Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LP GANGGUAN POLA TIDUR

ISLAH ANANDA JARNAWI

2104014

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR

1. Defenisi Tidur
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,
aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat
dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu keadaan
relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan
siklus yang berulang- ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur dan
istirahat yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan
menurun serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003).

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme
tubuh menurun, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh,
dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007).

Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil
polling tidur di Amerika oleh NSF didapat bahwa ternyata wanita lebih 2 banyak
mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% : 54 %.
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau
ketika terjaga di tengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.
Banyak orang dewasa di Amerika Serikat memiliki hutang tidur yang signifikan
karena ketidakadekuatan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidur malamnya dan
mengalami hipersomnolen disiang hari selama melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Gangguan tidur telah diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yang


pertama Disomnia adalah gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang
berbeda. Kedua Parasomnia adalah prilaku yang tidak diinginkan yang terjadi
terutama pada saat tidur seperti gangguan terjaga, terjaga sebagian. Ketiga gangguan
tidur yang berhubungan dengan gangguan medis/psikiatrik. Yang terakhir gangguan
tidur yang masih bersifat usulan adalah gangguan baru yang belum memiliki banyak
informasi yang adekuat mengenai keberadaan gangguan tersebut (Potter & Perry,
2005).

Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalahtujuan


penting perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahatdan tidur,
maka hal pertama yang harus dilakukan perawat yaitu mengkaji pola tidur pasien
dengan menggunakan riwayat keperawatan untuk mengumpulkan informasi tentang
faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi tidur. Klien membutuhkan suatu
pendekatan individual berdasarkan pada kebiasaan pribadi mereka dan pola tidur serta
masalah khusus yang mempengaruhi tidur mereka (Potter & Perry 2005).

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan setelah melakukan pengkajian lengkap


tentang kebutuhan tidur pasien. Dengan begitu Intervensi keperawatan pada pasien
dapat menjadi efektif dalam mengatasi gangguan tidur jangka pendek dan panjang
(Potter & Perry, 2005).

2. Fisiologi
Fisiologi Tidur Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur
yaitu medulla, tepatnya di RAS (Recticular Activating System) dan BSR (Bulbar
Synchronizing Region). RAS terdiri dari neuron-neuron di medulla oblongata, pons
dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam mempertahan status bangun dan mempermudah
beberapa tahap tidur. Perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh terjadi selama
tidur. Ada dua teori tentang tidur : Pasif : RAS di otak mengalami kelelahan sehingga
menyebabkan tidak aktif. Aktif : (Diterima sekarang) suatu bagian di otak yang
menyebabkan tidur dihambat oleh bagian lain. RAS dan BSR adalah pikiran aktif
kemudian menekan pusat otak secara bergantian. RAS berhubungan dengan status
jaga tubuh dan menerima sensory input (pendengaran, penglihatan, penghirupan,
nyeri dan perabaan). Rangsangan sensory mempertahankan seseorang untuk bangun
dan waspada. Selama tidur tubuh menerima sedikit rangsangan dari korteks serebral
(Haswita, dkk, 2017).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya yang terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan.
Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
sebagai berikut :
1) Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan
nyenyak . Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur
dengan nyenyak. Misalnya , pada klien yang menderita gangguan pada system
persendian. Dalam kondisi yang mengalami nyeri pada sendi tidak akan dapat
istirahat atau tidur.
2) Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang rebut, bising, dan gaduh akan menghambat
seseorang untuk tidur khususnya lansia.
3) Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah
melalui system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan
REM.
4) Diet
Makanan yang banyak mengandung L- Triptofan seperti keju,susu, dagingmdan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alcohol akan mengganggu tidur.
5) Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur sesorang . Kelelahan tingkat menengah
orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan
akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
6) Obat – Obatan
Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur,
ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin
akan menurunkan tidur REM.
7) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal . Namun demikian , keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur.
8) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
9) Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
10) Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.
11) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal ,seseorang yang tahan minum alcohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

B. Konsep Dasar Gangguan Pola Tidur


1. Pengertian gangguan pola tidur.
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga maslah berikut : insomnia gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau
ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari
(Naylor dan Aldrich, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).

2. Klasifikasi Gangguan Tidur


1) Insomnia
Insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan untuk untuk
atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur,
tetapi belum merasa cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia (Japaradi,
2002). Dengan demikian, insomnia merupakan ketidakmampuan untuk
mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantititas.
Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali seseorang tidak dapat tidur
atau kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih
lama yang mereka perkirakan, tetapi kualitasnya kurang. Ada 3 jenis insomnia
yaitu, Insomnia inisial, Insomnia Intermitten dan Insomnia Terminal. Insomnia
Inisial adalah ketidakmampuan seseorang untuk memulai tidur.Insomnia
Intermitten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan
sering terjaga. Sedangkan Insomnia Terminal adalah bangun secara dini, dan tidak
dapat tidur lagi. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalam insomnia diantaranya adalah, rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,
tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat
membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan
lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi dan tindakan lainnya. Ada
beberapa tindakan atau upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
insomnia yaitu :
a) Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju, susu.
Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam amino dari protein
yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur.
b) Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.
c) Hindari tidur diwaktu siang atau sore hari.
d) Berusaha untuk tidur apabila benar- benar kantuk dan tidak pada waktu
kesadaran penuh.
e) Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat seblum tidur.
f) Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur.
g) Gunakan teknik-teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum berusaha untuk
tidur.
2) Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semi purposeful aksi motorik , seperti membuka
pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki dan
berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali
tidur lagi (Japardi, 2002). Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak –
anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnambulisme
mempunyai resiko terjadinya cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi somnambulisme yaitu dengan membimbing anak. Tindakan ini
dilakukan untuk mengantisipasi resiko terjadinya cedera pada anak. Ketika anak
dalam kondisi somnambulisme, maka anak harus dibimbing untuk kembali
ketempat tidur. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
somnambulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan aman
serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti diazepam dan valium.
3) Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh
depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver dan metabolisme.
4) Parasomnia
Merupakan Sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti
samnohebalisme (tidur sambil berjalan).
5) Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol) . Terjadi pada anak-
anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti
belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti
gangguan pada bladder, stress, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah enuresis antara lain : hindari stress, hindari minum
yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu)
sebelum tidur.
6) Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat dimana
serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi secara pasti belum
jelas, tetapi diduga karena terjadi akibat kerusakan genetika system saraf pusat
dimana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat
menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja
yang bekerja pada alat–alat yang berputar–putar atau berada ditepi jurang. Obat-
obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis
obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut di antaranya jenis
amfetamin.
7) Night Terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau
lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak,
pucat dan ketakutan.
8) Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di
hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor
yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran
napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar
jika dilewati udara pernapasan.

Anda mungkin juga menyukai