Anda di halaman 1dari 6

PENENTUAN BILANGAN PENYABUNAN

Liana Nur Intan1, Ajeng Restu Caroline2, Mayra Putri3, Lutfi Dhiyah Ulhaq4, Rhut Sevin5
Kelompok 1 Praktikum AZG, Program StudiGizi, Fakultas TeknologiPangandanKesehatan, UniversitasSahid Jakarta,
12870Jakarta, Indonesia
DosenPraktikum AZG,Program StudiGizi, FakultasTeknologiPangandanKesehatan,Universitas Sahid Jakarta,
12870Jakarta, Indonesia

ABSTRACT

Determination of the number of deposits to oil samples is done by titrimetry or volumetric method with the aim
to determine the molecular weight of fats and oils roughly and to know the number of deposits obtained in accordance
with the Indonesian National Standard (SNI). Used Asidimetry method using MM indicator (Red Methyl), from the
results of this experiment obtained the number of soaping in sample A is 54.4mg KOH/g, sample B is 80mg KOH/g,
sample C is 65.8mg KOH/g, sample D is 31.7mg KOH/g, sample E is 101.1mg KOH/g. According to SNI the number of
soaping is 180-256mg KOH/g and the number of soaping on the five samples has not been good because it has not met
the Indonesian National Standard (SNI).

Keyword: Condensation Number, Oil, SNI

ABSTRAK

Penentuan bilangan penyabunan terhadap sampel minyak dilakukan dengan metode titrimetri atau volumetrik
dengan tujuan untuk menentukan berat molekul lemak dan minyak secara kasar dan untuk mengetahui bilangan
penyabunan yang diperoleh sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Digunakan metode Alkalimetri/Asidimetri
menggunakan indikator PP/MM (Metil Merah), dari hasil percobaan ini didapatkan bilangan penyabunan pada sampel
A adalah 54,4mg KOH/g, sampel B adalah 80mg KOH/g, sampel C adalah 65,8mg KOH/g, sampel D adalah 31,7mg
KOH/g, sampel E adalah 101,1mg KOH/g. Menurut SNI Bilangan Penyabunan adalah 180-256mg KOH/g dan bilangan
penyabunan pada kelima sampel tersebut belum baik karena belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kata kunci: Bilangan Penyabunan, Minyak, SNI

PENDAHULUAN

Minyak merupakan salah satu zat perubahan aroma dan cita rasa selama
makanan yang penting bagi kebutuhan tubuh penyimpanan.Perubahan ini disertai dengan
manusia. Selain itu minyak juga merupakan terbentuknya senyawa-senyawa yang dapat
sumber energi, dimana satu gram minyak menyebabkan kerusakan minyak. Kerusakan
dapa menghasilkan 9 kalori. Minyak berperan minyak secara umum disebabkan oleh proses
penting untuk pengolahan bahan pangan, oksidasi dan hidrolisis (Suastuti, 2009).
karena minyak mempunyai titik didih yang Minyak dan lemak termasuk salah satu
tinggi (±200oC). Oleh karena itu minyak dapat anggota dari golongan lipid, yaitu merupakan
digunakan untuk menggoreng makanan lipid netral. Lipid itu sendiri dapat
sehingga bahan yang digoreng menjadi diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu,
kehilangan kadar air dan menjadi kering. lipid netral, fisfatida, spingolipid, dan
Selain itu minyak dapat juga memberikan rasa glikolipid.Semua jenis lipid ini banyak
yang gurih dan aroma yang spesifik. Penggunaan terdapat di alam. Sebagian besar lemak dan
minyak kelapa di Indonesia nomor dua minyak dalam alam terdiri atas 98-99%
terbanyak setelah minyak sawit (lebih dari trigliserida. Trigliserida adalah ester gliserol,
70%). Minyak kelapa dapat mengalami suatu alkohol trihidrat dan asam lemak yang
tepatnya disebut dengan triasilgliserol. Bila syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi
ketiga asam lemak didalam trigliserida sama standar mutu internasional yang meliputi
dinamakan trigliserida sederhana kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam,
(Simanullang, 2015). besi, tembaga, peroksida dan ukuran
Minyak dan lemak tidak berbeda pemucatan (Damanik, 2008). Minyak kelapa
dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi yang bermutu baik dibutuhkan untuk
hanya berbeda dalam bentuk (wujud). keamanan serta kenyamanan konsumen, maka
Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik perlu diketahui apakah minyak kelapa yang
lelehnya.Titik leleh minyak dan lemak beredar di pasaran telah memenuhi syarat
tergantung pada strukturnya, biasanya mutu minyak kelapa berdasarkan SNI
meningkat dengan bertambahnya jumlah 7431:2015 (SNI, 2015).
karbon.Banyaknya ikatan ganda dua karbon Bilangan penyabunan adalah jumlah
juga berpengaruh. Pada suhu kamar lemak miligram KOH yang diperlukan untuk
berwujud padat, sedangkan minyak berwujud menyabunkan satu gram minyak atau lemak.
cair (Tambun, 2006). Minyak merupakan Apabila sejumlah contoh minyak atau lemak
bahan cair dikarenakan rendahnya kandungan disabunkan dengan larutan KOH berlebihan
asam lemak jenuh dan tingginya kandungan alkohol, maka KOH akan bereaksi
asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi
satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom- dengan satu molekul minyak atau lemak.
atom karbonnya, sehingga mempunyai titik Campuran minyak atau lemak dengan larutan
lebur yang rendah (Chairunisa, 2013). KOH dididihkan pada pendingin alir bolak-
Trigliserida yang kaya akan asam balik sampai terjadi penyabunan yang lengkap
lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan kemudian larutan KOH yang tersisa
linoleat, biasanya berwujud minyak ditetapkan dengan jalan titrasi dengan larutan
sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak HCl.
jenuh seperti asam stearat dan palmitat, Bilangan penyabunan adalah jumlah
biasanya adalah lemak. Semua jenis lemak alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan
tersusun dari asam-asam lemak yang terikat sejumlah sampel minyak. Bilangan
oleh gliserol. Sifat dari lemak tergantung dari penyabunan menyatakan seberapa besar
jenis asam lemak yang terikat dengan kandungan asam lemak yang masih terikat
senyawa gliserol. Asam-asam lemak yang dalam bentuk triasilgliserol (Ketaren, 1986:
berbeda disusun oleh jumlah karbon maupun 49-50). Semakin besar bilangan penyabunan
hidrogen yang berbeda pula.Atom karbon, pada minyak, menandakan semakin besar
yang juga terikat oleh dua atom karbon kandungan asam lemak yang terkandung di
lainnya, membentuk rantai yang zigzag. Asam dalam minyak.
lemak dengan rantai molekul yang lebih Asam lemak merupakan asam-asam
panjang rentan terhadap gaya tarik–menarik monokarboksilat dengan rantai yang tidak
intermolekul, (dalam hal ini yaitu gaya Van bercabang dan terdiri dari atom C (karbon),
der waals) sehingga titik leburnya juga akan dengan ujung kepala berupa gugus karboksil
naik (Tambun, 2006). tunggal dan gugus hidrokarbon nonpolar
Standar mutu merupakan hal yang panjang. Asam lemak omega-3 terutama EPA
penting untuk menentukan minyak yang memiliki fungsi yang sangat penting bagi
bermutu baik.Istilah mutu sebenarnya dapat kesehatan tubuh manusia. EPA merupakan
dibedakan atas dua arti.Pertama adalah mutu asam lemak yang terdiri dari 20 atom karbon
dalam arti benar-benar murni dan tidak dengan lima ikatan rangkap. EPA memiliki
bercampur dengan minyakminyak nabati fungsi memperbaiki sistem sirkulasi dan dapat
lainnya. Mutu minyak dalam arti pertama membantu pencegahan penyempitan dan
dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat pengerasan pembuluh darah (atherosclerosis)
fisiknya, antara lain titik lebur, bilangan dan penggumpalan keping darah
penyabunan dan bilangan iodium. Sedangkan (thrombosis) (Medina et al, 1995:575).
yang kedua adalah mutu minyak dalam arti Besar kecilnya bilangan penyabunan
penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini ini tergantung pada panjang atau pendeknya
rantai karbon asam lemak atau dikatakan juga
bahwa besarnya bilangan penyabunan
tergantung pada berat molekul lemak tersebut. HASIL
Makin kecil berat molekul lemak makin besar
bilangan penyabunan (Ketaren, 1986). Pada Penentuan Angka Penyabunan
Sabun merupakan suatu bentuk sampel yang digunakan adalah minyak.
senyawa yang dihasilkan dari reaksi Tujuan dari Penentuan Angka Penyabunan
saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam adalah untuk menentukan berat molekul
literatur berarti “soap making”. Akar kata lemak dan minyak secara kasar. Hasil
“sapo” dalam bahasa latin yang artinya penentuan bilangan penyabunan pada sampel
soap/sabun. Pengertian saponifikasi minyak terlihat pada tabel 1.
(saponification) adalah reaksi yang terjadi
ketika minyak/lemak dicampur dengan larutan
alkali. Ada 2 produk yang dihasilkan dalam Tabel 1 Bilangan Penyabunan pada beberapa sampel
proses ini yaitu sabun dan gliserin. Penentuan minyak
angka penyabunan berbeda dengan penentuan Syarat mutu
kadar lemak, sampel yang dipergunakan Bilangan
SNI
Sampel Penyabunan (mg
untuk penentuan angka penyabunan adalah 7431:2015
KOH/g)
minyak. (mg KOH/g)

Sampel A 54,4
METODE

2.1 Waktu dan Tempat Sampel B 80


Pelaksanaan praktikum ini dilakukan
pada hari Rabu tanggal 2Juni 2021 pukul
Sampel C 65,8 180-256
07.30-08.40 WIB secara daring/online.
Pelaksanaan percobaan ini menggunakan
metode Penentuan Angka Pengabuan untuk Sampel D 31,7
mengidentifikasi Untuk menentukan berat
molekul lemak dan minyak secara kasar.
Sampel E 101,1
2.2 Alat dan Bahan
Pada Penentuan Angka Pengabuan, alat
yang digunakan adalah labu erlenmeyer, pipet
Perhitungan Angka Penyabunan :
tetes, gelas piala, hot plate, rubber bulb,
sarung tangan dan masker. Bahan yang (Vb−Vs ) x N HCl x 56,1
digunakan adalah minyak, alkohol, KOH, ¿
larutan HCL, indikator PP atau MM. Ws

2.3 Prosedur Percobaan KOH


Metode yang digunakan dalam ¿ … mg lemak
g
percobaan ini adalah Penentuan Angka
Pengabuan menggunakan sampel minyak
sebanyak 2 gram. Kemudian sampel ini Keterangan:
ditambahkan dengan 50 ml alkohol 96%
Vb = volume titrasi blanko
netral dan 5 ml KOH beralkohol ke dalam
sampel tersebut. Setelah itu panaskan larutan Vs = volume titrasi sampel
tersebut selam 30 menit, kemudian dinginkan.
N = Normalitas HCL
Setelah dingin, tambahkan 2 tetes indikator
metil merah. Terakhir, titrasi sampel hingga ws = Berat sampel (gram)
TAT berwarna merah muda.
BM KOH = 56,1 mg/mol
dibedakan atas dua arti. Pertama adalah mutu
dalam arti benar-benar murni dan tidak
N HCL 0,4195 N
V Titrasi Blanko 24,90 ml
bercampur dengan minyak-minyak nabati
V Titrasi Sample A 20,10 ml lainnya. Mutu minyak dalam arti pertama
V Titrasi Sample B 18,10 ml dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat
V Titrasi Sample C 19,30 ml fisiknya, antara lain titik lebur, bilangan
V Titrasi Sample D 22,20 ml penyabunan dan bilangan iodium. Sedangkan
V Titrasi Sample E 16,30 ml yang kedua adalah mutu minyak dalam arti
W Sampel 2 gram penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini
syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi
standar mutu internasional yang meliputi
Dari tabel tersebut dilakukan pengujian kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam,
dengan metode yang sama pada kelima besi, tembaga, peroksida dan ukuran
sampel yaitu; sampel minyak A didapatkan pemucatan (Damanik, 2008). Minyak kelapa
hasil 54,4mg KOH/g, sampel minyak B yang bermutu baik dibutuhkan untuk
didapatkan hasil 80mg KOH/g, sampel keamanan serta kenyamanan konsumen, maka
minyak C didapatkan hasil 65,8mg KOH/g, perlu diketahui apakah minyak kelapa yang
sampel minyak D didapatkan hasil 31,7mg beredar di pasaran telah memenuhi syarat
KOH/g, sampel minyak E didapatkan hasil mutu minyak kelapa berdasarkan SNI
101,1mg KOH/g. 7431:2015 (SNI, 2015).
Bilangan penyabunan adalah jumlah
alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan
sejumlah sampel minyak. Bilangan
PEMBAHASAN penyabunan menyatakan seberapa besar
kandungan asam lemak yang masih terikat
Pengujian pada praktikum ini dalam bentuk triasilgliserol. Besar kecilnya
dilakukan dengan menggunakan metode bilangan penyabunan ini tergantung pada
penentuan bilangan penyabunan panjang atau pendeknya rantai karbon asam
(saponifikasi). Sampel yang digunakan pada lemak atau dikatakan juga bahwa besarnya
pengujian penentuan bilangan penyabunan bilangan penyabunan tergantung pada berat
(saponifikasi) adalah minyak. Pada hasil molekul lemak tersebut. Makin kecil berat
yang disajikan pada tabel 1 didapatkan hasil molekul lemak makin besar bilangan
bilangan penyabunan dari kelima sampel penyabunan atau Semakin besar bilangan
minyak yang berbeda adalah sampel minyak penyabunan pada minyak, menandakan
A didapatkan hasil 54,4mg KOH/g, sampel semakin besar kandungan asam lemak yang
minyak B didapatkan hasil 80mg KOH/g, terkandung di dalam minyak. (Ketaren, 1986).
sampel minyak C didapatkan hasil 65,8mg Penentuan bilangan penyabunan ini
KOH/g, sampel minyak D didapatkan hasil dapat dipergunakan untuk mengetahui sifat
31,7mg KOH/g, sampel minyak E didapatkan minyak dan lemak. Pengujian sifat ini
hasil 101,1mg KOH/g. Sedangkan menurut dipergunakan untuk membedakan lemak yang
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7431:2015 satu dengan yang lainnya. Selain untuk
bahwa syarat mutu bilangan penyabunan pada mengetahui sifat fisik lemak atau minyak,
sampel minyak adalah 180-256mg KOH/g. angka penyabunan juga dapat dipergunakan
Maka dari hasil yang didapatkan dari kelima untuk menentukan berat molekul minyak dan
sampel minyak yang berbeda tersebut dapat lemak secara kasar. (Rondang, T. 2006).
disimpulkan bahwa minyak tersebut belum sampel minyak yang diuji disabunkan
baik karena hasil pengujian yang didapatkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol,
tidak memenuhi syarat mutu bilangan maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida,
penyabunan yang ditetapkan oleh SNI. yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu
Standar mutu merupakan hal yang molekul minyak atau lemak. Larutan alkali
penting untuk menentukan minyak yang yang tertinggal tersebut kemudian ditentukan
bermutu baik. Istilah mutu sebenarnya dapat dengan titrasi dengan menggunakan asam,
sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi Rejeki, D. P. (2019). Ekstrak Daun Ubi Jalar
dapat diketahui. Pelarut yang dipergunakan Ungu Sebagai Antioksidan Untuk
untuk melarutkan KOH adalah Alkohol, Memperlambat.Ketengikan
penambahan alkohol dimaksudkan untuk (Ranciditas) Pada Minyak Kelapa.
melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar Lantanida Journal, 6(2), 114.
dapat membantu mempermudah reaksi https://doi.org/10.22373/lj.v6i2.350
dengan basa dalam pembentukan sabun. 1
Faktor yang dapat mempengaruhi atau Rusmalina, S. (2019). Studi Peninjauan
faktor kesalahan yang dapat terjadi pada saat Kualitas Minyak Goreng Hasil
melakukan percobaan adalah Kesalahan yang Pemanasan Berdasarkan Pada
timbul pada saat titrasi yaitu penentuan titik Bilangan Penyabunan. Pena
akhir, kesalahan ini disebabkan karena Medika Jurnal Kesehatan, 9(2), 38.
perubahan warna yang seharusnya terjadi https://doi.org/10.31941/pmjk.v9i2.
adalah dari coklat pekat, kemudian kuning, 957
lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan Sianturi, A. H. (2018). Universitas Sumatera
warna dari kuning ke putih tersebut tidak Utara Skripsi. Analisis Kesadahan
terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir Total Dan Alkalinitas Pada Air
sulit ditentukan. Untuk mengetahui hasil Bersih Sumur Bor Dengan Metode
pengujian tersebut benar atau tidak, maka Titrimetri Di PT Sucofindo Daerah
perlu dibandingkan dengan titrasi blanko Provinsi Sumatera Utara, 44–48.
(Rohman. 2007). Selain itu faktor kesalahan Siti, O. A. (2018). Universitas Sumatera Utara
yang dapat terjadi ialah; meneteskan indikator Skripsi. In Analisis Kesadahan
yang tidak sesuai atau berlebih, kesalahan Total dan Alkalinitas pada Air
membuat larutan titran dan titrat. Bersih Sumur Bor dengan Metode
Titrimetri di PT Sucofindo Daerah
Provinsi Sumatera Utara.
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan


tersebut dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut: (1). Identifikasi protein
dengan uji xantoprotein yang merupakan uji
kualitatif pada protein; (2). Reaksi positif
pada uji ini adalah terbentuknya gumpalan
atau cincin berwarna kuning dan reaksi
negatif tidak terbentuknya warna pada
sampel; (3). Protein yang mengandung cincin
benzena (Tirosin, Triptofan, dan Fenilalanin)
ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan
terbentuk endapan putih yang dapat berubah
menjadi kuning sewaktu dipanaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Ketaren. 1986. Minyak dan Lemak Pangan.


Universitas Indonesia : Jakarta
Rondang, T. 2006. Buku Ajar Teknologi
Oleokimia. Departemen Teknik
KimiaFakultas Teknik Uuniversitas
Sumatera Utara Press. Medan
PEMBAGIAN KERJA:

Nama NPM Tugas TTD


Ajeng Restu Caroline 2019350039 PPT ARC
Liana Nur Intan 2019350013 Word LNI
Lutfi Dhiyah Ulhaq 2019350050 PPT LDU
Mayra Putri 2019350044 Word MP
Rhut Sevin 2019350055 Word RS

Anda mungkin juga menyukai