Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT ILMU
Dasar-dasar logika sebagai landasan kerangka pemikiran kritis
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah yg akan di persentasekan

Disusun oleh kelompok V


Medi Wandri. NIM (21.41.039)
Muhammad Sabirin. NIM ( 21.41.041)

Dosen Pengampu:
Dr. Afrizal, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
YAYASAN KEBANGKITAN ISLAM (YKI)
SUMATERA BARAT
TAHUN 2022
KATAPENGANTAR

Assalamu’alaikumwr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpah
karahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
bmenyelesaikan makalah yang berjudul“Logika”ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu
padasemester dua tahun ajaran2021/2022.Makalah ini berisikan tentang hal yang
berkaitan dengan penjelasan logika,dasar-dasar logika sebagai landasan pola
berpikir logika,manfaat logika,dan implementasi logika di dalam kehidupan
masyarakat .Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna,oleh karena itu

kritik dan saran sangat saya harapkan dari semua pihak yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Akhir kata kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantukamidalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha
kita.

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ,.............................................................................................l


Daftar Isi..........................................................................................................Il
BAB I PENDAHULUAN
A.LatarBelakang ............................................................................................1
B.RumusanMasalah …………………….......................................................2
C.Tujun makalah.............................................................................................
D.Silogisme menarik kesimpulan..................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian logika………………………………….....................................3
B. Apa itu silogisme……………………………….........................................6
C.Prinsip-prinsip silogisme............................................................................ 8
D.Menggunakan silogisme menarik. kesimpulan.........................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................10
A.Kesimpulan...................................................................................................
B.Saran..................................................................................................................
DAFTAR
KEPUSTAKAAN..............................................................................................11

II
BABI
PENDAHULUAN

A.LatarBelakang

Manusia mempunyai kemampuan untuk menalar yang menyebabkan manusia mampu


mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaanya.Secara simbolik
manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa dan setelah itu manusia harus hidup
berbekal pengetahuan ini.

Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah,mana yang baik dan manayang
buruk,serta mana yang indah dan mana yang jelek.Secara terus menerus dia dipaksa untuk
mengambil pilihan:mana jalan yang benar mana jalan yang salah,mana tindakan yang baik mana
tindakan yang buruk,dan appa yang indah dan apa yang jelek.Dua hal yang menyebabkan
pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia adalah pertama manusia mempunyai bahasa
yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi
tersebut.Yangkedua, manusia mampu berfikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu

Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Dua kelebihan inilah
yangmemungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa yangbersifat
komunikatif dan pikiran yang mampu menalar.Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam
menarik sesuatu,kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua jenis dalam rangka menemukan kebenaran yaitu
yang pertama adalah pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia
untuk menemukan kebenaran,baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan lain seperti
perasaan dan intuisi.Yang kedua,pengetahuan. yang bukan merupakan kebenaran yang di dapat
sebagai hasil usaha aktif manusia.

Dalam hal ini,maka pengetahuan yang didapat itu bukan berupa kesimpulan sebagai produk dari
usaha aktih manusia dalam menemukan kebenaran,melainkan berupa pengetahuan yang
ditawarkan atau diberikan.

B Rumusan makalah

1
a. Apa Pengertian logika

b. Apa itu sulogisme

c. Apa itu Prinsip -prinsip silogisme

d Bagaimana Menggunakan silogisme menarik kesimpulan

C.Tujuan makalah

a.Pengertian logika

b.Pengertian silogisme

c.prinsip-prinsip silogisme

d..menggunakan silogisme menarik kesimpulan

BAB ll

2
PEMBAHASAN

A. Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu
cabang filsafat.
Le Penseur, atau "Sang Pemikir", oleh Auguste Rodin, 1902.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu
logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan
teratur.[1]

Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu
pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa diartikan dengan masuk akal.
Kata logika merupakan kata serapan dari kata logic yang pertama kali diucapkan oleh Zeno
dari Citium yang juga merupakan kata serapan dari kata λογική (logike) Bahasa Yunani yang
memiliki makna perihal masalah terkait fikiran manusia. [2] Berdasarkan sumber lain, kata
logika merupakan kata turunan dari kata logica yang merupakan

Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang objek materialnya adalah berpikir dengan
penalaran, dan objek formal logika adalah penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.

Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk menaruh
pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba
membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi
yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi
juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika tidak bisa dihindarkan dalam proses
hidup mencari kebenaran.

3
Dasar-dasar logika

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan
(validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini
logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti
atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika
simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.1

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.

Penalaran deduktif
Artikel utama: Pembuktian melalui deduksi
Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang membangun atau
mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan
ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan
valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika
dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.

Contoh argumen deduktif:

Setiap mamalia punya sebuah jantung


Semua kuda adalah mamalia
∴ Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif
Sunting
Artikel utama: Pembuktian melalui induksi
Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari
serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:


Kuda Sumba punya sebuah jantun
Kuda Australia punya sebuah jantung
Kuda Amerika punya sebuah jantung
Kuda Inggris punya sebuah jantung
∴ Setiap kuda punya sebuah jantung
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif
dan deduktif.
Deduktif Induktif
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar.Jika premis benar, kesimpulan
mungkin benar, tetapi tak pasti benar.

1
Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Diarsipkan 2017-07-05 di Wayback
Machine. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. ISBN 979-497-676-8Tutup
[2] Ramos, Christine Carmela R (2004). Introduction to Philosophy' 2004 Ed.- Ramos (dalam bahasa Inggris).
Manila: Rex Bookstore, Inc. hlm. 13. ISBN 978-971-23-3955-4.

4
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam
premis. Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

Sejarah logika
Masa Yunani Kuno
Sunting
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan
segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta.

Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama
alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe
alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta yang menurut Aristoteles disimpulkan
dari:

Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)


Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.

Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan
saran-saran dalam bidang ini.

Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti
berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara
khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.
Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.

Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:

Categoriae menguraikan pengertian-pengertian


De interpretatione tentang keputusan-keputusan
Analytica Posteriora tentang pembuktian.
Analytica Priora tentang Silogisme.
Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum,
melanjutkan pengembangn logika.

5
Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM
pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus
Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri.
Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.
Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan
menambahkan komentar- komentarnya.
St. Yohanes dari Damaskus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.
Abad pertengahan dan logika modern
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge
oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
St. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi
logika.[3]

B.Silogisme kategorikal atau biasa disebut silogisme kategoris adalah argumen yang pasti terdiri
atas dua premis dan satu konklusi, dengan setiap pernyataannya dimulai dengan kata semua,
tidak ada, beberapa atau sebagian, dan berisi tiga bagian yang masing-masing hanya boleh
muncul dalam dua proposisi silogisme.[1] Silogisme kategorikal merupakan silogisme yang
premis-premis dan kesimpulannya berupa keputusan kategoris. Oleh karena itu, untuk mendapat
kesimpulan yang benar, kita harus memperhatikan patokan-patokan silogisme.[2]

Contoh:

Premis 1: Semua tanaman membutuhkan air.

Premis 2: Akasia adalah tanaman.

Konklusi: Akasia membutuhkan

Prinsip-Prinsip Umum Silogisme Kategorikal


Sunting
Prinsip Identitas Timbal Balik

Jika ada dua term sesuai atau identik dengan term ketiga, maka kedua term itu saling sesuai atau
saling identik.[3]

Contoh:

M adalah P.

S adalah M.

Jadi, S adalah P.

Prinsip Non-Identitas Timbal Balik

6
Jika salah satu dari dua term identik dengan term ketiga sedangkan term lainnya tidak identik
dengan term ketiga, maka kedua term itu tidak saling terkait.[3]

Contoh:

P adalah M.

S bukan M.

Jadi, S bukan P.

Hukum tentang Semua

Menurut prinsip ini, apa yang diafirmasikan tentang suatu term yang ada bisa juga diafirmasikan
tentang setiap term yang berasal dari term itu.[3]

Contoh:

Setiap manusia dapat mati.

Yono adalah manusia.

Jadi, Yono dapat mati.

Hukum tentang Ketiadaan

Menurut prinsip ini, apa yang diingkari secara universal tentang suatu term juga diingkari
tentang setiap referen dari term itu.[3]

Contoh:

Tidak ada orang Indonesia adalah orang Eskimo.

Semua orang Betawi adalah orang Indonesia.

7
Jadi, tidak ada orang Betawi adalah orang Eskimo.

C. Prinsip-Prinsip Umum Silogisme Kategorikal.Prinsip Identitas Timbal Balik


Jika ada dua term sesuai atau identik dengan term ketiga, maka kedua term itu saling sesuai atau
saling identik.[3]
Contoh:M adalah P. S adalah M.
Jadi, S adalah P.
Prinsip Non-Identitas Timbal Balik

Jika salah satu dari dua term identik dengan term ketiga sedangkan term lainnya tidak identik
dengan term ketiga, maka kedua term itu tidak saling terkait.[3]

Contoh:P adalah M. S bukan M.


Jadi, S bukan P.
Hukum tentang Semua
Menurut prinsip ini, apa yang diafirmasikan tentang suatu term yang ada bisa juga diafirmasikan
tentang setiap term yang berasal dari term itu.[3]

Contoh:
Setiap manusia dapat mati.Yono adalah manusiaJadi, Yono dapat mati.Hukum tentang Ketiadaan
Menurut prinsip ini, apa yang diingkari secara universal tentang suatu term juga diingkari
tentang setiap referen dari term itu.[3]
Contoh:
Tidak ada orang Indonesia adalah orang Eskimo.
Semua orang Betawi adalah orang Indonesia.Jadi, tidak ada orang Betawi adalah orang Eskimo.

D. Menggunakan.Silogisme dalam penarikan kesimpulan adalah suatu proses penarikan


kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan). Sebagian para ahli logika menyebut silogisme sebagai penyimpulan tidak
langsung (immediate inference), karena dalam silogisme menyimpulkan pengetahuan baru yang
kebenarannya diambil secara sintesis. Silogisme berasal dari bahasa Yunani, yang berarti
kesimpulan.

8
Kesimpulan tersebut bisa dibangun dan ditemukan melalui dua permasalahan yang terdiri
dari premis khusus dan premis umum
.[1] Silogisme menjadikan cara berpikir sistematis dan jelas, hal ini dikarenakan silogisme
memberikan ruang untuk berpikir kritis agar bisa membedakan argumen yang valid atau tidak

[2] Keberadaan sosok seorang filsuf Aristoteles begitu erat hubungannya dengan Beliau
berasumsi bahwa terdapat dua bentuk kesimpulan yang logis salah satunya adalah silogisme ini.
Filsuf Aristoteles memberikan gambaran silogisme pada pemikiran logika tradisional beliau di
mana silogisme diartikan sebagai cara menarik kesimpulan secara deduktif dengan menarik
premis umum dan khusus. Secara umum silogisme juga dibagi ke dalam beberapa bagian seperti
Silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan silogisme disjungtif

.[3] Logika dalam Islam dikenal sebagai ilmu mantiq sebagai kaidah berpikir oleh Aristoteles
kemudian mulai berkembang dalam dunia Islam. Sejak kedatangan logika ini menimbulkan
banyak tanggapan dari para ulama dan pemikir Islam pada masa itu.Manusia pada hakikatnya
berkomunikasi dengan orang lain pastilah muncul kata-kata yang kemudian dirangkai menjadi
kalimat. Kalimat tersebut ada yang merupakan kalimat tanya, berita, aktif ataupun pasif dan
sebagainya. Semua kalimat tersebut muncul secara sadar disampaikan oleh orang dalam
berkomunikasi untuk memperlancar interaksi dengan orang lain.
[4] Silogisme memiliki tiga preposisi yang bagian pertama adalah premis utama yang
bergeneralisasi kemudian premis khusus dan yang terakhir adalah kesimpulan.[5]

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Logika adalah hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.sebenarnya telah memadukan dua
pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substansial dari
sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan
2
Tysara, Laudia (2021-11-25). "Silogisme adalah Metode Penalaran Deduktif, Ini Peranan, Macam-Macam, dan Contohnya".
liputan6.com. Diakses tanggal 2021-12-03.Era (2021-01-01). "Mengenal Apa Itu Silogisme dan Contohnya". kumparan. Diakses
tanggal 2021-12-03.

9
kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan
tolak ukur yang paling utama, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, tapi “tidak-
real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.

Adapun ciri-ciri dari kritisisme Immanuel Kanht yaitu menganggap bahwa objek
pengenalan itu berpusat pada subjek, bukan pada objek, menegaskan keterbatasan rasio manusia
untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu, dan rasio hanyalah mampu menjangkau gejala
atau fenomena suatu keadaan saja.[9]

B .SARAN
Dengan disusunnya makalah Filsafat Ilmu tentang logika menurut penulis mengharapkan
pembaca dapat mengetahui kajian filsafat ini untuk mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan
lebih lengkap tentang pembahasan logika pembaca dapat membaca dan mempelajari buku- buku
dari berbagai pengarang.

Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat
diharapkan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Diarsipkan 2017-
07-05 di Wayback Machine. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. ISBN 979-497-676-8
Ramos, Christine Carmela R (2004). Introduction to Philosophy' 2004 Ed.- Ramos (dalam
bahasa Inggris). Manila: Rex Bookstore, Inc. hlm. 13. ISBN 978-971-23-3955-4.
Alex Lanur OFM. 1983. Logika, Selayang Pandang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. ISBN 979-
413-124-5

10

Anda mungkin juga menyukai