Anda di halaman 1dari 9

Pengantar Hukum Indonesia (PHI)

Pengertian PHI atau Pengantar Hukum Indonesia terdiri dari tiga kata “Penghantar”,


“Hukum”, dan “Indonesia”. Pengantar berarti menantarkan pada tujuan tertentu.  yang Pengantar
dalam bahas Belanda disebut inleiding dan introduction (bahasa inggris) yang berarti
memperkenalkan secara umum atau secara garis besar yang tidak mendalam atas sesuatu hal
tertentu. Pada istilah Pengantar Hukum Indonesia yang diperkenalkan secara umum atau secara
garis besar adalah hukum Indonesia.
Istilah “Hukum Indonesia” yang dimaksud adalah hukum yang berlaku di Negara
Indonesia pada waktu sekarang. Hukum yang berlaku pada waktu sekarang disuatu tempat atau
wilayah disebut “Hukum Positif”, artinya hukum yang (dipositifkan) berlaku untuk masyarakat
tertentu dan dalam waktu tertentu. Hukum positif juga disebut ius constitutum, artinya hukum
yang sudah ditetapkan untuk diberlakukan saat ini pada suatu tempat atau Negara tertentu.
Hukum positif (hukum yang ditetapkan) yaitu hukum yang berlaku saat ini disuatu
tempat baik hukum itu berasal dari hukum yang lama yang masih ditetapkan berlaku maupun
hukum yang baru yang juga ditetapkan berlaku.
Menurut Soediman Kartohadiprodjo, yang dimaksud dengan “Tata Hukum di
Indonesia” itu ialah “Hukum yang sekarang berlaku di Indonesia”, berlaku berarti yang
memberi akibat hukum kepada peristiwa-peristiwa dalam pergaulan hidup; sekarang menunjukkan
kepada pergaulan hidup pada saat ini, dan tidak pada pergaulan hidup yang telah lampau, pula
tidak pada pergaulan hidup masa yang kita cita-citakan di kemudian hari; di Indonesia
menunjukkan kepada pergaulan hidup yang terdapat di Republik Indonesia dan tidak di Negara
lain. Selanjutnya beliau menyatakan bahwa hukum positif disebut juga ius constitutum
sebagai lawan dari ius constituendum, yakni kaidah hukum yang dicita-citakan.
Hukum positif atau stellingsrecht merupakan suatu kaidah yang berlaku sebenarnya,
merumuskan suatu hubungan yang pantas antara fakta hukum dengan akibat hukum yang
merupakan abstraksi dari keputusan-keputusan.
Ius constitutum adalah hukum positif suatu Negara , yaitu hukum yang berlaku dalam
suatu Negara pada suatu saat tertentu.

Unsur-unsur lain dari hukum positif, yaitu:

a. Hukum Positif “mengikat secara umum atau khusus”.

Mengikat secara umum adalah aturan hukurn yang berlaku umum yaitu peraturan
perundang-undangan (UUD, UU, PP, Peraturan Daerah), hukurn adat, hukum yurisprudensi, dan
hukum agama yang dijadikan atau diakui sebagai hukum positif seperti hukurn perkawinan agama
(UU No. l Tahun 1974). Khusus bagi yang beragama Islam ditambah dengan hukum waris, wakaf,
dan beberapa bidang hukum lainnya (UU No. 7 Tahun 1989), Mengikat secara khusus, adalah
hukurn yang mengikat subyek tertentu atau obyek tertentu saja yaitu yang secara keilmuan (Ilmu
Hukum Administrasi Negara) dinamakan beschikkivg.

b. Hukum positif “ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan“.

Manusia hidup dan diatur, serta tunduk pada berbagai aturan. Selain aturan umum atau
khusus yang telah disebutkan diatas, manusia juga diatur dan tunduk pada aturan adat-istiadat
(hukum kebiasaan), hukum agama (sepanjang belum menjadi hukum positif), hukum moral.
Hukum kebiasaan, hukum agama, hukum moral mempunyai daya ikat yang kuat bagi seseorang
atau suatu kelompok tertentu. Jadi merupakan hukum bagi mereka, tetapi tidak merupakan
(bukan) hukum positif. Ketaatan terhadap hukum kebiasaan, hukum agama, atau hukum moral
tergantung pada sikap orang perorangan dan sikap kelompok masyarakat yang bersangkutan.
Negara, dalam hal ini pemerintah dan pengadilan tidak mempunyai kewajiban hukum untuk
mempertahankan atau menegakkan hukum tersebut. Tetapi tidak berarti hukum kebiasaan,
hukum agama, atau hukum moral tidak berpehtang mempunyai kekuatan sebagai hukum positif.

c. Hukum positif “berlaku dan ditegakkan di Indonesia“.

Unsur ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa, hukum positif adalah suatu aturan
hukum yang bersifat nasional, bahkan mungkin lokal. Selain hukum positif Indonesia, akan
didapati hukum positif Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, clan lain-lain negara atau suatu
masyarakat hukum tertentu. Apakah mungkin ada hukum positif yang bersifat supra nasional,
misalnya.dalam lingkungan ASEAN, UNI EROPA, dan lain-lain. Sangat mungkin, asal dipenuhi
syarat ada badan pada tingkat supra nasional yang bersangkutan yang menegakkan aturan
hukum tersebut apabila ada pelanggaran.

 
Hukum positif yang mengatur kehidupan masyarakat Indonesia adalah hukum yang
berlaku di Indonesia pada waktu ini. Hukum positif (Indonesia) adalah keseluruhan asas dan
kaidah-kaidah yang mengatur hubungan manusia dalam masyarakakat.
Hukum positif adalah terjemahan dari ius positum dari bahasa Latin, yang secara harafiah
berarti “hukum yang ditetapkan” (Gesteldrecht). Jadi, hukum positif adalah hukum yang
ditetapkan oleh manusia, karena itu dalam ungkapan kuno disebut stellig recht.
Dari pendapat para ahli hukum tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai
pengertian atau definisi hukum positif. Pertama, hukum positif (ius positum) itu ditetapkan oleh
manusia atau oleh penguasa (pembuat hukum) yang berwenang untuk masyarakat tertentu dalam
wilayah tertentu. Kedua, hukum positif (ius positum) identik atau sama dengan ius constitutum,
artinya hukum yang telah dipilih atau ditentukan atau ditetapkan berlakunya untuk mengatur
kehidupan ditempat tertentu pada waktu sekarang. Jika hukum itu masih dicita-citakan (ide) dan
akan berlaku untuk waktu yang akan datang, disebut ius constituendum kebalikan dari ius
constitutum atau ius positum.
Ius constitutum atau ius positun, selain berbeda dengan ius constituendum juga
berbeda dengan konsep hukum menurut “hukum alam” atau “hukum kodrat” (ius natural atau
natural law) yang bersifat universal karena berlakunya tidak terbatas oleh waktu dan tempat.
Ius positum atau ius constitutum atau disebut juga ius operatum, artinya hukum yang
telah ditetapkan atau dipositifkan (positum) atau dipilih atau ditentukan (contitutum) berlakunya
sekarang (operatum) dalam masyarakat atau wilayah tertentu. Ius operatum mengandung arti
bahwa hukum atau peraturan perundang-undangan telah berlaku dan dilaksanakan di
masyarakat.
Ius constituendum dapat menjadi ius constitutum atau ius positum atau ius
operatum apabila sudah ditetapkan berlaku oleh penguasa yang berwenang, dan
pemberlakuannya memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh hukum positif lainnya yang
mengatur pemberlakuan suatu hukum (undang-undang), misalnya perundang-undangan harus
telah disahkan oleh lembaga pembuat undang-undang dan diundangkan oleh lembaga yang
berwenang.
Ius positum (hukum positif) atau ius constitutum atau ius operatum adalah hukum yang
berlaku pada waktu sekarang di wilayah tertentu, untuk masyarakat tertentu.
Secara etimologis, istilah “hukum” (Indonesia) disebut law (Inggris) dan recht (Belanda
dan Jerman) atau droit (Prancis). Istilah recht berasal dari bahasa latin rectum berarti tuntunan
atau bimbingan, perintah atau pemerintahan. Rectum dalam bahasa romawi adalah rex yang
berarti raja atau perintah raja. Istilah-istilah tersebut (recht, rectum, rex) dalam bahasa inggris
menjadi right (hak atau adil) juga berarti “hukum”.
Istilah hukum dalam bahasa latin juga disebut ius dari kata iubere, artinya mengatur atau
memerintah atau hukum. Perkataan mengatur dan memerintah bersumber pada kekuasaan
Negara atau pemerintah. Istilah ius (hukum) sangat erat dengan tujuan hukum, yaitu keadilan
atau iustitia. Iustitia atau justitia adalah dewi “keadilan” bangsa Yunani dan Romawi
kuno. Iuris atau juris (Belanda) berarti “hukum” atau kewenangan (hak), dan jurist (Inggris dan
Belanda) adalah ahli hukum atau hakim. Istilah jurisprudence (Inggris) berasal dari kata iuris
merupakan bentuk jamak dari ius yang berarti “hukum” yang dibuat oleh masyarakat atau sebagai
hukum kebiasaan, atau berarti “hak”, dan “prudensi” berarti melihat ke depan atau mempunyai
keahlian. Dengan demikian. Jurisprudence mempunyai arti ilmu pengetahuan hukum, ilmu
hukum, atau ilmu yang mempelajari hukum.

 Beberapa definisi hukum menurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :
1. Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa yang diadakan untuk melindungi
kepentingan orang dalam masyarakat.
2. Paul Scholten dalam bukunya Algemeen Deel menyatakan, bahwa hukum itu suatu petunjuk
tentang apa yang layak dikerjakan apa yang tidak, jadi hukum itu bersifat suatu perintah.

Dapat disimpulkan, bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang
mengatur hubungan antara manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan barangsiapa yang
melanggar norma hukum dapat dijatuhi sanksi atau dituntut oleh pihak yang berwenang atau oleh
pihak yang hak-haknya dirugikan.

Tujuan mempelajari hukum (positif) Indonesia ialah ingin mengetahui :


1. Macam-macam hukum (bentuk,isi) yang berlaku di Indonesia;
2. Perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan yang diharuskan serta yang diperbolehkan
menurut hukum Indonesia;
3. Kedudukan, hak dan kewajiban setiap orang dalam masyarakat dan Negara menurut hukum
Indonesia;
4. Macam-macam lembaga atau institusi pembentuk atau pembuat dan pelaksana atau penegak
hukum menurut hukum Indonesia;
5. Prosedur hukum (acara peradilan dan birokrasi hukum/pemerintahan) apabila menghadapi
masalah hukum dengan setiap orang dan para pelaksana hukum Indonesia. Dalam hal ini
yang ingin diketahui adalah bilamana terjadi sangketa hukum atau penyelesaian sengketa
hukum di pengadilan maupun di luar pengadilan menurut hukum positi Indonesia.

 
 Persamaan PIH dengan PHI :
1. PHI dan PIH sama-sama merupakan mata kuliah prasyarat dan pengantar atau sebagai
mata kuliah dasar (basis leervakken) bagi mata kuliah atau studi lanjut tentang “Hukum”
(cabang-cabang hukum positif). Oleh karena itu, PIH dan PHI bukan mata kuliah jurusan
atau pilihan.
2. PIH dan PHI merupakan ilmu dasar bagi siapa saja yang ingin mempelajari ilmu hukum
secara luas.
3. Objek studi PIH dan PHI adalah “hukum”. PIH dan PHI memperkenalkan konsep-konsep
dasar, pengertian-pengertian hukum, dan generalisasi-generalisasi tentang hukum dan
teori hukum positif (dogmatik hukum) yang secara umum dapat diaplikasikan.
4. PIH dan PHI memperkenalkan hukum sebagai suatu kerangka yang menyeluruh, yang
dapat dilihat dari sudut pandang tertentu, sehingga orang dapat memperoleh suatu
overzicht atau suatu pemahaman yang umum dan lengkap tentang
hukum. PIH dan PHI menyajikan satu ringkasan yang komprehensif dari konsep atau teori
hukum dalam keseluruhan.

 Perbedaan PIH dengan PHI
1. PHI atau Inleiding tot het positiefrecht van Indonesie (bahasa Belanda)
atau Introduction Indonesian of Law atau Introduction Indonesian Positive
Law (bahasa Inggris) mempelajari hukum positif yang berlaku secara khusus di Indonesia.
Artinya PHI menguraikan secara analisis dan deskriptif mengenai tatanan hukum dan
aturan-aturan hukum, lembaga-lembaga hukum di Indonesia yang meliputi latar belakang
sejarahnya, positif berlakunya, apakah sesuai dengan asas-asas hukum dan teori-teori
hukum positif (dogmatik hukum).
2. PIH atau Inleiding tot de Rechtswetenschap (bahasa Belanda) atau Introduction of
Jurisprudence atau Introduction science of Law (bahasa Inggris) merupakan pengantar
guna memperkenalkan dasar-dasar ajaran hukum umum (algemeine rechtslehre).
3. PIH mempelajari ilmu hukum secara umum dengan memperkenalkan pengertian-
pengertian dan konsep-konsep dasar tentang hukum pada umumnya yang tidak hanya
berlaku di Indonesia saja tetapi yang berlaku pada masyarakat hukum lainnya.
4. PIH mempelajari dan memperkenalkan pengertian-pengertian dan konsep-konsep dasar
serta teori-teori hukum secara umum, termasuk mengenai sejarah terbentuknya lembaga-
lembaga hukum maupun pengantar falsafahnya dalam arti kerohanian kemasyarakatan.

Kesimpulannya PIH membahas atau mempelajari dasar-dasar hukum secara umum atau


yang berlaku secara universal, misalnya mengenai pengertian-pengertian, konsep-konsep dasar
dan teori-teori hukum, serta sejarah terbentuknya hukum dan lembaga-lembaga hukum dari sudut
pandang falsafah kemasyarakatan.

Sedangkan PHI mempelajari konsep-konsep, pengertian-pengertian dasar dan sejarah


terbentuknya hukum dan lembaga-lembaga hukum, aturan-aturan hukum serta teori hukum positif
Indonesia.

  Freemasonry adalah sebuah organisasi persaudaraan yang asal-usulnya tidak jelas antara


akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Freemasonry kini ada dalam beragam bentuk di
seluruh dunia dengan jumlah anggota diperkirakan sekitar 6 juta orang, termasuk 150000 orang di
bawah yurisdiksi Loji Besar Skotlandia dan Loji Besar Irlandia, lebih dari seperempat juga orang di
bawah yurisdiksi Loji Besar Bersatu Inggris dan kurang dari dua juta orang di Amerika Serikat.
Organisasi Freemasonry tidak memunyai pusat dan setiap negara memunyai organisasi yang
berdiri sendiri. Sekalipun demikian setiap organisasi Freemasonry di mana pun akan memunyai
nomor pendirian dan berhubungan satu dengan lainnya. Freemasonry merupakan organisasi
yang tertutup dan ketat dalam penerimaan anggota barunya. Organisasi ini bukan merupakan
organisasi agama dan tidak berdasarkan pada teologi apapun. Tujuan utamanya adalah
membangun persaudaraan dan pengertian bersama akan kebebasan berpikir dengan standar
moral yang tinggi.

  Monoteisme Kultural yaitu berketuhanan yang satu.


  Lex Posterior yaitu hukum baru, derogate lex prior yaitu sebelumnya. Lex posterior
derogat legi priori adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang terbaru
(posterior) mengesampingkan hukum yang lama (prior). Asas ini biasanya digunakan baik dalam
hukum nasional maupun internasional.

  Rechtsvacuum yaitu kekosongan hukum. “kekosongan hukum” dapat diartikan sebagai


“suatu keadaan kosong atau ketiadaan peraturan perundang-undangan (hukum) yang mengatur
tata tertib (tertentu) dalam masyarakat”, sehingga kekosongan hukum dalam Hukum Positif lebih
tepat dikatakan sebagai “kekosongan undang-undang/peraturan perundang-undangan”

  Het Recht Hink Achter De Feiten Aan pengertian secara istilah motto hukum Belanda ini
yaitu hukum / undang-undang berjalan dibelakang kejadian/peristiwa yang muncul di
masyaarakat. Undang-undang senantiasa terseok-seok / tertatih-tatih berupaya mengejar
peristiwa / fakta yang seyogianya diaturnya.

  Teori Stufenbau adalah teori mengenai sistem hukum oleh Hans Kelsen yang


menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem anak tangga dengan kaidah berjenjang
dimana norma hukum yang paling rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih
tinggi, dan kaidah hukum yang tertinggi (seperti konstitusi) harus berpegangan pada norma
hukum yang paling mendasar (grundnorm).

Menurut Kelsen norma hukum yang paling dasar (grundnorm) bentuknya tidak kongkrit
(abstrak). Contoh norma hukum paling dasar abstrak adalah Pancasila

Lex Specialist derogat lex generalis adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan
bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum
(lex generalis). Contohnya, dalam pasal 18 UUD 1945, gubernur, bupati, dan wali kota harus
dipilih secara demokratis. Aturan ini bersifat umum (lex generalis). Pasal yang sama juga
menghormati pemerintahan daerah yang bersifat khusus (lex specialis), sehingga keistimewaan
daerah yang gubernurnya tidak dipilih secara demokratis seperti Daerah Istimewa Yogyakarta
tetap dipertahankan
Di Inggris, Yurisprudensi, jurist artinya ahli hukum. Prudence artinya kebijakan,
ketetapan, kehati-hatian.
Terjadinya Yurisprudensi. Terjadi Rechtsvacuum – dibutuhkan keputusan – melakukan
perundingan – putusan yang adil – dicontoh hakim lain dalam kasus yang serupa.
Paul Scholten berpendapat hukum ada didalam Undang-Undang tapi masih harus
diketemukan (ditafsirkan adil atau tidak).
Politik Hukum Nasional. Politik hukum merupakan policy atau kebijakan Negara dibidang
hukum yang sedang dan akan berlaku dalam suatu Negara. Dengan adanya politik hukum,
Negara dapat menentukan jenis-jenis atau macam-macam hukum, bentuk hukum, materi,
dan/atau sumber hukum yang diberlakukan dalam suatu Negara pada saat ini dan yang akan
datang. Selain itu, dapat diketahuinya lembaga-lembaga pembuat atau pembentuk hukum
(rechtvorming), lembaga pelaksana dan penegak hukum, lembaga penemu atau penggali dan
penafsir hukum (rechtsvinding) dalam suatu Negara.
Apabila dihubungkan dengan pengertian “politik hukum” dan “nasional”, maka politik hukum
nasional merupakan policy atau kebijakan dasar penyelenggara Negara dalam bidang hukum
nasional, baik yang sedang berlaku (ius constitutum) maupun yang akan berlaku (ius
constituendum) guna pencapaian tujuan bangsa dan Negara yang diamanatkan oleh UUD 945.
 Politik Hukum Nasional seyogianya memuat:
1. Pembentukan dan mengkodifikasi hukum nasional yang berwatak nasional untuk mengganti
hukum warisan kolonal;
2. Penataan hukum nasional yang menyeluruh, terpadu, serta mengakui keberadaan hukum
agama dan adat masing-masing;
3. Menciptakan hukum yang responsive yang berkeadilan dan  berkepastian hukum;
4. Menciptakan proses peradilan yang cepat, tepat, mudah (sederhana), murah, terbuka, bebas
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN);
5. Mengembangkan dan meenciptakan kesadaran hukum masyarakat yang demokratis dan
menghormati serta menjunjung tinggi hak asasi manusia;
6. Menciptakan hukum yang mampu meningkatkan kesejahteran atau kemakmuran untuk
rakyat;
7. Meningkatkan profesionalisme pembentuk atau pembuat dan pelaksana/penegak hukum.

  Idealnya politik hukum nasional (hukum nasional) harus ditekankan pada pencapaian
tujuan atau mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang adil dan makmur sebagaimana
tercantum di dalam Pembukaan UU 1945 yakni :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
  Politik hukum nasional bertujuan meletakkan dasar-dasar Negara Indonesia sebagai
Negara hukum (rechtsstaat) yang demokratis dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
  Hukum merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem hukum yang saling berkaitan
satu sama lainnya dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan hukum, yakni keadilan
(gerechtigkeit), kemanfaatan (zweckmassigkeit), dan kepastian hukum (rechtssicherheit).

Berdasarkan kriterianya hukum dapat dibedakan sebagai berikut:


1.Menurut sumbernya, hukum dibedakan sebagai berikut :
a.Sumber hukum formal, terdiri dari :
1) Hukum undang-undang;
2) Hukum kebiasaan/hukum adat;
3) Hukum traktat (perjanjian);
4) Hukum yurisprudensi;
5) Doktrin hukum (pendapat atau ajaran ahli hukum).
b.Sumber hukum material terdiri dari :
1) Filosofis (menurut filosofi),
2) Sosiologis (hukum yang disesuaikan dengan fakta sosial), dan
3) Historis (dengan mempertimbangkan sejarah).
2.Menurut bentuknya, hukum ini terdiri dari :
a.Hukum tertulis, hukum ini terdiri dari:
1) Hukum tertulis yang dikodifikasikan, misalnya Hukum pidana dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Hukum Perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (WvK).
Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, misalnya Undang-Undang: Merek, Hak Cipta,
Hak Paten, Kepailitan, Arbitrase, Perseroan Terbatas, Yayasan, Koperasi, Notaris, dan
sebagainya. Kodifikasi adalah membukukan hukum sejenis, secara lengkap, sistematis
menjadi satu dalam satu kitab undang-undang. Berbeda dengan unifikasi, adalah
penyatuan hukum yang berlaku secara nasional.
2) Hukum tidak tertulis (Hukum Kebiasaan dan Hukum Adat), yaitu hukum yang tumbuh dan
berkembang dari keyakinan dan kesadaran hukum masyarakat, tetapi tidak tertulis, dan
masyarakat menaatinya seperti halnya menaati undang-undang (hukum tertulis).
3.Menurut tempat berlakunya, hukum dibedakan sebagai berikut.
a.Hukum nasional, yaitu hukun yang berlaku dalam suatu Negara.
b.Hukum internasionl, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara Negara dan/atau
antara organisasi/lembaga internasional).
c. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku di Negara lain atau Negara asing.
d.Hukum gereja (Kanonik), yaitu hukum yang ditetapkan oleh gereja (katolik Roma) berlaku
untuk anggotanya.
e.Hukum Islam, yaitu hukum yang berlaku untuk orang-orang yang beragama Islam.
4.Menurut waktu berlakunya hukum dibagi dalam:
a.Ius Constitutum (ius positum/ius operatum), yaitu hukum yang berlaku pada waktu sekarang
dalam suatu masyarakat di wilayah tertentu;
b.Ius constituendum, yaitu hukum yang diterapkan berlaku untuk waktu yang akan datang atau
hukum yang dicita-citakan;
c. Hukum asasi (kodrat), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dan kapan aja tidak terbatas
oleh ruang waktu dan tempat. Hukum asasi ini berlaku untuk semua bangsa dan bersifat
abadi.
5.Menurut fungsinya atau cara mempertahankannya, dibedakan sebagai berikut.
a.Hukum material (materiel recht atau substantive law), yaitu keseluruhan peraturan atau norma
hukum yang mengatur hubungan hukum antar subjek hukum yang satu dengan subjek hukum
yang lain yang mengutamakan kepentingan tertentu.
b.Hukum formal atau (formeelrecht/procesrecht/ajective law) atau hukum acara, yaitu
keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur cara melaksanakan dan
mempertahankan hukum material, misalnya Hukum Acara Pidana.
6.Menurut sifatnya, hukum dibedakan sebagai berikut.
a.Hukum yang memaksa atau hukum imperaktif (dwingendrecht), yaitu peraturan atau norma
hukum yang dalam keadaan konkret tidak dapat dikesampingkan oleh para pihak yang
bersengketa atau harus ditaati secara mutlak.
b.Hukum pelengkap atau hukum yang bersifat mengatur (hukum fakultatif), yaitu peraturan atau
norma hukum yang dalam keadaan konkret dapat dikesampingkan oleh para pihak yang
mengadakan perjanjian, seperti tentang bentuk perjanjian boleh tertulis dan boleh tidak
tertulis, boleh dilakukan atau dibuat dihadapan notaris atau di bawah tangan.
7.Menurut isinya, hukum dibedakan sebagai berikut :
a.Hukum publik (public law/recht),  yaitu keseluruhan peraturan atau norma hukum yang
mengatur hubungan hukum antara Negara dengan orang dan atau badan yang
mengutamakan kepentingan umum, seperti Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha
Negara/Hukum Administrasi Negara/Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Pidana, Hukum
Internasional (Publik) dan Hukum Acara (Pidana, Tata Usaha Negara, dan Mahkamah
Konstitusi).
b.Hukum privat atau hukum sipil (private law/privaatrecht), yaitu keseluruhan peraturan atau
norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara perseorangan dan/atau badan pribadi
yang mengutamakan kepentingan pribadi, atau keseluruhan peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum antara perseorangan yang satu dengan perseorangan yang lain untuk
kepentingan pribadi, seperti Hukum Dagang dalam (WvK).
Sumber-sumber Hukum, sumber hukum ialah “asal mulanya hukum” segala seuatu yang
dapat menimbulkan aturan-aturan hukum sehingga mempunyai kekuatan mengikat. Yang
dimaksud “segala sesuatu” tersebut adalah factor-faktor yang mempengaruhi terhadap timbulnya
hukum, dari mana hukum ditemukan atau dari mana berasalnya norma hukum.
Sumber hukum material adalah faktor-faktor yang menentukan kaidah hukum, tempat dari
mana berasalnya isi hukum, atau faktor-faktor yang menentukan isi hukum yang berlaku.
Faktor-faktor yang menentukan isi hukum dapat dikelompokkan atas “faktor ideal
(filosofis), faktor sejarah (historis) dan faktor kemasyarakatan (Sosiologis)”.
Sumber Hukum Formal ialah tempat dari mana dapat ditemukan atau diperoleh aturan-
aturan hukum yang berlaku yang mempunyai kekuatan mengikat masyarakat dan pemerintah
sehingga ditaati.
Sumber hukum formal (van Apeldoorn) adalah dari mana timbulnya hukum yang berlaku
(yang mengikat hakim dan penduduk). Sumber hukum formal adalah yang menjadi determinan
formal membentuk hukum (formele detrminanten van de rechtsvorming), menentukan
berlakunya hukum.

Bentuk sumber-sumber hukum formal ialah


1. Undang-Undang. Undang-undang dalam arti material (wet in materiele zin) adalah “setiap
keputusan atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau penguasa yang berwenang yang
isinya mengikat secara umum” atau setiap “keeputusan atau ketetapan pemerintah atau
penguasa yang berwenang yang memuat ketentuan-ketentuan umum” atau “peraturan-
peraturan umum yang dibuat oleh penguasa yang berwenang”. Undang-undang dalam arti
“formal” (wet in formale zin) ialah “setiap keputusan pemerintah atau penguasa yang
berwenang yang karena prosedur terjadinya atau pembentukannya dan bentuknya dinamkan
“undang-undang”.
1. Kebiasaan ialah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang tetap, dilakukan berulang-
ulang dalam rangkaian perbuatan yang sama dan dalam waktu yang lama.
2. Yurisprudensi, berasal dari kata jurisprudential (bahasa latin) yang berarti “pengetahuan
hukum” (rechtsgeleerdheid), dalam bahasa inggris jurisprudence artinya ilmu hukum atau
ajaran hukum umum atau teori hukum umum (algemene rechtsleer atau general theory of
law).
3. Traktat atau treaty atau perjanjian internasional dipergunakan sebgai sumber hukum dalam
arti formal, karena itu harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat dinamakan perjanjian
internasional.
4. Doktrin Hukum, doktrin atau ajaran-ajaran atau pendapat para ahli hukum/sarjana hukum
terkemuka dan berpengaruh, besar pengaruhnya terhadap hakim dalam mengambil putusan.

Konflik Antarumber Hukum, konflik dapat terjadi antara sumber hukum formal, misalnya sebagai
berikut.
a. Lex specialis derogate lex generalis, yaitu apabila terjadi konflik antar undang-undang yang
bersifat khusus dengan undang-undang yang bersifat umum, maka undang-undang yang
bersifat umum harus dikesampingkan.
b. Lex superiori derogate lex inferiori, yaitu apabila ada dua undang-undang yang tidak
sederajat tingkatannya mengatur objek yang sama dan saling bertentangan, maka undang-
undang yang lebih tinggi tingkatannya mengesampingkan undang-undang yang tingkatannya
dibawahnya.
c. Lex posteriori derogate lex priori, yaitu undang-undang atau peraturan yang berlaku
belakangan (baru) mengesampingkan undang-undang atau peraturan terdahulu (lama).
Konflik antara undang-undang dengan kebiasaan, apabila terjadi konflik antara undang-
undang dengan kebiasaan maka pada prinsipnya undang-undang yang harus diberlakukan atau
dipergunakan, terutama undang-undang yang bersifat memaksa.
Konflik antara undang-undang dengan putusan pengadilan, apabila terjadi konflik antara
undang-undang dengan putusan pengadilan dapat diselesaikan dengan asas res judicata pro
veritate habetur, artinya “putusan hakim (pengadilan) adalah benar”.

Anda mungkin juga menyukai