Anda di halaman 1dari 2

TUGAS DISKUSI

“FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KLIRENS GINJAL”

Tugas Pertama:

Diketahui:
Obat pertama (obat A) merupakan obat yang telah diberikan sebelumnya dan telah dipakai
dalam periode waktu 5 hari oleh si pasien dalam upaya untuk pengobatan penyakit infeksi
yang dideritanya, dan selanjutnya pasien tersebut menerima obat kedua (obat B) karena si
pasien terdiagnosis memiliki kadar asam urat yang terlalu tinggi di dalam darah sehingga
perlu diterapi dengan obat B. Obat B merupakan obat yang membutuhkan energi dan carrier
(pembawa) yang sama dengan obat A).

Pertanyaan:
(1) Mengapa pemberian 2 (dua) obat, yaitu obat A yang tergolong dalam kelompok high
renal extraction ratio (high ER) misalnya: penisilin dan obat B misalnya: probenecid
yang dapat berkompetisi dengan obat A dalam memperebutkan carrier (pembawa) agar
obat dapat disekresi aktif keluar dari dalam darah menuju/masuk ke dalam tubulus ginjal
khususnya di bagian tubulus proksimalis secara bersamaan (concomitant therapy) untuk
pengobatan seorang pasien DAPAT BERINTERAKSI SATU SAMA LAIN ?

(2) Bagaimana dengan rancangan dosis obat A (obat pertama yang telah digunakan dalam
periode sebelumnya) sebagai akibat dari kehadiran obat B (obat kedua yang baru saja
diberikan)? Apakah dosis pemberian obat A tetap, ATAU perlu ditingkatkan atau
diturunkan?

Tugas Kedua:
Jelaskan dengan menggunakan argumentasi rumus yang LOGIS terkait pengaruh pH tubulus
ginjal (asam atau basa) terhadap klirens obat yang merupakan senyawa golongan asam lemah
(obat A) dan senyawa golongan basa lemah (obat B) pada organ ginjal. Mekanisme yang
dominan pada klirens obat A dan obat B tersebut melalui ginjal adalah reabsorpsi pasif di
tubuls distalis. Kaitkan argumentasi tersebut dengan fraksi obat dalam bentuk terionkan dan
fraksi obat dalam bentuk tidak terionkan dari dosis pemberian obat tersebut ! Jelaskan
dampak perubahan klirens total ginjal tersebut terhadap dosis pemberian obat, apabila pH
tubulus ginjal berubah melalui tindakan intervensi ‘diasamkan’ ATAU ‘dibasakan’ !

Pertanyaan:

1. Apakah dosis pemberian obat A (asam lemah) tersebut tetap, ATAU perlu ditingkatkan
atau diturunkan, apabila pH tubulus distalis diubah melalui tindakan intervensi
‘DIASAMKAN’ ?
2. Apakah dosis pemberian obat A (asam lemah) tersebut tetap, ATAU perlu ditingkatkan
atau diturunkan, apabila pH tubulus distalis diubah melalui tindakan intervensi
‘DIBASAKAN’ ?
3. Apakah dosis pemberian obat B (basa lemah) tersebut tetap, ATAU perlu ditingkatkan
atau diturunkan, apabila pH tubulus distalis diubah melalui tindakan intervensi
‘DIASAMKAN’ ?
4. Apakah dosis pemberian obat B (basa lemah) tersebut tetap, ATAU perlu ditingkatkan
atau diturunkan, apabila pH tubulus distalis diubah melalui tindakan intervensi
‘DIBASAKAN’ ?

Anda mungkin juga menyukai