Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing :
Disusun oleh :
20100310161
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
20100310161
Oleh :
Dokter Penguji
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. UT
Umur : 63 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Keluar cairan kental berwarna putih kekuningan dari lubang telinga kiri sejak bulan
3
Pasien datang ke poli THT rujukan dari puskesmas dengan keluhan keluar
cairan kental berwarna putih kekuningan, berbau busuk, dan nyeri pada telinga kiri.
pendengaran dan nyeri diseluruh bagian kepala. Terkadang OS merasa telinga kiri
berdenging. Keluhan sebenarnya sudah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. OS sempat
berobat di RS Elizabeth dan diberikan obat tetes dan obat yang harus diminum.
Keluhan membaik setelah itu. Namun, keluhan muncul kembali. OS sebenarnya ingin
dengan obat tetes. Maka, OS pun akhirnya dirujuk ke RSUD Penembahan senopati
Bantul.
OS sering kali mengalami batuk pilek. OS merasa keluhan batuk pilek muncul
saat pasien meminum es. OS sering mengalami batuk pilek sejak OS masih muda (±
43 thn yll). Selama 1 tahun, OS sering mengalami batuk pilek selama 2-3 kali dengan
durasi 2-3 minggu. Batuk pilek juga sering kali muncul dikala musim hujan. OS
berkepanjangan. Saat ini OS sedang mengalami batuk pilek yang telah bermula sejak
2 minggu yang lalu. Pilek OS mengeluarkan lendir cair berwarna putih bening. Tidak
- Riwayat amandel (+) dan telah dilakukan pengangkatan pada tahun 1972 (±43
tahun yll).
- Riwayat maag(+)
- Riwayat penyakit sinusitis (-) hipertensi (-) diabetes melitus (-) asma (-)
4
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- Suami OS menderita stroke pada tahun 2011 dan telah meninggal dunia.
E. Riwayat Alergi
F. Riwayat Pekerjaan
G. Riwayat Lingkungan :
H. Anamnesis Sistem
Sistem respiratorius : snooring (-) batuk (+) pilek (+) hidung tersumbat (+)
5
Sekret (+) kental berwarna putih bening dari kedua
lobang hidung.
III. PEMERIKSAAN
1. Status Generalis
- Kesadaran : Composmentis
- Vital Sign :
Suhu : 36,5oC
BB : Tidak dilakukan.
TB : Tidak dilakukan.
- Pemeriksaan Kepala
6
- Telinga : Status lokalisasi
- Hidung : Status lokalisasi
- Mulut : Status lokalisasi
- Pemeriksaan leher
- Pemeriksaan thoraks
Pulmo
- Inspeksi : Bentuk dada normal, kedua hemithoraks simetris,
tidak ada bekas luka, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
- Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama, nyeri
tekan (-)
- Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : Suara dasar : Vesikuler (+/+)
Suara tambahan : Ronkhi basah (-/-)
Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
- Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
- Auskultasi : S1 / S2 reguler, bising (-), murmur (-)
- Pemeriksaan Abdomen
- Pemeriksaan Ekstremitas
7
- Tidak terdapat kelemahan anggota gerak.
2. Status Lokalis
Inspeksi
Simetris (+), deformitas (-), deviasi nasal (-), massa (-), rhinorea (-),
Concha media
Palpasi
Rhinoskopi Anterior
Rhinskopi Posterior
Tidak dilakukan
8
1. Telinga
Inspeksi, Palpasi
Otoskopi
AD/AS :
Cone of light
- Mukosa : Hiperemis (-/+)
- Serumen (-/-)
Gb. Membran
timpani - Membran Tympani :
Rinne : (+/+)
9
udara pada telinga kiri OS dengan telinga pemeriksa.
bertambah keras.
Inspeksi, Palpasi
Laringoskopi Indirek
V. DIAGNOSIS
10
VI. RENCANA TERAPI
1. Farmakologi
a) Antibiotik topikal:
2 x 6 tetes AS
b) Dekongestan : Lapifed
o Pseudoefedrin Hcl 60 mg
3 dd I tab
c) Kortikosteroid
3 dd I tab
2. Non-farmakologi :
Edukasi :
VII. PROGNOSIS
11
Que ad sanam : dubia ad bonam
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media akut (OMA) adalah
peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat.
Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik
berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi
perforasi membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah.
Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak
pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat
Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media
non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga
terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika.
Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva (Soepardi, 2012).
13
Skema Pembagian Otitis Media Berdasarkan Gejala
Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum
a) Membran timpani
telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-
timpani dibagi dalam 2 bagian, yaitu: Pars tensa dan pars flaksida. Pars tensa
tegang dan bergetar dengan sekelilingnya yang menebal dan melekat di anulus
timpanikus pada sulkus timpanikus pada tulang dari tulang temporal. Pars
14
flaksida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis
dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu plika maleolaris
dimana bagian luar ialaah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi sel kubus bersilia. Kalau pada pars tensa, memiliki 1 lapisan lagi yaitu
ditengah, lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang
berjalan secara rasier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam (Soepardi,
2012).
b) Kavum tympani
oleh tegmen timpani dan inferior oleh bulbus jugularis dan n. Fasialis. Dinding
15
Pada bagian posterior ini, dari medial ke lateral, terdapat eminentia piramidalis
inferior membran timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
epitimpanum yang merupakan bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari
antara batas atas dengan batas bawah membran timpani, dan hipotimpanum
yaitu bagian kavum timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah
pendengaran (osikel), dari luar ke dalam maleus, inkus dan stapes. Selain itu
16
terdapat juga korda timpani, muskulus tensor timpani dan ligamentum
c) Tuba Esutachius
bagian yaitu : bagian tulang yang terdapat pada bagian belakang dan pendek
(1/3 bagian) dan bagian tulang rawan yang terdapat pada bagian depan dan
luar, drainase sekret yang berasal dari kavum timpani menuju ke nasofaring
17
dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring menuju ke kavum timpani
(Helmi, 2005).
d) Processus Maleus
ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah
duramater pada daerah tersebut dan pada dinding anterior mastoid terdapat
B. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya nergi bunyi oleg daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara ataupun tulang ke koklea.
tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran tympani dan tingkap lonjong.
Energi getar yang telah di amplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan
gerak relatif antara mebran basilaris dan membran tektoria. Proses iini merupakan
18
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2
bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. OMSK juga merupakan peradangan akibat
infeksi mukoperiosteum kavitas timpani yang ditandai oleh perforasi membran timpani
dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari 3 bulan dan
19
dapat menyebabkan perubahan patologik yang permanen. Ada juga yang memberi batas
waktu 6 minggu untuk terjadinya awal proses kronisitas pada OMSK. Sekret yang keluar
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari
meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat
infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk
Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut menjadi
awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme yang
virulen, terutama berasalh dari nasofaring terbesa pada masa kanak-kanak, atau karena
rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin
nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi pada membrane timpani
setelah penyakit akut berlalu membrane timpani tetap berlubang atau sembuh dengan
membrane atrofi.
Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah tuba
eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi
20
2) perforasi membrane timpani yang menetap
telinga tengah
6) faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.
B. PATOLOGI
OMSK lebih merupakan penyakit kekambuhan daripada menetap, keadaan ini lebih
ini disebabkan oleh proses peradangan yang menetap atau kekambuhan disertai dengan efek
kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut secara umum gambaran
yang ditemukan :
dari annulus.
2) Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan nampak
3) Jaringan tulang2 pendengaran dapat rusak/ tidak tergantung pada berat infeksi
sebelumnya
21
4) Mastoiditis pada OMSK paling sering berawal pada masa kanak-kanak ,
penumatisasi mastoid paling aktif antara umur 5 -14 tahun. Proses ini saling
terhenti oleh otitis media yang sering. Bila infeksi kronis terus berlanjut mastoid
lebih kecil dan penumatisasi terbatas hanya ada sedikit sel udara saja sekitar
antrum.
Perforasi membran timpani dapat ditemukan didaerah sentral, marginal atau atik. Oleh karena
1) Perforasi sentral
2) Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
3) Perforasi atik
(Sopardi, 2012).
22
Gambar 6. Perforasi Membran Timpani
oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi dari membran
timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya
gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flaksida
(Soepardi, 2012).
Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi
membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa
kavum timpani karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori metaplasi) (Soepardi,
2012).
D. ETIOLOGI
Etiologi Otitis Media Supuratif Kronis Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan
otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya
berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi
23
yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down Sindrome. Adanya tuba patulous,
menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di
Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah
mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi
Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi
1) Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi
sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum,
2) Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor
genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa
24
yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi
kronis.
4) Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa metode kultur
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas
menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada
6) Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama
kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan
antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian
tergantung beratnya kerusakan tulang2 pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut
25
Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu
meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani terbatas
pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat
infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip
didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan
membrane timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Discharge terlihat
berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid da setelah satu atau
dua kali pengobatan local abu busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang
dari perforasi besar tipe sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan
berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil, berwarna
putih mengkilat.
bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut.
Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena
F. KOMPLIKASI
Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi
komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe atikoantral seperti
labirinitis, meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan kematian. Kadangkala suatu
26
eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe tubatimpani pun dapat
G. PENANGANAN
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif atau dengan medika mentosa.
Bila sekret yang keular terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan
H2o2 3 % selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang terapi dilanjutkan dengan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid, kultur dan tes resisten penting untuk
perencanaan terapi karena dapat terjadi strain-strain baru seperti pseudomonas atau
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas
pendengaran.
Keadaan ini harus dilakukan pembersihan liang telinga dan kavum timpani ( toilet
telinga). Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
27
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau tipe maligna, yaitu: .
a) Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang tidak sembuh dengan pengobatan
konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
b) Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK tipe atikoantral dengan infeksi atau kolesteatom yang
sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan
dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang
patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
d) Miringoplasti
Dilakukan pada OMSK tipe Benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan
yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan
28
jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti
adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe
e) Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMSK tipe tubatimpani dengan kerusakan yang lebih berat atau
bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe
Dikerjakan pada kasus OMSK tipe atikoantral atau OMSK tipe tubatimpani
granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada
OMSK tipe atikoantral belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Helmi. 2005. Otitis Media Supuratif Kronik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Nursiah, S. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa
Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Bagian Ilmu
Kesehatan Teling Hidung Tenggorok FK USU: Medan.
Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of Pediatrics.
18th ed. USA: Saunders Elsevier, 2632-2646.
Utami, Tutis Ferika., Sudarman, Kartono., Rianto, Bambang Udji., dkk. Rinitis Alergi
Sebagai Faktor Resiko Media Supuratif Kronis. 2010. Universitas Gadjah Mada.
Cermin Dunia Kedokteran edisi 179: Yogyakarta
Soepardi, Efianty Arayad., Iskandar, Hurbaiti., dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 7. 2012. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Badan Penerbit FKUI: Jakarta
31