memberikan informasi mengenai menu gizi seimbang untuk balita
iii.Mengadakan penyuluhan cara membuat formula modisko maupun modifikasi
cara memasak makanan modifikasi lainnya.
d. Pengembangan alternatif kegiatan
i. Demo memasak formula modisko dan makanan bergizi untuk balita gizi kurang
dan gizi buruk
ii. Kader memasak formula modisko dan variasi makanan bergizi bersama ibu-ibu
dengan balita gizi buruk maupun kurang dalam interval waktu tertentu.
2. Mengaktifkan kader posyandu dalam pemantauan status gizi balita
a. Tujuan:
i. Memantau perkembangan status gizi balita gizi buruk maupun balita bawah garis
merah (BGM)
ii. Deteksi dini kekurangan gizi pada balita
iii.Mencegah akibat lanjut kekurangan gizi
b. Sasaran:
Kader posyandu
c. Strategi pelaksanaan:
Memantau status gizi balita di posyandu setiap bulan
d. Pengembangan alternatif kegiatan:
i. Melakukan pemeriksaan antropometri pada balita
ii. Segera melaporkan jika terdapat balita BGM maupun gizi buruk

M. PELAKSANAAN
Identitas pasien :
Nama : An. K/ L

Usia : 12 Bulan

BB/ U : 10,1 Kg / 9

TB/ U : 72 cm / 9

Alamat : Bontokadatu

Metode pelaksanaan :
Dilakukan penimbangan Berat Badan dan pengukuran Tinggi/Panjang Badan, oleh
kader Petugas Puskesmas. Kemudian dilakukan penginputan data ke dalam Growth Chart
WHO oleh petugas puskesmas Lau. Dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi pada
pasien. Didapatkan berdasarkan TB/U baik tidak disertai gizi kurang dan buruk
berdasarkan BB/U. Kemudian petugas Kesehatan melakukan screening terkait asupan gizi
dan pencegahan penyakit infeksi. Pada pasien ini, tidak ditemukan adanya stunting namun
ditemukan permasalahan penjadwalan asupan gizi seimbang, kemudian dilakukan edukasi
ke orang tua pasien terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan asupan gizi
seimbang harus terpenuhi untuk mencegah risiko dimasa yang akan dating. Kemudian,
dilakukan monitoring kembali setiap 14 hari.

N. MONITORING DAN EVALUASI


Evaluasi dan monitoring kegiatan ini adalah pengecekan ulang keadaan gizi balita saat
posyandu bulan depan. Meningkatkan kesadaran keluarga pasien terhadap asupan gizi
anaknya yaitu dengan memperbaiki pola makan serta rutin untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Serta mengulang pengetahuan para kader tentang pengetahuan nya terhadap status
gizi balita.

Anda mungkin juga menyukai