Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

INITIAL ASSESSMENT

Nama :
Ratnawati NIM
17300017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN CITRA DELIMA
BANGKA BELITUNG TAHUN 2018
INITIAL ASSESSMENT

Initial Assessment adalah proses penilaian awal pada penderita trauma disertai pengelolaan
yang tepat guna untuk menghindari kematian.

Initial assesment meliputi :

1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey (anamnesis dan pemeriksaan fisik)
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan reevaluasi berkesinambungan
9. Penanganan definitif

Urutan dari initial assessment diterapkan secara berurutan atau sekuensial akan tetapi dalam
praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan atau simultan.

1. Persiapan

Persiapan pada penderita berlangsung dalam dua fase yang berbeda  yaitu fase pra rumah
sakit / pre hospital dimana seluruh penanganan penderita berlangsung dalam koordinasi
dengan dokter di rumah sakit. Fase kedua adalah fase rumah sakit/hospital dimana dilakukan
persiapan untuk menerima penderita sehingga dapat dilakukan resusitasi dengan cepat.

a. Fase pra rumah sakit


Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas di lapangan akan
menguntungkan penderita. Pada fase pra rumah sakit  hal yang perlu diperhatikan
adalah penjagaan airway kontrol pendarahan dan syok  imobilisasi penderita dan
segera dibawa ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas yang memadai.

Waktu di tempat kejadian (scene time) yang lama harus dihindari. Selain itu juga
penting mengumpulkan keterangan yang nanti dibutuhkan di rumah sakit  seperti
waktu kejadian sebab kejadian  mekanisme kejadian  serta riwayat penderita.
Sehingga dapat ditentukan jenis dan berat dari trauma.
b. Fase rumah sakit
Pada fase rumah sakit perlu dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba  sebaiknya
ada ruangan khusus resusitasi serta perlengkapan airway (laringoskop  endotracheal
tube) yang sudah dipersiapkan. Selain itu  perlu dipersiapkan cairan kristaloid (mis :
RL) yang sudah dihangatkan perlengkapan monitoring serta tenaga laboratorium dan
radiologi. Semua tenaga medik yang berhubungan dengan penderita harus
dihindarkan dari kemungkinan penularan penyakit menular dengan cara penganjuran
menggunakan alat-alat protektif seperti masker/face mask proteksi mata/google
baju kedap air sepatu dan sarung tangan kedap air.
2. Triase
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang
tersedia. Terapi didasarkan pada prioritas A*+ ( Airway dengan kontrol vertebra servikal)
Breathing dan Circulation dengan kontrol perdarahan.

Triase juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit yang akan
dirujuk. Dua jenis keadaan triase yang dapat terjadi:

a. Multiple Casualties
-usibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah yang
mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu.
b. Mass Casualties
-usibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya luka melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilakukan penanganan
terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar
serta membutuhkan waktu perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit.

3. Primary Survey

Primary survey dilakukan untuk menilai keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan
jenis perlukaan tanda-tanda vital dan mekanisme trauma. Pada primary surνey dilakukan
usaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu dengan berpatokan
pada urutan berikut :

A : Airway

Yang pertama kali harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. /al ini meliputi pemeriksaan
adanya obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh benda asing fraktur tulang wajah
fraktur mandibula atau ma0illa  fraktur laring/trakhea. Usaha uhtuk membebaskan airway
harus melindungi vertebra servikal (serνical spine control) dimulai dengan melakukan chin
lift atau jaw trust. 1ika dicurigai ada kelainan pada vertebra servikalis berupa fraktur maka
harus dipasang alat immobilisasi serta dilakukan foto lateral servikal.

Pemasangan airway definitif dilakukan pada penderita dengan gangguan kesadaran atau
2+S (Glasgow Coma Scale) 3 4 dan pada penderita dengan gerakan motorik yang tidak
bertujuan.

B : Breathing

Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. 5entilasi yang baik meliputi fungsi
yang baik dari paru dinding dada dan diafragma. Dada penderita harus dibuka untuk melihat
ekspansi pernafasan dan dilakukan auskultasi untuk memastikan masuknya udara ke dalam
paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura.
Sedangkan inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding dada yang mungkin
mengganggu ventilasi.

Trauma yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension
pneumothoraks flailchest dengan kontusio paru dan open pneumotoraks. Sedangkan trauma
yang dapat mengganggu ventilasi dengan derajat lebih ringan adalah hematothoraks  simple
pneumothoraks patahnya tulang iga dan kontusio paru.

C : Circulation

1. 5olume darah dan cardiac output


Perdarahan merupakan sebab utama kematian yang dapat diatasi dengan terapi yang
cepat dan tepat di rumah sakit. Suatu keadaan hipotensi pada trauma harus dianggap
disebabkan oleh hipovolemia sampai terbukti sebaliknya. Dengan demikian maka
diperlukan penilaian yang cepat dari status hemodinamik penderita yang meliputi :

a. Tingkat kesadaran

*ila volume darah menurun perfusi otak dapat berkurang yang mengakibatkan
penurunan kesadaran.

b. Warna kulit

Wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang pucat meruoakan tanda
hipovolemia.

c. Nadi

Perlu dilakukan pemeriksaan pada nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri
karotis kiri dan kanan untuk melihat kekuatan nadi kecepatan dan irama. Nadi
yang tidak cepat kuat dan teratur biasanya merupakan tanda normovolemia. Nadi
yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia  sedangkan nadi yang tidak teratur
merupakan tanda gangguan jantung. Apabila tidak ditemukan pulsasi dari arteri besar
maka merupakan tanda perlu dilakukan resusitasi segera.

2. Perdarahan

Perdarahan eksternal dihentikan dengan penekanan pada luka. Sumber perdarahan


internal adalah perdarahan dalam rongga thoraks abdomen sekitar fraktur dari
tulang panjang retroperitoneal akibat fraktur pelvis atau sebgai akibat dari luka dada
tembus perut.

D : *isability+neurolo%ic evaluation

Pada tahapan ini yang dinilai adalah tingkat kesadaran ukuran dan reaksi pupil tanda-tanda
lateralisasi dan tingkat atau level cedera spinal. 2+S / 2lasgow +oma Scale adalah sistem
skoring sederhana dan dapat meramal outcome penderita. Penurunan kesadaran dapat
disebabkan oleh penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke otak  atau disebabkan
trauma langsung.

E : Exposure+environmental
Daftar Pustaka

Djohan, T. B. (2004). penyakitjantun% koroner dan hipertensi. Universitas sumatera utara.

Doengoes, M. E., Moorhouse, M. f., & Geissler, A. C. (2000). Rencana Asuhan


Keperawatan pedoman untuk perencaan dan pedokumentasian perawatan pasien.
jakarta : EGC.

Firdaus, I. (2011). Pharmacoinvasive Strategy in Acute STEMI. Jurnal Kardiolo%i Indonesia,


266-271.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2009). $uku Ajar Fisiolo%i Kedokteran Edisi 11. Jakarta:

EGC. Haris, S., & Tambunan, T. (2009). HIpertensi pada sindrom metabolik. Jakarta: Sari

Pediatri.

O'gara, p. T., frederick, Kushner, & Deborah. (2013). 2013 ACCF/AHA GUIDLINE FOR
THE MANAGEMENT OF ST ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION : A
REPORT OF THE AMERICAN COLLEGE OF CARDIOLOGY FOUNDATION /
AMERICAN HEART ASSOCIATION TASK FORCE ON PRACTICE GUIDLINE.
AMERICAN HEAR0 ASSOCIA0ION, 1-88.

Price, S. A., & wilson, L. M. (2006). pato)isiolo%i konsep klinis proses-proses penyakit .
Jakarta: EGC.

Siregar, a. a., & Lubis, E. N. (2010). Pen%endalian terhadap )aktor risiko kardiovaskular
dihubun%kan den%an dan Pence%ahannya. Retrieved 11 16, 2014, from
http://usupress.usu.ac.id: http://usupress.usu.ac.id/files/Bunga%20Rampai
%20Kardiologi_Normal_bab%201.pdf

Smeltzer, S., & Bare, B. (2011). $uku Ajar Keperawatan Medikal $edah . Jakarta: EGC.

Sudoyo, a. w., setiyohadi, b., Alwi, i., Marcellus, S. K., & Siti, s. (2009). $uku ajar Ilmu
Penyakit dalam Jilid II edisi V. Jakarta : Interna Publishing.

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2013). $uku saku *ia%nosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai