SKRIPSI
Oleh :
AJENG MADU PERMATA DEWI
NPM : 2011100457
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk
menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan,ajaran.. Dalam pengertian
yang luas pendidikan ialahpengembangan pribadi dalam semua aspeknya,
dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembanganpribadi ialah yang
mencakup pendidikan oleh diri sendiri,pendidikan oleh lingkungan, dan
pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspekmencakup jasmani, akal,
dan hati.
Hal itu kemungkinan terjadi tanggung jawab dari pihak sekolah dan
guru untuk selalu memperbaiki keadaan tersebut.agar peserta didik mampu
menjadi manusia yang berpengetahuan dan bermoral tinggi dan berlandasan
agama.
a) Memerlukan perencanaa yang teratur dan matang. Dan bagi guru yang
telah terbiasa dengan cara tradisional (ceramah),merupakan beban yang
memberatkan.
b) Pelaksaanaan pengajaran melalui pembelajaran ini dapat memakan waktu
yang Panjang .Apabila proses pemecahan masalah itu memerlukan
pembuktian secara Ilmiah.
c) Proses jalurnya inquiri menjadi terhambat karena siswa telah terbiasa
menerima tanpa ada kritikan .
d) Tidak semua materi yang disampaikan mngandung masalah.
e) Pembelajaran ini baru dilaksanakan pada tingkat SMP dan Perguruan
Tinggi. Sebab anak SD belum mampu berfikir secara ilmiah.
http://repository.iainpare.ac.id/2316/1/16.0211.006.pdf
http://repository.uinjambi.ac.id/4394/1/watermark%20ulan.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3206/10/SUMMARY.pdf
https://totoyulianto.wordpress.com/2013/03/02/metode-inkuiri-i-metode-
pembelajaran/
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku peserta didik yang jauh lebih baik dan
lebih bermanfaat dari sebelumnya. Belajar merupakan perubahan perilaku yang
disebabkan oleh pengalaman sehingga terdapat perubahan tingkah laku pada dirinya.
Menurut Evelin Siregar dkk (2010, hlm. 3) ”belajar merupakan sebuah proses
yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,
sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat” .
Menurut Edwin Guthrie dalam (Nana Sudjana, hlm. 20) mengemukaan bahwa
stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis, dia
menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus 21 dan respon cenderung hanya
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat lebih tetap.
Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiasti (1993, hlm.4), belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individual lain dan individu dengan
lingkungannya. Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja
dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku yang
relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak yang ada pada
diri seseorang.
2.Inkompetensi sadar
Pengakuan sadar pada diri sendiri bahwa kita tidak tahu, dan penerimaan penuh atas
kebodohan kita semua yang telah dilakukan.
3.Kompetensi sadar
Sadar bahwa kita tahu, yaitu ketika kita mulai memiliki keahlian atas sebuah subjek,
tetapi tindakan kita belum berjalan otomatis. Pada belajar yang ini, kita harus
melaksanakan semua tindakan dalam level sadar. Saat belajar mengemudi, misalnya, kita
harus secara sadar tahu di mana tangan dan kaki kita, berpikir dalam setiap pengambilan
keputusan apakah akan menginjak rem, berbelok, atau ganti gigi. Saat kita
melakukannya, kita berpikir dengan sadar tentang bagaimana melakukannya. Pada tahap
ini, reaksi kita jauh lebih lamban ketimbang reaksi para pakar.
4.Kompetensi bawah sadar
Tahapan seorang ahli yang sekadar melakukannya, dan bahkan mungkin tidak tahu
bagaimana ia melakukannya secara terperinci. Ia tahu apa yang ia lakukan, dengan kata
lain, ada sesuatu yang ia lakukan di hidup ini yang bagi orang lain tampak penuh risiko
tetapi bagi dia bebas risiko. Ini terjadi karena ia telah membangun pengalaman dan
mencapai kompetensi bawah sadar pada aktivitas itu selama beberapa tahun. Ia tahu apa
yang ia lakukan, dan ia juga tahu apa yang tidak dapat ia lakukan. Bagi seseorang yang
tidak memiliki pengetahuan dan pengalamannya, apa yang ia lakukan tampak penuh
risiko.
Hasil belajar adalah perubahan suatu hal yang nyata dicapai oleh peserta didik yang
terjadi setiap pembelajaran berlangsung dikelas.
Menurut Aqib (2010 : 51) hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang
menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Karena menurut Driscoll
dalam Smaldino (2011 : 11) belajar didefinisikan sebagai perubahan terus
menerus dalam kemampuan yang berasal dari pengalaman pembelajar dan
interaksi pembelajar dengan dunia.
Menurut Dimyati (2006 : 20) pengertian hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil
belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak
pengajaran adalah hasil belajar peserta didik yang dapat diukur dengan segera
atau secara langsung.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
prestasi belajar yang dicapai peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar
dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk
menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru
memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk
menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat
ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar
tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran
khususnya dapat dicapai.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku
Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak
ukur keberhasilan adalah daya serap.
a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek
fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan
kondisi panca indera perlu dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi, istirahat,
olah raga. Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka tidak
sehat secara fisik.
Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi :
inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga
merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang,
tapi sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi
diri kita sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi
dari lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan yang
lebih cerah. Berprestasilah.
b. Faktor eksternal
Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor
eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:
Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil belajar. Kualitas guru
di kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita balajar dan bagaimana minat kita
terbangun di dalam kelas. Pada kenyataanya banyak peserta didik yang merasa guru
mereka tidak memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana pembelajaran yang
monoton. Hal ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran dikelas.
Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar seseorang. Biasanya
seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang berantakan (broken home) memiliki
motivasi terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada
pemecahan konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi orang
tua, jadikanlah rumah keluarga kalian surga, karena jika tidak, anak kalian yang baru
lahir beberapa tahun lamanya, belum memiliki konsep pemecahan konflik batin yang
kuat, mereka bisa stress melihat tingkah kalian wahai para orang tua yang suka
bertengkar, dan stress itu dibawa ke dalam kelas.
Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai contoh seorang yang hidup dimasyarakat
akademik mereka akan mempertahankan gengsinya dalam hal akademik di hadapan
masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir seorang untuk
berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala aktifitas kemasyarakatannya
mempengaruhi tindakan seseorang, begitupun juga berpengaruh terhadap peserta
didik.
b. Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya
serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa.
Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
c. Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua
bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan
belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai
ukuran mutu sekolah.
3. Pengertian Akidah
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ)ال َع ْقد ْ yang berarti ikatan, at-
tautsiiqu (ُ )التَّوْ ثِ ْيقyang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (
ْ yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah ( ُال َّر ْبط
)اِإل حْ َكا ُم
)بِقُ َّو ٍةyang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah (terminologi),
akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi
orang yang meyakininya
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman
kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik
dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip
Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi
ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik
secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan
As-Sunnah yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.
Akidah adalah berakar dari kata Aqada-Ya'qidu-Aqdatan yang berarti tali pengikat
sesuatu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Jika masih dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan sekaligus
berarti belum ada akidahnya. Dalam pembahasan yang masyhur aqidah diartikan
sebagai iman, kepercayaan atau keyakinan.
Akidah dijadikan sebagain sebuah keyakinan kepada hal yang nyata yang tanpa
adanya keraguan. Apabila kepercayaan terhadap hakikat sesuatu itu masih ada unsur
keraguan maka tidak disebut sebagai akidah ,karena akidah itu kuat dan tidak ada
kelemahan yang membuka celah untuk dibantah.
Contoh Aqidah dalam Kehidupan Sehari-Hari:
a. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena Allah adalah
Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah
diperuntukkan hanya kepada-Nya .
b. Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari lemahnya
aqidah. Karena orang yang lemah akidahnya, adakalanya kosong hatinya dan
adakalanya terjerumus pada berbagai kesesatan dan khurafat.
c. Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini akan memperkuat
hubungan antara orang mukmin dengan Allah, sehingga ia menjadi orang yang tegar
menghadapi segala persoalan dan sabar dalam menyikapi berbagai cobaan.
Jika ia beriman kepada para rasul Allah, maka ia wajib melaksanakan ajaran yang
disampaikan para rasul dengan sebaik-baiknya serta meneladani akhlaknya:
(1) Melalui pembiasaan dan keteladanan. Pembiasaan dan keteladanan itu bisa
dimulai dari keluarga. Di sini peran orang tua sangat penting agar akidah itu bisa
tertanam di dalam hati sanubari anggota keluarganya sedini mungkin.
4. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat
atau peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat
dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam di
dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah
dilakukan tanpa adanya pertimbangan pemikiran lagi.
3. Abdul Karim Zaidan mengatakan bahwa akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya
seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, untuk kemudian
memilih melakukan atau meninggalkannya.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam diri manusia, sehingga akhlak tersebut akan muncul dengan
sendirinya, tanpa adanya pemikiran atau pertimbangan terlebih dulu, serta atas
kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain.
1
Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 1997), 15.
Adapun secara substansial akhlak itu memiliki lima ciri, yaitu:
3. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan,
pilihan, dan keputusan yang bersangkutan.
2
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah), 2. 3
Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter (Surakarta: yuma pressindo, 2010), 11. 4
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Akhlak (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 14-15
1. Sumber Akhlak
Pengertian dari sumber akhlak adalah sesuatu yang menjadi ukuran baik dan buruk
atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq adalah
Al-Qur'an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana
pada konsep etika dan moral. Bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya
sebagaimana pandangan Mu'tazilah.
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, cerpuji atau tercela,
semata-mata karena Syara (Al-Qur'an dan Sunnah) menilainya demikian. Kenapa
Sifat Sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan jujur misalnya dinilai baik? Tidak lain
karena Syara menilai semua sifat- sifat itu baik. Begitu juga sebaliknya, kenapa
pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikin dan dusta misalnya dinilai buruk? Tidak
lain karena syara‟ menilainya demikian.
Apakah Islam menafikan pandangan hati nurani, akal dan pandangan masyarakat
dalam menentukan baik dan buruk? Atau dengan ungkapan lain dapatkah ketiga hal
tersebut dijadikan ukuran baik dan buruk? Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-
Qur‟an memang dapat menjidi, ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan
oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya (QS. Ar-Rum
30:30). Karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung
kepada kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebenaran itu tidak
akan didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah
manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari
selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengarugh dari luar, misalnya
pengaruh pendidikan dan lingkungan.
Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan.
Betapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat
diserahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani atau fitrah manusia semata. Harus
dikembalikan kepada penilaian Syara‟. Semua keputusan Syara‟ tidak akan
bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kedua-duanya berasal dari sumber
yang sama yaitu Allah SWT.
Demikian juga halnya dengan, akal pikiran. la hanyalah salah satu kekuatan yang
dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Keputusannya bermula
dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya.
Oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif, dan
subyektif.5
Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Bagaimana pikiran dengan
pandangan masyarakat pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah satu ukuran
baik dan buruk, tetapi sangat relatif, tergantung sejauh myna kesucian hati nurani
masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang hati
pikiran nuraninya sudah tertutup dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap
dan perilaku yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijadikan ukuran. Hanya kebiasaan
masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), obyektif,
komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah al-Qur'an
dan Sunnah, bukan yang lain-lainnya.
5
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPPI Universta Muhammadiyah),
2. Macam-Macam Akhlak
Hidup manusia terkadang mengarah kepada kesempurnaan jiwa dan kesucianya, tapi
kadang pula mengarah kepada keburukan. Hal tersebut bergantung kepada beberapa
hal yang mempengaruhinya. Menurut Ahmad Amin, keburukan akhlak (dosa dan
kejahatan) muncul disebabkan karena “kesempitan pandangan dan pengalamannya,
serta besarnya ego.”
Menurut Imam Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat,
yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan dan
kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu
mengarah kepada kebaikan. Al-Ghazalli menerangkan 4 hal yang mendorong
manusia melakukan perbuatan tercela (maksiat), diantaranya :
1) Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat material (harta,
kedudukan ) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam
melangsungkan hidupnya (agar bahagia).
7
Kriteria Takhalli, Tahalli dan Tajjali diungkapkan oleh Abu Yazid al Bustami.
Selanjutnya lihat Yunasril Ali, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta : Pedoman Olmu
Jaya, 1987), Cet.Ke -2, 7
8
Al-Ghazali menyamakan sifat-sifat terpuji dengan Munjiyat, Akhlak Tasawuf,
Dari keterangan di atas jelas bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak yang diajarkan
guru kepada siswa bertujuan agar siswa mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan akhlak terpuji.
1. Aspek aqidah terdiri atas keimana kepada sifat wajib, mustahil, zaiz Allah,
keimanan kepada kitab Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mu'jijatnya dan hari akhir.
2. Aspek akhlak terpuji yang terdiri ataskhauf, taubat, tawadlu', ikhlas, bertauhid,
inovatif, percaya diri, tekat yang kuat, ta'ruf, ta'awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil,
amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
3. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dang ghihab.
Ciri-ciri pembelajaran Aqidah Akhlak dan aspek yang harus dikembangkan dalam
suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi :
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, materi pengajaran aqidah akhlak
yang di ajarkan dengan menggunakan berbagai pendekatan dan tujuan pencapaian
sasaran. Sehingga siswa mudah memahaminya dan mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya basis kompetensi yang dikembangkan dalam
pengajaran aqidah akhlak harus menjamin pertumbuhan dan keimanan serta
ketakwaan siswa kepada Allah SWT.
6. Pengertian Metode
Metode adalah suatu cara atau yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan agar
tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dengan kata lain, metode berfungsi sebagai
alat untuk mencapai suatu tujuan, atau bagaimana cara untuk melakukan/ membuat
sesuatu.
Suatu metode dijadikan sebagai acuan kegiatan karena di dalamnya terdapat urutan
langkah-langkah yang teratur sehingga proses mencapai tujuan menjadi lebih efisien.
Dalam kaitannya dengan upaya ilmiah, metode merupakan cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Agar kita lebih memahami apa itu metode, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:
1. Max Siporin
Menurut Max Siporin (1975), metode adalah suatu orientasi kegiatan yang secara
khusus ditujukan sebagai persyaratan berbagai tugas serta tujuan yang nyata.
2. Rosdy Ruslan
Menurut Rosady Ruslan (2008), pengertian metode adalah kegiatan ilmiah yang
berhubungan dengan cara kerja dalam memahami suatu objek penelitian dalam
upaya menemukan jawaban secara ilmiah dan keabsahannya dari sesuatu yang
diteliti.
3. Heri Rahyubi
Menurut Heri Rahyubi, metode adalah suatu model cara yang bisa dilakukan dalam
kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai proses pembelajaran yang baik.
4. Hamid Darmadi
Menurut Pius Partanto & M. Dahlan Barry, pengertian metode adalah cara yang
teratur dan sistematis dalam melakukan suatu kegiatan.
6. Hebert Bisno
Menurut KBBI, pengertian metode adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.
Karakteristik Metode
Ada anggapan bahwa kata metode masih mangandung arti yang sama dengan kata
sistem. Meskipun keduanya berhubungan, tapi pada dasarnya kedua kata tersebut
memiliki arti yang berbeda.
1.Metode merupakan suatu aktivitas yang mapan yang dipakai dalam melakukan
kegiatan tertentu oleh suatu kelompok.
2.Metode merupakan aktivitas yang rutin karena relatif mapan dan sudah terbiasa
dilakukan oleh suatu kelompok.
3.Suatu metode yang mapan dan rutin dilakukan akan menjadi tindakan yang logis
atau proses sistematis untuk mencapai suatu tujuan dengan tingkat akurasi dan
efisiensi yang baik.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa metode merupakan suatu praktik
yang mapan, kebiasaan, dengan proses yang sistematis/ logis untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dengan adanya metode maka suatu kegiatan dapat dilakukan dengan
akurat dan efisien.
Metode dalam mengajar dan juga teknik mengajar merupakan bagian dari strategi
pengajaran.Metode pengajaran dipilih berdasarkan dari atau dengan pertimbangan
jenis strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu pula, oleh karena metode
merupakan bagian yang integral dengan sistem pengajaran maka perwujudannya
tidak dapat dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran yang lain. Metode
dalam proses belajar mengajar merupakan sebagai alat untuk mencapai tujuan,
perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan syarat terpenting sebelum
seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Apabila seorang
guru dalam memilih metode mengajar kurang tepat akan menyebabkan kekaburan
tujuan yang menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode yang
akan digunakan. Selain itu pendidik juga dituntut untuk mengetahui serta menguasai
beberapa metode dengan harapan tidak hanya menguasai metode secara teoritis
tetapi pendidik dituntut juga mampu memilih metode yang tepat untuk bisa
mengoperasionalkan secara baik.
b. Prinsip- Prinsip Metode Mengajar
berikut:
suatu metode mengajar adalah berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai dan
murid, harus berdasarkan kepada keadaan murid, pribadi guru dan lingkungan
belajar.
c) Metode mengajar akan dapat dilaksanakan secara lebih efektif apabila dibantu
d) Di dalam pengajaran tidak ada sesuatu metode mengajar yang dianggap paling
baik atau sempurna, metode yang baik apabila berhasil dalam mencapai tujuan
mengajar.
e) Setiap metode mengajar dapat dinilai, apakah metode itu tepat atau tidak serasi.
Penilaian hasil belajar menentukan pula efisiensi dan efektifitasnya sesuatu metode
mengajar.
Dalam proses belajar mengajar terdapat dua kegiatan diantaranya kegiatan guru
adalah sebagai suatu proses dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran guru dengan
sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan
proses belajar mengajar, bahwa yang paling menentukan adalah guru. Maka seorang
guru dengan latar belakang pendidikan keguruan akan lain kemampuannya bila
hanya sekedar suatu cara, akan tetapi sekaligus merupakan teknik di dalam proses
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.12 Jadi, guru juga harus
melihat bagaimana perubahan hasil dari setiap anak didik setelah guru melakukan
metode tersebut.
Ada dua prinsip yang digunakan untuk meninjau hasil, seperti yang
1) Hasil dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan
membantu kita menjelaskan kelakuan kita amati dan untuk memperkirakan
kelakuan- kelakuan lain pada seseorang.
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tak
kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada
satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini
berarti guru memahami benar kedudukan sebagai alat hasil ektrinsik dalam kegiatan
belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu untuk
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Begitu pula dengan daya serap anak
didik terhadap pelajaran yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada
Faktor intelegensi yang mempengaruhi daya serap anak didik terhadap pelajaran
yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap
pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga
penguasaan penuh dapat tercapai. Terhadap perbedaan daya serap anak didik
sebagaimana tersebut di atas,memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metode
adalah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah
menyerap pelajaran bila guru menggunakan tanya jawab, tetapi untuk sekelompok
anak didik yang lain lebih mudah menyerap pelajaran bila guru menggunakan
metode diskusi atau metode demonstrasi atau metode yang lainnya .Karena itu,
dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengenai tujuan yang diharapkan. Salah satu
langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian
atau biasanya disebut metode mengajar.Dengan demikian metode mengajar adalah
strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
proses belajar mengajar.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberikan arah kemana kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar
menurut
sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Itu semua
perbuatan yang sia-sia. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan
sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukar untuk menyeleksi mana kegiatan
yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya untuk mencapai
keinginan yang dicita-citakan.
Para ahli menganggap bahwa metodologi pengajaran sebagai ilmu bantu yang tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses
pengajaran. Ia memang bersifat netral dan umum, tidak diwarnai oleh suatu bidang
apapun. Tetapi mengandung unsur-unsur inovatif, karena memberi alternatif lain
yang dapat dipergunakan di kelas. Karena itu ilmu bantu itu bersifat luwes.
Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dan pengajar mempunyai tri tugas yang
penting yang harus dijalankan yaitu memberi pengetahuan, membentuk kecakapan
dan kesiapan dalam menghadapi problematika. Ketiga unsur tersebut diwujudkan
melalui tahapan tingkat mengenal keadaan, tingkat menguasai keadaan dan tingkat
mengubah keadaan. Untuk memadukan kegiatan-kegiatan tersebut dapat direalisir
dalam bentuk mengajar dan metode mengajar.
Sedangkan untuk memilih dan menetapkan metode yang tepat (efektif dan efisien)
ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan yaitu:
Metode yang digunakan sesui dengan pokok bahasan, lebih mencapai sasaran dan
tujuan instruksional.
Metode yang digunakan menperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok
bahasan,sehingga pemahaman siswa makin jelas.
ada beberapa faktor yang harus jadi dasar pertimbangan yaitu: berpedoman pada
tujuan,perbedaan individual anak didik, kemampuan guru, sifat bahan pelajaran,
situasi kelas,kelengkapan fasilitas dan kelebihan serta kelemahan metode pengajaran.
Metode dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya murid, tujuan, situasi, fasilitas dan
guru. Dengan memiliki pemahaman secara umum tentang sifat suatu metode baik
tentang keunggulan maupun kelemahan seseorang akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling mendukung untuk situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar
yang dihadapinya.
Jadi suatu metode tidak hanya berpengaruh terhadap perubahan dari murid,tetapi
juga dipengaruhi oleh tujuan dari penggunaan metode tersebut dan fasilitas juga
tidak boleh ditinggalkan dalam sebuah pembelajaran sehingga situsinya pun juga
harus mendukung.
8.Pengertian Inquiry
A. Metode Inquiry
Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang artinya suatu teknik
atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Secara umum inquiry adalah
proses dimana para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana
mereka secara sistematis mencari jawabannya.
Welch mendefinisikan inquiry sebagai proses dimana manusia mencari informasi atau
pengertian, maka sering disebut away of thought. Sedangkan Kidsvatter dkk menjelaskan
inquiry sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa
untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya, inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan dari guru secara verbal, tetapi
mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
kemampuan intelektual sebagai proses dari proses mental. Dengan demikian, siswa tak
hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya.
yang diajukan akan tampak jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran
diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan
yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila
b. Membuat hipotesis.
Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas,
c. Mengumpulkan data.
e. Ambil kesimpulan.
3. Macam-macam Inquiry
Inquiry dan Open Inquiry ( bebas ). Perbedaan itu lebih ditandai dengan
cepat dan mudah diambil. Maka kesimpulan akan selalu benar dan sesuai
tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat penuh.
siswa diminta untuk menyelidiki gerak suatu benda dengan cara tertentu.
sendiri. Disini siswa lebih bertanggung jawab, lebih mandiri dan guru
a. Kelebihan
bermakna.
belajar mereka.
adanya pengalaman.
4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
b. Kelemahan
ditentukan.