MODUL PELATIH
PEDOMAN PELAKSANAAN
INTERVENSI PENURUNAN
STUNTING TERINTEGRASI
DI KABUPATEN/ KOTA
(8 AKSI INTEGRASI INTERVENSI
PENURUNAN STUNTING)
Edisi I
Februari, 2020
Tim Penyusun
Penyusun
Risang Rimbaatmaja
Akim Dharmawan
Ardhiante
Rima Yuliantari Suharin
Sunarno Ranu Widjojo
Fitri Arkham Fauziah
Saputera
Andi Irfanji
Yohanes Susilo
Evi Nurhidayati
Editor
Nurul Imani
Desainer Grafis
Astri Lusiana
Modul ini merupakan produk dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Kementerian Dalam Negeri. Dukungan terhadap penyusunan modul ini diberikan
oleh Nutriton International melalui program Technical Assistance for Nutrition (TAN) yang didanai oleh UK Aid
dari Pemerintah Inggris.
Kata Pengantar
Stunting menjadi masalah yang serius karena dapat menghambat pertumbuhan fisik, meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit, dan mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada
tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas saat usia dewasa. Bahkan, Laporan Bank Dunia (2014)
Better Growth through Improved Sanitation and Hygiene Practices, menyatakan bahwa stunting dan
masalah gizi lainnya diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB)
setiap tahunnya.
Prevalensi stunting di Indonesia dalam 10 tahun terakhir belum menunjukkan penurunan yang signifikan.
Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan sebanyak 30,8 persen balita mengalami stunting. Walaupun
pada tahun 2019 prevalensi stunting balita turun kembali menjadi 27,7 persen (SSGB, 2019), angka
tersebut masih jauh dari target sebesar 14 persen pada tahun 2024.
Komitmen yang tinggi dari Pemerintah Indonesia dalam penurunan Stunting diawali penetapan Peraturan
Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG).
Selanjutnya, pada tahun 2018 Pemerintah meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan
Anak Kerdil (Stunting) yang diharapkan menjadi acuan pemangku kepentingan dalam upaya percepatan
penurunan prevalensi Stunting secara terintegrasi. Penurunan Stunting menjadi salah satu dari Major
Project (proyek super prioritas) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 yang akan dilaksanakan melalui belanja Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah,
Dana Alokasi Khusus Penurunan Stunting dan Dana Desa. Hal ini memerlukan penguatan upaya
percepatan yang efektif dan tepat sasaran dari berbagai sektor di tingkat pusat, daerah dan desa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga modul
ini dapat diterbitkan. Selanjutnya, modul ini akan terus dikembangkan dan dimutakhirkan berdasarkan
pembelajaran dari penggunaannya.
Daftar Isi
Kata Pengantar ix
Daftar Isi x
Pendahuluan 1
Daftar Tabel
Tabel 1. Rincian Kegiatan Pembelajaran Modul 2
Tabel 2. Jenis Layanan Intervensi Percepatan Penurunan 34
Stunting Pada Tiap Indikator
Tabel 3. Definisi Operasional Dan Cara Perhitungan 36
Cakupan Intervensi
Tabel 4. Rujukan Cakupan Indikator Layanan 41
Tabel 5. Opsi Perumusan Rekomendasi 44
Program/Kegiatan Prioritas
Tabel 6. Contoh Isi Perbub/Perwali Tentang Kewenangan Desa 93
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
xi
Pendahuluan
Percepatan penurunan stunting menjadi salah satu agenda pembangunan nasional karena stunting
dapat berdampak multidimensi yaitu menghambat pertumbuhan fisik, meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit, dan mengancam perkembangan kognitif. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia di masa mendatang karena dalam jangka panjang stunting berpengaruh tingkat
produktivitas dan saya saing penduduk. Target ambisius Pemerintah Indonesia untuk menurunkan
stunting 14% pada tahun 2024 tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)
2020-2024. Oleh karena itu, perlu upaya yang efektif dan tepat sasaran dalam percepatan penurunan
stunting yang melibatkan multi-sektor di tingkat pusat, daerah , dan desa/kelurahan.
Pemerintah telah meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) pada
tahun 2018 yang mengamanatkan Pilar 3: Konvergensi Program kepada Kementerian Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN) /Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) sebagai koordinator. Selanjutnya Kementerian PPN/Bappenas bersama
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyusun Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
memerlukan kapasitas yang memadai untuk mengimplementasikan Pedoman dan Petunjuk Teknis
tersebut secara efektif melalui pelatihan dan pendampingan.
Modul ini disusun sebagai instrumen yang standar dan aplikatif bagi pelatih yang akan melakukan
pendampingan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dalam implementasi 8 Aksi Konvergensi
Percepatan Penurunan Stunting. Kurikulum pembelajaran pada modul ini disusun berdasarkan alur
kegiatan yang perlu dilakukan pada masing-masing Aksi yang kemudian diterjemahkan ke dalam
tujuan, metode dan alat bantu pembelajaran. Untuk menjamin kualitas dan aplikabilitas dari modul ini,
telah dilakukan konsultasi dengan Kementerian/Lembaga terkait dan pakar serta uji coba penggunaan
modul kepada pemerintah daerah.
Penyelenggaraan pelatihan modul ini idealnya terdiri dari 32 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 45
menit), namun dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta latih. Pelatihan dapat dilakukan menjadi
2 sesi utama yaitu 6 jam pelajaran pada sesi pengantar dan 26 jam pelajaran pada sesi utama 8 Aksi
Integrasi. Evaluasi pelatihan dilakukan dengan instrumen pre-test dan post test serta lembar tilik
penilaian fasilitator.
Jumlah Jam
No. Sesi Metode Penyampaian
Pelajaran (JPL)
4 Pengantar IV: 8 Aksi Integrasi Intervensi 2 JPL Diskusi kelompok dan ceramah
Penurunan Stunting singkat
8 Aksi Integrasi 4: Peraturan Bupati/ Walikota 2 JPL Ceramah singkat dan diskusi
Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan kelompok
10 Aksi Integrasi 6: Sistem Manajemen Data 5 JPL Ceramah singkat dan Simulasi
Stunting
12 Aksi Integrasi 8: Reviu Kinerja Tahunan 2 JPL Ceramah singkat dan diskusi
kelompok
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
3
Pendahuluan
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
7
Sesi Pengantar I
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun
Kerjasama Tim
A. Pengantar Para pelatih 8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting (8 Aksi Integrasi)
berasal dari beragam staf kunci Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di daerah.
Mereka perlu dapat bekerja sama, menyelaraskan pemikiran dan pekerjaan
sekaligus membagi pengalaman, pengetahuan dan proses pola kerja yang berhasil
di daerah dan bidang mereka masing-masing. Namun di sisi lain, mereka belum
tentu pernah bekerjasama sebelumnya; bahkan, ada kemungkinan, sebagian di
antara mereka belum saling mengenal. Agar dapat bekerja dan berdiskusi secara
nyaman dan produktif, fasilitator perlu membantu pengembangan hubungan dan
kebersamaan di antara anggota tim.
Personel OPD terbiasa bekerja dalam struktur birokrasi yang struktural hirarkis
(vertikal). Akan muncul kecanggungan pada sebagian orang pada saat kerja
bersama secara horizontal, bersama kolega lintas sektor atau bahkan dalam satu
bidang. Agar dapat bekerjasama secara dinamis dan sekaligus produktif, fasilitator
perlu membantu mereka menguatkan softskills dan metode yang memperlancar
kerja kolaboratif.
B. Tujuan pembelajaran 1. Partisipan dapat mempraktikkan teknik yang sesuai untuk saling mengenalkan
anggota tim intervensi penurunan stunting
2. Partisipan dapat mempraktikkan beragam softskills dan teknik-teknik fasilitasi
yang melancarkan proses kolaborasi yang produktif
1. 3 PERAN Utama:
a. Pelatih
b. Fasilitator
c. Coach/Mentor.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar I 9
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun Kerjasama Tim
Dialog 1
A: Bagaimana kondisi rata-rata kesehatan ibu dan anak di kecamatan ini ya?
B: Yang lumayanlah pak.
A: Lumayan tu maksudnya apa bu? Masa lumayan? Ibu ini punya jawaban ngga?
B: - - - - - - oh - - - - - -
Dialog 2
A: Bagaimana kondisi rata-rata kesehatan ibu dan anak di kecamatan ini ya?
B: Yang lumayanlah pak.
A: Waktu ibu mengatakan “lumayan”, apakah ada angka tertentu bu?
B: Wah memang belum pernah dengar ada angka indikasi-indikasi sih pak
A: Jadi belum pernah ada studi untuk kesehatan ibu-anak ya bu?
B: Belum pak
A: Baik. Tapi ibu apakah pernah memperhatikan berapa keluarga yang masih
membutuhkan banyak bantuan kesehatan karena kondisi ekonominya?
B: Yah bisa dilihat sih pak. Kan kalau di kampung sudah bisa ketahuan berapa
keluarga yang masih butuh bantuan
A: Dari pengamatan ibu, berapa banyak yang berada di tingkat miskin yang ada ibu
hamilnya?
B: ………..
A: Bagaimana kondisi rata-rata kesehatan ibu dan anak di kecamatan ini ya?
B: Yang lumayanlah pak.
A: Waktu ibu mengatakan “lumayan”, apakah ada angka tertentu bu?
B: Wah memang belum pernah dengar ada angka indikasi-indikasi sih pak
A: Jadi belum pernah ada studi untuk kesehatan ibu-anak ya bu?
B: Belum pak
A: Baik. Tapi ibu apakah pernah memperhatikan berapa keluarga yang masih
membutuhkan banyak bantuan kesehatan karena kondisi ekonominya?
B: Yah bisa dilihat sih pak. Kan kalau di kampung sudah bisa ketahuan berapa
keluarga yang masih butuh bantuan
A: Dari pengamatan ibu, berapa banyak yang berada di tingkat miskin yang ada ibu
hamilnya?
A: Dari pengamatan ibu, berapa banyak yang berada di tingkat miskin yang ada ibu
hamilnya?
B: Kalau di 5 dusun di desa ini, ada sekitar 15 keluarga miskin pak. Nah yang
hamil….. kayanya ada 4.
A: Dari pengamatan ibu bagaimana kondisi kehamilan 4 orang ibu ini?
B: Aduh, terus terang suka ngga tega pak. Mereka sering dibantu sama tetangga,
tapi kan ngga bisa terus-terusan. Tapi gimana dong pak? Susah juga…
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar I 11
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun Kerjasama Tim
A: Apakah ada bantuan yang sudah dilakukan perangkat desa untuk 4 orang ibu
hamil itu?
B: Sudah pak. Kayanya bu bidan suka datang naik motor ke rumah mereka, periksa
kondisi kandungan. Mungkin juga ditemani ibu doula pak.
Tanyakan, apakah sudah mulai menemukan pola tema tertentu? Apakah kata
kuncinya? Bagaimana kita melanjutkan pertanyaan kita?
7. Sesudah selesai seluruh ronde, tanyakan: Apa yang dipelajari? Bagian mana kita
sudah baik melakukannya? Mana yang masih membutuhkan banyak latihan?
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar I 13
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun Kerjasama Tim
2. Sampaikan bahwa permainan yang kita maksud di bagian bina suasana ini
adalah yang berfungsi sebagai ice breaker atau pemecah kebekuan, energizing
atau penyegar atau penyemangat ataupun untuk membantu membahas
beberapa isu yang ada antara peserta.
1. Minta peserta menuliskan 1 hal yang paling dipelajari selama 80 menit pada
sebuah metacard. Di balik kertas yang sama, minta mereka menuliskan apa
yang akan mereka lakukan selanjutnya (what next).
2. Minta mereka bergabung dalam kelompok ber-3. Dalam waktu 3 menit, minta
mereka bercerita pembelajaran mereka (artinya 1 menit per orang). Ajak mereka
untuk bercerita secara singkat dan jelas. Hanya ceritakan “PEMBELAJARAN”
saja.
3. Sesudah 3 menit selesai, ajak seluruh peserta berdiri, dengan cepat minta
mereka membacakan what next mereka masing-masing.
4. Fasilitator dengan cepat merangkum 3 next step yang paling sering diucapkan,
dan menutup sesi belajar hari ini.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar I 15
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun Kerjasama Tim
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
17
Sesi Pengantar II
Bersama-Sama Memahami Stunting
Dan Bangun Visi Bersama
A. Pengantar Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan
gizi kronis, stimulasi psikosial serta paparan infeksi berulang terutama pada 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK)1. Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi
pada 1000 HPK dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik, meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit, dan mengancam perkembangan kognitif yang akan
berpengaruh pada tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas anak di masa
dewasanya. Bahkan, stunting dan masalah gizi lainnya diperkirakan berkontribusi
pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.2
Pemahaman yang memadai tentang masalah stunting menjadi kunci awal yang
memudahkan pemahaman tentang pentingnya intervensi multi sektor yang
terintegrasi. Karena itu, sebelum memulai pembahasan mengenai 8 Aksi Integrasi,
partisipan perlu dipastikan telah memiliki pemahaman yang memadai tentang
masalah stunting. Selain peserta yang memiliki latar belakang gizi atau kesehatan,
isu stunting mungkin tidak mudah dipahami. Karena itu, perlu penjelasan yang
akurat dan mudah dipahami sehingga muncul kesepahaman mengenai pentingnya
percepatan penurunan stunting secara terintegrasi dan terciptanya visi bersama.
1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2
Galasso and Wagstaff (2017). The Economic Costs of Stunting and How to Reduce Them. Policy
Research Note, World Bank Group, Development Economics. Diakses dari: http://pubdocs.worldbank.
org/en/536661487971403516/PRN05-March2017- Economic-Costs-of-Stunting.pdf
D. LANGKAH Langkah 1 – Paparan dari Ahli mengenai Stunting dan Intervensi Gizi Terintegrasi
Kisi-kisi paparan (dapat dikembangkan sesuai dengan keahlian pemateri dan
perkembangan keilmuan terkini)
3
Kementerian Kesehatan. (2018). Pedoman Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam Percepatan
Pencegahan Stunting di Indonesia
4
UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Imperative for Global Progress. UNICEF:
New York.
5
International Food Policy Research Institute. (2016). From Promise to Impact Ending malnutrition by
2030. IFPRI: Washington DC.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar II 19
Bersama-Sama Memahami Stunting Dan Bangun Visi Bersama
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
21
A. Pengantar Masalah stunting merupakan masalah yang serius di Indonesia karena prevalensi
stunting anak balita di Indonesia masih terbilang tinggi, yaitu 30,8%. Pemerintah
telah berkomitmen untuk melakukan percepatan penurunan stunting dan ini
tercermin dalam RPJMN 2020-2024, yang menargetkan penurunan prevalensi
menjadi 14% pada tahun 2024. Untuk itu, pemerintah mengeluarkan Strategi
Nasional Percepatan Penurun Stunting sebagai panduan berbagai pihak
berkontribusi sesuai peran masing-masing.
B. TUJUAN 1. Peserta dapat memahami besar dan luasnya kecenderungan masalah stunting
PEMBELAJARAN serta di Indonesia
2. Peserta dapat memahami kebijakan dan strategi nasional dalam percepatan
penurunan stunting
3. Peserta dapat memahami peran daerah dalam penguatan koordinasi, integrasi
dan konvergensi percepatan penurunan stunting
D. LANGKAH Langkah 1 – Paparan dari Ahli mengenai Stunting dan Intervensi Gizi Terintegrasi
Kisi-kisi paparan (dapat dikembangkan sesuai dengan keahlian pemateri dan
perkembangan kebijakan terkini)
1. Permasalahan stunting di Indonesia dan dampak terhadap kualitas sumber
daya manusia
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar III 23
Bersama-Sama Pahami Kebijakan Percepatan Penurunan Stunting
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
25
Sesi Pengantar IV
8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan
Stunting
A. Pengantar Penurunan stunting memerlukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang
direncanakan dan dilaksanakan secara integratif di mana semua sektor harus
berkoordinasi dan bersinergi menyasar rumah tangga sasaran yang sama, yaitu
1000 HPK, anak 24-59 bulan, remaja putri (rematri) dan calon pengantin (catin) di
wilayah fokus yang sama (Desa/ Kelurahan). Delapan aksi integrasi merupakan
instrumen dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang saling terkait yang digunakan
untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi-intervensi dalam penurunan
stunting. Delapan aksi integrasi terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
B. TUJUAN 1. Peserta dapat menjelaskan 8 aksi integrasi intervensi penurunan stunting dan
PEMBELAJARAN keterkaitan antar aksi
2. Peserta dapat menjelaskan peran dan fungsi penanggung jawab setiap aksi
dalam 8 aksi integrasi
3. Peserta dapat menjelaskan keterkaitan antar aksi
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar IV 27
8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting
Aksi #1
Identifikasi sebaran stunting,
ketersediaan program dan
kendala dalam pelaksanaan
integrasi intervensi gizi
Aksi #8 Aksi #2
Melakukan reviu kinerja Menyusun rencana
pelaksanaan program kegiatan untuk
dan kegiatan terkait meningkatkan
penurunan stunting pelaksanaan integrasi
selama satu tahun intervensi gizi
terakhir
Aksi #3
Aksi #7
Menyelenggarakan
Melakukan pengukuran
Rembuk Stunting
pertumbuhan dan
tingkat Kabupaten/
perkembangan anak
Kota
balita dan memanfaatkan
data stunting di
Kabupaten/Kota
Aksi #6 Aksi #4
Meningkatkan sistem Memberikan kepastian
pengelolaan data hukum bagi desa
stunting dan cakupan untuk menjalankan
intervensi di tingkat peran dan kewenangan
Kabupaten/Kota desa dalam intervensi
Aksi #5 gizi terintegrasi
Memastikan tersedianya
dan berfungsinya
kader yang membantu
Pemerintah Desa dalam
pelaksanaan intervensi
gizi terintegrasi di
tingkat desa
Gambar 1. Kegiatan Kunci Pada 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten/Kota
A. TUJUAN Peserta mampu melakukan analisis situasi masalah stunting dan menyusun 4
PEMBELAJARAN rekomendasi sebagai berikut:
Daftar desa/ kelurahan fokus
Daftar program atau kegiatan prioritas
Daftar sumber daya yang perlu disiapkan
Penganggaran: alokasi atau realokasi
1. Sampaikan, ada beragam cara yang bisa kita lakukan untuk menentukan lokasi
dan kegiatan prioritas. Ajak peserta menyampaikan bagaimana praktik yang
lazim dilakukan di daerah untuk menentukan lokasi prioritas program (desa/
kelurahan) dan kegiatan-kegiatan prioritas?
Tekankan bahwa latihan ini adalah tentang praktik yang biasa dilakukan dan
bukan teori atau ideal. Secara umum dan bukan masalah stunting. Minta
peserta menuliskan pengalamannya di kartu metaplan.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 31
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
5. Minta peserta memasukkan data jumlah kasus stunting anak balita atau yang
tersedia per desa/kelurahan dalam Lembar Kerja 1 (LK #1). Minta mereka
mengurutkan (sort) berdasarkan jumlah kasus dan desa/kelurahan dengan
jumlah kasus tertinggi berada di atas.
Sebagai alat bantu, pada matriks excel wilayah dengan jumlah kasus di
atas cut-off point (angka rata-rata jumlah kasus seluruh desa/kelurahan
ditambah 50% dari rata-rata tersebut) ditandai dengan warna merah.
Sementara wilayah dengan jumlah kasus di antara angka rata-rata jumlah
kasus seluruh desa/kelurahan dan cut-off point, ditandai dengan warna
oranye.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 33
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
8. Lokasi desa/kelurahan fokus yang terpilih pada tahun sebelumnya, jika masalah
stunting nya masih tinggi maka direkomendasikan untuk dipilih kembali
menjadi lokasi fokus pada tahun berikutnya.
1. Sampaikan bahwa dalam langkah 3 kita akan melakukan dua analisis, yaitu:
a. Pemetaan ketersediaan layanan di desa/kelurahan dan setelah itu,
b. Identifikasi kesenjangan cakupan layanan intervensi spesifik maupun
sensitif.
2. Sampaikan data yang dibutuhkan untuk melakukan dua analisis di atas adalah
data di tingkat desa/kelurahan berkenaan dengan:
a. Data program/kegiatan dan jenis layanan (intervensi spesifik dan sensitif)
b. Data cakupan layanan (intervensi spesifik dan sensitif)
c. Data sumber daya penyelenggaraan layanan
Ketersediaan Program
3. Minta peserta untuk mengidentifikasi program dan kegiatan terkait layanan
intervensi spesifik dan sensitif yang dilaksanakan sampai dengan tingkat desa/
kelurahan menggunakan LK #2.
Identifikasi program/kegiatan pada Renja OPD tahun berjalan yang terkait
dengan layanan intervensi spesifik (sektor kesehatan) dan sensitif (air minum,
sanitasi, bantuan sosial pangan, edukasi, jaminan kesehatan, bantuan tunai
bersyarat, dst).
Identifikasi jenis layanan yang diberikan dalam program/kegiatan tersebut
sampai dengan tingkat desa/kelurahan.
Identifikasi daftar desa/kelurahan lokasi kegiatan dari kegiatan tersebut.
4. Minta peserta amati LK #1. Ajak peserta isi kolom ketersediaan layanan (Kolom
Ada/Tidaknya Layanan) per jenis layanan (8 intervensi spesifik dan 9 intervensi
sensitif)6. Gunakan informasi pada LK #2 di poin 3 sebagai rujukan untuk
memetakan ketersediaan layanan di tingkat desa/kelurahan.
Isi dengan angka “1” bila pada desa/kelurahan tersebut terdapat program/
layanan dan “0” bila layanan tidak tersedia.
Jenis layanan untuk setiap indikator secara umum dapat dilihat pada Tabel
2 di bawah ini sebagai rujukan. Nomenklatur Nomenklatur program/kegiatan
dan jenis layanan ini akan sangat tergantung kondisi di setiap daerah.
Tabel 2. Jenis Layanan Intervensi Percepatan Penurunan Stunting pada Tiap Indikator
Intervensi Spesifik
1 % Ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronik) Distribusi pemberian makanan tambahan
mengonsumsi tambahan asupan gizi sesuai (PMT) pabrikan
standar Penyediaan pemberian makanan tambahan
(PMT) lokal
2 % Ibu hamil mengonsumsi Tablet Tambah Darah Pemberian TTD saat kehamilan
(TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan
3 % Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu Konseling menyusui di puskesmas
ibu (ASI) eksklusif Edukasi mengenai ASI eksklusif di Posyandu
4 % Anak baduta (bawah dua tahun) yang Pelatihan pemberian makan bayi dan anak
mengonsumsi MP-ASI (Makanan Pendamping (PMBA)
ASI) sesuai rekomendasi
5 % Anak balita (bawah lima tahun) gizi buruk yang Tata laksana balita gizi buruk di puskesmas
mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk Rumah gizi (theurapetic feeding center)
6 % Anak balita (bawah lima tahun) yang Kegiatan penimbangan balita di posyandu
dipantaupertumbuhan dan perkembangannya
setiap bulan
7 % Anak balita (bawah lima tahun) kurus yang Distribusi pemberian makanan tambahan
mengonsumsi tambahan asupan gizi sesuai (PMT) pabrikan
standar Penyediaan pemberian makanan tambahan
(PMT) lokal
6
Dengan mempertimbangkan situasi permasalahan yang berbeda, daerah dapat menganalisis lebih
dari dari layanan yang dijelaskan di dalam modul.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 35
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
Intervensi Sensitif
1 % Sasaran prioritas*) yang mendapatkan akses air Penyediaan air minum berbasis masyarakat
minum layak Perluasan jaringan perpipaan
Penyediaan sambungan rumah melalui dana
desa
4 % Ibu yang mendapatkan akses layanan KB Keluarga Berencana Pasca Persalinan (KB-PP)
(Keluarga Berencana) pasca persalinan
5 % Sasaran prioritas dari keluarga miskin dan Program Keluarga Harapan (PKH)
rentan yang memperoleh bantuan tunai bersyarat
6 % Target sasaran yang memiliki pemahaman yang Diseminasi informasi publik tentang
baik tentang stunting pencegahan stunting
Kelas pengasuhan di PAUD, BKB, atau
Posyandu
Edukasi pencegahan stunting di sesi P2K2
Program PKH
7 % Sasaran prioritas keluarga miskin dan rentan Bantuan Pangan Non Tunai/Program Sembako
yang menerima bantuan sosial pangan
8 % Pasangan calon pengantin yang mendapatkan Bimbingan perkawinan pra nikah untuk calon
bimbingan pranikah dengan materi pencegahan pengantin
stunting
9 % Desa/ kelurahan ODF (Open Defecation Free) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Organisasi
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan Perangkat
Daerah (OPD)
Intervensi Spesifik
1 % Ibu hamil KEK % Ibu hamil Jumlah Ibu hamil KEK Dinas
(Kurang Energi KEK (Kurang mengonsumsi tambahan Kesehatan
Kronik) Energi Kronik) asupan gizi sesuai standar
mengonsumsi mengonsumsi X 100%
Jumlah bumil KEK di wilayah
tambahan asupan tambahan asupan
tersebut dalam kurun waktu
gizi sesuai gizi sesuai standar
satu tahun yang sama
standar terhadap semua
bumil KEK dalam
kurun waktu yang
sama
3 % Bayi usia % Bayi usia kurang Jumlah bayi usia kurang dari 6 Dinas
kurang dari 6 dari 6 bulan bulan mendapat ASI eksklusif Kesehatan
bulan mendapat mendapat ASI X 100%
Jumlah bayi usia kurang dari 6
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif terhadap
bulan di wilayah tersebut
eksklusif semua bayi usia
dalam kurun waktu satu
kurang dari 6 bulan
tahun yang sama
dalam kurun waktu
yang sama
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 37
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
7 % Anak balita % Anak balita Jumlah anak balita kurus yang Dinas
(bawah lima (bawah lima mengonsumsi tambahan Kesehatan
tahun) kurus yang tahun) kurus yang asupan gizi sesuai standar
mengonsumsi mengonsumsi X 100%
Jumlah anak balita kurus
tambahan asupan tambahan
di wilayah tersebut dalam kurun
gizi sesuai asupan gizi sesuai
waktu satu tahun yang sama
standar standar
terhadap semua
Anak Balita
yang kurus dalam
kurun waktu yang
sama
Intervensi Sensitif
4 % Ibu yang % Ibu yang Jumlah ibu yang mendapatkan Dinas Keluarga
mendapatkan mendapatkan akses layanan KB pasca Berencana
akses layanan KB akses layanan persalinan
(Keluarga KB (Keluarga X 100%
Jumlah ibu melahirkan di
Berencana) pasca Berencana) pasca
wilayah tersebut dalam kurun
persalinan persalinan terhadap
waktu satu tahun yang sama
semua ibu yang
melahirkan dalam
kurun waktu yang
sama
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 39
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
Keterangan :
*) Sasaran prioritas : Rumah tangga yang mempunyai anggota 1000 Hari Pertama Kehidupan (ibu hamil dan
anak 0-23 bulan), ibu menyusui, anak 24-59 bulan, remaja putri, dan calon pengantin
Sampaikan pada peserta bahwa sebagian definisi indikator yang tertera berbeda dengan yang
diketahui selama ini, semisal untuk indikator spesifik no 2 disebutkan % bumil mengonsumsi
Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Sebelumnya, indikator
yang berkenaan dengan TTD lebih menekankan aspek penerimaan TTD oleh ibu hamil. Karena itu,
peserta perlu cermat membaca definisi indikator-indikator utama.
Karena berbeda dengan sebelumnya, dapat dipahami bila sebagian peserta belum memiliki data
tingkat desa/kelurahan untuk semua 17 indikator.
Bila data di tingkat desa/kelurahan tidak tersedia maka di tulis sebagai N/A dan pastikan
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) penanggung jawab harus memasukkan pengumpulan data
tersebut dalam rencana kegiatan (Aksi 2) dan perbaikan ketersediaan data (Aksi 6).
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 41
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
1 % Ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronik) mengonsumsi tambahan 90% Kementerian
asupan gizi sesuai standar Kesehatan
2 % Ibu hamil mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 90% Kementerian
tablet selama masa kehamilan Kesehatan
3 % Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif 80% Kementerian
Kesehatan
4 % Anak baduta (bawah dua tahun) yang mengonsumsi MP-ASI 80% Kementerian
(Makanan Pendamping ASI) sesuai rekomendasi Kesehatan
5 % Anak balita (bawah lima tahun) gizi buruk yang mendapat 90% Kementerian
pelayanan tata laksana gizi buruk Kesehatan
6 % Anak balita (bawah lima tahun) yang dipantau pertumbuhan dan 90% Kementerian
perkembangannya setiap bulan Kesehatan
7 % Anak balita (bawah lima tahun) kurus yang mengonsumsi 90% Kementerian
tambahan asupan gizi sesuai standar Kesehatan
1 % Sasaran prioritas yang mendapatkan akses air minum layak 90% KemenPUPR
2 % Sasaran prioritas yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah 90% KemenPUPR
domestik) yang layak
5 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan 10.000.000 Kementerian
tunai bersyarat Sosial
6 % Target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang 90% Kementerian
stunting Komunikasi dan
Informatika
7 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial 15.600.000 Kementerian
pangan Sosial
10. Sebagai alat bantu analisis, pada matriks excel wilayah dengan nilai cakupan di
bawah ini akan ditandai dengan warna-warna sebagai berikut:
Indikator dengan target 2024 sebesar 90%
Cakupan > 90% atau tinggi (hijau)
Cakupan di antara 60% – 89% atau moderat (kuning)
Cakupan di antara 40% - 59% atau rendah (orange)
Cakupan di bawah 40% atau sangat rendah (merah)
11. Dari data cakupan layanan yang ada, perhatikan cakupan dari layanan-layanan
pada desa-desa dengan kasus stunting yang tinggi (kolom jumlah balita
stunting berwarna merah dan oranye).
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 43
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
12. Jika sebagian besar cakupan layanan rendah (berwarna merah dan oranye)
maka perlu mengidentifikasi upaya penyediaan layanan atau peningkatan
cakupan layanan.
13. Kasus lain jika angka stunting tinggi namun cakupannya baik (berwarna
hijau), maka perlu diidentifikasi mengenai peningkatan kualitas data stunting
(misalnya standar alat ukur, kapasitas petugas, kesalahan pencatatan/
perhitungan sasaran) dan/atau kualitas layanan intervensi spesifik dan
sensitif (misalnya kepatuhan (compliance) dan perubahan perilaku).
14. Jika ada desa/kelurahan dengan kasus stunting rendah namun cakupan layanan
juga rendah (oranye dan merah) maka perlu analisis lebih dalam mengenai
kualitas data stunting atau perlu dipertimbangkan untuk direkomendasikan
menjadi desa fokus sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus stunting
dengan mempertimbangkan kemampuan kabupaten/kota.
17. Sampaikan untuk membuat data dan daftar kriteria yang digunakan dalam
menentukan desa fokus. Informasi tersebut akan dituliskan dalam Form 1.2.
Penilaian Kinerja Data dan kriteria yang digunakan dalam prioritasi lokasi yang
akan ditangani pada tahun berjalan dan tahun rencana yang akan disampaikan
oleh kabupaten/kota ke provinsi.
Rekomendasi Intervensi
18. Sampaikan, umumnya layanan spesifik umumnya mencakup semua desa/
kelurahan (blanket approach), namun layanan sensitif biasanya menargetkan
desa/kelurahan tertentu.
19. Dari isian kolom “Ada/Tidaknya Layanan” pada LK #1, ajak peserta melihat
pola ketersediaan layanan di desa/kelurahan fokus dan di desa/kelurahan non
fokus. Ajak peserta menanggapi pertanyaan-pertanyaan berikut.
Pertanyaan Rekomendasi
Apakah desa/kelurahan fokus Bila sudah, tidak perlu merelokasi layanan dari desa/kelurahan non
telah menerima semua layanan 8 fokus ke desa/kelurahan fokus.
intervensi spesifik dan 9 intervensi
sensitif? Bila belum, perhatikan pertanyaan selanjutnya.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 45
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
22. Sampaikan bahwa, dengan demikian, selain karena layanannya tidak tersedia
(lihat no 4 di atas analisis ketersediaan layanan), program/kegiatan prioritas
dapat dimunculkan dari layanan yang cakupannya di bawah target. Gunakan
LK #2 untuk memulai inventarisasi program/kegiatan yang direkomendasikan.
Informasi tersebut selanjutnya akan dituliskan dalam Form 1.3 Penilaian
Kinerja Rekomendasi. Daftar intervensi yang memerlukan prioritas penanganan
dituliskan dalam form Form 1.5 Penilaian Kinerja Pemetaan. Selanjutnya,
program tahun berjalan yang relevan (sesuai) untuk mengurangi kesenjangan
layanan (intervensi yang cakupannya rendah) akan disampaikan oleh
pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Provinsi.
Sampaikan untuk membuat data dan daftar kriteria yang digunakan dalam
prioritasi intervensi untuk desa/kelurahan fokus yang akan ditangani pada
tahun berjalan dan tahun rencana Informasi tersebut akan dituliskan dalam
Form 1.4. Penilaian Kinerja yang akan disampaikan oleh kabupaten/kota ke
provinsi.
LK #1
Lembar Kerja 1. Analisis Sebaran Masalah Stunting Serta Analisis Ketersediaan Program dan Kesenjangan Cakupan Layanan
Ibu hamil KEK Ibu Hamil Bayi usia kurang dari Anak baduta (bawah
mengonsumsi mengonsumsi TTD 6 bulan mendapat dua tahun) yang
Stunting Intermediate Outcome
Desa/ tambahan asupan minimal 90 tablet ASI eksklusif mengonsumsi MP-ASI
No Kecamatan Puskesmas
Kelurahan gizi sesuai standar selama kehamilan sesuai rekomendasi
Jumlah Jumlah % Balita Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan
Balita Balita Stunting Bumil Bumil Balita Kasus Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%)
Stunting KEK Anemia Gizi Diare Layanan Layanan Layanan Layanan
(Pendek & Buruk pada
Sangat Balita
Pendek)
dst
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #1
Lanjutan-Lembar Kerja 1. Analisis…..(1)
Anak balita (bawah Anak balita (bawah Anak balita (bawah Posyandu yang Sasaran prioritas Sasaran prioritas Sasaran prioritas dari Ibu yang
lima tahun) gizi lima tahun) yang lima tahun) kurus memiliki cakupan yang mendapatkan yang mendapatkan keluarga miskin mendapatkan akses
Desa/ buruk yang dipantau yang mengonsumsi pemantauan tumbuh akses air minum layak akses sanitasi (air mendapatkan akses layanan KB (Keluarga
Kelurahan mendapat pertumbuhan dan tambahan asupan kembang di atas 80% limbah domestik) Jaminan Kesehatan Berencana) pasca
pelayanan tata perkembangannya gizi sesuai standar yang layak persalinan
laksana gizi buruk setiap bulan
Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan
Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%)
Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1
LK #1
Lanjutan-Lembar Kerja 1. Analisis…..(2)
Intervensi Sensitif
No Nama Program/Kegiatan Indikator Keluaran Target Keluaran Alokasi OPD Pelaksana Jenis Layanan Lokasi Sasaran Kegiatan
Dalam Renja OPD Kegiatan Kegiatan Anggaran (Intervensi) (Daftar Desa/ Kelurahan)
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1
23.
Sampaikan bahwa untuk dapat menjalankan program/kegiatan yang
direkomendasikan, kita perlu memastikan sumber daya yang tersedia di desa/
kelurahan fokus sudah memadai. Yang dimaksud dengan sumber daya di sini
mencakup:
SDM (Sumber Daya Manusia) Inti
Infrastruktur
Logistik
24. Informasi hasil pemetaan ketersediaan sumber daya di lokasi fokus di atas
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kendala dalam manajemen layanan.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 51
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
Kondisi SDM Inti bisa dilihat dari dua aspek, kecukupan jumlah dan yang tidak kalah penting,
kualitas/kapasitas. Semisal, untuk PAUD, sesuai dengan standar (Permendikbud No. 137
Tahun 2014) rasio dan jumlah Guru PAUD dapat digambarkan sebagai berikut:
1. PAUD anak didik usia sampai 2 tahun = 1: 4 (satu guru melayani maksimal 4 anak didik)
2. PAUD anak didik usia 2-4 tahun = 1: 8
3. PAUD anak didik usia 4-6 Tahun = 1:15
Jumlah yang sesuai dengan standar belum tentu menghasilkan layanan maksimal, karena
kualitas layanan terkait erat dengan kualitas SDM. Karenanya, kita pun harus melihat aspek
kualitas guru PAUD, yang salah satunya dapat diukur -secara tidak langsung- dengan jenisjenis
pelatihan yang pernah diikuti guru-guru.
Salah satu pelatihan yang sangat penting terkait peran PAUD dalam upaya percepatan
penurunan stunting adalah pelatihan berjenjang tingkat dasar serta Pendidikan dan Pelatihan
pengasuhan stimulasi penanganan stunting. Idealnya setiap kabupaten/kota memiliki 20
tenaga pelatih yang kemudian ditindaklanjuti dengan pelatihan guru PAUD di tingkat desa
mengenai pengasuhan stimulasi penanganan stunting. Pemetaan jumlah dan kapasitas SDM
ini dapat menjadi masukan untuk rekomendasi pelaksanaan program prioritas seperti
pelatihan Guru PAUD tingkat desa termasuk penganggarannya baik melalui APBD
kabupaten/kota maupun pemanfaatan dana desa.
Review supervisi
pelaksanaan
Ketersediaan SOP
Masalah
Apakah Kapasitas teknis SDM
Layanan Ya pengelolaan
sumber Dan lain-lain
dengan
daya yang
cakupan rendah
disediakan
atau di bawah
sudah
target Pemenuhan sumber daya
memadai? Tidak Masalah
melalui
sumber daya
Realokasi
Alokasi
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 53
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
Ya
Apakah selama ini sudah ada
Layanan yang perlu kegiatan komunikasi yang
didukung perilaku menginformasikan
positif dan saat ini cara mengakses layanan dan/ Rekomendasi kegiatan
cakupannya di bawah atau 1. Riset formatif kualitatif
target manfaat-manfaat dan penyusunan
perilaku kepada sasaran? Masalah terletak pada kembali strategi
strategi intervensi perubahan perilaku
perubahan perilaku, 2. Pengembangan pesan,
rumusan pesan, alat/ media dan alat
Ada tapi media dan/atau (termasuk pre test dan
Tidak Ada metode komunikasi.
terbatas produksi)
3. Identifikasi khalayak
Apakah masalah
sekunder (yang
komunikasi perubahan
mempengaruhi
perilakunya telah
Masalah pembiayaan penerima manfaat)
diketahui informan?
kegiatan komunikasi maupun khalayak tersier
Masalah perencanaan (yang mempengaruhi
dan pembiayaan Bila sudah diketahui,
Sebagian masalah strategi, khalayak sekunder)
kegiatan komunikasi catat langsung dalam
rumusan pesan dan metode form berikut. 4. Pelatihan kecakapan
komunikasi komunikasi (KAP –
Bila belum, perhatikan Komunikasi
rekomendasi di Antarpribadi, Strategi
samping. Komunikasi, dsb.)
5. Perencanaan kegiatan
Alokasi anggaran komunikasi perubahan
Pertimbangkan rekomendasi kegiatan 1-4 perilaku
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, cukup banyak intervensi yang tidak hanya memerlukan
penyediaan (supply) yang memadai, namun juga tingkat permintaan (demand) yang
mendukung. Misalnya, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), sebanyak 73% ibu hamil
telah menerima TTD, tetapi dari persentase tersebut hanya 24% yang menerima TTD dengan
jumlah sesuai standar yaitu 90 tablet atau lebih. Dari yang menerima 90 tablet atau lebih,
hanya sekitar 40% yang meminum sesuai anjuran, yaitu 90 tablet atau lebih selama kehamilan
(cataan: sehari 1 tablet) (Riskesdas, 2018). Dengan kata lain, secara total hanya sekitar 7% ibu
hamil yang meminum TTD sesuai anjuran.
Dari contoh di atas, terlihat jelas terdapat masalah supply (hanya 17% secara keseluruhan
yang menerima 90 TTD atau lebih). Selain itu, terdapat masalah permintaan yaitu kepatuhan
ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD (di antara 17% yang menerima, hanya sekitar 40% yang
meminum sesuai anjuran). Artinya, bila cakupan penerima TTD 90 tablet atau lebih mencapai
100%, dengan pola yang sama, maka yang meminum sesuai anjuran persentasenya kurang
dari 50%.
Untuk itu, peningkatan permintaan menjadi penting dan salah satu yang bisa dilakukan adalah
merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan Komunikasi Perubahan Perilaku.
Perencanaan disusun dengan data tentang perilaku dan faktor-faktornya yang diperoleh dari
wawancara, diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussions/FGD), observasi dan/ atau
survei. Pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi atau lembaga riset
untuk mendapatkan data perilaku yang memadai.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 55
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
Pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi sejauh mana program telah diarahkan pada rumah tangga sasaran
1. Apakah OPD dapat mengakses data rumah Kalau tidak, program/kegiatan tidak menyasar rumah
tangga sasaran? tangga sasaran.
Kalau ya, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya.
2. Apakah ada sistem yang berjalan yang Kalau tidak, program/kegiatan tidak menyasar rumah
memastikan rumah tangga sasaran. Kalau ya, lanjutkan ke pertanyaan
berikutnya.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
LK #1
Lanjutan-Lembar Kerja 1. Analisis…..(3)
10
11
12
13
14
15
16
17
17
19
dst
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1
LK #1
Lanjutan-Lembar Kerja 1. Analisis…..(4)
Perlindungan
Air Minum dan Sanitasi PAUD dan Pengasuhan Pemberdayaan Masyarakat
Sosial
Desa/
No Jumlah Guru Jumlah KPM
Kelurahan Alokasi
Kelompok Kelompok PAUD yang yang
Jumlah Jumlah Kader Dana
Pengelola Pemanfaat Jumlah Jumlah Jumlah dilatih Kelas Jumlah mendapat
Jumlah PAUD yang Pembangunan Desa
Sarana Air dan Wirausaha Fasilitator Guru Pengasuhan Kelompok pembinaan
PAUD menerapkan Manusia untuk
Minum Pemelihara Sanitasi PKH PAUD dan Simulasi BKB dari
PAUD-HI (KPM) Stunting
(KPSPAM) Sanitasi Penanganan kabupaten/
(Rp)
Stunting kota
10
11
12
13
14
dat
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #3
Lembar Kerja 3. Pemetaan Sumber Daya dan Rekomendasi Kegiatan
Rekomendasi kegiatan
Cakupan di Rata-rata cakupan Sumber daya yang telah Sumber daya yang Pendanaan:
No Intervensi di desa/kelurahan
tingkat kab/kota di desa fokus tersedia dibutuhkan Alokasi/ Realokasi
fokus
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1
LK #4
Lembar Kerja 4. Analisis Penyelenggaraan Program Prioritas (Intervensi Spesifik dan Sensitif) di Kabupaten/Kota
Masalah Penyampaian
Masalah Supply-Side Masalah Demand-Side
Layanan
No Indikator (Akses, SDM, Logistik, (perilaku, indirect cost, Rekomendasi
(Service Delivery) Pada
Infrastruktur) culture barriers)
Sasaran Prioritas
Intervensi Spesifik
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Intervensi Spesifik
2. Sampaikan bahwa untuk latihan, kita akan melakukan kerja kelompok yang
diikuti dengan presentasi keliling. Bagi kelas menjadi 6 kelompok. Masing-
masing kelompok akan mendiskusikan 2 (dua) form. Berikan waktu 15 menit
untuk bekerja setelah itu kelompok akan memilih “penjaga lapak” untuk
menyajikan hasil kerja kelompok. Anggota lain akan berpindah ke kelompok
lain untuk menjadi pengunjung yang mendapatkan penyajian dan sekaligus
memberi masukan pada “penjaga lapak”. Lakukan sebanyak 2-3 putaran dan
kemudian minta anggota kembali ke kelompok asal untuk konsolidasi. Dalam
tahap ini, tugasnya adalah sebagai berikut:
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 63
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
LK #5
Lembar Kerja 5. Identifikasi Forum Potensial untuk Koordinasi di Tingkat Kecamatan
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Sebagai penutup aksi #1, minta peserta merekap hasil-hasil dalam Lembar Kerja sebelumnya dalam LK #6 ini.
LK #6
Lembar Kerja 6. Rekap Hasil Analisis Situasi dan Rekomendasi Kegiatan Pada Aksi 1
Rekomendasi
Program/kegiatan prioritas OPD penanggung Sumber pembiayaan
No Rekomendasi kegiatan pembiayaan
(intervensi spesifik dan sensitif) jawab saat ini
(alokasi/ relokasi)
6 dan seterusnya...
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Rekomendasi
Program/kegiatan prioritas OPD penanggung Sumber pembiayaan
No Rekomendasi kegiatan pembiayaan
(intervensi spesifik dan sensitif) jawab saat ini
(alokasi/ relokasi)
Perbaikan manajemen/
2 pengelolaan program secara
umum
3 dan seterusnya…….
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1
Rekomendasi
Program/kegiatan prioritas OPD penanggung Sumber pembiayaan
No Rekomendasi kegiatan pembiayaan
(intervensi spesifik dan sensitif) jawab saat ini
(alokasi/ relokasi)
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
AKSI INTEGRASI 1 67
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
TUJUAN PEMBELAJARAN
PESERTA MAMPU MELAKUKAN
ANALISIS SITUASI MASALAH
STUNTING DAN MENYUSUN 4
REKOMENDASI: DAFTAR DESA/
KELURAHAN FOKUS, DAFTAR
PROGRAM ATAU KEGIATAN
PRIORITAS, DAFTAR SUMBER
DAYA YANG PERLU DISIAPKAN,
PENGANGGARAN: ALOKASI
ATAU REALOKASI
A. TUJUAN Membekali peserta dengan kemampuan menyusun rencana program dan kegiatan
PEMBELAJARAN terintegrasi dengan memanfaatkan hasil analisis situasi program pencegahan dan
penurunan stunting
B. TUJUAN 1. Peserta mampu menyusun rencana program dan kegiatan untuk meningkatkan
PEMBELAJARAN cakupan layanan intervensi gizi pada rumah tangga sasaran
KHUSUS 2. Peserta mampu menyusun rencana program dan kegiatan untuk meningkatkan
intervensi gizi terintegrasi dengan mempertimbangkan rekomendasi hasil
analisis situasi ke Desa/Kelurahan fokus dengan melihat kesenjangan cakupan
layanan dan kendala manajemen untuk menargetkan layanan pada rumah
tangga sasaran
3. Peserta mampu mengintegrasikan rencana program terintegrasi ke dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran Kabupaten/Kota
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 2 71
Penyusunan Rencana Kegiatan
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 2 73
Penyusunan Rencana Kegiatan
4. Ajak kelompok yang berasal dari OPD untuk fokus pada kegiatan-kegiatan di
bawah tanggung jawabnya dan diskusikan opsi pendanaan program penyediaan
cakupan layanan dan peningkatan integrasi intervensi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
MEMBEKALI PESERTA DENGAN
KEMAMPUAN MENYUSUN
RENCANA PROGRAM DAN
KEGIATAN TERINTEGRASI
DENGAN MEMANFAATKAN
HASIL ANALISIS SITUASI
PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENURUNAN STUNTING
LK #7.
Lembar Kerja 7. Identifikasi Rencana Kegiatan OPD
Tercantum
Perlu
di RPJMD, Merupakan
penyesuaian?
Renstra kewenangan
Kegiatan (target kinerja,
Program OPD OPD, RAD yang
Rekomendasi Opsi Jumlah sudah lokasi, RT
No prioritas/ penanggung PG atau dapat
kegiatan pendanaan Anggaran ada atau Sasaran
intervensi jawab rencana dilimpahkan ke
baru? manajemen,
strategis desa/
anggaran &
tematik kelurahan?
OPD PJ?)
lain?
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Tercantum
Perlu
di RPJMD, Merupakan
penyesuaian?
Renstra kewenangan
Kegiatan (target kinerja,
Program OPD OPD, RAD yang
Rekomendasi Opsi Jumlah sudah lokasi, RT
No prioritas/ penanggung PG atau dapat
kegiatan pendanaan Anggaran ada atau Sasaran
intervensi jawab rencana dilimpahkan ke
baru? manajemen,
strategis desa/
anggaran &
tematik kelurahan?
OPD PJ?)
lain?
1 Perbaikan
penyampaian
layanan pada rumah
tangga sasaran
2 Perbaikan manajemen
secara umum
3 Perbaikan intervensi
perubahan perilaku
4 Penguatan forum
koordinasi di
tingkat kabupaten
5 Penguatan forum
koordinasi di tingkat
kecamatan
6. Kelompok yang berisi Bappeda berpencar mendatangi kelompok-kelompok OPD dan diskusikan rancangan rencana kegiatan lebih lanjut agar
siap menjadi bahan komunikasi dengan DPRD, diskusikan indikator dan target kinerja untuk setiap kegiatan dan rekam dalam dua form berbeda
(Kegiatan intervensi/peningkatan cakupan layanan dan Kegiatan peningkatan integrasi intervensi).
Penyusunan Rencana Kegiatan
AKSI INTEGRASI 2
LK #8.
Lembar Kerja 8. Rencana Kegiatan Peningkatan Konvergensi Intervensi
OPD
Masalah yang Waktu
No Rekomendasi Kegiatan Target kinerja Lokasi Anggaran Penanggung
dihadapi penyelesaian
jawab
10
11
12
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #9.
Lembar Kerja 9. Rencana Program/Kegiatan Intervensi Untuk Peningkatan Cakupan Layanan
Opd
Program/ Indikator Sumber Jadwal
No Baseline Target kinerja Lokasi Anggaran Penanggung
Kegiatan kinerja Pendanaan Penyelesaian
Jawab
10
11
12
Penyusunan Rencana Kegiatan
AKSI INTEGRASI 2
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 2 79
Penyusunan Rencana Kegiatan
1. Bagi kelas ke dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 6-8 orang/kelompok.
Sampaikan bahwa kelompok akan merencanakan kegiatan Rembuk Stunting
yang memiliki 3 tujuan, yaitu:
a. Menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan
intervensi stunting
b. Mendeklarasikan komitmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana
kegiatan
c. Membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara
terintegrasi
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 3 83
Rembuk Stunting
b. Kelompok #2:
Menyiapkan presentasi hasil analisis situasi
Poin-poin utama rekomendasi hasil analisis situasi:
› Lokasi fokus penanganan stunting (Desa/Kelurahan)
› Program/kegiatan yang perlu ditingkatkan cakupan layanan dan
kualitas pelaksanaannya
› Perbaikan konvergensi intervensi untuk memastikan akses layanan
pada rumah tangga sasaran
› Kebutuhan penguatan koordinasi lintas sektor
Menyiapkan presentasi rancangan rencana kegiatan, yang
mempertimbangkan juga daftar usulan kegiatan hasil Musrenbang Desa,
Musyawarah Pembangunan Kelurahan dan Musrenbang Kecamatan.
Poin-poin utama rencana kegiatan:
› Program/kegiatan utama untuk meningkatkan cakupan intervensi
penurunan stunting beserta penanggung jawabnya
› Kegiatan untuk meningkatkan integrasi intervensi pada lokasi
fokus penanganan stunting dan rumah tangga sasaran beserta
menanggungjawabnya
› Pendanaan (pagu indikatif di masing-masing OPD). Hasil ringkasan
anggaran dapat disampaikan saat pengarahan Bupati/Walikota dan
c. Kelompok #3:
Menyusun rencana kegiatan sosialisasi publik hasil rembuk stunting: pesan,
saluran dan kegiatan sosialisasi, dokumentasi, narasumber, kebutuhan
media, biaya, dan sebagainya.
d. Kelompok #4:
Sebagai Sekretaris Daerah atau pejabat lainnya yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan rembuk stunting. Menyiapkan laporan hasil rembuk
stunting sekaligus mempersiapkan draft pengarahan Bupati/Walikota,
termasuk mempersiapkan berita acara dan lembar komitmen.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 3 85
Rembuk Stunting
TUJUAN PEMBELAJARAN
PESERTA PELATIHAN
DAPAT MELAKUKAN
PERENCANAAN KEGIATAN
REMBUK STUNTING
B. TUJUAN 1. Peserta dapat menjelaskan tujuan, ruang lingkup, dan tahapan dalam
PEMBELAJARAN merencanakan dan merancang peraturan bupati/Walikota tentang kewenangan
KHUSUS desa
2. Peserta dapat melakukan reviu dan perencanaan konsultasi publik dan
sosialisasi
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 4 89
Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan
4. Bentuk kelompok berisi 3-4 orang. Sampaikan contoh Isi PerBup/ PerWali dan
minta kelompok mendiskusikannya. (Lihat Tabel 6 contoh Isi PerBup/ PerWali
di bagian akhir Aksi ini).
8. Sampaikan bahwa selain hasil Aksi 1-3, tim penyusun bisa juga mempelajari
Peraturan bupati/Walikota tentang kewenangan desa dari daerah lain. Proses
reviu PerBub/PerWali dapat dilakukan melalui diskusi kelompok terarah dengan
lintas OPD dan pemangku kepentingan yang ada (dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan, perguruan tinggi, organisasi profesi, mitra pembangunan,
dan/atau perwakilan masyarakat) di tingkat kabupaten/kota.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 4 91
Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan
1. Berbeda dengan desa yang memiliki otonomi lebih besar dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelolaan anggaran, kelurahan berada di bawah kecamatan dan anggarannya
masih termasuk dalam APBD Kabupaten/Kota. Alokasi anggaran tersebut dimasukkan
ke dalam anggaran kecamatan pada bagian anggaran kelurahan. Sebagai perangkat
kecamatan dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat, penetapan tugas
kelurahan ditentukan oleh tingkat pemerintahan di atasnya. Untuk itu, tidak diperlukan
Peraturan Bupati/Walikota khusus mengenai kewenangan Kelurahan. Namun,
kejelasan peran Kelurahan dalam intervensi pencegahan dan penurunan stunting
terintegrasi perlu diperjelas terutama untuk memprioritaskan program/kegiatan/
layanan terkait pencegahan dan penurunan stunting yang bisa didanai melalui Dana
Kelurahan.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 4 93
Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan
1 Latar belakang berdasarkan ketentuan Permendagri No. 44 tahun 2016 tentang Kewenangan Desa
6 Daftar kewenangan desa bidang pembinaan kemasyarakatan, rincian kegiatan berkaitan dengan stunting
meliputi:
Pembinaan PKK desa
Pelatihan pembinaan lembaga kemasyarakatan desa
Insentif kader kesehatan, kader pemberdayaan masyarakat desa
7 Daftar kewenangan desa bidang pemberdayaan kemasyarakatan, rincian kegiatan berkaitan dengan stunting
meliputi:
Penguatan ketahanan pangan tingkat desa
Peningkatan kapasitas kepala desa, perangkat desa dan BPD
Pelatihan/penyuluhan pemberdayaan perempuan
Bantuan bagi keluarga miskin dan komunitas adat terpencil (sembilan bahan pokok)
Peningkatan kapasitas kader kesehatan
Promosi dan edukasi masalah kesehatan masyarakat
Penyelenggaraan gerakan hidup bersih dan sehat
Peningkatan kapasitas pemberdayaan masyarakat desa
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 4 95
Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan
TUJUAN PEMBELAJARAN
PESERTA MENGETAHUI
PROSES PENYUSUNAN
PERATURAN BUPATI/
WALIKOTA MENGENAI
KEWENANGAN DESA /
KELURAHAN
2. Sampaikan bahwa KPM berasal dari masyarakat sendiri seperti dari kader
Posyandu, guru, PAUD, dan kader lainnya yang ada di Desa/Kelurahan. Prasyarat
sebagai KPM yaitu:
Berasal dari desa setempat
Berpengalaman sebagai kader masyarakat (kader posyandu, Guru PAUD,
kader kesehatan, atau kader lainnya.)
Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
Dapat membaca dan menulis, minimal Pendidikan SLTA
KPM dipilih oleh forum musyawarah desa dan ditetapkan oleh Kepala Desa
menggunakan Surat
Keputusan (SK) desa. Setiap desa diharapkan memiliki minimal 1 orang KPM
3. Sampaikan bahwa tugas KPM dimulai dari pemetaan (sasaran dan layanan)
dan pemantauan layanan dengan menggunakan Score Card yang didasarkan
pada PMK No. 193 Tahun 2018 tentang pengelolaan dana desa yang mencakup:
Pemantauan layanan per kuartal
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 5 99
Pembinaan Kader Pembangunan Manusia
4. Sampaikan bahwa untuk Score Card, KPM akan menggunakan formulir sebagai
berikut:
Form Isi
5. Sampaikan pada peserta tentang pola kerja KPM adalah sebagai berikut:
Pemetaan:
Sasaran Advokasi kepada:
Layanan Analisis &
Pelaksana layanan
Rekomendasi:
Pemerintah Desa
Sasaran tidak
Rembuk Stunting
mendapatkan
Pemantauan layanan
Layanan Permasalahan
Score Card layanan
(PMK Kesepakatan & Tindaklanjut
193/2018)
Langkah 2: Ide-Tulis-Diskusi
1. Bagi kelas ke dalam kelompok yang berisi 4 orang. Sampaikan bahwa masing-
masing orang akan mengkaji topik yang berbeda dan menuliskan tanggapannya
dalam setengah lembar kertas plano dan secara bergantian berbagi di kelompok.
Bahan kajian utama adalah Juknis 8 Aksi Integrasi Penurunan Stunting.
Orang pertama: Tahap 1 (Penentuan tugas KPM dalam pelaksanaan integrasi pencegahan dan
penurunan stunting di tingkat desa).
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 5 101
Pembinaan Kader Pembangunan Manusia
Orang keempat: Tahap 4 (Menyinergikan kinerja KPM dengan program OPD terkait upaya
penurunan stunting)
Yang perlu dikaji:
Konsolidasi data sasaran 1000 HPK dan kasus stunting
Rapat bulanan KPM dengan OPD layanan
Fasilitasi penanganan masalah pada layanan pencegahan dan penurunan
stunting
LK #10.
Lembar Kerja 10. Rencana Pembinaan Kader Pembangunan Manusia (KPM)
2. Sampaikan data yang akan dihasilkan dari Aksi-6 dapat dipergunakan untuk
mendukung Aksi-1 (Analisis Situasi Program Penurunan Stunting), Aksi-2
(Penyusunan Rencana Kegiatan), Aksi #7 (Pengukuran dan Publikasi Stunting)
dan Aksi-8 (Reviu Kinerja)
3. Sampaikan bahwa ketersediaan data itu penting dan sangat diperlukan dalam
pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi di setiap tingkatan yaitu:
a. Desa/kelurahan: analisis situasi tingkat Desa/Kelurahan, perencanaan
penentuan sasaran program, pemantauan dan evaluasi dan penilaian kinerja
b. Kecamatan: sosialisasi dan advokasi kepala Desa/Kelurahan, penentuan
target desa/kelurahan dan pemantauan kemajuan
c. Kabupaten: analisis situasi, perencanaan, Rembuk Stunting, melihat dan reviu
capaian dan mengambil keputusan perbaikan dan peningkatan pelaksanaan
program
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 6 105
Sistem Manajemen Data Stunting
1. Sampaikan bahwa tujuan langkah ini adalah untuk pemetaan ketersediaan data
yang diperlukan untuk pemantauan indikator stunting dan cakupan intervensi
gizi terintegrasi di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten.
3. Ajak partisipan untuk membagi menjadi kelompok yang terdiri dari 6-8 orang.
KETERSEDIAAN DATA
ITU PENTING DAN
SANGAT DIPERLUKAN
DALAM PELAKSANAAN
INTERVENSI GIZI
TERINTEGRASI DI
SETIAP TINGKATAN
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
LK #11
Lembar Kerja 11: Pemetaan Ketersediaan Indikator stunting dan Cakupan Intervensi Gizi Terintegrasi
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Pemetaan Ada/Tidak di level Sumber data Periode
berikut**) OPD
Data yang pemantauan/ (waktu Sumber data
Indikator Definisi Operasional Penanggung
dibutuhkan Kab/ pelaporan pengambilan Database****)
Desa Kec. Jawab
Kota rutin***) data)
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Pemetaan Ada/Tidak di level Sumber data Periode
berikut**) OPD
Data yang pemantauan/ (waktu Sumber data
Indikator Definisi Operasional Penanggung
dibutuhkan Kab/ pelaporan pengambilan Database****)
Desa Kec. Jawab
Kota rutin***) data)
Keterangan :
*) Sasaran prioritas : Rumah tangga yang mempunyai anggota 1000 HPK, Remaja Putri dan Catin
**) Diisi ada atau tidak dengan mempertimbangkan apakah data dapat diagregasi sesuai tingkatannya
***) Sumber data pemantauan/ pelaporan rutin** : titik pengambilan data primer di lapangan misal puskesmas, posyandu, atau rumah tangga
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
****) Sumber data database: titik repositori/penyimpanan data yang sudah dikumpulkan berupa sistem informasi misal di Pusat Data Bappeda,
Kantor Statistik Kabupaten, atau OPD
AKSI INTEGRASI 6 113
Sistem Manajemen Data Stunting
2. Minta kelompok yang telah dibentuk untuk langkah 3 melanjutkan diskusi untuk
mengisi LK #12 .
LK #12
Lembar Kerja 12: Penilaian Sistem Manajemen Data
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
bulan
Permasalahan Sistem Penyediaan Dan Kualitas Data
Pengelola Sistem/ OPD
Indikator Definisi Operasional Unit Penanggung Ketersediaan Alur dan Instrumen Analisis dan Lain- lain
Jawab Sumber Daya Jadwal Pengelolaan Pemanfaatan
Pelaporan Data Data
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
AKSI INTEGRASI 6 117
Sistem Manajemen Data Stunting
1. Setelah identifikasi kebutuhan dan kesenjangan data hasil dari langkah 1-3, ajak
peserta untuk menyusun rencana tindak lanjut perbaikan sistem manajemen
data
2. Minta kelompok yang sudah ada pada langkah sebelumnya melanjutkan
berdiskusi untuk mengisi LK # 13
3. Masing-masing kelompok membahas 3-5 indikator yang berbeda
4. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok dan
ditanggapi peserta lainnya
5. Sampaikan bahwa perbaikan sistem manajemen data, antara lain, dapat
mencakup hal-hal sebagai berikut:
Indikator yang belum tersedia datanya sehingga perlu menambahkan
indikator tersebut dalam juknis pemantauan dan evaluasi program untuk
datanya dikumpulkan di lapangan
Atribut data yang dikumpulkan, semisal mengumpulkan data layanan pada
rumah tangga sasaran prioritas penurunan stunting yang selama ini tidak
ada
Pengembangan sistem, misalnya pengembangan dashboard untuk
menghubungkan sistem informasi yang sudah ada dari berbagai OPD
Pengembangan kapasitas SDM, semisal data sudah tersedia tetapi tidak
dapat dimanfaatkan sehingga perlu ada pelatihan analisis data.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #13
Lembar Kerja 13: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) Perbaikan Sistem Manajemen Data
6. Informasi pada LK #13 dapat menjadi bahan acuan untuk penyusunan rencana
perbaikan sistem data
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 6 121
Sistem Manajemen Data Stunting
TUJUAN PEMBELAJARAN
PESERTA MAMPU
MENYUSUN LANGKAH-
LANGKAH PERBAIKAN
SISTEM MANAJEMEN
DATA STUNTING
D. LANGKAH 1. Sampaikan bahwa Aksi #7 yang koordinasi oleh Dinas Kesehatan merupakan
upaya pemerintah kabupaten/kota untuk memperoleh data stunting terkini
dan memanfaatkan data yang diperoleh oleh berbagai pemangku kepentingan.
Data dikumpulkan berkala setiap periode waktu tertentu dan pengukurannya
dilakukan berjenjang, mulai dari posyandu, desa/kelurahan, kecamatan dan
kabupaten/kota.
2. Fasilitator membagi kertas atau kartu metaplan dan spidol pada setiap
partisipan. Sampaikan pertanyaan untuk di pikirkan dalam waktu 3 menit
sebagai berikut:
a. Apa yang dapat dimanfaatkan dari data status gizi di tingkat kabupaten/kota
(oleh pemerintah kabupaten/kota)?
b. Apa saja manfaat data stunting berjenjang, tingkat desa/kelurahan lalu
kecamatan bagi masing-masing pemerintah desa/kelurahan dan kecamatan
dan Puskesmas?
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 7 125
Pengukuran Dan Pemanfaatan Data Stunting
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 7 127
Pengukuran Dan Pemanfaatan Data Stunting
1. Analisis tren
2. Analisis menurut demografi dan geografi
3. Analisis komparatif
4. Analisis hubungan dalam program/antar program
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 7 129
Pengukuran Dan Pemanfaatan Data Stunting
TUJUAN PEMBELAJARAN
MEMBEKALI PESERTA DENGAN
PEMAHAMAN TENTANG
PENGUKURAN STUNTING
DENGAN MENGUMPULKAN DATA
PREVALENSI STUNTING TERKINI
PADA SKALA LAYANAN PUSKESMAS,
KECAMATAN, DAN DESA; SERTA
UPAYA-UPAYA PEMANFAATAN DATA
UNTUK MENGUATKAN KOMITMEN
PEMERINTAH DAN MASYARAKAT
D. LANGKAH 1. Sampaikan bahwa Reviu Kinerja Tahunan yang dipimpin oleh Sekda dan
Bappeda dan bertujuan untuk:
Membandingkan rencana dan realisasi dari:
› Capaian output (target kinerja)
› Capaian outcome (prevalensi stunting)
› Penyerapan anggaran
› Kerangka waktu penyelesaian
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung pencapai
kinerja output dan outcome
› Konsultasi dengan OPD terkait
› Melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi atau pendalaman lebih
lanjut
Merumuskan tindak lanjut perbaikan
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 8 133
Reviu Kinerja Tahunan
4. Tahap 1. Sampaikan untuk reviu, kita membutuhkan dokumen yang berisi data
berikut:
Program, kegiatan, output yang terkait dengan penurunan stunting yang
terdapat dalam DPA SKPD
Realisasi output kegiatan dan target
Penyerapan anggaran
Realisasi lokasi kegiatan dan rencana
Cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif
Tingkat konvergensi di kabupaten/kota (bisa menggunakan form rekap score
card) untuk mengetahui perkembangan cakupan rumah tangga sasaran
yang mengakses intervensi gizi spesifik dan sensitif
Perkembangan prevalensi dan kasus stunting (data tahun ini dan tahun
sebelumnya)
Penggunaan dana desa/kelurahan untuk penurunan stunting yang terdapat
dalam score card KPM
Diskusikan bersama, dokumen apa saja yang menyediakan data yang
diperlukan? Tuliskan rekomendasi partisipan.
LK #14
Lembar Kerja 14. Reviu Kinerja Tahunan
Indikator
Capaian Output Anggaran (juta rupiah)
Kinerja Permasalahan/ Sumber Rekomendasi
Program Kegiatan OPD Lokasi
Keluaran Kendala Pendanaan Tindak Lanjut
(Output) Target Realisasi Alokasi Realisasi
………..
% bayi < 6
bulan ASI
Eksklusif
% baduta
MPASI sesuai
anjuran
% balita gizi
buruk dapat
layanan tata
laksana gizi
buruk
% balita
dipantau
pertumbuhan
dan
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
perkembangan
Indikator
Capaian Output Anggaran (juta rupiah)
Kinerja Permasalahan/ Sumber Rekomendasi
Program Kegiatan OPD Lokasi
Keluaran Kendala Pendanaan Tindak Lanjut
(Output) Target Realisasi Alokasi Realisasi
% balita kurus
konsumsi
tambahan
asupan gizi
% Posyandu
cakupan
pemantauan
tumbuh
kembang di
atas 80%
Dst
Penyusunan
rencana
kegiatan
Rembuk
stunting
Reviu Kinerja Tahunan
AKSI INTEGRASI 8
Indikator
Capaian Output Anggaran (juta rupiah)
Kinerja Permasalahan/ Sumber Rekomendasi
Program Kegiatan OPD Lokasi
Keluaran Kendala Pendanaan Tindak Lanjut
(Output) Target Realisasi Alokasi Realisasi
Perbup/
Perwali
tentang
kewenangan
desa
Sistem
manajemen
data stunting
Reviu kinerja
tahunan
a. Diskusikan, analisis apa yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan tabel di atas?
b. Diskusikan, bagaimana metode mengukur/menilai kinerja program/kegiatan?
c. Identifikasi cakupan capaian kinerja (Lihat box berikut ini)
Program/kegiatan yang kinerja keuangan dan kinerja output-nya rendah
Program/kegiatan yang kinerja keuangannya rendah tetapi kinerja output-nya tinggi
Program/kegiatan yang kinerja keuangannya tinggi tetapi kinerja output-nya rendah
Program/kegiatan yang kinerja keuangan dan kinerja output-nya tinggi
d. Kaitkan dengan permasalahan/kendala dan kesimpulan/rekomendasi apa yang bisa diberikan untuk hasil reviu diatas.
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #15
Lembar Kerja 15: Pemutakhiran Status Tindak Lanjut Rekomendasi Penilaian Kinerja yang Dilaksanakan oleh Provinsi
6. Tahap 3. Menyusun dokumen hasil reviu kinerja tahunan yang mengacu pada
box
Sampaikan bahwa dokumen bisa berbentuk .ppt yang memuat informasi
singkat sebagai berikut:
Penilaian terhadap capaian target kinerja pelaksanaan intervensi, program,
dan kegiatan terkait stunting
Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 8 139
Reviu Kinerja Tahunan
TUJUAN PEMBELAJARAN
MEMBEKALI PESERTA
DENGAN KEMAMPUAN
UNTUK MEMPERSIAPKAN DAN
MELAKSANAKAN KEGIATAN
REVIU KINERJA TAHUNAN