Anda di halaman 1dari 35

TUGAS KELOMPOK

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“PERSIAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

MEGA ANGGRAINI : 19205021

YUNISA ASTUTI : 19205037

AIDATUL IRA HARAHAP : 19205003

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Edwin Musdi, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu Ya Allah. Berkat Rahmat,


Hidayah-Mu serta bimbingan-Nya, akhirnya penulisan makalah ini dapat selesai.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan untuk baginda Rasulullah
SAW.
Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Peluang
dan dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul
“Persiapan pembelajaran matematika” ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Edwin Musdi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah teori
peluang.
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis berharap atas makalah yang disusun ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca. Demikianlah makalah ini
penulis susun, kritik serta saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
melengkapi makalah ini.

Padang, 05 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Perencanaan dan Persiapan Mengajar Matematika............................2


B. Memilih dan Mengklasifikasikan Tujuan Pendidikan........................4
C. Merencanakan Pembelajaran Matematika .........................................16
D. Mengelola Lingkungan Pembelajaran................................................27
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................30
B. Saran...................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum direncanakan dan disusun untuk dilaksanakan disekolah untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Para pelaksana kurikulum disekolah,
khusus nya guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan kegiatan belajar
mengajar. Guru merupakan pihak yang paling mengerti dan bertanggung jawab terhaadap
kegiatan pengajaran yang dilakukan nya. Apa dan bagai mana kegiatan mengajar (belajar
mengajar) yang dilakukan guru dan siswa dikelas itu akan sangat menentukan berhasilnya
pencapaian tujuan pendidikan. Kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa satuan
pengajaran (disain intruksional, perencanaan pengajaran) yang baik akan memberikan
peluang yang lebih besar terhadap berhasilnya kegiatan pengajaran yang diharapkan dan hal
itu disebabkan bagaimana penampilan guru di kelas juga sangat menentukan.
Oleh karena itu, idealnya adalah baik penyusunan perencanaan maupun pelaksanaan
pengajaran haruslah dilakukan secermat mungkin dari mengetahui pengertian system
perencanaan pengajaran, model pengembangan perencanaan pengajaran dan satuan
pembelajaran
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana perencanaan dalam persiapan mengajar matematika?
2. Bagaimana cara memilih dan mengklasifikasikan tujuan pendidikan?
3. Bagaimana cara merencanakan pembelajaran matematika?
4. Bagaimana cara mengelola lingkungan pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui dan memahami perencanaan dalam persiapan mengajar matematika.
2. Mengetahui cara memilih dan mengklasifikasikan tujuan pendidikan
3. Mengetahui cara merencanakan pembelajaran matematika
4. Mengetahui cara mengelola lingkungan pembelajaran

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perencanaan dalam Persiapan Mengajar Matematika


Perencanaan pengajaran dapat terlihat ketika mengamati keadaan yang mungkin
terjadi ketika diterapkannya perencanaan pengajaran oleh guru atau sebaliknya.
Kemungkinan yang akan terjadi dalam proses belajar mengajar ketika seorang guru
melakukan perencanaan pengajaran dengan benar diantaranya :
1. Guru akan mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas
2. Guru akan menguasai materi
3. Guru akan mempunyai metode
4. Guru akan memiliki pemilihan media yang tepat
5. Guru akan memiliki standar jelas dalam memberikan evaluasi kepada siswa

Begitu pula dalam proses mengajar Mateematika, diperlukan perencanaan yang


matang, khususnya dalam perencanaan seni pengajaran. Terlihat dari fakta, bahwa
mengajarkan matematika dibutuhkan rasa seni yang tinggi agar siswa tertarik dan mau
mempelajarinya. Dengan demikian, perencanaan seni pengajaran matematika sangat urgen
dan mutlak diperlukan sehingga mampu mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.

Perencanaan merupakan suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat
berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan mengandung 6 pokok pikiran, yakni :

1. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan


2. Keadaan masa depan yang diinginkan itu kemudian dibnadingkan dengan keadaan
sekarang sehingga dapat dilihat kesenjangannya
3. Untuk menutupi kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-usaha
4. Usaha yang dilakukan untuk menutupi kesenjangan itu dapat beraneka ragam dan
merupakan alternatif yang mungkin ditempuh
5. Pemilihan alternatif yang paling baik dalam arti yang mempunyai efektifitas dan efesiensi
yang paling tinggi perlu dilakukan

2
6. Alternatif yang dipilih harus rinci sehingga dapat menjadi pedoman dalam pengambilan
keputusan apabila akan dilaksanakan.

Tugas guru dalam perencanaan proses pembelajaran adalah menyiapkan silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), RPP merupakan sebuah scenario dimana berupa
penjabaran detail dari silabus yang berisi konten, isi, dan materi.

a. Silabus

Silabus merupakan suatu rincian detail tentang rencana mengajar guru yang
disusun dalam kelompok tema atau mata pelajaran tertentu. Komponen dari silabus antara
lain Kompetensi inti/ standar kompetensi (KI/SK), Kompetensi dasar (KD),
Indikator/indikator pencapaian kompetensi, Materi pembelajaran, Alokasi waktu,
Penilaian dan Sumber belajar yang digunakan.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Ada 11 komponen penyususnan RPP kurikulum 2013 yaitu Identitas, Kompetensi


Inti/KI, KD dan IPK, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelaran, Metode Pembelajaran,
Media Pembelajaran, Sumber Belajar, Langkah-Langkah Pembelajaran, Penilaian Hasil
Belajar dan Lampiran

B. Memilih dan mengklasifikasikan tujuan pendidikan


Sebagai guru matematika, tujuan umum kita adalah untuk membantu siswa belajar
dan menggunakan fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Namun dalam mengajarkan
setiap topik dalam matematika, kita harus merumuskan tujuan yang lebih spesifik untuk
menggambarkan hasil yang diharapkan dari pembelajaran siswa. Ada tiga jenis tujuan
pendidikan yaitu tujuan kognitif, tujuan afektif, dan keterampilan motorik. Tujuan kognitif
menentukan prilaku yang menunjukkan fungsi dan perubahan dalam berbagai proses mental.
Tujuan afektif adalah menentukan prilaku yang menunjukkan perubahan sikap. Sasaran
keterampilan motorik menentukan prilaku yang menunjukkan bahwa siswa telah
mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu.
Dua psikologi pelajaran, Benjamin S. Bloom (1956) and David R. Krathwohl
(1964), dengan bantuan psikolog lain dan para pendidik mengembangkan dua sistem

3
klasifikasi yang disebut taksonomi tujuan pendidikan. Dua taksonomi ini dikembangkan
secara logis dan konsisten, sistem diklasifikasikan untuk tujuan pendidikan, menentukan
prilaku kognitif dan afektif yang diharapkan untuk menunjukkan sebagai pengaruh dari
sistem pendidikan kita. Karena sedikit yang dilakukan, kecuali dalam program pendidikan
khusus di sekolah menengah, dan perguruan tinggi untuk mengajar keterampilan motorik,
Bloom, Krathwohl, dan rekan mereka belum merumuskan taksonomi tujuan pendidikan
keterampilan motorik. Bloom (1956) mendefenisikan ranah belajar konitif dan afektif
sebagai berikut :
Ranah kognitif mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan ingatan atau pengakuan
pengetahuan dan pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Domain afektif
mencakup tujuan yang menggambarkan perubahan minat, sikap, dan nilai-nilai serta
pengembangan apresiasi dan penyesuaian yang memadai.
1. Tujuan kognitif

Pada tahun 1956, Benjamin Bloom, Menerbitkan taksonomi tentang tujuan


pendidikan, klasifikasi tujuan pendidikan dalam buku pegangan I: Domain kognitif. Tujuan
dari sistem klasifikasi ini adalah untuk mengkategorikan perubahan kognitif yang dihasilkan
oleh siswa sebagai hasil dari tujuan dan metode sistem pendidikan. Hanya perubahan
mental yang dapat diamati (yaitu : perubahan yang dapat disimpulkan dari penyelesaian
masalah, pengujian dan pengamatan) yang termasuk dalam taksonomi Bloom. Taksonomi
dapat diguanakan oleh guru sebagai bantuan dalam merumuskan tujuan pengajaran, memilih
metode pengajaran, merancang tes dan kegiatan untuk menentukan pembelajaran siswa.
Bloom dan rekan-rekannya, setelah melakukan penelitian yang mendalam tentang tujuan
pendidikan diambil dari banyak sumber, menyebutkan tujuan kognitif sekolah sesuai dengan
kompleksitas prilaku yang dapat diamati dan mengembangkan hirarki yang berisi enam
kelas utama. Kelas-kelas kognitif ini, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks, adalah :

Tujuan kognitif
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Aplikasi,

4
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
Taksonomi tujuan kognitif ini dikembangkan melalui tujuan dari sekolah dan
perguruan tinggi dalam berbagai mata pelajaran, ada 6 kelas dari yang berisi pada subkelas.
Kita akan membahas tentang masalah taksonomi untuk tujuan dan aplikasi matematika
sekolah menengah.
1. Pengetahuan
Tujuan pegetahuan adalah menekankan proses mental dari mengingat dan
menyebut kembali informasi dalam bentuk pendekatan. Disetiap sekolah, khususnya
matematika sekolah menengah, kita ingin siswa mengingat simbol, terminolgi, fakta,
keterampilan, dan prinsip matematika. Dan berharap siswa mengingat simbol untuk
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian : untuk menentukan bilangan asli,
rasional, dan nyata. Untuk mengingat fakta penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian : untuk satu nomor dijit, untuk mengingat prosedur pelaksanaan divisi
panjang dan menambahkan akar kuadrat dan untuk menyatakan prinsip-prinsip seperti
teorema pitagoras, teorema faktor, dan hukum distributif untuk memperbanyak
multipikasi. Kategori pengetahuan hanya mencakup penarikan materi matematika
tertentu dalam bentuk yang serupa dengan bentuk materi yang disajikan.
Mengingat kembali, pengetahuan membutuhkan lebih dari sekedar mengingatkan
materi yang sesuai. Kadang-kadang beberapa pengetahuan mungkin tidak berarti dan
tidak bernilai bagi sebagian siswa. Hal itu tidak jarang bagi siswa, kesempatan untuk
menyerahkan upaya mereka dalam belajar matematika dengan menghapal pengetahuan
yang bagi mereka lebih sedikit dari urutan simbol, suku kata dan kegiatan. Kategori
pengetahuan tidak harus mencakup setiap tingkat pemahaman matematika, meskipun
lima tujuan pendidikan kognitif tingkat tinggi memang membutuhkan berbagai tingkat
pemahaman.
2. Pemahaman
Pemahaman merupakan tingkat pemahaman terendah bagi siswa, Siswa
memahami ide matematika jika mereka dapat memanfaatkannya tanpa harus
meghubungkannya dengan ide-ide lain atau memahami semua implikasinya. Salah satu

5
subkelas pemahaman dalam matematika adalah kemampuan untuk menerjemahkan
pernyataan atau masalah yang sebenarnya ke dalam simbol matematika dan sebaliknya.
Misalnya untuk memahami sin (90) = 1, berarti ada fungsi matematika yang disebut
sinus memetakan sudut 90 itu ke 1 adalah untuk menunjukkan jenis pemahaman yang
disebut terjemahan.
Banyak siswa mengalami kesulitan dengan masalah verbal dalam aljabar karena
mereka tidak dapat menerjemahkan ekspresi verbal menjadi ekpresi aljabar, yang
menunjukkan bahwa mereka mungkin tidak memahami makna ekspresi aljabar dan
pernyataan verbal. Jenis pemahaman lain adalah interpretasi yang merupakan
kemampuan untuk merumuskan materi yang baru. Contoh interpretasi adalah pemahaman
bahwa pasangan angka yang terurut dapat digunakan untuk mewakili titik-titik dalam
sebuah pesawat dan sebaliknya. Banyak prilaku yang diharapkan dari siswa dalam fungsi
grafik melibatkan menafsirkan data dengan cara yang berbeda serta ekstrapolasi yang
memperluas data yang diberikan. Kemampuan untuk memprediksi kelanjutan
ekstrapolasi, adalah salah satu tujuan pendidikan yang berada dibawah pemahaman.
Kegiatan seperti ini membuat sketsa grafik, memahami grafik dan bagan, dan
menafsirkan daftar data yang memiliki tujuan kegiatan sebagai pemahaman
penerjemahan, interpretasi dan ekstrapolasi.
3. Aplikasi,
Siswa dapat menunjukkan pemahaman mereka tentang matematika yang abstrak
dengan benar ketika disuruh melakukannya. Sedangkan, untuk menunjukkan kemampuan
memainkan matematika abstrak, siswa harus memilih dan menggunakan dengan benar
dalam situasi yang sesuai tanpa disuruh melakukannya. Aplikasi matematika yang
abstrak khususnya, dibidang particuler, situasi konkret. Kemampuan untuk memilih
teknik matematika yang tepat, postulat, dan teorema adalah contoh aplikasi dari
matematika. Memilih dan menggunakan prinsip rasio dan proporsi untuk membangun
model skala rumah dan merevisi resep untuk enam orang untuk membuat makanan untuk
dua orang juga merupakan contoh tentang penerapan matematika abstrak. Karena telah
menunjukkan bahwa sebagian besar orang di Amerika dapat menyelesaikan operasi
aritmatika pada bilangan bulat, tetapi hanya 20 hingga 40 persen dari orang-orang ini
yang dapat menyelesaikan masalah konsumen seperti menghitung ongkos taksi atau

6
harga satuan toko bahan makanan, tampaknya bahwa orang Amerika memahami
aritmatika dengan cukup baik, tetapi menerapkannya dengan buruk.

4. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk membagi struktur informasi menjadi
komponen-komponennya sehingga ide relatif jelas dan hubungan di antara ide-ide
tersebut terlihat jelas. Bloom et al. telah mengidentifikasi tiga jenis analisis, yaitu analisis
elemen, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip organisasi. Pemahaman
menekankan pada pengertian makna dari materi matematika. Dalam aplikasi
penekanannya adalah mengetahui informasi yang sesuai dan berguna dapat memilih
materi itu dan menggunakannya sesuai situasi.
Analisis berkaitan dengan memecahkan materi dari bagian-bagiannya,
menemukan hubungan di antara bagian-bagiannya, dan mengamati organisasi bagian-
bagiannya. Menganalisis struktur matematika membutuhkan tingkat pemahaman yang
lebih tinggi daripada menerapkan struktur itu. Beberapa contoh analisis elemen adalah
kemampuan untuk memisahkan fakta dari hipotesis, kemampuan untuk mengenali asumsi
yang tidak dinyatakan, tetapi tersirat, dan kemampuan untuk memisahkan hipotesis dari
kesimpulan. kadang-kadang banyak siswa, ketika membuktikan teorema dalam geometri,
akan menggunakan bagian dari kesimpulan teorema sebagai hipotesis. Banyak kesalahan
dalam semua mata pelajaran matematika terjadi diakibatkan gagalnya siswa dalam
mempertimbangkan kondisi yang sifatnya tersirat ketika menggunakan teknik dan
teorema tersebut. Faktor-faktor umum bukanlah istilah yang dapat menunda gagalnya
dalam memahami pecahan. Antara penyebut dan pembilang dalam suatu pecahan dapat
σ
dibagi dengan jumlah tidak nol yang sama. Penjumlahan geometri s= jika r 2 kurang
1−r
dari 1. Dalam segi tiga sisku-siku a 2 + b 2=c 2.
Tipe analisis yang paling susah dan kompleks ialah analis tentang prinsip
organisasi yaitu kemampuan dalam mengenali semua elemen dan hubungan struktur
kompleks seperti pada bidang matematika sistem penjumlahan real atau pembuktian
matematika. Tipe analisis ini terdapat kemampuan untuk menemukan dan memahami

7
teknik matematika, memahamkan penulis akan pembuktian matematika dan memahami
struktur sistem matematika.
5. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menggabungkan elemen membentuk struktur
yang unik atau sistem. Dalam matematika sintesis melibatkan penggabungan dan
penyususnan konsep matematika dan prinsip-prinsip untuk menciptakan srtuktur
matematika yang lebih khusus. Kategori kognitif ini memberikan untuk kebiasaan yang
kreatif dan aktivitas seperti rumus teorema matematika dan pengembangan struktur
matematika.. Penulisan paper matematika dan menghasilkan dialog tentang matematika
merupakan contoh produksi komunikasi yang unik. Produksi sebuah rencana atau
kumpulan operasi merupakan ilustrasi yang mengembangkan sebuah rencana untuk
pembelajaran suatu unit dalam matematika atau merancang algoritma dalam
menyelesaikan tipe particular dalam permasalahan matematika. Banyak program
komputer dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang dapat dikatakan suatu
rencana atau kumpulan operasi. Penemuan matematika seperti penemuan teorema yang
baru atau mengembangkan abstrak matematika merupakan contoh dalam merancang
kumpulan relasi abstrak. Teori kalkulus newton dan pengembangan gauss akan
perbedaan geometri melibatkan sintesis pada level yang tinggi.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah pertimbangan akan suatu nilai, suatu ide, ciptaan dan metode.
Evaluasi adalah objek evaluasi yang tinggi dikarenakan melibatkan pengetahuan
komprehensif, pertimbangan, aplikasi, analisis, dan sintesis sebelum diselesaikan. Suatu
waktu evaluasi dapat menuntun kepada perolehan pengetahuan yang baru, yang lebih
konprehensif, aplikasi yang baru dan metode analisis yang unik dan sintesis. Ada dua tipe
evaluasi yaitu pertimbangan dalam bukti internal dan dalam bukti eksternal. Ketika
pembuktian matematika telah dipertimbangkan secara akurat, logis, konsisten, dan
kejelasan itu merupakan evaluasi dalam struktur internal. Ketika teori matematika yang
utama dan sistem telah dipertimbangkan menurut kontribusi akan progres matematika
dapat disebut kriteria evaluasi eksternal.

a. Penggunaan tujuan kognitif dikelas

8
Beberapa edukator matematika menyatakan bahwa ada sebuah penekanan akan
pengetahuan dan pertimbangan dalam buku matematiaka, metode pembelajaran, tugas
rumah, dan latihan. Proporsi yang lebih besar akan permasalahan buku dan standar
pertanyaan latihan di sekolah menengah matematika hanya berada pada level bawah
aktivitas kognitif dari pengetahuan dan pertimbangannya. Analisis masalah pada buku dan
pembuatan soal oleh guru menunjukkan level sekolah yang lebih tinggi akan pemahaman
matematika merupakan pendekatan yang jarang dilakukan dalam mempraktekkan sintesis
dan evaluasi dan banyak tugas lebih membutuhkan aplikasi dan analisis adalah sebuah
relevansi yang kurang dan dibuat-buat.
b. Pengetahuan Dan Pemahaman Pembelajaran Matematika
Perolehan fakta matematika dan skill biasanya diselesaikan melalui aktivitas
kognitif dalam pengetahuan dan pemahaman. Dosen demonstrasi, kertas latihan, menulis
di papan tulis, kuis tulisan dan lisan, permainan, merupakan pembelajaran yang efektif
dalam menyelesaian objek pengetahuan dan pemahaman. Daftar tersebut terdapat tujuan
kognitif dan korenponden suatu tes untuk aktivitas kognitif dalam memperoleh
pengetahuan matematika dan pemahaman skill matematika dan konsep dari kursus
matematika disekolah menengah.
Catatan bahwa objek pengetahuan dan tes pengetahuan hanya mengharuskan siswa
untuk menyatakan maksud dari suatu simbol atau untuk mendefenisikan suatu hal. Objek
pengetahuan adalah istilah ketika siswa dapat dengan benar memanggil kembali informasi
dan mendefenisikan dalam bentuk yang sama sebagaimana mereka dapatkan dibuku dan
guru. Banyak guru cendrung mengasumsikan jika siswa dapat menulis suatu konsep
dengan benar, mereka memahami konsep dengan cara yang benar. Walau bagaimanapun
itu bukanlah suatu kasus karena banyak siswa lebih menghapal defenisi dengan hanya
memahami sedikit saja. Secara wajar siswa dapat memahami konsep dengan menanyakan
kepada mereka untuk menggunakan defenisi dalam pengelompokan contohnya atau
konsep yang bukan contoh. Bahkan seorang guru tidak meyakini bahwa siswa tersebut
paham akan konsep tersebut sebahgai contoh. Guru memberikan matriks sebagai susunan

persegi panjang, simbol dan menggunakan [ ac bd ] . ¿ adalah contoh dari matriks.

9
Ketika ditanya untuk mendefenisikan matriks tersebut siswa yang tidak paham akan
susunan tersebut akan menghapal defenisi dari guru dan mengingatnya kembali pada saat
tes. Merekaa akan menghapal contoh matriks yang diberikan oleh guru dan mengingatnya
kembali ketika ditanyakan beberapa contih matriks lain. Ketika ditanyakan untuk
pemahaman tersebut ini cocok untuk menanyakan pertanyaan yang mewajibkan siswa
untuk menerjemahkan defenisi dalam pemahamannya sendiri dan untuk
menginterpretasikan atau membangun contoh yang tidak familiar dan refresentatif.
c. Aplikasi dalam pembelajaran mataematika
Tipe kognitif yang lebih tinggi dalam objek pembelajaran adalah aplikasi yang
daapat menyelesaikan dengan strategi pembelajaran seperti kuliah, demosmtrasi diskusi
kelas, kelapamgan, guru kecil dikelas, tugas individu dan tugas rumah. Kita menginginkan
siswa dapat menerapkan pengetahuan matematika untuk pembelajaran lanjut akan
matematika dan menyelesaikan permasalahan praktek. Untuk permasalahan praktek siswa
seperti kesetaraan jumlah yang bukan menarik . Suatu hal yang menarik dan contoh yang
menarik itu adalah puzzle aritmatika yang tidak berbentuk praktek. Sedikit sekali buku
matematika tentang permasalahan yang memabahas akan praktek dan hal menarik untuk
kebanyakan siswa, konsekuensinya guru dan murid harus bekerja sama untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Pekerjaan siswa, majalah dan aartikel, berita diradio,
berita ditelevisi tentang masalah menjadi sumber utama dalam pengaplikasian masalah
matematika. Faktanya beberapa pengalaman guru membuat sumber tersebut dalam
kumpuan materi untuk digunakan dalam pembelajaran matematika. Kumpulan
permasalahan praktek atau hal menarik mengilustrasikan, menggambarkan aplikasi dalam
matematika. Itu adalah sebuah masalah bahwa siswa dan guru harus mempertimbangkan
dalam matematika yang lebih menarik dan bermamfaat untuk setiap waktu. Walaupun
kebanyakan siswa juga menemukan permasalahn tersebut menjadi hal yang menarik dan
bermanfaat. Ini baik untuk guru dan siswa untuk mengalokasikan permasalahan dalam
beberapa sumber yang disebutkan diatas.
d. Analisis dan Sintesis dalam Pembelajaran Matematika

Tujuan kognitif tingkat keempat adalah analisis. Ini adalah penguraian struktur
matematika menjadi komponen-komponennya sehingga relatif dan hubungan gagasan
menjadi jelas. Kebalikan dari analisis adalah sintesis di mana pelajar menyatukan

10
beberapa ide matematika untuk membentuk struktur matematika yang lebih kompleks.
Analisis dan sintesis biasanya dilakukan di ruang kelas matematika setelah siswa
memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep matematika dasar.

Memecahkan masalah dalam matematika dan mempelajari bukti teorema


membutuhkan kemampuan kognitif analisis. Guru dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan analitis mereka sendiri dengan menjelaskan alasan untuk
setiap langkah dan solusi dari berbagai masalah dengan mendiskusikan dasar pemikiran
untuk setiap pernyataan dalam bukti teorema. Membuktikan teori, menulis makalah,
merumuskan dan menguji hipotesis membutuhkan keterampilan kognitif sintesis. Siswa
dapat meningkatkan kekuatan sintesis mereka dengan menulis bukti-bukti teorema,
mengkomunikasikan interpretasi mereka tentang struktur matematika yang kompleks
kepada guru dan teman sekelas mereka (baik dalam bentuk tertulis atau lisan) dan
mengajarkan prinsip-prinsip matematika satu sama lain. Sintesis efektif dari komunikasi
matematis seperti bukti, penjelasan, atau prosedur penyelesaian masalah biasanya harus
didahului dengan analisis tugas yang akan disintesis.

Salah satu kesalahan umum, meskipun tidak disengaja, yang dilakukan guru dalam
mengajari siswa untuk menganalisis masalah dan merumuskan bukti adalah penetapan
aturan dan prosedur yang terlalu berlebihan. Meskipun daftar aturan tertentu mungkin
berguna untuk memecahkan jenis masalah tertentu, adanya unsur trial and error,
kreativitas, dan wawasan yang terlibat dalam analisis dan sintesis tingkat yang lebih
tinggi. Bahkan, biasanya guru dipersiapkan dengan baik untuk dikelas, persiapan
berlebihan untuk pemecahan masalah dan pembuktian teorema, kadang-kadang, membuat
siswa percaya bahwa kegiatan seperti itu benar-benar sangat mudah, jika mereka hanya
pintar untuk belajar bagaimana untuk mengerjakannya. Ini baik untuk menunjukkan
kepada siswa bahwa solusi yang tepat, tertata untuk masalah dan bukti, bukti logis dari
teori biasanya disajikan dalam buku teks.

Analisis dan sintesis adalah kegiatan kognitif yang sulit dipelajari dan
dipraktikkan, salah satunya guru harus sabar dan ketekunan siswa yang termotivasi
dengan baik selama beberapa tahun. Sebagian besar siswa perlu mempraktikkan
pembuktian teorema dan pemecahan masalah selama beberapa tahun sebelum mereka

11
menjadi ahli dalam hal itu. Meskipun begitu, sulit untuk menjelaskan kepada orang lain
bagaimana membuktikan teorema dan menyelesaikan masalah. Tercantum di bawah ini
adalah serangkaian tujuan kognitif dan item test yang sesuai, masing-masing
menggambarkan dan mengukur kegiatan kognitif analisis dan sintesis dalam matematika
sekolah menengah.

2. Tujuan afektif
Hampir semua sistem sekolah memiliki tujuan kognitif dan afektif, namun
kebanyakan aktivitas sekolah dirancang untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap
tujuan kognitif. Terlalu banyak tes dan prosedur evaluasi, sehingga taraf yang besar,
pembelajran afektif dan ada kecenderngan untuk menilai afektif pembelajran secara
subjektif. Jika sama sekali, hal ini jelas megabaikan pembelajaran afektif. Setidaknya ada
beberapa alasan pengukuran pembelajaran afektif. Pertama, sikap seseorang, kepercayaan
dan nilai-nilai cenderung dianggap sebagai pertimbangan pribadi, sedangkan pencapaian
kognitif dianggap sebagai masalah publik/ umum. Kedua, sangat sedikit teknik penilaian
yang memadai yang bisa digunakan secara langsung untuk mengukur pembelajaran afektif.
Ketiga, sudah diasumsikan, mungkin tidak benar, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai
berkembang secara relatif lambat dan hanya bisa diukur dalam jangka waktu yang lama.
Keempat, tujuan afektif biasanya lebih dinyatakan dalam waktu yang sedemikian sulit. Jika
tidak mustahil untuk menginterpretasikan mereka dengan cara yang baik dan teratur.
Contohnya, tujuan afektif membantu siswa menghargai kelayakan/ kehormatan mereka
sebagai anggota masyarakat. Dari itu, menggunakan tujuan secara afektif dalam mengajar
adalah kebutuhan untuk menata ulang kedalam tujuan spesifik untuk strategi yang
instruksional dan instrumen penilaian yang bisa dikembangkan.
Taksonomi untuk tujuan pendidikan yang sudah dipersiapkan oleh Daud Krathwahl
dll adalah sebuah perintah system klasifikasi sikap, minat, nilai dan tujuan pengaturan.
Taksonomi itu mengandung lima kategori tujuan utama yang setiap kategori mengandung
dua atau tiga tingkat afektif. Kategori dan klasifikasinya adalah
Tujuan afektif
1. Menerima
a. Kesadaran
b.Kesediaan untuk menerima

12
c. Terkendali atau perhatian yang diarahkan
2. Respon/ merespon/ menjawab
a. Persetujuan dalam menjawab
b.Kesediaan untuk menjawab
c. Kepuasan dalam menjawab
3. Menilai
a. Menerima nilai
b.Meningkatkan nilai
c. Komitmen terhadap nilai
4. Pengorganisasian
a. Konseptual nilai
b.Organisasi system nilai
5. Klasifikasi dengan nilai atau nilai afektif
a. Pengaturan generalisasi
b.Karakterisasi/ pemeranan
Beberapa tujuan afektif menyangkut motivasi siswa untuk belajar matematika, tapi
tujuan umumnya jauh lebih luas dan hanya motivasi siswa. Sebagai tambahan dalam
beberapa penerapan, matematika juga bisa menyenangkan teman bergaul yang
menyenangkan dan aktivitas budaya bagi banyak orang. Beberapa buku dan artikel tentang
matematika dan ahli-ahli matematika telah ditulis. Ketika mengajar matematika, guru
seharusnya membantu siswa memahami dan menghargai peran matematika baik dalam
sosial dan kemajuan teknologi. Pembahasan tentang tujuan afektif dalam matematika dan
contoh tujuan afektif dirancang untuk membantu dalam merumuskan tujuan pembelajaran
afektif bagi siswa. Dalam bab berikut, macam-macam strategi mengajar untuk membantu
siswa baik tujuan afektif dan kognitif akan didiskusikan dan digambarkan.
Tujuan menerima
Dalam tingkat penerimaan, terdapat tiga kategori, kesadaran kesediaan untuk
menerima, dan terkendali atau perhatian yang diarahkan, kami ingin siswa sadar atas
informasi matematika, bersedia belajar matematika, dan dengan sadar memperhatikan,
mengamati dan belajar matematika. Jika siswa tidak sadar atas informasi matematika dan
pentingnya, tidak bersedia dalam belajar matematika dan tidak akan memberikan perhatian

13
mereka dalam belajar matematika, hal ini tidak mungkin membuat mereka sukses dalam
kelas matematika.

Tujuan Menanggapi

Dalam tingkat menanggapi terdapat tiga kategori menanggapi informasi dan


situasi-persetujuan dalam menanggapi, kemauan untuk menanggapi, dan kepuasan dalam
menanggapi-melampaui sekadar menerima. Kategori penerimaan sebelumnya hanya
membutuhkan keterlibatan pasif dari pihak siswa; merespons menyiratkan tingkat
keterlibatan siswa aktif. Pada tingkat respons terendah, respons siswa dihasilkan hanya dari
pemenuhan atau kepatuhan. Pada tingkat berikutnya, siswa memiliki beberapa keinginan
untuk merespons. Akhirnya, pada level tertinggi dari respon, siswa mendapatkan
kesenangan atau kenikmatan dari merespon. Menerima adalah pembelajaran pasif tentang
perilaku afektif yang membutuhkan sedikit usaha dari pihak pembelajar. Menanggapi adalah
pembelajaran afektif aktif atau "belajar dengan melakukan

Tujuan Penilaian

Tujuan afektif dari penilaian memberi siswa kesempatan untuk melihat nilai suatu
objek, ide, fenomena, aktivitas, atau perilaku. Tiga tahap menilai penerimaan suatu nilai,
preferensi untuk suatu nilai, dan komitmen terhadap suatu nilai menunjukkan komitmen
yang diperoleh orang untuk nilai-nilai mereka. Seorang siswa yang hanya menerima nilai
memiliki sedikit komitmen terhadap nilai itu dan akan segera mengevaluasi kembali
posisinya dan dapat mengganti nilai tersebut dengan nilai yang berbeda, atau bahkan
kontradiktif. Preferensi untuk nilai menyiratkan bahwa individu memiliki komitmen yang
cukup terhadap nilai untuk ingin mempertahankannya. Komitmen terhadap suatu nilai
melibatkan tingkat kepastian yang tinggi mengenai retensi nilai tersebut. Seseorang yang
berkomitmen pada suatu nilai akan menolaknya dengan keengganan yang cukup besar, jika
dia akan menolaknya sama sekali, dan mungkin berusaha mempengaruhi orang lain untuk
menerima nilai tersebut. Nillai politik dan agama biasanya diadakan dengan tingkat
keyakinan dan komitmen yang cukup besar.

Tujuan Organisasi

14
Tujuan Organisasi Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964) menjelaskan kategori
afektif organisasi sebagai berikut: Ketika pelajar berhasil mengintensifkan nilai-nilai, ia
menghadapi situasi di mana lebih dari satu nilai relevan. Dengan demikian diperlukan untuk
(a) pengaturan nilai-nilai ke dalam suatu sistem, (b) penentuan hubungan antar di antara
mereka, dan (c) pembentukan yang dominan dan yang bertahan hidup. Sistem seperti ini
dibangun secara bertahap, dapat berubah jika dimasukkan. Pada orang dewasa, perubahan
dilakukan dengan upaya dan kesulitan yang jauh lebih besar daripada pada anak; organisme
menjadi kurang siap untuk menerima nilai yang tidak konsisten dengan yang sudah dianut.
Organisasi dimaksudkan sebagai klasifikasi yang tepat untuk tujuan yang menggambarkan
awal pembangunan sistem nilai. Ini dibagi menjadi dua tingkatan, karena prasyarat untuk
saling terkait adalah konseptualisasi nilai dalam bentuk yang sesuai dengan organisasi. Jadi,
Konseptualisasi membentuk subdivisi pertama dalam proses, Organisasi sistem nilai menjadi
yang kedua (hal. 154) karena nilai-nilai baru kaku dengan usia dan Konsistensi dan stabilitas
adalah karakteristik penting dari penilaian; dan abstraksi, analisis, dan diferensiasi nilai
menandai konseptualisasi sebuah nilai. Dalam organisasi sistem nilai, pelajar dituntut untuk
memesan struktur, dan mengakomodasi serangkaian nilai kompleks yang mungkin berbeda.

Klasifikasi nilai atau nilai afektif

Pada tahap pengembangan nilai ini, nilai-nilai diorganisasikan ke dalam struktur


yang kuat secara internal, telah dipegang oleh individu untuk beberapa waktu, dan
ditetapkan dengan kuat sebagai bagian dari karakteristik individu. Subkategori dari
himpunan umum adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak secara konsisten setiap
kali himpunan keadaan tertentu ditemukan. Pola perilaku yang digeneralisasi ini begitu jelas
sehingga memungkinkan untuk mendesain ulang seorang individu sebagai orang yang
memiliki nilai-nilai tertentu dan yang dapat diharapkan berperilaku secara konsisten dalam
situasi tertentu. Tingkat tertinggi perilaku afektif, yang merupakan yang lebih tinggi dari dua
subkategori dalam karakterisasi oleh suatu nilai atau kompleks nilai, disebut karakterisasi.
Pada tingkat karakterisasi, nilai-nilai begitu digeneralisasikan sehingga mereka cenderung
mengkarakterisasi individu secara luas.Tujuan pendidikan di sekolah biasanya tidak
ditetapkan pada tingkat karakterisasi oleh suatu nilai atau nilai kompleks; tipe-tipe perilaku

15
afektif ini berkembang lambat selama periode waktu tertentu, sulit untuk dikendalikan dan
diprediksi, dan tidak dapat dengan mudah diukur atau dievaluasi.

16
C. Merencanakan Pembelajaran Matematika

Pengamatan banyak guru matematika dan temuan penelitian sistematis dari para
peneliti pendidikan menunjukkan bahwa mengajar pelajaran matematika yang efektif
membutuhkan perhatian yang cermat terhadap empat belas kegiatan perencanaan yang harus
dipertimbangkan. dalam memilih topik matematika dan menyiapkan pelajaran. Keempat
belas kegiatan ini dapat diklasifikasikan ke dalam enam topik utama - Konten Matematika,
Tujuan Pembelajaran, Sumber Daya Pembelajaran, Strategi Penilaian, Strategi Pengajaran /
Pembelajaran, dan Strategi Penilaian. Bagian ini tentang perencanaan pelajaran matematika
berkaitan dengan mengidentifikasi dan membagi empat belas kegiatan yang tercantum di
bawah ini. Bab-bab selanjutnya akan membahas sumber belajar, strategi penilaian, dan
strategi pengajaran / pembelajaran secara lebih rinci. Konten matematika telah dibahas
secara rinci dalam Bab 1 dan 2, dan tujuan pembelajaran telah dibahas dalam bab ini.

Kegiatan Dalam Merencanakan Matematika Pelajaran

Matematika Konten

1. Memilih dan memberi nama topikuntuk dipelajari


2. Mengidentifikasi objek matematika dalam topik
3. Mengurutkan setiap topik dalam hierarki lopik

Tujuan Pembelajaran

4. Mengidentifikasi tujuan kognitif


5. Memilih tujuan afektif
6. Berbagi tujuan dengan siswa

Sumber Belajar

7. Menyiapkan bahan untuk digunakan siswa


8. Memperoleh sumber daya tambahan

Strategi Preassessment

9. Mengidentifikasi konten matematika prasyarat


10. Menilai kesiapan siswa untuk mempelajari topik

17
Strategi Pengajaran / Pembelajaran

11. Memilih strategi pengajaran yang tepat


12. Mengelola lingkungan belajar

Strategi Post-assessment

13. Menilai pembelajaran siswa


14. Mengevaluasi efektivitas mengajar
A. Matematika Konten
Konten matematika secara umum telah disusun dalam standar isi kurikulum.
Dari standar isi inilah guru harus memetakan materi yang akan diajarkannya. Namun
sayangnya ada kebiasaan terbalik, bahkan dapat dikatakn kurang tepat, yang dilakukan
oleh guru matematika yakni menentukan atau memilih buku dahulu, kemudian konten
matematika. Jadi, yang akan diajarkan oleh guru tersebut disesuaikan dengan materi yang
ada pada buku pilihannya. Seharusnya, seperti yang telah dikemukakan sebelumya, guru
memetakan materi yang ada di dalam standar isi Kurikulum, kemudian memilih buku
yang sesuai dengan isi matematika yang telah dipetakannya dari standar isi
B. Learning objek (Tujuan pembelajaran)\
Penetapan isi matematika dalam perencanaan pembelajaran akan membantu
kita dalam memilih strategi pembelajaran dan fasilitasnya sehingga siswa dapat
mempelajaraniya secara bermakna, serta menyusun tujuan kognitif dan afektif, seta
mendiskusikan tujuan-tujuan tersebut dengan siswa. Tujuan matematika tentu saja
diajarkan pada setiap tingkatan sekolah.
Setelah tujuan matematika ditentukan untuk siswa pada level tertentu maka kita harus
mengasumsikan tahapan berpikir yang dapat dicapai oleh siswa, yaitu tiga variable
lainnya, yakni model atau strategi pembelajaran, tujuan kognitif, dan afektif yang harus
dipertimbangkan. Tingkatan atau level knowledge, comprehension, dan application
biasanya berkaitan dengan pembelaajaran fakta dan keterampilan. Untuk pembelajaran
konsep, yang ada di dalamnya juga termasuk knowledge, comprehension, dan
application, tahap analysis lebih tepat untuk pembentukan konsep tingkat tinggi. Tujuan
kognitif untuk pembelajaran prinsip lebih tepat analysis dn synthesis. Untuk tujuan

18
kognitif evaluasi lebih tepat digunakan ketika dalam pembelaajaran dan membandingkan
atau menyusn prinsip suatu system matematika.

Langkah-langkah pernecanaan tujuan pembelajaran

1. Susun pokok bahasan dan tentukan umumnya menyebutkan karakteristik siswa yang
penting bethubungan dengan desain yang dibuat.
2. Menyebutkan tujuan belajar yang akan dicapai dan hasil belajarnya dapat diukur.
3. Buat daftar isi materi pelajaran yang membantu tujuan yang diharapkan
4. Kembangkan suatu perkiraan untuk menjajaki latar belakang siswa dan pengetahuan
siswa tentang pokok Bahasa yang akkan diajarkan
5. Tentukan kegiatan belajar mengajarnya serta pilihlah sumber-sumber belajaranya
6. Koordinasikan semua factor penunjang untuk membantu terlaksananya rencana
pengajaran
7. Buat evaluasi hasil belajar
8. Adakan revisi dengan tindak lanjutnya.
C. Learning resources( sumber belajar)
Setelah topik matematika dan tujuan pembelajaran dipilih, langkag berikutnya
adalah aktivitas penting lainnya dalam menyusun rencana pembelajaran, yakni
mempersiapkan sumber pembelajaran. Pemilihan sumber belajar ini tidaklah hanya
tertumpu pada buku teks, kapur, dan papan tulis, serta alat-alat bantu lainnya, seperti
mistar, jangka. Akan tetapi, keseluruhan bahan atau alat yang dapat dijadikan jembatan
oleh siswa dalam mempelajari matematika. Siswa menjadi lebih motivasi atau terdorong
dalam keteramoilan dan latihan, untuk memberikan ilustrasi dan memperjelas konsep-
konsep dan prinsip-prinsip matematika, menyediakan sarana remedial bagi siswa yang
berada pada kategori lemah, serta menjadi tambahan pengayaan bagi siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi atau pandai. Dengan demekian, sangat dimungkinkan
sumber belajar ini sangat individual, artinya disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam
belajar matematika.
Siswa kadang kala mempelajari konsep abstrak. Konsep abstrak mungkin
sudah dapat dipahami oleh sebagian siswa pada tingkat SMP, namun sebagian besar

19
siswa pada tingkat tersebut masih memmerlukan bantuan media sebagai jembatan dalam
memahami konsep abstrak matematika.

Perlunya perencanaan media karena mempunyai beberapa fungsi”

1. Mengkonkretkan suatu yang abstrak


2. Menyeragamkan penerimaan siswa atas materi pelajaran
3. Meningkatakan daya serap
4. Membantu menerangkan hal-hal yang sulit dipahami secara verbal
D. Pre-assesment and Post-assesment Strategies
Dalam perencanaan pembelajaran, seorang guru penting untuk mengetahui
kesiapan seiswa dalam belajar menguasai materi baru setelah pembelajaran. Untuk
itulah, guru tidak hanya melakukan penilaian pada akhir pelajaran, tetapi juga
pentinguntuk melakukan penilaian pada awal pelajaran. Pre-assesment atau penilaian
sebelum pembelajaran dilakukan untuk mengulang fakta, keterampilan, konsep, dan
prinsip yang menjadi prasyarat bagi materi yang akan dipelajari siswa, sedangkan strategi
post-assesment dilakukan untuk menentukan penilaian kemampuan sisiwa terhadap
materi yang telah dipelajarinya, dan juga menilai keefektifan strategi pembelajaran yang
telah dipilih oleh guru dalam membantu mengembangkan kemampuan kognitif dan
afektif siswa.
Bentuk Pre-assesment ini tidakklah harus dilakukan sebagaimana tes formatif
dan sumatif. Guru dapat melakukannya melalui tes lisan, kusi, dan dalam bentuknlainnya.
Artinya pada awal pelajaran, guru tidak hanya cukup menjelaskan tentang materi apa
yang akan dipelajari dan keuntungan apa yang akan diperoleh manakala siswa memahami
materi apa yang akan dipelajari, tetapi jiga perlu mengetahui prasyarat yangberkaitan
dengan topik-topik yang akan dipelajarinya.
Post-assesment sering dilakukan oleh guru dalam bentuk tes tertulis, kuis
ataupun secara lisan. Namun, kegiatan ini terkadang juga terlewatkan. Guru lebih sering
melakukan tes formatif yang dilaksanakan setelah satu pokok bahasan selesai walaupun
jika kita melihat rencana pembelajaran yang disusun, guru selalu menuliskan atau
menagendakan Post-assesment . bentuk tes, jenis-jenis, da tekhnik yang dapat digunakan
dalam assessment ini dipelajari secara khusus dalam evaluasi pembelajaran.

20
E. Teaching/ Learning Strategies (Strategi pembelajaran)
Ada suatu proporsi yang telah diketahui bersama, yakni tidak ad acara atau
strategi/model pembelajaran terbaik, yang ada adalah kompeten dalam memilih
strategi/model pembelajaran. Kondisi ini secara langsung mendorong guru untuk llebih
banyak memahami strategi-strategi atau model pembelajaran mana yang tepat untuk
digunakannya.
Penting untuk diungkap dalam strategi pembelajaran adalah situasi didaktisdan
pedagogis dari model atau strategi pembelajaran. Dalam pembelajaran dikenal aspek
mendasar, yakni hubungan antara guru- siswa-materi. Pembelajaran yang efektif dapat
dilaksanakan oleh guru dengan mengupayakan terpeliharanya hubungan yang baik
antara ketiga komponen tersebut dalam situasi didaktis.
Strategi pembelajaran matematika disusun dan dikembangkan oleh guru yang
bertujuan untuk meningkatkan kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan serta
meningkatkan kesuksesan dan keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika.
1. Strategi Ekspositori (Expository)
Metode pengajaran ekspositori (kadang-kadang disebut ceramah), yang dapat
digunakan untuk mengajarkan fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip, adalah
pendekatan pengajaran yang berpusat pada guru atau didominasi guru. Strategi
ekspositori adalah yang paling umum dari berbagai metode yang digunakan untuk
mengajar matematika dan merupakan kategori efektif jika digunakan dengan benar.
Bahkan, berdasarkan penelitian mereka sendiri dan ulasan studi penelitian lain,
Kelompok Studi Matematika Sekolah (Agustus 1972) menyatakan bahwa “tidak ada
prosedur non-ekspositori telah terbukti lebih efektif, secara keseluruhan, daripada
eksposisi”. Ini bukan untuk mengatakan bahwa pengajaran ekspositori selalu
merupakan metode terbaik dan harus digunakan untuk semua siswa di semua kelas
matematika. Apa yang tersirat di sini adalah bahwa ketika digunakan dengan benar
dalam situasi yang tepat, metode ekspositori dapat menjadi metode yang efektif untuk
mengajar matematika.

21
Kegiatan tipikal guru dan ruang kelas siswa dalam pengajaran ekspositori
termasuk kuliah singkat oleh guru, presentasi guru tentang konsep dan demonstrasi
keterampilan, pertanyaan yang diarahkan dari siswa ke guru, pertanyaan guru
diarahkan kepada siswa untuk menentukan apakah mereka memahami objek
matematika dalam pelajaran, dan mencatat siswa. Kegiatan terkait termasuk
mengerjakan soal siswa (baik secara individu atau dalam kelompok kecil) di meja
atau di papan tulis dan diskusi kelas sesekali tentang konsep atau prinsip.
2. Strategi Demonstrasi (Demonstrations) dan Laboratorium (Laboratory)
Strategi Demonstrasi dan laboratorium terkait dengan metode ekspositori;
namun mereka biasanya menghasilkan tingkat keterlibatan siswa yang lebih tinggi
dari pada yang ditemukan dalam pengajaran ekspositori. Demonstrasi dan metode
laboratorium digunakan untuk mengajarkan keterampilan, konsep, prinsip dan
beberapa teknik pemecahan masalah.
Ketika strategi demonstrasi digunakan, dalam mengajarkan keterampilan atau
teknik pemecahan masalah, guru, atau mungkin siswa, dapat menggunakan papan
tulis atau transparansi pada proyektor overhead untuk menggambarkan keterampilan
atau teknik tersebut. Demonstrasi guru tentang strategi umum untuk memecahkan
masalah kata atau untuk memecahkan masalah matematika terapan dapat
menghasilkan tingkat keterlibatan siswa yang tinggi dalam pelajaran dan dapat
memfasilitasi pembelajaran keterampilan pemecahan masalah umum dan yang dapat
ditransfer. Siswa dapat mendemonstrasikan prinsip induksi matematika, prinsip bukti
geometris, dan metode melakukan konstruksi geometrik satu sama lain melalui
diskusi kelompok dan kerja kelompok.
Banyak prinsip matematika dapat dibuktikan dengan menggunakan berbagai
contoh menyimpulkan atau memverifikasi prinsip-prinsip umum. Siswa-siswa
sekolah menengah pertama dapat mendemonstrasikan banyak prinsip penting
geometri bidang kepada diri mereka sendiri dengan membangun dan mengukur
angka-angka geometri dengan berbagai bentuk dan ukuran. Nilai perkiraan pi dapat
ditunjukkan dengan membuat dan mengukur lingkaran; nilai (a+ b)2 dapat
diperlihatkan secara geometris dengan menggunakan kuadrat dan persegi panjang
dengan dimensi a oleh b , b oleh b , dan a oleha ; prinsip rasio dan proporsi umum

22
untuk segitiga yang sama dapat ditunjukkan dengan membuat dan membandingkan
sisi dan sudut segitiga; teorema Pythagoras dapat diperagakan secara geometri; dan
rumus untuk bidang segitiga, trapesium, dan jajaran genjang juga dapat diperlihatkan
secara geometris. Kadang-kadang lebih baik menyiapkan kegiatan demonstrasi yang
dapat dilakukan secara individual oleh siswa, dari pada hanya mengandalkan
demonstrasi yang dilakukan guru.
3. Strategi Individual (Individualized ) dan Kelompok Kecil (Small Group)
Meskipun pengajaran ekspositori dan demonstrasi yang berpusat pada guru
adalah strategi yang baik untuk memperkenalkan fakta, keterampilan dan konsep,
mereka tidak terlalu efektif dalam mempromosikan pembelajaran mendalam yang
bermakna tentang keterampilan dan prinsip matematika. Pada tahap tertentu dalam
mempelajari beberapa topik matematika, siswa perlu menginternalisasi dan
menerapkan matematika yang telah mereka ajarkan dengan bekerja secara individu
atau dalam kelompok kecil. Setelah guru memperkenalkan lekukan baru harus
diizinkan untuk mengerjakan masalah atau kegiatan laboratorium dalam kelompok
kecil. Meskipun pernyataan "cara terbaik untuk belajar sesuatu adalah dengan
mengajarkannya" telah menjadi klise, namun, setidaknya sebagian benar. Siswa
dapat belajar banyak matematika dari satu sama lain dan dapat mengidentifikasi
bidang kebingungan mereka sendiri dengan mencoba menjelaskan keterampilan,
konsep dan prinsip-prinsip kepada siswa lain.
Banyak guru suka menyiapkan lembar soal dan aktivitas untuk siswa kerjakan
dalam kelompok kecil. Strategi ini dapat membantu mengidentifikasi masalah-
masalah spesifik yang dimiliki oleh masing-masing siswa dan dapat memberi guru
lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama siswa-siswa yang mengalami kesulitan
belajar.
4. Strategi Penemuan (Discovery) dan Penyelidikan (Inquiry)
Metode pengajaran penemuan dan penyidikan lebih merupakan strategi
pengajaran yang lebih khusus dari pada metode ekspositori, kelompok, dan
individual. Pelajaran penemuan biasanya dilakukan dalam mode ekspositori atau
pengaturan kelompok kecil. Strategi inkuiri dapat digunakan dengan metode
ekspositori, grup, atau individual. Strategi penemuan dan penyelidikan terkait sejauh

23
mana keduanya menuntut siswa untuk menemukan sesuatu, merumuskan hipotesis,
atau sampai pada kesimpulan lebih atau kurang pada mereka sendiri.
Ketika pelajaran penemuan digunakan, bentuk tepat dari objek matematika
yang akan ditemukan diketahui oleh guru dan ia membimbing siswa dalam
menemukan penemuan yang dipandu objek. Seorang guru yang menggunakan
strategi inkuiri juga ingin siswa menemukan objek matematika; Namun studi tentang
proses penemuan itu sendiri merupakan pertimbangan penting dalam pelajaran
penyelidikan.
Salah satu tujuan dari pelajaran inkuiri adalah bagi siswa untuk mempelajari
metode inkuiri ilmiah dan dapat menerapkannya dalam situasi lain. Saat mengajar
pelajaran penemuan terbimbing, guru sering menggunakan pelajaran ekspositori yang
dimodifikasi, yang merupakan diskusi kelas, atau pelajaran laboratorium di mana
siswa bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan telah menentukan
keterampilan, konsep, keterampilan pemecahan masalah matematika, konsep yang dia
miliki. berharap agar kelas menemukan, sebagian guru mengarahkan diskusi,
mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan siswa.
Beberapa Topik untuk Pelajaran Penemuan :
A. Aritmatika
1) Dengan diperkenalkan untuk mencari pola yang menyarankan rumus untuk
n (a+1)
menjumlahkan urutan angka, siswa dapat menemukan rumus S= untuk
2
jumlah perkembangan aritmatika, yang merupakan topik yang biasanya
disediakan untuk kelas aljabar.
2) Siswa aritmatika dapat menemukan formula untuk area segitiga, area. dari
trapesium, dan area jajaran genjang jika bimbingan yang tepat diberikan oleh
guru.
3) Siswa dapat menemukan prinsip-prinsip umum tentang angka genap, ganjil,
prima, dan komposit jika guru mengajukan pertanyaan yang sesuai. Sebagai
contoh, jumlah dua bilangan prima (tidak termasuk 2) selalu merupakan angka
gabungan dan produksi dua bilangan prima (tidak termasuk 2) selalu merupakan
bilangan ganjil.

24
B. Aljabar
1) Ketika ditunjukkan bagaimana menambah dan mengurangi dalam himpunan
bilangan bulat modulo n (yaitu, ketika diajarkan aritmatika modular) siswa dapat
menemukan properti bidang aritmatika dalam bilangan bulat modulo 3 atau
bilangan bulat modulo 5.
2) Dengan cukup banyak bantuan, siswa dapat menemukan rumus kuadratik.
3) Siswa dapat menemukan sifat-sifat aljabar dari aritmatika matriks untuk dua-dua
matriks atas bilangan real.
4) Dengan mempelajari grafik fungsi kuadratik, siswa dapat menemukan bahwa
koordinat x titik maksimum atau minimum grafik fungsi quadratie
2 −b
¿ a x + bx+ c adalah .
2a
C. Trigonometry
1) Dengan membuat dan mengamati grafik fungsi trigonometri dari bentuk
y=a sin(bx ) siswa dapat menemukan bahwa periode fungsi ini adalah dan
amplitudo adalah |a|
2) Dengan bimbingan yang tepat siswa dapat menemukan Hukum Sines
3) Siswa dapat menemukan sejumlah besar identitas trigonometri.
D. Geometri
1) Dengan melipat dan memotong segitiga kertas dengan benar, 'siswa dapat
menemukan beberapa teorema segitiga geometri bidang.
2) Siswa dapat menemukan metode untuk membagi dua sudut, membangun garis-
bagi garis segmen tegak lurus, dan membuat garis garis singgung lingkaran pada
titik tertentu pada lingkaran dengan menggunakan tepi lurus dan kompas sebagai
alat.
3) Banyak teorema menarik dari bidang geometri dan buktinya dapat dirumuskan
melalui pelajaran penemuan terbimbing.
Menurut J. Richard Suchman (1962) tujuan pengajaran inkuiri / strategi condong
adalah: untuk mengembangkan keterampilan kognitif pencarian dan pengolahan data, dan
konsep-konsep logika dan hubungan sebab akibat yang akan memungkinkan anak
individu untuk bertanya secara mandiri dan produktif. ; untuk memberikan anak-anak

25
pendekatan baru untuk belajar di mana mereka dapat membangun konsep melalui analisis
episode konkret dan penemuan hubungan antara variabel; dan untuk memanfaatkan dua
sumber motivasi intrinsik, pengalaman penemuan yang memuaskan dan kegembiraan
yang melekat dalam pencarian otonom dan pemrosesan data.
Prosedur strategi penyelidikan mencerminkan proses umum yang digunakan
orang untuk mempelajari lingkungannya. Dalam proses penyelidikan di kelas, empat
interaksi, kegiatan yang saling melengkapi dilakukan:
A. Guru memberi siswa situasi, pertanyaan, teka-teki, atau paradoks yang tampak.
B. Siswa, yang bekerja secara individu, dalam kelompok kecil, atau sebagai kelas,
menentukan prosedur dan mengumpulkan informasi yang mungkin berguna dalam
mempelajari situasi, menyelesaikan pertanyaan, atau memecahkan teka-teki atau
paradoks
C. siswa mengatur ulang pengetahuan mereka sesuai dengan informasi yang diperoleh
pada langkah 2.
D. Kelas melakukan analisis metode dan prosedur inkuiri mereka dalam upaya untuk
menemukan metode umum yang dapat diterapkan dalam situasi penyelidikan
lainnya.
Keempat kegiatan ini adalah model perkiraan dari apa yang disebut metode ilmiah
untuk mempelajari variabel di lingkungan kita, dan strategi pengajaran / pembelajaran
inkuiri dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan penyelidikan ilmiah.
Dalam pelajaran penemuan yang dipandu, guru biasanya mengambil peran utama
dalam mengarahkan proses penemuan; siswa mengandalkan sebagian pada inisiatif
mereka sendiri dan sebagian pada arahan dari guru. Dalam pelajaran penyelidikan siswa
ditantang untuk merumuskan dan menguji hipotesis mereka sendiri dan memutuskan
sendiri informasi tambahan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Tidak ada upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberikan penilaian pada
hipotesis siswa atau sukarela informasi yang berguna. Siswa dengan cepat menyadari
bahwa mereka harus memutuskan sendiri data apa yang mereka butuhkan dan
menentukan bagaimana dan di mana mendapatkan data ini. Tanggung jawab dan kendali
situasi bersandar terletak pada siswa; guru berfungsi sebagai nara sumber yang mungkin
dapat memberikan informasi ketika diminta secara khusus oleh siswa.

26
Langkah 1 dalam masalah yang cocok untuk belajar dan resolusi dengan metode ilmiah
inkuiri. Pertanyaan seperti "Berapa populasi dunia?" dan "Bagaimana Anda membagi
pasangan fraksi?", yang berorientasi fakta dan keterampilan tidak memungkinkan mereka
untuk belajar menggunakan strategi penyelidikan. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini
lebih tepat untuk dipertimbangkan dalam pelajaran penyelidikan:
A. Kita tahu bahwa rumus untuk jarak antara dua poin x dan y pada garis lurus adalah
d 1= √ ( x− y ) , antara dua titik ( x 1 , y 1 ) dan (x 2 , y 2 ) dalam sebuah pesawat adalah
2

√ 2 2
d p= ( x 1−x 2 ) + ( y 1− y 2 ) . Dapatkah Anda menemukan rumus untuk jarak antara dua
titik dalam ruang tiga dimensi? Apakah mungkin untuk menentukan rumus untuk
jarak antar titik dalam ruang matematika dimensi tinggi?
B. Masalah menemukan jumlah titik simpul, tepi garis, permukaan bidang, dan kubus
padat yang terkandung dalam hyper-cube (tesseract) dan hyper tesseract adalah
masalah yang sesuai untuk pelajaran penyelidikan, asalkan model geometri kubus
dan tesseract proyeksi tersedia.
C. Untuk kelas aritmatika, masalah memperkirakan berapa banyak air yang mengalir
dari Sungai Mississippi dalam satu tahun dapat diselesaikan dengan menggunakan
penyelidikan
D. Setelah fungsi trigonometri sinus dan kosinus telah didefinisikan sebagai fungsi
pada lingkaran satuan, aktivitas mendefinisikan dan menentukan sifat-sifat dari dua
fungsi yang didefinisikan secara serupa pada satuan persegi, yang dibentuk dengan
menghubungkan empat titik (1, 0), (0, 1), (-1, 0), dan (0, -1) di pasangan pada
sistem koordinat persegi panjang, dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
penyelidikan.
E. Siapkan empat dadu warna berbeda dengan angka-angka berikut di wajah mereka.
Mintalah siswa untuk menentukan berbagai peluang satu mati datang untuk
beristirahat dengan jumlah yang lebih besar menghadap ke atas dari pada jumlah
yang menghadap ke atas pada dadu lain, ketika semua kombinasi pasangan dadu
adalah dipertimbangkan. Beberapa siswa mungkin memutuskan untuk mendekati
masalah ini secara empiris dengan melemparkan pasangan dadu beberapa kali dan
menghitung hasilnya; sedangkan yang lain mungkin memilih untuk
mempertimbangkan masalah menggunakan sepasang dadu. Namun, kelas harus

27
diizinkan untuk menentukan dan menerapkan pendekatannya sendiri untuk
mempelajari masalahnya.
Langkah 2 siswa merumuskan prosedur untuk memecahkan masalah dan mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk menemukan solusi. Adalah tanggung jawab guru untuk
mengantisipasi sumber-sumber yang akan diminta oleh kelas dan membuatnya tersedia di
kelas untuk digunakan ketika siswa memintanya. Misalnya, peta besar Amerika Serikat
dan almanak informasi geografis mungkin diminta oleh siswa yang memecahkan masalah
Sungai Mississippi. Masalah tesseract akan membutuhkan persiapan awal dari model
geometris. dalam pelajaran inkuiri guru tidak boleh menyumbangkan informasi dan
menyediakan sumber daya sampai kelas meminta mereka, dan kemudian hanya data dan
sumber daya spesifik yang diminta oleh siswa yang harus disediakan.
Langkah 3, reorganisasi pengetahuan, terutama merupakan proses internal; namun kelas
dapat memilih untuk mengungkapkan temuan dan kesimpulan mereka sebagai bagian
dari ringkasan singkat solusi mereka untuk masalah tersebut.
Langkah 4 adalah satu-satunya langkah yang diarahkan guru dalam proses penyelidikan.
Setelah masalah diselesaikan, guru harus memimpin kelas dalam diskusi tentang proses
dan prosedur umum yang digunakan dalam menyelesaikan masalah; yaitu, siswa harus
mempertimbangkan sifat dari proses inkuiri itu sendiri. Langkah ini dapat membantu
kelas merumuskan strategi penyelesaian masalah umum yang dapat diterapkan pada
masalah matematika lainnya dan untuk masalah di luar sekolah.
D. Mengelola Lingkungan Pembelajaran
Setelah strategi pengajaran untuk pelajaran matematika telah dipilih, keberhasilannya
bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola lingkungan kelas. Mengelola kelas
mencakup memperhatikan kebutuhan siswa secara individu, menggunakan sumber daya
secara tepat, mengajukan pertanyaan yang baik, mengamati siswa dan pekerjaan mereka
untuk indikasi pola kebingungan atau kesalahan, mencakup materi secara efisien tetapi tidak
begitu cepat sehingga siswa ketinggalan dalam mengasimilasi informasi, memegang minat
siswa, dan menjaga disiplin siswa.
Banyak, jika tidak sebagian besar, masalah disiplin atau perilaku terjadi di antara siswa
karena guru tidak siap untuk kelas, tidak terorganisir, kurang percaya diri, berjalan terlalu
lambat atau terlalu cepat, tampaknya tidak tertarik dalam mengajar pelajaran atau tidak

28
menyediakan kegiatan untuk mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi dalam pelajaran.
Ini bukan untuk mengatakan bahwa semua masalah disiplin tidak sengaja diciptakan oleh
guru. Beberapa masalah perilaku disebabkan oleh gangguan emosional siswa, keinginan
siswa untuk perhatian, dan faktor lain dalam diri siswa. Guru yang memperlakukan siswa
dengan hormat, manusiawi, adil, penuh perhatian, dan konsisten biasanya tidak dihadapkan
dengan sejumlah besar masalah disiplin.
Namun, ada beberapa sekolah dan beberapa kelas di mana siswa dicap sebagai lambat
secara intelektual, pembuat onar, tidak termotivasi. Banyak dari siswa ini memiliki citra diri
yang buruk dan bahkan gambar yang lebih buruk dari sistem pendidikan di mana mereka
dipaksa untuk berpartisipasi. Jumlah yang lebih tinggi dari rata-rata masalah disiplin dan
masalah perilaku serius dapat diharapkan di antara para siswa ini dan metode khusus
mungkin diperlukan untuk mengatasinya. Lebih banyak akan dikatakan tentang motivasi
dan disiplin dalam Bab 7.

Rencana Pembelajaran untuk Orang dari Statistik


1) Konten Matematika:
Pelajaran ini sesuai untuk digunakan dalam kursus matematika lanjutan atau kursus
peluang dan statistik. Nama topik menggunakan chi square untuk menguji hipotesis
statistik. Objek matematika dari pelajaran ini adalah prinsip, prinsip pengujian hipotesis
statistik. Topik ini dapat diurutkan di dekat akhir kursus matematika lanjutan sekolah
menengah atau di dekat tengah kemungkinan dan kursus statistik.
2) Tujuan Pembelajaran:
Tujuan pembelajaran kognitif dari pelajaran ini adalah: (1) Siswa akan mengetahui
prinsip pengujian hipotesis secara statistik. (2) Siswa akan memuji sifat dan struktur uji
statistik chi-square. (3) Siswa akan menerapkan prinsip uji statistik chi-square yang
diselenggarakan dalam penghitungan frekuensi.
Tujuan pembelajaran afektif dari pelajaran ini adalah: (1) Siswa akan bersedia
untuk berpartisipasi dalam percobaan statistik dari pelajaran ini; yaitu, mereka akan
bersedia untuk merespons. (2) Siswa akan menerima nilai tes statistik untuk
menafsirkan set data numerik yang diperoleh oleh

29
Kedua tujuan, tujuan kognitif dan afektif, harus dibagikan kepada siswa. Kelas
juga harus diberi tahu bahwa tujuan dari pelajaran ini adalah agar mereka belajar
informasi yang dikumpulkan melalui survei, jajak pendapat, dan pengamatan.
3) Sumber Belajar
Sumber belajar yang dibutuhkan untuk pelajaran ini adalah (1) salinan yang cukup
dari tabel chi-square statistik sehingga setiap siswa akan memiliki akses ke tabel chi-
square dan (2) cetakan standar (cetakan kubik dengan angka satu sampai enam di
bagian muka) untuk digunakan selama pelajaran. Tabel chi-square ditemukan di
sebagian besar buku pegangan tabel matematika dan buku teks statistik. Dadu plastik
murah dapat dibeli di toko mainan atau melalui pos dari pemasok sumber daya
pendidikan.
4) Strategi Sebelum penilaian
Untuk berpartisipasi dalam pelajaran ini dan memahami statistik statistik chi-
square, siswa harus memahami konsep probabilitas. Berikut pertanyaan yang dapat
diajukan baik secara lisan atau sebagai kuis tertulis (1) Ketika koin yang adil
dilemparkan, berapa peluang bahwa itu akan mendarat dengan siswa memiliki prasyarat
untuk pelajaran ini: kepala menghadap ke atas? (2) Jika dilemparkan, berapakah
probabilitas a priori bahwa ia akan beristirahat dengan empat menghadap ke atas? (3)
Ketika koin yang adil dilemparkan 10 kali, berapa kali "haruskah itu mendaratkan
kepala? Akankah itu selalu mendaratkan kepala yang berkali-kali ketika dilemparkan 10
kali? (4) Jika mati yang adil digulung 36 kali, berapa kali apakah Anda mengharapkan
satu muncul? dua muncul? cach tiga, empat, lima dan enam akan datang? Apakah ini
selalu terjadi ketika mati digulung 36 kali? Apakah itu biasanya terjadi? mati harus
digulung sehingga akan berakhir dengan masing-masing menghadap tepat.

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perencanaan dalam persiapan mengajar matematika sangat diperlukan karena tanpa
perencanaan yang tepat dan runtut, tujuan pembelajaran maupun tujuan pendidikan akan
sulit tercapai. Selain itu, proses pembelajaran tidak terarah karena tidak direncanakan
dengan sebaik-baiknya. Salah satu tahap perencanaan yang dilakukan bagi seorang guru
adalah menyiapkan silabus dan RPP, yang mana RPP merupakan skenario dari
perencanaan mengajar guru di kelas.
2. Sebagai guru matematika, tujuan umum kita adalah untuk membantu siswa belajar dan
menggunakan fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Namun dalam mengajarkan
setiap topik dalam matematika, kita harus merumuskan tujuan yang lebih spesifik untuk
menggambarkan hasil yang diharapkan dari pembelajaran siswa. Ada tiga jenis tujuan
pendidikan yaitu tujuan kognitif, tujuan afektif, dan keterampilan motorik
3. Cara mengajar matematika bisa dilihat dari beberapa segi, yaitu segi guru dan segi siswa.
Dalam proses pembelajaran ada banyak variasi yang dilakukan guru seperti metode,
model, dan pendekatan pembelajaran. Namun, pada intinya seorang guru harus memiliki
8 keterampilan dasar dalam mengajar agar PBM berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Mengelola kelas mencakup memperhatikan kebutuhan siswa secara individu,
menggunakan sumber daya secara tepat, mengajukan pertanyaan yang baik, mengamati
siswa dan pekerjaan mereka untuk indikasi pola kebingungan atau kesalahan, mencakup

31
materi secara efisien tetapi tidak begitu cepat sehingga siswa ketinggalan dalam
mengasimilasi informasi, memegang minat siswa, dan menjaga disiplin siswa.
B. SARAN
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian
hari.

DAFTAR PUSTAKA

H. Bell Frederick, 1981. Teaching and Learning mathematics (In Secandory School),
Amerika: WM. C.- BROWN Publishing Company

32

Anda mungkin juga menyukai