Anda di halaman 1dari 8

MODUL SKB KEUANGAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara
adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.
Pengertian Perbendaharaan Negara menurut UU No. 1 Tahun 2004 adalah “pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD)”.
Jabatan Fungsional (JF) Analis Keuangan adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan analisis keuangan pusat dan daerah dalam lingkungan
Instansi Pusat dan Instansi Daerah. Jabatan fungsional analis keuangan pusat dan daerah (APKD) termasuk
dalam rumpun akuntan dan anggaran. Instansi pembina jabatan fungsionalnya adalah Kementerian
Keuangan. Jabatan fungsional analis keuangan merupakan jabatan fungsional keahlian. Oleh karena itu
jenjang jabatan fungsional ini mulai dari terendah sampai tertinggi adalah:
1) Analis keuangan ahli pertama
2) Analis keuangan ahli muda
3) Analis keuangan ahli madya
4) Analis keuangan ahli utama
Tugas pokok dari analis keuangan adalah melakukan kegiatan analisis dibidang keuangan, baik di pusat
maupun daerah sesuai dengan kedudukan masing-masing. Atau lebih spesifiknya adalah melakukan
inventarisasi dan identifikasi data, mengolah dan menganalisis data, memberikan rekomendasi dan
advokasi, menyusun grand design hal-hal yang berkaitan dengan hubungan keuangan pusat dan daerah
serta pengelolaan keuangan daerah. Obyek yang bisa digali adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja
Daerah, Dana Transfer ke Daerah, Dana Desa, Pembiayaan Daerah, Laporan Keuangan Daerah, Aset Daerah,
APBD, dan lain lain.
Seperti halnya jabatan fungsional lainnya, salah satu syarat kenaikan pangkat dan/atau jabatan untuk JF
analis keuangan adalah dengan pengumpulan angka kredit yang berasal dari tugas pokok dan/atau tugas
tambahan. Adapun rincian tugas pokok dan tugas tambahan dapat dilihat pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 42 Tahun 2014 tentang Jabatan
Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah.
PNS yang diangkat untuk pertama kali dalam JF ini harus memenuhi syarat diantaranya:
a) berijazah paling rendah Sarjana (S-1)/Diploma IV sesuai bidangnya;
b) berpangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruang III/a;
c) telah mengikuti dan lulus pelatihan fungsional untuk analis keuangan pusat dan daerah; dan
d) nilai kinerja paling kurang bernilai baik dalam satu tahun terakhir.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh analis keuangan adalah pendidikan formal, pelatihan
fungsional, pelatihan teknis, dan pengembangan kompetensi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Untuk pelatihan fungsional bagi pejabat fungsional AKPD dengan mengikuti diklat manajemen
keuangan daerah, diklat manajemen keuangan publik, diklat penguasaan metode dan teknik analisis, dan
diklat kemampuan menulis. Kompetensi pelatihan fungsional ini juga dapat ditunjang dengan diklat
kompetensi teknis untuk analis keuangan serta pengembangan kompetensi lainnya.

B. Petunjuk Penggunaan Modul


Bacalah dan pahami dengan baik uraian materi yang disajikan pada modul ini. Apabila terdapat materi yang
kurang jelas segera tanyakan kepada pengajar.

C. Tujuan Akhir
Peserta memiliki persepsi yang sama mengenai Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara serta Tugas
Pokok dan Fungsi Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah (AKPD).
BAB II
PEMBELAJARAN

A. Keuangan Negara
Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan
negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.
1) Dari sisi objek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2) Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh subjek yang
memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah daerah,
perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
3) Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.
4) Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang
berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan negara.
Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek, terlihat bahwa hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas cakupannya, yaitu termasuk kebijakan dan kegiatan dalam
bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Dengan demikian, bidang pengelolaan keuangan negara dapat dikelompokkan dalam:
a. subbidang pengelolaan fiskal,
b. subbidang pengelolaan moneter, dan
c. subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Pengelolaan keuangan negara subbidang Pengelolaan Fiskal meliputi kebijakan dan kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mulai dari penetapan Arah dan
Kebijakan Umum (AKU), penetapan Strategi dan Prioritas Pengelolaan APBN, penyusunan anggaran oleh
pemerintah, pengesahan anggaran oleh DPR, pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran, penyusunan
perhitungan anggaran negara (PAN) sampai dengan pengesahan PAN menjadi Undang-Undang.
Pengelolaan keuangan negara subbidang Pengelolaan Moneter berkaitan dengan kebijakan dan
pelaksanaan kegiatan sektor perbankan dan lalu-lintas moneter baik dalam maupun luar negeri.
Pengelolaan keuangan negara subbidang Kekayaan Negara yang Dipisahkan berkaitan dengan kebijakan dan
pelaksanaan kegiatan di sektor Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) yang orientasinya
mencari keuntungan (profit motive).
Berdasarkan uraian di atas, pengertian keuangan negara dapat dibedakan antara: pengertian keuangan
negara dalam arti luas, dan pengertian keuangan negara dalam arti sempit. Pengertian keuangan negara
dalam arti luas pendekatannya adalah dari sisi objek yang cakupannya sangat luas, dimana keuangan negara
mencakup kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan. Sedangkan pengertian keuangan negara dalam arti sempit hanya mencakup pengelolaan
keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal saja.
Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan
keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan
aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Aturan pokok keuangan negara
telah dijabarkan ke dalam asas- asas umum, yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam
pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas
maupun asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) dalam
pengelolaan keuangan negara yaitu asas akuntabilitas, asas profesionalitas, asas proporsionalitas, asas
keterbukaan, dan asas pemeriksaan keuangan.
Ruang lingkup keuangan negara meliputi:
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar
tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara;
d. pengeluaran negara;
e. penerimaan daerah;
f. pengeluaran daerah;
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak- hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan
dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah; dan
j. kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain
berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau
perusahaan negara/daerah.
Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan negara sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan. Dalam pelaksanaannya, kekuasaan presiden tersebut tidak
dilaksanakan sendiri oleh presiden, melainkan:
1. Dikuasakan kepada menteri keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan;
2. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga negara dan lembaga pemerintah non kementerian
negara, selaku pengguna anggaran/ pengguna barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
dan
3. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah sebagai perwujudan
pelaksanaan asas desentralisasi, untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Menteri keuangan selaku pengelola fiskal bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi:
1. pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro,
2. penganggaran,
3. administrasi perpajakan,
4. administrasi kepabeanan
5. perbendaharaan, dan
6. pengawasan keuangan.
Kewenangan presiden terhadap pengelolaan keuangan negara yang dilimpahkan kepada pejabat negara,
meliputi kewenangan yang bersifat umum yang timbul dari pengurusan umum, dan kewenangan yang
bersifat khusus yang timbul dari pengurusan khusus. Pengurusan umum atau pengurusan administrasi
mengandung unsur penguasaan, yang erat hubungannya dengan penyelenggaraan tugas pemerintahan di
segala bidang dan tindakannya dapat membawa akibat pengeluaran dan atau menimbulkan penerimaan
negara. Dalam pengurusan umum terdapat dua pejabat atau subjek pengurusan, yang disebut Otorisator
dan Ordonator.
Otorisator adalah pejabat yang memperoleh pelimpahan wewenang untuk mengambil tindakan-tindakan
yang mengakibatkan adanya penerimaan dan/atau pengeluaran negara. Tindakan-tindakan otorisator yang
bisa berakibat penerimaan dan/atau pengeluaran tersebut disebut otorisasi.
Otorisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. otorisasi bersifat luas atau otorisasi umum
b. otorisasi bersifat sempit atau otorisasi khusus.
Otorisasi bersifat luas/umum adalah otorisasi yang tidak membawa akibat langsung pada pengeluaran dan
atau penerimaan negara. Contoh otorisasi umum: undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
pemerintah pengganti undang-undang, keputusan presiden, instruksi presiden, peraturan gaji pegawai
negeri, peraturan pemberian tunjangan, dan sebagainya. Otorisasi umum baru akan berakibat pengeluaran
dan atau penerimaan apabila sudah ada/dilengkapi otorisasi yang bersifat khusus.
Otorisasi bersifat sempit/khusus adalah otorisasi yang mempunyai akibat langsung terhadap penerimaan
dan/atau pengeluaran negara. Contoh otorisasi khusus adalah surat keputusan pengangkatan pegawai,
surat keputusan penunjukan bendahara, surat keputusan pensiun, dan sebagainya.
Ordonator adalah pejabat yang berwenang untuk melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang
diajukan kepada kementerian negara/lembaga sehubungan dengan tindakan otorisator, serta
memerintahkan pembayaran dan/atau menagih penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan
anggaran. Secara garis besar, ordonator bertugas untuk menguji, meneliti dan mengawasi penerimaan-
penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran negara termasuk tagihan-tagihan yang diajukan oleh pihak
ketiga kepada pemerintah, apakah benar-benar telah sesuai dengan otorisasi yang dikeluarkan oleh
otorisator dan belum kedaluwarsa. Apabila tagihan-tagihan tersebut telah memenuhi persyaratan, maka
ordonator menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) dan/atau Surat Penagihan.

B. Perbendaharaan Negara
Pengertian Perbendaharaan Negara menurut UU No. 1 Tahun 2004 adalah “pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD)”. Sejalan dengan perkembangan
kebutuhan pengelolaan keuangan negara, dirasakan semakin pentingnya fungsi perbendaharaan dalam
rangka pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah yang terbatas secara efisien. Fungsi
perbendaharaan tersebut meliputi:
a. perencanaan kas yang baik;
b. pencegahan agar jangan sampai terjadi kebocoran dan penyimpangan;
c. pencarian sumber pembiayaan yang paling murah; dan
d. pemanfaatan dana yang menganggur (idle cash) untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya
keuangan.
Kewenangan pengurusan khusus atau pengurusan kebendaharaan (komptable) dipegang oleh menteri
keuangan, sesuai pasal 7 UU No. 1 Tahun 2004 yang menetapkan bahwa menteri keuangan adalah
Bendahara Umum Negara. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas
nama negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau
barang-barang negara/daerah. Beberapa ketentuan yang berkaitan dengan masalah bendahara yaitu
sebagai berikut:
a) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran diangkat oleh menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota.
b) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran adalah Pejabat Fungsional dan tidak boleh
dirangkap oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Bendahara Umum Negara.
c) Bendahara penerimaan/pengeluaran dilarang melakukan baik secara langsung maupun tidak langsung,
kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa, atau bertindak sebagai penjamin
atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut.
d) Persyaratan pengangkatan dan pembinaan karier bendahara diatur oleh Bendahara Umum Negara
selaku Pembina Nasional Jabatan Fungsional Bendahara.
Berdasarkan objek pengurusannya, bendahara dapat dibedakan menjadi bendahara uang dan bendahara
barang. Bendahara uang mempunyai tugas untuk melakukan pengurusan uang yang dinyatakan dalam
kegiatan menerima, menyimpan, mengeluarkan, mengadministrasikan serta mempertanggungjawabkan
uang yang berada dalam pengurusannya. Bendahara uang dapat dikelompokkan lagi menjadi:
1. Bendahara umum yaitu bendahara yang mengurus perbendaharaan negara baik di bidang penerimaan
maupun pengeluaran negara.
2. Bendahara khusus penerimaan yaitu bendahara yang hanya mengurus penerimaan negara.
3. Bendahara khusus pengeluaran yaitu bendahara yang hanya mengurus pengeluaran negara.
Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang bagi kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya. Sebagai pengguna anggaran, menteri/pimpinan lembaga memiliki
wewenang:
a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
b. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;
c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara;
d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang;
e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran;
g. menggunakan barang milik negara;
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara;
i. mengawasi pelaksanaan anggaran;
j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dari kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
Menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara memiliki wewenang:
a. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;
b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara;
d. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;
e. menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran anggaran negara;
f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran negara;
g. menyimpan uang negara;
h. menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi. Dalam rangka pengelolaan kas,
investasi yang dimaksud adalah pembelian Surat Utang Negara (SUN);
i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas beban rekening kas
umum negara;
j. melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah;
k. memberikan pinjaman atas nama pemerintah;
l. melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;
m. mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
n. melakukan penagihan piutang negara;
o. menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara;
p. menyajikan informasi keuangan negara;
q. menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik negara;
r. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka pembayaran pajak; dan
s. menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.
Menteri/pimpinan lembaga mengangkat Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran untuk
melaksakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan anggaran belanja
pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah. Tugas
kebendaharaan dimaksud meliputi kegiatan menerima, menyimpan, menyetor/membayar/menyerahkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan/pengeluaran uang dan surat berharga yang
berada dalam pengelolaannya.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran adalah Pejabat Fungsional dan tidak boleh dirangkap
oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Bendahara Umum Negara. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran
dilarang melakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa, atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan
tersebut. Persyaratan pengangkatan dan pembinaan karier bendahara diatur oleh Bendahara Umum
Negara selaku Pembina Nasional Jabatan Fungsional Bendahara.

C. Analis Keuangan Pusat dan Daerah


Jabatan fungsional analis keuangan pusat dan daerah (AKPD) adalah salah satu jabatan fungsional yang
bertugas dan berfungsi untuk melakukan analisis dan memberikan rekomendasi hal-hal terkait kebijakan
hubungan kekuasaan pusat dan daerah serta pengelolaan keuangan daerah. Instansi pembina jabatan
fungsional AKPD adalah Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK).
Adapun manfaat dari pengimplementasian jabatan fungsional AKPD adalah:
1) Bagi organisasi
a) meningkatkan kualitas penyusunan kebijakan hubungan keuangan pusat dan daerah, dan
pengelolaan keuangan daerah dengan tantangan yang makin kompleks;
b) meningkatkan kinerja unit pengelolaan keuangan daerah karena adanya optimalisasi pelaksanaan
tugas yang dapat dilakukan oleh pejabat fungsional AKPD.
2) Bagi individu
a) memberikan alternatif pengembangan karir PNS agar tidak hanya fokus pada jalur karir di jabatan
struktural. Meskipun sudah menjabat di jabatan fungsional, PNS tetap dapat mutasi promosi
diagonal ke jabatan struktural;
b) memungkinkan adanya kenaikan pangkat pejabat fungsional lebih cepat dan penilaian kinerja
berdasarkan kontrak kinerja (bukan angka kredit) yang dapat disesuaikan dengan tujuan dan
kebutuhan organisasi;
c) batas usia pensiun lebih lama dibandingkan PNS pada jabatan struktural.
Tugas dan fungsi pejabat fungsional AKPD adalah melakukan inventarisasi dan identifikasi data, mengolah
dan menganalisis data, memberikan rekomendasi dan advokasi, serta menyusun konsep dan grand design
hal-hal terkait hubungan keuangan pusat dan daerah serta pengelolaan keuangan daerah. Hubungan
keuangan pusat dan daerah terkait penyelenggaraan otonomi daerah melalui penyediaan sumber-sumber
pendanaan berdasarkan kewenangan pemerintah pusat, desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sedangkan pengelolaan keuangan daerah mencakup
pengaturan mengenai perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban
keuangan daerah serta pihak-pihak yang terlibat sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun
2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Adapun objek yang dapat digali oleh pejabat fungsional AKPD
antara lain:
- Pendapatan Asli Daerah (PAD)
- Belanja daerah
- Dana transfer ke daerah dan dana desa
- Pembiayaan daerah
- Laporan keuangan daerah
- Aset daerah
- APBD
Secara keseluruhan ada lima puluh tujuh (57) tugas pokok yang dapat dilakukan oleh pejabat fungsional
AKPD sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
42 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah. Selain tugas pokok, pejabat
fungsional AKPD juga dapat diberikan tugas tambahan yang berguna untuk pengembangan kemampuan.
Adapun tugas tambahan tersebut meliputi:
a. membuat membuat modul bahan ajar diklat analisis keuangan pusat dan daerah;
b. membuat karya tulis ilmiah di bidang analisis keuangan pusat dan daerah;
c. membuat model kebijakan sebagai bahan diklat analisis keuangan pusat dan daerah;
d. membuat alat bantu diklat analisis keuangan pusat dan daerah;
e. mengembangkan buku pedoman tentang analisis keuangan pusat dan daerah;
f. menyusun/mengembangkan juklak/juknis di bidang analisis keuangan pusat dan daerah; dan
g. melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan tugas pokok jabatannya.
Dalam melaksanakan tugasnya, jabatan fungsional analis keuangan pusat dan daerah mengacu ke kinerja
yang dinilai berdasarkan pada pencapaian pada Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). SKP merupakan rencana
kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS atau dapat dikatakan SKP adalah kontrak kinerja dari
PNS. SKP disusun berdasarkan penetapan kinerja unit kerja dan merupakan penjabaran rencana kerja
instansi yang berorientasi pada hasil akhir secara nyata dan terukur. SKP disetujui dan ditetapkan oleh
pimpinan tinggi pratama di unit yang bersangkutan setiap tahun pada awal Januari. Pejabat fungsional AKPD
menyusun SKP sesuai dengan jenjang jabatan yang diambil dari kegiatan masing-masing sebagai turunan
dari penetapan kinerja unit dengan mendasarkan kepada tingkat kesulitan dan syarat kompetensi untuk
masing-masing jenjang jabatan. Penentuan jumlah kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan beban kerja
efektif satu tahun. Adapun output dari SKP jabatan fungsional AKPD adalah laporan analisis keuangan pusat
dan daerah yang dapat berupa policy brief, makalah, tulisan ilmiah, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis, prosedur standar, serta laporan sejenisnya.
Jabatan fungsional AKPD memiliki jenjang sebagai berikut:
1) AKPD ahli pertama, dengan kriteria kepangkatan Penata Muda (III/a) dan Penata Muda Tk. I (III/b) serta
melakukan tugas dan fungsi inventarisasi dan identifikasi data terkait Hubungan Keuangan Pusat dan
Daerah (HKPD)/Keuangan Daerah;
2) AKPD ahli muda, dengan kriteria kepangkatan Penata (III/c) dan Penata Tk. I (III/d) serta melakukan
tugas dan fungsi pengolahan dan analisis data serta kajian teknis terkait HKPD/Keuangan Daerah;
3) AKPD ahli madya, dengan kriteria kepangkatan Pembina (IV/a), Pembina Tk. I (IV/b), dan Pembina
Utama Muda serta melakukan tugas dan fungsi penyusunan rekomendasi dan advokasi terkait
HKPD/Keuangan Daerah; dan
4) AKPD ahli utama, dengan kriteria kepangkatan Pembina Utama Madya (IV/d) dan Pembina Utama (IV/e)
serta melakukan tugas dan fungsi penyusunan konsep dan desain HKPD/Keuangan Daerah.
Adapun terkait tunjangan jabatan untuk analis keuangan pusat dan daerah diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 8 Tahun 2017 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah. Sedangkan
untuk Batas Usia Pensiun untuk jabatan fungsional AKPD diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil dimana untuk pejabat fungsional ahli pertama dan
ahli muda sampai dengan 58 tahun, untuk pejabat fungsional ahli madya 60 tahun, dan pejabat fungsional
ahli utama sampai dengan 65 tahun.
Pejabat fungsional AKPD dapat dimungkinkan melakukan perpindahan (mutasi) diagonal, yaitu perpindahan
pegawai dari jabatan struktural ke jabatan fungsional atau sebaliknya. Dalam mengisi jabatan fungsional
AKPD, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengangkatan pertama;
2. Pengangkatan dari jabatan lain;
3. Pengangkatan melalui penyesuaian (inpassing)
Untuk peningkatan kompetensi, fungsional AKPD dituntut untuk mengikuti diklat kompetensi inti yang
terdiri dari:
a. Diklat manajemen keuangan daerah dasar dan lanjutan;
b. Diklat manajemen keuangan publik dasar dan lanjutan;
c. Diklat penguasaan metode dan teknik analisis dasar dan lanjutan; dan
d. Diklat kemampuan menulis dasar dan lanjutan.
Sedangkan untuk diklat kompetensi penunjang yang dibutuhkan untuk analis keuangan pusat dan daerah
adalah:
a. Diklat pengetahuan kebendaharaan negara dasar dan lanjutan
b. Diklat Analisa dan proyeksi perekonomian daerah dasar dan lanjutan
c. Diklat pengetahuan hukum administrasi keuangan negara dasar dan lanjutan
d. Diklat manajemen sistem anggaran dasar dan lanjutan
e. Diklat manajemen BMN dasar dan lanjutan
f. Diklat pengetahuan hukum dasar dan lanjutan
g. Diklat teknik penyusunan prosedur
h. Diklat pengetahuan sistem anggaran
Kenaikan pangkat Analis Keuangan Pusat dan Daerah, dapat dipertimbangkan apabila:
a. Paling singkat 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
b. Memenuhi angka kredit kumulatif yang ditentukan; dan
c. Penilaian prestasi kerj a paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
Kenaikan jabatan Analis Keuangan Pusat dan Daerah dapat dipertimbangkan apabila:
a. Tersedia formasi;
b. Paling singkat 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir;
c. Memenuhi angka kredit yang ditentukan;
d. Telah mengikuti dan lulus uji kompetensi; dan
e. Penilaian prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
Ketentuan mengikuti dan lulus uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf d, dapat diikuti
oleh Analis Keuangan Pusat dan Daerah yang telah memiliki 80% (delapan puluh persen) angka kredit yang
disyaratkan untuk kenaikan jabatan.

B. Tes Formatif
1. Pengertian keuangan negara dalam arti luas mencakup....
A. semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.
B. kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal dan moneter.
C. kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan.
D. pengelolaan perpajakan, retribusi, dan belanja negara.
E. utang piutang negara dan pengelolaan barang milik negara.

2. Bendahara yang melaksanakan tugas dalam hal perbendaharaan baik untuk penerimaan maupun
pengeluaran disebut…
A. Bendahara penerimaan.
B. Bendahara pengeluaran.
C. Bendahara uang.
D. Bendahara umum.
E. Bendahara barang.

3. Berikut yang bukan merupakan jenjang jabatan dalam fungsional analis keuangan pusat dan daerah
adalah…
A. Analis keuangan pusat dan daerah pelaksana
B. Analis keuangan pusat dan daerah pertama
C. Analis keuangan pusat dan daerah muda
D. Analis keuangan pusat dan daerah madya
E. Analis keuangan pusat dan daerah utama
BAB III
EVALUASI

A. Kognitif Skill
1. Sdr. Andri Ridwan, SE., jabatan Analis Keuangan Pusat dan Daerah Ahli Pertama terhitung mulai tanggal
1 Maret 2016, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b terhitung mulai tanggal 1 April
2016. Berdasarkan hasil penilaian pada bulan Januari tahun 2020, sdr. Andri Ridwan, SE. memperoleh
angka kredit kumulatif sebesar 50. Apakah yang bersangkutan dapat dipertimbangkan untuk dinaikkan
pangkat menjadi Penata, golongan ruang III/c terhitung mulai tanggal 1 April 2020?
2. Sdri. Sari Marlina, SE, jabatan Analis Keuangan Pusat dan Daerah Ahli Pertama, pangkat Penata Muda
Tingkat I, golongan ruang III/b terhitung mulai tanggal 1 April 2017. Berdasarkan hasil penilaian kinerja
selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dari Januari 2017 sampai dengan Desember 2019, yang
bersangkutan memperoleh angka kredit kumulatif sebesar 36,8. Apakah yang bersangkutan dapat
mengikuti uji kompetensi untuk kenaikan jabatan?

B. Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 42 Tahun 2014 tentang
Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah.
Peraturan Bersama Menteri Keuangan RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 74/PMK.07/2015 dan
Nomor 17 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Permenpan No. 42 Tahun 2014.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 37/PMK.07/2019 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Analis
Keuangan Pusat dan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2017 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan
Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

BAB IV
DAFTAR PERATURAN SESUAI JABATAN FUNGSIONAL

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 42 Tahun 2014 tentang
Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah.
5. Peraturan Bersama Menteri Keuangan RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 74/PMK.07/2015
dan Nomor 17 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Permenpan No. 42 Tahun 2014.
6. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 37/PMK.07/2019 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Analis
Keuangan Pusat dan Daerah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
8. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2017 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan
Daerah.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

-SEKIAN-

Anda mungkin juga menyukai