Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Puskesmas PULOREJO tentang Pedoman


Internal maka perlu dibuat Pedoman Pelayanan Kefarmasian yang merupakan acuan bagi
tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien BLUD
Puskesmas PULOREJO.

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak


terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Puskesmas PULOREJO, persyaratan petugas


yang berhak menuliskan resep adalah dokter dan dokter gigi yang telah memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik Dokter/ Dokter gigi. Untuk persyaratan
petugas yang berhak memberikan resep adalah Apoteker atau Asisten Apoteker, apabila
tenaga apoteker tidak ada. Karena di BLUD Puskesmas PULOREJO tidak mempunyai
tenaga Apoteker maka petugas yang berhak memberikan resep adalah Asisten Apoteker /
Tenaga Teknis Kefarmasian.

1
Asisten Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian juga bertanggung jawab melakukan
pengelolaan terhadap obat-obatan dan bahan medis habis pakai termasuk narkotika
psikotropika , obat-obat yang telah kadaluarsa, kemungkinan terjadinya kesalahan
pemberian obat, Kejadian Tidak Diinginkan dan Kejadian Nyaris Cidera.

B. TUJUAN PEDOMAN

Pedoman Pelayanan Kefarmasian ini dibuat sebagai acuan dalam pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas Pulorejo dan jaringannya yang merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

VISI Puskesmas Pulorejo


“Terwujudnya Masyarakkat Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas PUlorejo”

MISI Puskesmas Pulorejo


1. Membangun kesadaran masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Puskesmas Pulorejo
3. Menjalin hubungan kerjasama dengan lintas sector dan lintas terkait
4. Meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kesehatan yang profesional

Tata nilai Puskesmas Pulorejo “SiJEMPOL”


Si : Siap memberikan pelayanan terbaik dan bermutu untuk masyarakat wilayah
Puskesmas Pulorejo
J : Jelas
Kami senantiasa memberikan pelayanan dengan jelas dan transparan sesuai dengan
peraturan yang berlaku
E : Empati
Kami senantiasa memberikan pelayanan dengan rasa emphati yang cepat, tepat dan
akurat dalam pelayanan kesehatan
M : Manusiawi
Kami senantiasa memberikan pelayanan secara manusiawi, ramah, sopan, dan saling
menghormati dalam pelayanan kesehatan
P : Profesional
Pelayanan dilakukan secara profesional dilakukan oleh tenaga yang kompteten
dibidangnya masing-masing sesuai denagn tupoksi petugas
O : Obyektif
Pelayanan dilakukan secara obyektif dengan keadaan yang sebenarnya dan dapat
dipertanggung jawabkan.

2
L : Lancar
Kami selalu berupaya memberikan pelayanan yang terbaik dilakukan oleh tenaga yang
kompeten agar semuanya berjalan dengan lancar

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pelayanan Kefarmasian yang dilaksanakan di BLUD Puskesmas PULOREJO


meliputi :
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai, meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan;
Petugas pengelola obat merencanakan kebutuhan obat sesuai kebutuhan selama 2
bulan ditambah stok pengaman untuk menutupi bila terjadi kekurangan obat.
b. Permintaan;
Permintaan obat ke Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) dilakukan 2 bulan sekali.
Tetapi bila belum waktunya permintaan terjadi kekosongan obat maka mengajukan
permintaan obat sementara.
c. Penerimaan;
Penerimaan perbekalan farmasi adalah kegiatan untuk menerima perbekalan
farmasi dan bahan habis pakai yang telah diajuakan ke GFK.
Penerimaan obat dari GFK dilakukan 2 bulan sekali sesuai jadwal yang ada.
d. Penyimpanan;
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi dan bahan habis pakai menurut
persyaratan yang ditetapkan.
Langkah – langkah:

1. Petugas menyimpan obat dan alkes didalam gudang obat dan rak/lemari
penyimpanan obat, serta kardus obat dan alkes yang penempatannya tidak boleh
langsung menyentuh lantai, jadi harus dialasi dengan palet.
2. Petugas menyimpan obat dan alkes sesuai dengan jenis sediaan dan alfabet.
Untuk obat LASA (Look Like Sound Like) harus diberi tanda “LASA” pada tempat
obatnya untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien.
3. Petugas menyimpan obat dan alkes dengan memperhatikan sistem FIFO (First In
First Out) yaitu obat yang datang lebih dulu maka harus dikeluarkan lebih dulu,
dan FEFO (First Expired First Out) yaitu obat yang tanggal kedaluarsanya lebih
dekat dikeluarkan lebih dahulu.
4. Untuk obat-obat narkotik psikotropik petugas menyimpan dalam almari khusus
yang dimasukan dalam almari dan selalu terkunci, dan kunci dipegang oleh
pengelola obat.

3
5. Petugas menyimpan obat dalam lemari es/kulkas untuk beberapa obat yang
harus disimpan dalam suhu tertentu seperti obat injeksi yang harus disimpan
dalam sushu rendah dan obat suppositoria.

e. Pendistribusian;
Kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi dan bahan medis habis pakai kepada
unit-unit terkait di wilayah kerja Puskesmas Pulorejo.
Obat didistribusikan ke unit – unit terkait antar lain:
1. Unit Gawat Darurat
2. Poli gigi
3. Poli KIA
4. Laboratorium
5. Pustu
6. Polindes
f. Pengendalian;
Obat yang keluar dicatat dalam kartu stok dan setiap bulan dilakukan stok opname
untuk menyesuaikan antara jumlah stok obat dengan kartu stok.
g. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan;
Obat yang sudah didistribusikan ke unit - unit dicatat dalam buku pengeluaran obat,
untuk pustu dan polindes menggunakan LPLPO (Lembar Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat.
Pelaporan LPLPO dari tiap - tiap unit dilakukan setiap bulan, kemudian direkap dan
dikirim ke GFK.
LPLPO yang diterima dari tiap - tiap unit diarsipkan dan disimpan.
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
Setiap bulan pengeluaran obat ke unit - unit terkait dipantau apakah obat yang
keluar sudah sesuai dengan jumlah resep.

2. Penggunaan obat narkotik dan psikotropika


Penggunaan obat narkotik dan psikotropika harus sesuai dengan resep doter. Setiap
obat narkotik dan psikotropika yang keluar selain ditulis dalam kartu stok dan buku
harian obat atau lidi juga harus ditulis dalam buku khusus yang meliputi nama pasien,
umur pasien, alamat pasien, nama obat narkotik dan psikotropika dan jumlah obatnya.
Karena penggunaan obat narkotika dan psikotropika perlu adanya pengendalian khusus
baik pengeluarannya maupun penggunaannya.

3. Penanganan Obat kedaluarsa :

1. Petugas mengambil obat yang rusak atau kedaluarsa dari tempat penyimpanan obat
dan disisihkan dari obat yang lainnya.

4
2. Petugas menghitung obat kedaluarsa atau obat rusak dan dikeluarkan dari kartu
stok.
3. Petugas meletakan obat kedaluarsa atau obat rusak di tempat tertentu seperti
kardus yang tertutup dan diberi keterangan kedaluarsa atau rusak.
4. Petugas membuat berita acara untuk obat kedaluarsa atau rusak ke GFK dangan
keterangan nama obat, jumlah, kemasan, sumber anggaran, tanggal kadaluarsa, no.
Batch, tanggal terima, dan harga obat bila ada yang ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas dan Kepala GFK Jombang.
5. Petugas menyerahkan obat kedaluarsa atau rusak ke GFK yang dilaksanakan
sesuai dengan pengumuman dari GFK.

2. Pelayanan kefarmasian
Adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan
obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, dan aman.

Pelayanan kefarmasian meliputi :


a. Pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat;
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kelengkapan administrative resep yaitu : nama dokter, tanggal
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, aturan pakai, nama pasien, umur
pasien, dan jenis kelamin.
2. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, cara dan lama
penggunaan obat.
3. Konsultasi dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep seperti tulisan
yang kurang jelas, dan obatnya tidak tersedia.
4. Penyediaan Obat
Untuk obat sediaan sirup kering seperti amoxicillin sirup perlu ditambahkan aqua
destilata sebanyak 51 ml atau sesuai dengan batas garis yang tertera pada botol
obat, kemudian dikocok sampai terbentuk larutan yang sempurna.

Untuk obat non racikan bisa langsung diambilkan obatnya sesuai dengan yang
tertulis dalam resep.
Sedangkan untuk obat racikan perlu adanya langkah-langkah yang harus
dikerjakan antara lain :
 Mengitung dosis obat yang tertera pada resep
 Menyiapkan obat yang akan dipuyer sesuai dengan jumlah yang telah
dihitung
 Pastikan blender dan mortir dalam keadaan bersih dan kering
 Masukkan obat yang sudah disediakan ke dalam blender atau mortir, untuk
menghindari adanya obat yang tertinggal maka sebelum dimasukkan blender
ataupun mortir sebaiknya dilakukan pengecekkan kembali apakah obat nya

5
sudah sesuai dengan resep
 Blender obat atau tumbuk dengan stamper sampai halus dan tercampur rata
 Tuang obat sediaan puyer dalam kertas perkamen

 Siapkan wadah puyer atau kertas perkamen sesuai dengan jumlah yang
tertera dalam resep
 Bagi puyer sama rata pada wadah puyer atau kertas perkamen
 Press wadah puyer pada alatnya sampai rekat seluruh bagian atas atau tutup
wadah puyer, jika memakai kertas perkamen maka lipat kertas kertas
perkamen denagn rapat dan rapi
 Masukkan obat racikan kedalam plastik klip dan dberi label

5. Pelabelan
Obat yang sudah disediakan segera diberi label atau etiket.
Untuk obat oral maka harus memakai etiket putih, sedangkan untuk obat
pemakaian luar memakai etiket biru.
Pada sediaan sirup kering, suspensi dan larutan maka harus ditambahkan label
“KOCOK DAHULU” dan “HABISKAN” untuk antibiotik.

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO);


Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, etis dan
bijaksana sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh
pasien.
Informasi obat yang diperlukan oleh pasien adalah :
 Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,
apakah diwaktu pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah
obat diminum sebelum atau sesudah makan.
 Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Untuk obat antibiotic harus
dihabiskan untuk mencegah resistensi.
 Cara penggunaan obat yang benarakan menentukan keberhasilan pengobatan.
Oleh karena itu pasien harus mendapatkan penjelasan mengenai cara
penggunaan obat yang benarterutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat
tetes mata, obat tetes telinga, obat salep mata, suppositoria, dank rim atau salep.

c. Konseling;
Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan
obat tersebut, antara lain :
 Manfaat obat : yaitu penggunaan obat sesuai dengan keluhan yang dirasakan
oleh pasien sebagai terapi penyembuhan penyakit.

6
 Cara pemakaian obat, yaitu dengan memberikan informasi bagaimana cara
pemakaian obat seperti diminum sehari berapa kali, diminum sebelum atau
sesudah makan dan lain-lain.
 Makanan dan minuman yang harus dihindari, yaitu dengan menberikan informasi
tentang makanan dan minuman yang harus dihindari untuk mempercepat
penyembuhan.
 Efek samping obat, memberikan informasi tentang efek samping yang mungkin
terjadi dalam penggunaan obat.
 Cara penyimpanan obat, merupakan cara penyimpanan obat yang baik dan benar
agar tidak rusak. Antara lain obat harus disimpan di tempat yang sejuk dan
terhindar dari cahaya matahari. dan lain-lain.

d. Pemantauan dan pelaporan efek samping Obat;


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan untuk tujuan
profilaksis, diagnosis, dan terapi, dengan tujuan :
 Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang.
 Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau mempengaruhi
timbulnya Efek Samping Obat

Bila ada pelaporan tentang efek samping obat maka petugas teknik kefarmasian
mengidentifikasi obat dan pasien yang mengalami ESO (Efek Samping Obat)
tersebut. Kemudian mengevaluasi dan mendiskusikan kejadian tersebut bersama
dokter dan tenaga kesehatan yang terkait.
Memberikan informasi kepada pasien tentang jenis obat yang menyebabkan ESO
termasuk alergi dan menghentikan obatnya. Kemudian petugas mendokumentasikan
kejadian ESO tersebut dalam Rekam Medis, buku laporan ESO dan buku Kejadian
Tidak Diinginkan.

e. Tindak lanjut ESO, KTD dan KNC


Hasil evaluasi dan diskusi tentang efek samping obat dan kejadian tidak diinginkan
yang terjadi dicatat di buku Kejadian Tidak Diinginkan kemudian melakukan tindakan
sesuai dengan hasil evaluasi rencana tindak lanjut yang disepakati.
Dokter, petugas teknik kefarmasian dan tenaga medis yang terkait memantau,
mengevaluasi dan mencatat hasil tindakan yang dilakukan.

f. Pemantauan terapi Obat;


Pasien yang sedang menjalani terapi pengobatan suatu penyakit harus dipantau
pemakaian obatnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

7
g. Evaluasi penggunaan Obat.
Obat yang dikonsumsi pasien dalam pengobatan atau terapi suatu penyakit
dipantau penggunaannya apakah sudah diminum sesuai dengan aturan pakai yang
telah disampaikan petugas kefarmasian, apakah ada reaksi yang mungkin timbul
dalam penggunaan obat tersebut dan terjadinya hal-hal lain.

D. BATASAN OPERASIONAL

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk


mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu
Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada
pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas bertujuan:
a. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).
Batasan operasional meliputi :
a. Pengelolaan perbekalan farmasi
adalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
b. Pengendalian mutu
adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang
diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk
meningkatkan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga
terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan.
c. Perbekalan farmasi
adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia,
dan bahan medis habis pakai.
d. Perbekalan Kesehatan
adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan, yang terdiri dari sediaan farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan
bahan kimia, dan nutrisi.
e. Resep
adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan kepada apoteker
atau asisten apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.

8
Pedoman Pelayanan Kefarmasian ini dibuat untuk diterapkan di Puskesmas
PULOREJO dan jaringannya antara lain Sub Unit Pelayanan yang ada di Puskesmas
PULOREJO, Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Desa, Polindes dan Posyandu.

E. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.


2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (BeritaNegara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 322)
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
7. Permenkes No. 26 tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permenkes No 74 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Atas Permenkes No 75 tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi.

9
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Personalia Pelayanan Farmasi Puskesmas adalah sumber daya manusia yang melakukan
pekerjaan kefarmasian di Puskesmas yang termasuk dalam bagian organisasi Puskesmas.
Pola ketenagaan dan kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan kefarmasian Puskesmas
PULOREJO

adalah :

NO JENIS TENAGA PENANGGUNG JAWAB JUMLAH PERSYARATAN


OBAT PENDIDIKAN
1 Apoteker 1 S1 + PROFESI
APOTEKER
2 Asisten apoteker / 1 D III Farmasi
Tenaga Teknis Kefarmasian

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional


yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek
hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya
peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka
menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan
dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi
Puskesmas.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Pola pengaturan ketenagaan pelayanan kefarmasian di BLUD Puskesmas PULOREJO


yaitu :
Pelayanan Obat :
 Pelayanan obat pada jam kerja dilakukan oleh 2 orang Asisten Apoteker

10
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

RUANGAN OBAT

A B C E

D E

Keterangan :
A : Lemari arsip
B : Rak obat dan meja pelayanan obat
C : Meja penerimaan obat, penyerahan obat dan meja kerja
D : Kursi
E : Lemari Obat
F : Lemari Es

11
GUDANG OBAT

C
A B

F
E

Keterangan :
A : Papan Obat dan cairan
B : Etalase penyimpanan obat sirup
C : Meja computer
D : Kursi
E : Lemari Obat OKT
F : Rak Obat

12
B. STANDAR FASILITAS

Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas


PULOREJO meliputi :
1. Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, satu set meja dan
kursi, ruang ini ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh
pasien.
2. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan
meja peracikan. Di ruang peracikan obat disediakan peralatan peracikan, air
minum ( air mineral) untuk pengencer sirup kering, sendok obat, blender atau
mortir untuk obat racikan, bahan pengemas obat, kulkas, termometer ruangan,
etiket, dan alat tulis.
3. Ruang Penyerahan Obat
Ruang penyerahan obat meliputi meja penyerahan obat dan buku catatan
pengeluaran obat. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan dengan ruang
penerimaan resep.
4. Ruang Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis pakai
Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai meliputi :
 Rak dan lemari obat digunakan untuk menyimpan obat-obat sediaan tablet dan
sirup, salep, tetes mata, tetes telinga, kasa, kapas dan bahan habis pakai
lainnya.
 Pallet digunakan sebagai alas penempatan cairan infuse dan sebagian obat
sediaan sirup yang masih dalam karton agar tidak langsung menyentuh lantai
untuk menghindari kelembaban yang dapat merusak obat.
 Lemari penyimpanan khusus yang menempel pada tembok dengan doble
kunci untuk obat narkotika dan psikotropika.
 Kulkas atau lemari es untuk penyimpanan obat-obat khusus yang harus
disimpan pada suhu tertentu seperti : antihemoroid supp, oxytocin injeksi, ATS
dan lainnya.

13
PERALATAN

JENIS PERALATAN JUMLAH

Mortir 1
Stamper 1
Blender obat 1
Gelas ukur 100 cc 1
Beaker Glass 1
AC 1
Kipas angin 1
Lemari Narkotika / Psikotropika 1
Alat pengukur suhu dan kelembaban 0
Termometer ruangan 2
Timer 1
Kulkas 1

14
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


1. Perencanaan dan Permintaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis
pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka memenuhi
kebutuhan Puskesmas PULOREJO.
Tujuan perencanaan adalah :
a. Menentukan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang
mendekati kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Kegiatan yang dilakukan :

a. Merekap penyerapan atau pemakaian obat dalam 1 bulan.


b. Menetapkan kebutuhan obat bulan depan.
c. Menghitung permintaan obat bulan depan yakni, pemakaian x 3 – sisa akhir
stok bulan sekarang.
d. Mengajukan perencanaan dan permintaan obat kepada Kepala
Puskesmas
e. Laporan didokumentasikan dibuat rangkap dua (satu sebagai arsip BLUD
Puskesmas PULOREJO satu sebagai laporan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Jombang khususnya Gudang Farmasi Kabupaten Jombang)
f. Setelah disetujui perencanaan diajukan ke Dinas Kesehatan Kab.
Jombang.
2. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan medis habis pakai dari Gudang Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang.
Dalam penerimaan yang perlu dilakukan pengecekan adalah :
Kesesuaian dengan SBBM (Surat Bukti Barang Masuk) yang meliputi : jenis dan
jumlah obat, sediaan obat dan masa kadaluarsa obat.
3. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan
pengaturan penempatan terhadap obat dan bahan medis habis pakai yang

15
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia,
mutu tetap terjamin.
Penyimpanan obat dilakukan secara First In First Out ( FIFO ) dan First Expired
First Out ( FEFO ). Selain itu juga disimpan berdasarkan bentuk dan jenis
sediaan. Untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
dan tersendiri.
4. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan pendistribusian obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di semua
unit pelayanan yang ada di wilayah kerja BLUD Puskesmas PULOREJO dengan
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Unit pelayanan di BLUD Puskesmas PULOREJO dan jaringannya antara lain :
Ruangan Obat, Ruangan KIA /KB, Ruangan Pengobatan atau BP, Ruangan Gigi,
Laboratorium, Puskesmas Pembantu, Pondok Kesehatan Desa, Posyandu dan
Polindes.
5. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai dilakukan agar tidak terjadi
kekosongan / kekurangan obat dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan
BLUD Puskesmas PULOREJO dan jaringannya.
Pengendalian obat terdiri dari :
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. pengendalian obat hilang, rusak dan kadaluarsa
6. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai yang diterima,
disimpan, didistribusikan, dan digunakan di BLUD Puskesmas PULOREJO dan
jaringannya.
Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah :
a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah dilakukan.
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
c. Sumber data untuk pembuatan pelaporan
7. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk :
Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat
dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas dan pemerataan
pelayanan.

16
B. PELAYANAN KEFARMASIAN

Pelayanan Kefarmasian bertujuan untuk :


a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
PULOREJO.
b. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan
efisiensi obat dan bahan medis habis pakai.
c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain.
d. Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas PULOREJO dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional

Pelayanan Kefarmasian meliputi :

1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi Obat


a. Setelah pasien mendapat pelayanan klinis oleh petugas medis maka akan
mendapat resep obat sesuai dengan diagnose dan keluhan yang dirasakan oleh
pasien tersebut.
Resep kemudian dibawa ke kamar obat dan diletakkan di tempat penerimaan
resep yang telah disediakan.
b. Petugas kamar obat mengambil resep sesuai urutan tumpukan resep, kemudian
melakukan pengkajian resep, apabila diperlukan atau ditemukan keraguan atau
kejanggalan maka akan dikonsulkan kepada penulis resep atau dokter yang
bertanggung jawab. Apabila perlu penggantian obat, penulis resep atau dokter
yang bertanggung jawab akan menulis ulang resep.
c. Setelah selesai pengkajian resep, petugas mengambilkan obat sesuai dengan
permintaan resep.
d. Obat diberi etiket / label sesuai dengan yang tertera dalam resep (yang berisi
tanggal, nama pasien, dan aturan pemakaian).
e. Obat dikemas dalam wadah atau plastik klip.
f. Obat diberikan kepada pasien dengan menjelaskan aturan pakai, cara minum
obat, cara menyimpan obat dan kemungkinan efek samping yang terjadi.

2. Pelayanan Informasi Obat

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Asisten apoteker /


Tenaga Teknis Kefarmasian untuk memberikan informasi secara akurat dan jelas
kepada dokter, perawat, bidan, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

17
Tujuan :

a. Memberikan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di


lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
b. Menunjang penggunaan obat Rasional.

Kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Memberikan dan menyebarkan informasi tentang obat kepada pasien


b. Menjawab pertanyaan dari pasien atau tenaga kesehatan lain
c. Membuat leaflet / brosur, label obat dan poster/ baner
d. Melakukan kegiatan penyuluhan pada pasien dan masyarakat
e. Melakukan pendidikan / pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.

3. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat

1. Memberikan obat kepada pasien disertai dengan pemberian informasi tentang


cara pemakaian obat.
2. Memberikan informasi tentang efek samping yang mungkin akan timbul setelah
menggunakan obat yang diberikan.
3. Apabila pasien mengalami efek samping obat dan dilaporkan maka petugas
mencatatkan pada blanko pelaporan efek samping obat.
4. Setelah disetujui perencanaan diajukan ke Dinas Kesehatan Kab. Jombang.

C. PEMBELIAN OBAT SECARA SWADAYA PUSKESMAS

Adalah suatu kegiatan pemesanan obat-obatan dan bahan medis habis pakai yang
dibutuhkan Instalasi Farmasi Puskesmas Pulorejo kepada Apotek luar untuk memenuhi
kekosongan obat dan bahan medis habis pakai yang tidak tersedia di GFK.

Langkah-langkah pembelian obat adalah :


1. Mencatat nama obat yang stoknya menipis atau hampir habis.
2. Menghubungi GFK untuk mengetahui apakah obat yang di maksud ada stok di GFK.
3. Apabila stok ada di GFK maka mengajukan permohonan bon permintaan obat di luar
jadwal.
4. Apabila stok di GFk tidak ada, maka petugas obat berkonsultasi kepada Kepala
Puskesmas apakah diperbolehkan pembelian.
5. Apabila Kepala Puskesmas tidak mengijinkan maka tidak dilakukan pembelian.
6. Apabila Kepala Puskesmas mengijinkan dan menyetujui maka petugas obat membuat
surat permohonan persetujuan pembelian obat secara swadaya puskesmas.

18
7. Apabila dari GFK sudah di setujui maka dikonsultasikan ulang kepada Kepala
Puskesmas untuk dilakukan pemetaan keuangan.
8. Petugas obat menghubungi bendahara atau tim pengadaan barang puskesmas yang
ditunjuk oleh Kepala Puskesmas untuk melakukan pembelian obat.

19
BAB V
LOGISTIK

Penyediaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan melalui permintaan dan
pelaporan ke BLUD Gudang Farmasi Kabupaten Jombang dengan persetujuan Kepala
Puskesmas setiap dua bulan sekali. Kebutuhan obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung
setiap bulan dengan mempertimbangkan kebutuhan dua bulan yang akan datang. Jika dalam
waktu tertentu terdapat kekosongan pada BLUD Gudang Farmasi maka dilakukan pembelian
secara swadaya oleh puskesmas dengan memperhatikan ketentuan perundang undangan yang
berlaku.

20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu upaya untuk mencegah bahaya yang
terjadi dan melindungi pasien serta masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Sistem ini mencegah terjadinya :

 Kesalahan akibat penggunaan obat yang tidak benar


 Efek samping obat yang kemungkinan akan terjadi

B. TUJUAN
Pelayanan farmasi bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan
dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang
terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.

C. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran Keselamatan Pasien Kefarmasian meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :
1. Ketepatan identifikasi pasien.
2. Ketepatan pemberian obat
3. Ketepatan indikasi
4. Ketepatan dalam pemberian dosis
5. Waspada terhadap efek samping obat yang kemungkinan akan ditimbulkan

21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpapar
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya
dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

A. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
3. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan pencemaran
lingkungan.
4. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar.

B. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAPAR INFEKSI


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Minimnya penggunaan masker.
3. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

C. PRINSIP KESELAMATAN KERJA

Prinsip utama prosedur keselamatan kerja dalam pelayanan kefarmasian adalah yaitu :
1. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
2. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

22
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu klinis yang digunakan di Puskesmas PULOREJO dalam memberikan


pelayanan adalah penulisan obat oleh dokter sesuai Formularium Puskesmas dan tidak ada
obat kadaluarsa yang diberikan kepada pasien.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan laporan harian dalam format tersendiri
dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada wakil manajemen mutu dan akan
disampaikan kepada semua staf pada saat rapat tinjauan manajemen.

Tujuan :

 Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat
memuaskan pelanggan.

 Tujuan Khusus
- Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandard
- Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan pasien
- Meningkatkan efesiensi pelayanan
- Meningkatkan kepuasan pasien

23
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Kefarmasian di Puskesmas PULOREJO ditetapkan sebagai acuan


dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas PULOREJO. Dengan adanya
Pedoman kefarmasian di Puskesmas PULOREJO diharapkan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas PULOREJO dapat berjalan sesuai
harapan dan kebutuhan masyarakat luas dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien
dan masyakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas PULOREJO
dan kepuasan pasien atau masyarakat.

24

Anda mungkin juga menyukai