Anda di halaman 1dari 44

REKONSILIASI

FISKAL
Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses
penyesuaian atas laporan keuangan komersial
(laba komersial) yang berbeda secara prisip atau
metode dengan ketentuan fiskal untuk
menyajikan dan/atau menghasilkan penghasilan
neto / laba yang sesuai dengan ketentuan pajak.
Fungsi Rekonsiliasi Fiskal
Berdasarkan pengertian rekonsiliasi fiskal diatas, dapat
disimpulkan bahwa rekonsiliasi fiskal/koreksi fiskal
memiliki fungsi sebagai penyesuaian transaksi menurut
Sistem Akuntasi Keuangan dan menurut ketentuan
fiskal/pajak (UU Perpajakan) yang berlaku.

Jadi rekonsialiasi fiskal yang dilakukan akan menghasilkan


output berupa hasil koreksi yang berpengaruh besar
terhadap besarnya laba kena pajak dan PPh terutang.
A. LATAR BELAKANG REKONSILIASI FISKAL

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh WP karena


terdapat perbedaan perhitungan, khususnya laba
mennurut akuntansi dengan laba menurut
perpajakan. Laporan keuangan komersial atau
bisnis ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan
keadaan finansial dari sektor swasta, sedangkan
laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk
menghitung pajak.
Untuk kepentingan komersial atau bisnis,
laporan keuangan disusun berdasarkan SAK,
sedangkan untuk kepentingan fiskal, laporan
keuangan disusun berdasarkan peraturan
perpajakan. Perbedaan kedua dasar
penyusunan laporan keuangan tersebut
mengakibatkan perbedaan perhitungan laba
(rugi) suatu entitas.
Jika satu entitas (WP) harus menyusun 2 laporan
keuangan yang berbeda maka disamping terdapat
pemborosan waktu, tenaga, uang juga akan terjadi
tidak tercapainya tujuan menghindari manipulasi
pajak. Untuk mengatasi masalah tersebut
digunakan beberapa pendekatan dalam
penyusunan laporan keuangan fiskal, yaitu :
1. Laporan keuangan fiskal disusun secara
beriringan dengan laporan keuangan komersial.
Artinya, meskipun laporan keuangan
komersial atau bisnis disusun berdasarkan
prinsip akuntansi bisnis tetapi ketentuan
pajak sangat dominan dalam mendasari
proses penyusunan laporan keuangan.
2. Laporan keuangan fiskal ekstra
kompatabel dengan laporan keuangan
bisnis.
Artinya, laporan keuangan fiskal
merupakan produk tambahan, diluar
laporan keuangan bisnis.
3. Laporan keuangan fiskal disusun dengan
menyisipkan ketetntuan-ketentuan pajak
dalam laporan keuangan bisnis.
Artinya, pembukuan yang diselenggarakan
perusahaan didasarkan pada prinsip
akuntansi bisnis, akan tetapi jika ada
ketentuan perpajakan yang tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi bisnis maka
diprioritaskan adalah ketentuan pajak.
PENYEBAB PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIAL DAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL
1. Perbedaan Prinsip Akuntansi
Beberapa prinsip SAK yang telah diakui secara umum tetapi
tidak diakui dalam fiskal, diantaranya adalah :
a) Prinsip konversatisme, penilaian persediaan akhir
berdasarkan metode “terendah antara harga pokok dan
nilai realisasi bersih” dan penilaian piutang dengan nilai
taksiran realisasi bersih, diakui dalam akuntansi komersial,
tetapi tidak diakuidalam fiskal.
b) Prinsip harga perolehan, dalam akuntansi komersial,
penentuan harga perolehan untuk barang yang diproduksi
sendiri boleh memasukkan unsur biaya tenaga kerja yang
berupa natura. Dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk
natura tidak diakui sebagai pengurangan/biaya.
c) Prinsip pemadanan (matching), akuntansi komersial
mengakui biaya penyusutan pada saat aset tersebut
menghasilkan. Dalam fiskal, penyusutan dapat dimulai
sebelum menghasilkan.
2. Perbedaan metode dan prosedur akuntansi
a) Metode penilaian persediaan. Akuntansi komersial
meperbolehkan untuk memakai berbagai metode yang
ada. Namun apabila pada akuntansi fiskal hanya
diperbolehkan menggunakan metode Average dan FIFO.
b) Metode penyusutan dan amortisasi. Akuntansi komersial
membolehkan metode penyusutan berbagai jenis, apabila
dalam akuntansi fiskal hanya diperbolehkan garis lurus
dan saldo menurun. Selain itu apabila akuntansi komersial
kita dapat memperkirakan umur ekonomis aktiva tetap,
namun pada fiskal yang memutuskan adalah Menteri
Keuangan. Demikian pula dengan nilai residu, akuntansi
komersial memperbolehkan menggunakan nilai residu,
sedangkan fiskal tidak diperoleh menggunakan nilai
residu.
c) Metode penghapusan piutang
Dalam akuntansi komersial penghapusan piutang
ditentukan berdasarkan metode cadangan. Sedangkan
dalam fiskal, penghapusan piutang dilakukan pada saat
piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-
syarat tertentu yang diiatur dalam peraturan perpajakan.
3. Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya
a) Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial
tetapi bukan merupakan objek pajak penghasilan. Dalam
rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan
dari total PKP atau dikurangkan dari laba menurut
akuntansi komersial.

Contoh:
 Penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh
dalam bantuk natura
 Bagian laba yang diterima oleh perusahaan modal vantura
dari badan pasangan usaha.
 Hibah, bantuan, sumbangan
 Iuran dan penghasilan tertentu yang diterima dari dana
pensiun
 Penghasilan dividen yang diterima oleh PT, koperasi, BUMN/
BUMD, sebagai WPDN dengan persyaratan tertentu.
 Penghasilan lain yang termasuk dalam kelompok bukan objek
pajak (pasal 4 ayat (3) UU PPh)
.
b) Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial
tetapi pengenaan pajaknya bersifat final. Dalam
rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus
dikeluarkan dari total PKP atau dikurangkan dari laba
menurut akuntansi komersial.
Contoh:
 Penghasilan berupa deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi
 Penghasilan berupa hadiah undian
 Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya
 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/ atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate
dan persewaan tanah dan atau bangunan
 Penghasilan tertentu lainnya (penghasilan dari pengungkapan
ketidakbenaran, penghentian penyelidikan tindak pidana, dll)
 Dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi.
c) Penyebab perbedaan lain yang berasal dari penghasilan
adalah:

Kerugian suatu usaha di luar negeri


Kerugian usaha dalam negeri tahun-tahun sebelumnya
Imbalan dengan jumlah yang melebihi kewajaran

d) Pengeluaran tertentu diakui dalam akuntansi komersial


sebagai biaya atau pengurang penghasilan bruto, tetapi
dalam fiskal pengeluaran tersebut tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Contoh:
 Imbalan atau penggantian yang diberikan dalam bentuk
natura
 ajak penghasilan
 Sanksi administrasi berupa denda, bunga, kenaikan dan sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan perundang-
undangan perpajakan
 Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi WP atau
orang yang menjadi tanggungannya, dll.
Perbedaan Prinsip
1. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan
sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan, atau
sebaliknya.
2. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan,
sedangkan menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh
yang bersifat final.
3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban sedangkan
menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan dan
sebaliknya misalnya:
Biaya-biaya 3M penghasilan yang bukan obyek pajak atau
pengenaan pajaknya bersifat final.
Penggantian/imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.
Biaya-biaya yang tidak memenuhi syarat-syarat (daftar
nominatif biaya entertainment, daftar nominatif atas
peghapusan piutang).
Beda Metode

Perbedaan metode yang digunakan antara


akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal,
misalnya ;
· Metode penyusutan
· Metode penilaian persediaan
· Penyisihan piutang tak tertagih
· Rugi-laba selisih kurs
Dalam menyusun laporan keuangan perusahaan,
perusahaan harus menyesuaikan dengan peraturan fiskal
saat laporan keuangan tersebut dijadikan dasar untuk
membuat SPT PPh yang akan dilaporkan ke kantor pajak.
Hal ini terjadi karena laporan keuangan umumnya dibuat
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang belum
tentu sama dan sesuai dengan peraturan/ketentuan
perpajakan. Oleh karena itu dibutuhkan rekonsiliasi fiskal
atau biasa disebut dengan koreksi fiskal. Apa itu
rekonsiliasi fiskal?
Ada 2 pengertian rekonsiliasi fiskal menurut Agoes dan
Trisnawati dan menurut Setiawan dan Musri:

Menurut Agoes dan Trisnawati, “Rekonsiliasi (koreksi)


fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial
yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk
menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai
dengan ketentuan pajak.”(Agoes dan
Trisnawati,2007:177)
Menurut Setiawan dan Musri, “Rekonsiliasi fiskal
adalah penyesuaian ketentuan menurut
pembukuan secara komersial atau akuntansi yang
harus disesuaikan menurut ketentuan
pajak.” (Setiawan dan Musri, 2006:421)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal adalah salah satu
cara untuk mencocokkan perbedaan-perbedaan yang
terdapat dalam laporan keuangan komersial (disusun
berdasarkan Sistem Keuangan Akuntansi) dengan laporan
keuangan yang disusun berdasarkan sistem fiskal.
Rekonsiliasi fiskal merupakan lampiran SPT tahunan PPh
badan yang berupa kertas kerja berisi penyesuaian antara
laba rugi komersial sebelum pajak dengan laba rugi
berdasarkan ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi fiskal
dilakukan terhadap seluruh unsur penyusunan laporan
laba rugi yang meliputi pendapatan dan beban.
Dalam rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal positif dan koreksi
fiskal negatif yang pengertiannya diurai dibawah ini:
Koreksi fiskal positif:
koreksi fiskal yang mengakibatkan laba fiskal bertambah atau rugi
fiskal berkurang sehingga laba fiskal lebih besar dari laba komersial
atau rugi fiskal lebih kecil dari rugi komersial.

Jenis Koreksi Fiskal Positif antara lain sebagai berikut ini :


 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh suatu
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi.
 Biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, ataupun anggota.
 Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali sebagai
berikut ini :
1. Cadangan hutang-piutang tak tertagih untuk usaha bank
dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna
usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen,
dan perusahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan
bantuan sosial yang dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
3. Cadangan penjaminan pada Lembaga Penjamin Simpanan.
4. Cadangan biaya reklamasi pada usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya pada penanaman kembali untuk usaha
kehutanan.
6. Cadangan biaya pada penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan
limbah industry.
 Pajak Penghasilan.
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk suatu
kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya.
 Gaji yang akan dibayarkan kepada anggota persekutuan,
firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham.
 Persediaan yang jumlahnya melebihi kapasitas jumlah
berdasarkan metode penghitungan yang sudah
ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang
PPh.
 Penyusutan yang jumlahnya melebihi jumlah kapasitas
berdasarkan metode penghitungan yang sudah
ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang
PPh.
Koreksi fiskal negatif: koreksi fiskal yang mengakibatkan laba
fiskal berkurang atau rugi fiskal bertambah sehingga laba fiskal
lebih kecil dari laba komersial atau rugi fiskal lebih besar dari
rugi komersial.

Jenis Koreksi Fiskal Negatif antara lain sebagai


berikut ini :
1) Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final antara
lain sebagai berikut ini :
Penghasilan yang berupa bunga deposito dan tabungan
lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang di bayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi.
Penghasilan yang berupa hadiah undian.
Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau sebuah bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha
real estate, dan persewaan tanah dan/atau sebuah
bangunan.
2. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak antara lain
sebagai berikut ini :
 Warisan.
 Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagai pengganti saham ataupun sebagai
pengganti penyertaan modal.
 Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi jiwa,
asuransi kecelakaan, asuransi dwiguna, dan asuransi
beasiswa.
 Beasiswa yang harus memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
 Persediaan yang jumlahnya kurang dari jumlah yang
berdasarkan metode penghitungan yang sudah ditetapkan
dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.
 Penyusutan yang jumlahnya kurang dari jumlah yang
berdasarkan metode penghitungan yang sudah ditetapkan
dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.
Langkah Rekonsiliasi Fiskal

1. Mengenal terlebih dahulu penyesuaian fiskal


yang diperlukan
2. Menganalisa elemen-elemen penyesuaian guna
menentukan pengaruhnya terhadap laba usaha
kena pajak
3. Menyesuaikan atau mengoreksi fiskal dengan
melakukan koreksi fiskal positif dan negatif
4. Menyusun laporan keuangan secara fiskal
sebagai lampiran SPT tahunan pajak penghasilan
Jenis Rekonsiliasi Fiskal
Terdapat 2 jenis koreksi fiskal berdasarkan perbedaannya
secara komersial dan fiskal, yaitu:

1. Beda Tetap
Rekonsiliasi fiskal beda tetap terjadi ketika terdapat
transaksi yang diakui oleh wajib pajak sebagai penghasilan
atau biaya yang sesuai dengan Standar Akunansi
Keuangan, namun menurut ketentuan perpajakan
transaksi tersebut bukanah penghasilan atau biaya.
Beda tetap merupakan perbedaan antara laba kena pajak
dan laba akuntansi sebelum pajak yang timbul akibat
trnasaksi yang menurut UU perpajakan tidak akan
terhapus dengan sendirinya pada periode lain.
Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda
tetap terjadi karena :
Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan,
sedangkan menurut Undang-undang PPh bukan
merupakan penghasilan, contohnya dividen atau bagian
laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha
Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen
berasal dari cadangan laba yang ditahan serta kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% (Pasal 4 ayat 3 UU PPh)
Menurut akuntansi komersial merupakan
penghasilan, sedangkan menurut Undang-undang
PPh telah dikenakan PPh Final, contohnya:
o Bunga Deposito dan Tabungan lainnya
o Penghasilan berupa hadiah undian
o Penghasilan dari transaksi pengalihan harta
berupa tanah dan/ atau
o bangunan,
o Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan
o Penghasilan dari persewaan
o tanah dan/atau bangunan
o dan sebagainya (Pasal 4 ayat 2 UU PPh)
Dalam hal pengakuan biaya/beban koreksi karena beda
tetap terjadi karena menurut akuntansi komersial
merupakan biaya, sedangkan menurut Undang-undang
PPh bukan merupakan biaya yang dapat mengurangi
penghasilan bruto, misalnya:
biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan ;
o yang bukan objek pajak;
o yang pengenaan pajaknya bersifat final;
o yang dikenakan pajak berdasarkan norma penghitungan
penghasilan
o penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan
Koreksi atas beda tetap penghasilan akan menyebabkan
koreksi negatif artinya penghasilan yang diakuai oleh
akuntansi komersial namun secara fiskal harus dikoreksi
baik itu karena bukan merupakan objek pajak maupun
karena telah dikenakan PPh final, akan menyebabkan laba
kena pajak akan berkurang yang akhirnya akan
menyebabkan PPh terutang akan lebih kecil.
Koreksi atas beda tetap biaya akan menyebabkan koreksi
positif artinya biaya yang diakuai oleh akuntansi komersial
namun secara fiskal harus dikoreksi, akan menyebabkan
laba kena pajak akan bertambah yang akhirnya akan
menyebabkan PPh terutang akan lebih besar.
2. Beda Waktu

Rekonsiliasi fiskal beda waktu terjadi karena adanya


perbedaan waktu secara sistem akuntansi dengan
sistem perpajakan. Jadi dalam hal ini transaksi
menurut akuntansi komersial dan pajak sama,
namun yang membedakan adalah waktu alokasi
biaya.
Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena
beda waktu terjadi karena :
Penerimaan penghasilan cash basis untuk lebih dari
satu tahun. Secara akuntansi komersial penghasilan
tersebut harus dialokasi sesuai dengan masa
perolehannya sesuai dengan prinsip matching cost
with revenue. Sedangkan menurut Undang-undang
PPh, penghasilan tersebut harus diakui sekaligus
pada saat diterima.
Dalam hal pengakuan biaya koreksi karena beda
waktu terjadi karena :
 Perbedaan metode penyusutan, dimana menurut
Undang-undang PPh metode penyusutan yang
diperbolehkan hanya metode garis lurus dan
saldo menurun
 Perbedaan metode penilaian persediaan, dimana
menurut Undang-undang PPh metode penilaian
persediaan yang diperbolehkan hanya metode
rata-rata dan FIFO
 Penyisihan piutang tak tertagih, dimana menurut
Undang-undang Penyisihan piutang tak tertagih
tidak diperkenankan kecuali untuk usaha-usaha
tertentu
Koreksi atas beda waktu penghasilan akan
menyebabkan koreksi positif pada saat penghasilan
diterima dan akan menyebabkan koreksi negatif
pada tahun-tahun berikutnya. Koreksi positif ini
akan menyebabkan laba kena pajak akan
bertambah, sedangkan koreksi negatif tahun-tahun
berikutnya akan menyebabkan laba kena pajak akan
berkurang.
Koreksi atas beda waktu biaya dapat menyebabkan
koreksi positif maupun koreksi negatif tergantung
dari metode yang digunakan.
D. TEKNIK REKONSILIASI FISKAL

Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai


berikut:
 Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi
tidak diakui menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan
dengan mengurangkan sejumlah penghasilan
tersebut dari penghasilan menurut akuntansi, yang
berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
 Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi
tetapi diakui menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan
dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut
pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti
menambah laba menurut akuntansi.
Jika suatu biaya/ pengeluaran diakui menurut akuntansi
tetapi tidak diakui sebagai pengurang penghasilan bruto
menturt fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan
sejumlah biaya/ pengeluaran tersebut dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
Jika suatu biaya/ pengeluaran tidak diakui menurut
akuntansi tetapi diakui sebagai pengurang penghasilan
bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan
menambahkan sejumlah biaya/ pengeluaran teersebut pada
biaya menurut akuntansi yang berarti mengurangi laba
menurut akuntansi.
FORMAT REKONSILIASI FISKAL
Berikutnya contoh format Rekonsiliasi Fiskal.

Laba menurut Laporan Keuangan komersial …………….. Rp xxx


Koreksi Positif (Ditambah)
Pengeluaran yg tdk dpt dikurangkan……………….. Rp xxx
Pengeluaran berkaitan penghasilan yang bukan objek pajak Rp xxx
Pengel. berkaitan pengh. yg telah dikenakan pjk brsfat final Rp xxx.
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh …………. Rp xxx.
Total koreksi
positif Rp xxx
FORMAT REKONSILIASI FISKAL

Berikutnya contoh format Rekonsiliasi Fiskal.


Koreksi Negatif (Dikurangi)
Penghasilan yang bukan objek pajak …………………… Rp xxx
Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final…. Rp xxx
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh……………… Rp xxx

Total koreksi Negatif Rp. xxx

Penghasilan Kena Pajak menurut fiskal………………………. Rp xxx


PPh terutang…………………………………………………… Rp xxx
Laba setelah PPh……………………………………….……. Rp. xxx
Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila:
 Pendapatan menurut fiskal lebih besar dari pada
menurut akuntansi atau suatu penghasilan diakui
menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
 Biaya/ pengeluaran menurut fiskal lebih kecil dari pada
menurut akuntansi atau suatu biaya/ pengeluaran
tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut
akuntansi
Perbedaan diakui sebagai koreksi negatid apabila:
 Pendapatan menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut
akuntansi atau suatu penghasilan tidak diakui menurut
fiskal (bukan objek pajak) tetapi diakui menurut
akuntansi.
 Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih besar dari
pada menurut akuntansi atau suatu biaya/ pengeluaran
diakui menuruttt fiskal tetapi tidak diakui menurut
akuntansi.
 Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan
bersifat final.
ADANYA KERUGIAN FISKAL
 Perlakuan kerugian dari sisi akuntansi akan
mengurangi Laba Ditahan atau modal di tahun
terjadinya kerugian.
 Dari sisi Fiskal, kerugian bisa dikompensasikan ke
lima tahun ke depan setelah tahun terjadinya
kerugian.

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh WP badan dab WPOP


yang wajib menyelenggarakanpembukuan dengan
menggunakan pendekatan akuntansi (komersial).
Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk mempermudah
pengisian SPT Tahunan PPh dan menyusun laporan
keuangan fiskal sebagai lampiran SPT Tahunan PPh.
ADANYA KERUGIAN FISKAL
 Perlakuan kerugian dari sisi akuntansi akan mengurangi
Laba Ditahan atau modal di tahun terjadinya kerugian.
 Dari sisi Fiskal, kerugian bisa dikompensasikan ke
lima tahun ke depan setelah tahun terjadinya kerugian.

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh WP badan dab WPOP


yang wajib menyelenggarakanpembukuan dengan
menggunakan pendekatan akuntansi (komersial).
Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk mempermudah
pengisian SPT Tahunan PPh dan menyusun laporan
keuangan fiskal sebagai lampiran SPT Tahunan PPh.
CONTOH REKONSILIASI FISKAL
CONTOH REKONSILIASI FISKAL
CONTOH REKONSILIASI FISKAL

Anda mungkin juga menyukai