Anda di halaman 1dari 32

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN

AKIDAH AKHLAK MENGGUNAKAN METODE INQUIRI


TERHADAP PESERTA DIDIK SD N 3 SIMBARWARINGIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Ujian Tengah Semester

Oleh :
AJENG MADU PERMATA DEWI
NPM : 2011100457

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk
menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan,ajaran.. Dalam pengertian
yang luas pendidikan ialahpengembangan pribadi dalam semua aspeknya,
dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembanganpribadi ialah yang
mencakup pendidikan oleh diri sendiri,pendidikan oleh lingkungan, dan
pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspekmencakup jasmani, akal,
dan hati.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang mendapatkan


prioritasutama dalam kehidupan manusia. Sebab pendidikan menjadi suatu
jalan atau carayang mengantarkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
pendidikan menjadi suatu kewajiban yang harus dijalani manusia
dalamkehidupannya.Suatu lembaga pendidikan dapat dikatakan sukses
apabila dapatmembangkitkan minat siswa dalam suatu pembelajaran, di sini
seorang gurudituntut untuk dapat memberi motivasi atau dorongan pada
peserta didik agarproses belajar mengajar dapat berjalan dengan sukses.

Pendidikan sangatlah penting bagi manusia ,karena Pendidikan


berpengaruh bagi kualitas diri seseorang. Dalam mengajar pada hakikatnya
adalah suatu proses,yaitu proses mengatur ,proses melakukan proses
belajar .Guru dituntut untuk mengetahui serta menguasai beberapa strategi
pembelajaran (metode)salah satunya adalah metode inkuiri.dengan harapan
guru tidak hanya menguasai teori tetapi dituntut untuk memilih metode yang
tepat untuk mengoprasikan dalam proses kegiatan belajar mengajar dikelas
dengan baik.

Jadi guru dituntut untuk benar-benar mengetahui dan memahami


metode yang cocok dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan
kondisi dan kemampuan peserta didik hingga mencapai tujuan yang
diinginkan serta mendapatkan hasil yang memuaskan.

Strategi pembelajaran Inquiri dalah ‘Suatu rangkaian kegiatan belajar


secara maksimal yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencapai dan menyelidiki secara sistematis,kritis,logis,analisis.’
Untuk membentuk kepribadian seseorang sebuah tuntutan untuk
mencapai hal itu,maka dari itu diperlukannya bimbingan mengenai
Pendidikan Agama,karena agama mempunyai peran penting dalam proses
pembentukan kepribadian seseorang,oleh sebab itu usaha yang perlu kita
lakukan ialah memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
Pendidikan agama. Dalam agama islam belajar agama sangatlah
penting ,karena dalam pandangan islam menuntut ilmu meningkatkan derajat
kehidupan kita.

Permasalahan sering muncul dalam proses belajar mengajar adalah


guru lebih aktif daripada peserta didik. Guru banyak mengambil inisiatif
dalam menambah dan menentukan cara memecahkan masalah segala sesuatu
diinformasikan secara cermat kepada anak didiknya,sehingga anak didik
tinggal menerimanya. Kegiatan seperti itu memang menyenangkan bagi guru
tapi bagi siswa terkadang membuat bosen.

Namun selain itu permasalahan-permasalahan pembelajaran yang


terjadi disekolah seperti rendahnya hasil belajar peserta didik ,masalah
belajar dan tidak terlalu mementingkan masalah sekolah,mereka lebih
memilih bermain daripada belajar.permasalahan tersebut terjadi disetiap
Lembaga Pendidikan.

Hal itu kemungkinan terjadi tanggung jawab dari pihak sekolah dan
guru untuk selalu memperbaiki keadaan tersebut.agar peserta didik mampu
menjadi manusia yang berpengetahuan dan bermoral tinggi dan berlandasan
agama.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkai kegiatan


jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan kepribadian seseorang sebagai
hasil pengalaman individu dalam berinteraksi sosial yang menyangkut
kognitif ,alektif,psikomotor.

Pembelajaran Akidah Akhlak pada peserta didik di SD NEGERI 3


SIMBARWARINGIN sangatlah kurang efektif dikarenakan faktor
lingkungan disini sangatlah kurang baik ,oleh karena itu sebagai Guru saya
ingin memaksimalkan pembelajaran ini dengan adanya kemajuan sehingga
dapat membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran
yang hanya diajarkan di MI.Mata pelajaran ini yang kurang diperhatikan oleh
siswa karena dianggap kurang menarik karena pembahasannya terlalu
monoton. Selain itu di SD mata pelajaran ini kurang maksimal dalam
penerapannya.

Pembelajaran Akidah Akhlak merupakan bagian dari pembelajaran


agama islam yang mampu mengarahkan dan menghantarkan peserta didik ke
fitrah yang benar. Seseorang baru bisa dikatakan memiliki kesempurnaan
iman apabila dia memiliki budi pekerti yangbaik/berakhlak mulia. Oleh
karena itu masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran islam yang
harus diutamakan dalam Pendidikan agama islam untuk diajarkan kepada
anak didik.

Hal tersebut mendapat perhatian penuh dari guru,orang tua,serta


pihak-pihak yang berkecimbung didalamnya. Oleh karena itu Pendidikan
agama islam hendaknya ditanamkan sejak dini ,sebab Pendidikan pada masa
kanak-kanak merupakan dasar menentukan untuk Pendidikan selanjutnya .

Agar pembelajaran Aqidah akhlak menjadi menyenangkan dan


mudah dipahami oleh siswa,maka guru dapat menerapkan metode
pembelajaran . tujuan dari penerapan model pembelajaran ialah untuk
mempermudah penyajian guru dalam menyampaikan materi
pelajaran,mengatasi sikap aktif siswa dan mengatasi keterbatasan ruang
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif . Jika penerapan model
pembelajaran mampu mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran
khususnya dalam penyampaian pesan( materi),maka siswa yang akan
merasakan dampak positifnya dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

Adapun pengertian Strategi Pembelajaran ialah Apabila menurut


Bahasa(inggris) adalah siasat,kiat atau rencana dalam pembahasan mengenai
strategi pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan kedalam
strategi pembelajaran.

Adapun pengertian Inquiri adalah suatu cara/tekhnik yang digunakan


guru untuk mengajar dikelas.Metode inquiri adalah metode belajar dengan
inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok
kecil. Situasi inquiri yang ideal dalam kelas apabila murid-murid
merumuskan prinsip baru melalui bekerja sendiri atau dalam grup kecil
dengan pengarahan minimal dari guru. Peran utama guru dalam pelajaran
inquiri sebagai metoderator.

Langkah-langkah dalam metode inquiri adalah menyadarkan


keingintahuan terhadap sesuatu,mempersatukan jawaban serta menarik
kesimpulan dan membuat keputusan yang valid dalam memecahkan suatu
permasalahan yang didukung dengan bukti-bukti .Semua peserta didik
disuruh mengamati,meraba,melihat dengan seluruh alat inderanya .Kemudian
guru memberikan masalah atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik yang
sudah siap dengan jawaban masing-masing atau pendapat yang sudah
dikemukakan oleh temannya terdahulu,yang tidak boleh diulang kembali oleh
teman berikutnya , jadi masalah itu berkembang seperti yang telah
diarahkan .

Adapun teknik Inquiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan antara


lain yaitu:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan sel-conseptpada diri peserta


didik,sehingga peserta didik dapat mengerti konsep dasar dan ide-ide
yang baik.
2. Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inspirasinya sendiri.
3. Membangun peserta didik berfikir intuitif dan merumuskan hipotesannya
sendiri.
4. Peserta didik dapat menghargai pendapat orang lain/ teman sekelasnya.
5. Menambah pengetahuan yang belum pernah mereka ketahui.

Adapun kekurangan dalam metode pembelajaran Inquiri adalah :

a) Memerlukan perencanaa yang teratur dan matang. Dan bagi guru yang
telah terbiasa dengan cara tradisional (ceramah),merupakan beban yang
memberatkan.
b) Pelaksaanaan pengajaran melalui pembelajaran ini dapat memakan waktu
yang Panjang .Apabila proses pemecahan masalah itu memerlukan
pembuktian secara Ilmiah.
c) Proses jalurnya inquiri menjadi terhambat karena siswa telah terbiasa
menerima tanpa ada kritikan .
d) Tidak semua materi yang disampaikan mngandung masalah.
e) Pembelajaran ini baru dilaksanakan pada tingkat SMP dan Perguruan
Tinggi. Sebab anak SD belum mampu berfikir secara ilmiah.

Pengaruh pembelajaran inquiri terhadap hasil belajar siswa sangatlah


penting. Dari segi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan setiap proses belajar
mengajar keberhasilannya di ukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai siswa . Hasil belajar siswa berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan
belajar,istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang
dilakukan . Hasil belajar dapat dilihat setelah evaluasi atau ujian
akhir ,berhasilkah para pendidik menggunakan pembelajaran inquiri .
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan siswa dalam membentuk
kompetensi dan mencapai tujuan,serta keberhasilan guru dalam membimbing
siswa dalam pembelajaran.

Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi juga


dengan tekhnik pembelajaran yang dipakai oleh guru tersebut. Didalam
proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar
dengan efektif dan efesien dan mengena pada tujuan yang diharapkan agar
siswa tersebut dapat berhasil.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Bagaimana Upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan metode inquiri
dalam pembelajaran Akidah Akhlak terhadap peserta didik SD NEGERI 3
SIMBARWARINGIN?
2) Apa peran seorang guru( pengajar) dalam metode inquiri pembelajaran
Akidah Akhlak yang akan diterapkan terhadap peserta didik SD NEGERI 3
SIMBARWARINGIN?
3) Apakah Strategi yang dapat dilakukan seprang guru( pengajar) agar metode
inquiri pada pemebelajaran Akidah Akhlak terhadap peserta didik SD
NEGERI 3 SIMBARWARINGIN dapat terlaksana dengan efektif dan efisien?

1.3 DAFTAR PUSTAKA


http://repository.radenintan.ac.id/722/1/SKRIPSI_FIX.pdfhttps://
onesearch.id/Record/
IOS1.INLIS000000000001886WBvF1qHOo1qNWz0kAVzY1HiiySd8A
%3A1650260449103&ei=4flcYoDyBZ2r4t4Pzuq8yAw&oq=M

http://repository.iainpare.ac.id/2316/1/16.0211.006.pdf

http://repository.uinjambi.ac.id/4394/1/watermark%20ulan.pdf

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3206/10/SUMMARY.pdf

https://totoyulianto.wordpress.com/2013/03/02/metode-inkuiri-i-metode-
pembelajaran/

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku peserta didik yang jauh lebih baik dan
lebih bermanfaat dari sebelumnya. Belajar merupakan perubahan perilaku yang
disebabkan oleh pengalaman sehingga terdapat perubahan tingkah laku pada dirinya.

 Menurut Evelin Siregar dkk (2010, hlm. 3) ”belajar merupakan sebuah proses
yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,
sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat” .
 Menurut Edwin Guthrie dalam (Nana Sudjana, hlm. 20) mengemukaan bahwa
stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis, dia
menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus 21 dan respon cenderung hanya
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat lebih tetap.
 Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiasti (1993, hlm.4), belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individual lain dan individu dengan
lingkungannya. Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja
dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku yang
relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak yang ada pada
diri seseorang.

Ada empat tahapan belajar manusia, yaitu:

1) Inkompetensi bawah sadar, yaitu tidak sadar bahwa ia tidak tahu.


2) Inkompetensi sadar, yaitu sadar bahwa ia tidak tahu.
3) Kompetensi sadar, yaitu sadar bahwa ia tahu.
4) Kompetensi bawah sadar, yaitu tidak sadar bahwa ia tahu.

1.Inkompetensi bawah sadar


Kondisi di saat kita tidak mengetahui kalau ternyata kita tidak tahu. Contohnya adalah
keadaan pikiran banyak pengemudi muda saat mulai belajar mengemudi. Itulah mengapa
pengemudi muda mengalami lebih banyak kecelakaan ketimbang pengemudi yang lebih
tua dan berpengalaman. Mereka tidak dapat (atau tidak mau) mengakui terbatasnya
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman mereka. Orang-orang yang berada dalam
keadaan ini kemungkinan besar akan mengambil risiko, memapar diri pada bahaya atau
kerugian, untuk alasan sederhana yang sama sekali tidak mereka sadari bahwa itulah yang
mereka lakukan.

2.Inkompetensi sadar
Pengakuan sadar pada diri sendiri bahwa kita tidak tahu, dan penerimaan penuh atas
kebodohan kita semua yang telah dilakukan.

3.Kompetensi sadar
Sadar bahwa kita tahu, yaitu ketika kita mulai memiliki keahlian atas sebuah subjek,
tetapi tindakan kita belum berjalan otomatis. Pada belajar yang ini, kita harus
melaksanakan semua tindakan dalam level sadar. Saat belajar mengemudi, misalnya, kita
harus secara sadar tahu di mana tangan dan kaki kita, berpikir dalam setiap pengambilan
keputusan apakah akan menginjak rem, berbelok, atau ganti gigi. Saat kita
melakukannya, kita berpikir dengan sadar tentang bagaimana melakukannya. Pada tahap
ini, reaksi kita jauh lebih lamban ketimbang reaksi para pakar.
4.Kompetensi bawah sadar
Tahapan seorang ahli yang sekadar melakukannya, dan bahkan mungkin tidak tahu
bagaimana ia melakukannya secara terperinci. Ia tahu apa yang ia lakukan, dengan kata
lain, ada sesuatu yang ia lakukan di hidup ini yang bagi orang lain tampak penuh risiko
tetapi bagi dia bebas risiko. Ini terjadi karena ia telah membangun pengalaman dan
mencapai kompetensi bawah sadar pada aktivitas itu selama beberapa tahun. Ia tahu apa
yang ia lakukan, dan ia juga tahu apa yang tidak dapat ia lakukan. Bagi seseorang yang
tidak memiliki pengetahuan dan pengalamannya, apa yang ia lakukan tampak penuh
risiko.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan suatu hal yang nyata dicapai oleh peserta didik yang
terjadi setiap pembelajaran berlangsung dikelas.
 Menurut Aqib (2010 : 51) hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang
menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Karena menurut Driscoll
dalam Smaldino (2011 : 11) belajar didefinisikan sebagai perubahan terus
menerus dalam kemampuan yang berasal dari pengalaman pembelajar dan
interaksi pembelajar dengan dunia.

 Menurut Dimyati (2006 : 20) pengertian hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil
belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak
pengajaran adalah hasil belajar peserta didik yang dapat diukur dengan segera
atau secara langsung.

 Menurut Sudjana (2009 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang


dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
prestasi belajar yang dicapai peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar
dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk
menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru
memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk
menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat
ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar
tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran
khususnya dapat dicapai.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu


mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada peserta didik.
Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan
pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk
memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar
mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya
memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.

1.1 Indikator Hasil Belajar Siswa


Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik
secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini
biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa,
baik secara individual maupun kelompok.

Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku
Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak
ukur keberhasilan adalah daya serap.

3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum Hasil belajar
dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini,
yaitu :
a. Faktor internal (factor dalam diri)
b.Faktor eksternal (factor diluar diri)
c. Faktor pendekatan belajar

a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek
fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan
kondisi panca indera perlu dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi, istirahat,
olah raga. Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka tidak
sehat secara fisik.

Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi :
inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga
merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang,
tapi sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi
diri kita sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi
dari lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan yang
lebih cerah. Berprestasilah.

b. Faktor eksternal
Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor
eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:

1) Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan masyarakat.


Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi, bertemu dan
berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari
lingkungan sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi
sekaligus bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat penting,
mereka ada begitu dekat dengan kita, dan tingkah laku yang mereka lakukan akan
berpengaruh terhadap diri kita. Kalau kalian sudah terlanjur memiliki lingkungan
pertemanan yang lemah akan motivasi belajar, arahkan teman-teman kalian untuk
belajar. Setidaknya dengan cara itu kalian bisa memposisikan diri sebagai seorang
pelajar.

Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil belajar. Kualitas guru
di kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita balajar dan bagaimana minat kita
terbangun di dalam kelas. Pada kenyataanya banyak peserta didik yang merasa guru
mereka tidak memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana pembelajaran yang
monoton. Hal ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran dikelas.

Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar seseorang. Biasanya
seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang berantakan (broken home) memiliki
motivasi terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada
pemecahan konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi orang
tua, jadikanlah rumah keluarga kalian surga, karena jika tidak, anak kalian yang baru
lahir beberapa tahun lamanya, belum memiliki konsep pemecahan konflik batin yang
kuat, mereka bisa stress melihat tingkah kalian wahai para orang tua yang suka
bertengkar, dan stress itu dibawa ke dalam kelas.

Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai contoh seorang yang hidup dimasyarakat
akademik mereka akan mempertahankan gengsinya dalam hal akademik di hadapan
masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir seorang untuk
berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala aktifitas kemasyarakatannya
mempengaruhi tindakan seseorang, begitupun juga berpengaruh terhadap peserta
didik.

2) Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam


(cuaca). Non-sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi, bersih,
aman, terkendali dari gangguan yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga
mempengaruhi Hasil belajar, dari pengalaman saya, ketika anak pintar masuk
sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa mengungguli teman-teman yang
lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi temannya yang memiliki kualitas
yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah favorit dan berkualitas, prestasinya
biasa saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh
terhadap hasil belajar.

4. Penilaian Hasil Belajar


Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan,
bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat
dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes
prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:
a. Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap
pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dalam waktu tertentu.

b. Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya
serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa.
Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

c. Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua
bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan
belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai
ukuran mutu sekolah.

3. Pengertian Akidah

Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ‫)ال َع ْقد‬ ْ yang berarti ikatan, at-
tautsiiqu (ُ‫ )التَّوْ ثِ ْيق‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (
ْ yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah ( ُ‫ال َّر ْبط‬
‫)اِإل حْ َكا ُم‬
‫ )بِقُ َّو ٍة‬yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah (terminologi),
akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi
orang yang meyakininya

Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman
kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik
dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip
Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi
ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik
secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan
As-Sunnah yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.

Akidah adalah berakar dari kata Aqada-Ya'qidu-Aqdatan yang berarti tali pengikat
sesuatu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Jika masih dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan sekaligus
berarti belum ada akidahnya. Dalam pembahasan yang masyhur aqidah diartikan
sebagai iman, kepercayaan atau keyakinan.

Akidah dijadikan sebagain sebuah keyakinan kepada hal yang nyata yang tanpa
adanya keraguan. Apabila kepercayaan terhadap hakikat sesuatu itu masih ada unsur
keraguan maka tidak disebut sebagai akidah ,karena akidah itu kuat dan tidak ada
kelemahan yang membuka celah untuk dibantah.
Contoh Aqidah dalam Kehidupan Sehari-Hari:

1. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. 

2. Berpegang Teguh kepada Al Quran dan hadits Nabi SAW. 

3. Menjauhkan diri dari semua perbuatan syirik

4. Meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah SWT dengan sholat berjamaah.

5. Berserah diri dan ikhlas dalam beribadah kepada Allah.

Tujuan Aqidah Islam Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yaitu:

a. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena Allah adalah
Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah
diperuntukkan hanya kepada-Nya .

b. Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari lemahnya
aqidah. Karena orang yang lemah akidahnya, adakalanya kosong hatinya dan
adakalanya terjerumus pada berbagai kesesatan dan khurafat.

c. Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini akan memperkuat
hubungan antara orang mukmin dengan Allah, sehingga ia menjadi orang yang tegar
menghadapi segala persoalan dan sabar dalam menyikapi berbagai cobaan.

d. Meluruskan tujuan dan perbuatan yang menyimpang dalam beribadah kepada


Allah serta berhubungan dengan orang lain berdasarkan ajaran al-Qur’an dan
tuntunan Rasulullah saw.

e. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan


kesempatan yang baik untuk beramal baik. Sebab setiap amal baik pasti ada
balasannya. begitu sebaliknya, setiap amal buruk pasti juga ada balasannya. Di
antara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh
perbuatan. Cara Meningkatkan Kualitas Aqidah Seseorang yang beriman kepada
Allah SWT maka ia harus melakukan semua yang diperintahkan Allah Swt. dan
menjauhi semua yang dilarangNya. Jika ia beriman kepada kitab Allah, maka ia
harus melaksanakan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya. 

Jika ia beriman kepada para rasul Allah, maka ia wajib melaksanakan ajaran yang
disampaikan para rasul dengan sebaik-baiknya serta meneladani akhlaknya:

(1) Melalui pembiasaan dan keteladanan. Pembiasaan dan keteladanan itu bisa
dimulai dari keluarga. Di sini peran orang tua sangat penting agar akidah itu bisa
tertanam di dalam hati sanubari anggota keluarganya sedini mungkin.

(2) Melalui pendidikan dan pengajaran Pendidikan dan pengajaran dapat


dilaksanakan baik dalam keluarga, masyarakat atau lembaga pendidikan formal.
Pendidikan keimanan ini memerlukan keterlibatan orang lain untuk menanamkan
aqidah di dalam hatinya.

4. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat
atau peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat
dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.

Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam di
dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah
dilakukan tanpa adanya pertimbangan pemikiran lagi.

Istilah akhlak sebenarnya memiliki banyak makna sebagimana yang dikemukakan


berikut:

1. Ibnu Maskawaih, mengatakan bahwa akhlak adalah suatu keadaan bagi


jiwa yang mendorong untuk melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu
tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi menjadi dua:
ada yang berasal dari tabiat aslinya, adapula yang diperoleh dari kebiasaan
yang berulang-ulang.

2. Ibrahim Anis mengungkapkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam


dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-macam perbuatan, baik atau
buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

3. Abdul Karim Zaidan mengatakan bahwa akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya
seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, untuk kemudian
memilih melakukan atau meninggalkannya.

4. Ahmad Mubarok mengemukakan bahwa akhlak adalah keadaan batin


seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu
lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung dan rugi.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam diri manusia, sehingga akhlak tersebut akan muncul dengan
sendirinya, tanpa adanya pemikiran atau pertimbangan terlebih dulu, serta atas
kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain.

1
Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 1997), 15.
Adapun secara substansial akhlak itu memiliki lima ciri, yaitu:

1. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa


seseorang sehingga menjadi kepribadian.

2. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa


pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan suatu perbuatan,
yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur,
atau gila.

3. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan,
pilihan, dan keputusan yang bersangkutan.

4. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan


main-main atau karena bersandiwara.

5. Akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan


dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin
mendapatkan pujian.

2
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah), 2. 3
Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter (Surakarta: yuma pressindo, 2010), 11. 4
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Akhlak (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 14-15
1. Sumber Akhlak

Pengertian dari sumber akhlak adalah sesuatu yang menjadi ukuran baik dan buruk
atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq adalah
Al-Qur'an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana
pada konsep etika dan moral. Bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya
sebagaimana pandangan Mu'tazilah.

Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, cerpuji atau tercela,
semata-mata karena Syara (Al-Qur'an dan Sunnah) menilainya demikian. Kenapa
Sifat Sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan jujur misalnya dinilai baik? Tidak lain
karena Syara menilai semua sifat- sifat itu baik. Begitu juga sebaliknya, kenapa
pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikin dan dusta misalnya dinilai buruk? Tidak
lain karena syara‟ menilainya demikian.

Apakah Islam menafikan pandangan hati nurani, akal dan pandangan masyarakat
dalam menentukan baik dan buruk? Atau dengan ungkapan lain dapatkah ketiga hal
tersebut dijadikan ukuran baik dan buruk? Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-
Qur‟an memang dapat menjidi, ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan
oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya (QS. Ar-Rum
30:30). Karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung
kepada kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebenaran itu tidak
akan didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah
manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari
selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengarugh dari luar, misalnya
pengaruh pendidikan dan lingkungan.

Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan.
Betapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat
diserahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani atau fitrah manusia semata. Harus
dikembalikan kepada penilaian Syara‟. Semua keputusan Syara‟ tidak akan
bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kedua-duanya berasal dari sumber
yang sama yaitu Allah SWT.
Demikian juga halnya dengan, akal pikiran. la hanyalah salah satu kekuatan yang
dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Keputusannya bermula
dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya.
Oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif, dan
subyektif.5

Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Bagaimana pikiran dengan
pandangan masyarakat pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah satu ukuran
baik dan buruk, tetapi sangat relatif, tergantung sejauh myna kesucian hati nurani
masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang hati
pikiran nuraninya sudah tertutup dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap
dan perilaku yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijadikan ukuran. Hanya kebiasaan
masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), obyektif,
komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah al-Qur'an
dan Sunnah, bukan yang lain-lainnya.

5
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPPI Universta Muhammadiyah),
2. Macam-Macam Akhlak

a. Akhlak-Akhlak Tercela ( Al-Akhlak Al-Madhmu>mah ).

Hidup manusia terkadang mengarah kepada kesempurnaan jiwa dan kesucianya, tapi
kadang pula mengarah kepada keburukan. Hal tersebut bergantung kepada beberapa
hal yang mempengaruhinya. Menurut Ahmad Amin, keburukan akhlak (dosa dan
kejahatan) muncul disebabkan karena “kesempitan pandangan dan pengalamannya,
serta besarnya ego.”

Dalam pembahasan ini, akhlak tercela didahulukan terlebih dahulu dibandingkan


dengan akhlak yang terpuji agar kita melakukan terlebih dahulu usaha takhliyah,
yaitu mengosongkan atau membersihkan diri / jiwa dari sifat-sifat tercela sambil
mangisinya dengan sifat terpuji. Kemudian kita melakukan tajalli, yaitu
mendekatkan diri kepada Allah. 7

Menurut Imam Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat,
yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan dan
kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu
mengarah kepada kebaikan. Al-Ghazalli menerangkan 4 hal yang mendorong
manusia melakukan perbuatan tercela (maksiat), diantaranya :

1) Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat material (harta,
kedudukan ) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam
melangsungkan hidupnya (agar bahagia).

2) Manusia, selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat


mengakibatkan keburukan, seperti istri, anak. Karena kecintaan kepada
mereka, misalnya, dapat melalikan manusia dari kewajibannya
terhadap Allah dan terhadap sesama.

3) Setan (iblis). Setan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia


menggoda manusia melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi
Tuhan.

7
Kriteria Takhalli, Tahalli dan Tajjali diungkapkan oleh Abu Yazid al Bustami.
Selanjutnya lihat Yunasril Ali, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta : Pedoman Olmu
Jaya, 1987), Cet.Ke -2, 7
8
Al-Ghazali menyamakan sifat-sifat terpuji dengan Munjiyat, Akhlak Tasawuf,

5. Tujuan dan Ruang lingkup pembelajaran akidah akhlak


Tujuan dari adanya pembelajaran Aqidah Akhlak adalah :

1. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan yang


benar terhadap hal-hal yang harus diimani, sehingga dalam bersikap dan
bertingkah-laku sehari-hari berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.

2. Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keinginan yang kuat


untuk mengamalkan ahlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk
meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allali
SWT, diri sendiri, antar manusia maupun hubungannya dengan alam
lingkungan.

 Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Mata pelajaran aqidah akhlak di tingkat SD/MI berdasarkan kurikulum berbasis


kompetensis bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta
didik yang diwujutkan dalam akhlaknya yang terpuji, "melalui pemberian dan
pemupukan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang aqidah
dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan
meningkat kualitas keimanannya dan ketakwaannya kepada Allah SWT"

     Dari keterangan di atas jelas bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak yang diajarkan
guru kepada siswa bertujuan agar siswa mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan akhlak terpuji.

Standar kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlak berisi sekumpulan kemampuan


yang harus dikuasai peserta didik selama mempelajari mata pelajaran aqidah akhlak
di SD/MI Kemampuan ini berorientasi pada kemampuan  prilaku afektif dan
psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat
keimanan, ketakwaan, dan beribadah kepada Allah SWT. Sehingga mampu
diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun ruang lingkup pembelajaran Aqidah Akhlak di tingkat SD/ Madrasah


meliputi :

1.   Aspek aqidah terdiri atas keimana kepada sifat wajib, mustahil, zaiz Allah,
keimanan kepada kitab Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mu'jijatnya dan hari akhir.
2.   Aspek akhlak terpuji yang terdiri ataskhauf, taubat, tawadlu', ikhlas, bertauhid,
inovatif, percaya diri, tekat yang kuat, ta'ruf, ta'awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil,
amanah, menepati janji dan bermusyawarah.

3.   Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dang ghihab.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa, pemerintah telah mengembangkan


kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk menjadi peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Ciri-ciri pembelajaran Aqidah Akhlak dan aspek yang harus dikembangkan dalam
suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi :

a.   Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan


pemahaman  dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan

b.  Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan hasil


pengamalan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari

c.   Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan prilaku


yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadist.

d.  Rasional, usaha meningkatkan kwalitas proses dan hasil pembelajaran aqidah


akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan rosio anak didik, sehingga isi dan
nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.

e.   Emosional, upaya mengugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati


aqidah dan akhlak yang mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa anak didik.

f.   Fungsional, menyajikan materi aqidah akhlak yang memberikan mamfaat nyata


bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.

g.  Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta


komponen madrasah lainnya sebagai teladan  sebagai cermin dari individu yang
memiliki keimanan teguh dan berakhlak mulia.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, materi pengajaran aqidah akhlak
yang di ajarkan dengan menggunakan berbagai pendekatan  dan tujuan pencapaian
sasaran. Sehingga siswa mudah memahaminya dan mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya basis kompetensi yang dikembangkan dalam
pengajaran aqidah akhlak harus menjamin pertumbuhan dan keimanan serta
ketakwaan siswa kepada Allah SWT.           

6. Pengertian Metode
Metode adalah suatu cara atau yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan agar
tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dengan kata lain, metode berfungsi sebagai
alat untuk mencapai suatu tujuan, atau bagaimana cara untuk melakukan/ membuat
sesuatu.
Suatu metode dijadikan sebagai acuan kegiatan karena di dalamnya terdapat urutan
langkah-langkah yang teratur sehingga proses mencapai tujuan menjadi lebih efisien.
Dalam kaitannya dengan upaya ilmiah, metode merupakan cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Pengertian Metode Menurut Para Ahli

Agar kita lebih memahami apa itu metode, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:

1. Max Siporin

Menurut Max Siporin (1975), metode adalah suatu orientasi kegiatan yang secara
khusus ditujukan sebagai persyaratan berbagai tugas serta tujuan yang nyata.

2. Rosdy Ruslan

Menurut Rosady Ruslan (2008), pengertian metode adalah kegiatan ilmiah yang
berhubungan dengan cara kerja dalam memahami suatu objek penelitian dalam
upaya menemukan jawaban secara ilmiah dan keabsahannya dari sesuatu yang
diteliti.

3. Heri Rahyubi

Menurut Heri Rahyubi, metode adalah suatu model cara yang bisa dilakukan dalam
kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai proses pembelajaran yang baik.

4. Hamid Darmadi

Menurut Hamid Darmadi (Profesor di bidang studi Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan), pengertian metode adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui
dalam upaya untuk mencapai sebuah tujuan.

5. Pius Partanto & M. Dahlan Barry

Menurut Pius Partanto & M. Dahlan Barry, pengertian metode adalah cara yang
teratur dan sistematis dalam melakukan suatu kegiatan.

6. Hebert Bisno

Menurut Hebert Bisno, metode adalah teknik-teknik yang digeneralisasikan dengan


baik agar dapat diterima dan digunakan secara sama dalam suatu disiplin, praktik,
serta bidang-bidangnya.

7. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Menurut KBBI, pengertian metode adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.

 Karakteristik Metode

Ada anggapan bahwa kata metode masih mangandung arti yang sama dengan kata
sistem. Meskipun keduanya berhubungan, tapi pada dasarnya kedua kata tersebut
memiliki arti yang berbeda.

Mengacu pada definisinya, berikut ini adalah beberapa karakteristik metode:

1.Metode merupakan suatu aktivitas yang mapan yang dipakai dalam melakukan
kegiatan tertentu oleh suatu kelompok.

2.Metode merupakan aktivitas yang rutin karena relatif mapan dan sudah terbiasa
dilakukan oleh suatu kelompok.

3.Suatu metode yang mapan dan rutin dilakukan akan menjadi tindakan yang logis
atau proses sistematis untuk mencapai suatu tujuan dengan tingkat akurasi dan
efisiensi yang baik.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa metode merupakan suatu praktik
yang mapan, kebiasaan, dengan proses yang sistematis/ logis untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dengan adanya metode maka suatu kegiatan dapat dilakukan dengan
akurat dan efisien.

a.Metode dalam mengajar

Metode dalam mengajar dan juga teknik mengajar merupakan bagian dari strategi
pengajaran.Metode pengajaran dipilih berdasarkan dari atau dengan pertimbangan
jenis strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu pula, oleh karena metode
merupakan bagian yang integral dengan sistem pengajaran maka perwujudannya
tidak dapat dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran yang lain. Metode
dalam proses belajar mengajar merupakan sebagai alat untuk mencapai tujuan,
perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan syarat terpenting sebelum
seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Apabila seorang
guru dalam memilih metode mengajar kurang tepat akan menyebabkan kekaburan
tujuan yang menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode yang
akan digunakan. Selain itu pendidik juga dituntut untuk mengetahui serta menguasai
beberapa metode dengan harapan tidak hanya menguasai metode secara teoritis
tetapi pendidik dituntut juga mampu memilih metode yang tepat untuk bisa
mengoperasionalkan secara baik.
b. Prinsip- Prinsip Metode Mengajar

Dalam penggunaan metode mengajar harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a) Setiap metode mengajar senantiasa bertujuan, artinya pemilihan dan menggunaan

suatu metode mengajar adalah berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai dan

digunakan untuk tujuan itu.

b) Pemilihan suatu metode mengajar, yang menyediakan kesempatan belajar bagi

murid, harus berdasarkan kepada keadaan murid, pribadi guru dan lingkungan

belajar.

c) Metode mengajar akan dapat dilaksanakan secara lebih efektif apabila dibantu

dengan alat bantu mengajar.

d) Di dalam pengajaran tidak ada sesuatu metode mengajar yang dianggap paling
baik atau sempurna, metode yang baik apabila berhasil dalam mencapai tujuan
mengajar.

e) Setiap metode mengajar dapat dinilai, apakah metode itu tepat atau tidak serasi.

Penilaian hasil belajar menentukan pula efisiensi dan efektifitasnya sesuatu metode

mengajar.

f) Penggunaan metode mengajar hendaknya bervariasi. Artinya guru sebaiknya


menggunakan berbagai ragam metode sekaligus, sehingga murid berkesempatan
melakukan berbagai proses belajar. Sehingga mengembangkan berbagai aspek pola
tingkah laku murid.

C.Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar terdapat dua kegiatan diantaranya kegiatan guru

dan murid. Kegiatan belajar mengajar melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi

adalah sebagai suatu proses dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran guru dengan

sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan

seperangkat teori dan pengalamannya yang guru gunakan untuk bagaimana

mempersiapkan program pengajaran yang sistematis. Proses belajar mengajar

merupakan kegiatan inti dalam pendidikan formal di sekolah mencakup berbagai


komponen.Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian

bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sehingga berkaitan dengan pelaksanaan

proses belajar mengajar, bahwa yang paling menentukan adalah guru. Maka seorang

guru dengan latar belakang pendidikan keguruan akan lain kemampuannya bila

dibandingkan dengan seseorang dengan latar belakang pendidikan bukan keguruan.

Kemampuan guru yang berpengalaman tentu lebih berkualitas dibandingkan dengan

kemampuan guru yang kurang berpengalaman dengan pendidikan dan pengajaran.

Daryanto mengatakan, Dalam proses interaksi edukatif kedudukan metode tidaklah

hanya sekedar suatu cara, akan tetapi sekaligus merupakan teknik di dalam proses

penyampaian materi pengajaran.

Oleh sebab itu metode mengajar akan meliputi

kemampuan, mengorganisir kegiatan dan teknik mengajar sampai kepada evaluasi.

a) Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.12 Jadi, guru juga harus
melihat bagaimana perubahan hasil dari setiap anak didik setelah guru melakukan
metode tersebut.

Ada dua prinsip yang digunakan untuk meninjau hasil, seperti yang

dikemukakan oleh Oemar Hamalik dalam bukunya yaitu:

1) Hasil dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan
membantu kita menjelaskan kelakuan kita amati dan untuk memperkirakan
kelakuan- kelakuan lain pada seseorang.

2) Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk


dengan tingkah lakunya.

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tak

kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada
satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini

berarti guru memahami benar kedudukan sebagai alat hasil ektrinsik dalam kegiatan

belajar mengajar.

b) Metode Sebagai Strategi Pengajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu untuk

berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Begitu pula dengan daya serap anak

didik terhadap pelajaran yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada

yang sedang dan ada pula yang lambat.

Faktor intelegensi yang mempengaruhi daya serap anak didik terhadap pelajaran
yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap
pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga
penguasaan penuh dapat tercapai. Terhadap perbedaan daya serap anak didik
sebagaimana tersebut di atas,memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metode
adalah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah
menyerap pelajaran bila guru menggunakan tanya jawab, tetapi untuk sekelompok
anak didik yang lain lebih mudah menyerap pelajaran bila guru menggunakan
metode diskusi atau metode demonstrasi atau metode yang lainnya .Karena itu,
dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengenai tujuan yang diharapkan. Salah satu
langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian
atau biasanya disebut metode mengajar.Dengan demikian metode mengajar adalah
strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
proses belajar mengajar.

c) Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar

mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberikan arah kemana kegiatan belajar

mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar
menurut

sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Itu semua

perbuatan yang sia-sia. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan
sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukar untuk menyeleksi mana kegiatan
yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya untuk mencapai
keinginan yang dicita-citakan.

d) Pemilihan Metode dalam Pengajaran

Para ahli menganggap bahwa metodologi pengajaran sebagai ilmu bantu yang tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses
pengajaran. Ia memang bersifat netral dan umum, tidak diwarnai oleh suatu bidang
apapun. Tetapi mengandung unsur-unsur inovatif, karena memberi alternatif lain
yang dapat dipergunakan di kelas. Karena itu ilmu bantu itu bersifat luwes.

Penggunaannya didasarkan atas pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut:

1.) Selalu berorientasi pada tujuan.

2.) Tidak hanya terikat pada suatu alternatif saja.

3.) Kerap dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode.

4.) Kerap dipergunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lainnya.

Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dan pengajar mempunyai tri tugas yang
penting yang harus dijalankan yaitu memberi pengetahuan, membentuk kecakapan
dan kesiapan dalam menghadapi problematika. Ketiga unsur tersebut diwujudkan
melalui tahapan tingkat mengenal keadaan, tingkat menguasai keadaan dan tingkat
mengubah keadaan. Untuk memadukan kegiatan-kegiatan tersebut dapat direalisir
dalam bentuk mengajar dan metode mengajar.

Sedangkan untuk memilih dan menetapkan metode yang tepat (efektif dan efisien)
ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan yaitu:

1) Tujuan yang akan dicapai.

Metode yang digunakan sesui dengan pokok bahasan, lebih mencapai sasaran dan
tujuan instruksional.

2) Bahan atau materi yang akan diajarkan.

Metode yang digunakan menperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok
bahasan,sehingga pemahaman siswa makin jelas.

3) Keadaan anak atau murid yang akan menerima pelajaran.

4) Kemampuan guru yang akan menggunakan metode.

5) Prasarana dan sarana yang tersedia.

6) Situasi dan lingkungan dimana anak akan melaksanakan kegiatan belajar.

Syaiful Bahri Djamarah juga mengungkapkan pemilihan metode pengajaran

ada beberapa faktor yang harus jadi dasar pertimbangan yaitu: berpedoman pada
tujuan,perbedaan individual anak didik, kemampuan guru, sifat bahan pelajaran,
situasi kelas,kelengkapan fasilitas dan kelebihan serta kelemahan metode pengajaran.

Perpaduan antara beberapa faktor tersebutlah yang menjadi pertimbangan untuk


menentukan metode mana yang paling baik dipergunakan dalam interaksi guru-
murid. Namun yang perlu diingat bahwa tidak satu metode pun yang selalu harus
dipertahankan kemutlakannya, memang memerlukan sistem penggabungan antar
beberapa metode.

Metode dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya murid, tujuan, situasi, fasilitas dan
guru. Dengan memiliki pemahaman secara umum tentang sifat suatu metode baik
tentang keunggulan maupun kelemahan seseorang akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling mendukung untuk situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar
yang dihadapinya.

Jadi suatu metode tidak hanya berpengaruh terhadap perubahan dari murid,tetapi
juga dipengaruhi oleh tujuan dari penggunaan metode tersebut dan fasilitas juga
tidak boleh ditinggalkan dalam sebuah pembelajaran sehingga situsinya pun juga
harus mendukung.
8.Pengertian Inquiry

A. Metode Inquiry

Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang artinya suatu teknik

atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Secara umum inquiry adalah
proses dimana para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana
mereka secara sistematis mencari jawabannya.

Welch mendefinisikan inquiry sebagai proses dimana manusia mencari informasi atau
pengertian, maka sering disebut away of thought. Sedangkan Kidsvatter dkk menjelaskan
inquiry sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa
untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya, inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan, artinya inquiry menempatkan siswa sebagai

subyek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan

sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan dari guru secara verbal, tetapi

mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu

sendiri. Pembelajaran inquiry bertujuan mengembangkan kemampuan

berpikir siswa secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai proses dari proses mental. Dengan demikian, siswa tak
hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya.

2. Langkah-langkah Metode Inquiry

Langkah-langkah metode inquiry menurut Kindsvatter dkk dalam

buku Paul Suparno adalah sebagai berikut:


a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan.

Langkah awal adalah menentukan persoalan yang ingin didalami

atau dipecahkan dengan metode inquiry. Persoalan dapat disiapkan atau

diajukan oleh guru. Sebaiknya persoalan yang ingin dipecahkan

disiapkan sebelum mulai pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas sehingga

dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Dari persoalan

yang diajukan akan tampak jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran

atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu

diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan

sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan

membuat siswa tidak semangat, sedang persoalan yang terlalu mudah

yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila

persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.

b. Membuat hipotesis.

Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan

jawaban sementara tentang suatu persoalan. Inilah yang disebut hipotesis.

Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas,

sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dulu.

Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi

cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan

kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.

c. Mengumpulkan data.

Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan

data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka

benar atau tidak.


d. Menganalisis data.

Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat

membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak.

e. Ambil kesimpulan.

Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian

diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan,

kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis kita

diterima atau tidak.

3. Macam-macam Inquiry

Kindsvatter dkk membedakan antara dua macam Inquiry yaitu Guided

Inquiry dan Open Inquiry ( bebas ). Perbedaan itu lebih ditandai dengan

seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut.

a. Guided Inquiry ( Penyelidikan Terarah )

Inquiry yang terarah adalah Inquiry yang banyak dicampuri oleh

guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat

prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama

proses Inquiry. Bahkan guru sudah punya jawaban sebelumnya, sehingga

siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru

memberikan persoalan dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu

dengan prosedur yang telah ditetapkan guru. Campur tangan guru

misalnya dalam pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa

data dan siswa tinggal melengkapi. Guru banyak memberikan

pertanyaan-pertanyaan disela-sela proses, sehingga kesimpulan lebih

cepat dan mudah diambil. Maka kesimpulan akan selalu benar dan sesuai

dengan kehendak guru.


Model Inquiry terarah ini lebih cocok untuk awal semester dimana

siswa belum biasa melakukan inquiry. Dengan model tersebut, siswa

tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat penuh.

Contoh: Guru sudah menyediakan alat-alat untuk mempelajari gerak dan

siswa diminta untuk menyelidiki gerak suatu benda dengan cara tertentu.

b. Open Inquiry (Inquiry Terbuka, Bebas )

Berbeda dengan inquiry terarah, di sini siswa diberi kebebasan dan

inisiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang

dihadapi. Siswa sendiri berpikir, menentukan hipotesis, lalu menentukan

peralatan yang akan digunakan, merangkainya, dan mengumpulkan data

sendiri. Disini siswa lebih bertanggung jawab, lebih mandiri dan guru

tidak banyak campur. Siswa sendiri yang menentukan hipotesis, memilih

peralatan, merangkaikan peralatan, dan mengumpulkan data. Guru hanya

sebagai fasilitator, membantu sejauh diminta oleh siswa.

4. Kelebihan dan kelemahan Inquiry

a. Kelebihan

1) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran dianggap lebih

bermakna.

2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya

belajar mereka.

3) Dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang

menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat

adanya pengalaman.
4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas

rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak

akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

5) Melatih siswa untuk lebih giat belajar sendiri.

b. Kelemahan

1) Akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Tidak semua materi dapat diterapkan dengan metode ini.

3) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan

kebiasan siswa dalam belajar.

4) Dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang,

sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai