Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS WACANA SOSIAL

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Analisis Wacana

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Mohammad Jazeri, S.Ag., M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 11 TBIN 6-A

1. Khoirun Nadhiroh : 12210193043


2. Ilma Mareiana M : 12210193085
3. Haniifah Hasnaa’ B : 12210193097

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
Mei 2022
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Wacana Sosial


Wacana merupakan rentetean kalimat yang berkaitan, sehingga
membentuk makna yang serasi diantara kalimat-kalimat tersebut. Syamsudin
(2011:7) menjelaskan pengertian wacana yaitu sebagai rangkaian ujar atau
rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal ( subjek) yang disajikan
secara teratur dan sistematis dalam satu kesatuan yang koheren, serta dibentuk
dari unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Dalam hal ini, wacana
dapat disebut sebagai rekaman kebahasan yang utuh tentang peristiwa
komunikasi, dan komunikasi merupakan alat interaksi sosial, yaitu hubungan
antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya dalam
proses sosial.1
Analisis wacana kritis melihat pemakaian bahasa tutur dan tulisan
sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam analisis wacana kritis dipandang
menyebabkan hubungan dialektis antara peristiwa diskursif tertentu dengan
situasi, istitusi, dan struktur sosial. Konsep ini dipertegas oleh Fairclough dan
Wodak yang melihat praktik wacana bisa menampilkan efek ideologis, yang
artinya wacana dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang
antara kelas sosial, laki-laki dan perempuan, kelompok mayoritas dan
minoritas, dimana perbedaan terrsebut direpresentasikan dalam praktik sosial.2
Pada praktiknya analisis wacana dan sosial memang tidaklah sama,
namun mereka berada tidak jauh dari objek yang menjadi cakupan kajiannya
serta mempunyai aspek yang saling berkaitan. Dapat dikatakan analisis sosial
merupakan suatu proses atau usaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih
lengkap tentang situasi sosial, hubungan-hubungan struktural, kultural, dan
historis.
Suatu analisis pada dasarnya mirip dengan sebuah penelitian akademis
yang berusaha menyingkap suatu hal atau aspek tertentu. Dalam proses ini

1
Diana Silaswati, Analsisi Wacana Kritis dalam Pengkajian Wacana, Metamorfosis Jurnal Bahasa,
Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Vol. 12 No.1, 2019 hal.2.
2
Ibid. Hal. 6

1
2

yang dilakukan bukan sekedar mengumpulkan data, berita atau angka,


melainkan berusaha membongkar apa yang terjadi sesungguhnya, bahkan
menjawab mengapa demikian, dan menemukan pula faktor-faktor apa yang
memberikan pengaruh kepada kejadian tersebut. Lebih dari itu, analisis sosial,
seyogyanya mampu memberikan prediksi ke depan atau dengan kata lain
kemungkinan apa yang terjadi.

B. Hubungan Wacana dengan Sosial


Wacana dalam praktiknya berhubungan dengan disiplin ilmu lain.
Wacana juga berhubungan dengan praktik sosial. Wacana sebagai praktik
sosial yakni bahwa suatu wacana yang mengandung unsur saling
mempengaruhi antara wacana dan sosial. Dalam analisis wacana dan praktik
sosial, tidak hanya memandang wacana sebagai fenomena teks bahasa semata
akan tetapi juga menghubungkannya dengan konteks, baik itu konteks sosial,
kultural, ideologi dan domain-domain kekuasaan yang menggunakan bahasa
sebagai alatnya, dalam hal ini dikenal dengan sebutan Analisis Wacana Kritis
atau Critical Discourse Analysis.
Istilah Critical Discourse Analysis atau Analisis Wacana Kritis pertama
kali digunakan oleh Fairclough dengen definisi sebuah upaya atau proses
(penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang
mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang
kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang
diinginkan. Prinsip-prinsip AWK membahas masalah-masalah sosial,
mengungkap bahwa relasi-relasi kekuasaan adalah diskursif, mengungkap
budaya dan masyarakat, bersifat ideologi, bersifat historis, mengemukakan
hubungan antara teks dan masyarakat dan bersifat interpretatif dan
eksplanatori3
Menurut Jorgensen dan Philips dalam Bahasa Indonesia oleh Imam S,
analisis wacana kritis digunakan untuk melakukan kajian tentang hubungan-
hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultur dalam domain-

3
Firclough, N. And Wodak, Ruth, Critical Diacourse Analysis. In T.A. Van Dijk (ed). Discourse
asSocial Interaction, (London:Sage,1997) Hal. 280
3

domain sosial.4 Tujuan dari analisis wacana kritis itu sendiri adalah
menjelaskan dimensi linguistik-kewacanaan fenomena sosial dan kultur dan
proses perubahan dalam modernitas serta mengeksplorasi hubungan antara
penggunaan bahasa dan praktik sosial. Fokus perhatiannya ditujukan pada
peran praktik kewacanaan dalam upaya melestarikan tatanan sosial dan
perubahan sosial.
Analisis wacana kritis bersifat “kritis” maksudnya adalah bahwa
analisis ini bertujuan mengungkap peran praktik kewacanaan dalam upaya
melestarikan dunia sosial, termasuk hubungan sosial yang melibatkan
hubungan kekuasaan yang tak sepadan. Analisis wacana kritis tidak bisa
dianggap sebagai pendekatan yang secara politik netral, namun sebagai
pendekatan kritis yang secara politik ditujukan bagi timbulnya perubahan
sosial yang memihak pada kelompok-kelompok yang tertindas. Oleh sebab itu,
tujuannya adalah agar bisa menberi kontribusi kepada perubahan sosial di
sepanjang garis hubungan kekuasaan dalam proses komunikasi dan masyarakat
secara umum.

C. Pendekatan Dalam Wacana Sosial


Tujuan utama wacana sosial ialah membuka ketidakjelasan dalam
wacana yang tidak seimbang antar partisipan wacana. Berikut ini penjelasan
mengenai beberapa pendekatan dalam analisis wacana sosial.
1. Analisis Wacana Sosial Norman Fairclough (Dialectical-Relational
Approach/ DRA)
Pendekatan analisis wacana sosial yang dibuat oleh Norman
Fairclough menyatakan bahwa kegiatan berwacana sebagai praktik sosial.
Hal ini menimbulkan adanya keterkaitan hubungan antara praktik sosial
dan proses membentuk wacana. Hal tersebut didukung oleh penjelasan
Fairclough, bahwa ada hubungan dialektikal antara praktik sosial dan
proses terbentuknya wacana, yaitu wacana mempengaruhi tatanan sosial
dan tatanan sosial mempengaruhi wacana. Karena itu, wacana dapat

4
Jorgensen, M. W. Dan Phillips, L. J, Discours Analysis Theory and Methods, (Terjemahan Bahasa
Indonesia oleh Imam. S. Dkk, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
4

membentuk dan dibentuk oleh masyarakat. Selain itu, wacana dapat


membentuk dan mengubah pengetahuan, hubungan sosial, dan identitas
sosial. Selanjutnya, wacana dibentuk oleh kekuasaan yang berhubungan
dengan ideologi.
2. Analisis Wacana Sosial Theo Van Leeuwen (Social Actors
Approach/SAA)
Theo Van Leeuwen memperkenalkan pendekatan analisis wacana
kritis ini untuk menjelaskan bagaimana orang-orang tertentu dan aktor
sosial dimunculkan dalam wacana. Bagaimana suatu kelompok yang
mendominasi lebih memegang kendali sedangkan kelompok yang
posisinya rendah digambarkan sebagai orang yang tidak baik. Misalnya,
kelompok yang dipinggirkan seperti, pengagguran, PSK, buruh, dan
perempuan. Mereka dianggap sebagai kelompok yang tidak memiliki
kekuatan dan kekuasaan, mereka juga sering digambarkan sebagai orang
yang tidak berpendidikan, penyakit masyarakat, pengacau, dan pelaku
kejahatan. Penggambar oleh media kepada kelompok pinggiran ini
membuat kelompok mendominasi seolah terlihat menjadi pihak yang
“dirugikan”.
Berkaitan denga hal di atas, Van Leeuwen memfokuskan kepada dua
hal, yaitu proses eksklusi dan proses inklusi. Proses eksklusi adalah proses
yang menjelaskan bahwa dalam wacana terdapat kelompok atau aktor
yang tidak ditampilkan dalam pemberitaan, yaitu dengan tidak
menampilkan atau menyamarkan dalang utama sehingga pihak yang
dirugikanlah yang menjadi pusat perhatian berita. Proses penghilangan
dalang utama ini dapat mengubah pikiran masyarakat akan suatu kejadian
dan melegalkan posisi pemahaman tertentu. Sedangkan proses inklusi
yaitu, proses memasukkan seseorang atau kelompok tertentu ke dalam
wacana, proses ini kebalikan dari proses eksklusi. Kedua proses tersebut
merupakan strategi wacana. Proses eksklusi dan inklusi adalah cara
menampilkan aktor sosial di dalam wacana dengan memanfaatkan
permainan kata atau diksi, kalimat, gaya bahasa, dan cara bercerita
tertentu.
5

3. Analisis Wacana Sosial Teun A. Van Dijk (Socio-Cognitive


Approach/SCA)
Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi, yaitu
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Ketiga dimensi wacana tersebut
digabungkan menjadi satu kesatuan untuk dianalisis. Dalam dimensi teks
yang dianalisis adalah struktur teks dan strategi wacana, yang mana
digunakan untuk memperjelas tema yang dibuat. Lalu pada dimensi
kognisi sosial yang dianalisis proses memperoleh teks berita yang
melibatkan kognisi individu dari orang lain. Sedangkan dimensi konteks
sosial yang dianalisis ialah kerangka wacana yang berkembang di
masyarakat akan suatu berita.
Pada pendekatan analisis wacana sosial menurut Van Dijk, terdapat
kerangka wacana yang terdiri atas tiga struktur, yaitu struktur makro, super
struktur, dan struktur mikro. Struktur makro merujuk pada semua makna
yang ada pada tema atau topic dalam wacana. Super struktur merujuk pada
skematika wacana yang lazim digunakan, dimulai dari pendahuluan, isi
pokok, dan penutup/simpulan. Lalu struktur mikro merujuk pada makna
setempat, yaitu wacana dapat digali dari aspek semantik, sintaksis,
stilistika, dan retorika setempat. Dari penjelasan tersebut Van Dijk
menyimpulkan bahwa kerangka wacana harus mempertimbangkan aspek
makna universal yang dapat diperlihatkan melalui analisis struktur makro
dan super struktur yang posisinya jauh di atas analisis kata dan kalimat,
namun tetap memperhitungkan analisis struktur mikro. Melalui analisis
keseluruhan komponen kerangka wacana dapat menjelaskan kognisi sosial
pembuat wacana.
4. Analisis Wacana Sosial Ruth Wodak (Discourse-Historica
Approach/DHA)
Pendekatan analisis wacana sosial yang dikemukakan oleh Ruth
Wodak dilakukan untuk menganalisis sebuah wacana dengan cara melihat
faktor historis dalam suatu wacana. Pendekatan analisis wacana ini
dilakukan melalui tiga cara yaitu, menemukan topic utama dari sebuah
wacana yang spesifik, melakukan telaah strategi-strategi diskursif
6

(termasuk strategi argumentasi), dan menganalisis makna-makna yang


nyata dalam kebahasaan juga makna-makna kebahasaan dalam bentuk
lain.
5. Analisis Wacana Sosial Sara Mills (Feminist Stylistics Approach/FSA)
Pendekatan analisis wacana sosial Sara Mills memfokuskan pada
seperti apa perempuan dimunculkan dalam wacana. Selama ini perempuan
selalu disingkirkan dan berada dalam keadaan yang tidak baik juga tidak
diberi kesempatan untuk membela diri. Pendekatan wacana ini sering
disebut sebagai pendekatan analisis wacana perspektif feminis. Tujuan
dari pendekatan ini tak lain untuk menjelaskan apa yang ada dalam
stilistika konvensional guna memperjelas dalam menganalisis wacana. Hal
ini akan memaksimalkan fungsi stilistika dalam analisis wacana, apakah
bahasa itu hanya sekedar ada atau memang harus ada dan dimunculkan.
Sara Mills membagi dalam tiga tingkatan untuk menganalisis
wacana sosial, ketiga tingkatan tersebut antara lain.
a) Tingkatan kata, yang meliputi seksisme dalam bahasa dan
sesksisme dalam maknanya.
b) Tingkatan frasa/kalimat, yaitu meliputi penamaan, pelecehan
pada wanita, belas kasihan, pengkerdilan, dan penghalusan.
c) Tingkatan wacana, meliputi karakter, peran, fragmentasi,
vokalisasi, dan skemata.5

D. Contoh Wacana Sosial


Contoh wacana sosial adalah Raffi Ahmad dan Nagita Slavina selalu
mengiklankan produk dengan penulisan yang mengandung unsur dimensi
sosial terkecil, yaitu keluarga. Dengan didukung Raffi Ahmad dan Nagita
Slavina yang bernotabene sebagai pasangan suami istri yang bahagia, secara
tidak langsung membuat masyarakat menyukai citra tersebut, sehingga dapat
meningkatkan ketertarikan dari semua kalangan masyarakat dari tua hingga

5
Masitoh, Pendekatan dalam Analisis Wacana Kritis. Jurnal Elsa, Vol. 18 (1), April 2020, hal. 71-
74.
7

muda untuk membeli produk yang mereka iklankan, atau sekadar menyukai
setiap tulisan dan unggahan tentang keluarga RaffiAhmad dan Nagita Slavina.
Dalam mengiklankan sebuah produk, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina
membentuk persepsi masyarakat terhadap produk. Misalnya pada Pocari Sweat
mereka memberikan persepsi bahwa minuman Pocari Sweat adalah minuman
yang mirip dengan cairan tubuh sehingga mudah untuk diserap tubuh. Selain
itu, minuman tersebut dapat membuat daya tahan tubuh tetap terjaga saat
puasa selama seharian karena kandungannya yang mirip cairan tubuh.
Contoh lainnya pada iklan tissue wipes Wipol Raffi Ahmad dan Nagita
Slavina menjelaskan bahwa menggunakan tissue wipes Wipol hanya dengan
sekali usap dapat membunuh kuman maupun bakteri yang ada disekitar.
Dengan kemasannya yang mudah dibawa kemana-mana, penulis menunjukkan
bahwa dengan produk tersebut, orang yang memiliki kesibukan dan tidak
sempat memperhatikan kesterilan dirinya dan lingkungan sekitarnya pun masih
dapat menggunakan produk tersebut dengan mudah dan praktis. Dengan
memunculkan perspektif-perspektif baru kepada masyarakat, maka hal tersebut
akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap produk sehingga
dampak yang diperoleh pebisnis adalah penjualan produk yang meningkat.6
Jadi contoh di atas, pada dimensi sosial terdapat aspek latar belakang
yaitu Raffi Ahmad dan Nagita Slavina menggunakan dimensi sosial
terkecilnya, yaitu keluarga. Sedangkan dampak sosialnya adalah penulisan
wacana yang menggunakan unsur keluarga itu, akan lebih mudah diterima oleh
pembaca dari seluruh kalangan. Selainitu, Raffi dan Nagita juga membangun
perspektif masyarakat terhadap produk yang diiklankan, dengan menunjukkan
kelebihan dari produk tersebut.

6
Hasna, O., Wahyuning, D. Y., & Setiawati, E. Analisis Strategi Review Produk
Oleh Raffi Ahmad Dan Nagita Slavina Pada Media Sosial Instagram
(Kajian Analisis Wacana Kritis Fairclough). Kongres Internasional
Masyarakat Linguistik Indonesia. (2021). hal. 295-297.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Analisis sosial merupakan suatu proses atau usaha untuk mendapatkan
gambaran yang lebih lengkap tentang situasi sosial, hubungan-
hubungan struktural, kultural, dan historis.
2. Wacana sebagai praktik sosial yakni bahwa suatu wacana yang
mengandung unsur saling mempengaruhi antara wacana dan sosial.
Dalam analisis wacana dan praktik sosial, tidak hanya memandang
wacana sebagai fenomena teks bahasa semata akan tetapi juga
menghubungkannya dengan konteks, baik itu konteks sosial, kultural,
ideologi dan domain-domain kekuasaan yang menggunakan bahasa
sebagai alatnya.
3. Tujuan utama wacana sosial ialah membuka ketidakjelasan dalam
wacana yang tidak seimbang antar partisipan wacana. Berikut ini
beberapa pendekatan dalam analisis wacana social: (1) Analisis Wacana
Sosial Norman Fairclough (Dialectical-Relational Approach/ DRA), (2)
Analisis Wacana Sosial Theo Van Leeuwen (Social Actors
Approach/SAA), (3) Analisis Wacana Sosial Teun A. Van Dijk (Socio-
Cognitive Approach/SCA), (4) Analisis Wacana Sosial Ruth Wodak
(Discourse-Historica Approach/DHA), (5) Analisis Wacana Sosial Sara
Mills (Feminist Stylistics Approach/FSA)
4. Contoh wacana sosial adalah Raffi Ahmad dan Nagita Slavina selalu
mengiklankan produk dengan penulisan yang mengandung unsur
dimensi sosial terkecil, yaitu keluarga. Dengan didukung Raffi Ahmad
dan Nagita Slavina yang bernotabene sebagai pasangan suami istri yang
bahagia, secara tidak langsung membuat masyarakat menyukai citra
tersebut, sehingga dapat meningkatkan ketertarikan dari semua
kalangan masyarakat dari tua hingga muda untuk membeli produk yang
mereka iklankan

8
9

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan mengenai pembahasan analisis wacana
budaya di atas, demi tercapainya tujuan pembelajaran dalam mata kuliah
Analisis Wacana, perlu disarankan kepada:
1. Prof. Dr. Mohammad Jazeri, S.Ag., M.Pd. berkenan untuk memberikan
kritik dan saran dalam penulisan makalah ini dengan harapan semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan memberi dorongan serta menjadi
kaidah pedoman yang baik.
2. Pembaca diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai analisis wacana budaya, serta dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR RUJUKAN

Diana Silaswati. (2019) Analsisi Wacana Kritis dalam Pengkajian Wacana,


Metamorfosis Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Vol.
12 No.1, hal.2.
Firclough, N. And Wodak, Ruth, (1997) Critical Diacourse Analysis. In T.A. Van
Dijk (ed). Discourse asSocial Interaction, (London:Sage)
Hasna, O., Wahyuning, D. Y., & Setiawati, E. (2021). Analisis Strategi Review
Produk Oleh Raffi Ahmad Dan Nagita Slavina Pada Media Sosial Instagram
(Kajian Analisis Wacana Kritis Fairclough). Kongres Internasional
Masyarakat Linguistik Indonesia, 292-297.
Jorgensen, M. W. Dan Phillips, L. J. (2007) Discours Analysis Theory and Methods,
(Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Imam. S. Dkk, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar)
Masitoh. (2020). Pendekatan dalam Analisis Wacana Kritis. Jurnal Elsa, Vol. 18
(1), 71-74

10

Anda mungkin juga menyukai