INITIAL ASSESSMENT
Nama :
Ratnawati NIM
17300017
Initial Assessment adalah proses penilaian awal pada penderita trauma disertai pengelolaan
yang tepat guna untuk menghindari kematian.
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey (anamnesis dan pemeriksaan fisik)
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan reevaluasi berkesinambungan
9. Penanganan definitif
Urutan dari initial assessment diterapkan secara berurutan atau sekuensial akan tetapi dalam
praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan atau simultan.
1. Persiapan
Persiapan pada penderita berlangsung dalam dua fase yang berbeda yaitu fase pra rumah
sakit / pre hospital dimana seluruh penanganan penderita berlangsung dalam koordinasi
dengan dokter di rumah sakit. Fase kedua adalah fase rumah sakit/hospital dimana dilakukan
persiapan untuk menerima penderita sehingga dapat dilakukan resusitasi dengan cepat.
Waktu di tempat kejadian (scene time) yang lama harus dihindari. Selain itu juga
penting mengumpulkan keterangan yang nanti dibutuhkan di rumah sakit seperti
waktu kejadian sebab kejadian mekanisme kejadian serta riwayat penderita.
Sehingga dapat ditentukan jenis dan berat dari trauma.
b. Fase rumah sakit
Pada fase rumah sakit perlu dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba sebaiknya
ada ruangan khusus resusitasi serta perlengkapan airway (laringoskop endotracheal
tube) yang sudah dipersiapkan. Selain itu perlu dipersiapkan cairan kristaloid (mis :
RL) yang sudah dihangatkan perlengkapan monitoring serta tenaga laboratorium dan
radiologi. Semua tenaga medik yang berhubungan dengan penderita harus
dihindarkan dari kemungkinan penularan penyakit menular dengan cara penganjuran
menggunakan alat-alat protektif seperti masker/face mask proteksi mata/google
baju kedap air sepatu dan sarung tangan kedap air.
2. Triase
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang
tersedia. Terapi didasarkan pada prioritas A*+ ( Airway dengan kontrol vertebra servikal)
Breathing dan Circulation dengan kontrol perdarahan.
Triase juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit yang akan
dirujuk. Dua jenis keadaan triase yang dapat terjadi:
a. Multiple Casualties
-usibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah yang
mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu.
b. Mass Casualties
-usibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya luka melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilakukan penanganan
terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar
serta membutuhkan waktu perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit.
3. Primary Survey
Primary survey dilakukan untuk menilai keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan
jenis perlukaan tanda-tanda vital dan mekanisme trauma. Pada primary surνey dilakukan
usaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu dengan berpatokan
pada urutan berikut :
A : Airway
Yang pertama kali harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. /al ini meliputi pemeriksaan
adanya obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh benda asing fraktur tulang wajah
fraktur mandibula atau ma0illa fraktur laring/trakhea. Usaha uhtuk membebaskan airway
harus melindungi vertebra servikal (serνical spine control) dimulai dengan melakukan chin
lift atau jaw trust. 1ika dicurigai ada kelainan pada vertebra servikalis berupa fraktur maka
harus dipasang alat immobilisasi serta dilakukan foto lateral servikal.
Pemasangan airway definitif dilakukan pada penderita dengan gangguan kesadaran atau
2+S (Glasgow Coma Scale) 3 4 dan pada penderita dengan gerakan motorik yang tidak
bertujuan.
B : Breathing
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. 5entilasi yang baik meliputi fungsi
yang baik dari paru dinding dada dan diafragma. Dada penderita harus dibuka untuk melihat
ekspansi pernafasan dan dilakukan auskultasi untuk memastikan masuknya udara ke dalam
paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura.
Sedangkan inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding dada yang mungkin
mengganggu ventilasi.
Trauma yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension
pneumothoraks flailchest dengan kontusio paru dan open pneumotoraks. Sedangkan trauma
yang dapat mengganggu ventilasi dengan derajat lebih ringan adalah hematothoraks simple
pneumothoraks patahnya tulang iga dan kontusio paru.
C : Circulation
a. Tingkat kesadaran
*ila volume darah menurun perfusi otak dapat berkurang yang mengakibatkan
penurunan kesadaran.
b. Warna kulit
Wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang pucat meruoakan tanda
hipovolemia.
c. Nadi
Perlu dilakukan pemeriksaan pada nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri
karotis kiri dan kanan untuk melihat kekuatan nadi kecepatan dan irama. Nadi
yang tidak cepat kuat dan teratur biasanya merupakan tanda normovolemia. Nadi
yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia sedangkan nadi yang tidak teratur
merupakan tanda gangguan jantung. Apabila tidak ditemukan pulsasi dari arteri besar
maka merupakan tanda perlu dilakukan resusitasi segera.
2. Perdarahan
D : *isability+neurolo%ic evaluation
Pada tahapan ini yang dinilai adalah tingkat kesadaran ukuran dan reaksi pupil tanda-tanda
lateralisasi dan tingkat atau level cedera spinal. 2+S / 2lasgow +oma Scale adalah sistem
skoring sederhana dan dapat meramal outcome penderita. Penurunan kesadaran dapat
disebabkan oleh penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke otak atau disebabkan
trauma langsung.
E : Exposure+environmental
Daftar Pustaka
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2009). $uku Ajar Fisiolo%i Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC. Haris, S., & Tambunan, T. (2009). HIpertensi pada sindrom metabolik. Jakarta: Sari
Pediatri.
O'gara, p. T., frederick, Kushner, & Deborah. (2013). 2013 ACCF/AHA GUIDLINE FOR
THE MANAGEMENT OF ST ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION : A
REPORT OF THE AMERICAN COLLEGE OF CARDIOLOGY FOUNDATION /
AMERICAN HEART ASSOCIATION TASK FORCE ON PRACTICE GUIDLINE.
AMERICAN HEAR0 ASSOCIA0ION, 1-88.
Price, S. A., & wilson, L. M. (2006). pato)isiolo%i konsep klinis proses-proses penyakit .
Jakarta: EGC.
Siregar, a. a., & Lubis, E. N. (2010). Pen%endalian terhadap )aktor risiko kardiovaskular
dihubun%kan den%an dan Pence%ahannya. Retrieved 11 16, 2014, from
http://usupress.usu.ac.id: http://usupress.usu.ac.id/files/Bunga%20Rampai
%20Kardiologi_Normal_bab%201.pdf
Smeltzer, S., & Bare, B. (2011). $uku Ajar Keperawatan Medikal $edah . Jakarta: EGC.
Sudoyo, a. w., setiyohadi, b., Alwi, i., Marcellus, S. K., & Siti, s. (2009). $uku ajar Ilmu
Penyakit dalam Jilid II edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2013). $uku saku *ia%nosis Keperawatan. Jakarta: EGC.