Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP),

TRANSPARANSI DAN PELATIHAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Akuntansi

Di Susun oleh :
Nama :Moch Ardi Herdiansyah
NIM :102120220007
Program Studi : Akuntansi

Universitas Indonesia Membangun


Bandung
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 2
1.1. Latar Belakang Penelitian ............................................................................................ 2
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 6
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS................... 8
2.1. Kajian Pustaka.............................................................................................................. 8
2.2. Kualitas Laporan Keuangan ......................................................................................... 8
2.2.1. Pengertian Kualitas Laporan Keuangan ........................................................ 8
2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Daerah ................ 9
2.2.3. Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan............................................................. 11
2.2.4. Peranan Pelaporan Keuangan ...................................................................... 12
2.2.5. Dasar Hukum Laporan Keuangan................................................................ 14
2.2.6. Tujuan Laporan Keuangan .......................................................................... 15
2.3. Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ................................................ 17
2.3.1. Pengertian Pemahaman SAP ....................................................................... 17
2.3.2. Kerangka Pemikiran SAP ............................................................................ 18
2.3.3. Sejarah SAP ................................................................................................. 19
2.3.3.1 Latar Belakang Terbitnya SAP .............................................................. 20
2.3.3.2. Penetapan SAP ....................................................................................... 19
2.3.3.3. Sosialisasi Awal SAP ............................................................................. 19
2.4. Transparansi ............................................................................................................... 20
2.4.1. Pengertian Transparansi .............................................................................. 20
2.4.2. Konsep Transparasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ...................... 22
2.4.3. Ciri-ciri Transparansi yang Efektif serta Langkah-langkah untuk
Mengimplementasikannya. ....................................................................................... 24
2.5. Pelatihan ..................................................................................................................... 26
2.5.1. Pengertian Pelatihan .................................................................................... 26
2.5.2. Metode Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan ............................ 27
2.6. Penelitian Terdahulu .................................................................................................. 29
2.7. Kerangka Pemikiran ................................................................................................... 31
2.7.1 . Pengaruh Pemahaman SAP terhadap Penyusunan Laporan Keuangan
SKPD Kabupaten Bandung ...................................................................................... 32
2.7.2. Pengaruh Transparansi terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Kabupaten Bandung ................................................................................................. 32
2.7.3. Pengaruh Pelatihan terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Kabupaten Bandung ................................................................................................. 33
2.8. Hipotesis..................................................................................................................... 34

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma

pembangunan nasional. Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui

kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang yaitu Undang-

Undang No. 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan Undang-

Undang tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang sekarang diubah

menjadi Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP).

SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun

dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan berpedoman pada SAP,

maka diharapkan laporan keuangan pemerintah daerah telah disajikan secara

relevan dan handal sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan

digunakan oleh beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi yang terdapat di dalam Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus bermanfaat dan sesuai dengan

kebutuhan para pemakai. Menurut Sukmaningrum (2012: 41) menyatakan bahwa

“Informasi akan bermanfaat apabila suatu informasi dapat mendukung

2
pengambilan keputusan dan dapat dipahami oleh para pemakai”. Pemerintah daerah

wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk

keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Informasi

akuntansi yang terdapat di dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus

memenuhi beberapa karakteristik kualitatif yang sebagaimana disyaratkan dalam

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

yakni relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami serta transparan

dalam penyajiannya.

Wiraputra, dkk (2014:3) mengemukakan bahwa: “Selain pemahaman

terhadap SAP, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah latar belakang pendidikan.

Sumber daya manusia keberadaannya sangat penting dalam organisasi karena

sumber daya manusia menunjang organisasi melalui karya, kreativitas,

dorongannya dan peran nyata seperti yang dapat disaksikan dalam setiap

organisasi”.

Dalam kaitan dengan kemampuan penyusunan laporan keuangan adalah

sumber daya manusia yakni perangkat SKPD yang dimiliki mempunyai latar

belakang pendidikan akuntansi. Terbatasnya pegawaiyang memiliki latar belakang

pendidikan di bidang akuntansi menjadikan kurangnya pemahaman aparatur SKPD

dalam mengelola keuangan daerah dengan baik dan benar. Sebagian besar pegawai

negeri bagian keuangan tidak memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan

posisinya serta belum memenuhi sepenuhnya tentang akuntansi.

Badan Pemeriksa Keuangan (2014:25) mengemukakan bahwa, “Jumlah

SDM aparatur yang berlatar belakang pendidikan akuntansi pada satuan kerja

3
pengelola keuangan baik di pusat maupun daerah, jumlahnya sangat terbatas”. Hal

ini akan berdampak pada penyusunan laporan keuangan yang kurang baik. Oleh

karena itu dengan memperhatikan latar belakang pendidikan perangkat SKPD

pengelola keuangan, maka akan berhubungan dengan tingkat pemahamanterhadap

SAP sehingga membantu dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Selain itu juga perlu juga diperlukan faktor pendidikan dan pelatihan

(diklat) dalam mendukung perangkat SKPD menyusun laporan keuangan.

Pendidikan dan pelatihan ini bertujuan agar perangkat SKPD tidak mengalami

kesulitan dalam menyusun laporan keuangan daerah karena telah terbiasa

disebabkan adanya diklat yang telah dilakukan. Hal tersebut senada dengan

pendapat Lestari, dkk (2014:2) bahwa:

“Faktor pendukung lainnya seperti pelatihan juga dapat mendukung


perangkat Dinas Daerah dalam penyajian laporankeuangan. Pelatihan ini
dimaksudkan agar perangkat Dinas Daerah tidak mengalami kesulitan
dalam menyusun laporan keuangan yang baik dan benar sesuai dengan
SAP, karena telah mengikuti pelatihan tersebut. Namun
seringkalipelatihan-pelatihan ini bersifat formalitas untuk memenuhi
persyaratan jabatan. Sehingga pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
terkadang menjadi kurang efektif dan efisien”.

Akan tetapi pada kenyataannya pendidikan dan pelatihan pegawai yang

berlaku dewasa ini hanya bersifat formalitas guna memenuhi persyaratan jabatan

saja. Sehingga akibatnya pendidikan dan pelatihan yang dilakukan kurang efektif

dan efisien.

Permasalahan mengenai kualitas laporan keuangan kini semakin

hangatuntukdiperbincangkan, banyaknya kasus-kasus buruknya kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah di Indonesia masih menjadi isu hangat yang

4
perludikaji lebih dalam.Hal inidisebabkanoleh kurangnya pemahaman Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam penyusunan Laporan Keuangan tersebut

(Luh,2014:85).Adanya otonomi daerah menuntut secara tidak langsungpemerintah

daerah untuk menyajikan Laporan Keuangan secara transparan dan

tepat.Pemerintah daerah diwajibkan bertanggungjawab dan terbuka kepada

masyarakat dalam penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Instansi Pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta

mempertanggung jawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas pokok

dan fungsi yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

Bentuk pertanggung jawaban tersebut diperlukan penerapan sistem pelaporan

keuangan yang tepat, jelas dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

akuntabilitas. Tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas

publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan

informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi yang berupa

laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan laporan yang disusun secara sistematis

mengenai posisi keuangan suatu entitas pada saat tertentu, dan kinerja suatu entitas

pada periode tertentu. Maka untuk memenuhi syarat–syarat dalam menyajikan

laporan keuangan yang berkualitas tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan

yang dapat mengatur dan mengelola penyajian laporan keuangan. Peraturan itu

yaitu peraturan pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan. Tujuannya adalah sebagai acuan bagi penyusun standar akuntansi

pemerintahan pusat dan daerah dalam melaksanakan tugasnya,

4
penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum

diatur dalam standar, pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah

laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan dan para

pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada

laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan ditemukan fenomena berkaitan

dengan pengaruh pemahaman standar akuntansi pemerintahan (SAP), transparansi

dan pelatihan terhadap kualitas laporan keuangan pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah Kabupaten Bandung bahwa tidak semua pegawai yang bertanggungjawab

terhadap pengelolaan keuangan dinas pemerintah mengetahui dan memahami

tentang standar akuntansi pemerintahan (SAP), transparansi dan pelatihan terhadap

kualitas laporan keuangan. Dimana pelaporan keuangan pada kantor dinas bila

dilihat dari segi tranparansi ternyata secara keseluruhan tidak diketahui oleh

pegawai.

Laporan keuangan daerah pada dasarnya merupakan suatu asersi atau

pernyataan dari pihak manajemen pemerintah daerah kepada pihak lain, yaitu

pejabat yang memiliki kepentingan tentang kondisi keuangan pemerintah daerah.

Agar dapat menyediakan informasi yang berguna dan bermanfaat bagi pihak- pihak

yang berkepentingan, maka informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan

harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga dapat digunakan dalam

pengambilan keputusan. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan

dapat dipenuhi dengan laporan yang disajikan secara wajar berdasarkan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Oleh karena itu, perlu “Pengaruh

5
Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Transparansi dan Pelatihan

Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Bandung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemahaman standar akuntansi

pemerintahan (SAP), transparansi dan pelatihan baik secara parsial maupun

simultan terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Bandung.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh pemahaman standar akuntansi pemerintahan (SAP),

transparansi dan pelatihan baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas

laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bandung.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa

pihak antara lain :

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

berkaitan dengan pengaruh pemahaman standar akuntansi pemerintahan

(SAP), transparansi dan pelatihan terhadap kualitas laporan keuangan

satuan kerja perangkat daerah.

6
1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi penulis,

Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memempuh ujian sidang

untuk meraih gelar sarjana (S1) pada Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia Membangun.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

berkaitan dengan masalah pemahaman standar akuntansi pemerintahan

(SAP), transparansi, pelatihan dan kualitas laporan keuangan

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau objek untuk diadakan suatu penelitian.

Lokasi Penelitian terletak di Jl. Raya Soreang Banjaran Komplek Pemda Kab. Bandung

dengan waktu Penelitian dilakukan dalam jangka waktu 3 Bulan yakni Mei 2022 sampai

Juli 202

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

Teori yang dijadikan dasar dalam menjelaskan Pengaruh Pemahaman

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Transparansi, Pelatihan Terhadap

Kualitas Laporan Keuangan Satuan Perangkat Kerja Daerah Kabupaten

Bandung adalah sebagai berikut :

2.2. Kualitas Laporan Keuangan

2.2.1. Pengertian Kualitas Laporan Keuangan

Menurut PP No. 71 (2010 : 6):

“Laporan keuangan merupakan laporan yang terstrukturmengenai


posisi keuangan dan transaksi- transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi
anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi dan
perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yangbermanfaat bagi
para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya.”

Secara spesifik tujuan laporan keuangan pemerintah adalah untuk

menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya. Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai

laporan keuangan yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:

1. Menurut Munawir (2000 : 2) “Laporan Keuangan pada dasarnya adalah

hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan dengan atau aktivitas perusahaan tersebut”.

2. Menurut Sawir (2001 : 2) “Laporan Keuangan adalah media yang dapat

8
dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca,

perhitungan laba rugi, ikhtisar laba ditahan, dan laporan posisi keuangan”.

3. Menurut Warren et al (2005 : 24) “Laporan Keuangan adalah laporan

akuntansi yang dibuat setelah transaksi dicatat dan dikhtisarkan yang

menghasilkan informasi bagi pemakainy”.

Sedangkan pengertian kualitas laporan keuangan pemerintahan

dijelaskan pada Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 yaitu “Karakteristik

kualitatif atau kualitas laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang

perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi

tujuannya”. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif

yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas

yang dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat

dipahami.

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Daerah

Berdasarkan alur dan unsur yang terlibat dalam penyusunan laporan

keuangan ada lima faktor utama yang menentukan kualitas laporan keuangan

SKPD yaitu:

1. Kompetensi Sumber Daya Manusia

Menurut Widodo yang dikemukakan oleh Kharis (2010:11) menjelaskan

kompetensi sumber dayamanusia adalah kemampuan sumber daya manusia

untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya

dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup

memadai.Menurut Wiley yang dikemukakan oleh Azhar (2007:35), Sumber

daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda

9
organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi

tersebut.

2. Teknologi Informasi yang digunakan

Menurut Goodhue dan Thompson (1995:213) “Technology is a tool used by

individuals in the completion of their tasks”. Dalam konteks sistem informasi,

teknologi terkait dengan sistem komputer (perangkat keras, perangkat lunak

dan data) dan penggunaan jasa pendukung (training, misalnya) yang

memberikan panduan pengguna dalam penyelesaian tugas.Model terfokus

pada pengaruh sistem secara spesifik atau pengaruh umum seperangkat sistem,

kebijakan dan jasa yang diberikan oleh departemen sistem informasi.

3. Peran PPK-SKPD

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah dijelaskan bahwa Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalah pejabat yang melaksanakan

fungsi tata usaha keuangan pada SKPD. Untuk melaksanakan anggaran yang

dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang

melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD.

PPK-SKPD sebagaimana dimaksud mempunyai tugas, antara lain:

melaksanakan akuntansi SKPD; menyiapkan laporan keuangan SKPD; dan

melaksanakan verifikasi atas SPJ yang disampaikan oleh Bendahara

Penerimaan/Pengeluaran.

10
4. Rekonsiliasi
Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-/PB/2009

tentang Pedoman Rekonsiliasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Kuasa

Bendahara Umum Negara, rekonsiliasi merupakan salah satu kunci dalam

upaya penyusunan laporan keuangan yang kredibel. Hal ini disebabkan oleh

perannya yang cukup penting dalam rangka meminimalisasi terjadinya

perbedaan pencatatan yang berdampak pada validitas dan akurasi data yang

disajikan dalam laporan keuangan.

5. Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengungkapkan bahwa :

”Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPI) adalah proses yang


integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan”.
SPI merupakan kegiatan pengendalian terutama atas pengelolaan sistem

informasi yang bertujuan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan

informasi.

2.2.3.Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan

Menurut PP No. 71 (2010 : 9) “asumsi dasar dalam pelaporan keuangan

di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu

kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapatditerapkan.

Asumsi dasar tersebut kemandirian entitas, asumsi

11
kesinambungan entitas, asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary

meansurement)”.

2.2.3.1. Kemandirian Entitas

Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi

dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk

menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit

instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi

terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk

menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggungjawab

penuh.

2.2.3.2. Kesinambungan Entitas

Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas

pelaporan akan berkelanjutan keberadannya. Dengan demikian,

pemerintah diasumsikantidak bermaksud melakukan likuidasi atas

entitas pelaporan dalam jangka pendek.

2.2.3.3. Keterukunan Dalam Satuan Uang (Monetary Measurement)

Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap

kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini

diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran

dalam akuntansi.

2.2.4. Peranan Pelaporan Keuangan

Menurut PP No. 71 (2010: 7) “Setiap entitas pelaporan mempunyai

kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil

12
yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur

pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan”.

2.2.4.1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara

periodik.

2.2.4.2. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengecaluasi pelaksanaan

kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga

memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas

seluruh asset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan

masyarakat.

2.2.4.3. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada

masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak

untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas

pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang

dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-

undangan.

2.2.4.4. Keseimbangan Antargenerasi

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecakupan

penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai

seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan

13
datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

2.2.4.5. Evaluasi Kerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam

penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk

mencapai kinerja yang direncanakan.

Dari berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran

pelaporan keuangan mempunyai kewajiban untuk melaporkan semua upaya

yang telah dilakukan serta hasil yang telah dicapai dalam kegiatan, harussecara

sistematis dan terstruktur dalam suatu periode pelaporan untuk kepentingan

akuntabilitas, manajemen, transparansi, keseimbangan antar generasi serta

evaluasi kerja. Dari semua hal tersebut akan dapat dilihat bagaimana kualitas

dari penyusunan laporan keuangan. Kualitas penyusunan laporan keuangan akan

bernilai baik apabila semua kepentingan pelaporan keuangan di atas dapat

dicapai sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

2.2.5. Dasar Hukum Laporan Keuangan

Menurut PP No. 71 (2010: 8) Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan

pemerintah antara lain:

1. Undang- Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


yaitu, Undang- Undang yang setiap tahunnya diterbitkan untuk
menetapkan APBN yaitu, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
2. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat
dan Daerah;
3. UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;

14
Selain dari ketiga Undang-Undang diatas terdapat banyak Undang-

Undang yang mengatur tentang keuangan pemerintah Daerah. Seperti Undang-

Undang yang dicantumkan di atas, UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

Negara yaitu Undang- Undang yang mengatur anggaran pendapatan dan belanja

negara yang dimana diterbitkan setiap tahunnya.

Kemudian Undang-Undang N0. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pusat dan Daerah merupakan Undang-Undang yang

mencakup pembagian keuangan secara proporsional, demokratis, adil, dan

transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah. Dan

UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah merupakan

Undang-Undang yang mengatur pemungutan pajak dan retribusi di masing-

masing daerah oleh pemerintah daerah yang kemudian disetorkan kepada

pemerintah pusat.

2.2.6. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PP No. 71 (2010: 7) Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya

menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai

akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun

politik dengan:

1. Menyediakan informasi tetang sumber, alokasi dan penggunaan


sumber daya keuangan;
2. Menyediakan informasi mengenai kecakupan penerimaan periode
berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kinerja entitas pelaporan serta hasil- hasil yangtelah
dicapai;

15
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas melaporkan
dalam hal mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan
kasnya;
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya baik
jangka pendek maupun jangka panjang termasuk yang berasal dari
pungutan pajak dan pinjaman;
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan;

Menurut PP No.71 (2010:25) Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang

dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja


serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
2. Laporan keuangan disusun memenuhi kebutuhan bersama oleh
sebagian besar pemakainya yang secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
3. Laporan keuangan yang menunjukkan apa yang dilakukan
manajemen ataupertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan

adalah sebagai suatu informasi yang dapat dipercaya mengenai Aktiva,

Kewajiban dan Modal, serta informasi mengenai perubahan sumber-sumber

ekonomi lainnya. Selain itu laporan keuangan membantu para pemakai dalam

menghasilkan laba dan pengambilan keputusan ekonomi lainnya.

16
2.3. Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

2.3.1. Pengertian Pemahaman SAP

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah. “Standar Akuntansi Pemerintah adalah prinsip-prinsip

akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan

pemerintah”. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai

kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan

pemerintah di Indonesia.

Menurut PP No. 71 (2010: 2) lingkungan akuntansi pemerintahan

sebagaimana yang terungkap di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan:

1. Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh


terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.
2. Ciri-ciri penting lingkungan pemerintah yang perlu
dipertimbangkan dalammenetapkan tujuanakuntansi dan pelaporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan:
1) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan.
2) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar
pemerintah.
3) Adanya pengaruh proses politik.
4) Hubungan antara pembayaran pajak dan pelayanan
pemerintah.
b. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian:
1) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, targettarget
fiskal, dan sebagai alat pengendaliannya.
2) Investasi dalam assetyang tidak langsung menghasilkan
pendapat.
3) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan
pengendalian.

17
2.3.2. Kerangka Pemikiran SAP

Menurut PP No. 71 (2010: 1) “kerangka Pemikiran merumuskan konsep

yang mendasari penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi

Pemerintah yang selanjutnya dapat disebut standar”. Tujuannya menjadi acuan

bagi:

1) Penyusunan standar dalam melaksanakan tugasnya.

2) Penyusunan laporan keuangan dalam menanggulangi masalah

akuntansi yang belum diatur dalam standar.

3) Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan

keuangan disusun sesuai dengan standar.

4) Para pengguna laporan keuangan dalam menafsir informasi yang

disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan

Standar Akuntansi Pemerintah.

Dari penjelasan diatasdapat disimpulkan Kerangka Pemikiran SAP

merupakan acuan dalam penyusunan standar pelaksanaan tugas, sebagai solusi

dalam menanggulangi permasalahan akuntansi yang belum diatur dalam

standar, menjadi pedoman dalam pemeriksa yang dapat memberikan pendapat

apakah laporan keuangan disusun sesuai standar dan untuk menafsirkan

informasi yang disajikan pada laporan keuangan sesuai dengan Standar

Akuntansi Pemerintah.

18
2.3.3. Sejarah SAP

2.3.3.1. Latar Belakang Terbitnya SAP

Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite

Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas

menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah yang

tertuang dalam KMK 308/KMK012/2002. UU No. 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa laporan

pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun dan disajikan sesuai

dengan standar akuntansi pemerintahan, dan standar tersebut disusun

oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan

peraturan pemerintah.

2.3.3.2. Penetapan SAP

Proses penetapan PP SAP berjalan dengan Koordinasi antara

Sekretariat Negara, Departemen Keuangan dan Departemen Hukum

dan HAM, serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

2.3.3.3. Sosialisasi Awal SAP

KSAP melakukan sosialisasi awal standar kepada para

pengguna. Bentuk sosialisasi awal yang dilakukan berupa seminaratau

diskusi dengan para pengguna, program pendidikan profesional

berkelanjutan, training of trainers (TOT),dan lain-lain.

19
2.4. Transparansi

2.4.1. Pengertian Transparansi

Transparansi merupakan salah satu syarat penting untuk menciptakan

Good Governance. Dengan adanya transparansi di setiap kebijakan dan

keputusan di lingkungan organisasi, maka keadilan (fairness) dapat

ditimbulkan. Transparansi di organisasi akan mendorong diungkapkannya

kondisi yang sebenarnya sehingga setiap pihak yang berkepentingan

(stakeholders) dapat mengukur dan mengantisipasi segala sesuatu yang

menyangkut organisasi.

Menurut Mardiasmo (2013 : 30) “Transparansi adalah keterbukaan

pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga

dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat”. Pemerintah

berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang

akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan. Menurut Werimon (2005:73) prinsip transparansi memiliki 2

aspek, yaitu:

1. Komunikasi publik oleh pemerintah

2. Hak masyarakat terhadap aspek informasi

Keduanya akan sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani

dengan baik kinerjanya. Komunikasi publik menuntut usaha yang sungguh-

sungguh dari pemerintah untuk membuka informasi yang terkait dengan

aktivitas publik.Transparansi merupakan salah satu prinsip good governance,

yaitu tata kelola pemerintahan yang baik. Dimana maksudnya adalah suatu

20
penyelenggaraan manajemen pembangunan, pemberdayaan dan pelayanan

yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan demokrasi.

Dari penjelasan diatas transparansi merupakan salah satu prinsip dari

good governance karena apabila transparansi tidak terlaksana maka good

governace akan susah untuk diterapkan.

Penerapan prinsip transparansi menuntut perusahaan, baik Dewan

Komisaris/Pengawas, Dewan Direksi maupun karyawan selalu terbuka dan

mencegah upaya penyembunyian informasi yang menyangkut kepentingan

publik, pemegang saham dan stakeholders secara keseluruhan. Penerapan

transparansi bisa dimulai melalui penyajian secara terbuka laporan keuangan

yang akurat dan tepat waktu, penetapan kriteria seleksi personil secara terbuka,

penyediaan informasi tentang pendapatan pengurus perusahaan,

pengungkapan atas transaksi atau kontrak dengan pihak-pihak yang memiliki

hubungan erat atau kedudukan istimewa, struktur kepemilikan, sampai pada

penyajian informasi tentang berbagai resiko yang mungkin dihadapi

perusahaan.

Dalam penerapan prinsip ini, perlu ada penyamaan persepsi tentang hal-

hal apa dan seberapa banyak yang perlu diinformasikan, standar apa yang

digunakan sebagai acuan, cara mempublikasikannya dan media apa yangakan

digunakan, tolak ukur penilaiannya, serta bagaimana mengatasi kendala-

kendala yang mungkin terjadi termasuk kendala budaya.

21
2.4.2. Konsep Transparasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Transparansi seperti yang digunakan dalam istilah politik berarti

keterbukaan dan pertanggungjabawan. Menurut Abdul Halim (2007:166)

“Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan, transparansi yang dikaitkan

dengan akuntabilitas mempunyai makna bahwa pertanggungjawaban tersebut

dapat dilihat oleh masyarakat umum sebagai penilai pemerintah”.

Definisi lain menurut Mardiasmo (2004:30) menyebutkan bahwa

“Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-

kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD

dan masyarakat”.

Menurut Bushman & Smith (2003:76) “"Corporate transparency as the

availability of widespread relevance, reliable information about the

performance of the company in a related period, financial position, investment

opportunity, government, values and risks of general trading companies".”.

Berdasarkan pengertian transparansi tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan

bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan

pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan

pelaksanaannya serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi keuangan tingkat

negara disusun berdasarkan intensitas pelaporan perusahaan, waktu

22
pelaporan, jumlah analisis dan media penyebarannya. Transparansi dilakukan

oleh organisasi sektor politik terdiri dari beberapa dimensi.

Menurut Elwood yang dikemukakan oleh Hamid Abidin (2009:34),

menjelaskan beberapa dimensi transparansi yang harus dipenuhi oleh

organisasi sektor publik atau badan hukum, yaitu :

1. Transparansi Proses.
Transparansi proses terkait dengan prosedur pelaksanaan tugas yang
berkaitan dengan kecukupan informasi yang diberikan pada publik.
2. Transparansi Kejujuran dan Transparansi Hukum.
Transparansi kejujuran terkait dengan keterbukaan atas tindakan
yang tidak bertentangan dengan bentuk penyalahgunaan jabatan
(abuse a power), sedang transparansi hukum berkaitan dengan
jaminan akan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
3. Transparansi Program.
Transparansi program terkait dengan pertimbangan atas pencapaian
dari tujuan yang telah ditetapkan serta program yang memberikan
hasil optimal.
4. Transparansi Kebijakan.
Transparansi kebijakan terkait dengan keterbukaan setiap organ
terkait atas kebijakan-kebijakan yang diambil dalam rangka
pencapaian tujuan.

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa konsep transparansi dapat dilihat

dari jenis dan dimensi transparansi itu sendiri. Menurut jenisnya transparansi

terdiri dari transparansi keuangan dan transparansi pemerintah, dapat dilihat

dari ruang lingkup transparansi tersebut dalam suatu organisasi. Adapun

dimensi transparansi yang harus dipenuhi oleh organisasi publik adalah

transparansi kejujuran dan transparansi hukum, transparansi proses,

transparansi program, transparansi kebijakan.

23
2.4.3. Ciri-ciri Transparansi yang Efektif serta Langkah-langkah untuk

Mengimplementasikannya.

Asas transparansi, asas adalah keterbukaan adalah asas yang membuka

diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur,

dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan setiap

memperlihatkan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia

negara. Menurut Bahtiar Arif (2002:135) ciri-ciri transparansi yang baik adalah

sebagai berikut :

1. Kejelasan dari peranan dan tanggung jawab sektor Pemerintah harus


dengan jelas dibedakan dari bagian-bagian lain dengan baik.
2. Tersedianya informasi publik kepada publik harus disediakan
denganlengkap mengenai aktifitas keuangan Pemerintah masa lalu,
masa sekarang dan yang diproyeksikan.
3. Keterbukaan dalam penyusunan, pelaksanaan dan pelaporan
dianggarkan.
4. Diperolehnya kepastian yang independen atas integritas.

Dapat penulis simpulkan bahwa ciri-ciri dari transparansi yang baik

adalah tarnsparansi dilakukan secara menyeluruh, tersedianya informasi publik

kepada publik harus disediakan dengan lengkap, keterbukaan dalam

penyusunan. Pelaksanaan dan pelaporan dianggarkan, diperolehnya kepastian

yang independen atas integritas, dana adanya pembedaan peranan dan tanggung

jawab sektor pemerintahan.

Selanjutnya adalah langkah-langkah untuk mengimplementasikan

transparansi agar menjadi efektif dalam pelaksanaanya, sebagai berikut :

24
1. Menunjukkan apakah sumber-sumber diperoleh dan digunakan

sesuai dengan anggaran yang legal dan menunjukkan ketaatan

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Menunjukkan sumber-sumber, alokasi dan penggunaan sumber-

sumber serta status dari sumber anggaran keuangan.

3. Menunjukkan bagaimana pemerintah atau unit-unitnya

membelanjakan aktivitasnya dan memenuhi kewajiban dan

komitmennya.

4. Menyediakan informasi untuk mengevaluasi kemampuan

pemerintah atau unit-unitnya untuk membelanjai aktifitasnya dan

memenuhi kewajiban dan komitmennya.

5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi

keuangan pemerintah, untuk menetapkan apakah posisi keuangan

pemerintah membaik atau memburuk.

6. Menyediakan informasi untuk menetapkan apakah operasi

pemerintah telah memberikan kontribusi kepada kemakmuran

rakyat sekarang dan masa depan.

7. Menyediakan informasi untuk mengevaluasi kinerja unit-unit

pemerintah dalam ukuran biaya pelayanan, efisiensi danpencapaian

aktivitas.

8. Menyediakan informasi untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas

manajemen pemerintah atas aset dan kewajibannya.

25
9. Mengungkapkan kontraktual atas sumber-sumber dan resiko

kehilangan potensial dari sumber-sumber.

10. Menyediakan informasi untuk dapat memahami sifat, cakupan dan

luasnya aktivitas keuangan pemerintah dalam hubungan dengan

keseluruhan ekonomi.

Dapat penulis simpulkan bahwa langkah-langkah dalam

mengimplementasikan transparansi berawal dari sumber-sumber diperoleh dan

digunakan sesuai dengan anggaran yang legal dan menunjukkan ketaatan

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, dan menyediakaninformasi

untuk dapat memahami sifat, cakupan dan luasnya aktivitas keuangan

pemerintah dalam hubungan dengan keseluruhan ekonomi. Selanjutnya

langkah-langkah implementasi transparansi ini menjadi salah satu indikator

dalam mengukur transparansi.

2.5. Pelatihan

2.5.1. Pengertian Pelatihan

Dalam Peraturan MENPAN No.PER/66/M.PAN/6/2005 (pasal 1 : 72):

“pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada


praktik dari pada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan
menggunakan pendekatan pelatihan untuk orang dewasa dan bertujuan
meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan
tertentu”.

Terdapat beberapa pengertian dari pelatihan yang digunakan

mendefenisikan pelatihan (training). Diantaranya adalah:

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009;719), “Pelatihan

adalah proses melatih; kegiatan atau pekerjaan”.

26
b. Menurut Dessler (2009:46), “Pelatihan adalah proses mengajarkan

karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang

mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”.

Menurut Mathis (2002:52), “Pelatihan adalah suatu proses dimana

orang- orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai

tujuan organisasi”. Dari beberapa pengertian pelatihan di atas dapat ditarik

kesimpulan secara umum pelatihan adalah suatu proses pembelajaran atau

pendidikan yang diberikan kepada pegawai baik secara teori ataupun praktek

yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan pegawai

dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai menjadi lebih

baik dari sebelumnya.

2.5.2.Metode Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan

Berkaitan dengan metode pelaksanaan program pendidikan dan

pelatihan, Menurut Estiningsih (2008;16) menyatakan ada dua strategi

pendidikan / pelatihan yang dapat dilakukan organisasi, yaitu metode di luar

pekerjaan (off the job side) dan metode di dalam pekerjaan (on the job side).

1. Metode di luar pekerjaan (on the job side)


Pada metode ini pegawai yang mengikuti pendidikan atau pelatihan
keluar sementara ini pekerjaannya, mengikuti pendidikan dan
pelatihan secara intensif. Metode ini terdiri dari 2 teknik, yaitu:
a. Teknis presentasi informasi, yaitu menyampaikan informasi
tujuannya mengintrodusikan pengetahuan, sikap dan
keterampilan baru kepada peserta. Teknik ini dapat dilakukan
melalui ceramah biasa, teknik diskusi, teknik pemodelan perilaku
(behavioral modelling), model kelompok T, yaitu mengirim
pekerja ke organisasi yang lebih maju untuk mempelajari teori
dan mempraktekkannya.
b. Teknik simulasi, yaitu meniru perilaku sedemikian rupa sehingga
peserta pendidikan dan latihan dapat merelisasikan

27
seperti keadaan sebenarnya. Teknik ini seperti: simulator alat-
alat kesehatan, studi kasus (case study), permainan peran (role
playing),dan teknik dalam keranjang (in basket), yaitu dengan
cara memberikan bermacam- macam masalah dan peserta
diminta untuk memecahkan masalah tersebut sesuai dengan teori
dan pengalamannya.
2. Metode di dalam pekerjaan (on the job side)
Pelatihan ini berbentuk penugasan pekerja baru, yang dibimbing
oleh pegawai yang berpengalaman atau senior. Pekerja yang senior
yang bertugas membimbing pekerja baru diharapkan
memperlihatkan contoh-contoh pekerjaan yang baik, dan
memperlihatkan penanganan pekerjaan yang jelas.

Selain kedua metode di atas, Estiningsih (2008:18) menyatakan bahwa

terdapat beberapa metode lain yang dapat dilakukan dalam organisasi, sesuai

dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan organisasi langsung di tempat kerja,

yaitu belajar sendiri (self-learning), tutorial, studi kasus, gugus kendali mutu.

a. Self- Learning (belajar sendiri)


Belajar secara mandiri merupakan suatu pembelajaran melalui
modul, yaitu materi yang berisi langkah-langkah proses belajaryang
sistematis. Modul disusun sedemikian rupa, sehingga peserta atau
pembaca modul dapat dengan mudah dituntun untuk
mempelajarinya langkah demi langkah. Kelebihan dari cara
pembelajaran ini adalah menjamin kemampuan belajar tiap peserta,
dapat menjangkau banyak peserta serta dengan cepat dapat menilai
kecakapannya. Sedangkan kelemahannya, memerlukan banyak
waktu dalam menyusul modul dan biaya pembuatan modul tinggi.
Dalam hal ini diperlukan motivasi yang kuat dari peserta untuk
belajar.
b. Tutorial
Tutorial adalah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan
cara memberikan tugas baca pada suatu kelompok dengan topik
tertentu yang kemudian didiskusikan dalam kelompok tersebut.
Tujuan dari cara ini adalah untuk memantapkan pemahaman peserta
terhadap materi. Dalam sistem ini peserta berinteraksi melalui
diskusi ilmiah berdasarkan referensi yang tersedia dan hasilnya
disusun dalam suatu makalah untuk kemudian dipresentasikan.
Kelebihan metode ini adalah analisis suatu topik

28
dibahas secara mendalam, sehingga menjamin dasar ilmiahnya dan
terjadinya interaksi dalam kelompok.
c. Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu metode pembelajaran dengan mengajak
peserta menganalisis masalah dan memilih alternatif- alternaltif
pemecahan masalah. Metode ini bertujuan untuk membantu peserta
mengembangkan daya intelektualnya dan keterampilan
berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah.
d. Gugus Kendali Mutu
Gugus Kendali Mutu merupakan proses perbaikan kinerja staf secara
terus menerus, melalui suatu wadah yang melibatkan staf pada
tingkat pelaksana dalam kelompok kecil (3-8 orang) dan berada
dalam suatu lingkup kerja yang sama. Tujuan dari Gugus Kendali
Mutu ini adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang
memungkinkan semua staf berperan serta dalam memecahkan
masalah di tempat kerjanya, untuk meningkatkan mutu dan
produktifitas kerja.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengambil beberapa referensi dari penelitian yang terdahulu yang

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Putri Bunga Pengaruh Pemahaman 1. Pemahaman Standar Pemahaman SAP,


Meiliana Daulay Standar Akuntansi Akuntansi pendidikan,
(2015) Pemerintahan (SAP, Pemerintahan. pelatihan, dan
Pelatihan, Akuntabilitas, 2. Pelatihan. akuntabilitas
Transparansi Terhadap 3. Akuntabilitas. berpengaruh
Penyusunan Laporan 4. Transparansi terhadap penyusunan
Keuangan SKPD Kota 5. Penyusunan laporan laporan keuangan
Padangsidimpuan keuangan pemerintah SKPD kota padang
daerah sidempuan

Ni Putu Yogi Pengaruh Pemahaman 1. Pemahaman Standar Terdapat pengaruh


Merta Maeka Standar Akuntansi Akuntansi pemahaman Standar
Sari, I Made Pemerintahan (SAP) dan Pemerintahan (SAP) Akuntansi
Pradana Pemanfaatan Sistem (X1), Pemerintahan (SAP)
Adiputra dan Informasi Akuntansi 2. Sistem Informasi dan pemanfaatan
Edy Sujana Keuangan Daerah Akuntansi Keuangan sistem informasi
(2014) Terhadap Kualitas (X2), akuntansi keuangan

29
Laporan Keuangan 3. Kualitas Laporan daerah terhadap
Pemerintah Daerah Keuangan (Y) kualitas laporan
(Studi Kasus Pada keuangan
Dinas-Dinas di Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten (studi kasus pada
Jembrana) dinas-dinas di
Pemerintah
Kabupaten
Jembrana)

Rahim (2012) Pengaruh Pemahaman 1. Pemahaman SAP Pemahaman SAP,


SAP, Pendidikan, (X1), pendidikan,
Pelatihan, dan 2. Pendidikan (X2), pelatihan, dan
Akuntabilitas terhadap 3. Pelatihan (X3), akuntabilitas
Penyusunan Laporan 4. Akuntabilitas (X4). berpengaruh
Keuangan SKPD 5. Penyusunan Laporan terhadap penyusunan
Pemerintahan Keuangan (Y). laporan keuangan
Kabupaten Bengkalis SKPD Pemerintahan
Kabupaten Bengkalis
putri (2010) Pengaruh Pemahaman i. Pemahaman Standar Pemahaman Standar
Standar Akuntansi Akuntansi Akuntansi
Pemerintah, Pendidikan Pemerintah, Pemerintah,
dan Pelatihan, serta ii. Pendidikan dan Pendidikan dan
Latar Belakang Pelatihan, Pelatihan tidak
Pendidikan dalam iii. Kualitas Laporan mempunyai
kualitas Laporan Keuangan pengaruh yang
Keuangan Daerah pada signifikan serta
Pemerintah Kabupaten memiliki hubungan
Bandung yang negatif
terhadap kualitas
laporan keuangan
Rajana (2009) Pengaruh Pemahaman 1. Pemahaman SAP Pemahaman SAP,
Standar Akuntansi (X1), Latar Belakang
Pemerintah, Pendidikan 2. Latar Belakang Pendidikan tidak
dan Pelatihan terhadap Pendidikan (X2), mempunyai
Kualitas Laporan 3. Pelatihan (X3), pengaruh yang
Keuangan SKPD Kota 4. kualitas Laporan siginifikan serta
Pematangsiantar Keuangan (Y) memiliki hubungan
yang negatif,
sedangkan Strata
Pendidikan dan
Pelatihan memiliki
hubungan yang
positif namun tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kualitas laporan
keuangan

30
2.7. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini model yang dibangun berdasarkan model yang dikembangkan

oleh Yohannes (2008;34). Penelitian ini menggunakan empat variabel independen

dan satu variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen

Pemahaman SAP, Pelatihan, Akuntabilitas serta Transparansi. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah Penyusunan Laporan Keuangan SKPD.

Didalam kerangka Pemikiran ini menunjukkan hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen secara parsial dan simultan. Adapun gambar

kerangkanya seperti dibawah ini:

Pemahaman Standar
Akuntansi Pemerintah
(X1)

Transparansi Kualitas Laporan


(X2) Keuangan (Y)

Pelatihan
(X3)

Gambar 2.1
Kerangka Penelitian

2.7.1. Pengaruh Pemahaman SAP terhadap Penyusunan Laporan

Keuangan SKPD Kabupaten Bandung

Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Penyusunan

Laporan Keuangan merupakan suatu hal yang penting. Hal ini karena,

31
Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

Jika perangkat kerja kurang memahami standar akuntansi pemerintahan maka

akan mengurangi efesiensi perangkat kerja dalam menyusun laporan keuangan

pemerintah. Namun, apabila perangkat kerja memahami standar akuntansi

pemerintahan, maka akan sangat mudah dalam menyusun dan menyajikan

laporan keuangan pemerintahan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang

diterapkan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rajana(2009;59) yang

menemukan hubungan negatif antara pemahaman standar akuntansi

pemerintahan dengan penyusunan laporan keuangan pemerintahan. Hal ini

disebabkan oleh kenyataan bahwa perangkat kerja masih banyak yang belum

mengetahui dan memahami standar akuntansi pemerintahan.

2.7.2. Pengaruh Transparansi terhadap Penyusunan Laporan Keuangan

SKPD Kabupaten Bandung

Transparansi berarti keterbukaan. Transparansi pemerintah merupakan

keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangandaerah

sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Didalam

pemerintahan transparansi merupakan satu hal penting karena, apabila

transparansi tidak diterapkan maka akan timbul rasa kecurigaan dan tidak

percaya antara berbagai pihak. Pemerintah harus dapat memberikan informasi

keuangan ataupun lainnya yang akan digunakan untuk suatu pengambilan

keputusan oleh pihak tertentu. Pada penelitian Maryati (2008:63), transparansi

berpengaruh signifikan dan positif terhadap

32
pengelolaan laporan keuangan. Transparansi mungkin sulit dilakukan oleh

pihak- pihak tertentu karena berbagai alasan. Tetapi jika pemerintah dapat

menangani dengan baik kinerjanya, serta komunikasi publik yang baik dapat

terjalin tidak menutup kemungkinan bahwa transparansi dapat berjalan sesuai

bagaimana seharusnya.

2.7.3. Pengaruh Pelatihan terhadap Penyusunan Laporan Keuangan

SKPD Kabupaten Bandung

Pelatihan diberikan kepada perangkat kerja untuk mendapatkan suatu

pembelajaran yang lebih menekankan pada praktik dari pada teori, yang

bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis

keterampilan tertentu. Semakin sering seseorang mengikuti pelatihan maka

akan semakin bertambah pengetahuannya serta semakin meningkat pula

keterampilannya dalam bidangnya masing-masing. Sebaliknya, jika seseorang

jarang mengikuti pelatihan tidak menutupi kemungkinan pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya tidak sebanyak orang yang sering mengikuti

pelatihan. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu Rajana (2009;59)

dan Enho (2009;61), pelatihan berpengaruh secara negatif. Hal ini disebabkan

karena pendidikan dan pelatihan yang diberikan semata-mata hanya formalitas

serta ketidaktahuan perangkat kerja mengenai materi yangdiberikan. Namun

tidak semua perangkat kerja yang jarang mengikuti pelatihan akan berarti

pendidikan dan pengetahuannya hanya sedikit, karena bisa saja perangkat kerja

mendapatkan ilmu pengetahuan tidak melalui pelatihan.

33
2.8. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiyono, 2012:51). Dari kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian ini adalah Ada pengaruh pemahaman standarakuntansi pemerintahan (SAP),

transparansi dan pelatihan baik secara parsialmaupun simultan terhadap kualitas laporan

keuangan satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Bandung.

34

Anda mungkin juga menyukai