Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aprilia Nanda Utami (061940422014)
Fadia Nurul Fitri (061940422017)
Fatmawati Putri (061940422018)
Mareta Putri (061940422021)
Meidini Suci Anjarwati (061940420271)
RM Arif Abdurrahman (061940422029)
Sintya Ningsih (061940420276)
Kelas:
1 KIB
Instruktur:
Meilianti, S.T., M.T.
Segala puji hanya milik Allah SWT. yang telah melimpahkan segala Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga kami mampu menyelasaikan Laporan Tetap ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia Analisis.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................1
Daftar Isi...........................................................................................................2
Titrasi Redoks (Penentuan Besi)......................................................................3
Titrasi Redoks (Penentuan Asam Askorbat).....................................................15
Titrasi Pengendapan (Penentuan Klorida.........................................................27
Analisis Air (Penentuan COD).........................................................................38
Analisis Air (Penentuan Kesadahan/Ca2+)........................................................48
Penentuan ALB pada Minyak Goreng..............................................................59
2
Laporan Tetap Praktikum Kimia Analisis
Titrasi Redoks (Penentuan Besi)
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aprilia Nanda Utami (061940422014)
Fadia Nurul Fitri (061940422017)
Fatmawati Putri (061940422018)
Mareta Putri (061940422021)
Meidini Suci Anjarwati (061940420271)
RM Arif Abdurrahman (061940422029)
Sintya Ningsih (061940420276)
Kelas:
1 KIB
Instruktur:
Meilianti, S.T., M.T.
3
TITRASI REDOKS ( PENENTUAN BESI )
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. PERINCIAN KERJA
1. Melakukan standardisasi larutan KMnO4
2. Menentukan kadar besi dalam larutan
3. DASAR TEORI
4
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O
Reaksi yang paling banyak digunakan adalah reaksi pada larutan yang
sangat asam , dimana permanganat bereaksi dengan sangat cepat.
b. Natrium Oksalat
Senyawa ini merupakan standar primer yang baik bagi permanganate
dalam larutan berasam. Dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi .
stabil pada pemanasan dan tidak hidrokopis . reaksi dengan permanganat agak
kompleks dan sekalipun banyak penelitian yang telah dilakukan , namun
mekanisme yang tepat tidak jelas. Reaksinya lambat pada suhu kamar . oleh ,
karena itu biasanya larutan dipanaskan pada suhu 600c . pada kenaikan suhu
awalnya reaksi berjalan lambat , tetapi kecepatan meningkat setelah ion
mangan (II) terbentuk . mangan (II) bertindak sebagai suatu katalis dan
reaksinya dinamakan otokatalitik karena katalis dihasilkan oleh reaksinya
sendiri.
O2 + H2C2O4 H2O + 2CO2
5
Dan apabila peroksida terurai sebelum berekasi dengan permanganat ,
terlalu sedikit larutan permanganate yang diperlukan sehingga dari
perhitungan normalitasnya tinggi. Mereka menyarankan agar hampir semua
permanganate ditambahkan dengan cepat dalam larutan yang telah diasamkan
pada suhu kamar. Setelah reaksi sempurna larutan dipanaskan sampai 600c
dan titrasi diselesaikan pada suhu ini .
4. ALAT YANG DIGUNAKAN.
Neraca analitis
Kaca arloji
Buret 50 mL 2
Pipet ukur 25 mL 4
Spatula 2
Bola karet 4
Hot plate 3
Termometer 3
Na2C2O4 padatan
H2SO4 pekat
6
KMnO4 padatan
7. KESELAMATAN KERJA
Menggunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan
masker untuk menangani larutan asam sulfat .
8. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Standarisasi larutan KMnO4
Membuat larutan 0,1 N KMnO4 , 500 mL
Natrium oksalat dikeringkan dalam oven pada suhu 105 – 110 oc
selama 2 jam setelah itu mendinginkan dalam desikator.
Menimbang natrium oksalat sebanyak 300 mg , memasukan ke
dalam Erlenmeyer.
Melarutkan 2,5 mL H2SO4 pekat dalam air 250 mL ( hati – hati )
Memasukan larutan H2SO4 tersebut kedalam Erlenmeyer yang
berisi Na-oksalat. Mengocok, mendinginkan sampai 24oc
Mentitrasi dengan 0,1 N KMnO4 sampai volume 35 mL . Lalu
memanaskan sampai 55 – 60oc dan melanjutkan titrasi setetes
demi setetes hingga berubah warna yaitu merah muda.
b. Penentuan besi dengan KMnO4
Melarutkan 4 gram cuplikan (FeSO4.7H2O) dalam air
demineral 100mL
Memipet 25 mL larutan cuplikan ke dalam Erlenmeyer
berukuran 250 mL dan menambahkan 25 mL 0,5 M H2SO4
Mentitrasi dengan larutan standar 0,1 N KMnO4 sampai warna
muda tidak berubah lagi .
7
9. DATA PENGAMATAN
10. PERHITUNGAN
8
% Fe = BA Fe x 100%
BM FeSO4.7H2O
= 55,847 x 100%
278,02
= 20,08 %
% Kesalahan = T – P x 100%
T
= 0,1 – 0,9 x 100%
0,1
= 10%
9
BE Fe = 55,8
Gr. Sampel = 4 x 25 x 1000 = 1000 mg
100
Dit : % Fe = ... ?
Jawab :
% Fe = V. KMnO4 x N. KMnO4 x BE. Fe x 100%
Gr. Sampel
= 36,7 x 0,09 x 55,8 x 100
1000
= 18,43%
% Kesalahan = T – P x 100%
T
= 20,08 – 18,43 x 100%
18,43
= 8,86%
11. PERTANYAAN
1) Tuliskan beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan larutan
standar KMnO4 sebagai pereaksi oksidasi?
2)
a. Mengapa pada standarisasi dengan Na-oksalat, KMnO4 diberikan
secara cepat?
b. Mengapa larutan tersebut harus dipanaskan sampai 600C
Jawab
1) Keuntungan
Mudah diperoleh
10
Tidak mahal
Tidak memerlukan indicator
Kerugian
11
ANALISA PERCOBAAN
KESIMPULAN
N KMnO4 = 44,776 ml
12
GAMBAR ALAT
13
DAFTAR PUSTAKA
Job Sheet Penuntun Praktikum Kimia Analisis Politeknik Negeri Sriwijaya 2019.
14
Laporan Tetap Praktikum Kimia Analisis
Titrasi Redoks (Penentuan Asam Askorbat)
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aprilia Nanda Utami (061940422014)
Fadia Nurul Fitri (061940422017)
Fatmawati Putri (061940422018)
Mareta Putri (061940422021)
Meidini Suci Anjarwati (061940420271)
RM Arif Abdurrahman (061940422029)
Sintya Ningsih (061940420276)
Kelas:
1 KIB
Instruktur:
Meilianti, S.T., M.T.
15
TITRASI REDOKS
1. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat melakukan penentuan kadar vitamin C pada tablet
hisap vitamin C dengan metode titrasi redoks.
2. RINCIAN PERCOBAAN
1) Standardisasi larutan baku
2) Penentuan kadar asam askorbat pada tablet hisap vtamin C
3. TEORI
3.1. Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C atau asam askorbat merupakan zat pereduksi dan dapat
ditetapkan dengan Tirasi redoks yang menggunakan larutan iod sebagai titran.
Karena molekuk itu kehilangan dua electron dalam titrasi ini, bobot
elivalennya adalah separuh berat molekulnya, atau 88,07 g/ek
16
Iod cenderung dihidrolisis dengan membentuk asam iodida dan hipoiodit
I2 + H2O → HIO + H+ + I-
Kondisi yang meningkatkan derajat hidrolisis haruslah dihindari. Titrasi tak
dapat dilakukan dalam larutan yang sangat basa, dan larutan standar iod harus
lah disimpan dalam botol gelap untuk mencegah penguraian HIO oleh cahaya
matahari.
2 HIO → 2H+ + 2I- + O2 (g)
Asam hipoiodit dapat juga diubah menjadi iodat dalam larutan basa,
3 HIO + 3 OH- → 2I- + IO3- + 3H2O
3.3. Standardisasi
Larutan iod standar dapat disiapkan dengan menimbang langsung iod
murni dan melarutkannya serta mengecerkannya dalam sebuah labu
volumetric. Iod itu dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan kedalam
larutan KI pekat yang ditimbang dengan tepat sebelum maupun sesudah
penambahan iod. Tetapi larutan itu biasanya distandarisasi dengan
standar primer yaitu As2O3.
17
uraiannya mengkonsumsi iod dan berubah kemerahan. Merkurium (II)
iodide, asam borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet.
Kondisi yang menimbulkan hidrolisis atau koagulasi kanji hendaknya
dihindari. Kepekaan indicator akan berkurang dengan naiknya temperetur dan
oleh beberapa bahan organik seperti metil dan metal alkohol.
18
HCl 1:1
Na2CO3 sebagai buffer
7. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan
masker dalam menangani larutan asam pekat.
8. LANGKAH KERJA
8.1. Pembuatan Larutan Iod
Menimbang 3,175 gram iod, lalu menaruh dalam gelas kimia 250 ml
Menambahkan 4 gram kalium iodida dan 25 ml air, lalu mengaduk dan
memindah kan ke labu ukur 250 ml, mengencerkan dan
menghomogenkan.
19
Mentitrasikan dengan iod sampai pertama kali munculnya warna biru
tua yang bertahan sampai 1 menit.
9. DATA PENGAMATAN
9.1. STANDARDISASI LARUTAN IOD
1 24,8
2 24,3
3 25
1 10,7
20
2 10,9
3 11,2
10. PERHITUNGAN
10.1. STANDARDISASI LARUTAN IOD
g As2 o3
=V I 2 × N I 2
BE As2 o3
11. PERTANYAAN
1) Apakah perbedaan iodometrik dan iodimetrik?
2) Unsur atau senyawa apakah yang dapat ditentukan pada iodometrik?
12. JAWABAN
1) Iodometrik adalah analisis titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat
yang bersifat oksidator seperti besi II, tembaga II, dan lainnya, sedangkan
Iodimetrik yaitu suatu jenis anallisis secara langsung digunakan untuk zat
reduktor/ natrium biosulfat dengan menggunakan larutan.
2) Unsur atau senyawa yang dapat ditentukan pada iodometrik?
Ferusianida
Arsentrik (III)
Atimun (III)
Timah (II)
21
13. DATA PERHITUNGAN
13.1. STANDARDISASI LARUTAN IOD
a. Perhitungan Secara Teori
g I2
N I2 =
BE I 2 ×V
12,7
¿
126,964 ×1
= 0,1 N
Diketahui:
25
g As2O3 = 1,25 × ×1000
100
= 125 mg
197,4
BE As2O3 =
4
= 49,45
24,8 ml+24 ml +25 ml
V Rata-rata I2 =
3
= 24,7 ml
Ditanya: N I2 = ?
Penyelesaian:
g As2 O3
=V I 2 × N I 2
BE As2 O3
125
=24,7 × N I 2
49,45
N I 2 =0,102 N
22
T −P
% kesalahan= ×100
T
0,1−0,102
¿ × 100
0,1
¿2%
Diketahui
Ditanya: gr Vitamin C = ?
Penyelesaian
g As 2 O3
V I 2 × N I 2=
BE As 2 O3
g As2 O3
10,93 ml ×0,102=
88,07
g Vitamin C=98,19 mg
= 0,098 gr
gr Vitamin C
% Vitamin C = ×100
gr sample
0,098
= ×100
0,4
23
= 4,5 %
100−98,18
% kesalahan penghitungan kadar vitamin C = ×100
100
= 1,82%
ANALISIS PERCOBAAN
Vitamin C (Asam Askorbat) merupakan salah satu zat yang dapat ditentukan
kadarnya menggunakan titrasi iodometri. Pada saat pembuatan larutan iod,
larutkan terlebih dahulu 10 g KI ke dalam 25 ml air yang digunakan untuk
melarutkan iod. Karena iod akan lebih mudah dilarutkan dengan larutan yang
mengandung ion iodide di dalamnya.
Pada saat proses pembuatan As2O3, setelah sampai pada tahap penambahan
indicator pp, larutan akan berubah warna menjadi merah muda, kemudaian
ditambahkan HCl 1:1, larutan akan berubah warna menjadi bening. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan saat memuat indicator kanji, diantaranya suhu pada
saat pencampurannya, yaitu diantara 60℃ - 70℃ . Jika tidak, larutan tersebut akan
menjadi lem.
Pada saat titrasi untuk standardisasi larutan iod, NaHCO 3 digunakan untuk
membuffer larutan yang kemudian ditambahkan indicator kanji, kemudian
dititrasi dengan larutan iod sampai terjadi perubahan warna menjadi biru tua.
KESIMPULAN
24
Kadar vitamin C yang terdapat pada tablet hisap 0,4 gram untuk 100 mg
vitamin C adalah 0,098 gram, yaitu sebanyak 24,5% dengan persen
kesalahan sebesar 1,82%
25
GAMBAR ALAT
26
DAFTAR PUSTAKA
Job Sheet Penuntun Praktikum Kimia Analisis Politeknik Negeri Sriwijaya 2019.
27
Laporan Tetap Praktikum Kimia Analisis
Titrasi Pengendapan (Penentuan Klorida)
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aprilia Nanda Utami (061940422014)
Fadia Nurul Fitri (061940422017)
Fatmawati Putri (061940422018)
Mareta Putri (061940422021)
Meidini Suci Anjarwati (061940420271)
RM Arif Abdurrahman (061940422029)
Sintya Ningsih (061940420276)
Kelas:
1 KIB
Instruktur:
Meilianti, S.T., M.T.
28
TITRASI PENGENDAPAN (PENENTUAN KLORIDA)
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. RINCIAN KERJA
3. TEORI
1. Metode Mohr
2. Metode Volhard
3. Metode Adsorbsi
Pada titrasi yang melibatkan garam-garam perak, ada tiga indicator yang dapat
dipergunakan. Metode Mohr menggunakan ion kromat CrO42- untuk mengendapkan
AgCrO4 berwarna coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk
kompleks berwarna dengan ion tiosianat SCN-. Dengan metode Fajans menggunakan
“indikator adsorbsi”.
Seperti suatu system asam basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk
titrasi asam basa, maka pembentukan endapan dapat juga digunakan sebagai petunjuk
akhir suatu titrasi. Pada metode Mohr, yaitu penentuan klorida dengan ion perak
dengan indicator ion kromat, penampilan pertama yang tetap dari endapan perak
kromat yang berwarna kemarah-merahan dianggap sebagai suatu titik akhir titrasi.
29
Merupakan hal yang di inginkan bahwa pengendapan indicator dekat pada titik
ekivalen. Perak kromat lebih larut (sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter) daripada perak klorida
(1 x 10-5 mol/liter). Jika ion perak ditambahkan kepada sebuah larutan yang
mengandung ion klorida dalam konsentrasi yang besar dan ion kromat dalam
konsentrasi yang kecil, maka perak klorida akan terlebih dahulu mengendap
membentuk endapan berwarna putih, perak kromat baru akan terbentuk sesudah
konsentrasi ion perak meningkat sampai melampaui harga Kkel perak kromat.
Metode Mohr dapat juga digunakan untuk penentuan ion bromida dengan perak
nitrat. Selain itu juga dapat menentukan ion sianida dalam larutan yang sedikit akalis.
- Neraca analitis
- Kaca arloji
- Erlenmeyer 250 ml
- Buret 50 ml
- Pipet ukur 25 ml
- Spatula
- Bola karet
1. AgNO3
2. Indikator K2CrO4
30
3. NaCl p.a
7. PROSEDUR PERCOBAAN
Menimbang 4,25 gram perak nitrat dan menambahkan air aquades sampai 250
ml dalam labu takar. Menjaga jangan sampai terkena sinar matahari.
Menimbang dengan teliti 3 cuplikan natrium klorida yang murni dan kering
seberat 0,1 gram dalam 3 erlenmeyer 250 ml
Melarutkan tiap contoh dalam 25 ml air aquades dan menambahkan 2 ml 0,1 M
kalium kromat.
Mentitrasi cuplikan dengan larutan perak nitrat sampai terjadi perubahan warna
menjadi kemerah-merahan stabil.
Menimbang dengan teliti 1 gram cuplikan, melarutkan ke dalam air sampai 100
ml.
Mengambil 25 ml alikot memasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml.
Menambahkan 3 tetes indicator kalium kromat.
Mentitrasikan dengan larutan baku perak nitrat sampai terjadi perubahan warna
menjadi kemerah-merahan yang stabil.
8. DATA PENGAMATAN
31
Rata-rata 17,73 ml
9. PERHITUNGAN
gr Nacl
= V AgNO3 x N AgNO3
BE NaCl
Secara teori
gr 1000
N AgNO3 = x
BE ml larutan
4,25 1000
= x
170 250
= 0,1 N
Secara Praktek
mg Nacl
BE NaCl
= V AgNO3 x N AgNO3
32
100mg
= 17,73 x N AgNO3
58,5 mg/mek
100
N AgNO3 = = 0,096 N
58,5 x 17,73
T −P
% Kesalahan = x 100
T
0,1−0,096
= x 100
0,1
=4%
V AgNO 3 x N AgNO 3 x BE Cl
% Cl = x 100
gr sampel
% Cl secara teori
gr
n KCl =
BM
1
= 74,5
= 0,01 M
Massa KCl = n x Mr
= 0,01 x 74,5
= 0,745 gr
Mr Cl
Massa Cl = x massa KCl
Mr KCl
33
35,5
= x 0,745
74,5
= 0,355 gr
massaCl
% Cl = x 100
massa KCl
0,355
= x 100
0,745
= 47,65 %
% Cl secara praktek
36,7+37,4+36,2
Dik : V AgNO3 =
3
= 36,77 ml
N AgNO3 = 0,096 N
BE Cl = 35,5
25
Gr sampel = 1 x x 1000
100
= 250 mg
Dit : % Cl ?
Penyelesaian :
V AgNO 3 x N AgNO 3 x BE Cl
% Cl = x 100
gr sampel
34
125,31
= x 100
250
= 50,12 %
T −P
% kesalahan = x 100
T
47,65−50,12
= x 100
47,65
=5%
10. PERTANYAAN
2. Pada titrasi yang telah anda lakukan di atas, tuliskan apa yang bertindak
sebagai :
Standar primer
Standar sekunder
Analit
Indicator
Jawab :
1. Argentometri adalah suatu titrasi yang reaksinya membuat endapan, semakin kecil
kelarutan endapann semakin sempurna reaksinya sebagai titran nya menggunakan
karutan perak nitrat.
35
3. Hasil pengendapan yang bukan argentometri yaitu presipitimetri, karena
presipitimetri tidak hanya meliputi pembentukan dengan Ag+ tetapi dengan logam-
logam yang lain.
36
11. ANALISIS PERCOBAAN
Pada praktikum titrasi pengendapan kali ini hal yang pertama dilakukan adalah
standarisasi larutan baku AgNO3 dengan cara menimbang sebanyak 4,25 gr AgNO3
dan melarutkannya dalam 250 ml air aquades di labu takar. Lalu menimbang NaCl
yang telah dikeringkan sebanyak 0,1 gr dan dimasukkan di dalam 3 erlenmeyer 250
ml, kemudian melarutkan dengan 25 ml air. Setelah itu ditambahkan 1 ml 0,1 M
kalium kromat dan titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi perubahan warna.
Adapun perubahan warna yang kami amati adalah dari kuning menjadi kuning putih
menjadi merah bata yang stabil. Setelah warna nya berubah langkah selanjutnya
adalah mencatat volume titran dan mengulangunya sebanyak 3 kali dan di dapatkan
volume rata-rata 17,33 ml. perlu di ingat bahwa saat membuat larutan AgNO 3 jangan
sampai terkena sinar matahari, karena AgNO3 akan cepat terurai jika terkena sinar
matahari.
12. KESIMPULAN
37
38
GAMBAR ALAT
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Laporan Tetap Praktikum Kimia Analisis
Analisis Air (Penentuan COD)
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aprilia Nanda Utami (061940422014)
Fadia Nurul Fitri (061940422017)
Fatmawati Putri (061940422018)
Mareta Putri (061940422021)
Meidini Suci Anjarwati (061940420271)
RM Arif Abdurrahman (061940422029)
Sintya Ningsih (061940420276)
Kelas:
1 KIB
Instruktur:
Meilianti, S.T., M.T.
41
ANALISIS AIR (PENENTUAN COD)
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. PERINCIAN KERJA
a. Standardisasi FAS
b. Menetapkan COD air buangan
3. TEORI SINGKAT
Angka COD merupakan ukuran bagi pencamaran air oleh zat-zat organis yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara
angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan.
42
CaHbOc + Cr2O72- + H+ ----- CO2 + H2O + Cr23+
Zat organis Ag2SO4
Warna kuning warna hijau
Selama reaksi yang berlangsung + 2 jam ini, uap direfluk dengan alat
kondensor, agar zat organis volateli tidak lenyap keluar.
Perak sulfat Ag2SO4ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat
reaksi. Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida
yang pada umumnya ada di dalam buangan.
Untuk memastikan bahwa hamper semua zat organis habis teroksidasi maka
zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluk. K2Cr2O7 yang tersisa
di dalam larutan tersebut digunakan untuk menetukan berapa oksigen yang telah
terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium
sulfat (FAS), dimana reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
43
Botol winker 500 ml coklat
Labu ukur 100 ml, 1 liter
Beker gelas 200 ml
6. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti masker dan sarung tangan dalam
menangani larutan asam sulfat pekat.
7. LANGKAH KERJA
7.1 Pembuatan reagen
a. Larutan standar K2Cr2O7 0,250 N
Menggunakan labu ukur 50 ml untuk melarutkan 0,61g K2Cr2O7 p.a. yang
telah dikeringkan dalam oven = 105C selam 2 jam dan didinginkan di dalam
desikator untuk menghilangkan kelembaban, kemudian menambahkan air suling
sampai 50 ml ( BM = 294, 216, BE = 49,036)
b. Larutan standar FAS
44
Menggunakan labu takar 250 ml untuk melarutkan 9,75 g Fe
(NH2)2(SO4)2.6H2O di dalam 125 ml air suling. Kemudian menambahkan 5 ml
asam sulfat pekat, akibatnya larutan menjadi hangat. mendinginkan larutan
misalnya dengan merendam labu takar di dalam air yang mengalir. Dan
menambahkan air aquades sampai 1 liter. Larutan ini harus distandardisasikan
dengan larutan dikromat. Larutan FAS ini tidak stabil karena dapat dioksidasi
oleh oksigen dari udara. (BM = BE = 390 )
45
8. DATA PENGAMATAN
8.1 Standardisasi FAS
NO. Volume FAS ( ml )
1. 24,5 ml
2. 23 ml
3. 24,4 ml
Rata - rata 23,97 ml
DATA PERHITUNGAN
- Standardisasi Larutan FAS
Dik: g K2Cr2O7 = 0,61 x 10/50 x 1000
= 122 mg
BE K2Cr2O7 = 49,036
V FAS = 24,5 + 23 + 24,4 / 3
= 23,97 ml
Dit : N. FAS ... ?
Jb :
g K2Cr2O7/BE K2Cr2O7 = V. FAS x N. FAS
122/49,036 = 23,97 x N. FAS
N. FAS = 2,488/23,97
N. FAS = 0,10 N
- Penentuan COD
46
Dik: a ( ml blanko ) = 7ml
b ( ml sampel )= 5ml
N. FAS = 0,10 N
Dit: Kadar COD ...?
Jb:
COD = (a-b) x N. FAS x 8000/ jumlah sampel
= (7-5) x 0,10 x 8000 / 25 ml
= 1600 / 25 ml
= 64 mg/l
9. PERTANYAAN
1) Apakah perbedaan antara COD dan BOD ?
Jawab :
COD adalah jumlah oksigen (mg. 02) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organis yang ada dalam 1 liter sample air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan
sebagai sumber oksigen.
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-
proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air.
2) Pada penetapan COD terjadi reaksi antara FAS sebagai titran dengan K2Cr2O7
sebagai analit. Termasuk titrasi apakah penetapan COD ?
Jawab:
Titrasi Redoks ( titrasi langsung )
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
47
DATA ANALISIS
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapat bahwa volume FAS
yang dibutuhkan adalah sebanyak 23,97 ml dan warna yang dihasilkan adalah orange
kemerah – merahan. Sedangkan pada saat pemanasan dilakukan menggunakan batu
didih.
Pada saat menstandardisasi dan mentitrasi dengan larutan FAS dari larutan
yang bewarna hijau kebiru – biruan menjadi orange kemerah – merahan,
membutuhkan larutan FAS hingga volume titran tercapai. Pada saat penentuan COD,
warna awal larutan sampel dan blanko hingga berubah menjadi hijau tua dan coklat
kemerahan.
Pada sampel mengandung zat – zat organis, sedangkan pada blanko perubahan yang
terjadi bewarna coklat kemerahan, setelah ditambahkan indikator feroin, air sampel
bewarna hijau pekat dan blanko menjadi warna hijau juga.
Untuk reflux pada penetapan COD, warna larutan berubah dari orange
menjadi hijau. Titrasi dilakukan pada saat larutan sample dab blanko sudah dingin,
kemudian titrasi dengan larutan FAS, larutan akan berubah menjadi cokelat
kemerahan.
KESIMPULAN
- Penentuan Kadar COD menggunakan sampel air sungai sahang
- Kadar COD yang didapatkan adalah sebesar 64 mg/l
48
Gambar Alat
49
DAFTAR PUSTAKA
50
Laporan Tetap Praktikum Kimia Analisis
Analisis Air (Penentuan Kesadahan/Ca2+)
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aprilia Nanda Utami (061940422014)
Fadia Nurul Fitri (061940422017)
Fatmawati Putri (061940422018)
Mareta Putri (061940422021)
Meidini Suci Anjarwati (061940420271)
RM Arif Abdurrahman (061940422029)
Sintya Ningsih (061940420276)
Kelas:
1 KIB
Instruktur:
Meilianti, S.T., M.T.
51
ANALISIS AIR (PENENTUAN KESADAHAN/Ca2+)
1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu melakukan penentuan kesadahan pada sampel air dengan
metoda titrasi kompleks.
2. Perincian Kerja
- Standardisasi larutan EDTA
- Penentuan Kesadahan (ion Ca2+)
3. Teori
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga
oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi
biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur, di mana Ca 2+ dan Mg2+
berasal.
Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya
hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat
sabun / deterjen hilang. Kelebihan ion Ca 2+ serta ion CO32- (Salah satu ion alkalinity)
mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan
kalsium karbonat CaCO3. Kerak ini akan mengurangi penampang basah dari pipa dan
menyulitkan pemanasan air dalam ketel.
Kesadahan air dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan titran asam
etilen diamin tetra asetat (EDTA) dengan menggunakan indicator Eriochrome Black
T atau Calmagite. Sebelumnya EDTA distandardisasi dengan larutan standard
kalsium, biasanya standard primer yang digunakan adalah CaCO3.
Etilen diamin tetra asetat :
52
EDTA merupakan suatu senyawa yang membentuk kompleks 1:1 dengan ion
logam, larut dalam air dan karenanya dapat digunakan sebagai titran logam EDTA
juga merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan
ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Misalnya
dengan ion kobalt, membentuk kompleks EDTA oktahidrat.
53
4. Peralatan Yang Digunakan
- Labu ukur 250 ml, 500 ml 2
- Erlenmeyer 250 ml 6
- Buret 50 ml 2
- Gelas kimia 100 ml 4
- Pipet ukur 25 ml 2
- Pipet volum 25 ml 2
- Bola karet 2
- Pipet tetes 2
- Corong 2
6. Langkah Kerja
6.1 Pembuatan larutan EDTA
- Menimbang 1 gram dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat dan
0,025 gr MgCl2.6H2O
- Memasukkan ke dalam gelas kimia 150 ml, melarutkan dalam air
- Kemudian dipindahkan ke labu ukur 250 ml, menambahkan air
sampai 250 ml. Homogenkan
54
6.2 Pembuatan larutan buffer
- Melarutkan 6,75 amonium klorida dalam 57 ml ammonium
hidroksida pekat dan diencerkan sampai 100 ml dalam gelas ukur
100 ml. pH larutan sedikit lebih besar dari 10.
55
7. Data Pengamatan
7.1 Standardisasi Larutan EDTA
No Volume (ml)
1 41 ml
2 40,5 ml
3 43 ml
Volume Rata-Rata : 41,5 ml
8. Perhitungan
8.1 Standarisasi Larutan EDTA
- Teori :
M EDTA : gr EDTA x 1000
BM EDTA V EDTA
M EDTA : 1 gram x 1000
372,24 250
M EDTA : 0,0030 x 4
M EDTA : 0,01
N EDTA : n x M
N EDTA : 1 x 0,01
N EDTA : 0,01N
56
- Praktik :
Mg CaCO3 = V EDTA x N EDTA
BE CaCO3
50 x 0,2 x 1000
250 = 41,5 x N EDTA
50,045
40 mg = 41,5 x N EDTA
50,045
0,799 = N EDTA
41,5
0,0192 N = N EDTA
%Kesalahan Normalitas EDTA :
Teori - Praktik x 100%
Teori
0,01N - 0,0192N x 100%
0,01 N
- 92%
57
68,4 mg/liter = mg CaCO3/ liter, atau ppm
9. Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan kompleksometri !
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana
reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks
senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan
titrat yang saling mengkompleks.
2. Sebuah contoh murni CaCO3 Seberat 0,4282 g dilarutkan dalam asam klorida
dan larutan diencerkan menjadi 400 ml dalam suatu botol ukur sebuah aliquot
50 ml memerlukan 47,24 ml larutan EDTA untuk titrasi. Hitung molaritas
larutan EDTA!
- Praktik :
Mg CaCO3 = V EDTA x M EDTA
BE CaCO3
50 x 0,4282 x 1000
400 = 47,24 x M EDTA
100,09
53,525 = 47,24 x M EDTA
100.09
0,5347 = M EDTA
47,24
0,011 M = M EDTA
58
Pertama-tama yang harus dilakukan adalah membuat larutan EDTA yang
dibuat dari 1 gram dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat dan 0,25 gram
MgCl2.6H2O. Selanjutnya yaitu membuat larutan buffer dengan pH 8 yang terbuat
dari 6.75 amonium klorida dalam 57 ml ammonium hidroksida pekat. Namun
pada saat praktikum kami tidak melaksanakan pembuatan larutan buffer karena
larutan ini sudah tersedia di dalam lemari asam. Dan yang terakhir adalah
pembuatan larutan baku CaCO3 yang terbuat dari 0,2 gr CaCO 3 Murni yang telah
dikeringkan dan ditetesi HCl 1:1 (5 ml : 5 ml) sampai warnanya berubah menjadi
jernih. HCl berfungsi untuk membantu melaritkan CaCO3, karena CaCO3
merupakan basa yang sulit larut dengan air aquadest.
Percobaan titrasi pertama yang kami lakukan adalah standarisasi larutan
natrium EDTA, untuk aliqot terdiri dari 50 ml larutan CaCO 3 + 5 ml larutan buffer
+ 5 teter indikator EBT. Perubahan warna yang terjadi yaitu dari merah anggur
menjadi biru, dengan volume rata-rata 41,5 ml.
Percobaan titrasi yang kedua adalah penentuan kesadahan, aliqot terdiri
dari 50 ml sampel + 1 ml buffer + 5 tetes indikator EBT. Perubahan warna yang
terjadi adalah dari merah anggur ke biru dengan volume rata-rata 3,56 ml.
Kedua percobaan titrasi tersebut dititrasi menggunakan larutan baku
CaCO3.
11. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Normalitas secara teori : 0,01 N
2. Normalitas secara praktik : 0,0192 N
3. Mg CaCO3 Pada Kesadahan : 3,42 mg
4. Mg CaCO3/liter atau ppm : 68,4 mg/l
59
Daftar Pustaka
60
Gambar Alat
61
Laporan Tetap Praktikum Kimia Analisis
Analisis Air (Penentuan Kesadahan/Ca2+)
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aprilia Nanda Utami (061940422014)
Fadia Nurul Fitri (061940422017)
Fatmawati Putri (061940422018)
Mareta Putri (061940422021)
Meidini Suci Anjarwati (061940420271)
RM Arif Abdurrahman (061940422029)
Sintya Ningsih (061940420276)
Kelas:
1 KIB
Instruktur:
Meilianti, S.T., M.T.
62
13. PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) PADA MINYAK GORENG
1. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat melakukan penentuan asam lemak bebas pada minyak
goreng dengan cara titrasi
2. RINCIAN KERJA
Standardisasi larutan baku KOH
Penentuan kadar asam lemak bebas pada CPO
3. TEORI
Minyak kelapa sawit mempunyai peranan penting dalam perdagangan
dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan yang
menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peran dan kegunaan
minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat
menentukan harga dan nilai komoditas ini. Dalam hal ini syarat mutu diukur
berdasarkan spesifikasi standard mutu internasional, yang meliputi
ALB,ari,kotoran,logam,peroksida dan ukuran pemucatan.
63
pecahnya membrane vacuola (yang memisahkan minyak dari komponen sel)
sehingga minyak bercampur dengan air sel. Dengan dikatalisir oleh enzim
lipase, lemak terhidroksida membentuk ALB pada gliserol. Semkin lama
reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak ALB yang terbentuk.
CH2-O-C-R CH2-OH
PANAS,AIR O
O
O KEASAMAN, ENZIM
CH2-C-O-R CH2-OH
Penentuan ALB pada pada cpo menggunakan metod titrasi asam basa ,
dengan menggunakan titrasn larutan KOH dengan indicator thymol blue. Sebelumnya
larutan baku KOH distandardisasi terlebih dahulu dengan asam palmintat.
64
Buret 50ml 2
Pipet ukur 10ml,25ml 2
Gelas kimia 100ml,250ml 2
Labu takar 100ml,250ml 2
Spatula 2
Bola karet 4
7. LANGKAH KERJA
7.1 standardisasi larutan baku KOH dengan asam palmintat
membuat larutan 0.5N KOH sebanyak 250ml didalam labu ukur.
Ditempatkan didalam buret 50ml
Mempipetkan 0.5gr asam palmintat kedalam Erlenmeyer 25ml
Menambahkan indicator thymol blue
Mentitrasikan dengan KOH, dn mencatat volume titran
Menghitung normalitas larutan baku KOH
65
menambahkan 0.5gr cpo dan ditempatkan didalam Erlenmeyer
25ml
menambahkan 2-3 tetes indicator thymol blue
mentitrasikan dengan larutan KOH sampai terjadi perubahan
warna dari kuning bening-kebiru-biruan.
8. DATA PENGAMATAN
8.1 standardisasi larutan baku KOH dengan asam palmintat
1 0.8 ml
2 0.3 ml
3 1 ml
1 0.6 ml
2 0.8 ml
3 0.8 ml
66
No. percobaan Volume
1 0.3 ml
2 0.4 ml
3 0.3 ml
9. Data Perhitungan
Pembuatan larutan KOH 0.1 N 250 ml
N NaOH × BE NaOH ×V KOH
Gr KOH =
1000
0.1× 56.11× 250
¿
1000
¿ 1.402padatan KOH yang dibutuhkan
Standardisasi (Teori)
mg KOH
= V KOH x N KOH
BE KOH
Diketahui :
Ditanya N KOH = ?
Jawab:
67
gr Asam Palmintat
=V KOH × N KOH
BE Asam Palmintat
0.5
=0.7 × N KOH
256.43
N KOH=0.002
T −P
% Kesalahan= ×10 0
T
0.002−0.1
¿ × 10 0
0.1
¿ 97.3 %
Ditanya : %ALB = ?
68
JAWAB :
Volume KOH × N KOH ×256
% ALB= × 100
Berat contoh ×1000
Jawaban:
69
Cesium (IV) sulfat Ce(SO4) 2
I2 (iodin)
Natrium karbonat (NaCO3)
70
Analisa percobaan :
Kadar asam lemak bebas yang didapatkkan pada paraktikum kali ini
ialah 0.04% .proses pemanasan bahan pangan pada suhu tinggi yang dapat
meeningkatkan konsentrasi dar ALB dan meningkatkan jumlah ALB yang
terbentuk apabila proses tersebut semakin lama dilakukan sehingga merugikan
mutu dari kandungan gizi bahan pangan tersebut.
Hasil kadar alb pada minyak goreng murni yaitu sebesar 0.04%. hal
ini sesuai dengan standar mutu minyak goreng menurut hasil badan
standardisasi nasional indonsia 01-3741-2002 yang menyatakan bahwa asam
lemak bebas itu maksimal dari minyk goreng sebesar 0.3%.
Kesimpulan :
71
Berdasarkan percobaan, maka:
Normalitas secara teori = 0.1 N
Normalitas secara praktek =1.402
Persen kesalahan normalitas =97.3%
Kadar ALB pada minyak goreng murni = 0.04%
Apabila kadar ALB pada suatu sampel cukup tinggi maka mutu suatu
CPO atau minyak goreng menjadi buruk dan sebaliknya.
72
Gambar Alat
73
DAFTAR PUSTAKA
74