Anda di halaman 1dari 16

TUGAS HUKUM OBAT DAN MAKANAN

Mata Kuliah : Hukum Obat dan Makanan


Program Studi : S2 Ilmu Hukum
Dosen : Dr. Sabir alwy SH.MH

KESEHATAN TRADISIONAL DILIHAT PRODUKNYA

Oleh :
ZULKIFLI TAMRIN
B012202096

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-
cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Sesuai konsep negara kesejahteraan (welfare state) setiap
warga negara berhak atas kesehatan fisik dan mental termasuk
fasilitas dan pelayanan yang diselenggarakan oleh negara dan
instansi yang ditunjuk oleh negara, termasuk masyarakat miskin
yang notabene merupakan warga mayoritas penduduk Indonesia.
Oleh karena itu, usaha-usaha manusia untuk upaya perlindungan
diri dan penyembuhan penyakit selalu menjadi prioritas untuk
diupayakan.
Dalam perkembangan dunia kesehatan selama ini, telah
terjadi perubahan orientasi, baik tata nilai maupun pemikiran
mengenai upaya pemecahan masalah kesehatan yang dipengaruhi
oleh politik, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada saat ini pada era dominasi ekonomi, dimana biaya
kesehatan menjadi semakin mahal menyebabkan beban
pembiayaan yang sangat berat yang harus ditanggung masyarakat.
Bagi anggota masyarakat yang berkemampuan secara ekonomi,
memiliki keleluasan dalam memilih pelayanan kesehatan melalui
rumah sakit atau dokter, tetapi juga pada rumah sakit dan dokter-
dokter di luar negeri yang berkaitan dan bersifat privacy, sementara
itu bagi masyarakat yang kurang atau bahkan tidak berkemampuan

2
memilih pelayanan kesehatan modern, mereka akan lebih memilih
pelayanan untuk kesehatan mereka secara alternatif atau
tradisional. Gejala-gejala seperti ini seolah-olah menjadi suatu
legitimasi kolektif, bahwa pola pengobatan modern hanya dimiliki
oleh orang yang kaya, sedangkan pengobatan tadisional dan
alternatif dimiliki oleh kelompok kalangan bawah (miskin). 1
WHO (World Health Organization) merekomendasikan
penggunaan obat tradisional dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk
penyakit kronis, degenaratif dan kanker. WHO juga mendukung
dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional. 2
Pengobatan konvensional menggunakan obat kimia sintetik
diyakini mahal dan dapat menurunkan kualitas hidup akibat adanya
efek samping. Peningkatan penggunaan obat tradisional ini khususnya
terjadi pada negara berkembang. WHO mengklaim 80% populasi di
negara berkembang menggunakan obat tradisional. Meningkatnya
penyakit kronis degeneratif juga menjadi faktor yang mempengaruhi
penggunaan obat tradisional, karena pengobatan yang pada umumnya
sangat lama, sehingga masyarakat memilih alternatif pengobatan yang
lebih murah dari segi biaya dan diyakini lebih aman dari pada obat
kimia.3
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan hayati
yang cukup besar yang dapat dikembangkan untuk obat tradisional
yang merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran

1
Dian Kartika, Pan Lindawaty S. Sewu Dan Rullyanto W. Pelayanan Kesehatan
Tradisional Dan Perlindungan Hukum Bagi Pasien. Soepra Jurnal Hukum Kesehatan,
Vol. 2, No. 1, Tahun 2016, hal.2.
2
Bustanussalam. 2016. Pemanfaatan Obat Tradisional (Herbal) Sebagai Obat
Alternatif. Biotrens, hal.75
3
Anonim. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 88 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pengembangan Bahan Baku Obat
Tradisional. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI.

3
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman.4
Masyarakat di Indonesia sudah banyak mengkonsumsi berbagai
jenis obat tradisional dari ramuan sendiri bahkan ramuan jadi. Dari
data BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) bahwa obat
tradisional ramuan jadi yang memiliki izin edar di Indonesia sampai
dengan September 2018, tercatat 2.868 produk obat tradisional dan
suplemen kesehatan.5 Termasuk 18 fitofarmaka, OHT (Obat Herbal
Terstandar) sebanyak 64 produk, dan untuk jamu terdaftar sebanyak
7.710.6
Berbagai produk obat tradisional merupakan hasil olahan dan
pengetahuan tradisional masyarakat Indonesia. Produk obat herbal
dan jenis obat-obatan tradisional lainnya dibuat dengan menggunakan
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia secara turun
temurun. Pengetahuan tradisional tersebut merupakan suatu
pengetahuan yang digunakan dan dikembangkan oleh masyarakat
Indonesia di masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. 7
Pengetahuan tradisional merupakan pengetahuan masyarakat
yang telah diketahui secara turun temurun. Menurut Agus Sardjono 8,
diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai dan
digunakan oleh suatu komunitas, masyarakat atau suku bangsa
tertentu yang bersifat turun temurun dan terus berkembang sesuai
dengan perubahan lingkungan. Sedangkan menurut Endang

4
Kementerian Kesehatan RI, Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, (Jakarta :
Kementerian kesehatan RI, 2011), hal 4.
5
Alamsyah. I. E. 2018. Obat Tradisional Terus Menjadi
Kebutuhan.https://www.republika.co.i d/berita/nasional/umum/18/11/01/phiqpc349bpom.
Diakses 28 November 2010.
6
Burhani. R. 2017. Fitofarmaka Terdaftar Badan Pengawas Obat dan
Makanan Baru 18 Obat. http://www.antaranews.com/berita/663929/fito farmaka-
terdaftar-bpom baru-18-obat. Diakses 28 November 2010.
7
Rina Nurmalina, Herbal Legenda Untuk Kesehatan Anda, (Bandung : Valley,
2012), hal 1.
8
Agus Sardjono, Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional,
(Bandung : PT. Alumni, 2006), hal 1.

4
Purwaningsih9, Traditional Knowledge adalah karya masyarakat
tradisional (adat) yang bisa berupa adat budaya, karya seni, dan
teknologi, yang turun temurun digunakan sejak nenek moyang.
Berdasarkan data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) pada
tahun 2018 penduduk Indonesia melakukan pengobatan
menggunakan ramuan jadi obat tradisional sebanyak (48%) untuk
pengobatan menggunakan obat tradisional ramuan sendiri (31,8%)
dan memanfaatkan YANKESTRAD (Pelayanan Kesehatan Tradisional)
sebanyak (31,4%).10
Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian
dari budaya bangsa dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak
berabad-abad yang lalu. Namun demikian, secara umum efektivitas
dan keamanannya belum sepenuhnya didukung hasil penelitian yang
memadai mengingat hal tersebut dan menyadari bahwa Indonesia
sebagai mega-center tanaman obat di dunia, maka perlu adanya suatu
kebijakan nasional yang dapat menjadi acuan semua pihak yang
terkait di dalamnya. Dengan telah tersusunnya KOTRANAS,
diharapkan dapat menjadi landasan, arah dan pedoman dalam
pengembangan dan peningkatan obat tradisional yang bermutu, aman,
berkhasiat dan teruji secara ilmiah, serta dalam rangka mengantisipasi
berbagai perubahan dan tantangan strategis, baik internal maupun
eksternal, sejalan dengan sistem kesehatan nasional. 11
Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam
jenis yang Iengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman,
efeklif dan bermutu, dengan harga terjangkau serta mudah diakses
adalah sasaran yang harus dicapai. Untuk mencapai hal tersebut,
dibutuhkan pula pemecahan masalah yang terkait dengan
9
Endang Purwaningsih, 2005, Perkembangan Hukum Intellectual Property
Rights, Kajian Hukum terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif
Hukum Paten, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hal 245.
10
Anonim. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Laporan Nasional
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
11
Ulfa Hanum, https://www.slideshare.net/ulfahhanum1/kebijakan-obat-
tradisional-nasional-tahun-2007.

5
keberlangsungan pembiayaan (sustainability of financing), sistem
distribusi perbekalan kesehatan yang handal (reliable health & supply
system) serta sistim baku mutu yang digunakan.
Berdasarkan Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan disebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Obat tradisional telah diterima secara luas di negara-negara yang
tergolong berpenghasilan rendah sampai sedang. Bahkan di beberapa
negara berkembang, obat tradisional telah dimanfaatkan dalam
pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan kesehatan strata
pertama. Sementara itu di banyak negara maju penggunaan obat
tradisional makin populer.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah ketentuan hukum yang mengatur tentang
kesehatan tradisional ?
2. Bagaimanakah bentuk pembinaan dan pengawasan dalam
pelayanan kesehatan tradisional ?

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketentuan Hukum Produk Kesehatan Tradisional


Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang Pelayanan
Kesehatan tradisional yaitu Pasal 1, 48, 59, 60 dan Pasal 61. Pada
pasal 1 butir 16 menyebutkan bahwa : 12
Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut Pasal 48 juga disebutkan bahwa “pelayanan kesehatan


tradisional merupakan salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan”.
Dalam pasal 59 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional
terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional
Keterampilan dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan. Dalam
pasal ini juga disebutkan bahwa seluruh jenis Pelayanan Kesehatan
Tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah, agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak
bertentangan dengan norma agama.
Berdasarkan Pasal 60 dan Pasal 61 UU Kesehatan disebutkan
bahwa orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional harus
mengikuti aturan yang telah ditetapkan, dan masyarakat diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan
dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.

12
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

7
Jenis pelayanan kesehatan tradisional ramuan, antara lain:
Jamu, Gurah, Homeopathy, Aroma Terapi, SPA terapi, dan metode
lain yang menggunakan ramuan. Sedangkan yang termasuk dalam
Yankestrad Keterampilan, antara lain: akupunktur, chiropraksi, pijat
urut, shiatsu, patah tulang, dukun bayi, battra sunat, refleksi,
akupressur, bekam, apiterapi, penata kecantikan kulit/rambut, tenaga
dalam, paranormal, reiki, qigong, kebatinan, dan metode lainnya yang
mengunakan keterampilan.13
Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan
masyarakat dalam mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri
(self-care), baik untuk pribadi maupun untuk keluarga melalui
pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini sangat berguna,
khususnya di daerah yang mengalami keterbatasan dalam
memperoleh akses pelayanan kesehatan.
Bila dilihat lebih jauh manfaat TOGA dalam mendukung
masyarakat yang sehat secara mandiri, akan berdampak pada upaya
untuk mewujudkan pencapaian tujuan MDG’s di bidang Kesehatan,
yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka
kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan memerangi
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya.14
Upaya dukungan dari Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam
mencapai tujuan MDG’s antara lain perawatan ibu setelah bersalin
dengan memanfaatkan daun Katuk dan Lobak sebagi sayur dan biji
jagung tua yang disangrai untuk memperlancar keluarnya ASI dalam
mendukung pencapaian ASI Eksklusif. Pemanfaatan daun Kacang
Panjang, daun Dadap Serep, dan Bawang Merah untuk mengobati
payudara bengkak (mastitis) dengan cara ditumbuk dan ditempelkan

13
https://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/110114-mengenal-
pelayanan-kesehatan-tradisionaldiindonesia, diakses pada tanggal 29 November 2020.
14
Hidayati. A., dan Perwitasari, D. A. 2011. Persepsi Pengunjung Apotek
Menggenai Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Alternatif pengobatan di kelurahan
Muja Muju kecamatan Umbul Harjo Kota Yogyakarta. jurnal Prosiding Seminar Nasional
“Home Care,”.

8
ke seluruh payudara, kecuali pada puting susu. Jeruk nipis dicampur
dengan kapur sirih dan minyak kayu putih juga dapat dimanfaatkan
untuk perawatan perut setelah melahirkan. Dalam menjaga kesehatan
anak, bisa menggunakan Temulawak dan Beras Kencur untuk
menambah nafsu makan. Jika anak demam, dapat diobati dengan
memanfaatkan daun Sambiloto dan Pule yang didihkan dengan air
kemudian diminum, selain itu dapat memanfaatkan daun Dadap Serep
dan daun Kembang Sepatu yang diremas-remas dan ditempelkan di
kepala anak.15
Pemanfaatan pijat pada anak yang sudah ada turun temurun di
Indonesia untuk memperlancar peredaran darah dan meningkatkan
kebugaran pada anak. Pemanfaatan daun Jambu Biji yang masih
muda dapat digunakan dalam penanggulangan diare pada Balita
sedangkan untuk mengobati disentri, bisa memanfaatkan daun
Sambiloto kering yang direbus atau menggunakan daun Patikan Cina
yang dicampur dengan Bawang Merah dan Pulosari. Tanaman Serai
dan Lavender bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk.
Pemanfaatan TOGA/Jamu untuk memelihara kesehatan yang
berimplikasi pada peningkatan Usia harapan Hidup seperti daun
Landep Segar dan Gandarusa sebagai obat pegal linu dan masih
banyak hal-hal lain dari bumi Indonesia yang belum tergali
pemanfaatannya untuk kesehatan.16

B. Pembinaan Dan Pengawasan Dalam Pelayanan Kesehatan


Tradisional
Dalam kebijakan Kementerian Kesehatan RI, pembinaan dan
pengawasan Pelayanan Kesehatan Tradisional dilakukan melalui 3
(tiga) pilar. Pilar pertama adalah Regulasi, adapun dukungan regulasi
terhadap Pelayanan Kesehatan Tradisional telah dituangkan dalam

15
Ibid.
16
Ibid, hal.25.

9
Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 yang telah disebutkan diatas,
SKN tahun 2009 yang menyebutkan bahwa Pengobatan Tradisional
merupakan bagian sub sistem Upaya Kesehatan, Kepmenkes RI
Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional dan Kepmenkes No 1/2010 tentang
Saintifikasi Jamu berbasis pelayanan.17
Pilar kedua adalah Pembina Kemitraan dengan berbagai Lintas
Sektor terkait dan organisasi (asosiasi) pengobat tradisional termasuk
pengawasan terhadap tenaga pengobat tradisional baik yang asli
Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri. Pilar ketiga adalah
Pendayagunaan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan
Tradisional (Sentra P3T) untuk menapis metode Pelayanan Kesehatan
Tradisional di masyarakat dan melakukan pembuktian melalui
pengkajian, penelitian, uji klinik, baik terhadap cara maupun terhadap
manfaat dan keamanannya.18
Pada saat ini sudah ada 11 Sentra P3T tersebar di 11 Provinsi
yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur,
DIY, Bali, NTB, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara serta
adanya Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) di Makassar
dan Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) di Palembang.
Pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan
tradisional dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat rumah
tangga, masyarakat, Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas,
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Kementerian Kesehatan bersama lintas
sektor terkait dan mengikut sertakan asosiasi pengobat tradisional.
Sementara ini Kementerian Kesehatan telah bermitra atau bekerja
dengan beberapa jenis Asosiasi Pengobat Tradisional (Battra) yang
terkelompokkan sesuai dengan metodenya masing-masing.
Diharapkan asosiasi Battra bisa membantu Kementrian Kesehatan
17
https://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/110114-mengenal-
pelayanan-kesehatan-tradisionaldiindonesia, diakses pada tanggal 29 November 2020.
18
Ibid.

10
dalam pembinaan pengobat di Indonesia namun harus selalu
dievaluasi kemitraannya. Terdapat asosiasi Battra yang ada antara
lain :19
1) Ikatan Homoeopathy Indonesia (IHI)
2) Persatuan Akupunktur Seluruh Indonesia (PAKSI)
3) Perhimpunan Chiroprakasi Indonesia (Perchirindo)
4) Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI)
5) Persatuan Ahli Pijat Tuna Netra Indonesia (Pertapi)
6) Asosiasi Praktisi pijat Pengobatan Indonesia (AP3I)
7) Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia (ARSI)
8) Asosiasi SPA Terapis Indonesia (ASTI)
9) Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI)
10)Ikatan Pengobat Tradisional Indonesia (IPATRI)
11)Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif
Indonesia (FKPPAI)
12)Asosiasi Therapi Tenaga Dalam Indonesia (ATTEDA)
13)Asosiasi Bekam Indonesia (ABI)
14)Persatuan Ahli Kecantikan Tiara Kusuma.

Selain itu untuk pengawasan pengobat tradisional, Kementerian


Kesehatan juga berkerjasama dengan Kantor Imigrasi, Mabes POLRI,
Kejaksaan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terutama
untuk pengawasan Pengobat Tradisional Asing yang datang ke
Indonesia.
Setiap Warga Negara Indonesia yang bekerja sebagai pengobat
tradisional harus memiliki SIPT/STPT (Surat Izin/Terdaftar Pengobat
Tradisional) yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat. Sampai saat ini, metode Pelayanan kesehatan tradisional
yang telah diakui manfaat dan keamanannya oleh Indonesia adalah
19
Novia. F. 2018. Gambaran Penggunaan Obat Tradisional sebagai Alternatif
Pengobatan pada masyarakat di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru, Karya Tulis Ilmiah. Pekanbaru: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

11
akupuntur. Oleh karena Untuk SIPT hanya dikeluarkan untuk Battra
jenis akupuntur yang telah dilengkapi dengan sertifikat kompetensi,
selain jenis akupuntur saat ini hanya mendapatkan STPT. Untuk
Pengobat Tradisional Asing yang akan masuk ke Indonesia, harus
memiliki rekomendasi dari Kementerian Kesehatan. Rekomendasi ini
bisa didapatkan setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus oleh tim
penilai.20 Pengobat tradisional asing tidak diperkenankan berpraktek
langsung ke masyarakat Indonesia melainkan hanya sebagia
konsultan dalam rangka transfer ilmu pengetahuan kepada pengobat
tradisional Indonesia.

20
Merdekawati, R. 2016. Gambaran dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat
Tradisional Sebagai Alternatif Pengobatan Pada Masyarakat RW 005 Desa Sindurjan,
Kecamatan Purworejo. Naskah Publikasi Skripsi. Yokyakarta: Universitas
Muhammadiyah. Yogyakarta.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ketentuan hukum tentang pelayanan kesehatan tradisional dan
produk kesehatan tradisional diatur dalam Undang-undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Pelayanan Kesehatan
Tradisional Keterampilan dan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Ramuan. Pelayanan Kesehatan Tradisional dibina dan diawasi oleh
Pemerintah, agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama.
2. Pembinaan dan pengawasan dalam pelayanan kesehatan
tradisional melalui 3 (tiga) pilar. Pilar pertama adalah Regulasi yaitu
Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, SKN
tahun 2009 yang menyebutkan bahwa Pengobatan Tradisional
merupakan bagian sub sistem Upaya Kesehatan, Kepmenkes RI
Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional dan Kepmenkes No 1/2010 tentang
Saintifikasi Jamu berbasis pelayanan. Pilar kedua yaitu Pembina
Kemitraan dengan berbagai Lintas Sektor terkait dan organisasi
(asosiasi) pengobat tradisional Indonesia maupun yang berasal dari
luar negeri. Pilar ketiga adalah Pendayagunaan Sentra
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra
P3T).

B. Saran
1. Pendaftaran produk-produk herbal berbasis traditional knowledge
dalam kerangka hukum paten oleh masyarakat Indonesia sendiri
bukan orang asing. Masyarakat di Indonesia pada umumnya dan

13
para pelaku usaha industri herbal pada khususnya, perlu memiliki
kesiapan dalam mengedepankan dan mengembangkan herbal
berbasis traditional knowledge.
2. Dibentuknya lembaga non pemerintah dibawah Ristek / LIPI yang
bertugas untuk mengukur novelty sebagai syarat hak paten.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 88 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pengembangan
Bahan Baku Obat Tradisional. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI.

Anonim. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Laporan


Nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.Dian Kartika, Pan Lindawaty S. Sewu Dan Rullyanto W.
Pelayanan Kesehatan Tradisional Dan Perlindungan Hukum Bagi
Pasien. Soepra Jurnal Hukum Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Tahun
2016, hal.2.

Bustanussalam. 2016. Pemanfaatan Obat Tradisional (Herbal) Sebagai


Obat Alternatif. Biotrens, hal.75

Burhani. R. 2017. Fitofarmaka Terdaftar Badan Pengawas Obat dan


Makanan Baru 18 Obat.
http://www.antaranews.com/berita/663929/fito farmaka- terdaftar-
bpom baru-18-obat. Diakses 28 November 2010.Kementerian
Kesehatan RI, Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, (Jakarta :
Kementerian kesehatan RI, 2011), hal 4.

Endang Purwaningsih, 2005, Perkembangan Hukum Intellectual Property


Rights, Kajian Hukum terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual dan
Kajian Komparatif Hukum Paten, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005),
hal 245.

Hidayati. A., dan Perwitasari, D. A. 2011. Persepsi Pengunjung Apotek


Menggenai Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Alternatif
pengobatan di kelurahan Muja Muju kecamatan Umbul Harjo Kota
Yogyakarta. jurnal Prosiding Seminar Nasional “Home Care,”.

Merdekawati, R. 2016. Gambaran dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan


Obat Tradisional Sebagai Alternatif Pengobatan Pada Masyarakat
RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo. Naskah Publikasi
Skripsi. Yokyakarta: Universitas Muhammadiyah. Yogyakarta.

Novia. F. 2018. Gambaran Penggunaan Obat Tradisional sebagai


Alternatif Pengobatan pada masyarakat di Kelurahan Simpang
Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, Karya Tulis Ilmiah.
Pekanbaru: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau.

15
Rina Nurmalina, Herbal Legenda Untuk Kesehatan Anda, (Bandung :
Valley, 2012), hal Agus Sardjono, Hak Kekayaan Intelektual dan
Pengetahuan Tradisional, (Bandung : PT. Alumni, 2006), hal 1.

Ulfa Hanum, https://www.slideshare.net/ulfahhanum1/kebijakan-obat-


tradisional-nasional-tahun-2007.

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

Alamsyah. I. E. 2018. Obat Tradisional Terus Menjadi


Kebutuhan.https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/11/
01/phiqpc349bpom. Diakses 28 November 2010.

https://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/110114-mengenal-
pelayanan-kesehatan-tradisionaldiindonesia, diakses pada tanggal
29 November 2020.

https://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/110114-mengenal-
pelayanan-kesehatan-tradisionaldiindonesia, diakses pada tanggal
29 November 2020.

16

Anda mungkin juga menyukai