Anda di halaman 1dari 100

ARSITEKTUR MODERN

PASCAKOLONIAL DI INDONESIA
>> I <<
LATAR BELAKANG DAN PENGARUH
LUAR KE NUSANTARA
POKOK DAN TOKOH AWAL
ARSITEKTUR MODERN DI INDONESIA

→ ARS MODERN
→ PASCAKOLONIAL
Abukasan Atmodirono

KEBEBASAN UNTUK
MEMILIH IKON YANG
KONTEKSTUAL AGAR
MUDAH DIKENAL LIHAN
Modern -PRA-KEMERDEKAAN
/ Era Kolonial
PENGARUH ASING

CONTOH-CONTOH RAGAM HIAS DAN PENYELESAIAN DETAIL ARSITEKTURAL


Abikusno Tjokrosujoso
Masjid Asy-Suro Garut

PENGUASAAN TEKNOLOGI & BAHAN BANGUNAN MODERN


MENGHASILKAN BENTUK BARU UNTUK FUNGSI LOKAL

Modern -PRA-KEMERDEKAAN
/ Era Kolonial
Liem Bwan Tjie

BENTUK-BENTUK
EKSPERIMENTAL
YANG KREATIF
DAN BERANI
DALAM BATASAN
KONTEKSTUAL
(a.l. IKLIM &
BAHAN)
PERHATIKAN PILIHAN
BENTUK ATAP DAN
INTERIOR & PERABOTAN
→ PERTEMUAN
BARAT/MODERN DAN
LOKAL/TRADISIONAL
KEBUTUH-
AN DAN
FUNGSI
BARU
MENGHA-
SILKAN
POLA
DENAH
YANG
BARU
SAMA
SEKALI
MONUMENTALITAS
→ IDIOM ARSITEKTUR-BARU
Soekarno

TOKOH-TOKOH PENENTU KEBIJAKAN


→ ARAH PENGEMBANGAN SEMANGAT
BENTUK ARSITEKTUR BARU / MODERN
TAFSIR PADUAN BARAT + TIMUR

Charles Prosper Wolff Schoemaker (1882 – 1949)

TAMPAK SELATAN TAMPAK UTARA FOTO UDARA 1937

VILLA ISOLA 1933


HOTEL PREANGER. 1929

CHARLES PROPER WOLFF


SCHOEMAKER (1882-1949)

BIOSKOP MAJESTIC
1925
RUMAH TINGGAL: TAFSIR SOEKARNO SESUDAH MAGANG DI BIRO C.P. WOLFF SCHOEMAKER (1930-an)
Arsitektur Modern Pasca Kolonial
• Perkembangan Arsitektur Modern Pasca Kolonial tidak terlepas
dari sosok Bung Karno untuk membangun citra modernisasi
Indonesia, dengan semangat nasionalisme dan patriotisme di
tahun 1950an.

• Gagasan TRISAKTI : Berdaulat dalam politik, berdikari dalam


ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya.

• Visinya dicerminkan melalui karya arsitektur yang bisa


membentuk bangsa baru, bangsa yang baru bangun.
Pemahaman Bung Karno akan pentingnya arsitektur modern
sebagai identitas diri dalam kancah Internasional, menjadi
pendorong untuk mencanangkan proyek-proyek yang
mendukung konsep Nation Building untuk menunjukkan
kehadiran dan kemajuan bangsa Indonesia.

• Pada tahun 1959 Sukarno juga meresmikan berdirinya IAI


(Ikatan Arsitek Indonesia) yang diprakarsai oleh Suhartono
Susilo dan kawan-kawan sebagai asosiasi profesi bagi arsitek-
arsitek lndonesia. Hal ini didukung dengan lulusnya beberapa
arsitek muda dari ITB pada saat itu.
TOKOH-TOKOH AWAL PENDIRI IKATAN ARSITEK INDONESIA
Sejarah IAI
IAI didirikan secara resmi pada tanggal 17 September 1959 di Bandung. IAI aktif dalam
kegiatan internasional melalui keanggotaannya di ARCASIA (Architects Regional Council of
Asia) sejak tahun 1972 dan di UIA (Union Internationale des Architectes) sejak tahun 1974,
serta AAPH (Asean Association Planning and Housing) di mana IAI merupakan salah satu
pendirinya.

Di dalam negeri pun selain bermitra dengan pemerintah, IAI tetap aktif bergaul dengan
asosiasi profesi lain, seperti melalui keanggotaan dalam Lembaga Pegembangan Jasa
Konstruksi dan Forum Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi.

SEJARAH PEMBENTUKAN IAI


Di penghujung tahun 50-an dikeluarkan instruksi membentuk gabungan perusahaan sejenis
yang dimaksudkan selain untuk memudahkan komunikasi antara pemerintah dengan dunia
pengusaha, juga diharapkan dapat menentukan suatu standar kerja bagi para pelakunya.
Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa pemerintah sebagai pemberi tugas paling besar
pada masa itu, dapat memastikan perolehan barang dan jasa yang bermutu.
Penataan di bidang usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik diserahkan
kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Pada bulan April 1959, menteri mengadakan suatu
konferensi nasional di Jakarta untuk membentuk Gabungan Perusahaan Perencanaan dan
Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS). Konferensi ini dihadiri oleh beberapa arsitek, baik tua
maupun muda (baru lulus) dari berbagai lingkup kegiatan.
Dalam konferensi tersebut, para arsitek yang mewakili bidang perancangan merasa sangat
tidak puas karena mereka berpendapat bahwa kedudukan perencanaan dan perancangan
tidaklah sama dan tidak juga setara dengan pelaksanaan. Pekerjaan perancangan berada
di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab moral dan
kehormatan perorangan yang terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi sebagai usaha
yang mengejar laba (profit oriented). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor)
cenderung bersifat bisnis komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba. Lagi
pula tanggung jawabnya secara yuridis/formal bersifat kelembagaan atau badan hukum, bukan
perorangan, serta terbatas pada sisi finansial saja.

Waktu itu, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars. F. Silaban
tidak bisa berbuat apa-apa. Ketidakpuasan mereka terpendam dalam hati, akan tetapi justru
pertemuan dan ketidakpuasan itulah yang kemudian memicu lahirnya organisasi profesi bagi
para arsitek Indonesia. Di gedung Harmonie Jakarta itulah mereka sepakat berbagi tugas
untuk mengadakan pertemuan lagi dengan mengajak rekan-rekan arsitek lainnya. Ars. F.
Silaban akan menghubungi para arsitek senior, sedangkan Ir. Soehartono Soesilo akan
menggalang para arsitek muda lulusan ITB yang hingga tahun 1958 itu telah meluluskan 17
orang arsitek muda.

Ars. F. Silaban adalah seorang arsitek otodidak; pendidikan formalnya hanya setingkat STM,
tetapi ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan sayembara perancangan arsitektur,
sehingga dunia profesi pun mengakuinya sebagai arsitek. Pada waktu itu dia masih menjabat
sebagai Kepala Pekerjaan Umum Bogor. Di samping jabatannya itu, dia pun berpraktik sebagai
arsitek, dan telah memenangkan sayembara Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata
(1953) dan perancangan Mesjid Istiqlal (1954), dan sedang mengerjakan beberapa gedung
milik Bank Indonesia di Jakarta.
.
Soehartono Soesilo lulus dari ITB tahun 1958 dan langsung bekerja di biro arsitek Budaya
di Bandung yang didirikan oleh ayahnya, Ars. M. Soesilo. Selama revolusi kemerdekaan,
dia bergabung dalam Polisi Tentara (CPM) di Resimen Tangerang dan setelah penyerahan
kedaulatan, dia kembali melanjutkan sekolah. Ketika masih mahasiswa tahun pertama, dia
memrakarsai pendirian Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma dan menjadi ketua
pertamanya. Jelaslah, walaupun masih muda, tetapi kesadaran profesionalnya sudah
matang.
Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada pertemuan besar pertama para arsitek
dua generasi di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September 1959. Pertemuan ini dihadiri
21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. F. Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. Lim
Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur ITB tahun 1958
dan 1959.

Pertemuan pertama diadakan di jalan Wastukancana, di rumah saudara Ars. Lim Bwan Tjie
di seberang pompa bensin Wastukancana, ini dilakukan sebagai penghormatan kepada
beliau, arsitek paling senior. Menjelang malam kedua, tanggal 17 September, pertemuan
dipindah ke rumah makan Dago Theehuis (sekarang Taman Budaya Jawa Barat) di
Bandung utara agar suasananya lebih netral. Dalam kedua pertemuan tersebut
dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan
arsitek murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, Menuju Dunia
Arsitektur Indonesia yang Sehat.

Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia
arsitektur profesional Indonesia dengan nama: Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI
MAHASISWA ARSITEKTUR ANGKATAN 1950-an FT-UI BANDUNG
Pada tahun 1950an, muncullah gaya arsitektur Jengki yang terinspirasi
oleh bangunan-bangunan modern di Barat.

Jengki dari kata Yankee (mungkin dari Jan Kees/John Cheese, sebutan
orang Inggris thd para kolonis Belanda di Amerika Utara, New England)
dengan karakteristik: kolom bentuk V, bidang mengecil ke bawah, atap
meja/pelana, bukaan/jendela trapesium, lubang ventilasi bundar/
lingkaran, dsb
Interior vila
Kopeng Resort
oleh Oei Tjong An,
1955-1958
The Bumi Sangkuriang di Bandung yang dirancang
arsitek Belanda, Gmelig Meyling, 1956.
URBAN

Kebayoran Baru Jakarta 1948


M. Soesilo
• Kawasan ini
disiapkan sebagai
kota satelit, sebuah
kota taman yang asri,
sejuk, hijau, dan
terkenal saat itu.
Planolog M Soesilo
dari Central
Planologisch Bureau
tahun 1948
mengatakan bahwa
Kebayoran Baru
diharapkan bisa
meniru kawasan
Menteng, yang saat
itu telah menjadi
kawasan permukiman
yang diidamkan
warga Jakarta saat itu
Pada tahun 50-60an akhir, Nation Building dicanangkan
dengan membangun proyek-proyek utama, al :
• Monumen Nasional (MoNas); Sudarsono & F. Silaban
• Gelora Bung Karno (Senayan); bantuan Rusia
• Hotel-hotel berbintang : Hotel Indonesia (Jakarta), Samudra
Beach (Sukabumi), Ambarukmo (Jogyakarta), Bali Beach
(Sanur-Bali); dibiayai Jepang sebagai pampasan perang.
• Bank Indonesia (BI); F. Silaban
• Gedung CONEFO - Conference of The New Emerging Forces
( kemudian gedung MPR-DPR); Sujudi Wirjoatmodjo
• Sarinah (Pertokoan Modern sbg pengendali harga; pampasan perang)
• Masjid Istiqlal (sebagai cerminan bahwa mayoritas rakyat Indonesia adalah
Muslim); F. Silaban
• Gedung Pola; F. Silaban
• Patung-patung di Jakarta (Selamat Datang, Dirgantara, Pembebasan
Irian Barat, dsb)
• Jembatan Semanggi (Sutami), Tol Jagorawi (AS & KorSel)
• dsb
HOTEL AMBARUKMO, YOGYAKARTA

HOTEL INDONESIA, JAKARTA


BALI BEACH, SANUR

SAMUDRA BEACH, PELABUHAN RATU


MONUMEN Selamat Datang Bundaran HI dan Pembebasan Irian Barat di
Lapangan Banteng
MONUMEN Pembebasan Irian Barat di
Lapangan Banteng, saat kini
Sarinah-Malang

Sarinah Bandung

Sarinah Pusat - Jakarta


Arsitek-Arsitek Lokal yang berperan dalam kurun
waktu ini antara lain :
• Friedrich Silaban (a.l. BI, Gedung Pola, Istiqlal)
• Sudarsono (a.l. Monas, Tampak Siring)
• Moch.Soesilo (Kota Satelit Kebayoran Baru)
• Liem Bwan Tjie (bangunan2 umum)
• ATAP,sebuah perkumpulan arsitek muda yang sangat
modern, beranggotakan Soejoedi Wirjoatmodjo,
Suwondo Bismo Soetedjo, Bianpoen, Han Awal (Oei
King Han) (→ CONEFO)
• Dan arsitek muda lainnya : a.l. Azhar, Suhartono Susilo,
Ahmad Noe’man, Ardiman, Sidharta.
Konsep desain yang dikembangkan cenderung menggunakan
pendekatan modern/fungsional/rasional, karena beberapa
arsitek tersebut belajar di Eropa. Namun, di samping itu,
warisan dari arsitek-arsitek Belanda yang telah ada sebelumnya
juga menjadi inspirasi dalam desainnya → TAFSIR BARU
Ar. Suwondo Ar. Bian Poen Ar. Han Awal Ar.Sujudi
Contoh MONAS
Karya yang mengadaptasi bentuk yang berasal sejarah masa lalu dapat
dilihat pada bangunan Monumen Nasional (Monas→ mandala, lingga-yoni).
Monas merupakan hasil dari sayembara yang diprakarsai oleh Presiden
Sukarno. Sebenarnya karya-karya nominasinya menunjukkan adanya variasi
namun kurang ditunjang oleh nilai-nilai yang besumber pada lokal.
Misalnya Silaban mengajukan karya rancangan Monas yang berbentuk
kubisme seperti bangunan modern di Barat. Pada akhirnya Monas yang
dibangun adalah yang mencerminkan nilai-nilai kelokalan, yakni karya dari
Sudarsono dengan menyertakan juga gagasan para peserta yang cocok.
Monas mengangkat nilai-nilai dari bentuk yang berasal dari lingga dan yoni,
y.i. unsur yang paling sakral dalam bangunan candi Hindu yang terletak di
dalam ruang inti candi. Lingga merupakan simbolisasi dari Syiwa (Dewa)
dan yoni merupakan simbolisasi Parwati (pasangan/cakti Syiwa). Perpaduan
lingga dan yoni merupakan simbolisasi penciptaan dan perjalanan makhluk
hidup (sangkan paraning dumadi) sebagai manifestasi dari kesuburan dan
kehidupan. Monas merupakan simbolisasi akan nilai-nilai kesuburan-
kemakmuran bangsa Indonesia yang tidak pernah padam (digambarkan
dalam ujud api monas yang menyala berkobar-kobar; terbuat dari logam
mulia: emas )
Sayembara MONAS 1953-1955
MENGIKUTI BENTUK / GARIS PROFIL YANG SUDAH DIKENAL AKRAB
OLEH MASYARAKAT INDONESIA : CANDI
MASJID SYUHADA, YOGYAKARTA
MASJID SYUHADA, YOGYAKARTA

KONSEP MEGALITIKUM → re. BOROBUDUR, BATU BERSUSUN


MASJID AL AZHAR, KEBAYORAN BARU (1954?)
Gedung KPU – sekarang
Geometrik, penangkal matahari, braise soleils → Modernisme
Gedung Pola
Geometrik, penangkal matahari, braise soleils → Modernisme
Hotel Indonesia
• Geometrik, braise boleils → horisontal
GELORA BUNG KARNO - SENAYAN
GELORA BUNG KARNO – SENAYAN
PERHATIKAN: PENGENDALIAN SKALA MANUSIA
Luzhniki stadion moskow
TAFSIR: Azhar Hassan
ANJUNGAN INDONESIA DI WORLD TRADE FAIR, NEW YORK, 1964

TAFSIR ARSITEKTURAL BHINEKA TUNGGAL IKA


BHINEKA TUNGGAL IKA
ROBI SULARTO – SUJUDI WIRJOATMODJO

ANJUNGAN INDONESIA DI EXPO-1971, OSAKA, JEPANG

UNGKAPAN NEGARA KEPULAUAN, AGRARIS, IKON (PROFIL) BOROBUDUR


DENAH DIAGONAL, RUANG-MENGALIR DI ANTARA DINDING PEMBAGI
KOMPLEKSITAS EKO-TOPOGRAFIS-KULTURAL → MICRO-MACRO SPATIAL
FREDERICH SILABAN, 1912 - 1984
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARYA F. SILABAN

FAKTOR INTERNAL – YANG BERASAL DARI KREATIVITAS SILABAN


WAWASAN DAN KREATIFITAS PRIBADI F. SILABAN SEBAGAI SEORANG ARSITEK
PEMAHAMAN ARSITEKTUR BERDASARKAN PENGALAMAN (STRUKTUR, BAHAN, DETAIL)

FAKTOR EKSTERNAL – YANG BERASAL DARI LUAR DIRI SILABAN


EKONOMI – KONDISI EKONOMI DI INDONESIA BANYAK DIGUNAKAN UNTUK ANGGARAN
MILITER, DANA UNTUK PEMBANGUNAN SANGAT TERBATAS → PENEKANAN PADA EFSIENSI

SOSIAL POLITIK - KONDISI SOSIAL POLITIK YANG BERGEJOLAK NEGARA YANG BARU
MERDEKA, BERBAGAI PEMBERONTAKAN MENGHAMBAT PEMBANGUNAN → SEMPAT
MENANGANI BANYAK BANGUNAN PERKANTORAN (BANK) YANG MENDESAK PADA MASA
PERALIHAN PEMERINTAHAN DARI BELANDA KE INDONESIA.

ARSITEK – ARSITEK YANG BANYAK MEMPENGARUHI SILABAN (DI SAMPING BUNG KARNO)
ADALAH Ir. ANTONISSE OLEH MINATNYA KE CIRI LOKALITAS, TERPENGARUH OLEH
GERAKAN REGIONALISME (SUB-TROPIS / TROPIS, PERKEMBANGAN DUNIA KETIGA), a.l. LE
CORBUSIER, OSCAR NIEMEYER DAN LUCIO COSTA (MASA KEEMASAN ARS MODERN 1950-
1970)

PENGARUH SILABAN TERHADAP KARYA ARSITEK SEJAMAN


PENGGERAK FAHAM FUNGSIONALISME, MEMPERHATIKAN IKLIM REGIONAL,
TERITISAN ATAP LEBAR, PENGGUNAAN BRAISE SOLEIL, KEPEKAAN AKAN
KENISCAYAAN GEOMETRI, SKALA / PROPORSI.
PENGARUH SILABAN – GEOMETRIK
FASADE – BRISE SOLEILS

PERKEMBANGAN KARYA SILABAN

• AWAL – BANYAK DIPENGARUHI UNSUR LOKAL DAN MASA LALU (PENGALAMAN


KERJA DI BAWAH BELANDA)
• PADA PERKEMBANGANNYA – TERJADI ADAPTASI /ADOPSI DARI
INTERNATIONAL STYLE YANG MASUK KE INDONESIA NAMUN TETAP
MEMPERHATIKAN SUR LOKAL YAKNI IKLIM TROPIS
• AKHIR – PENGARUH INTERNATIONAL STYLE SANGAT KUAT NAMUN TIDAK
MENINGGALKAN UNSUR ALAM TROPIS
KARAKTERISTIK UMUM

• BENTUK DENAH PADA DASARNYA MERUPAKAN BENTUK-


BENTUK GEOMETRIK-PLATONIK (PERPADUAN ANTARA
BENTUK BUJUR SANGKAR DAN/ATAU PERSEGI PANJANG).
• PENGGUNAAN MATERIAL ALAM YANG BERKUALITAS.
• MEMANFAATKAN UNSUR LOKAL – MERUJUK MASA LALU
(“NEO-ROMANTIK”) NAMUN TETAP BERAZASKAN FUNGSI.
• BENTUK ATAP YANG LEBAR DENGAN TERITISAN YANG
BERFUNGSI UNTUK MELINDUNGI DINDING DARI
CUACA/HUJAN; FAKTOR IKLIM (TROPIS-LEMBAB).
• PENYELESAIAN DETAIL ARSITEKTURAL CENDERUNG
MENGIKUTI KAIDAH KLASIK (PLASTISITAS / MAJU-MUNDUR,
ANATOMIS / MODULAR, SELARAS >< KONTRAS, AWAL—
TENGAH—AKHIR, &c.)
• FASADE MENGGUNAKAN BRAISE SOLEIL (MENOLAK PANAS,
NAMUN MENGALIRKAN UDARA ALAMI), YANG DIGUBAH
DENGAN PROPORSI TERTENTU.
• BANGUNAN VOLUMETRIK/MASIF, EKSPRESI BERAT NAMUN
TERKESAN RINGAN (PILOTIS → MELAYANG). PEMANFAATAN
SELASAR MENANGGAPI IKLIM, YANG DITOPANG DENGAN
BARISAN KOLOM HINGGA MENGHASILKAN IRAMA.
• MENURUT SILABAN SESUATU YANG INDAH ADALAH YANG
SEDERHANA (=JUJUR, TIDAK MENGADA-ADA).
• MENURUT SILABAN ARSITEKTUR INDONESIA SEBAIKNYA
BENTUK-BENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL DITERAPKAN
BUKAN SEBAGAI TEMPELAN, MELAINKAN DIADAPTASIKAN
SECARA FUNGSIONAL-KONTEKSTUAL. ARSITEKTUR
INDONESIA HARUSLAH MENCERMINKAN SEMANGAT
KEMODERNAN / KEBARUAN DAN SENANTIASA
MEMPERHATIKAN SIFAT KETROPISAN
BEBERAPA KARYA F. SILABAN
SPMA BOGOR

SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH ATAS BOGOR

DIBANGUN PADA TAHUN 1951- MERUPAKAN KARYA AWAL


SILABAN

DOMINASI ELEMEN ATAP (KEMIRINGAN ATAP YANG CURAM)

→ ARSITEKTUR TROPIS
b
ENTUK DASAR – KOMPOSISI PERSEGI PANJANG YANG BERADA PADA
SATU TITIK SUMBU UTAMA DISELING SUMBU SEKUNDER

1
GEDUNG SPMA - BOGOR
DENAH FASADE

s
IFAT DASAR – KOMPOSISI BANGUNAN YANG LINEAR DENGAN
BARISAN KOLOM-KOLOM

m ATERIAL LOKAL – BANYAK MENGGUNAKAN MATERIAL ALAM

e KSPRESI – MENCERMINKAN BANGUNAN ARSITEKTUR TROPIS DENGAN ATAP YANG MENAUNGI


INTERIOR DENGAN SEMPURNA
GERBANG TMP KALIBATA

GERBANG TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA

DIBANGUN PADA TAHUN 1953

MENGGUNAKAN SOSOK ARSITEKTUR CANDI

MENGANTAR KE SUASANA HENING DAN TENTRAM


2
GERBANG MONUMEN PAHLAWAN KALIBATA

b ENTUK DASAR – KOMPOSISI PERSEGI PANJANG

FASADE

ATAP

BADAN

DENAH
KAKI

s IFAT DASAR – KOMPOSISI BANGUNAN YANG LINEAR DENGAN


BARISAN KOLOM-KOLOM

m ATERIAL ALAM BANYAK DIGUNAKAN

e KSPRESI – MONUMEN PAHLAWAN DENGAN EKSPRESI CANDI


PERHATIKAN PENYELESAIAN SUDUT-SUDUT BANGUNAN
PENGGUNAAN MATERIAL DAN WARNA ALAMI YANG SEJUK
GERBANG TMP KALIBATA SAAT KINI
GERBANG YANG MENGAPIT TUGU DENGAN TEGAR
ATAP YANG MENCIPTA KETEDUHAN F L Wright : Frederick. C. Robie House
s

TAMPAK SIRING 1957-1963 – R. M. Soedarsono


PENYELESAIAN SEMBIR ATAP MENGIKUTI TRADISI BALI
WISMA YASO-Museum Satriamandala
KANTOR BANK INDONESIA, JL. THAMRIN JAKARTA
KANTOR PUSAT BANK INDONESIA

DIBANGUN PADA TAHUN 1958 – SELESAI PADA


TAHUN 1962
BANGUNAN PERKANTORAN
SOSOK BANGUNAN ARSITEKTUR MODERN TROPIS
b ENTUK DASAR – KOMPOSISI PERSEGI PANJANG

DENAH FASADE

3
KANTOR PUSAT BANK
INDONESIA - JAKARTA
s IFAT DASAR – KOMPOSISI BANGUNAN PLATONIK
SOLID DENGAN DOMINASI UNSUR VERTIKAL

m ATERIAL ALAM, PENANGANAN DETAIL ARSITEKTURAL MENGHASILKAN SIFAT PLASTIS

e
KSPRESI – PENYELESAIAN FASADE PERKANTORAN MODERN
CHANDIGARH,
INDIA, 1949 - 1960
PENGGUNAAN BRAISE SOLEIL SECARA EKSTENSIF
MASJID ISTIQLAL – JAKARTA

MASJID ISTIQLAL / MASJID MERDEKA JAKARTA

DIBANGUN PADA TAHUN 1961 – SELESAI 1978

BANGUNAN IBADAH - MASJID

DOMINASI UNSUR VERTIKAL


MASJID ISTIQLAL – JAKARTA
SALAH SATU BANGUNAN PROGRAM NATION
BUILDING

MERUPAKAN MAHAKARYA / MASTERPIECE


F. SILABAN
b ENTUK DASAR – KOMPOSISI PERSEGI PANJANG

4
MASJID ISTIQLAL - JAKARTA

DENAH FASADE

s IFAT DASAR – KOMPOSISI BANGUNAN PLATONIK SOLID DENGAN


UNSUR VERTIKAL

m ASIH ADA PENGGUNAAN MATERIAL ALAM

e KSPRESI – DENGAN SKALA MONUMENTAL MASJID NASIONAL


MERUPAKAN REPRESENTASI KEMODERNAN YANG PARIPURNA.
KWEE HIN GOAN

GEDUNG
PASCASARJANA
UNPAR

JL MERDEKA
BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai