Mengikat secara umum adalah aturan hukurn yang berlaku umum yaitu peraturan
perundang-undangan (UUD, UU, PP, Peraturan Daerah), hukurn adat, hukum yurisprudensi, dan
hukum agama yang dijadikan atau diakui sebagai hukum positif seperti hukurn perkawinan agama
(UU No. l Tahun 1974). Khusus bagi yang beragama Islam ditambah dengan hukum waris, wakaf,
dan beberapa bidang hukum lainnya (UU No. 7 Tahun 1989), Mengikat secara khusus, adalah
hukurn yang mengikat subyek tertentu atau obyek tertentu saja yaitu yang secara keilmuan (Ilmu
Hukum Administrasi Negara) dinamakan beschikkivg.
Manusia hidup dan diatur, serta tunduk pada berbagai aturan. Selain aturan umum atau
khusus yang telah disebutkan diatas, manusia juga diatur dan tunduk pada aturan adat-istiadat
(hukum kebiasaan), hukum agama (sepanjang belum menjadi hukum positif), hukum moral.
Hukum kebiasaan, hukum agama, hukum moral mempunyai daya ikat yang kuat bagi seseorang
atau suatu kelompok tertentu. Jadi merupakan hukum bagi mereka, tetapi tidak merupakan
(bukan) hukum positif. Ketaatan terhadap hukum kebiasaan, hukum agama, atau hukum moral
tergantung pada sikap orang perorangan dan sikap kelompok masyarakat yang bersangkutan.
Negara, dalam hal ini pemerintah dan pengadilan tidak mempunyai kewajiban hukum untuk
mempertahankan atau menegakkan hukum tersebut. Tetapi tidak berarti hukum kebiasaan,
hukum agama, atau hukum moral tidak berpehtang mempunyai kekuatan sebagai hukum positif.
Unsur ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa, hukum positif adalah suatu aturan
hukum yang bersifat nasional, bahkan mungkin lokal. Selain hukum positif Indonesia, akan
didapati hukum positif Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, clan lain-lain negara atau suatu
masyarakat hukum tertentu. Apakah mungkin ada hukum positif yang bersifat supra nasional,
misalnya.dalam lingkungan ASEAN, UNI EROPA, dan lain-lain. Sangat mungkin, asal dipenuhi
syarat ada badan pada tingkat supra nasional yang bersangkutan yang menegakkan aturan
hukum tersebut apabila ada pelanggaran.
Hukum positif yang mengatur kehidupan masyarakat Indonesia adalah hukum yang
berlaku di Indonesia pada waktu ini. Hukum positif (Indonesia) adalah keseluruhan asas dan
kaidah-kaidah yang mengatur hubungan manusia dalam masyarakakat.
Hukum positif adalah terjemahan dari ius positum dari bahasa Latin, yang secara harafiah
berarti “hukum yang ditetapkan” (Gesteldrecht). Jadi, hukum positif adalah hukum yang
ditetapkan oleh manusia, karena itu dalam ungkapan kuno disebut stellig recht.
Dari pendapat para ahli hukum tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai
pengertian atau definisi hukum positif. Pertama, hukum positif (ius positum) itu ditetapkan oleh
manusia atau oleh penguasa (pembuat hukum) yang berwenang untuk masyarakat tertentu dalam
wilayah tertentu. Kedua, hukum positif (ius positum) identik atau sama dengan ius constitutum,
artinya hukum yang telah dipilih atau ditentukan atau ditetapkan berlakunya untuk mengatur
kehidupan ditempat tertentu pada waktu sekarang. Jika hukum itu masih dicita-citakan (ide) dan
akan berlaku untuk waktu yang akan datang, disebut ius constituendum kebalikan dari ius
constitutum atau ius positum.
Ius constitutum atau ius positun, selain berbeda dengan ius constituendum juga
berbeda dengan konsep hukum menurut “hukum alam” atau “hukum kodrat” (ius natural atau
natural law) yang bersifat universal karena berlakunya tidak terbatas oleh waktu dan tempat.
Ius positum atau ius constitutum atau disebut juga ius operatum, artinya hukum yang
telah ditetapkan atau dipositifkan (positum) atau dipilih atau ditentukan (contitutum) berlakunya
sekarang (operatum) dalam masyarakat atau wilayah tertentu. Ius operatum mengandung arti
bahwa hukum atau peraturan perundang-undangan telah berlaku dan dilaksanakan di
masyarakat.
Ius constituendum dapat menjadi ius constitutum atau ius positum atau ius
operatum apabila sudah ditetapkan berlaku oleh penguasa yang berwenang, dan
pemberlakuannya memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh hukum positif lainnya yang
mengatur pemberlakuan suatu hukum (undang-undang), misalnya perundang-undangan harus
telah disahkan oleh lembaga pembuat undang-undang dan diundangkan oleh lembaga yang
berwenang.
Ius positum (hukum positif) atau ius constitutum atau ius operatum adalah hukum yang
berlaku pada waktu sekarang di wilayah tertentu, untuk masyarakat tertentu.
Secara etimologis, istilah “hukum” (Indonesia) disebut law (Inggris) dan recht (Belanda
dan Jerman) atau droit (Prancis). Istilah recht berasal dari bahasa latin rectum berarti tuntunan
atau bimbingan, perintah atau pemerintahan. Rectum dalam bahasa romawi adalah rex yang
berarti raja atau perintah raja. Istilah-istilah tersebut (recht, rectum, rex) dalam bahasa inggris
menjadi right (hak atau adil) juga berarti “hukum”.
Istilah hukum dalam bahasa latin juga disebut ius dari kata iubere, artinya mengatur atau
memerintah atau hukum. Perkataan mengatur dan memerintah bersumber pada kekuasaan
Negara atau pemerintah. Istilah ius (hukum) sangat erat dengan tujuan hukum, yaitu keadilan
atau iustitia. Iustitia atau justitia adalah dewi “keadilan” bangsa Yunani dan Romawi
kuno. Iuris atau juris (Belanda) berarti “hukum” atau kewenangan (hak), dan jurist (Inggris dan
Belanda) adalah ahli hukum atau hakim. Istilah jurisprudence (Inggris) berasal dari kata iuris
merupakan bentuk jamak dari ius yang berarti “hukum” yang dibuat oleh masyarakat atau sebagai
hukum kebiasaan, atau berarti “hak”, dan “prudensi” berarti melihat ke depan atau mempunyai
keahlian. Dengan demikian. Jurisprudence mempunyai arti ilmu pengetahuan hukum, ilmu
hukum, atau ilmu yang mempelajari hukum.
Beberapa definisi hukum menurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :
1. Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa yang diadakan untuk melindungi
kepentingan orang dalam masyarakat.
2. Paul Scholten dalam bukunya Algemeen Deel menyatakan, bahwa hukum itu suatu petunjuk
tentang apa yang layak dikerjakan apa yang tidak, jadi hukum itu bersifat suatu perintah.
Dapat disimpulkan, bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang
mengatur hubungan antara manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan barangsiapa yang
melanggar norma hukum dapat dijatuhi sanksi atau dituntut oleh pihak yang berwenang atau oleh
pihak yang hak-haknya dirugikan.
Persamaan PIH dengan PHI :
1. PHI dan PIH sama-sama merupakan mata kuliah prasyarat dan pengantar atau sebagai
mata kuliah dasar (basis leervakken) bagi mata kuliah atau studi lanjut tentang “Hukum”
(cabang-cabang hukum positif). Oleh karena itu, PIH dan PHI bukan mata kuliah jurusan
atau pilihan.
2. PIH dan PHI merupakan ilmu dasar bagi siapa saja yang ingin mempelajari ilmu hukum
secara luas.
3. Objek studi PIH dan PHI adalah “hukum”. PIH dan PHI memperkenalkan konsep-konsep
dasar, pengertian-pengertian hukum, dan generalisasi-generalisasi tentang hukum dan
teori hukum positif (dogmatik hukum) yang secara umum dapat diaplikasikan.
4. PIH dan PHI memperkenalkan hukum sebagai suatu kerangka yang menyeluruh, yang
dapat dilihat dari sudut pandang tertentu, sehingga orang dapat memperoleh suatu
overzicht atau suatu pemahaman yang umum dan lengkap tentang
hukum. PIH dan PHI menyajikan satu ringkasan yang komprehensif dari konsep atau teori
hukum dalam keseluruhan.
Perbedaan PIH dengan PHI
1. PHI atau Inleiding tot het positiefrecht van Indonesie (bahasa Belanda)
atau Introduction Indonesian of Law atau Introduction Indonesian Positive
Law (bahasa Inggris) mempelajari hukum positif yang berlaku secara khusus di Indonesia.
Artinya PHI menguraikan secara analisis dan deskriptif mengenai tatanan hukum dan
aturan-aturan hukum, lembaga-lembaga hukum di Indonesia yang meliputi latar belakang
sejarahnya, positif berlakunya, apakah sesuai dengan asas-asas hukum dan teori-teori
hukum positif (dogmatik hukum).
2. PIH atau Inleiding tot de Rechtswetenschap (bahasa Belanda) atau Introduction of
Jurisprudence atau Introduction science of Law (bahasa Inggris) merupakan pengantar
guna memperkenalkan dasar-dasar ajaran hukum umum (algemeine rechtslehre).
3. PIH mempelajari ilmu hukum secara umum dengan memperkenalkan pengertian-
pengertian dan konsep-konsep dasar tentang hukum pada umumnya yang tidak hanya
berlaku di Indonesia saja tetapi yang berlaku pada masyarakat hukum lainnya.
4. PIH mempelajari dan memperkenalkan pengertian-pengertian dan konsep-konsep dasar
serta teori-teori hukum secara umum, termasuk mengenai sejarah terbentuknya lembaga-
lembaga hukum maupun pengantar falsafahnya dalam arti kerohanian kemasyarakatan.
Het Recht Hink Achter De Feiten Aan pengertian secara istilah motto hukum Belanda ini
yaitu hukum / undang-undang berjalan dibelakang kejadian/peristiwa yang muncul di
masyaarakat. Undang-undang senantiasa terseok-seok / tertatih-tatih berupaya mengejar
peristiwa / fakta yang seyogianya diaturnya.
Menurut Kelsen norma hukum yang paling dasar (grundnorm) bentuknya tidak kongkrit
(abstrak). Contoh norma hukum paling dasar abstrak adalah Pancasila
Lex Specialist derogat lex generalis adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan
bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum
(lex generalis). Contohnya, dalam pasal 18 UUD 1945, gubernur, bupati, dan wali kota harus
dipilih secara demokratis. Aturan ini bersifat umum (lex generalis). Pasal yang sama juga
menghormati pemerintahan daerah yang bersifat khusus (lex specialis), sehingga keistimewaan
daerah yang gubernurnya tidak dipilih secara demokratis seperti Daerah Istimewa Yogyakarta
tetap dipertahankan
Di Inggris, Yurisprudensi, jurist artinya ahli hukum. Prudence artinya kebijakan,
ketetapan, kehati-hatian.
Terjadinya Yurisprudensi. Terjadi Rechtsvacuum – dibutuhkan keputusan – melakukan
perundingan – putusan yang adil – dicontoh hakim lain dalam kasus yang serupa.
Paul Scholten berpendapat hukum ada didalam Undang-Undang tapi masih harus
diketemukan (ditafsirkan adil atau tidak).
Politik Hukum Nasional. Politik hukum merupakan policy atau kebijakan Negara dibidang
hukum yang sedang dan akan berlaku dalam suatu Negara. Dengan adanya politik hukum,
Negara dapat menentukan jenis-jenis atau macam-macam hukum, bentuk hukum, materi,
dan/atau sumber hukum yang diberlakukan dalam suatu Negara pada saat ini dan yang akan
datang. Selain itu, dapat diketahuinya lembaga-lembaga pembuat atau pembentuk hukum
(rechtvorming), lembaga pelaksana dan penegak hukum, lembaga penemu atau penggali dan
penafsir hukum (rechtsvinding) dalam suatu Negara.
Apabila dihubungkan dengan pengertian “politik hukum” dan “nasional”, maka politik hukum
nasional merupakan policy atau kebijakan dasar penyelenggara Negara dalam bidang hukum
nasional, baik yang sedang berlaku (ius constitutum) maupun yang akan berlaku (ius
constituendum) guna pencapaian tujuan bangsa dan Negara yang diamanatkan oleh UUD 945.
Politik Hukum Nasional seyogianya memuat:
1. Pembentukan dan mengkodifikasi hukum nasional yang berwatak nasional untuk mengganti
hukum warisan kolonal;
2. Penataan hukum nasional yang menyeluruh, terpadu, serta mengakui keberadaan hukum
agama dan adat masing-masing;
3. Menciptakan hukum yang responsive yang berkeadilan dan berkepastian hukum;
4. Menciptakan proses peradilan yang cepat, tepat, mudah (sederhana), murah, terbuka, bebas
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN);
5. Mengembangkan dan meenciptakan kesadaran hukum masyarakat yang demokratis dan
menghormati serta menjunjung tinggi hak asasi manusia;
6. Menciptakan hukum yang mampu meningkatkan kesejahteran atau kemakmuran untuk
rakyat;
7. Meningkatkan profesionalisme pembentuk atau pembuat dan pelaksana/penegak hukum.
Idealnya politik hukum nasional (hukum nasional) harus ditekankan pada pencapaian
tujuan atau mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang adil dan makmur sebagaimana
tercantum di dalam Pembukaan UU 1945 yakni :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Politik hukum nasional bertujuan meletakkan dasar-dasar Negara Indonesia sebagai
Negara hukum (rechtsstaat) yang demokratis dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hukum merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem hukum yang saling berkaitan
satu sama lainnya dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan hukum, yakni keadilan
(gerechtigkeit), kemanfaatan (zweckmassigkeit), dan kepastian hukum (rechtssicherheit).
Konflik Antarumber Hukum, konflik dapat terjadi antara sumber hukum formal, misalnya sebagai
berikut.
a. Lex specialis derogate lex generalis, yaitu apabila terjadi konflik antar undang-undang yang
bersifat khusus dengan undang-undang yang bersifat umum, maka undang-undang yang
bersifat umum harus dikesampingkan.
b. Lex superiori derogate lex inferiori, yaitu apabila ada dua undang-undang yang tidak
sederajat tingkatannya mengatur objek yang sama dan saling bertentangan, maka undang-
undang yang lebih tinggi tingkatannya mengesampingkan undang-undang yang tingkatannya
dibawahnya.
c. Lex posteriori derogate lex priori, yaitu undang-undang atau peraturan yang berlaku
belakangan (baru) mengesampingkan undang-undang atau peraturan terdahulu (lama).
Konflik antara undang-undang dengan kebiasaan, apabila terjadi konflik antara undang-
undang dengan kebiasaan maka pada prinsipnya undang-undang yang harus diberlakukan atau
dipergunakan, terutama undang-undang yang bersifat memaksa.
Konflik antara undang-undang dengan putusan pengadilan, apabila terjadi konflik antara
undang-undang dengan putusan pengadilan dapat diselesaikan dengan asas res judicata pro
veritate habetur, artinya “putusan hakim (pengadilan) adalah benar”.