Anda di halaman 1dari 66

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prinsip semua pelaku usaha adalah mencari laba atau berusaha untuk

meningkatkan labanya. Hal ini menyebabkan laba menjadi salah satu ukuran

kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan menjadi paling penting dalam

laporan tahunan. Selain itu, kegiatan perusahaan selama periode tertentu

mencangkup aktivitas rutin atau operasional, juga perlu dilaporkan sehingga

diharapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat

keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional

perusahaan. Prediksi kinerja keuangan suatu perusahaan pada umumnya

dilakukan oleh pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal perusahaan yang

memiliki hubungan dengan perusahaan yang bersangkutan, seperti : investor,

kreditur, dan pemerintah.

Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran

kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat

diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah

satu informasi keuangan yang bersumber dari intern perusahaan (Zainuddin dan

Hartono, 2016:47-49).

Untuk dapat memanfaatkan laporan keuangan diperlukan teknik untuk

mengintreprestasikan laporan keuangan. Analisis terhadap laporan keuangan

bertujuan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko


2

atau tingkat kesehatan suatu perusahaan (Mamduh, 2012:35). Salah satu teknik

dalam analisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan

(Sudarini,2016:45).

Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis perusahaan yang

menjelaskan berbagai perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di

masa lalu dan membantu menggambarkan pola perubahan tersebut untuk

kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang

bersangkutan (Tumirin, 2017:58).

Rasio keuangan menjadi salah satu alat oleh para pengambil keputusan

baik bagi pihak internal maupun eksternal dalam menentukan kebijakan

berikutnya. Bagi pihak eksternal terutama kreditur dan investor, rasio keuangan

dapat digunakan dalam menentukan apakah suatu perusahaan wajar untuk

diberikan kredit atau untuk dijadikan lahan investasi yang baik. Bagi pihak

manajemen, rasio keuangan dapat dijadikan alat untuk memprediksi kondisi

keuangan perusahaan di masa datang (Usman, 2016:54).

Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pihak

pemerintah, dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi

keuangan perusahaan, tidak terkecuali perusahaan perbankan (Sudarini, 2016:41).

Tingkat kesehatan Bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan

keuangan Bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank

Indonesia (Riyadi, 2016:42). Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi

keuangan Bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca kondisi Bank

yang sesungguhnya termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini
3

juga menunjukkan kinerja manajemen Bank selama satu periode. Dalam laporan

keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis

kekayaan yang dimiliki. Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek

maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Kemudian

laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang

diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang

dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut (Kasmir : 2016:11).

Tabel 1.1 Jaringan Kantor Bank Umum Syariah

Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya merupakan muslim berada

dalam kebimbangan mengenai hukum bunga perbankan konvensional apakah

boleh atau tidak dalam hukum islam. Berdasarkan kehawatiran masyarakat maka

MUI (Majlis Ulama Indonesia) mengeluarkan fatwah No 01 tahun 2004 yang

membahas mengenai bunga bank, MUI (Majlis Ulama Indonesia) manyatakan

bahwa memberikan imbalan kepada nasabah berupa bunga hukumya adalah


4

haram. MUI (Majlis Ulama Indonesia) menetapkan fatwah berlandaskan Al-

Qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 275 dan surat Ali Imran ayat 130 yang

menjelaskan mengenai larangan memakan riba.

Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling

tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja perusahaan tersebut. Semakin

tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. tingkat

profitabilitas bank syariah di Indonesia merupakan yang terbaik di dunia diukur

dari rasio laba terhadap asset (ROA), baik untuk kategori bank yang full fledge

maupun untuk kategori Unit Usaha Syariah (Hesti,2010).

Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau

rentabilitas adalah return on asset (ROA). Return on Aset (ROA) merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola besaran

laba yang diperoleh bank. Return on asset (ROA) digunakan untuk mengetahui

kemampuan bank dalam mengelola aset untuk menghasilkan laba secara

maksimal. Tingkat Return On Asset (ROA) setiap periode dipengaruhi oleh

besaran pembiayaan bank syariah. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa return on asset (ROA) ini memfokuskan pada kemampuan

perusahaan untuk memperoleh pendapatan dalam operasi perusahaan.


5

Perkembangan Return On Asset (ROA) bank syariah dari tahun 2011

sampai 2016 cenderung mengalami fluktuasi. Grafik 1.1 menunjukkan bahwa

pada tahun 2011, profitabilitas bank syariah sebesar 1, 79% namun kemudian naik

pada tahun 2012 menjadi 2.1%. Pada tahun 2014, Return On Asset (ROA)

mengalami penurunan hingga 0,8%. Turunnya pembiayaan pada tahun 2014

dipengaruhi turunnya besaran pembiayaan pada tahun yang sama sehingga

menyebabkan rasio pendapatan terhadap aset turun. Seiring dengan meningkatnya

pembiayaan pada tahun 2015, Return On Asset (ROA) meningkat 2,2 % di tahun

2015 dan kemudian pada tahun 2016 sebesar 2,27%. Pada tahun 2014 terjadinya

penurunan tingkat Return On Asset (ROA) yang banyak hingga mencapai 0,8%.

Turunnya Return On Asset (ROA) pada tahun 2014 dipengaruhi turunnya besaran

pembiayaan pada tahun yang sama sehingga menyebabkan rasio pendapatan

terhadap aset turun. Selama tiga tahun terakhir ini rasio Return On Asset
6

(ROA)mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan profitabilitas perbankan syariah

juga mengalami kenaikan. Semakin besar return on asset (ROA), maka semakin

tinggi pula profitabilitas yang dimiliki perbankan syariah. Return On Asset (ROA)

berperan penting dalam mengukur profitabilitas suatu bank, dimana Return On

Asset (ROA) menggambarkan kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba

secara keseluruhan.

Maka faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank menurut

Machfoedz (1999) adalah manajemen. Yaitu seluruh manajemen suatu bank, salah

satunya baik yang mencakup manajemen permodalan (CAR), manajemen umum,

manajemen rentabilitas (BOPO), dan manajemen pendanaan dari pihak ketiga

(FDR) Pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba

(profitabilitas) perusahaan perbankan. (Defri, 2012) Capital Adequacy Ratio

(CAR) adalah rasio yang berkaitan denganfaktor permodalan bank untuk

mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang

mengandung resiko. Besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu

atau tidaknya suatu bank secara efisien menjalankan egiatannya. Jika modal yang

dimiliki oleh bank tersebut mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat

dihindarkan, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatannya secara efisien,

sehingga kekayaan bank (kekayaan pemegang saham) diharapkan akan semakin

meningkat demikian juga sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara CAR dengan ROA adalah positif. BOPO atau Operational

Efficiency Ratio merupakan perbandingan antara total biaya operasi dengan total

pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
7

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2005).

Semakin tinggi rasio BOPO, kinerja bank akan semakin menurun. Begitu pula

sebaliknya, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja

manajemen bank tersebut (Riyadi, 2006). Dengan demikian besar kecilnya BOPO

akan mempengaruhi profitabilitas bank (ROA). Financing to Deposit Ratio (FDR)

analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional, merupakan

rasio yang digunakan untukmengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan

kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total

aset yang dimiliki bank (Dendawijaya, 2003). Sehingga semakin tinggi LDR

maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu

menyalurkan kreditnya dengan efektif, dengan meningkatnya laba bank, maka

kinerja bank juga meningkat (Mahardian, 2008). Dengan demikian besar kecilnya

rasio FDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.

Mengingat begitu pentingnya peranan perbankan di Indonesia, maka pihak

Bank perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan yang sehat dan

efisien. Tabel 1.1 menyajikan perkembangan kinerja Bank umum nasional

Syariah selama tahun 2011-2017.


8

Tabel 1.1

Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah Nasional Tahun 2011-2017

Tahun
Indikator
2017 2015 2016 2017 2017 2015 2017
CAR (%) 23,2 22,95 20,83 14,39 15,64 16,44 15,55
BOPO (%) 79,46 80,06 82,49 73,64 82,03 82,5 81,59
LDR (%) 82,19 79,7 89,75 78,62 82,01 82,1 81,05
ROA (%) 2,65 2,33 2,1 2,03 2,01 2,02 2,01
Sumber : Laporan Publikasi BI (diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, maka dapat diketahui, bahwa secara rata-rata

ROA tahun 2011 – 2017 telah mencapai standar ukuran Bank di Indonesia yaitu

di atas 1,5%, pada tahun 2016 ROA mengalami penurunan walaupun masih

berada di atas standar ukuran bank di Indonesia yaitu 1,5%. Dalam

perkembangannya ROA selama 2011-2017 mengalami penurunan yaitu 2,65%

pada tahun 2017, kemudian turun menjadi 2,33% pada tahun 2015, kemudian

ROA turun lagi menjadi 2,10% pada tahun 2015. Kemudian mengalami

penurunan pada tahun 2016 menjadi 2,03% dan menurun lagi pada 2017 menjadi

2,01%. Lalu pada tahun 2017 CAR 16.44, BOPO 82.5, LDR 82.1 dan ROA 2.02,

sedangkan tahun 2015 CAR 15.55, BOPO 81.59, LDR 81.05 dan ROA 2.01. Dari

tabel terbukti bahwa ROA bank mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai

tahun 2017 walaupun presentasenya kecil.

Diharapkan Bank dapat menjaga atau meningkatkan nilai ROA-nya

sehingga akan meningkatkan pula perolehan profitabilitas pada tahun-tahun

mendatang. Dan apabila terjadi penurunan nilai profitabilitas maka perlu diketahui

faktor-faktor apa saja yang menyebabkan fluktuasi (ROA) sehingga dapat segera
9

diatasi guna meningkatkan profitabilitas selanjutnya. ROA perlu dijadikan

pedoman dalam mengukur profitabilitas Bank, karena ROA merupakan indikator

yang umum digunakan oleh BI sebagai pembina dan pengawas perbankan yang

lebih mementingkan aset yang dananya berasal dari masyarakat (Dendawijaya,

2016). Disamping itu karena ROA merupakan metode pengukuran yang obyektif

yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA dapat

mencerminkan hasil dari serangkaian kebijaksanaan perusahaan terutama

perbankan.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa CAR sebagai indikator permodalan

mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu sebesar 23,20% pada tahun 2011

sedikit turun menjadi 22,95% pada tahun 2015 kemudian turun menjadi 20,83%

pada tahun 2016. Kemudian pada tahun 2017 CAR menurun lagi menjadi 14,39%

dan naik menjadi 15,64% pada tahun 2017. Bahkan secara individu sampai

dengan tahun 2017 hampir sebagian besar bank Syariah mengalami CAR yang

menurun, walaupun masih di atas ketentuan BI yaitu di atas 8%, maka semakin

menurunnya CAR mencerminkan permodalan bank yang semakin melemah.

Jika dilihat dari kekonsistenan data antara rasio keuangan CAR dengan

ROA pada tahun 2011-2017 nilai rata-rata CAR mengalami penurunan dan diikuti

dengan menurunnya nilai rata-rata ROA. Akan tetapi peningkatan CAR pada

tahun 2017 menjadi sebesar 15,64% tidak diikuti dengan peningkatan ROA,

dimana ROA bank umum masih tetap turun walaupun sedikit yaitu dari 2,03%

menjadi 2,01% .
10

Pada tabel 1.1 terlihat perolehan BOPO dari tahun 2017 sampai 2017

tidak menentu arahnya atau bisa dikatakan berfluktuasi. Rasio BOPO

mencerminkan tingkat efisiensi perbankan dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya BOPO mengalami pergerakan yang meningkat dari tahun 2011 –

2015 yaitu sebesar 79,46% pada 2011 kemudian meningkat menjadi sebesar

80,06% pada tahun 2015 dan kembali meningkat pada 2016 menjadi 82,49% .

Pada tahun 2011 BOPO turun menjadi 73,64% akan tetapi turunnya

BOPO tidak diikuti meningkatnya ROA, dimana ROA turun menjadi 2,03%. Hal

ini bertentangan dengan teori yang ada, dimana jika rasio BOPO menurun, maka

seharusnya ROA mengalami kenaikan. Jika BOPO semakin kecil, maka dapat

disimpulkan bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan (perbankan) semakin

meningkat atau membaik (Riyadi, 2016:44). Pada tahun 2016 BOPO naik menjadi

82,03% serta diikuti menurunnya ROA.

Variabel yang digunakan dalam penilaian aspek likuiditas adalah LDR.

Jika dilihat dari Tabel 1.1 LDR Bank umum di Indonesia dari tahun 2011-2017

terus mengalami fluktuasi yaitu sebesar 82,19% pada tahun 2011, menurun

menjadi 79,70% pada tahun 2015, meningkat menjadi 89,75% pada tahun 2016.

Kemudian turun pada tahun 2017 menjadi 78,62% dan meningkat menjadi

82,01% pada 2017. Dari tabel terlihat bahwa LDR berfluktuasi dari tahun ke

tahun. Akan tetapi perolehan LDR yang fluktuatif ini tidak sesuai dengan teori

yang ada dimana hubungan antara LDR dan ROA seharusnya adalah berbanding

lurus, dimana setiap kenaikan LDR akan diikuti kenaikan ROA.


11

Tabel 1.2

Standar Ukuran Rasio Bank di Indonesia

Rasio Standar BI
CAR > 8%
BOPO  93,52%
LDR  110 %
ROA > 1,5%
Sumber : Publikasi BI (2017)

Alasan digunakannya variabel independent CAR, BOPO, dan LDR dalam

penelitian ini yaitu didasarkan adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian

terdahulu yang menguji variabel independen tersebut terhadap ROA :

1. CAR mencerminkan modal Bank, semakin besar CAR maka ROA yang

diperoleh Bank yang akan semakin besar karena semakin besar CAR

maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga

kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya sehingga

kinerja Bank juga meningkat. Selain itu, semakin tinggi permodalan bank

maka bank dapat melakukan ekspansi usahanya dengan lebih aman.

Adanya ekspansi usaha yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja

keuangan bank tersebut. CAR yang diteliti Yuliani (2007) menemukan

bahwa CAR mempunyai hubungan dengan kinerja profitabilitas (ROA).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Usman (2003) dan Sudarini

(2005) menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA dan

tidak signifikan terhadap ROA.

2. BOPO dapat digunakan untuk mengukur apakah manajemen bank telah

menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien.


12

Semakin kecil BOPO maka ROA akan meningkat. Hasil penelitian yang

dilakukan Almillia dan Herdinigtyas (2005) memperlihatkan bahwa

BOPO mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi bermasalah pada

bank. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Usman (2003)

menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara BOPO terhadap ROA.

3. Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan seberapa besar dana bank

dilepaskan ke perkreditan. Semakin tinggi LDR maka laba bank akan

semakin meningkat, dengan meningkatnya laba bank maka kinerja bank

juga meningkat. Penelitian mengenai LDR yang dilakukan oleh Ponco

(2006) memperlihatkan hasil bahwa LDR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Usman (2003) dan Yuliani (2007) menunjukkan hasil bahwa LDR tidak

berpengaruh terhadap ROA.

Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi Bank persero, Bank

umum swasta nasional devisa, Bank umum swasta nasional non devisa, Bank

pembangunan daerah, Bank campuran dan Bank asing. Bank yang diteliti dalam

penelitian ini adalah Bank Syariah Nasional . Alasan pemilihan Bank Syariah

Nasional karena Bank Syariah Nasional merupakan Bank yang mengelola aset-

aset negara. Hal tersebut dapat dilihat dari kepemilikan saham yang menunjukkan

jumah saham yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia lebih besar dari yang

dimiliki oleh masyarakat. Selain itu, Bank Syariah Nasional yang berjumlah

empat Bank, memiliki total aset, dana pihak ketiga, dan kredit yang cukup besar
13

hampir menyaingi Bank swasta devisa yang berjumlah 31 Bank (Annual Report

Bank Persero, 2017) .

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar

ROA Bank BUMN di Indonesia yang dipengaruhi CAR, BOPO, dan LDR

selama periode tujuh tahun terakhir yaitu periode 2011 sampai tahun 2017.

Sampel yang digunakan adalah tahun 2011 sampai tahun 2017 karena pada

periode tujuh tahun terakhir tersebut dapat digunakan untuk mempermudah

prediksi perolehan laba bank pada tahun-tahun selanjutnya. Berdasarkan latar

belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul :

“Analisis Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Profitabilitas Bank

Umum Syariah Indonesia Tahun 2011-2017 “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan Secara rinci, maka dalam

penelitian ini Penulis merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang

dilakukan yaitu:

1. Apakah rasio CAR berpengaruh secara parsial terhadap ROA Bank Syariah

di Indonesia periode tahun 2011-2017 ?

2. Apakah BOPO berpengaruh secara parsial terhadap ROA Bank Syariah di

Indonesia periode tahun 2011-2017 ?

3. Apakah rasio LDR berpengaruh secara parsial terhadap ROA Bank Syariah

di Indonesia periode tahun 2011-2017 ?


14

4. Apakah rasio keuangan CAR, BOPO, dan LDR berpengaruh secara

bersama-sama ( simultan ) terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia

periode tahun 2011-2017 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan penelitian dapat

dirinci sebagai berikut :

a. Untuk Mengetahui pengaruh rasio CAR secara parsial terhadap ROA

Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2017.

b. Untuk Mengetahui pengaruh BOPO secara parsial terhadap ROA

Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2017.

c. Untuk Mengetahui pengaruh rasio LDR secara parsial terhadap ROA

Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2017.

d. Untuk Mengetahui pengaruh rasio keuangan CAR, BOPO, dan LDR

secara bersama-sama ( simultan ) terhadap ROA Bank Syariah di

Indonesia periode tahun 2011-2017.

2. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

a. Bagi Manajemen dan Investor

Dengan adanya penelitian mengenai faktor-faktor yang bisa

mempengaruhi profitabilitas Bank Syariah di Indonesia, maka akan

diketahui faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi profitabilitas

Bank Syariah secara signifikan untuk selanjutnya diambil keputusan


15

maupun kebijakan guna mencapai harapan atau tujuan yang

diinginkan.

b. Bagi Masyarakat Umum dan Nasabah

Penelititan ini akan membantu masyarakat untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank Syariah sehingga akan

lebih meyakinkan masyarakat untuk menggunakan jasa dari bank

tersebut.

c. Bagi Civitas Akademika

Membantu membuat pedoman atau referensi bagi mahasiswa atau

lainnya dalam melakukan penelitian sejenis.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan

gambaran keseluruhan isi penelitian. Adapun sistematika pembahasan dalam

penelitian ini terdiri atas lima bab, yakni sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Dasar Teori. Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan

penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini menguraikan tentang desain penelitian,

objek penelitan , tempat penelitian, sumber data penelitian, variabel penelitian dan

definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data

dan metode analisis.


16

Bab IV Hasil Penelitian, bab ini menguraikan tentang analisa data dan

metode analisis statistik yang didukung dengan pengujian hipotesis.

Bab V Analisis dan Pembahasan. Bab ini menjelaskan tentang deskripsi

objek penelitian, analisis data dan interpretasi hasil.

Bab VI Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran


17

BAB II
DASAR TEORI

A. Manajemen Keuangan

1. Pengertian Manajemen Keuangan

Sejarah perkembangan perusahaan pada umumnya dapat diketahui bahwa

masalah keuangan, disamping masalah – masalah lainnya seperti masalah

produksi, marketing atau pemasaran, dan sumber daya manusia, merupakan

masalah utama didalam suatu organisasi atau perusahaan guna mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Hal tersebut cukup beralasan mengingat bahwa

keberhasilan ataupun kegagalan suatu perusahaan hampir sebagaian besar sangat

ditentukan oleh kualitas manajemen keuangannya. Untuk mencapai tujuan yang

diharapkan dalam suatu perusahaan maka diperlukan sistem manajemen keuangan

perusahaan yang baik dan terarah, baik dalam hal mendapatkan dana serta

menggunakan dana secara efektif dan efisien.

Keuangan adalah studi tentang uang didalam perusahaan, yang merupakan

area fungsi bisnis yang bertanggung jawab untuk mendapatkan dana,

mengelolanya, dan menentukan alternatif penggunaan dana yang terbaik, dan

yang bertanggung jawab atas aktivitas ini adalah manejer keuangan, selanjutnya

terdapat berbagai pendapat mengenai pengertian Manajemen Keuangan (financial

management) dan sebagian lagi menyebutkan sebagai manajemen belanja, dimana

dari kedua pengertian tersebut pada prinsipnya adalah sama.


18

Pengertian manajemen keuangan menurut Suad Husnan (2016:5)

”Manajemen keuangan adalah kegiatan untuk memperoleh dan menggunakan

dana dengan tujuan untuk mendapatkan dan memaksimalkan nilai perusahaan”.

Dana suatu perusahaan dapat diperoleh dari sumber keungan eksternal dan

internal yang dialokasikan pada berbagai bentuk penggunaan atau pembiayaan.

Arus dana yang terjadi dalam kegiatan operasi perusahaan harus dapat diatur serta

dimanage secara lebih efektif dan efisien.

Menurut Agus Sartono (2016:6) adalah :

Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana,


baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai
bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana
untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”.

Bambang Riyanto (2016:6), memberikan definisi mengenai manajemen

keuangan sebagai berikut :

”Pembelanjaan perusahaan atau manajemen keuangan adalah


keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha
mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal
dan syarat – syarat yang paling menguntungkan beserta usaha
untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin”.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2015:2) ;

Financial management is concerned the acquisition, financing and


management of assets with some overall goal in mind”.

Definisi ini dapat diterjemahkan sebagai berikut : Manajemen keuangan

adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan aktiva dengan

beberapa tujuan menyeluruh.


19

Menurut J. Fred. Weston dan Eugene F. Brigham diterjemahkan Suad

Husnan (2016:3) ”

Manajemen keuangan adalah merencanakan, mencari dan


memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk memaksimumkan
efesiensi (daya guna) dari operasi – operasi perusahaan”.

Dari beberapa teori yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa manajemen keuangan bukan saja dalam hal bagaimana

mengatur dan mengambil keputusan dalam segala aktivitas yang berhubungan

dengan pengumpulan dan pengalokasian dana, akan tetapi juga mencakup

bagaimana mengelola serta menggunakan dana tersebut secara efektif dan efesien

yang berfokus pada kesejahteraan..

2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan

Fungsi manajemen keungan dalam perusahaan mengalami perkemnbangan

dari waktu ke waktu sebelum tahun 1950, dimana fungsi utama manajemen

keuangan adalah untuk mendapatkan dana (obtaining funds), kemudian

selanjutnya perhatian yang lebih besar diberikan kepada masalah penggunaan

dana (use/allocation of funds), dan salah satu perkembangan pada permulaan

tahun 1950 adalah adanya analisa secara sistematis dari ”internal management”

didalam perusahaan dengan faktur pada aliran dana (flow of fund) di dalam

sturktur perusahaan.

Manajemen keuangan dipandang sebagai suatu manajemen yang

mempelajari fungsi – fungsi keuangan dengan tujuan untuk memaksimumkan

kemakmuran atau kekayaan pemengang saham.


20

Secara garis besar menurut Agus Sartono (2017:6) fungsi manajemen

keuangan terdiri atas:

a. Pengambilan Keputusan Investasi


Keputusan ini menyangkut alokasi dana, baik dana yang berasal dari
dalam maupun dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi.
Dengan kata lain mencakup keputusan – keputusan yang harus
diambil oleh manajer keuangan dalam menetapkan kombinasi dari
asset yang paling baik bagi perusahaan. Baik investasi dalam modal
kerja maupun asset tetap perusahaan harus mendapatkan perhatiaan
yang seksama agar tercipta pendayagunaan yang optimal.
b. Pengambilan Keputusan Pembiayaan
Keputusan ini mengenai bagaimana menentukan komposisi sumber
dana yang optimal yang harus dijalankan atau dengan kata lain
bagaimana memilih alternatif pembiayaan yang terbaik dari berbagai
sumber dan yang tersedia, sehingga diperoleh suatu kombinasi
pembiayaan (financing mix) yang paling optimal, apakah perusahaan
lebih baik menggunakan modal sendiri atau modal asing, dan
sebagainya.
c. Keputusan Dividen
Keputusan ini menyangkut tentang apakah laba yang diperoleh
perusahaan seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham
sebagai dividen ataukah laba tersebut sebaiknya ditahan dalam bentuk
laba ditahan guna pembelanjaan investasi dimasa yang akan datang.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan berfungsi untuk

mengelola arus dana yang masuk maupun keluar dari suatu perusahaan seefisien

dan seefektif mungkin, untuk mempertahankan arus pendapatan dalam rangka

memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Berdasarkan definisi dan fungsi – fungsi keuangan tersebut , maka tujuan

akhir yang harus dicapai menurut Agus Sartono (2016:9)

Maximilization wealth of stockholders ( memaksimumkan


kemakmuran pemegang saham ) melalui maksimilisasi nilai
perusahaan, yang dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai
sekarang (present value ) semua keuntungan pemegang saham yang
diharapkan akan diperoleh dimasa mendatang.
21

Tujuan tersebut dapat tercapai dengan optimal, maka pengelolaan dana

haruslah berjalan dengan efektif, sehingga tidak hanya mendatangkan keuntungan

(profit) bagi perusahaan, tetapi juga menambah nilai perusahaan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston

disadur dari Agus Sartono (2017:16), bahwa :”

Tujuan utama dari keputusan manajemen adalah memaksimalkan


kesejahteraan pemegang saham dengan cara mempertimbangkan
risiko dan penetapan waktu yang berkaitan dengan perkiraan laba
per saham untuk memaksimalkan harga saham biasa perusahaan.”

Memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham

perusahaan, akan mensejahterakan bukan hanya para pemegang saham, tetapi juga

memiliki tujuan lain, yaitu kepuasan pribadi manajer perusahaan, kesejahteraan

karyawan, lingkungan, dan masyarakat yang baik pada umumnya.

3. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Bentuk paling umum dari informasi keuangan dasar suatu perusahaan

adalah informasi yang dipublikasikan secara umum, merupakan

seperangkap lapora keuangan yang dikeluarkan menurut pedoman profesi

akuntan publik (Prinsip-prinsip Akuntansi yang lazim) dan menurut

pengawasan Komisi Pasar Modal.

Laporan keuangan atau financial statements berisi informasi tentang

prestasi perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk

penetapan kebijaksanaan di masa yang akan datang. Laporan keuangan

merupakan laporan yang sangat penting sebagai sarana untuk memperoleh


22

informasi bagi analisis yang menggambarkan posisi keuangan dan hasil

yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Seperangkat laporan

keuangan atau finansial statements biasanya terdiri dari neraca untuk

tanggal tertentu, laporan operasi untuk periode tertentu, dan laporan arus

dana untuk periode yang sama.

Lili M.Sadeli (2017:18) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut :

Laporan keuagan adalah laporan tertulis yang memberikan


informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan
perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai selama
periode tertentu.”

Zaki Baridwan (2017:17), berpendapat bahwa :”

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses


pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-
transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.

”Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan


tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
disebabkan kepadanya oleh para pemilik perusahaan.
Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan
untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan
kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

Bambang Riyanto (2016:327) mendefinisikan laporan keuangan

sebagai berikut :

Ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan,


dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva,
utang dan modal sendiri pada suatu periode tertentu, dan
laporan rugi dan laba (income statements) mencerminkan
hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu
biasanya meliputi periode satu tahun.
23

Posisi keuangan pada periode tertentu maka pimpinan perusahaan

dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki system

pengawasannya, dan menentukan kebijaksanaan yang lebih tepat. Yang

penting bagi manajemen, bahwa laporan keuangan tersebut merupakan alat

untuk mempertangungjawabkan kepada pemilik atas kepercayaan yang telah

diberikan. Jumingan (2016 : 2) mendefinisikan

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akutansi yang


dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
pihak yang berkepentingan dengan kondisi keuangan dan
hasil operasi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan
tersebut adalah manajemen, pemilik, kreditur, investur,
penyalur, karyawan, lembaga pemerintah, dan masyarakat
umum.

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu laporan

keuangan merupakan informasi yang penting bagi berbagai pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, dan merupakan

suatu produk akhir dari proses kegiatan-kegiatan akutansi dalam suatu usaha

serta dapat dijadikan sebagai bahan penguji dalam pekerjaan menganalisis

pembukuan dan menilai posisi keuangan suatu perusahaan pada periode

tertentu, karena berisi semua informasi tentang keadaan keuangan serta

hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan.

Bagaimana besarnya manfaat dari sebuah laporan keuangan, seorang

pemakai (user) harus memahami keterbatasan yang dimiliki laporan

keuangan agar dalam membacanya tidak menimbulkan salah penafsiran.


24

Sofyan Syafri Harahap (2017:16), menurut Standar Akutansi

Keuangan sifat dan keterbatasan dari laporan keuangan sebagai berikut:

a. Kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Laporan


keuangan bersifat histories, yaitu merupakan laporan atas
b. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus
saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan.
c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari
penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.
d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.
e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
ketidakpastian.
f. Laporah keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis
suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya
(formalitas).
g. Laporan keuangan disusun menggunakan istilah teknis, dan
pemakaian laporan diasumsikan memahami bahasa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat
digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-
sumber ekonomis yang tingkat kesuksesan antar perusahaan.
i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

b. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan dilakukan secara periodik dan periode yang

biasa digunakan adalah tahunan yang dimulai 1 Januari dan berakhir pada tanggal

31 Desember. Periode seperti ini disebut periode tahun kalender. Selain tahun

kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1

Januari.

Istilah periode akuntansi sering juga diganti dengan istilah tahun buku.

Walaupun periode akuntansi ( tahun buku ) yang digunakan itu adalah tahunan,

manajemen masih dapat menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih
25

pendek, misalnya bulanan, triwulan, atau kwartal. Laporan keuangan yang dibuat

untuk periode yang lebih pendek dari satu tahun disebut laporan intern.

Salah satu tujuan utama proses pencatatan akuntansi adalah untuk

mengumpulkan data keuangan dan data-data lainnya dari suatu kesatuan ekonomi,

dalam rangka penyajian hasil usaha dan posisi keuangan selama satu periode

tertentu, kemudian dikomunikasikan ke berbagai pihak yang berkepentingan para

pemakai laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, oleh sebab

itu tujuan laporan keuangan harus sesuai dengan fungsinya sebagai penyaji

informasi tentang keadaan keuangan perusahaan yang bermanfaat dalam

pengambilan keputusan ekonomi.

Adapun tujuan utama dari laporan keuangan menurut Prinsip-Prinsip

Akuntansi Indonesia (PAI) yang dikutip oleh Zaki Baridwan (2016:20 )

dipisahkan menjadi dua kategori, yaitu :

1). Tujuan umum

Tujuan umum laporan keuangan dapat dinyatakan sebagai berikut :( Dwi

Prastowo, dkk ( 2017:16 )

a. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya


mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal
suatu perusahaan.
b. Untuk memberikan informasi untuk dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam sumber-sumber ekonomi neto (sumber
dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari
aktivitas-aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan
dalam menghasilkan laba.
26

d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai


perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban,
seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan
penanaman.
e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai
kebijaksanaan akuntansi yang dianut perusahaan.

2). Tujuan kualitatif.

Tujuan kualitatif merupakan persyaratan kualitas yang harus dipenuhi oleh

informasi keuangan, yaitu : Zaki Baridwan (2016 : 22)

a. Relevan; Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan


maksud penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk
keperluan para pengambil keputusan, informasi tersebut
menjadi tidak berguna walaupun kualitas lainnya terpenuhi.
b. Dapat dimengerti ; informasi harus dimengerti oleh pemakai
yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.
c. Daya uji ; informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para
pengukur yang independen dengan pengukuran yang sama.
d. Netral ; informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum
pemakai dan tidak tergantung pada kebutuhan dan keinginan
pihak-pihak tertentu.
e. Tepat waktu ; informasi harus disampaikan sedini mungkin
untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk
menghindari tertundanya pengambi-lan keputusan tersebut.
f. Daya banding ; informasi akan lebih berguna bila dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya
dari perusahaan yang sama maupun dengan laporan keuangan
perusahaan lain pada periode sebelumnya.
g. Lengkap ; informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua
data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya
enam tujuan kualitatif di atas, dapat juga diartikan sebagai
pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam
pelaporan keuangan.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan itu harus

dapat menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan


27

ekonomi dan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama para pemakainya

selain tentunya sebagai pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.

Munawir, S (2017:54) Laporan keuangan dapat digunakan oleh pihak

manajemen untuk :

1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegi tan perusahaan.


2. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian,
proses atau produksi serta untuk menentukan derajat
keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan.
3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang
telah diserahi wewenang dan tanggung jawab.
4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau
prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Dengan menganalisa laporan keuangan, manajemen dapat menilai

kinerjanya selama periode tertentu dan memprediksikan kemungkinan-

kemungkinan di masa yang akan datang dengan memperlihatkan kekuatan dan

kelemahan perusahaan sehingga dapat melakukan tindakan koreksi dan

pengendalian kegiatan keuangan.

c. Sifat Laporan Keuangan

Adapun sifat dan keterbatasan dari laporan keuangan dijelaskan oleh Amin

Widjaja Tunggal (2015 :13) sebagai berikut :

1. Bersifat historis.
2. Bersifat umum.
3. Penggunaan taksiran.
4. Melaporkan informasi yang material.
5. Bersifat konservatif.
6. Menekankan makna ekonomi.
7. Menggunakan istilah teknis.
8. Menimbulkan variasi.
28

9. Bersifat kualitatif.
10. Window dressing.
11. Nilai saat tertentu.
12. Nilai beli mata uang.

Adapun penjelasan dari pengertian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Laporan keuangan merupakan laporan tentang kejadian-kejadian atau

transaksi keuangan pada periode yang telah lewat.

2. Laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai

secara umum, bukan untuk pihak-pihak tertentu.

3. Proses penyusunannya tidak luput dari penggunaan taksiran dan

berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material yang

menimbulkan pengaruh untuk cukup berarti terhadap laporan keuangan.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidak

pastian, bila terdapat beberapa kemungkinan yang tidak pasti mengenai

penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang lebih kecil

atau lebih rendah.

6. Laporan keuangan lebih menekankan makna ekonomi sesuatu peristiwa

atau transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas).

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah teknis dan

pemakai laporan diasumsikan memahaminya.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan

menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomi dan

tingkat kesuksesan antar perusahaan.


29

9. Informasinya bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat

dikualifikasikan umumnya diabaikan.

10. Analisis harus menyadari kemungkinan adanya suatu window dressing.

11. Nilai yang tercantum dalam laporan keuangan hanyalah nilai pada saat

tertentu.

12. Nilai yang tercantum dalam laporan keuangan adalah nilai mata uang.

d. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Sesuai dengan apa yang menjadi objek penelitian maka penulis hanya

membahas tentang neraca dan laporan laba rugi :

1). Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi atau perusahaan

pada suatu periode tertentu. Secara garis besar, neraca memberikan informasi

mengenai sumber dan penggunaan pada perusahaan. Sisi sebelah kiri neraca

(aktiva) merupakan sisi penggunaan dana perusahaan berupa kebijakan investasi

baik investasi jangka panjang maupun investasi jangka pendek selama periode

tertentu. Sedang sisi sebelah kanan (pasiva) menunjukkan sumber-sumber dana

untuk membiayai investasi tersebut.

Zaki Baridwan ( 2017:18) memberikan pengertian

Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu


unit usaha pada tanggal tertentu. keadaan keuangan ini ditunjukkan
dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah
kewajiban perusahaan yang disebut pasiva.”
30

Dalam neraca jumlah aktiva akan sama besar dengan jumlah pasiva,

dimana pasiva terdiri dari kewajiban kepada pihak luar (utang) dan kewajiban

kepada pihak pemilik perusahaan (modal).

a. Aktiva

Aktiva merupakan sumber-sumber ekonomi atau harta perusahaan

yang terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Aktiva

adalah manfaat ekonomis yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan

usaha sebagai hasil dari transaksi di masa lalu, yang biasa dinyatakan dalam

satuan uang. Pengertian aktiva lancar menurut Zaki Baridwan (2017 :21),

sebagai berikut :

Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain atau


sumber-sumber yang diharapkan akan direalisasi menjadi
uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha
perusahaan yang normal atau dalam waktu satu tahun.

Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa aktiva lancar meliputi kas

dan aktiva lain seperti piutang dagang, persediaan, piutang pegawai, surat-

surat berharga (investasi jangka pendek) dan lainnya.

Aktiva tetap meliputi aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud

seperti tanah, gedung, mesin, dan sebagainya.

b. Pasiva

Pasiva adalah jumlah kewajiban perusahaan baik kepada kepada pihak

luar (utang ) maupun kewajipan kepada pemilik perusahaan (modal).

Kewajiban merupakan tagihan para kreditur kepada perusahaan yang

terdiri dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Utang adalah
31

pengorbanan manfaat ekonomis yang akan timbul di masa datang

disebabkan adanya kewajiban-kewajiban di saat sekarang, sebagai akibat

dari transaksi yang sudah lalu.

Utang lancar adalah utang-utang yang pelunasannya akan

menggunakan sumber-sumber aktiva lancar, dan akan dibayarkan dalam

jangka pendek (satu tahun). Untuk utang jangka panjang yang jatuh tempo

dan akan dilunasi dalam waktu 12 bulan dilaporkan dalam kelompok utang

lancar.

Modal merupakan hak pemilik perusahaan atas kekayaan (aktiva)

perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan utang yang merupakan kewajiban

perusahaan kepada pemilik. Modal menunjukkan jumlah milik pada pemilik

yang ditanamkan dalam perusahaan. Jumlah ini timbul dari setoran para

pemilik dan perubahan nilai aktiva yang terjadi karena hasil usaha

perusahaan. Modal bukan merupakan jumlah yang harus dilunasi tetapi

apabila terjadi pembubaran perusahaan, para pemilik baru menerima

pelunasan setelah para kreditur dilunasi.

2). Laporan Laba Rugi

Untuk mengetahui laba atau rugi perusahaan dalam menjalankan

kegiatan usahanya selama periode tertentu dapat dilihat pada laporan laba

rugi, yang menggambarkan hasil operasi perusahaan. Laporan laba rugi

disebut juga laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya yang

menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan.

Menurut Agus Suyono,(2016: 4 ) Laporan Laba Rugi adalah :


32

Laporan laba rugi merupakan laporan mengenai pendapatan,


biaya-biaya dan laba perusahaan selama periode tertentu.

Jadi laporan laba rugi merupakan ikhtisar penghasilan (pendapatan, biaya-

biaya dan laba rugi) dalam suatu periode akuntansi tertentu.

a. Pendapatan

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak orang menganggap bahwa

pendapatan identik dengan penerimaan. Tetapi dilihat dari kacamata teori

ekonomi tidak semua penerimaan seseorang itu merupakan pendapatan,

karena penerimaan dapat berasal dari pendapatan (penghasilan kegiatan

produktif), transfer atau pemberian dari pihak-pihak lain dan sebagainya.

Pendapatan merupakan penerimaan kas atau harta lain yang diterima

dari konsumen sebagai hasil dari pemberian jasa atau penjualan barang oleh

perusahaan.

Dalam Statement of Financial Accounting Concepts No. 6 yang

dikeluarkan oleh FASB dan dikutip oleh Zaki Baridwan, (2017:30)

pendapatan adalah sebagai berikut :

Pendapatan (revenue) adalah aliran masuk atau kenaikan lain


aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau
kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari
kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.

Dengan demikian pendapatan merupakan segala penerimaan yang

berasal dari kegiatan utama perusahaan. Untuk perusahaan dagang adalah

penerimaan yang berasal dari penjualan produk atau barang dagangannya,

sedang perusahaan jasa berasal dari pemberian jasanya kepada konsumen.


33

b. Biaya

Biaya yang dikeluarkan perusahaan mempunyai peranan yang sangat

penting, karena dalam banyak hal keputusan yang diambil pimpinan

perusahaan/pihak manajemen tidak lepas dari informasi biaya yang

dihasilkan. Dengan informasi biaya ini perusahaan dapat mengetahui berapa

besar pengeluaran yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan perusahaan.

Mulyadi (2017:8) mendefinisikan biaya sebagai berikut :

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur


dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan
terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi untuk memproduksi barang
atau jasa atau disebabkan karena timbulnya utang yang
berasal dari penyerahan atau pembuatan produk dan jasa
atau karena adanya pengeluaran lain yang masih
berhubungan dengan usaha perusahaan.

B. Pengertian Bank

Dalam pembicaraan sehari-hari, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan

yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.

Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi

masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu Bank juga dikenal sebagai

tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam

bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak,

uang kuliah dan pembayaran lainnya.

Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November

1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah :

Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam


bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
34

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka


meningkatkan taraf hidup rakyat banyak ”.

Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit

dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Sinungan,

2017:45).

Bank adalah lembaga keuangan kredit yang mempunyai tugas utama

memberikan kredit disamping memberikan jasa-jasa lain di bidang keuangan

(Riyanto, 2016:11).

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke

masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2016:45).

Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa Bank

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas

perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai

bank tidak lepas dari masalah keuangan.

1. Tugas dan Fungsi Bank

Pada dasarnya tugas pokok Bank menurut UU No.19 tahun 1998 adalah

membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas

nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas

kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Sedangkan fungsi bank pada umumnya (Sinungan, 2015:47) :

a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih


efisien dalam
b. kegiatan ekonomi.
c. Menciptakan uang.
35

d. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.


e. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

2. Jenis-jenis Bank

Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara

lain (Kasmir,2015:45) :

a. Dilihat dari segi fungsinya

Menurut Undang-Undang Pokok perbankan nomor 14 tahun 1967,

jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari :

1. Bank Umum
2. Bank Pembangunan
3. Bank Tabungan
4. Bank Pasar
5. Bank Desa
6. Lumbung Desa
7. Bank Pegawai
8. Dan bank lainnya

Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan

ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998

maka jenis perbankan terdiri dari:

1. Bank umum : adalah bank yang melaksanakan kegiatan


usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) : adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Dilihat dari segi kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang

memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan
36

penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat

dari segi kepemilikan tersebut adalah:

1. Bank milik Pemerintah : dimana baik akte pendirian


maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga
seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah
pula.
2. Bank milik Swasta Nasional : Bank jenis ini seluruh atau
sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte
pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula
pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
3. Bank milik Koperasi : Kepemilikan saham-saham bank ini
dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
4. Bank milik Asing : Bank jenis ini merupakan cabang dari
bank yang ada diluar negeri, bank milik swasta asing atau
pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak
luar negeri.
5. Bank milik campuran : Kepemilikan saham bank
campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas
dipegang oleh Warga Negara Indonesia.

c. Dilihat dari segi status

1. Bank devisa : Merupakan bank yang dapat melaksanakan


transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan
mata uang asing secara keseluruhan.
2. Bank non devisa : Merupakan bank yang belum
mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai
bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi
seperti bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan
masih dalam batas-batas Negara.

d. Dilihat dari segi cara menentukan harga

1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional


2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian
berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau
kegiatan perbankan lainnya.

e. Dilihat dari fungsi dan tujuan usahanya


37

1. Bank Central : adalah bank yang bertindak sebagai


bankers bank pimpinan penguasa moneter, mendorong dan
mengarahkan semua jenis bank yang ada.
2. Bank Umum : adalah bank milik negara, swasta, maupun
koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta
tabungan dan dalam usahanya terutama memberikan kredit
jangka pendek.
3. Bank Tabungan : adalah bank milik negara, swasta
maupun koperasi yang dalam pengumpulan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan
sedangkan usahanya terutama memperbanyak dana
dengan kertas berharga.
4. Bank Pembangunan : adalah bank milik negara, swasta
maupun koperasi yang dalam pengumpulan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan
mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan
panjang. Sedangkan usahanya terutama memberikan kredit
jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan.

3 Rasio Keuangan Bank

Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan

Bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan

tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam presentase

atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja

keuangan Bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolak ukur untuk

menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut (Riyadi,

2017:58)

Rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan dalam neraca

publikasi biasanya meliputi rasio permodalan yaitu CAR, Aktiva Produktif yaitu

Aktiva Produktif Bermasalah, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif dan

Pemenuhan PPAP; rasio rentabilitas yaitu ROA, Return On Equity (ROE), Net

Interest Margin (NIM), Beban Operasional Termasuk Beban Bunga dan Beban
38

PPAP serta Beban Penyisihan Aktiva Lain-lain Dibagi Pendapatan Operasional

termasuk Pendapatan Bunga (BO/PO) ; rasio Likuiditas yaitu Cash Ratio dan

LDR.

Rasio Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan

Modal (Modal Inti) atau Laba (Sebelum Pajak) dengan total Assets yang dimiliki

bank pada periode tertentu. ROA menunjukkan perbandingan antara laba

(sebelum pajak) dengan total aset Bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi

pengelolaan aset yang dilakukan oleh Bank yang bersangkutan. CAR yaitu rasio

kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank, untuk saat

ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR),

atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada

kondisi bank yang bersangkutan, CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini,

mengacu pada ketentuan / standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking

for International Settlement (BIS).

BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan

Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik

tingkat kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam

menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi, 2016:47).

1. Profitabilitas (ROA)

Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas

perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal

yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas diukur dengan ROA yang


39

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)

secara keseluruhan (Dendawijaya, 2017:12). ROA adalah rasio yang digunakan

mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif

dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. (Mamduh dan

Halim : 2016:45)

ROA merupakan perkalian antara Net Profit Margin dengan perputaran

aktiva. Net Profit Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap

penjualan yang diciptakan oleh perusahaan. Sedangkan perputaran aktiva

menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari

aktiva yang dimilikinya. Apabila kedua faktor itu meningkat maka ROA juga

akan meningkat. Apabila ROA meningkat maka profitabilitas perusahaan

meningkat sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang

dinikmati oleh pemegang saham.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑂𝐴 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

Sumber : Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2016:47

2. Kecukupan Modal (CAR)

Modal merupakan sumber dana pihak pertama, yaitu sejumlah dana yang

diinvestasikan oleh pemilik untuk pendirian suatu Bank. Jika Bank tersebut sudah

beroperasi maka modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
40

pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Agar perbankan dapat

berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam perbankan internasional

maka permodalan Bank harus senantiasa mengikuti ukuran yang berlaku secara

internasional, yang ditentukan oleh Banking for International Sattlements (BIS),

yaitu CAR adalah 8% (Riyadi : 2017:48).

CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang

mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)

ikut dibiayai dari dana modal sendiri Bank disamping memperoleh dana-dana dari

sumber-sumber diluar Bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-

lain. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja Bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki Bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2017:54)

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐶𝐴𝑅 = 𝑥 100%
𝐴𝑇𝑀𝑅

Sumber : Dendawijaya, 2017:54

3. Efisiensi operasional (BOPO)

BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan

pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik

kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan

sumber daya yang ada di perusahaan. Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir

oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan

ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. (Riyadi, 2017:49).


41

Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1, sebaliknya Bank yang

kurang sehat (termasuk BBO dan Take Over) rasio BOPO nya lebih dari 1

(Dendawijaya, 2005:54). Hal tersebut dikarenakan biaya operasi merupakan biaya

yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokok

(seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi

lainnya). Sedangkan pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu

pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan

pendapatan operasi lainnya.

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

Sumber : Dendawijaya, 2017:54

4. Loan To Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan Total

Dana Pihak ke Tiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan

menunjukkan tingkat kemampuan bank

dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang

bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah

sebesar 110%

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛


𝐿𝐷𝑅 = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

Sumber : Dendawijaya, 2017:54

LDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan Bank dalam

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan


42

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata

lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi

kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik

kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah

dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar

(Dendawijaya, 2017:45).

C. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja

perbankan dengan menggunakan rasio keuangan terhadap kinerja profitabilitas.

Penelitiannya antara lain:

1. Bachtiar Usman

Menganalisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada

bank-bank di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah quick ratio, bank

ratio, gross profit margin, net profit margin, gross yield on total asset,

leverage multiplier, credit risk ratio, deposit risk ratio, dan primary ratio.

Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa quick ratio, gross yield on total

assets, net income on total asset, leverage multiplier, credit risk ratio, dan

deposit risk ratio memiliki pengaruh positif terhadap rasio pendapatan

mendatang. Sedangkan variabel bank ratio, gross profit margin, dan

primary ratio, memiliki pengaruh negatif terhadap rasio pendapatan

mendatang.
43

2. Wisnu Mawardi

Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi menganalisis pengaruh

efisiensi operasi (BOPO), risiko kredit (NPL), risiko pasar (NIM), modal

(CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank umum yang beroperasi di

Indonesia yang mempunyai total aset kurang dari 1 triliun rupiah yang

ditunjukkan oleh Direktori Perbankan Indonesia. Periodisasi data yang

digunakan adalah 1998 sampai dengan 2001. Alat analisis yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu regresi linear berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) dan risiko kredit (NPL)

terhadap kinerja keuangan (ROA) menunjukkan pengaruh negatif dan

signifikan, sedangkan risiko pasar (NIM) menunjukkan pengaruh positif dan

modal (CAR) yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA).

3. Sudarini

Melakukan penelitian tentang “Penggunaan Rasio Keuangan dalam

Memprediksi Laba pada Masa yang Akan Datang (Studi Kasus di

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Penelitian ini menguji

hubungan linier antara variabel independen yaitu rasio-rasio keuangan yang

dihitung perubahan relatifnya dengan perubahan laba untuk satu tahun yang

akan datang sebagai variabel dependen. Sampel sebanyak 18 bank diambil

secara purposive dari perusahaan perbanka yang terdaftar di BEJ yang

mempublikasikan laporan keuangannya pada tahun 2000-2004. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dua rasio keuangan perbankan yaitu NIM

dan BOPO berpengaruh signifikan positif terhadap laba satu tahun ke depan.
44

Sedangkan ROA, CAR, NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap

perubahan laba.

4. Luciana Spica Almilia dan Winny Herdinigtyas

Menganalisis rasio CAMEL terhadap prediksi kondisi bermasalah pada

lembaga perbankan periode 2000 – 2002. Variabel yang digunakan adalah

financial distress, bankrupcy, CAMEL, financial ratio. Dalam penelitian

tersebut dikemukaan bahwa rasio CAR mempunyai pengaruh signifikan

terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin

rendah rasio CAR kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin

besar. Rasio NPL mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kondisi

bermasalah dan pengaruhnya positif artinya semakin tinggi rasio ini

kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. PPAPAP

mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan

pengaruhnya positif artinya semakin tinggi rasio PPAPAP kemungkinan

bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. ROA mempunyai pengaruh

tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif

artinya semakin rendah rasio ROA kemungkinan bank dalam kondisi

bermasalah semakin kecil. NIM mempunyai pengaruh tidak signifikan

terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin

rendah rasio NIM maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah

semakin kecil. BOPO mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi

bermasalah dan pengaruhnya positif artinya semakin tinggi rasio BOPO

maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.


45

5. Yuliani

Melakukan penelitian mengenai hubungan efisiensi operasional dengan

kinerja profitabilitas pada sektor perbankan yang go publik di bursa efek

Jakarta. Variabel yang digunakan adalah efisiensi operasional MSDN,

BOPO, CAR, LDR, profitabilitas perbankan. Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa efisiensi operasional MSDN, efisiensi operasioanal LDR

tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja profitabilitas perbankan.

Sedangkan efisiensi operasional BOPO berpengaruh signifikan negatif.

CAR berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja profitabilitas

perbankan.
46

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
N NAMA Variabel Penelitian Hasil Penelitian
O
1. Bachtiar Usman (2003) quick ratio, LDR, bank ratio, gross profit margin (GPM),
net profit margin (NPM,) net interest margin (NIM), - Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Biaya Operasi terhadap Pendapatan (BOPO), capital semua variabel tidak menunjukkan pengaruh
adquacy ratio (CAR), pertumbuhan kredit, leverage yang signifikan terhadap perubahan laba bank
multiplier non performing loan (NPL), dan deposit risk satu tahun mendatang
ratio (DRR), Perubahan Laba
2. Wisnu Mawardi (2005) Variabel terikat : ROA Variabel bebas : NIM, BOPO, - NIM mempunyai pengaruh paling tinggi dan
NPL, CAR positif terhadap kinerja bank.
- BOPO dan NPL berpengaruh negatif terhadap
kinerja bank.
- CAR tidak berpengaruh terhadap kinerja
bank.
3. Sudarini Variabel terikat : perubahan laba Variabel bebas : - NIM dan BOPO berpengaruh signifikan
(2005) CAMEL positif terhadap laba satu tahun ke depan.
- ROA, CAR, NPL tidak berpengaruh
signifikan terhadap perubahan laba.
4. Luciana Spica Almillia Rasio keuangan CAMEL (CAR, ATTM, APB, NPL, - Rasio CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA,
dan Winny PPAPAP, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR NIM, dan BOPO secara statistik berbeda untuk
Herdinigtyas kondisi bank bangkrut dan mengalami
(2005) kesulitan keuangan dengan bank yang tidak
bangkrut dan tidak mengalami kondisi
kesulitan keuangan.
- Hanya rasio CAR dan BOPO yang secara
statistik signifikan untuk memprediksi kondisi
47

kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada


sektor perbankan.
5. Yuliani Variabel terikat : ROA - BOPO berpengaruh signifikan negatif
(2007) Variabel bebas : MSDN, CAR, terhadap ROA
BOPO, LDR - CAR berpengaruh signifikan positif terhadap
ROA
- MSDN dan LDR berpengaruh tidak signifikan
terhadap ROA
Sumber : Bachtiar Usman (2003), Wisnu Mawardi (2005), Sudarini (2005), Luciana Spica Almillia dan Winny Herdinigtyas (2005),
Yuliani (2007)
48

D. Definisi Konsep

Menurut Dendawijaya, Lukman, (2017:95) :

1. CAR sebagai indikator permodalan yaitu rasio kecukupan modal minimum

pada bank. Merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh jumlah

seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat

berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri,

disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank

2. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan

rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional

terhadap pendapatan operasional. Biaya operasi merupakan biaya yang

dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya

(seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi

lainnya).

3. LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan indikator likuiditas yang sering

digunakan. LDR merupakan rasio antara jumlah kredit yang diberikan

terhadap jumlah total dana pihak ketiga (DPK). LDR menunjukkan tingkat

kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun

oleh bank yang bersangkutan

4. Profitabilitas (ROA), sebagai variabel terikat (Y), ROA merupakan salah

satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas

perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total

aset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak
49

terhadap total asset bank tersebut. Semakin besar nilai ROA maka semakin

baik besar pula kinerja perusahaan, karena return yang didapat perusahaan

semakin besar

E. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan dasar teori yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya, maka disusun kerangka konsep sebagai berikut:

CAR (X1)

ROA
BOPO (X2)
(Y)

LDR (X3)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

F. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang untuk sementara waktu

dianggap benar. Selain itu juga, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan yang

akan diteliti sebagai jawaban sementara dari suatu masalah. Berdasarkan rumusan

masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis 1 : Variabel CAR berpengaruh Signifikan terhadap ROA

Bank Syariah BUMN periode tahun 2011-2017.

2. Hipotesis 2 : Variabel BOPO berpengaruh Signifikan terhadap ROA

Bank Syariah BUMN periode tahun 2011-2017.


50

3. Hipotesis 3 : Variabel LDR berpengaruh Signifikan terhadap ROA

Bank Syariah BUMN periode tahun 2011-2017.

4. Hipotesis 4 : Variabel CAR, BOPO, LDR berpengaruh secara

bersama-sama ( simultan ) terhadap ROA Bank Syariah BUMN periode

tahun 2011-2017.
51

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik

perhatian. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya tergantung

dari nilai variabel lain (Y) dan variabel independen (bebas) adalah variabel yang

nilainya tidak tergantung pada variabel lain (X). Variabel penelitian dalam

penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Independen

CAR sebagai variabel bebas (X1), CAR sebagai indikator permodalan yaitu

rasio kecukupan modal minimum pada bank. Merupakan rasio yang

memperlihatkan seberapa jauh jumlah seluruh aktiva bank yang

mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank

lain) ikut dibiayai dari modal sendiri, disamping memperoleh dana-dana

dari sumber-sumber di luar bank. Besarnya CAR dirumuskan sebagai

berikut :

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
𝐶𝐴𝑅 = 𝑥 100%
𝐴𝑇𝑀𝑅

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai

variabel bebas (X2), meupakan rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam


52

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya

operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka

menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga

kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi

merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh

dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya.

Secara sistematis BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

LDR sebagai variabel bebas (X3). Loan to Deposit Ratio merupakan

indikator likuiditas yang sering digunakan. LDR merupakan rasio antara

jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah total dana pihak ketiga

(DPK). LDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan

dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Dalam

penelitian ini adalah LDR pada laporan keuangan triwulan bank Syariah

BUMN di Indonesia selama periode 2011-2017. Besarnya LDR dihitung

sebagai berikut :

Kredit Yang Diberikan


𝐿𝐷𝑅 = 𝑥 100%
Total Dana Pihak Ketiga

Variabel Dependen

Profitabilitas (ROA), sebagai variabel terikat (Y), ROA merupakan salah

satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas


53

perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total

aset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak

terhadap total asset bank tersebut. Semakin besar nilai ROA maka semakin

baik besar pula kinerja perusahaan, karena return yang didapat perusahaan

semakin besar. Dalam penelitian ini adalah ROA pada laporan keuangan

triwulan bank BUMN di Indonesia selama periode 2011-2017. ROA

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑂𝐴 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

Secara garis besar definisi operasional variabel di atas digambarkan pada

tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1:
Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

NO Indikator Definisi Pengukuran Skala


pengukur
Variabel Independen

1. CAR (X1) Rasio


antara
modal
sendiri 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
terhadap 𝐶𝐴𝑅 = 𝑥 100% Rasio
𝐴𝑇𝑀𝑅
aktiva
tertimbang
menurut
risiko
54

2. BOPO (X2) Rasio


antara 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
biaya 𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
operasi Rasio
terhadap
pendapatan
operasi

3. LDR (X3) Rasio


antara 𝐿𝐷𝑅
kredit yang 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
diberikan = 𝑥 100% Rasio
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑃𝐾
terhadap
total dana
Variabel Dependen
4. Profitabilitas Rasio
(Y) antara
Laba 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 Rasio
sebelum 𝑅𝑂𝐴 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
pajak
terhadap
total aset

B. Jangkauan Penelitian

Jangkauan penelitian yang dilakukan adalah mengenai 4 bank Syariah

yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN dengan mengambil data

selama 7 tahun dari tahun 2011-2017.

C. Rincian Data yang Diperlukan

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada

masyarakat pengguna data. Sumber data diperoleh dari website Bank Indonesia,

yaitu www.bi.go.id serta dari website bank yang dijadikan objek dalam penelitian

( www.mandiri.co.id , www.bni.co.id , www.bri.co.id , www.btn.co.id )


55

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 4 bank syariah yang melaporkan data

keuangan yang dipublikasikan dari tahun 2011-2017.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

Bank BUMN yaitu sebanyak 4 bank, yakni PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT.

Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk, dan PT. Bank Tabungan

Negara Tbk dengan periode penelitian selama 7 tahun sejak 2011-2017, sehingga

jumlah observasi adalah 112 yang diperoleh dari 7 x 16 ( perkalian antara jumlah

bank dengan periode tahun pengamatan ).

E. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku

literatur yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi, dengan

tujuan untuk mendapatkan landasan teori dan teknik analisis dalam

memecahkan masalah.

2. Pengumpulan data laporan keuangan bank Syariah BUMN yang telah

dipublikasi.

3. Metode pengumpulan data yang digunakan terutama dengan cara studi

dokumenter Laporan Keuangan triwulan Bank Syariah BUMN di

Indonesia sejak tahun 2017 sampai dengan tahun 2017 dari Direktori

Perbankan Indonesia(Laporan Tahunan Bank Indonesia) tahun 2017

sampai dengan tahun 2017.

F. Model Analisis dan Pengujian Hipotesis


56

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Analisis data kuantitatif adalah bentuk analisa yang menggunakan

angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik, maka data tersebut harus

diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu,

untuk mempermudah dalam menganalisis dengan menggunakan program SPSS 23

for windows. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi

berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Untuk mengetahui

pengaruh CAR, BOPO, dan LDR terhadap ROA maka langkah-langkah

pengerjaannya adalah sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik

Pengukuan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji

autokolerasi. (Ghozali, 2016:45)

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel independent dan variabel dependent atau keduanya

terdistribusikan secara normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk

mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan analisis grafik dan uji

statistik.

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat

histogram yang membandingkan antara data observasi dengan


57

distribusi yang mendekati dengan distribusi normal. Distribusi

normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data

akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data

adalah normal, maka garis yang menggambarkan data

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

2. Analisis Statistik

Uji normalitas residual dengan grafik dapat menyesatkan kalau

tidak hati-hati. Secara visual kelihatan normal, padahal secara

statistic bisa sebaliknya. Oleh sebab itu disamping dengan uji

grafik juga dilakukan uji statistik. Dalam penelitian ini, uji statistic

yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika

terjadi kolerasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Uji multikolinieritas pada penelitian dilakukan

dengan matriks kolerasi. Pengujian ada tidaknya gejala

multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks

kolerasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF

(Variance Inflation Factor) dan Tolerance- nya. Apabila nilai matriks

korelasi tidak ada yang lebih besar dari 0,5 maka dapat dikatakan data

yang akan dianalisis terlepas dari gejala multikolinearitas. untuk


58

mendeteksi adanya multikolineriaritas juga dapat dilihat dari besaran

VIF dan Tolerance, Model regresi yang bebas multikolinearitas adalah

: Mempunyai nilai VIF di bawah 10 dan Mempunyai angka tolerance

di atas 0,1. (Ghozali, 2016:47)

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residul dari satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

Homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Gozali,

2016:49).

Salah satu cara untuk melihat ada tidaknya heterokedaskitas adalah

menggunakan uji Glejser. Uji ini dilakukan dengan cara melakukan

regresi variabel bebas dengan nilai absolut dari residualnya. Jika

variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedaskitas. Sebaliknya, jika

variabel bebas tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi tidak terjadi heterokedaskitas (Gozali,

2016:49).

d. Uji Autokorelasi

Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier

berganda terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan


59

residualperiode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah

regresi yang bebas dari autokorelasi.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara

parsial (Uji t) dan penyajian secara simultan (Uji F).

a. Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara bersama-sama apakah

variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel

terikat (Ghozali, 2016:45). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:

a. Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari

variabel bebas secara bersama-sama.

b. Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari

variabel bebas secara bersama-sama.

Penentuan besarnya Fhit menggunakan rumus :

𝑅2 /(𝑘 − 1)
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
(1 − 𝑅2 )(𝑛 − 𝑘)

Keterangan :

R = koefisien determinan

n = jumlah observasi

k= jumlah variable

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :


60

1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel. Artinya

variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel terikat.

2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung > F tabel. Artinya

variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan

terhadap variable terikat.

b. Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas

berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan

hipotesis sebagai berikut:

a. Ho = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari

variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Ho = b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel

bebas terhadap variabel terikat.

Untuk menilai t hitung digunakan rumus :

Koefisien regresi b1
thitung =
Standar deviasi b1

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :

1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel. Artinya

variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat.
61

2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung > t tabel. Artinya

variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

terikat.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauhmana

keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen.

Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka

kemampuan model yang digunakan sebagai model prediktiv semakin

tangguh, yang berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. Sedangkan nilai Koefisien determinasi (R2) yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen adalah terbatas (Ghozali, 2016:44).

Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai

berikut:

= 𝐸𝑆𝑆
𝑅2
𝑇𝑆𝑆

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi

ESS = Explained Sum of Squared

TSS = Total Sum of Squared

4. Analisis Regresi Berganda


62

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda untuk

menganalisis pengaruh CAR, BOPO, dan LDR, terhadap ROA, dengan

model dasar sebagai berikut :

Y =a+b1X1 +b2X2+b3X3 +e

Dimana :

Y = Return on asset (ROA)


a = konstanta
X1 = Capital adequacy ratio (CAR)
X2 = Operational Efficiency (BOPO)
X3 = Loan to deposit ratio (LDR)
b1—b3 = Koefisien Regresi
e = standar error
Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar

analisis, Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat

dikatakan terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan

variabel dependen, setiap kenaikan nilai variabel independen akan

mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian pula sebaliknya,

bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan adanya

pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan

mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.


63

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Tarmidzi , dan Wilyanto Kartiko Kusumo, 2003, Analisis Rasio-rasio


Keuangan Sebagai Indikator Dalam Memprediksi Kebangkrutan
Perbankan di Indonesia, Media Ekonomi dan Bisnis, Vol. XV 1 -Juni –
2003 FE-UNDIP, Semarang.

Agus Suyono, (2016), “Analisis Rasio-Rasio Bank Yang Berpengaruh Terhadap


Return On Asset,”Tesis UNDIP Dipublikasikan.

Amin Widjaja Tunggal, 2015. Intisari Internal Auditing, Harvarindo, Jakarta.

Almilia., Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas, 2005, “Analisis Rasio


CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan
Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan.

Bahtiar Usman, (2003), “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi


Perubahan Laba Pada Bank-Bank di Indonesia,” Media Riset Bisnis dan
Manajemen, Vol.3, No.1, April, 2003.

Bambang Riyanto, (2016). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:


BPFE.

Baridwan, Zaki. 2015. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. Yogyakarta:


Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada

Dahlan Siamat, 2016. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.

Dendawijaya, Lukman, 2016. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan.


Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor

Dwi, Prastowo. 2017. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Edisi.
Ketiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Ghozali, Imam. 2017. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,


Badan. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Lukman Dendawijaya, 2016, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia,


Jakarta.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim, 2017, Analisis Laporan Keuangan, UPP
AMP YKPN.
64

Hartono, Jogiyanto. 2017, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE


Yogyakarta. Yogyakarta:.

Kasmir , S.E., MM.2017. Manajemen Perbankan. Divisi Buku Perguruan


Tinggi.PT.Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Lili M. Sadeli, 2016, Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi Satu, Cetakan Ketiga, PT
Bumi Aksara, Jakarta

Machfoedz, Mas’ud, 2017, “Financial Ratio analysis and The Prediction of


Earnings Changes In Indonesia”, Kelola, No. 7, Vol III

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2016, “Analisis Laporan Keuangan”,.


AMP-YKPN,Yogyakarta

Munawir, S, 2017, Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat, Liberty,


Yogyakarta.

Restiyana, 2016. “Analisis Pengaruh Car, Npl, Bopo, Ldr, Dan Nim Terhadap
Profitabilitas Perbankan”. ”Skripsi UNDIP Dipublikasikan.

Sinungan, Muchdarsyah. 2016. Manajemen Dana Bank. Jakarta : PT. Bumi


Aksara.

Slamet Riyadi, 2016. Teori akuntansi (edisi terjemahan). Jakarta: Salemba Empat.
Ekawati, Erni.

Sofyan Syafri Harahap, 2017. “Analisis kritis atas laporan keuangan”. Edisi
pertama, PT.Rajagrafindo, Jakarta.

Sudarini, 2005, ”Penggunaan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba Pada


Masa Yang Akan Datang (Studi Kasus di Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol,
XVI, No.3,Desember.

Tumirin, 2004, Analisis Variabel Akuntansi Kuartalan, Variabel Pasar, Dan Arus
Kas Operasi Yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread, Jurnal Ekonomi,
Universitas Muhammadiyah Gresik.

Warman Djohan, 2017. “Kredit Bank ( Alternatif pembiayaan dan


pengajuannya)” Cetakan pertama, PT.Mutiara sumber widya, Jakarta.

Wisnu Mawardi, . 2005, “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja


Keuangan Bank Umum Di Indonesia”, Jurnal Bisnis Strategi, Vol 14, No
1, Juli 2005
65

Yuliani, 2007. “ Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas


Pada Sektor Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Vol 5, No 10,Desember 2007.

Zainuddin Djafar, 2017. Indonesia, ASEAN dan Dinamika Asia Timur: Kajian
Perspektif Ekonomi Politik, Jakarta: Pustaka Jaya

Zainuddin dan Jogiyanto Hartono 2005. “Manfaat rasio keuangan dalam


memprediksi pertumbuhan laba: suatu studi empiris pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEJ,” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.2,
No.1, Januari, 1999

Link Website:
www.bi.go.id diakses 06 Maret 2019
www.mandiri.co.id Diakses 06 Maret 2019
www.bni.co.id Di Akses 06 Maret 2019
www.bri.co.id Diakses 06 Maret 2019
www.btn.co.id Diakses 06 Maret 2019
66

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai