Anda di halaman 1dari 154

3

MODUL PELATIH
PEDOMAN PELAKSANAAN
INTERVENSI PENURUNAN
STUNTING TERINTEGRASI
DI KABUPATEN/ KOTA
(8 AKSI INTEGRASI INTERVENSI
PENURUNAN STUNTING)

Edisi I
Februari, 2020

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
v

Tim Penyusun
Penyusun
Risang Rimbaatmaja
Akim Dharmawan
Ardhiante
Rima Yuliantari Suharin
Sunarno Ranu Widjojo
Fitri Arkham Fauziah
Saputera
Andi Irfanji
Yohanes Susilo
Evi Nurhidayati

Editor
Nurul Imani

Desainer Grafis
Astri Lusiana

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
vii

Modul ini merupakan produk dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Kementerian Dalam Negeri. Dukungan terhadap penyusunan modul ini diberikan
oleh Nutriton International melalui program Technical Assistance for Nutrition (TAN) yang didanai oleh UK Aid
dari Pemerintah Inggris.

Copyright ©2020 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Diterbitkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Jalan Taman Suropati Nomor 2 Jakarta 10310
Telepon (021) 319 34379; Faksimile (021) 392 6603
www.bappenas.go.id, e-mail: sekretariat.pm2k@bappenas.go.id

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
ix

Kata Pengantar
Stunting menjadi masalah yang serius karena dapat menghambat pertumbuhan fisik, meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit, dan mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada
tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas saat usia dewasa. Bahkan, Laporan Bank Dunia (2014)
Better Growth through Improved Sanitation and Hygiene Practices, menyatakan bahwa stunting dan
masalah gizi lainnya diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB)
setiap tahunnya.

Prevalensi stunting di Indonesia dalam 10 tahun terakhir belum menunjukkan penurunan yang signifikan.
Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan sebanyak 30,8 persen balita mengalami stunting. Walaupun
pada tahun 2019 prevalensi stunting balita turun kembali menjadi 27,7 persen (SSGB, 2019), angka
tersebut masih jauh dari target sebesar 14 persen pada tahun 2024.

Komitmen yang tinggi dari Pemerintah Indonesia dalam penurunan Stunting diawali penetapan Peraturan
Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG).
Selanjutnya, pada tahun 2018 Pemerintah meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan
Anak Kerdil (Stunting) yang diharapkan menjadi acuan pemangku kepentingan dalam upaya percepatan
penurunan prevalensi Stunting secara terintegrasi. Penurunan Stunting menjadi salah satu dari Major
Project (proyek super prioritas) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 yang akan dilaksanakan melalui belanja Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah,
Dana Alokasi Khusus Penurunan Stunting dan Dana Desa. Hal ini memerlukan penguatan upaya
percepatan yang efektif dan tepat sasaran dari berbagai sektor di tingkat pusat, daerah dan desa.

Untuk menjamin integrasi perencanaan, penganggaran, implementasi, pemantauan dan evaluasi,


Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
bersama Kementerian Dalam Negeri menyusun Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Intervensi
Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota. Untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah
Daerah dalam mengimplementasikan Pedoman dan Petunjuk Teknis tersebut, modul ini disusun
sebagai instrumen yang standar dan aplikatif bagi pelatih yang akan melakukan pendampingan kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam implementasi 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga modul
ini dapat diterbitkan. Selanjutnya, modul ini akan terus dikembangkan dan dimutakhirkan berdasarkan
pembelajaran dari penggunaannya.

Jakarta, Februari 2020

Subandi Sarjoko Muhammad Hudori


Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah,
Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
x

Daftar Isi
Kata Pengantar ix
Daftar Isi x
Pendahuluan 1

Pengantar I: Teknik Fasilitasi Untuk Membangun 7


Kerjasama Tim
Pengantar II: Bersama-Sama Memahami Stunting 17
Dan Bangun Visi Bersama
Pengantar III: Bersama-Sama Pahami Kebijakan Percepatan 21
Penurunan Stunting
Pengantar IV: 8 Aksi Integrasi Intervensi 25
Penurunan Stunting

Aksi Integrasi 1: Analisis Situasi Program Penurunan Stunting 29


Aksi Integrasi 2: Penyusunan Rencana Kegiatan 69
Aksi Integrasi 3: Rembuk Stunting 81
Aksi Integrasi 4: Peraturan Bupati/ Walikota Tentang 87
Kewenangan Desa/Kelurahan
Aksi Integrasi 5: Pembinaan Kader Pembangunan Manusia 97
Aksi Integrasi 6: Sistem Manajemen Data Stunting 103
Aksi Integrasi 7: Pengukuran Dan Pemanfaatan Data Stunting 123
Aksi Integrasi 8: Reviu Kinerja Tahunan 131

Daftar Tabel
Tabel 1. Rincian Kegiatan Pembelajaran Modul 2
Tabel 2. Jenis Layanan Intervensi Percepatan Penurunan 34
Stunting Pada Tiap Indikator
Tabel 3. Definisi Operasional Dan Cara Perhitungan 36
Cakupan Intervensi
Tabel 4. Rujukan Cakupan Indikator Layanan 41
Tabel 5. Opsi Perumusan Rekomendasi 44
Program/Kegiatan Prioritas
Tabel 6. Contoh Isi Perbub/Perwali Tentang Kewenangan Desa 93

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
xi

Daftar Lembar Kerja


Lembar Kerja 1: Analisis Sebaran Masalah Stunting Serta 46
Analisis Ketersediaan Program Dan Kesenjangan
Cakupan Layanan
Lembar Kerja 2: Pemetaan Program Dan Kegiatan Intervensi 49
Spesifik Dan Sensitif
Lembar Kerja 3: Pemetaan Sumber Daya Dan Rekomendasi 59
Kegiatan
Lembar Kerja 4: Analisis Penyelenggaraan Program Prioritas 60
(Intervensi Spesifik Dan Sensitif) Di Kabupaten/Kota
Lembar Kerja 5: Identifikasi Forum Potensial Untuk Koordinasi 63
Di Tingkat Kecamatan
Lembar Kerja 6: Rekap Hasil Analisis Situasi Dan Rekomendasi 64
Kegiatan Pada Aksi 1
Lembar Kerja 7: Identifikasi Rencana Kegiatan OPD 74
Lembar Kerja 8: Rencana Kegiatan Peningkatan Konvergensi 76
Intervensi
Lembar Kerja 9: Rencana Program/Kegiatan Intervensi Untuk 77
Peningkatan Cakupan Layanan
Lembar Kerja 10: Rencana Pembinaan Kader Pembangunan 101
Manusia (KPM)
Lembar Kerja 11: Pemetaan Ketersediaan Indikator Stunting 107
Dan Cakupan Intervensi Gizi Terintegrasi
Lembar Kerja 12: Penilaian Sistem Manajemen Data 114
Lembar Kerja 13: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) 119
Perbaikan Sistem Manajemen Data
Lembar Kerja 14: Reviu Kinerja Tahunan 134
Lembar Kerja 15: Pemutakhiran Status Tindak Lanjut 137
Rekomendasi Penilaian Kinerja Yang Dilaksanakan
Oleh Provinsi

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
1

Pendahuluan
Percepatan penurunan stunting menjadi salah satu agenda pembangunan nasional karena stunting
dapat berdampak multidimensi yaitu menghambat pertumbuhan fisik, meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit, dan mengancam perkembangan kognitif. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia di masa mendatang karena dalam jangka panjang stunting berpengaruh tingkat
produktivitas dan saya saing penduduk. Target ambisius Pemerintah Indonesia untuk menurunkan
stunting 14% pada tahun 2024 tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)
2020-2024. Oleh karena itu, perlu upaya yang efektif dan tepat sasaran dalam percepatan penurunan
stunting yang melibatkan multi-sektor di tingkat pusat, daerah , dan desa/kelurahan.

Pemerintah telah meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) pada
tahun 2018 yang mengamanatkan Pilar 3: Konvergensi Program kepada Kementerian Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN) /Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) sebagai koordinator. Selanjutnya Kementerian PPN/Bappenas bersama
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyusun Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
memerlukan kapasitas yang memadai untuk mengimplementasikan Pedoman dan Petunjuk Teknis
tersebut secara efektif melalui pelatihan dan pendampingan.

Modul ini disusun sebagai instrumen yang standar dan aplikatif bagi pelatih yang akan melakukan
pendampingan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dalam implementasi 8 Aksi Konvergensi
Percepatan Penurunan Stunting. Kurikulum pembelajaran pada modul ini disusun berdasarkan alur
kegiatan yang perlu dilakukan pada masing-masing Aksi yang kemudian diterjemahkan ke dalam
tujuan, metode dan alat bantu pembelajaran. Untuk menjamin kualitas dan aplikabilitas dari modul ini,
telah dilakukan konsultasi dengan Kementerian/Lembaga terkait dan pakar serta uji coba penggunaan
modul kepada pemerintah daerah.

Penyelenggaraan pelatihan modul ini idealnya terdiri dari 32 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 45
menit), namun dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta latih. Pelatihan dapat dilakukan menjadi
2 sesi utama yaitu 6 jam pelajaran pada sesi pengantar dan 26 jam pelajaran pada sesi utama 8 Aksi
Integrasi. Evaluasi pelatihan dilakukan dengan instrumen pre-test dan post test serta lembar tilik
penilaian fasilitator.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
2

Tabel 1. Rincian Kegiatan Pembelajaran Modul

Jumlah Jam
No. Sesi Metode Penyampaian
Pelajaran (JPL)

1 Pengantar I: Teknik Fasilitasi untuk 2 JPL Ceramah singkat, diskusi


Membangun Kerja sama Tim kelompok, praktik kelas dan
permainan

2 Pengantar II: Bersama-Sama Memahami 1 JPL Ceramah dan tanya jawab


Stunting dan Bangun Visi Bersama

3 Pengantar III: Bersama-Sama Pahami 1 JPL Ceramah dan tanya jawab


Kebijakan Percepatan Penurunan Stunting

4 Pengantar IV: 8 Aksi Integrasi Intervensi 2 JPL Diskusi kelompok dan ceramah
Penurunan Stunting singkat

5 Aksi Integrasi 1: Analisis Situasi 9 JPL Ceramah singkat dan Simulasi

6 Aksi Integrasi 2: Perencanaan Kegiatan 6 JPL Ceramah singkat dan Simulasi

7 Aksi Integrasi 3: Rembuk Stunting 2 JPL Ceramah singkat dan roleplay

8 Aksi Integrasi 4: Peraturan Bupati/ Walikota 2 JPL Ceramah singkat dan diskusi
Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan kelompok

9 Aksi Integrasi 5: Pembinaan Kader 2 JPL Ceramah singkat dan diskusi


Pembangunan Manusia (KPM) kelompok

10 Aksi Integrasi 6: Sistem Manajemen Data 5 JPL Ceramah singkat dan Simulasi
Stunting

11 Aksi Integrasi 7: Pengukuran dan 2 JPL Ceramah dan diskusi kelompok


Pemanfaatan Data Stunting

12 Aksi Integrasi 8: Reviu Kinerja Tahunan 2 JPL Ceramah singkat dan diskusi
kelompok

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
3
Pendahuluan

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
SESI PENGANTAR
18

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
7

Sesi Pengantar I
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun
Kerjasama Tim

A. Pengantar Para pelatih 8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting (8 Aksi Integrasi)
berasal dari beragam staf kunci Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di daerah.
Mereka perlu dapat bekerja sama, menyelaraskan pemikiran dan pekerjaan
sekaligus membagi pengalaman, pengetahuan dan proses pola kerja yang berhasil
di daerah dan bidang mereka masing-masing. Namun di sisi lain, mereka belum
tentu pernah bekerjasama sebelumnya; bahkan, ada kemungkinan, sebagian di
antara mereka belum saling mengenal. Agar dapat bekerja dan berdiskusi secara
nyaman dan produktif, fasilitator perlu membantu pengembangan hubungan dan
kebersamaan di antara anggota tim.

Personel OPD terbiasa bekerja dalam struktur birokrasi yang struktural hirarkis
(vertikal). Akan muncul kecanggungan pada sebagian orang pada saat kerja
bersama secara horizontal, bersama kolega lintas sektor atau bahkan dalam satu
bidang. Agar dapat bekerjasama secara dinamis dan sekaligus produktif, fasilitator
perlu membantu mereka menguatkan softskills dan metode yang memperlancar
kerja kolaboratif.

B. Tujuan pembelajaran 1. Partisipan dapat mempraktikkan teknik yang sesuai untuk saling mengenalkan
anggota tim intervensi penurunan stunting
2. Partisipan dapat mempraktikkan beragam softskills dan teknik-teknik fasilitasi
yang melancarkan proses kolaborasi yang produktif

C. Metode Durasi : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)


Metode : Pembelajaran singkat, diskusi kelompok, praktik kelas serta permainan

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
8

Alat & Bahan :

No. Alat dan Bahan Kuantitas


1 Kertas HVS A3 80 gram Jumlah = 4 x jumlah peserta
2 Spidol sedang 35 buah Sejumlah partisipan + 10%
3 Lakban kertas sedang 8 unit
4 Flipchart stand 5 unit
5 Kertas flipchart/plano/buram besar 30 lembar
6 Sticky notes ukuran 3”x5” 7 pak
7 Metacards 1 set

D. KERANGKA BAHASAN Selama 90 menit ke depan, partisipan akan mempelajari Bersama:


1. Apa itu FASILITASI? Apa bedanya dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran
serupa?
2. Peran pelatih 8 Aksi Integrasi dan apa saja yang dibutuhkan pada masing-
masing peran
3. Kemampuan dasar FASILITASI
4. Berlatih 3 kemampuan dasar

E. LANGKAH Sub Pokok Bahasan : Pembukaan


Waktu : 3 menit

1. Sampaikan salam dan terimakasih atas kehadiran para peserta. Kenalkan


diri secara sangat singkat, setidaknya nama dan asal organisasi. Bila nama
Anda kurang umum, berikan sedikit deskripsi tambahan untuk mempermudah
peserta menangkap nama Anda.

2. Sampaikan tujuan pembelajaran untuk belajar bersama mengenai teknik


fasilitasi yang nanti dapat dimanfaatkan peserta untuk mengembangkan
kerja sama tim 8 Aksi Integrasi di daerah. Jelaskan secara singkat bahwa
pembelajaran pada pelatihan ini diharapkan lebih banyak praktik atau latihan.
Teori diharapkan hanya 20-30% saja.

Sub Pokok Bahasan : Pengertian Fasilitasi


Waktu : 15 menit

1. 3 PERAN Utama:
a. Pelatih
b. Fasilitator
c. Coach/Mentor.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar I 9
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun Kerjasama Tim

2. Diskusikan kemampuan apa saja yang dibutuhkan selagi memainkan peran


yang berbeda.
3. Fokus: 3 KETRAMPILAN Utama fasilitasi → Tanya – Kata kunci – Peta (TKP)

Sub Pokok Bahasan : Bertanya Fasilitatif


Waktu : 10 menit

1. Tanyakan: Mengapa fasilitator menggunakan pertanyaan dalam memimpin


proses belajar? Apa kekuatan dari pertanyaan?
2. Sampaikan bahwa kemampuan bertanya-mendengarkan adalah 1 set
ketrampilan yang paling utama dari seorang fasilitator.

Ajak peserta memperhatikan dialog berikut:

Dialog 1
A: Bagaimana kondisi rata-rata kesehatan ibu dan anak di kecamatan ini ya?
B: Yang lumayanlah pak.
A: Lumayan tu maksudnya apa bu? Masa lumayan? Ibu ini punya jawaban ngga?
B: - - - - - - oh - - - - - -

Tanyakan, kira-kira bagaimana perasaan B? Jadi, bagaimana sebaiknya? Bukankah


A tetap bertanya?

Dialog 2
A: Bagaimana kondisi rata-rata kesehatan ibu dan anak di kecamatan ini ya?
B: Yang lumayanlah pak.
A: Waktu ibu mengatakan “lumayan”, apakah ada angka tertentu bu?
B: Wah memang belum pernah dengar ada angka indikasi-indikasi sih pak
A: Jadi belum pernah ada studi untuk kesehatan ibu-anak ya bu?
B: Belum pak
A: Baik. Tapi ibu apakah pernah memperhatikan berapa keluarga yang masih
membutuhkan banyak bantuan kesehatan karena kondisi ekonominya?
B: Yah bisa dilihat sih pak. Kan kalau di kampung sudah bisa ketahuan berapa
keluarga yang masih butuh bantuan
A: Dari pengamatan ibu, berapa banyak yang berada di tingkat miskin yang ada ibu
hamilnya?
B: ………..

Tanyakan, kira-kira bagaimana perasaan B? Apakah akan terjadi dialog? Apa


bedanya pertanyaan Dialog 1 jika dibandingkan dengan Dialog 2?

Diskusikan: Ciri-ciri pertanyaan fasilitatif seperti apa?


Bagaimana kita melatih pola bertanya seperti ini?

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
10

Beritahukan: nanti kita akan berlatih menggunakan metode Problem Restatement


untuk berlatih bertanya.

Sub Pokok Bahasan : Teknik-teknik Menangkap Kata Kunci


Waktu : 20 menit

1. Sampaikan, ada tiga teknik mendengarkan dan menangkap Kata Kunci:


a. Mendengarkan aktif,
b. Paraphrase dan
c. Menangkap kata kunci

Dasar ketiga teknik itu sama, yaitu:


— Tidak berprasangka. Jangan seolah-olah tahu jawaban atau cerita orang
lain sebelum orang itu menyampaikannya. Karena belum tentu apa yang kita
pikirkan sama dengan apa yang sebenarnya terjadi.
— Temukan dan tangkap tema utama yang diutarakan. Orang berbicara
membawa suatu tema (apa yang dia ingin sampaikan: rasa khawatir,
semangat, harapan, ingin tahu dll.)

2. Peragakan. Gunakan Dialog 2 diatas sebagai dasar.

A: Bagaimana kondisi rata-rata kesehatan ibu dan anak di kecamatan ini ya?
B: Yang lumayanlah pak.
A: Waktu ibu mengatakan “lumayan”, apakah ada angka tertentu bu?
B: Wah memang belum pernah dengar ada angka indikasi-indikasi sih pak
A: Jadi belum pernah ada studi untuk kesehatan ibu-anak ya bu?
B: Belum pak
A: Baik. Tapi ibu apakah pernah memperhatikan berapa keluarga yang masih
membutuhkan banyak bantuan kesehatan karena kondisi ekonominya?
B: Yah bisa dilihat sih pak. Kan kalau di kampung sudah bisa ketahuan berapa
keluarga yang masih butuh bantuan
A: Dari pengamatan ibu, berapa banyak yang berada di tingkat miskin yang ada ibu
hamilnya?

Tanyakan, kira-kira apakah B akan mulai memberikan angka tertentu?


Lanjutkan

A: Dari pengamatan ibu, berapa banyak yang berada di tingkat miskin yang ada ibu
hamilnya?
B: Kalau di 5 dusun di desa ini, ada sekitar 15 keluarga miskin pak. Nah yang
hamil….. kayanya ada 4.
A: Dari pengamatan ibu bagaimana kondisi kehamilan 4 orang ibu ini?
B: Aduh, terus terang suka ngga tega pak. Mereka sering dibantu sama tetangga,
tapi kan ngga bisa terus-terusan. Tapi gimana dong pak? Susah juga…

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar I 11
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun Kerjasama Tim

A: Apakah ada bantuan yang sudah dilakukan perangkat desa untuk 4 orang ibu
hamil itu?
B: Sudah pak. Kayanya bu bidan suka datang naik motor ke rumah mereka, periksa
kondisi kandungan. Mungkin juga ditemani ibu doula pak.

Tanyakan, apakah sudah mulai menemukan pola tema tertentu? Apakah kata
kuncinya? Bagaimana kita melanjutkan pertanyaan kita?

3. Tampilkan di kertas metacard tulisan “mendengarkan aktif”. Bahas singkat.

4. Tampilkan di kertas metacard tulisan “kata kunci”. Bahas singkat

5. Ajarkan sebentar metoda Problem Restatement untuk berlatih bertanya


fasilitatif dan menangkap kata kunci. Mulai gunakan metacards atau sticky
notes.

6. Minta peserta berkelompok 3 orang, dan mulai berlatih menggunakan metode


Problem Restatement. Gunakan kasus-kasus yang ada di lapangan, misalnya
penerapan ASI, makanan tidak sehat, susu formula, pola kesehatan keluarga
dengan asap rokok, dll.
1 orang menjadi fasilitator (bertanya dan menuliskan kata kunci). 1 orang
menjawab. 1 orang menjadi pengamat. Beri waktu 5 menit tanya-jawab, 2
menit masukan. Lakukan 3 ronde.

7. Sesudah selesai seluruh ronde, tanyakan: Apa yang dipelajari? Bagian mana kita
sudah baik melakukannya? Mana yang masih membutuhkan banyak latihan?

Sub Pokok Bahasan : Menggunakan Kartu Metacards & Kertas Flipchart


dalam PETA
Waktu : 20 menit

1. Fasilitator menunjukkan contoh penulisan di kartu Metacards. Gunakan satu


kartu metacard, isi tulisan sesuai besaran kartu ini, di tengah kartu. Sampaikan
bahwa metacard dapat digunakan untuk menangkap kata kunci. Satu kartu
untuk satu kata kunci. Tulisan singkat dan besar sehingga bisa dilihat oleh
peserta di forum. Ditempelkan sendiri oleh penulis secara invidual (satu kartu
tidak menempel dengan kartu lain).
2. Berikan 4-6 kartu metacard pada setiap peserta. Berikan tugas dengan
pertanyaan: apa yang perlu dilakukan agar orang tua atau pengasuh anak mau
membiasakan makanan bergizi pada anaknya? Minta peserta menuliskan pada
metacard. Berikan waktu 1 menit.
3. Fasilitator perlu mempertimbangkan waktu yang tersedia untuk mengolah kartu
metacard. Minta agar semua kartu ditempel peserta di satu sisi dinding secara
acak. Minta para peserta mulai mengelompokkan jawaban. Gunakan metode

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
12

clustering untuk mengelompokkan kartu. Minta 1 orang menuliskan “judul/


kategori” cluster pemikiran mereka.

4. Fasilitator meminta kelompok memberi informasi cluster jawaban mereka.

5. Selagi peserta berdiskusi, fasilitator menempelkan isolasi kertas memanjang


di dinding. Di sisi paling Kiri, tulis di metacard: “Sulit”, dan di paling Kanan
“Sangat Mudah”. Lalu fasilitator mengajak peserta berfokus pada kartu-kartu
kategori yang dibuat lalu tempelkan ke dinding dengan metode spektrum mulai
dari yang paling sulit untuk dilakukan sampai yang paling mudah. Bila waktu
memungkinkan, fasilitator dapat mengelola diskusi dalam kelompok untuk
membahas apa yang bisa dilatih kepada masyarakat dan mengapa sulit untuk
dilakukan.

6. Fasilitator menutup diskusi dengan mengulas proses yang dilalui.

Menggunakan Kertas Flipchart


1. Fasilitator sejumlah hal penting yang harus diperhatikan saat peserta
memanfaatkan kertas flipchart sebagai media untuk mempetakan ide dan hasil
diskusi, yaitu:
a. Gunakan kata-kata dari partisipan
b. Jangan menulis sambil mendengarkan, tapi menulis sambil bicara
(klarifikasi)
c. Tulis kata kunci saja
d. Selalu minta klarifikasi
e. Gunakan spidol gelap
f. Bila perlu, beri ornamen, warna-warnai sehingga menarik
g. Juduli kertas flipchart
h. Kertas flipchart ditempel di dinding sehingga terlihat
i. Nomori kertas flipchart
j. Mudah dilepas, tidak merusak kertas

2. Menunjukkan beragam contoh format penulisan di kertas flipchart dan


memberikan penjelasan singkat.

3. Fasiliator menyampaikan sejumlah contoh tips dalam menuliskan ide/


pendapat/ pengalaman peserta ke dalam kertas flipchart.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar I 13
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun Kerjasama Tim

Sub Pokok Bahasan : Permainan Yang Membelajarkan


Waktu : 20 menit (bila waktu tersedia)

1. Sampaikan bahwa permainan merupakan cara mudah (jalan pintas) untuk


membangun suasana. Permainan membuat orang mudah tertawa, dan tertawa
memudahkan orang belajar.

2. Sampaikan bahwa permainan yang kita maksud di bagian bina suasana ini
adalah yang berfungsi sebagai ice breaker atau pemecah kebekuan, energizing
atau penyegar atau penyemangat ataupun untuk membantu membahas
beberapa isu yang ada antara peserta.

3. Sampaikan bahwa fasilitator perlu menempatkan permainan sesuai kebutuhan.


Biasanya, awal pertemuan adalah untuk gerak lagu yang sederhana. Lalu,
di tengah untuk permainan konsentrasi atau kompetisi beregu dan bila
memungkinkan, diakhir dengan gerak lagu atau kompetisi beregu.

Penempatan dan jumlah perlu fleksibel mempertimbangkan waktu yang


tersedia (bila waktunya terbatas, pilih permainan yang singkat).

Ajak peserta untuk memperlajari bagaimana memainkan satu permainan


gerak dan lagu. Ingatkan, setiap permainan memerlukan cara pengenalan yang
berbeda. Peserta perlu mempelajarinya. Untuk permainan singkat, selesai
memainkan satu kali, kepemimpinan permainan harus didelegasikan pada
beberapa peserta.

4. Ulas bagaimana rumusan penyusunan permainan gerak dan lagu. Unsurnya


adalah
a. Gerak dan lagu (tentu saja)
b. Mudah diikuti (untuk lagu, sekali diperdengarkan sudah dapat diikuti
misalnya dengan lagu yang sudah dikenal)
c. Ada unsur kejutan (yang membuat peserta tersenyum atau tertawa)
d. Waktu tidak lama
5. Ajak pula peserta memainkan satu permainan konsentrasi singkat.
6. Fasilitator mencontohkan sejumlah permainan dan selanjutnya, permainan-
permainan akan dipelajari sepanjang pelatihan. Sampaikan bahwa peserta
mendapat buku kumpulan permainan untuk membantu mengaplikasikan
permainan nantinya.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
14

Sub Pokok Bahasan : Kesimpulan dan Pembelajaran


Waktu : 10 menit

1. Minta peserta menuliskan 1 hal yang paling dipelajari selama 80 menit pada
sebuah metacard. Di balik kertas yang sama, minta mereka menuliskan apa
yang akan mereka lakukan selanjutnya (what next).
2. Minta mereka bergabung dalam kelompok ber-3. Dalam waktu 3 menit, minta
mereka bercerita pembelajaran mereka (artinya 1 menit per orang). Ajak mereka
untuk bercerita secara singkat dan jelas. Hanya ceritakan “PEMBELAJARAN”
saja.
3. Sesudah 3 menit selesai, ajak seluruh peserta berdiri, dengan cepat minta
mereka membacakan what next mereka masing-masing.
4. Fasilitator dengan cepat merangkum 3 next step yang paling sering diucapkan,
dan menutup sesi belajar hari ini.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar I 15
Teknik Fasilitasi Untuk Membangun Kerjasama Tim

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
28

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
17

Sesi Pengantar II
Bersama-Sama Memahami Stunting
Dan Bangun Visi Bersama

A. Pengantar Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan
gizi kronis, stimulasi psikosial serta paparan infeksi berulang terutama pada 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK)1. Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi
pada 1000 HPK dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik, meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit, dan mengancam perkembangan kognitif yang akan
berpengaruh pada tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas anak di masa
dewasanya. Bahkan, stunting dan masalah gizi lainnya diperkirakan berkontribusi
pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.2

Penurunan prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa


stunting merupakan salah satu masalah gizi yang serius pada balita di Indonesia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan prevalensi stunting
pada balita 35,6% dan pada 2018 menurun mencapai 30,8%. Penyebab stunting
yang multi faktor menjadi tantangan dalam penurunan prevalensi stunting. Oleh
karena itu, masalah stunting perlu dilakukan oleh multi sektor dengan melalui
intervensi terintegrasi baik intervensi spesifik maupun sensitif mulai di tingkat
pusat, daerah dan desa/kelurahan.

Pemahaman yang memadai tentang masalah stunting menjadi kunci awal yang
memudahkan pemahaman tentang pentingnya intervensi multi sektor yang
terintegrasi. Karena itu, sebelum memulai pembahasan mengenai 8 Aksi Integrasi,
partisipan perlu dipastikan telah memiliki pemahaman yang memadai tentang
masalah stunting. Selain peserta yang memiliki latar belakang gizi atau kesehatan,
isu stunting mungkin tidak mudah dipahami. Karena itu, perlu penjelasan yang
akurat dan mudah dipahami sehingga muncul kesepahaman mengenai pentingnya
percepatan penurunan stunting secara terintegrasi dan terciptanya visi bersama.

1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2
Galasso and Wagstaff (2017). The Economic Costs of Stunting and How to Reduce Them. Policy
Research Note, World Bank Group, Development Economics. Diakses dari: http://pubdocs.worldbank.
org/en/536661487971403516/PRN05-March2017- Economic-Costs-of-Stunting.pdf

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
18

B. TUJUAN 1. Peserta dapat menjelaskan pengertian stunting, penyebab dan dampaknya


PEMBELAJARAN 2. Peserta dapat menjelaskan kelompok sasaran intervensi stunting
3. Peserta dapat menjelaskan intervensi gizi terintegrasi untuk percepatan
penurunan prevalensi stunting.

C. METODE Durasi : 1 Jam Pembelajaran (45 menit)


Metode : Ceramah dan tanya jawab
Alat & Bahan : Paparan presentasi, multimedia (video)

D. LANGKAH Langkah 1 – Paparan dari Ahli mengenai Stunting dan Intervensi Gizi Terintegrasi
Kisi-kisi paparan (dapat dikembangkan sesuai dengan keahlian pemateri dan
perkembangan keilmuan terkini)

1. Definisi, penyebab dan dampak Stunting mengacu kepada Strategi Komunikasi


Perubahan Perilaku Kementerian Kesehatan RI3, “The Conceptual Framework
of the Determinants of Child Undernutrition”4, “The Underlying Drivers of
Malnutrition”5.
2. Gambaran permasalahan stunting (epidemiologi dan beban penyakit) di tingkat
makro (nasional, dan provinsi) dan gambaran klinis, sosial, serta psikologis di
tingkat individu.
3. Bottleneck (permasalahan kunci) dalam upaya penurunan prevalensi stunting
di Indonesia.
4. Konsep dan contoh praktik baik intervensi gizi terintegrasi untuk percepatan
penurunan prevalensi stunting.
5. Intervensi tepat sasaran untuk meningkatkan daya ungkit upaya percepatan
penurunan stunting.

Langkah 2 – Tanya Jawab dan Kesimpulan


Tanya jawab dari peserta kepada pemateri dipandu oleh moderator dari tim
pelatih. Selanjutnya moderator dapat menyimpulkan materi dengan beberapa cara
yaitu: menyampaikan rangkuman kisi-kisi paparan, mengkonfirmasi pemahaman
kepada peserta, tebak gambar The Conceptual Framework of the Determinants of
Child Undernutrition

Langkah 3 – Pemutaran Video Mengenai Stunting dan Upaya Pencegahannya


(jika waktu masih tersedia)

3
Kementerian Kesehatan. (2018). Pedoman Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam Percepatan
Pencegahan Stunting di Indonesia
4
UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Imperative for Global Progress. UNICEF:
New York.
5
International Food Policy Research Institute. (2016). From Promise to Impact Ending malnutrition by
2030. IFPRI: Washington DC.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar II 19
Bersama-Sama Memahami Stunting Dan Bangun Visi Bersama

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
32

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
21

Sesi Pengantar III


Bersama-Sama Pahami Kebijakan
Percepatan Penurunan Stunting

A. Pengantar Masalah stunting merupakan masalah yang serius di Indonesia karena prevalensi
stunting anak balita di Indonesia masih terbilang tinggi, yaitu 30,8%. Pemerintah
telah berkomitmen untuk melakukan percepatan penurunan stunting dan ini
tercermin dalam RPJMN 2020-2024, yang menargetkan penurunan prevalensi
menjadi 14% pada tahun 2024. Untuk itu, pemerintah mengeluarkan Strategi
Nasional Percepatan Penurun Stunting sebagai panduan berbagai pihak
berkontribusi sesuai peran masing-masing.

Percepatan penurunan stunting memerlukan intervensi spesifik dan sensitif yang


dilaksanakan dengan dukungan multisektor. Peran kabupaten/kota strategis
di dalam upaya untuk memastikan intervensi spesifik dan sensitif dilaksanakan
secara terkoordinasi, terintegrasi dan konvergen di lokasi dan pada sasaran yang
sama. Untuk itu, setiap kabupaten/kota di Indonesia perlu menerapkan kebijakan
percepatan penurunan stunting dengan melaksanakan 8 Aksi Integrasi Intervensi
Penurunan Stunting sesuai pedoman dan petunjuk yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

B. TUJUAN 1. Peserta dapat memahami besar dan luasnya kecenderungan masalah stunting
PEMBELAJARAN serta di Indonesia
2. Peserta dapat memahami kebijakan dan strategi nasional dalam percepatan
penurunan stunting
3. Peserta dapat memahami peran daerah dalam penguatan koordinasi, integrasi
dan konvergensi percepatan penurunan stunting

C. METODE Durasi : 1 Jam Pembelajaran (45 menit)


Metode : Ceramah dan tanya jawab
Alat & Bahan : Paparan presentasi, multimedia (video)

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
22

D. LANGKAH Langkah 1 – Paparan dari Ahli mengenai Stunting dan Intervensi Gizi Terintegrasi
Kisi-kisi paparan (dapat dikembangkan sesuai dengan keahlian pemateri dan
perkembangan kebijakan terkini)
1. Permasalahan stunting di Indonesia dan dampak terhadap kualitas sumber
daya manusia

2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam Percepatan Penurunan Stunting


— Visi Misi Presiden terkait penurunan stunting
— Peraturan Presiden tentang Percepatan Penurunan Stunting
— Percepatan Penurunan Stunting dalam RPJMN 2020-2024

3. Pendekatan multisektor dalam percepatan penurunan stunting di pusat, daerah


dan desa

4. Peningkatan efektivitas intervensi gizi terintegrasi dalam percepatan penurunan


stunting
— Pemilihan kabupaten/kota lokasi fokus oleh pemerintah pusat
— Pemilihan desa/kelurahan lokasi fokus oleh pemerintah kabupaten/kota
— Penajaman intervensi spesifik dan sensitif

5. Peran Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota, dan Desa/Kelurahan

Langkah 2 – Tanya Jawab dan Kesimpulan


Tanya jawab dari peserta kepada pemateri dipandu oleh moderator dari tim pelatih.
Selanjutnya moderator dapat menyimpulkan materi dengan beberapa cara yaitu:
menyampaikan rangkuman kisi-kisi paparan dan mengkonfirmasi pemahaman
kepada peserta.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar III 23
Bersama-Sama Pahami Kebijakan Percepatan Penurunan Stunting

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
36

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
25

Sesi Pengantar IV
8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan
Stunting

A. Pengantar Penurunan stunting memerlukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang
direncanakan dan dilaksanakan secara integratif di mana semua sektor harus
berkoordinasi dan bersinergi menyasar rumah tangga sasaran yang sama, yaitu
1000 HPK, anak 24-59 bulan, remaja putri (rematri) dan calon pengantin (catin) di
wilayah fokus yang sama (Desa/ Kelurahan). Delapan aksi integrasi merupakan
instrumen dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang saling terkait yang digunakan
untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi-intervensi dalam penurunan
stunting. Delapan aksi integrasi terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

— Aksi 1 Analisis Situasi Program Penurunan Stunting


— Aksi 2 Penyusunan Rencana Kegiatan
— Aksi 3 Rembuk Stunting
— Aksi 4 Peraturan Bupati/Walikota tentang Kewenangan Desa
— Aksi 5 Pembinaan Kader Pembangunan Manusia
— Aksi 6 Sistem Manajemen Data Stunting
— Aksi 7 Pengukuran dan Publikasi Stunting
— Aksi 8 Reviu Kinerja Tahunan

Setiap aksi intervensi memiliki OPD menanggungjawabnya masing-masing.


Karena saling terkait, semua yang terlibat perlu memahami gambaran besar 8 aksi
integrasi, kerangka logis yang mendasarinya dan peran-peran masing-masing
OPD.

B. TUJUAN 1. Peserta dapat menjelaskan 8 aksi integrasi intervensi penurunan stunting dan
PEMBELAJARAN keterkaitan antar aksi
2. Peserta dapat menjelaskan peran dan fungsi penanggung jawab setiap aksi
dalam 8 aksi integrasi
3. Peserta dapat menjelaskan keterkaitan antar aksi

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
26

C. METODE Durasi : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)


Metode : Diskusi kelompok dan ceramah singkat
Alat & Bahan : Paparan presentasi, potongan gambar 8 aksi integrasi

Langkah 1 – Memahami 8 Aksi Integrasi (45 menit)


1. Fasilitator membagi forum dalam kelompok berisi sekitar 6-8 partisipan lalu
meminta kelompok menentukan ketua kelompok.
2. Fasilitator menyampaikan bahwa penurunan stunting membutuhkan intervensi
spesifik dan intervensi sensitif yang direncanakan dan dilaksanakan secara
integratif oleh semua sektor dengan berkoordinasi dan bersinergi menyasar
rumah tangga sasaran yang sama, yaitu 1000 HPK, anak 24 – 59 bulan, remaja
putri (rematri) dan calon pengantin (catin) di wilayah fokus yang sama (Desa/
Kelurahan).
3. Fasilitator menyampaikan bahwa dalam rangka integrasi intervensi dari
berbagai OPD, disusun instrumen 8 aksi integrasi. Aksi-aksi itu ditunjukkan
dalam potongan-potongan gambar yang tersedia di meja partisipan.
4. Fasilitator meminta partisipan melihat potongan-potongan gambar 8 aksi
integrasi intervensi penurunan stunting terintegrasi (dengan keterangan namun
tanpa nomor) dan meminta kelompok dengan dipandu ketua kelompok, dalam
waktu 15 menit, untuk:
a. Mendiskusikan contoh-contoh kegiatan yang berada dalam setiap potongan
gambar
b. Menyusun potongan-potongan gambar menjadi 8 aksi integrasi
c. Mengidentifikasi OPD-OPD yang bertanggung jawab untuk masing-masing
aksi
d. Mengidentifikasi keterkaitan antar aksi

Langkah 2 – Presentasi dan diskusi (15 menit)


Fasilitator memilih 2 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara
paralel. Masing-masing kelompok diberi waktu 4 menit. Kelompok lain berperan
sebagai penilai yang dapat bertanya untuk klarifikasi dan akhirnya menentukan
kelompok mana di antara dua kelompok itu yang menyampaikan hasil yang paling
akurat. Fasilitator memandu proses ini.

Langkah 3 – Paparan mengenai Rangkuman 8 Aksi (30 menit)


Kisi-kisi paparan
1. Gambaran umum mengenai Petunjuk Teknis Pedoman Pelaksanaan Intervensi
Penurunan Stunting Terintegrasi
2. Lingkaran 8 Aksi dan penanggung jawabnya
3. Timeline 8 Aksi yang disandingkan dengan agenda perencanaan dan
penganggaran daerah
4. Output yang dihasilkan dari masing-masing Aksi
5. Keterkaitan antar aksi

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
Sesi Pengantar IV 27
8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting

Aksi #1
Identifikasi sebaran stunting,
ketersediaan program dan
kendala dalam pelaksanaan
integrasi intervensi gizi
Aksi #8 Aksi #2
Melakukan reviu kinerja Menyusun rencana
pelaksanaan program kegiatan untuk
dan kegiatan terkait meningkatkan
penurunan stunting pelaksanaan integrasi
selama satu tahun intervensi gizi
terakhir

Aksi #3
Aksi #7
Menyelenggarakan
Melakukan pengukuran
Rembuk Stunting
pertumbuhan dan
tingkat Kabupaten/
perkembangan anak
Kota
balita dan memanfaatkan
data stunting di
Kabupaten/Kota

Aksi #6 Aksi #4
Meningkatkan sistem Memberikan kepastian
pengelolaan data hukum bagi desa
stunting dan cakupan untuk menjalankan
intervensi di tingkat peran dan kewenangan
Kabupaten/Kota desa dalam intervensi
Aksi #5 gizi terintegrasi
Memastikan tersedianya
dan berfungsinya
kader yang membantu
Pemerintah Desa dalam
pelaksanaan intervensi
gizi terintegrasi di
tingkat desa

Gambar 1. Kegiatan Kunci Pada 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten/Kota

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
AKSI INTEGRASI 1:
ANALISIS SITUASI
PROGRAM
PENURUNAN
STUNTING
30

A. TUJUAN Peserta mampu melakukan analisis situasi masalah stunting dan menyusun 4
PEMBELAJARAN rekomendasi sebagai berikut:
— Daftar desa/ kelurahan fokus
— Daftar program atau kegiatan prioritas
— Daftar sumber daya yang perlu disiapkan
— Penganggaran: alokasi atau realokasi

B. TUJUAN Peserta mampu melakukan empat analisis sebagai berikut:


PEMBELAJARAN 1. Analisis sebaran masalah stunting
KHUSUS 2. Analisis ketersediaan program dan kesenjangan cakupan layanan
3. Analisis penyampaian layanan pada sasaran (1000 Hari Pertama Kehidupan
yaitu ibu hamil dan anak 0-23 bulan, ibu menyusui, anak 24-59 bulan, remaja
putri, dan calon pengantin)
4. Analisis kebutuhan penguatan koordinasi antar program dan antar
kabupaten kota dengan kecamatan dan desa

C. METODE Durasi : 9 JPL (405 menit)


Metode : Ceramah singkat, diskusi kelompok dan simulasi
Alat & Bahan : Paparan presentasi, Lembar kerja

D. LANGKAH Langkah 1: Pengantar Analisis Situasi

1. Sampaikan, ada beragam cara yang bisa kita lakukan untuk menentukan lokasi
dan kegiatan prioritas. Ajak peserta menyampaikan bagaimana praktik yang
lazim dilakukan di daerah untuk menentukan lokasi prioritas program (desa/
kelurahan) dan kegiatan-kegiatan prioritas?

Tekankan bahwa latihan ini adalah tentang praktik yang biasa dilakukan dan
bukan teori atau ideal. Secara umum dan bukan masalah stunting. Minta
peserta menuliskan pengalamannya di kartu metaplan.

2. Fasilitator mengajak peserta mengelompokkan dan membahas kartu-kartu


yang terkumpul.
Tanyakan kekurangan dan kelebihan dari pendekatan pemilihan lokasi dan
kegiatan prioritas yang ada.

3. Fasilitator menyampaikan bahwa model penyusunan daftar lokasi fokus (desa/


kelurahan) dan program atau kegiatan prioritas dalam 8 Aksi Integrasi akan
didasarkan pada hasil analisis situasi, khususnya 4 analisis sebagai berikut:
1. Analisis sebaran masalah stunting;
2. Analisis ketersediaan program dan kesenjangan cakupan layanan;
3. Analisis penyampaian layanan pada sasaran (1000 HPK yaitu ibu hamil
dan anak 0-23 bulan), ibu menyusui, anak 24-59 bulan, remaja putri, dan
calon pengantin); dan

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 31
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

4. Analisis kebutuhan penguatan koordinasi antar program dan antar


kabupaten/kota dengan kecamatan dan desa/kelurahan.
Keempat analisis itu akan menghasilkan 4 (empat) rekomendasi sebagai berikut:
1. Daftar desa/kelurahan yang direkomendasikan menjadi fokus percepatan
penurunan stunting;
2. Daftar layanan/kegiatan prioritas yang perlu dilakukan;
3. Daftar sumber daya yang perlu disiapkan;

4. Fasilitator menyampaikan analisis sebaran masalah stunting akan menghasilkan


rekomendasi desa atau kelurahan fokus. Sementara, tiga analisis lainnya
menghasilkan rekomendasi daftar program/ kegiatan prioritas, daftar sumber
daya yang perlu disiapkan serta penganggaran (alokasi atau realokasi).

5. Sampaikan bahwa latihan akan menggunakan instrumen matriks excel.

6. Sampaikan bahwa mekanisme dan instrumen dalam analisis situasi merupakan


saran/rekomendasi sehingga dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan di daerah.

Langkah 2: Analisis Sebaran

1. Sampaikan bahwa kita akan bersama-sama belajar analisis sebaran masalah


stunting yang hasilnya adalah rekomendasi penentuan desa atau kelurahan
fokus.
2. Sampaikan cara perhitungan prevalensi stunting meliputi definisi operasional
dan cara perhitungannya.

Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan


Prevalensi Persentase anak Jumlah balita stunting tahun N
Balita balita Stunting x 100%
Jumlah balita di tahun N
Stunting terhadap semua anak
balita dalam kurun
waktu yang sama

3. Sampaikan prinsip pemilihan desa/kelurahan fokus


— Sejumlah desa atau kelurahan perlu dipilih sebagai lokasi fokus secara
bertahap dalam suatu periode karena sumber daya terbatas.
— Desa-desa atau kelurahan-kelurahan yang terpilih harus signifikan
menurunkan angka prevalensi stunting di kabupaten kota.
— Desa/kelurahan yang terpilih tahun ini akan menjadi daerah fokus pada tahun
berikutnya sampai masalahnya tuntas dan untuk menuntaskan stunting tidak
mungkin hanya dalam waktu 1-2 tahun dan perlu ada intervensi-intervensi
untuk mencegah kasus stunting terjadi lagi.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
32

4. Sampaikan kita membutuhkan informasi mengenai jumlah kasus stunting anak


balita (bawah lima tahun) per desa/kelurahan.
(1) Rekapitulasi Data Stunting Per Desa/Kelurahan (Dinas Kesehatan)
— Yang ideal adalah jumlah kasus stunting anak balita per desa/kelurahan
hasil surveilans gizi atau hasil pengukuran pada Bulan Penimbangan
Balita (Februari dan Agustus). Diutamakan data 6 bulan terakhir atau
satu tahun terakhir bila tidak tersedia, atau
— Data stunting dari kegiatan lain yang telah divalidasi Dinas Kesehatan.

(2) Pengumpulan Data Stunting Per Desa/Kelurahan Dari Puskesmas
— Bila data pada nomor (1) tidak tersedia, ajak Puskesmas berkumpul untuk
menginformasikan jumlah kasus stunting di desa/kelurahan wilayah
kerja masing-masing.
— Bila data jumlah kasus stunting tidak tersedia per desa/kelurahan, opsi
terakhir adalah menggunakan data intermediate outcomes yang tersedia
paling lengkap untuk semua desa/kelurahan antara lain: jumlah ibu hamil
kurang energi kronis, jumlah ibu hamil anemia, jumlah balita gizi buruk,
atau jumlah kasus diare pada balita. Gunakan pendekatan yang sama
yaitu dengan mengurutkan desa/kelurahan berdasarkan jumlah yang
tertinggi.
— Tekankan bahwa prioritas utama kabupaten/kota adalah melengkapi
data stunting per desa/kelurahan untuk melakukan analisis situasi yang
akurat. Oleh karena itu, Aksi #1 akan sangat terkait dengan Aksi #6 dan
Aksi #7.

5. Minta peserta memasukkan data jumlah kasus stunting anak balita atau yang
tersedia per desa/kelurahan dalam Lembar Kerja 1 (LK #1). Minta mereka
mengurutkan (sort) berdasarkan jumlah kasus dan desa/kelurahan dengan
jumlah kasus tertinggi berada di atas.
— Sebagai alat bantu, pada matriks excel wilayah dengan jumlah kasus di
atas cut-off point (angka rata-rata jumlah kasus seluruh desa/kelurahan
ditambah 50% dari rata-rata tersebut) ditandai dengan warna merah.
Sementara wilayah dengan jumlah kasus di antara angka rata-rata jumlah
kasus seluruh desa/kelurahan dan cut-off point, ditandai dengan warna
oranye.

6. Sampaikan bahwa desa/kelurahan dengan jumlah kasus stunting terbanyak


merupakan prioritas. Karena penurunan jumlah kasus pada wilayah-wilayah ini
akan signifikan dalam menurunkan prevalensi stunting.

7. Seberapa banyak desa/kelurahan yang direkomendasikan sebagai lokasi fokus


akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 33
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

— Ajak peserta melihat kembali prinsip-prinsip pemilihan desa/kelurahan


fokus, khususnya: pemilihan desa/kelurahan signifikan menurunkan stunting
di tingkat kabupaten kota dan pada tahun 2024 program penurunan stunting
diharapkan secara bertahap telah mencakup semua desa/kelurahan.
— Peserta jangan menentukan jumlah desa/kelurahan yang terlalu sedikit
sehingga akan menyulitkan pencapaian target akhir (semua desa/kelurahan
tercakup di tahun 2024). Namun, sebaliknya, jangan menentukan jumlah
yang terlampau banyak, yang kurang memungkinkan untuk dikerjakan.

8. Lokasi desa/kelurahan fokus yang terpilih pada tahun sebelumnya, jika masalah
stunting nya masih tinggi maka direkomendasikan untuk dipilih kembali
menjadi lokasi fokus pada tahun berikutnya.

Langkah 3: Analisis Ketersediaan Program Dan Kesenjangan Cakupan Layanan

1. Sampaikan bahwa dalam langkah 3 kita akan melakukan dua analisis, yaitu:
a. Pemetaan ketersediaan layanan di desa/kelurahan dan setelah itu,
b. Identifikasi kesenjangan cakupan layanan intervensi spesifik maupun
sensitif.

Hasil dari dua analisis itu adalah 4 rekomendasi sebagai berikut.


a. Lokasi fokus intervensi
b. Prioritas program/kegiatan
c. Prioritas jenis sumber daya
d. Penganggaran: alokasi atau realokasi

2. Sampaikan data yang dibutuhkan untuk melakukan dua analisis di atas adalah
data di tingkat desa/kelurahan berkenaan dengan:
a. Data program/kegiatan dan jenis layanan (intervensi spesifik dan sensitif)
b. Data cakupan layanan (intervensi spesifik dan sensitif)
c. Data sumber daya penyelenggaraan layanan

Ketersediaan Program
3. Minta peserta untuk mengidentifikasi program dan kegiatan terkait layanan
intervensi spesifik dan sensitif yang dilaksanakan sampai dengan tingkat desa/
kelurahan menggunakan LK #2.
— Identifikasi program/kegiatan pada Renja OPD tahun berjalan yang terkait
dengan layanan intervensi spesifik (sektor kesehatan) dan sensitif (air minum,
sanitasi, bantuan sosial pangan, edukasi, jaminan kesehatan, bantuan tunai
bersyarat, dst).
— Identifikasi jenis layanan yang diberikan dalam program/kegiatan tersebut
sampai dengan tingkat desa/kelurahan.
— Identifikasi daftar desa/kelurahan lokasi kegiatan dari kegiatan tersebut.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
34

4. Minta peserta amati LK #1. Ajak peserta isi kolom ketersediaan layanan (Kolom
Ada/Tidaknya Layanan) per jenis layanan (8 intervensi spesifik dan 9 intervensi
sensitif)6. Gunakan informasi pada LK #2 di poin 3 sebagai rujukan untuk
memetakan ketersediaan layanan di tingkat desa/kelurahan.
— Isi dengan angka “1” bila pada desa/kelurahan tersebut terdapat program/
layanan dan “0” bila layanan tidak tersedia.
— Jenis layanan untuk setiap indikator secara umum dapat dilihat pada Tabel
2 di bawah ini sebagai rujukan. Nomenklatur Nomenklatur program/kegiatan
dan jenis layanan ini akan sangat tergantung kondisi di setiap daerah.

Tabel 2. Jenis Layanan Intervensi Percepatan Penurunan Stunting pada Tiap Indikator

No Indikator Jenis Layanan Yang Mungkin Ada di Daerah

Intervensi Spesifik

1 % Ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronik) — Distribusi pemberian makanan tambahan
mengonsumsi tambahan asupan gizi sesuai (PMT) pabrikan
standar — Penyediaan pemberian makanan tambahan
(PMT) lokal

2 % Ibu hamil mengonsumsi Tablet Tambah Darah Pemberian TTD saat kehamilan
(TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan

3 % Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu — Konseling menyusui di puskesmas
ibu (ASI) eksklusif — Edukasi mengenai ASI eksklusif di Posyandu

4 % Anak baduta (bawah dua tahun) yang Pelatihan pemberian makan bayi dan anak
mengonsumsi MP-ASI (Makanan Pendamping (PMBA)
ASI) sesuai rekomendasi

5 % Anak balita (bawah lima tahun) gizi buruk yang Tata laksana balita gizi buruk di puskesmas
mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk — Rumah gizi (theurapetic feeding center)

6 % Anak balita (bawah lima tahun) yang Kegiatan penimbangan balita di posyandu
dipantaupertumbuhan dan perkembangannya
setiap bulan

7 % Anak balita (bawah lima tahun) kurus yang — Distribusi pemberian makanan tambahan
mengonsumsi tambahan asupan gizi sesuai (PMT) pabrikan
standar — Penyediaan pemberian makanan tambahan
(PMT) lokal

8 % Posyandu yang memiliki cakupan pemantauan


tumbuh kembang di atas 80%

6
Dengan mempertimbangkan situasi permasalahan yang berbeda, daerah dapat menganalisis lebih
dari dari layanan yang dijelaskan di dalam modul.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 35
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

Intervensi Sensitif

1 % Sasaran prioritas*) yang mendapatkan akses air — Penyediaan air minum berbasis masyarakat
minum layak — Perluasan jaringan perpipaan
— Penyediaan sambungan rumah melalui dana
desa

2 % Sasaran prioritas yang mendapatkan akses — Penyediaan sarana sanitasi berbasis


sanitasi (air limbah domestik) yang layak masyarakat
— Program Jamban Sehat
— Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

3 % Sasaran prioritas dari keluarga miskin Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


mendapatkan akses Jaminan Kesehatan

4 % Ibu yang mendapatkan akses layanan KB Keluarga Berencana Pasca Persalinan (KB-PP)
(Keluarga Berencana) pasca persalinan

5 % Sasaran prioritas dari keluarga miskin dan Program Keluarga Harapan (PKH)
rentan yang memperoleh bantuan tunai bersyarat

6 % Target sasaran yang memiliki pemahaman yang — Diseminasi informasi publik tentang
baik tentang stunting pencegahan stunting
— Kelas pengasuhan di PAUD, BKB, atau
Posyandu
— Edukasi pencegahan stunting di sesi P2K2
Program PKH

7 % Sasaran prioritas keluarga miskin dan rentan Bantuan Pangan Non Tunai/Program Sembako
yang menerima bantuan sosial pangan

8 % Pasangan calon pengantin yang mendapatkan Bimbingan perkawinan pra nikah untuk calon
bimbingan pranikah dengan materi pencegahan pengantin
stunting

9 % Desa/ kelurahan ODF (Open Defecation Free) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Kesenjangan Cakupan Layanan


5. Sampaikan, setelah pemetaan ketersediaan program/layanan, sekarang kita
akan berusaha melihat pola kesenjangan cakupan layanan dengan mengisi
data cakupan layanan di LK #1 Kolom Cakupan untuk setiap desa.

6. Sebelumnya, sampaikan definisi operasional dan cara perhitungan masing-


masing cakupan layanan.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
36

Tabel 3. Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Cakupan Intervensi

Organisasi
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan Perangkat
Daerah (OPD)
Intervensi Spesifik

1 % Ibu hamil KEK % Ibu hamil Jumlah Ibu hamil KEK Dinas
(Kurang Energi KEK (Kurang mengonsumsi tambahan Kesehatan
Kronik) Energi Kronik) asupan gizi sesuai standar
mengonsumsi mengonsumsi X 100%
Jumlah bumil KEK di wilayah
tambahan asupan tambahan asupan
tersebut dalam kurun waktu
gizi sesuai gizi sesuai standar
satu tahun yang sama
standar terhadap semua
bumil KEK dalam
kurun waktu yang
sama

2 % Ibu hamil % Ibu hamil Jumlah ibu hamil Dinas


mengonsumsi mengonsumsi mengonsumsi Tablet Tambah Kesehatan
Tablet Tambah Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
Darah (TTD) Darah (TTD) selama masa kehamilan
minimal 90 tablet minimal 90 tablet X 100%
Jumlah ibu hamil di wilayah
selama masa selama masa
tersebut dalam kurun waktu
kehamilan kehamilan terhadap
satu tahun yang sama
semua ibu hamil
dalam kurun waktu
yang sama

3 % Bayi usia % Bayi usia kurang Jumlah bayi usia kurang dari 6 Dinas
kurang dari 6 dari 6 bulan bulan mendapat ASI eksklusif Kesehatan
bulan mendapat mendapat ASI X 100%
Jumlah bayi usia kurang dari 6
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif terhadap
bulan di wilayah tersebut
eksklusif semua bayi usia
dalam kurun waktu satu
kurang dari 6 bulan
tahun yang sama
dalam kurun waktu
yang sama

4 % Anak baduta % Anak baduta Jumlah anak baduta yang Dinas


(bawah dua (bawah dua mengonsumsi MP ASI sesuai Kesehatan
tahun) yang tahun) yang rekomendasi
mengonsumsi mengonsumsi X 100%
Jumlah anak baduta di
MP-ASI MP ASI (Makanan
wilayah tersebut dalam kurun
(Makanan Pendamping ASI)
waktu satu tahun yang sama
Pendamping sesuai rekomendasi
ASI) sesuai terhadap semua
rekomendasi Anak Baduta dalam
kurun waktu yang
sama

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 37
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

5 % Anak balita % Anak balita Jumlah anak balita yang Dinas


(bawah lima (bawah lima gizi buruk yang mendapat Kesehatan
tahun) tahun) gizi buruk pelayanan tata laksana
gizi buruk yang yang mendapat gizi buruk
mendapat pelayanan tata X 100%
Jumlah anak balita gizi buruk
pelayanan tata laksana gizi buruk
di wilayah tersebut dalam
laksana gizi terhadap semua
kurun waktu satu tahun
buruk anak Balita gizi
yang sama
buruk dalam kurun
waktu yang sama

6 % Anak balita % Anak balita Jumlah anak balita yang Dinas


(bawah lima (bawah lima dipantau pertumbuhan dan Kesehatan
tahun) yang tahun) yang perkembangannya setiap bulan
dipantau dipantau X 100%
Jumlah anak balita di wilayah
pertumbuhan dan pertumbuhan dan
tersebut dalam kurun waktu
perkembangan- perkembangan­
satu tahun yang sama
nya setiap bulan nya setiap bulan
perkembangan­ terhadap semua
nya setiap bulan anak balita dalam
kurun waktu
yang sama

7 % Anak balita % Anak balita Jumlah anak balita kurus yang Dinas
(bawah lima (bawah lima mengonsumsi tambahan Kesehatan
tahun) kurus yang tahun) kurus yang asupan gizi sesuai standar
mengonsumsi mengonsumsi X 100%
Jumlah anak balita kurus
tambahan asupan tambahan
di wilayah tersebut dalam kurun
gizi sesuai asupan gizi sesuai
waktu satu tahun yang sama
standar standar
terhadap semua
Anak Balita
yang kurus dalam
kurun waktu yang
sama

8 % Posyandu yang % Posyandu yang Jumlah Posyandu yang Dinas


memiliki cakupan memiliki cakupan memiliki cakupan Kesehatan
pemantauan pemantauan pemantauan tumbuh
tumbuh kembang tumbuh kembang di kembang di atas 80%
di atas 80% atas 80% terhadap X 100%
Jumlah Posyandu yang ada di
semua Posyandu
wilayah tersebut dalam kurun
dalam kurun
waktu satu tahun yang sama
waktu yang sama

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
38

Intervensi Sensitif

1 % Sasaran % sasaran prioritas Jumlah sasaran prioritas yang Dinas


prioritas*) yang yang mendapatkan mendapatkan akses air Pekerjaan
mendapatkan akses air minum minum layak Umum
akses air minum layak terhadap X 100%
Jumlah sasaran prioritas di
layak semua sasaran
wilayah tersebut dalam kurun
prioritas dalam
waktu satu tahun yang sama
kurun waktu yang
sama

2 % Sasaran % Sasaran prioritas Jumlah sasaran prioritas yang Dinas


prioritas yang yang mendapatkan mendapatkan akses akses Pekerjaan
mendapatkan akses sanitasi sanitasi layak Umum
akses sanitasi (air limbah X 100%
Jumlah sasaran prioritas di
(air limbah domestik) yang
wilayah tersebut dalam kurun
domestik) yang layak terhadap
waktu satu tahun yang sama
layak semua sasaran
prioritas dalam
kurun waktu yang
sama

3 % Sasaran % Sasaran prioritas Jumlah sasaran prioritas dari Dinas Sosial


prioritas dari dari keluarga miskin keluarga miskin mendapatkan
keluarga miskin mendapatkan akses akses Jaminan Kesehatan
X 100%
mendapat­kan Jaminan Kesehatan
Jumlah sasaran prioritas dari
akses terhadap semua
keluarga miskin di wilayah
Jaminan Sasaran prioritas
tersebut dalam kurun waktu
Kesehatan dari keluarga miskin
satu tahun yang sama
dalam kurun waktu
yang sama

4 % Ibu yang % Ibu yang Jumlah ibu yang mendapatkan Dinas Keluarga
mendapatkan mendapatkan akses layanan KB pasca Berencana
akses layanan KB akses layanan persalinan
(Keluarga KB (Keluarga X 100%
Jumlah ibu melahirkan di
Berencana) pasca Berencana) pasca
wilayah tersebut dalam kurun
persalinan persalinan terhadap
waktu satu tahun yang sama
semua ibu yang
melahirkan dalam
kurun waktu yang
sama

5 % sasaran % sasaran prioritas Jumlah sasaran prioritas dari Dinas Sosial


prioritas dari keluarga miskin keluarga miskin dan rentan
dari keluarga dan rentan yang yang memperoleh bantuan
miskin dan rentan memperoleh bantu- tunai bersyarat
yang memperoleh an tunai bersyarat X 100%
Jumlah sasaran prioritas dari
bantuan tunai terhadap semua
keluarga miskin di wilayah
bersyarat sasaran prioritas
tersebut dalam kurun waktu
dalam kurun waktu
satu tahun yang sama
yang sama

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 39
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

6 % Target sasaran % target sasaran Jumlah target sasaran yang Dinas


yang memiliki yang memiliki memiliki pemahaman yang Komunikasi
pemahaman yang pemahaman yang baik tentang stunting dan
X 100% Informatika
baik tentang baik tentang
Jumlah target sasaran
stunting stunting terhadap
wilayah tersebut dalam kurun
semua target
waktu satu tahun yang sama
sasaran dalam
kurun waktu
yang sama

7 % Sasaran % sasaran prioritas Jumlah sasaran prioritas Dinas Sosial


prioritas keluarga miskin dan keluarga miskin dan rentan
keluarga miskin rentan yang yang menerima bantuan
dan rentan yang menerima bantuan sosial pangan
menerima sosial pangan X 100%
Jumlah sasaran prioritas dari
bantuan sosial terhadap semua
keluarga miskin di wilayah
pangan sasaran prioritas
tersebut dalam kurun waktu
dalam kurun waktu
satu tahun yang sama
yang sama

8 % Pasangan % Pasangan calon Jumlah pasangan calon Kanwil Agama


calon pengantin yang pengantin yang mendapatkan
pengantin yang mendapatkan bimbingan pranikah dengan
mendapatkan bimbingan pranikah materi pencegahan stunting
bimbingan dengan materi X 100%
Jumlah pasangan calon
pranikah pencegahan
pengantin di wilayah tersebut
dengan materi stunting terhadap
dalam kurun waktu satu tahun
pencegahan semua pasangan
yang sama
stunting calon pengantin
dalam kurun waktu
yang sama

9 % Desa/ % Desa/ kelurahan Jumlah desa/kelurahan ODF Dinas


kelurahan ODF (Open X 100% Kesehatan
Jumlah seluruh
ODF (Open Defecation Free)
desa/kelurahan di wilayah
Defecation Free) terhadap semua
tersebut dalam kurun waktu
desa/kelurahan
satu tahun yang sama

Untuk pemetaan cakupan tingkat desa/kelurahan:


- 100% jika desa/kelurahan sudah ter verifikasi berstatus ODF
- 0 jika desa/kelurahan belum berstatus ODF

Keterangan :
*) Sasaran prioritas : Rumah tangga yang mempunyai anggota 1000 Hari Pertama Kehidupan (ibu hamil dan
anak 0-23 bulan), ibu menyusui, anak 24-59 bulan, remaja putri, dan calon pengantin

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
40

7. Sampaikan peserta dapat mengisi seluruh indikator yang disarankan sesuai


pada poin 6, kemudian lihat kelengkapan data yang ada. Kemudian untuk analisa
ketersediaan layanan gunakan indikator yang lengkap tersedia di seluruh desa.
— Untuk data yang belum lengkap, direkomendasikan ke dalam rencana
kegiatan (Aksi #2) dan sistem manajemen data (Aksi #6) untuk perbaikan
pengumpulan dan manajemen data, sehingga di tahun berikutnya analisis
situasi untuk kesenjangan layanan bisa menggunakan seluruh indikator.

8. Sampaikan, bila data hanya tersedia di tingkat Puskesmas atau kecamatan,


maka komunikasikan pada Penanggung Jawab Aksi #6 (Sistem Manajemen
Data Stunting) untuk memprioritaskan penyediaan data tingkat desa/kelurahan.
— Bila data Puskesmas atau kecamatan tidak tersedia, Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) penanggung jawab layanan harus memasukkan kegiatan
pengumpulan data dalam rencana kegiatan (Aksi #2).

9. Sebelum itu, ajak peserta memperhatikan 8 indikator spesifik dan 9 indikator


sensitif dalam Tabel 4. Rujukan Cakupan Indikator Layanan.

Sampaikan pada peserta bahwa sebagian definisi indikator yang tertera berbeda dengan yang
diketahui selama ini, semisal untuk indikator spesifik no 2 disebutkan % bumil mengonsumsi
Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Sebelumnya, indikator
yang berkenaan dengan TTD lebih menekankan aspek penerimaan TTD oleh ibu hamil. Karena itu,
peserta perlu cermat membaca definisi indikator-indikator utama.

Karena berbeda dengan sebelumnya, dapat dipahami bila sebagian peserta belum memiliki data
tingkat desa/kelurahan untuk semua 17 indikator.

Bila data di tingkat desa/kelurahan tidak tersedia maka di tulis sebagai N/A dan pastikan
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) penanggung jawab harus memasukkan pengumpulan data
tersebut dalam rencana kegiatan (Aksi 2) dan perbaikan ketersediaan data (Aksi 6).

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 41
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

Tabel 4. Rujukan Cakupan Indikator Layanan

No Indikator Target Penanggung


(2024) Jawab

Indikator Intervensi Spesifik

1 % Ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronik) mengonsumsi tambahan 90% Kementerian
asupan gizi sesuai standar Kesehatan

2 % Ibu hamil mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 90% Kementerian
tablet selama masa kehamilan Kesehatan

3 % Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif 80% Kementerian
Kesehatan

4 % Anak baduta (bawah dua tahun) yang mengonsumsi MP-ASI 80% Kementerian
(Makanan Pendamping ASI) sesuai rekomendasi Kesehatan

5 % Anak balita (bawah lima tahun) gizi buruk yang mendapat 90% Kementerian
pelayanan tata laksana gizi buruk Kesehatan

6 % Anak balita (bawah lima tahun) yang dipantau pertumbuhan dan 90% Kementerian
perkembangannya setiap bulan Kesehatan

7 % Anak balita (bawah lima tahun) kurus yang mengonsumsi 90% Kementerian
tambahan asupan gizi sesuai standar Kesehatan

8 % Posyandu yang memiliki cakupan pemantauan tumbuh 90% Kementerian


kembang di atas 80% Kesehatan

Indikator Intervensi Spesifik

1 % Sasaran prioritas yang mendapatkan akses air minum layak 90% KemenPUPR

2 % Sasaran prioritas yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah 90% KemenPUPR
domestik) yang layak

3 % Sasaran prioritas dari keluarga miskin mendapatkan akses 90% Kementerian


Jaminan Kesehatan Kesehatan

4 % Ibu yang mendapatkan akses layanan KB (Keluarga Berencana) 40% BKKBN


pasca persalinan

5 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan 10.000.000 Kementerian
tunai bersyarat Sosial

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
42

6 % Target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang 90% Kementerian
stunting Komunikasi dan
Informatika

7 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial 15.600.000 Kementerian
pangan Sosial

8 % Pasangan calon pengantin yang mendapatkan bimbingan 90% Kementerian


pranikah dengan materi pencegahan stunting Agama

9 % Desa/kelurahan ODF (Open Defecation Free) 90% Kementerian


Kesehatan

10. Sebagai alat bantu analisis, pada matriks excel wilayah dengan nilai cakupan di
bawah ini akan ditandai dengan warna-warna sebagai berikut:

Indikator dengan target 2024 sebesar 90%
— Cakupan > 90% atau tinggi (hijau)
— Cakupan di antara 60% – 89% atau moderat (kuning)
— Cakupan di antara 40% - 59% atau rendah (orange)
— Cakupan di bawah 40% atau sangat rendah (merah)

Indikator dengan target 2024 sebesar 80%


— Cakupan > 80% atau tinggi (hijau)
— Cakupan di antara 60% – 79% atau moderat (kuning)
— Cakupan di antara 40% - 59% atau rendah (oranye)
— Cakupan di bawah 40% atau sangat rendah (merah)

Indikator dengan target 2024 sebesar 40%


— Cakupan > 40% atau tinggi (hijau)
— Cakupan di antara 30% – 39% atau moderat (kuning)
— Cakupan di antara 20% - 29% atau rendah (oranye)
— Cakupan di bawah 20% atau sangat rendah (merah)

Indikator Desa/Kelurahan ODF


— 100% jika desa/kelurahan sudah ter verifikasi berstatus ODF (hijau)
— 0 jika desa/kelurahan belum berstatus ODF (merah)

11. Dari data cakupan layanan yang ada, perhatikan cakupan dari layanan-layanan
pada desa-desa dengan kasus stunting yang tinggi (kolom jumlah balita
stunting berwarna merah dan oranye).

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 43
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

12. Jika sebagian besar cakupan layanan rendah (berwarna merah dan oranye)
maka perlu mengidentifikasi upaya penyediaan layanan atau peningkatan
cakupan layanan.

13. Kasus lain jika angka stunting tinggi namun cakupannya baik (berwarna
hijau), maka perlu diidentifikasi mengenai peningkatan kualitas data stunting
(misalnya standar alat ukur, kapasitas petugas, kesalahan pencatatan/
perhitungan sasaran) dan/atau kualitas layanan intervensi spesifik dan
sensitif (misalnya kepatuhan (compliance) dan perubahan perilaku).

14. Jika ada desa/kelurahan dengan kasus stunting rendah namun cakupan layanan
juga rendah (oranye dan merah) maka perlu analisis lebih dalam mengenai
kualitas data stunting atau perlu dipertimbangkan untuk direkomendasikan
menjadi desa fokus sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus stunting
dengan mempertimbangkan kemampuan kabupaten/kota.

Pemilihan Desa Fokus


15. Berdasarkan analisis sebaran stunting, ketersediaan program/layanan dan
kesenjangan cakupan, maka direkomendasikan daftar desa/kelurahan fokus.
Identifikasi mana saja dari rekomendasi lokasi fokus tersebut yang akan
dikerjakan pada tahun berjalan dan diusulkan untuk perencanaan tahun
anggaran berikutnya.

16. Daftar desa/kelurahan lokasi fokus penurunan stunting selanjutnya akan


dituliskan dalam Form 1.1. Penilaian Kinerja Rekomendasi daftar lokasi
prioritas (fokus penanganan) yang akan disampaikan oleh kabupaten/kota ke
provinsi.

17. Sampaikan untuk membuat data dan daftar kriteria yang digunakan dalam
menentukan desa fokus. Informasi tersebut akan dituliskan dalam Form 1.2.
Penilaian Kinerja Data dan kriteria yang digunakan dalam prioritasi lokasi yang
akan ditangani pada tahun berjalan dan tahun rencana yang akan disampaikan
oleh kabupaten/kota ke provinsi.

Rekomendasi Intervensi
18. Sampaikan, umumnya layanan spesifik umumnya mencakup semua desa/
kelurahan (blanket approach), namun layanan sensitif biasanya menargetkan
desa/kelurahan tertentu.

19. Dari isian kolom “Ada/Tidaknya Layanan” pada LK #1, ajak peserta melihat
pola ketersediaan layanan di desa/kelurahan fokus dan di desa/kelurahan non
fokus. Ajak peserta menanggapi pertanyaan-pertanyaan berikut.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
44

Tabel 5. Opsi Perumusan Rekomendasi Program/Kegiatan Prioritas

Pertanyaan Rekomendasi

Apakah desa/kelurahan fokus Bila sudah, tidak perlu merelokasi layanan dari desa/kelurahan non
telah menerima semua layanan 8 fokus ke desa/kelurahan fokus.
intervensi spesifik dan 9 intervensi
sensitif? Bila belum, perhatikan pertanyaan selanjutnya.

Bila belum, apakah Opsi 1:


dimungkinkan untuk Bila iya, pertimbangkan untuk usulkan alokasi tambahan layanan
melakukan penambahan pada desa/kelurahan fokus di tahun berjalan melalui APBD
alokasi intervensi pada perubahan. Perlu identifikasi program, kegiatan dan sumber
desa/kelurahan fokus pada pendanaan yang akan diusulkan untuk perencanaan tahun anggaran
tahun berjalan? berjalan

Bila tidak, perhatikan pertanyaan selanjutnya.

Bila tidak, apakah ada Opsi 2:


desa/kelurahan di luar Jika terdapat keterbatasan sumber daya, diusulkan realokasi layanan dari
desa/kelurahan fokus (non desa/kelurahan non fokus ke desa/kelurahan fokus. Perlu identifikasi
fokus) yang menerima layanan program, kegiatan, target keluaran, target lokasi dan sumber pendanaan
8 intervensi spesifik dan 9 yang akan diusulkan untuk perencanaan tahun anggaran berjalan yang
intervensi sensitif yang tidak relevan untuk mengurangi kesenjangan layanan. Kemudian dicek apakah
diterima desa/kelurahan dapat dilakukan realokasi melalui proses APBD perubahan.
fokus?

Jika tidak dapat dialokasikan Opsi 3:


pada tahun berjalan maka ke Jika tidak bisa dialokasikan pada tahun anggaran berjalan, maka
Opsi 3. dialokasikan pada tahun anggaran selanjutnya. Perlu identifikasi
program, kegiatan dan sumber pendanaan yang akan diusulkan untuk
perencanaan tahun anggaran berikutnya
Perlu diperhatikan, tidak semua layanan bisa direlokasi. Perhatikan
karakteristik dan kriteria penentuan layanan.

20. Sampaikan bahwa peserta sudah mulai dapat mengidentifikasi program/


kegiatan prioritas, khususnya agar desa/kelurahan fokus dapat menerima
layanan-layanan yang diperlukan untuk penurunan angka stunting dan
pendanaannya (baik alokasi tambahan ataupun realokasi).

21. Sampaikan bahwa untuk keputusan final mengenai realokasi/alokasi, perlu


diperhatikan sumber pendanaan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Realokasi program tahun berjalan


a. Bappeda mengubah lokasi program yang didanai ABPN atau APBD provinsi

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 45
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

b. Bappeda merelokasi anggaran program/ kegiatan yang didanai APBD daerah


c. OPD merelokasi anggaran dan lokasi kegiatan

Usulan penambahan alokasi anggaran


a. Untuk pembiayaan bersumber APBN atau APBD provinsi, pemerintah
kabupaten/kota mengusulkan daerahnya dan desa/kelurahan fokus sebagai
lokasi program
b. Untuk pembiayaan bersumber APBD kabupaten/kota, pemerintah kabupaten/
kota memprioritaskan alokasi program prioritas pada rencana dan anggaran
tahun berikutnya
c. Untuk pembiayaan bersumber Dana Alokasi Khusus (DAK), pemerintah
kabupaten/kota mengusulkan menu kegiatan dan anggaran sesuai kebutuhan
dan sektornya serta memprioritaskan kegiatan pada desa/kelurahan fokus
d. Untuk pembiayaan bersumber dana desa, pemerintah kabupaten/kota
berkoordinasi dengan kecamatan mendorong kepala desa untuk memprioritaskan
pemanfaatan dana desa untuk program/kegiatan yang mendukung penurunan
stunting sesuai kewenangan, untuk mengisi kesenjangan anggaran pusat,
provinsi dan daerah.
e. Selain itu, pemerintah kabupaten/kota juga mengidentifikasi area kegiatan yang
dapat dikerjasamakan dengan pemangku kepentingan seperti dunia usaha,
perguruan tinggi dan organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, dan mitra
pembangunan.

Usulan alokasi program tahun berikutnya


a. Bappeda mengusulkan lokasi program yang didanai APBN, Dana Transfer
(DAK), APBD provinsi atau sumber pembiayaan lainnya (CSO, dunia usaha,
mitra pembangunan, Perguruan Tinggi) di desa/ kelurahan fokus
b. Bappeda mengalokasikan

22. Sampaikan bahwa, dengan demikian, selain karena layanannya tidak tersedia
(lihat no 4 di atas analisis ketersediaan layanan), program/kegiatan prioritas
dapat dimunculkan dari layanan yang cakupannya di bawah target. Gunakan
LK #2 untuk memulai inventarisasi program/kegiatan yang direkomendasikan.
Informasi tersebut selanjutnya akan dituliskan dalam Form 1.3 Penilaian
Kinerja Rekomendasi. Daftar intervensi yang memerlukan prioritas penanganan
dituliskan dalam form Form 1.5 Penilaian Kinerja Pemetaan. Selanjutnya,
program tahun berjalan yang relevan (sesuai) untuk mengurangi kesenjangan
layanan (intervensi yang cakupannya rendah) akan disampaikan oleh
pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Provinsi.

Sampaikan untuk membuat data dan daftar kriteria yang digunakan dalam
prioritasi intervensi untuk desa/kelurahan fokus yang akan ditangani pada
tahun berjalan dan tahun rencana Informasi tersebut akan dituliskan dalam
Form 1.4. Penilaian Kinerja yang akan disampaikan oleh kabupaten/kota ke
provinsi.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
46

LK #1
Lembar Kerja 1. Analisis Sebaran Masalah Stunting Serta Analisis Ketersediaan Program dan Kesenjangan Cakupan Layanan

Analisis Ketersediaan Program dan Kesenjangan Cakupan Layanan


Analisis Sebaran
Intervensi Spesifik

Ibu hamil KEK Ibu Hamil Bayi usia kurang dari Anak baduta (bawah
mengonsumsi mengonsumsi TTD 6 bulan mendapat dua tahun) yang
Stunting Intermediate Outcome
Desa/ tambahan asupan minimal 90 tablet ASI eksklusif mengonsumsi MP-ASI
No Kecamatan Puskesmas
Kelurahan gizi sesuai standar selama kehamilan sesuai rekomendasi

Jumlah Jumlah % Balita Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan
Balita Balita Stunting Bumil Bumil Balita Kasus Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%)
Stunting KEK Anemia Gizi Diare Layanan Layanan Layanan Layanan
(Pendek & Buruk pada
Sangat Balita
Pendek)

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


2

dst

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #1
Lanjutan-Lembar Kerja 1. Analisis…..(1)

Analisis Ketersediaan Program dan Kesenjangan Cakupan Layanan

Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif

Anak balita (bawah Anak balita (bawah Anak balita (bawah Posyandu yang Sasaran prioritas Sasaran prioritas Sasaran prioritas dari Ibu yang
lima tahun) gizi lima tahun) yang lima tahun) kurus memiliki cakupan yang mendapatkan yang mendapatkan keluarga miskin mendapatkan akses
Desa/ buruk yang dipantau yang mengonsumsi pemantauan tumbuh akses air minum layak akses sanitasi (air mendapatkan akses layanan KB (Keluarga
Kelurahan mendapat pertumbuhan dan tambahan asupan kembang di atas 80% limbah domestik) Jaminan Kesehatan Berencana) pasca
pelayanan tata perkembangannya gizi sesuai standar yang layak persalinan
laksana gizi buruk setiap bulan

Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan Ada/ Cakupan
Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%) Tidaknya (%)
Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
47
48

LK #1
Lanjutan-Lembar Kerja 1. Analisis…..(2)

Langkah 3. Analisis Ketersediaan Program dan Kesenjangan Cakupan Layanan

Intervensi Sensitif

Sasaran prioritas dari Sasaran prioritas keluarga Pasangan calon pengantin


Target sasaran yang memiliki
Desa/ keluarga miskin dan rentan miskin dan rentan yang yang mendapatkan bimbingan Status Desa Open Defecation
pemahaman yang baik Calon Lokasi Fokus
Kelurahan yang memperoleh bantuan menerima bantuan sosial pranikah dengan materi Free (ODF)
tentang stunting 0-bukan calon
tunai bersyarat pangan pencegahan stunting
1-prioritas
berikutnya
Ada/ Ada/ Ada/ Ada/ Ada/
2-prioritas utama
Tidaknya Cakupan (%) Tidaknya Cakupan (%) Tidaknya Cakupan (%) Tidaknya Cakupan (%) Tidaknya Cakupan (%)
Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #2
Lembar Kerja 2. Pemetaan Program dan Kegiatan Intervensi Spesifik dan Sensitif

No Nama Program/Kegiatan Indikator Keluaran Target Keluaran Alokasi OPD Pelaksana Jenis Layanan Lokasi Sasaran Kegiatan
Dalam Renja OPD Kegiatan Kegiatan Anggaran (Intervensi) (Daftar Desa/ Kelurahan)
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
49
50

Langkah 4: Analisis Penyampaian Layanan

1. Sampaikan bahwa selanjutnya kita akan menganalisis layanan-layanan


prioritas dari tiga aspek, yaitu:
a. Manajemen secara umum,
b. Manajemen intervensi perubahan perilaku, dan
c. Penyampaian layanan pada sasaran (seberapa jauh layanan telah menyasar
sasaran program percepatan penurunan stunting).

Dari tiga analisis di atas kita akan memperoleh rekomendasi upaya-upaya


untuk untuk perbaikan layanan.

2. Sampaikan bahwa untuk menganalisis penyampaian layanan idealnya


dibutuhkan data hasil pemantauan dan evaluasi, perbandingan rencana
dan realisasi program, umpan balik dari penerima manfaat, reviu pelaksana/
pengelola program serta pemangku kepentingan. Namun, karena acapkali tidak
tersedia, peserta dapat melakukan metode wawancara pada informan kunci
(pemegang atau pelaksana program untuk mengumpulkan informasi).

Manajemen secara umum

23.
Sampaikan bahwa untuk dapat menjalankan program/kegiatan yang
direkomendasikan, kita perlu memastikan sumber daya yang tersedia di desa/
kelurahan fokus sudah memadai. Yang dimaksud dengan sumber daya di sini
mencakup:
— SDM (Sumber Daya Manusia) Inti
— Infrastruktur
— Logistik

Identifikasi sumber daya yang belum memadai untuk menjalankan program/


kegiatan yang direkomendasikan di desa/kelurahan fokus. Buka kembali
matriks excel dan lakukan pemetaan ketersediaan sumber daya dengan
melengkapi kolom Analisis Penyampaian Layanan (Pemetaan Sumber Daya) di
LK #1 untuk setiap desa/kelurahan fokus.

24. Informasi hasil pemetaan ketersediaan sumber daya di lokasi fokus di atas
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kendala dalam manajemen layanan.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 51
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

Contoh Masalah SDM Inti: Kurangnya Pelatihan Guru PAUD

Kondisi SDM Inti bisa dilihat dari dua aspek, kecukupan jumlah dan yang tidak kalah penting,
kualitas/kapasitas. Semisal, untuk PAUD, sesuai dengan standar (Permendikbud No. 137
Tahun 2014) rasio dan jumlah Guru PAUD dapat digambarkan sebagai berikut:

1. PAUD anak didik usia sampai 2 tahun = 1: 4 (satu guru melayani maksimal 4 anak didik)
2. PAUD anak didik usia 2-4 tahun = 1: 8
3. PAUD anak didik usia 4-6 Tahun = 1:15

Jumlah yang sesuai dengan standar belum tentu menghasilkan layanan maksimal, karena
kualitas layanan terkait erat dengan kualitas SDM. Karenanya, kita pun harus melihat aspek
kualitas guru PAUD, yang salah satunya dapat diukur -secara tidak langsung- dengan jenisjenis
pelatihan yang pernah diikuti guru-guru.

Salah satu pelatihan yang sangat penting terkait peran PAUD dalam upaya percepatan
penurunan stunting adalah pelatihan berjenjang tingkat dasar serta Pendidikan dan Pelatihan
pengasuhan stimulasi penanganan stunting. Idealnya setiap kabupaten/kota memiliki 20
tenaga pelatih yang kemudian ditindaklanjuti dengan pelatihan guru PAUD di tingkat desa
mengenai pengasuhan stimulasi penanganan stunting. Pemetaan jumlah dan kapasitas SDM
ini dapat menjadi masukan untuk rekomendasi pelaksanaan program prioritas seperti
pelatihan Guru PAUD tingkat desa termasuk penganggarannya baik melalui APBD
kabupaten/kota maupun pemanfaatan dana desa.

3. Selanjutnya, Fasilitator mengajak peserta melakukan analisis manajemen


secara umum dengan memanfaatkan data pada LK #1. Pertama-tama, minta
peserta memperhatikan desa-desa dengan cakupan layanan yang rendah atau
di bawah target. Setelah itu, minta peserta memperhatikan sumber daya yang
tersedia, apakah (1) memadai atau (2) belum memadai.

Penjelasan sederhananya adalah sbb.


a. Memadai berarti sumber daya yang diperlukan telah tersedia (SDM Inti,
logistik, infrastruktur)
b. Belum memadai berarti belum semua sumber daya yang diperlukan tersedia
(SDM Inti, logistik, infrastruktur)

4. Ajak partisipan mulai mengkaji layanan yang cakupannya paling rendah.


— Apakah sumber daya yang tersedia memadai? Bila ya, maka di sana ada
masalah pengelolaan atau manajemen. Untuk itu, dapat direkomendasikan
sejumlah hal, seperti reviu supervisi pelaksanaan, ketersediaan SOP,
peningkatan kapasitas SDM dan/ atau yang lain sebagainya.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
52

— Bila sumber dayanya saja tidak memadai, maka masalahnya adalah


penyediaan sumber daya dan untuk itu perlu dilakukan alokasi atau realokasi.
Ajak peserta mengisi LK #3.
— Informasi ini juga akan menjadi bahan untuk mengisi LK #4 kolom masalah
Supply-Side (Akses, SDM, Logistik, Infrastruktur).

— Review supervisi
pelaksanaan
— Ketersediaan SOP
Masalah
Apakah — Kapasitas teknis SDM
Layanan Ya pengelolaan
sumber — Dan lain-lain
dengan
daya yang
cakupan rendah
disediakan
atau di bawah
sudah
target Pemenuhan sumber daya
memadai? Tidak Masalah
melalui
sumber daya
— Realokasi
— Alokasi

Gambar 2. Alur Analisis Manajemen Secara Umum

Manajemen Intervensi Perubahan Perilaku

5. Fasilitator menjelaskan bahwa sejumlah cakupan layanan membutuhkan


perilaku positif atau partisipasi dari sasaran dan bukan hanya ketersediaan
suplai atau layanan. Semisal, di antara indikator-indikator intervensi spesifik,
terdapat 6 yang membutuhkan permintaan/ perilaku positif/partisipasi sasaran
yang memadai. Dengan kata lain, di sini diperlukan intervensi perubahan
perilaku yang efektif.
— % Bumil KEK (Kurang Energi Kronik) mengonsumsi tambahan asupan gizi
sesuai standar
— % Bumil mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama
masa kehamilan
— % Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif (ibu menyusui hanya
memberi ASI)
— % Anak baduta (bawah dua tahun) yang mengonsumsi MP ASI (Makanan
Pendamping ASI) sesuai rekomendasi (ibu baduta memberi MP ASI sesuai
rekomendasi)
— % Anak balita (bawah lima tahun) yang dipantau pertumbuhan dan
perkembangannya setiap bulan (ibu balita membawa anaknya ke Posyandu)
— % Anak balita (bawah lima tahun) kurus yang mengonsumsi tambahan
asupan gizi sesuai standar

Untuk kategori intervensi sensitif, setidaknya terdapat 3 cakupan layanan yang


bergantung pada permintaan/ perilaku positif/ partisipasi sasaran.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 53
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

— % Ibu yang mendapatkan akses layanan KB (Keluarga Berencana) pasca


persalinan
— % Target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang stunting
— % Desa/ kelurahan ODF (Open Defecation Free)

Untuk lebih memperjelas mengenai intervensi perubahan perilaku, fasilitator


dapat menyampaikan informasi inti yang dapat dibaca pada box Komunikasi
Perubahan Perilaku.

Fasilitator menjelaskan bahwa pada intervensi-intervensi di atas kita perlu


memperhatikan aspek permintaan (demand) dan kemudian menelusuri masalah
yang menjadi penghambat. Untuk memperoleh data, kita perlu berkonsultasi
pada pemegang program atau dengan tim yang bertanggung jawab untuk
intervensi perubahan perilaku di masing-masing organisasi, contohnya Seksi
Promkes (Promosi Kesehatan), Kesling (Kesehatan Lingkungan) dan Gizi di
Dinas Kesehatan.

Informasi yang perlu dikumpulkan dapat didasarkan pada pertanyaan-
pertanyaan di halaman berikut. Setelah itu ajak peserta mengisi LK #4.

Ya
Apakah selama ini sudah ada
Layanan yang perlu kegiatan komunikasi yang
didukung perilaku menginformasikan
positif dan saat ini cara mengakses layanan dan/ Rekomendasi kegiatan
cakupannya di bawah atau 1. Riset formatif kualitatif
target manfaat-manfaat dan penyusunan
perilaku kepada sasaran? Masalah terletak pada kembali strategi
strategi intervensi perubahan perilaku
perubahan perilaku, 2. Pengembangan pesan,
rumusan pesan, alat/ media dan alat
Ada tapi media dan/atau (termasuk pre test dan
Tidak Ada metode komunikasi.
terbatas produksi)
3. Identifikasi khalayak
Apakah masalah
sekunder (yang
komunikasi perubahan
mempengaruhi
perilakunya telah
Masalah pembiayaan penerima manfaat)
diketahui informan?
kegiatan komunikasi maupun khalayak tersier
Masalah perencanaan (yang mempengaruhi
dan pembiayaan Bila sudah diketahui,
Sebagian masalah strategi, khalayak sekunder)
kegiatan komunikasi catat langsung dalam
rumusan pesan dan metode form berikut. 4. Pelatihan kecakapan
komunikasi komunikasi (KAP –
Bila belum, perhatikan Komunikasi
rekomendasi di Antarpribadi, Strategi
samping. Komunikasi, dsb.)
5. Perencanaan kegiatan
— Alokasi anggaran komunikasi perubahan
— Pertimbangkan rekomendasi kegiatan 1-4 perilaku

Gambar 3. Alur Analisis Manajemen Intervensi Perubahan Perilaku

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
54

Komunikasi Perubahan Perilaku

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, cukup banyak intervensi yang tidak hanya memerlukan
penyediaan (supply) yang memadai, namun juga tingkat permintaan (demand) yang
mendukung. Misalnya, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), sebanyak 73% ibu hamil
telah menerima TTD, tetapi dari persentase tersebut hanya 24% yang menerima TTD dengan
jumlah sesuai standar yaitu 90 tablet atau lebih. Dari yang menerima 90 tablet atau lebih,
hanya sekitar 40% yang meminum sesuai anjuran, yaitu 90 tablet atau lebih selama kehamilan
(cataan: sehari 1 tablet) (Riskesdas, 2018). Dengan kata lain, secara total hanya sekitar 7% ibu
hamil yang meminum TTD sesuai anjuran.

Dari contoh di atas, terlihat jelas terdapat masalah supply (hanya 17% secara keseluruhan
yang menerima 90 TTD atau lebih). Selain itu, terdapat masalah permintaan yaitu kepatuhan
ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD (di antara 17% yang menerima, hanya sekitar 40% yang
meminum sesuai anjuran). Artinya, bila cakupan penerima TTD 90 tablet atau lebih mencapai
100%, dengan pola yang sama, maka yang meminum sesuai anjuran persentasenya kurang
dari 50%.

Untuk itu, peningkatan permintaan menjadi penting dan salah satu yang bisa dilakukan adalah
merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan Komunikasi Perubahan Perilaku.
Perencanaan disusun dengan data tentang perilaku dan faktor-faktornya yang diperoleh dari
wawancara, diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussions/FGD), observasi dan/ atau
survei. Pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi atau lembaga riset
untuk mendapatkan data perilaku yang memadai.

Kegiatan-kegiatan Komunikasi Perubahan Perilaku yang dapat dilakukan mencakup kegiatan:


komunikasi antarpribadi di pelayanan kesehatan, posyandu, dan komunitas; produksi dan
­pemanfaatan media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) seperti leaflet, brosur, poster, iklan
radio, TV; dan/atau pemanfaatan media sosial seperti facebook, instagram, twitter. Di antara
berbagai kegiat­an komunikasi perubahan perilaku, salah satu yang menjadi kegiatan utama
adalah komunika­si antarpribadi. Karena itu, penyiapan tenaga lapangan di berbagai sektor/
bidang dan ­penyediaan alat bantu/ KIE perlu diutamakan. Selain itu, rumusan pesan kunci
yang seragam, mudah ­dipahami oleh kelompok sasaran, dan sesuai dengan konteks lokal
memegang peranan penting.

Output analisis manajemen intervensi perubahan perilaku ada 2 (dua) yaitu:


1) Intervensi untuk menyusun strategi komunikasi perubahan perilaku
2) Regulasi strategi komunikasi perubahan perilaku sesuai dengan pedoman Kementerian
Kesehatan

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 55
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

Penyampaian Layanan Pada Sasaran

1. Sampaikan bahwa program-program yang tidak tepat sasaran tidak akan


berdampak pada penurunan angka stunting. Fokus sasaran adalah rumah
tangga dengan ibu hamil, anak berusia 0- 23 bulan, ibu menyusui, anak berusia
24-59 bulan, remaja putri, dan calon pengantin. Analisis berikut ingin melihat
sejauh mana layanan (program/kegiatan prioritas) telah menyasar sasaran
program dan rekomendasi apa yang perlu diangkat untuk memperbaiki
manajemen layanan agar rumah tangga sasaran menjadi fokus dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan ke depan.

2. Sampaikan bahwa analisis dilakukan dalam 2 tahap sebagai berikut.


a. Analisis masalah penyelenggaraan layanan untuk menentukan sejauh
mana program telah diarahkan pada rumah tangga sasaran, dan
b. Analisis masalah penyelenggaraan layanan di tingkat operasional

3. Sampaikan bahwa program/ kegiatan dengan cakupan layanan yang rendah


otomatis belum mencakup rumah tangga sasaran secara memadai. Namun,
program/ kegiatan dengan cakupan layanan yang tinggi tidak otomatis
menjamin semua rumah tangga sasaran telah dilayani (misalnya, jumlah
sarana sanitasi terbangun sesuai target tetapi tidak menyasar seluruh rumah
tangga sasaran yang ada).

4. Jelaskan bahwa kita bisa memanfaatkan sejumlah pertanyaan untuk melihat


sejauh mana program/ kegiatan sudah fokus pada rumah tangga sasaran.

Pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi sejauh mana program telah diarahkan pada rumah tangga sasaran

1. Apakah OPD dapat mengakses data rumah Kalau tidak, program/kegiatan tidak menyasar rumah
tangga sasaran? tangga sasaran.
Kalau ya, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya.

2. Apakah ada sistem yang berjalan yang Kalau tidak, program/kegiatan tidak menyasar rumah
memastikan rumah tangga sasaran. Kalau ya, lanjutkan ke pertanyaan
berikutnya.

3. Apakah sistem berjalan? Bila ya, penyediaan layanan memang menargetkan


rumah tangga sasaran.
Bila tidak, sejumlah perbaikan perlu diusulkan.

5. Bila pun di tingkat OPD, program/kegiatan telah diarahkan untuk menyasar


sasaran penurunan stunting, namun itu belum menjamin sasaran akan
mendapatkan layanan. Kunci selanjutnya adalah penyelenggaraan layanan
di tingkat operasional. Jelaskan bahwa penyediaan layanan di tingkat
operasional pada akhirnya menentukan sejauh mana program/kegiatan
telah terintegrasi menyasar rumah tangga sasaran. Untuk itu, kita bisa
memanfaatkan sejumlah pertanyaan berikut.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
56

Pertanyaan-pertanyaan untuk identifikasi masalah penyediaan layanan di tingkat operasional dalam


menyasar rumah tangga sasaran
1. Apakah penyedia layanan memahami Bila tidak, mereka tidak menargetkan rumah tangga
prioritas intervensi sensitif dan spesifik? sasaran.
2. Apakah mereka tahu siapa target utama Bila tidak, mereka tidak menargetkan rumah tangga
intervensi? sasaran.
3. Apakah mereka mendapat info tentang Bila tidak, mereka tidak menargetkan rumah tangga
rumah tangga sasaran? sasaran.
4. Apakah mereka tahu cara mengakses info Bila tidak, mereka tidak menargetkan rumah tangga
tentang rumah tangga sasaran? sasaran.
5. Jika info rumah tangga sasaran tersedia, Bila tidak digunakan untuk perencanaan dan pelaksanaan,
bagaimana mereka memanfaatkan info mereka tidak menargetkan rumah tangga sasaran. Bila ya,
rumah tangga sasaran dalam perencanaan mereka telah menargetkan rumah tangga sasaran.
ßdan pelaksanaan di wilayah kerja?

6. Sampaikan bahwa penyelenggaraan layanan di tingkat operasional telah


menyasar rumah tangga sasaran bila menjawab ya untuk 5 pertanyaan di atas.
Bila ada jawaban tidak, perlu disiapkan rekomendasi perbaikan lebih lanjut.

7. Ajak peserta mempelajari opsi rekomendasi sebagai berikut:


— Mekanisme penyediaan, pemutakhiran, pemanfaatan data rumah tangga
sasaran untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan penyediaan
layanan
— Penyesuaian instrumen dan proses pelaksanaan dan pemantauan untuk
menargetkan rumah tangga sasaran
— Penyesuaian SOP untuk menargetkan rumah tangga sasaran. Khusus untuk
program/kegiatan pusat, penyesuaian SOP akan menjadi masukan bagi
Kementerian/Lembaga terkait yang mengeluarkan petunjuk teknis.
— Mekanisme pemantauan peningkatan cakupan layanan rumah tangga
sasaran.
— Kegiatan-kegiatan untuk perubahan perilaku rumah tangga sasaran
berdasarkan karakteristik wilayah.
— Dan lain-lain.

8. Minta peserta menganalisis satu atau beberapa penyelenggaraan program


prioritas di kabupaten/kota masing-masing. Tuangkan hasilnya di LK #4.

9. Sampaikan bahwa informasi pada LK #4 selanjutnya akan dituliskan dalam


Form 1.6. Penilaian Kinerja Hasil identifikasi kendala dalam manajemen layanan
untuk menyasar Rumah Tangga 1000 HPK dan Form 1.7. Penilaian Kinerja
Rekomendasi hasil analisis situasi yang akan disampaikan oleh kabupaten/
kota ke provinsi.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
LK #1
Lanjutan-Lembar Kerja 1. Analisis…..(3)

Analisis Penyampaian Layanan (Pemetaan Sumber Daya)

Desa/ Kesehatan dan Gizi


No Kecamatan Puskesmas
Kelurahan
Jumlah Jumlah Jumlah Alat Jumlah Alat
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Tenaga Kader Timbang Ukur Tinggi
Pustu Poskesdes Posyandu Bidan Desa Tenaga Gizi
Promkes Posyandu Berat Badan Badan

10

11

12

13

14

15

16

17

17

19

dst
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
57
58

LK #1
Lanjutan-Lembar Kerja 1. Analisis…..(4)

Langkah 4. Analisis Penyampaian Layanan (Pemetaan Sumber Daya)

Perlindungan
Air Minum dan Sanitasi PAUD dan Pengasuhan Pemberdayaan Masyarakat
Sosial
Desa/
No Jumlah Guru Jumlah KPM
Kelurahan Alokasi
Kelompok Kelompok PAUD yang yang
Jumlah Jumlah Kader Dana
Pengelola Pemanfaat Jumlah Jumlah Jumlah dilatih Kelas Jumlah mendapat
Jumlah PAUD yang Pembangunan Desa
Sarana Air dan Wirausaha Fasilitator Guru Pengasuhan Kelompok pembinaan
PAUD menerapkan Manusia untuk
Minum Pemelihara Sanitasi PKH PAUD dan Simulasi BKB dari
PAUD-HI (KPM) Stunting
(KPSPAM) Sanitasi Penanganan kabupaten/
(Rp)
Stunting kota

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


2

10

11

12

13

14

dat

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #3
Lembar Kerja 3. Pemetaan Sumber Daya dan Rekomendasi Kegiatan

Rekomendasi kegiatan
Cakupan di Rata-rata cakupan Sumber daya yang telah Sumber daya yang Pendanaan:
No Intervensi di desa/kelurahan
tingkat kab/kota di desa fokus tersedia dibutuhkan Alokasi/ Realokasi
fokus
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
59
60

LK #4
Lembar Kerja 4. Analisis Penyelenggaraan Program Prioritas (Intervensi Spesifik dan Sensitif) di Kabupaten/Kota

Masalah Penyampaian
Masalah Supply-Side Masalah Demand-Side
Layanan
No Indikator (Akses, SDM, Logistik, (perilaku, indirect cost, Rekomendasi
(Service Delivery) Pada
Infrastruktur) culture barriers)
Sasaran Prioritas
Intervensi Spesifik

1 % Bumil KEK (Kurang Energi Kronik)


mengonsumsi tambahan asupan gizi
sesuai standar

2 % Bumil mengonsumsi Tablet Tambah


Darah (TTD) minimal 90 tablet selama
masa kehamilan

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


3 % Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat
ASI eksklusif

4 % Anak baduta (bawah dua tahun) yang


mengonsumsi MP ASI (Makanan
Pendamping ASI) sesuai rekomendasi

5 % Anak balita (bawah lima tahun) gizi buruk


yang mendapat pelayanan tata laksana gizi
buruk

6 % Anak balita (bawah lima tahun)


yang dipantau pertumbuhan dan
perkembangannya setiap
bulan

7 % Anak balita (bawah lima tahun) kurus


yang mengonsumsi tambahan asupan gizi
sesuai standar

8 % Posyandu yang memiliki cakupan


pemantauan tumbuh kembang di atas 80%

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Intervensi Spesifik

1 % Sasaran prioritas yang mendapatkan


akses air minum layak

2 % Sasaran prioritas yang mendapatkan


akses sanitasi (air limbah domestik) yang
layak

3 % Sasaran prioritas dari keluarga miskin


mendapatkan akses Jaminan Kesehatan

4 % Ibu yang mendapatkan akses layanan KB


(Keluarga Berencana) pasca persalinan

5 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang


memperoleh bantuan tunai bersyarat

6 % Target sasaran yang memiliki


pemahaman yang baik tentang stunting

7 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang


menerima bantuan sosial pangan

8 % Pasangan catin yang mendapatkan


bimbingan pranikah dengan materi
pencegahan stunting

9 % Desa/ kelurahan ODF (Open Defecation


Free)
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
61
62

Langkah 5: Analisis Kebutuhan Penguatan Koordinasi Antarprogram Dan Antar


Kabupaten Kota Dengan Kecamatan Dan Desa/Kelurahan

1. Sampaikan bahwa analisis berikut ini bertujuan untuk mengidentifikasi forum-


forum koordinasi yang dapat dimanfaatkan dan kebutuhan untuk penguatannya.
Terdapat 3 (tiga) jenis forum yang perlu diidentifikasi, yaitu:
a. Forum koordinasi di tingkat kabupaten/kota
b. Forum koordinasi kabupaten/kota dengan kecamatan dan desa/kelurahan
c. Forum koordinasi antar desa/kelurahan di tingkat kecamatan

2. Sampaikan bahwa untuk latihan, kita akan melakukan kerja kelompok yang
diikuti dengan presentasi keliling. Bagi kelas menjadi 6 kelompok. Masing-
masing kelompok akan mendiskusikan 2 (dua) form. Berikan waktu 15 menit
untuk bekerja setelah itu kelompok akan memilih “penjaga lapak” untuk
menyajikan hasil kerja kelompok. Anggota lain akan berpindah ke kelompok
lain untuk menjadi pengunjung yang mendapatkan penyajian dan sekaligus
memberi masukan pada “penjaga lapak”. Lakukan sebanyak 2-3 putaran dan
kemudian minta anggota kembali ke kelompok asal untuk konsolidasi. Dalam
tahap ini, tugasnya adalah sebagai berikut:

Reviu Forum koordinasi di tingkat kabupaten/kota

3. Sampaikan pada peserta bahwa forum koordinasi yang dapat mengakomodasi


upaya penurunan stunting antara lain adalah: (1) Tim Rencana Aksi Pangan
dan Gizi (RAD-PG), (2) Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(TKPKD), atau bila tidak ada, (3) membentuk Tim baru.

Selanjutnya, minta peserta mengusulkan forum koordinasi yang potensial


untuk mengakomodasi upaya penurunan stunting dengan mempertimbangkan
tiga aspek sbb.
a. Kepemimpinan yang kuat
b. Tingkat keaktifan forum
c. Cakupan anggota dan kapasitasnya

Setelah menentukan forum pilihan, minta peserta mendiskusikan langkah-


langkah untuk lebih menguatkan forum pilihan itu. Upaya penguatan antara lain
mencakup aspek berikut.
a. Kepemimpinan yang kuat
b. Keaktifan forum
c. Cakupan anggota dan kapasitasnya (lintas sektor dan pemangku kepentingan
yaitu: organisasi kemasyarakatan, perguruan tinggi, organisasi profesi, dunia
usaha, dan mitra pembangunan)
d. Pembiayaan dan perencanaan kerja yang memadaidapat digunakan untuk
mengidentifikasi kendala dalam manajemen layanan.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 1 63
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

Reviu forum koordinasi kabupaten/kota dengan kecamatan dan desa/kelurahan


4. Minta peserta melakukan hal yang sama dengan no 3 dengan mulai
mengidentifikasi forum potensial untuk koordinasi kabupaten/kota dengan
kecamatan dan desa/kelurahan (anggotanya adalah kepala kecamatan dan
desa/ kelurahan). Setelah itu, diskusikan apa yang perlu dilakukan untuk
memperkuat forum itu?

Reviu forum koordinasi antara kecamatan dengan desa/kelurahan


5. Minta peserta melakukan hal yang sama dengan no 4 di atas. Pertama,
identifikasi forum potensial untuk koordinasi di tingkat kecamatan, yang
anggotanya adalah desa/kelurahan. Setelah itu, diskusikan apa yang perlu
dilakukan untuk memperkuat forum itu?

6. Peserta dapat memanfaatkan LK #5 berikut untuk merangkum hasil diskusi.

LK #5
Lembar Kerja 5. Identifikasi Forum Potensial untuk Koordinasi di Tingkat Kecamatan

Forum koordinasi tingkat Forum yang dipilih dan Rekomendasi kebutuhan


kabupaten/kota potensial alasannya penguatan lebih lanjut

(seperti: pembiayaan, perencanaan


1. kegiatan, peningkatan sumber
daya, kelembagaan dan lain-lain)

2.

3.

4.

Forum koordinasi antara


Forum yang dipilih dan Rekomendasi kebutuhan
kabupaten/kota dengan
alasannya penguatan lebih lanjut
kecamatan dan desa/kelurahan

1.

2.

3.

4.

Forum koordinasi antara


Forum yang dipilih dan Rekomendasi kebutuhan
kecamatan dengan
alasannya penguatan lebih lanjut
desa/kelurahan

1.

2.

3.

4.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
64

Sebagai penutup aksi #1, minta peserta merekap hasil-hasil dalam Lembar Kerja sebelumnya dalam LK #6 ini.

LK #6
Lembar Kerja 6. Rekap Hasil Analisis Situasi dan Rekomendasi Kegiatan Pada Aksi 1

Rekomendasi
Program/kegiatan prioritas OPD penanggung Sumber pembiayaan
No Rekomendasi kegiatan pembiayaan
(intervensi spesifik dan sensitif) jawab saat ini
(alokasi/ relokasi)

Peningkatan cakupan layanan

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


2

6 dan seterusnya...

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Rekomendasi
Program/kegiatan prioritas OPD penanggung Sumber pembiayaan
No Rekomendasi kegiatan pembiayaan
(intervensi spesifik dan sensitif) jawab saat ini
(alokasi/ relokasi)

Peningkatan konvergensi intervensi

Perbaikan penyampaian layanan


1
pada rumah tangga sasaran

Perbaikan manajemen/
2 pengelolaan program secara
umum

Perbaikan intervensi perubahan


3
perilaku

Penguatan forum koordinasi di


4
tingkat kabupaten

Penguatan forum koordinasi di


5
tingkat kecamatan

Peningkatan cakupan layanan

3 dan seterusnya…….
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 1

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
65
66

Rekomendasi
Program/kegiatan prioritas OPD penanggung Sumber pembiayaan
No Rekomendasi kegiatan pembiayaan
(intervensi spesifik dan sensitif) jawab saat ini
(alokasi/ relokasi)

Peningkatan konvergensi intervensi

Perbaikan penyampaian layanan


1
pada rumah tangga sasaran

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


Perbaikan manajemen/
2 pengelolaan program secara
umum

Perbaikan intervensi perubahan


3
perilaku

Penguatan forum koordinasi di


4
tingkat kabupaten

Penguatan forum koordinasi di


5
tingkat kecamatan

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
AKSI INTEGRASI 1 67
Analisis Situasi Program Penurunan Stunting

TUJUAN PEMBELAJARAN
PESERTA MAMPU MELAKUKAN
ANALISIS SITUASI MASALAH
STUNTING DAN MENYUSUN 4
REKOMENDASI: DAFTAR DESA/
KELURAHAN FOKUS, DAFTAR
PROGRAM ATAU KEGIATAN
PRIORITAS, DAFTAR SUMBER
DAYA YANG PERLU DISIAPKAN,
PENGANGGARAN: ALOKASI
ATAU REALOKASI

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
AKSI INTEGRASI 2:
PENYUSUNAN
RENCANA
KEGIATAN
70

A. TUJUAN Membekali peserta dengan kemampuan menyusun rencana program dan kegiatan
PEMBELAJARAN terintegrasi dengan memanfaatkan hasil analisis situasi program pencegahan dan
penurunan stunting

B. TUJUAN 1. Peserta mampu menyusun rencana program dan kegiatan untuk meningkatkan
PEMBELAJARAN cakupan layanan intervensi gizi pada rumah tangga sasaran
KHUSUS 2. Peserta mampu menyusun rencana program dan kegiatan untuk meningkatkan
intervensi gizi terintegrasi dengan mempertimbangkan rekomendasi hasil
analisis situasi ke Desa/Kelurahan fokus dengan melihat kesenjangan cakupan
layanan dan kendala manajemen untuk menargetkan layanan pada rumah
tangga sasaran
3. Peserta mampu mengintegrasikan rencana program terintegrasi ke dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran Kabupaten/Kota

C. METODE Durasi : 5 Jam Pembelajaran (225 menit)


Metode : Ceramah singkat, diskusi kelompok dan simulasi
Alat & Bahan : Paparan presentasi, lembar kerja

D. LANGKAH Langkah 1: 5 Langkah Penyusunan Rencana Kegiatan

1. Minta partisipan berkelompok dengan rekan-rekan dari OPD yang sama.


Sampaikan, setelah memiliki sejumlah rekomendasi hasil analisis situasi, kita
masuk dalam penyusunan rencana kegiatan. Sampaikan pertanyaan, kira-kira
bagaimana langkah ideal dalam sebuah perencanaan?

Minta kelompok mengambil potongan kertas di meja masing-masing lalu


berdiskusi untuk menyusun urutan 5 langkah penyusunan rencana kegiatan.
Minta salah satu kelompok menyampaikan hasil kerjanya dan diikuti dengan
tanya jawab singkat.

2. Tampilkan tayangan presentasi power point dan tekankan Aksi-2 mencakup 5


tahap disingkat PKEFI, yaitu:
— Tahap 1 : Penyusunan rancangan rencana kegiatan
— Tahap 2 : Komunikasi dengan DPRD terhadap rancangan rencana kegiatan
— Tahap 3 : Ekspose rancangan rencana kegiatan pada rembuk stunting
kabupaten/kota
— Tahap 4 : Finalisasi rancangan rencana kegiatan berdasarkan kesepakatan
rembuk stunting kabupaten/kota
— Tahap 5 : Integrasi rencana kegiatan ke dalam RKPD, Renja OPD, KUA PPAS
dan RKA OPD

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 2 71
Penyusunan Rencana Kegiatan

Langkah 2: Tahap 1 - Penyusunan Rancangan Rencana Kegiatan

1. Ajak setiap kelompok mempelajari dokumen rekomendasi hasil analisis situasi


(rekap rekomendasi), mendiskusikan dan memutuskan daftar program/kegiatan
prioritas, Partisipan dapat melakukan perbaikan pada rekap rekomendasi.

2. Ajak partisipan me-reviu dokumen perencanaan yang telah ada, termasuk


RPJMD, Renstra OPD, RAD-PG atau rencana strategis tematik lain yang relevan.
Tujuannya adalah untuk melihat apakah kegiatan dalam rekap rekomendasi
sudah ada dalam daftar kegiatan-kegiatan di dokumen perencanaan yang
sudah ada?
a. Pastikan program/kegiatan yang direkomendasikan pada Aksi-1 masuk
dalam dokumen rancangan RKPD dan Renja OPD, termasuk dengan target
kinerja (indikator output, outcome), lokasi fokus, target sasaran. Pastikan
pula ada kegiatan perbaikan manajemen pelaksanaan intervensi (jika
diperlukan), pertemuan koordinasi, upaya peningkatan kapasitas SDM
program (jika diperlukan), dan alokasi anggaran yang sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan dan pemantauan kegiatan.
b. Bila belum masuk, OPD yang bertanggung jawab memastikan program/
kegiatan yang direkomendasikan pada Aksi-1 masuk di dalam dokumen
RKPD dan renja OPD lengkap dengan target kinerja, lokasi, target sasaran,
perbaikan manajemen pelaksanaan intervensi (jika diperlukan), bentuk
koordinasi, bentuk kegiatan peningkatan kapasitas SDM program (jika
diperlukan), dan anggaran.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
72

3. Reviu hasil Musrenbang Desa, Musyawarah Pembangunan Kelurahan, dan


Musrenbang Kecamatan untuk mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang
dapat dilimpahkan ke Desa/ Kelurahan dan kegiatan-kegiatan yang perlu
direncanakan pemerintah Kabupaten/Kota untuk memastikan sinkronisasi
rencana program/kegiatan Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan.

Jika sudah ada Perbup/Perwali tentang kewenangan desa, maka sinkronisasi
rencana program/kegiatan ini mengacu pada isi regulasi tersebut.

Jika belum ada Perbup/Perwali tentang kewenangan desa, maka hasil
sinkronisasi rencana program/kegiatan ini perlu dijadikan acuan untuk
menentukan pembagian kewenangan antara

Kabupaten/Kota dengan desa dalam regulasi yang akan ditetapkan (masukan
untuk Aksi-4)

Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan


— Dari hasil Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan dapat diidentifikasi:
› Prioritas masalah yang ada di desa
› Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan oleh desa sendiri dan
dibiayai dari APBDes termasuk di dalamnya alokasi dana desa
› Prioritas kegiatan desa yang akan diusulkan untuk menjadi kegiatan
pemerintah daerah (OPD atau UPTD).
— Dari reviu hasil musrenbang desa dapat dipetakan kegiatan apa saja yang
dapat dilimpahkan kewenangannya ke tingkat desa (masukan untuk Aksi-
4) dan kegiatan yang perlu direncanakan pemerintah kabupaten/kota untuk
melengkapi kebutuhan program/kegiatan di desa.

Musyawarah Pembangunan Kelurahan


— Dari hasil musyawarah pembangunan kelurahan (yang berisi penentuan
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kelurahan dan pemberdayaan
masyarakat di kelurahan) dapat diidentifikasi kegiatan prioritas yang
mendukung penurunan stunting yang dapat dibiayai dari Dana Kelurahan
baik dari sisi sarana dan prasarana seperti air minum dan sanitasi, posyandu,
dan bangunan PAUD maupun pemberdayaan masyarakat seperti pelayanan
kesehatan masyarakat dan pelayanan pendidikan dan kebudayaan sesuai
dengan Permendagri No. 130 Tahun 2018.
— Dari reviu hasil musyawarah pembangunan kelurahan dapat dipetakan kegiatan
apa saja yang dapat dilimpahkan kewenangannya ke tingkat kelurahan
dan kegiatan yang perlu direncanakan pemerintah Kabupaten/Kota untuk
menguatkan kegiatan kelurahan.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 2 73
Penyusunan Rencana Kegiatan

4. Ajak kelompok yang berasal dari OPD untuk fokus pada kegiatan-kegiatan di
bawah tanggung jawabnya dan diskusikan opsi pendanaan program penyediaan
cakupan layanan dan peningkatan integrasi intervensi.

5. Rekam hasil review di LK #7.

TUJUAN PEMBELAJARAN
MEMBEKALI PESERTA DENGAN
KEMAMPUAN MENYUSUN
RENCANA PROGRAM DAN
KEGIATAN TERINTEGRASI
DENGAN MEMANFAATKAN
HASIL ANALISIS SITUASI
PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENURUNAN STUNTING

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
74

LK #7.
Lembar Kerja 7. Identifikasi Rencana Kegiatan OPD

Tercantum
Perlu
di RPJMD, Merupakan
penyesuaian?
Renstra kewenangan
Kegiatan (target kinerja,
Program OPD OPD, RAD yang
Rekomendasi Opsi Jumlah sudah lokasi, RT
No prioritas/ penanggung PG atau dapat
kegiatan pendanaan Anggaran ada atau Sasaran
intervensi jawab rencana dilimpahkan ke
baru? manajemen,
strategis desa/
anggaran &
tematik kelurahan?
OPD PJ?)
lain?

Peningkatan cakupan layanan

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


2

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Tercantum
Perlu
di RPJMD, Merupakan
penyesuaian?
Renstra kewenangan
Kegiatan (target kinerja,
Program OPD OPD, RAD yang
Rekomendasi Opsi Jumlah sudah lokasi, RT
No prioritas/ penanggung PG atau dapat
kegiatan pendanaan Anggaran ada atau Sasaran
intervensi jawab rencana dilimpahkan ke
baru? manajemen,
strategis desa/
anggaran &
tematik kelurahan?
OPD PJ?)
lain?

Peningkatan konvergensi intervensi

1 Perbaikan
penyampaian
layanan pada rumah
tangga sasaran

2 Perbaikan manajemen
secara umum

3 Perbaikan intervensi
perubahan perilaku

4 Penguatan forum
koordinasi di
tingkat kabupaten

5 Penguatan forum
koordinasi di tingkat
kecamatan

6. Kelompok yang berisi Bappeda berpencar mendatangi kelompok-kelompok OPD dan diskusikan rancangan rencana kegiatan lebih lanjut agar
siap menjadi bahan komunikasi dengan DPRD, diskusikan indikator dan target kinerja untuk setiap kegiatan dan rekam dalam dua form berbeda
(Kegiatan intervensi/peningkatan cakupan layanan dan Kegiatan peningkatan integrasi intervensi).
Penyusunan Rencana Kegiatan
AKSI INTEGRASI 2

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
75
76

LK #8.
Lembar Kerja 8. Rencana Kegiatan Peningkatan Konvergensi Intervensi

OPD
Masalah yang Waktu
No Rekomendasi Kegiatan Target kinerja Lokasi Anggaran Penanggung
dihadapi penyelesaian
jawab

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


4

10

11

12

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #9.
Lembar Kerja 9. Rencana Program/Kegiatan Intervensi Untuk Peningkatan Cakupan Layanan

Opd
Program/ Indikator Sumber Jadwal
No Baseline Target kinerja Lokasi Anggaran Penanggung
Kegiatan kinerja Pendanaan Penyelesaian
Jawab

10

11

12
Penyusunan Rencana Kegiatan
AKSI INTEGRASI 2

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
77
78

Langkah 2: Tahap 2 Sampai Tahap 5

1. Sampaikan bahwa seperti proses pada umumnya, perencanaan belum selesai


dengan selesainya dokumen rancangan rencana kegiatan di atas, masih
terdapat empat tahapan
Tampilkan tayangan tentang langkah 2-5.
Sampaikan penjelasan terkait Tahap 2-5.

Tahap 2: Komunikasikan rencana kegiatan dengan DPRD


— Tujuannya mengomunikasikan rancangan rencana program/kegiatan dan
anggaran terutama lokasi desa fokus dan cakupan layanan kepada DPRD
— Sampaikan target dan sasaran atas program/kegiatan yang direncanakan
— Harapannya DPRD lebih awal memahami kebutuhan kabupaten/kota dan
implikasi kebijakan dalam perumusan pokok-pokok pikiran DPRD dan KUA-
PPAS
— Tahapan yang akan dilakukan :
1. Menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan
kepada DPRD
2. Mengkomunikasikan dan berharap dukungan terhadap rancangan
kegiatan tersebut

Tahap 3: Ekspose rancangan rencana kegiatan pada rembuk Stunting


Kabupaten/Kota
— Bappeda memaparkan rancangan rencana untuk dapat konfirmasi Desa/
Kelurahan dan Kecamatan dan dukungan pemangku kepentingan
— Rancangan rencana kegiatan juga disampaikan dalam bentuk banner/
display agar dapat diketahui oleh partisipan rembuk, termasuk hasil analisis
situasi
— OPD memberikan klarifikasi/konfirmasi atas kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya
— Kesepakatan rembuk stunting menjadi dasar finalisasi dan pengesahan
rencana kegiatan intervensi pencegahan stunting terintegrasi
— Dalam rembuk stunting terdapat masukan/penyesuaian terhadap rencana
kegiatan dan anggaran maka tim penyusun melakukan revisi

Tahap 4: Finalisasi rancangan rencana kegiatan


— Revisi rencana kegiatan berdasarkan masukan rembuk stunting sebagai
acuan dalam menyusun rencana kerja (Renja) OPD
— Rencana kemudian disampaikan pada Tim Anggaran Pemerintah Daerah
(TAPD) dan OPD
— OPD gunakan rencana kegiatan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan
intervensi gizi terintegrasidi tahun berjalan ataupun dalam penyusunan
Renja dan RKA OPD tahun berikutnya
— Bappeda dan OPD memastikan usulan kegiatan bersumber APBN
(Dekonsentrasi dan tugas pembantuan) di usulkan oleh K/L terkait

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 2 79
Penyusunan Rencana Kegiatan

— Bappeda dan OPD memastikan usulan kegiatan bersumber APBD Provinsi


(termasuk bantuan keuangan) dan DAK melalui Provinsi
— Bappeda dan OPD memastikan kegiatan bersumber DAK masuk dalam
proposal DAK tahun rencana berikutnya
— Bappeda dan OPD dapat memastikan perencanaan kegiatan masuk pada
RKPDes dengan melibatkan Camat dan Desa
— Bappeda memastikan keterlibatan dari sektor swasta, CSO, organisasi
profesi dan Akademia

Tahap 5: Integrasi rencana kegiatan ke dalam dokumen rencana dan anggaran


tahunan daerah
— Bertujuan agar rencana kegiatan masuk ke dalam RKPD, Renja OPD, KUA-
PPAS, RKA-SKPD sampai RAPBD/ RAPBD-P
— Hasil finalisasi rencana kegiatan dan anggaran disampaikan kepada Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan OPD terkait
— OPD mengidentifikasi kegiatan dalam rencana kegiatan yang harus
diintegrasikan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran OPD,
yaitu Rencana Kerja (Renja) OPD, Rencana Kerja Anggaran (RKA) OPD dan
Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA) OPD.
— TAPD memastikan komitmen program/kegiatan tercantum dan terintegrasi
ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah RKPD, KUA-
PPAS, RAPBD/ RAPBD-P.
— Untuk mengetahui kemajuan proses integrasi, Bappeda bertugas
memastikan melalui rekapitulasi program dan kegiatan dalam sistem
informasi perencanaan daerah yang ada dengan menggunakan: (1) matriks
kendali integrasi rencana program/kegiatan (RKPD dan/ atau renja OPD)
pada bulan Juni, dan (2) matriks kendali integrasi anggaran (KUA-PPAS dan
RAPBD/RAPBD-P) pada bulan Agustus. Hal ini untuk memastikan rencana
kegiatan yang sudah disepakati dalam rembuk stunting, telah ter anggarkan
dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah.
— Berdasarkan hasil rekapitulasi tersebut, Bappeda memberi rekomendasi
kepada OPD dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan, dan Aset
Daerah (DPPKAD) untuk melakukan penyesuaian anggaran.
— Tampilkan kedua matriks tersebut.

2. Buka sesi tanya jawab bersama peserta.

Catatan : kertas kerja yang disusun dapat membantu penyiapan form-form


yang digunakan dalam penilaian kinerja pelaksanaan Aksi-2, sebagai berikut:
Form 2.1 : Rencana Kegiatan Kab/Kota
Form 2.2 : Rencana Kegiatan di Lokasi Fokus
Form 2.3 : Matriks pemantauan integrasi Rencana Kegiatan pada tahun
BERJALAN
Form 2.4 : Matriks pemantauan integrasi Rencana Kegiatan pada tahun
RENCANA

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
AKSI INTEGRASI 3:
REMBUK
STUNTING
82

A. TUJUAN Peserta pelatihan dapat melakukan perencanaan kegiatan rembuk stunting


PEMBELAJARAN

B. TUJUAN 1. Peserta mengetahui tata cara menyelenggarakan rembuk stunting


PEMBELAJARAN 2. Peserta mengetahui dokumen pendukung yang diperlukan
KHUSUS 3. Peserta menyusun rencana pelaksanaan rembuk stunting

C. METODE Durasi : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)


Metode : Ceramah singkat, diskusi kelompok dan role play
Alat & Bahan : Paparan presentasi, format dokumen rembuk stunting

D. LANGKAH Langkah 1 Paparan: Gambaran Rembuk Stunting

1. Bagi kelas ke dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 6-8 orang/kelompok.
Sampaikan bahwa kelompok akan merencanakan kegiatan Rembuk Stunting
yang memiliki 3 tujuan, yaitu:
a. Menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan
intervensi stunting
b. Mendeklarasikan komitmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana
kegiatan
c. Membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara
terintegrasi

2. Sampaikan bahwa output konkret yang diharapkan adalah:


a. Komitmen yang ditandatangani Bupati/Walikota, perwakilan DPRD, kepala
Desa/Kelurahan, pimpinan OPD, dan pemangku kepentingan (orang
perseorangan, masyarakat, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, media
massa, organisasi masyarakat sipil, perguruan tinggi, tokoh masyarakat,
tokoh agama, dan mitra pembangunan). Oleh karena itu, Bupati/Walikota
diwajibkan untuk mengikuti rembuk stunting sampai selesai. Hal ini dapat
dijadikan sebagai salah satu poin penilaian oleh Kementerian Dalam Negeri.
b. Rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi yang disepakati lintas sektor
untuk dimuat dalam RKPD/Renja OPD tahun berikutnya. Konten rencana
kegiatan dapat meliputi nama program, kegiatan dan detail kegiatan, lokasi
sasaran, anggaran, serta sumber dana.
3. Kelompok berperan sebagai TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) Rembuk Stunting
yang dikoordinasikan oleh Sekda dan bertanggung jawab untuk:
a. Menyusun rencana persiapan, waktu, agenda serta kebutuhan
penyelenggaraan kegiatan
b. Konsultasi rencana kegiatan untuk mendapat persetujuan Bupati/Walikota
c. Koordinasi dengan OPD dan pihak lainnya seperti Unit Pelaksana
Teknis Daerah dan pemangku kepentingan (dunia usaha, organisasi

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 3 83
Rembuk Stunting

kemasyarakatan, perguruan tinggi, organisasi profesi, mitra pembangunan,


dan/atau perwakilan masyarakat).
d.
Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan Bappeda terkait dengan
penyelenggaraan anggaran rembuk stunting.

Langkah 2: Menyusun Rencana Rembuk Stunting

1. Tugaskan kelompok-kelompok dengan panduan sebagai berikut:



a. Kelompok #1:
— Mengusulkan waktu pelaksanaan Rembuk Stunting menyesuaikan dengan
ketersediaan jadwal Bupati/Walikota, agar hasilnya dapat terakomodasi
dalam perencanaan dan penganggaran Kabupaten/Kota.
— Merancang agenda pelaksanaan kegiatan, metode, narasumber dan
peserta, termasuk penyiapan undangan. Perlunya memastikan peserta
yang diundang telah mewakili berbagai pemangku kepentingan seperti
seluruh OPD terkait, DPRD, Forkopimda (Forum Koordinasi
Pimpinan Daerah), PKK, sektor non-pemerintah (organisasi masyarakat,
perguruan tinggi dan organisasi profesi, mitra pembangunan, serta dunia
usaha), camat, kepala desa, dan kepala puskesmas.
— Merancang kegiatan-kegiatan pendukung (konsultasi, pertemuan
koordinasi, kegiatan persiapan, dan sebagainya)

b. Kelompok #2:
— Menyiapkan presentasi hasil analisis situasi
Poin-poin utama rekomendasi hasil analisis situasi:
› Lokasi fokus penanganan stunting (Desa/Kelurahan)
› Program/kegiatan yang perlu ditingkatkan cakupan layanan dan
kualitas pelaksanaannya
› Perbaikan konvergensi intervensi untuk memastikan akses layanan
pada rumah tangga sasaran
› Kebutuhan penguatan koordinasi lintas sektor

— Menyiapkan presentasi rancangan rencana kegiatan, yang
mempertimbangkan juga daftar usulan kegiatan hasil Musrenbang Desa,
Musyawarah Pembangunan Kelurahan dan Musrenbang Kecamatan.
Poin-poin utama rencana kegiatan:
› Program/kegiatan utama untuk meningkatkan cakupan intervensi
penurunan stunting beserta penanggung jawabnya
› Kegiatan untuk meningkatkan integrasi intervensi pada lokasi
fokus penanganan stunting dan rumah tangga sasaran beserta
menanggungjawabnya
› Pendanaan (pagu indikatif di masing-masing OPD). Hasil ringkasan
anggaran dapat disampaikan saat pengarahan Bupati/Walikota dan

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
84

dimasukkan ke dalam berita acara hasil kesepakatan rembuk stunting


agar lebih mengikat.

— Format komitmen hasil Rembuk Stunting, dengan contoh format standar:


1. Kalimat pembukaan
2. Hasil kesepakatan rembuk stunting, meliputi nama program, detail
kegiatan, indikator, target kinerja, rencana kegiatan, lokasi sasaran,
serta pendanaan
3. Tanda tangan komitmen oleh pejabat perwakilan peserta rembuk
stunting

Kelengkapan Dokumen Rembuk Stunting:

— Form 3.1: Agenda Acara


— Form 3.2: Undangan dari Bupati/Walikota
— Form 3.3: Paparan Bupati/Walikota/Sekda/Kepala Bappeda mengenai hasil analisis situasi
dan rekomendasinya
— Form 3.4: Rekap kegiatan masing-masing OPD (nama kegiatan, lokasi sasaran, anggaran,
sumber dana)
— Form 3.5: Sambutan Bupati/Walikota
— Form 3.6: Berita Acara Hasil Kesepakatan Rembuk Stunting/MoU

c. Kelompok #3:
Menyusun rencana kegiatan sosialisasi publik hasil rembuk stunting: pesan,
saluran dan kegiatan sosialisasi, dokumentasi, narasumber, kebutuhan
media, biaya, dan sebagainya.

d. Kelompok #4:
Sebagai Sekretaris Daerah atau pejabat lainnya yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan rembuk stunting. Menyiapkan laporan hasil rembuk
stunting sekaligus mempersiapkan draft pengarahan Bupati/Walikota,
termasuk mempersiapkan berita acara dan lembar komitmen.

2. Kelas melakukan role play. Berurutan kelompok 1-4 mempresentasikan hasil


yang telah dipersiapkan yang kemudian seluruh peserta dapat memberikan
komentar/tanggapan atas usulan kelompok 1-4.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 3 85
Rembuk Stunting

TUJUAN PEMBELAJARAN
PESERTA PELATIHAN
DAPAT MELAKUKAN
PERENCANAAN KEGIATAN
REMBUK STUNTING

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
AKSI INTEGRASI 4:
PERATURAN
BUPATI/ WALIKOTA
TENTANG
KEWENANGAN
DESA/KELURAHAN
88

A. TUJUAN Peserta mengetahui proses penyusunan Peraturan Bupati/Walikota mengenai


PEMBELAJARAN kewenangan Desa / Kelurahan

B. TUJUAN 1. Peserta dapat menjelaskan tujuan, ruang lingkup, dan tahapan dalam
PEMBELAJARAN merencanakan dan merancang peraturan bupati/Walikota tentang kewenangan
KHUSUS desa
2. Peserta dapat melakukan reviu dan perencanaan konsultasi publik dan
sosialisasi

C. METODE Durasi : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)


Metode : Ceramah singkat dan diskusi kelompok
Alat & Bahan : Paparan presentasi

D. LANGKAH Langkah 1: Paparan Mengenai Tujuan, Ruang Lingkup Dan Tahapan

1. Sampaikan bahwa Peraturan Bupati/Walikota tentang kewenangan desa


bertujuan untuk memberikan kepastian hukum yang dapat digunakan sebagai
rujukan bagi desa untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
dalam mendukung upaya penurunan stunting. Yang dimaksud dengan
peraturan di sini bisa berarti peraturan baru atau revisi.

2. Sampaikan substansi Peraturan Bupati/Walikota adalah sebagai berikut:


a. Menetapkan kewenangan desa dalam mendukung intervensi pencegahan
dan penurunan stunting terintegrasi baik spesifik maupun sensitif
b. Meningkatkan alokasi penggunaan APBDes terutama Dana Desa untuk
kegiatan pencegahan dan penurunan stunting
c. Menyediakan Kader Pembangunan Manusia (KPM) untuk memfasilitasi
pelaksanaan intervensi pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi di
tingkat desa
d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyediaan layanan/kegiatan
pencegahan dan penurunan stunting di desa
e. Memastikan perencanaan dan penganggaran program/kegiatan di tingkat
desa
f. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan layanan/
kegiatan pencegahan dan penurunan stunting

3. Sampaikan fungsi strategis Perbub/Wali tentang kewenangan desa adalah


sebagai berikut:

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 4 89
Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan

Acuan Pemeriksaan (Audit)

Undang-Undang Desa No. PerBub/Wali tentang Dasar Penyusunan


6/2014 Kewenangan Desa Perencanaan dan
terkait pencegahan dan Pelaksanaan APDDes:
Permendagri 44/2016 penurunan stunting: 1. Bidang penyelenggaraan
tentang Kewenangan Desa 1. Kewenangan pemerintahan desa
berdasarkan hak asal 2. Bidang pelaksanaan
Permendagri 20/2018 usul pembangunan desa
tentang Pengelolaan 2. Kewenangan lokal 3. Bidang pembinaan
Keuangan Desa berskala Desa kemasyarakatan desa
3. Kewenangan yang 4. Bidang pemberdayaan
Permendes 11/2019 ditugaskan oleh masyarakat desa
tentang Prioritas Pemerintah
Penggunaan Dana Desa 4. Kewenangan lain/
Tahun Anggaran 2020 khusus

Penambahan Kode Rekening Kegiatan


Stunting Desa pada SisKeuDes

Gambar 4. Fungsi Strategis Perbub/Wali Tentang Kewenangan Desa

4. Bentuk kelompok berisi 3-4 orang. Sampaikan contoh Isi PerBup/ PerWali dan
minta kelompok mendiskusikannya. (Lihat Tabel 6 contoh Isi PerBup/ PerWali
di bagian akhir Aksi ini).

5. Sampaikan langkah-langkah penyusunan PerBub/PerWali


Tahap 1: Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota:
Tahap 2: Pembahasan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota:
Tahap 3: Penetapan dan Sosialisasi Peraturan Bupati/Walikota:

6. Sampaikan idealnya penyusunan peraturan selesai paling lambat bulan


Mei tahun berjalan sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk proses
perencanaan dan penganggaran tahunan di desa pada tahun berjalan dan/atau
tahun berikutnya.

7. Sampaikan bahwa usulan peraturan didasarkan atas reviu Peraturan Bupati/


Walikota tentang peran dan kewenangan desa yang telah ada dibandingkan
dengan kebutuhan yang diangkat dalam rekomendasi hasil Aksi-1 (Analisis
Situasi), Aksi-2 (Rencana Kegiatan) dan Aksi-3 (Rembuk Stunting).

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
90

8. Sampaikan bahwa selain hasil Aksi 1-3, tim penyusun bisa juga mempelajari
Peraturan bupati/Walikota tentang kewenangan desa dari daerah lain. Proses
reviu PerBub/PerWali dapat dilakukan melalui diskusi kelompok terarah dengan
lintas OPD dan pemangku kepentingan yang ada (dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan, perguruan tinggi, organisasi profesi, mitra pembangunan,
dan/atau perwakilan masyarakat) di tingkat kabupaten/kota.

9. Sampaikan tahapan pelaksanaan secara lebih detail.



Tahap 1: Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota:
— Penetapan OPD penanggung jawab
— Merumuskan Kewenangan Desa berdasarkan hasil dari Aksi 1-Aksi 3
— Penyusunan inisiatif rancangan peraturan
— Reviu Peraturan Bupati/Walikota tentang kewenangan desa
— Menyusun ruang lingkup peraturan
— Menyusun rancangan peraturan

Tahap 2: Pembahasan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota:


— Pembahasan rancangan dengan bagian hukum
— Pembahasan dengan OPD terkait
— Konsultasi publik

Tahap 3: Penetapan dan Sosialisasi Peraturan Bupati/Walikota:


— Penyelesaian dan penetapan
— Pelaksanaan sosialisasi

Langkah 2: Latihan Reviu Dan Merancang Konsultasi Publik Sosialisasi

1. Ajak partisipan membentuk kelompok berisi 3-4 orang. Kelompok-kelompok


akan mendapat penugasan yang berbeda.
— Kluster #1: me-reviu Peraturan Bupati/Walikota tentang kewenangan desa
yang sudah ada dan membandingkannya dengan hasil Aksi 1-3.
— Kluster #2: me-reviu Peraturan Bupati/Walikota dari daerah-daerah lain.
— Kluster #3: merencanakan kegiatan konsultasi publik (tahap 2) & sosialisasi
(tahap 3)

2. Satukan 3 kelompok ke dalam kelompok lebih besar, masing-masing dari


kluster yang berbeda. Minta kelompok kluster pertama menyampaikan hasil
reviu-nya. Setelah itu, minta kelompok dari kluster kedua menambahkan atau
menanggapi berdasarkan presentasi kelompok dari kluster #1 dan hasil reviu
terhadap peraturan daerah lain. Terakhir, minta kelompok dari kluster ketiga
menyampaikan rancangannya.

3. Minta kelompok besar (yang berisi 3 kelompok kecil) mengonsolidasikan


temuan dan hasil diskusinya untuk dipresentasikan pada para pemangku.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 4 91
Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan

Langkah 3: Pembahasan Peran Kelurahan

1. Penjelasan tentang Permendagri No. 44 Tahun 2016 mengenai Kewenangan


Desa

2. Penjelasan tentang Permendagri No. 130 Tahun 2018 mengenai Kegiatan


Pembangunan Sarana
Prasarana Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan

3. Bagi forum ke dalam 2 kelompok. Berikan tugas kelompok selama 15 menit


dengan rincian:
— Kelompok 1 : mengidentifikasi peran yang dapat dilakukan oleh kelurahan
dalam konvergensi intervensi penurunan stunting.
— Kelompok 2 : mengidentifikasi menu kegiatan yang dapat dilaksanakan
dengan dana kelurahan.

4. Minta wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. kepentingan.

Peran Kelurahan dalam Intervensi Pencegahan dan Penurunan Stunting Terintegrasi

1. Berbeda dengan desa yang memiliki otonomi lebih besar dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelolaan anggaran, kelurahan berada di bawah kecamatan dan anggarannya
masih termasuk dalam APBD Kabupaten/Kota. Alokasi anggaran tersebut dimasukkan
ke dalam anggaran kecamatan pada bagian anggaran kelurahan. Sebagai perangkat
kecamatan dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat, penetapan tugas
kelurahan ditentukan oleh tingkat pemerintahan di atasnya. Untuk itu, tidak diperlukan
Peraturan Bupati/Walikota khusus mengenai kewenangan Kelurahan. Namun,
kejelasan peran Kelurahan dalam intervensi pencegahan dan penurunan stunting
terintegrasi perlu diperjelas terutama untuk memprioritaskan program/kegiatan/
layanan terkait pencegahan dan penurunan stunting yang bisa didanai melalui Dana
Kelurahan.

Bappeda dapat mengidentifikasi dan menyiapkan menu-menu kegiatan/layanan


yang relevan dengan intervensi penurunan stunting mengacu pada Permendagri No.
130 Tahun 2018 tentang Kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Kelurahan dan
Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan. Penentuan kegiatan tersebut dilakukan
melalui Musyawarah Pembangunan Kelurahan, sementara pelaksanaannya
melibatkan kelompok masyarakat atau organisasi kemasyarakatan.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
92

2. Kegiatan pembangunan sarana prasarana Kelurahan digunakan untuk membiayai


pelayanan sosial dasar yang berdampak langsung pada meningkatnya kualitas hidup
masyarakat, yaitu:
— Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana
lingkungan permukiman seperti jaringan air minum, drainase, sarana pengelolaan
sampah, dll.
— Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana
transportasi
— Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana
kesehatan seperti MCK umum/komunal, posyandu dan posbindu, sarana prasarana
kesehatan lainnya
— Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana
pendidikan dan kebudayaan seperti bangunan PAUD, wahana permainan anak di
PAUD, dan sebagainya

3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kelurahan digunakan untuk peningkatan


kapasitas dan kapabilitas masyarakat di Kelurahan dengan mendayagunakan potensi
dan sumber daya sendiri, yaitu:
— Pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, seperti pelayanan PHBS,
KB, pelatihan kader kesehatan masyarakat, dan kegiatan pengelolaan pelayanan
kesehatan masyarakat lainnya
— Pengelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dan kebudayaan, seperti pengelolaan
pelayanan pendidikan dan kebudayaan
— Pengelolaan kegiatan pengembangan UMKM
— Pengelolaan kegiatan lembaga kemasyarakatan
— Pengelolaan kegiatan ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan
masyarakat
— Penguatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana serta kejadian
luar biasa lainnya

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 4 93
Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan

Tabel 6. Contoh Isi Perbub/Perwali tentang Kewenangan Desa

No Isi Perbup/Perwali memuat:

1 Latar belakang berdasarkan ketentuan Permendagri No. 44 tahun 2016 tentang Kewenangan Desa

2 Tujuannya dalam rangka mendorong pelaksanaan bidang kewenangan desa meliputi:


— Penyelenggaraan pemerintahan desa
— Pelaksanaan pembangunan desa
— Pembinaan kemasyarakatantan desa
— Pemberdayaan masyarakat desa
3 Ruang lingkup meliputi:
— Jenis dan perincian kewenangan desa
— Kriteria kewenangan desa
— Mekanisme pelaksanaan kewenangan desa
— Pendanaan
— Evaluasi dan pelaporan
4 Daftar kewenangan desa bidang penyelenggaraan pemerintahan, rincikan kegiatan berkaitan dengan stunting
meliputi:
— Penyediaan operasional pemerintah desa
— Penyediaan insentif/operasional RT/RW, kader posyandu, kader lainnya yang ditetapkan kepala desa
— Penyediaan sarana/aset tetap perkantoran pemerintahan desa
— Menyusun/pendataan/pemutakhiran profil desa
— Penyelenggaraan musyawarah perencanaan desa/pembahasan APBdesa
— Penyelenggaraan musyawarah desa lainnya (musdus, rembuk warga dll.) yang bersifat non reguler
— Menyusun dokumen perencanaan desa (RPJMDes/RKPDes, Honorarium kader, dll.)
— Penyusunan dokumen keuangan desa
— Pengembangan sistem informasi desa
5 Daftar kewenangan desa bidang pelaksanaan pembangunan, rincian kegiatan berkaitan dengan stunting meliputi:
— Penyelenggaraan PAUD/TK/TPA/TKA/TPQ/Madrasah non formal milik desa (honor pengajar, pakaian
seragam, operasional)
— Penyuluhan dan pendidikan bagi masyarakat desa
— Pemeliharaan sarana dan prasarana PAUD/TK/TPA/TKA/TPQ/Madrasah non formal milik desa
— Penyelenggaraan pos kesehatan desa (PKD/Polindes milik desa) obat-obatan, tambahan insentif bidan
desa/perawat desa, penyediaan pelayanan KB, alat kontrasepsi bagi keluarga miskin
— Penyelenggaraan posyandu (makanan tambahan, kelas ibu hamil, kelas lansia, insentif kader posyandu,
kader kesehatan lainnya) yang ditetapkan oleh kepala desa
— Penyuluhan dan pelatihan bidang kesehatan
— Pengasuhan bersama atau bina keluarga balita
— Pemeliharaan sarana dan prasarana posyandu, PKD/Polindes milik desa
— Pemeliharaan sumber air bersih milik desa
— Pemeliharaan sumur resapan milik desa
— Pembangunan/rehabilitasi/peningkatan sarana air bersih milik desa
— Pembangunan/rehabilitasi/peningkatan fasilitas jamban keluarga desa

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
94

No Isi Perbup/Perwali memuat:

6 Daftar kewenangan desa bidang pembinaan kemasyarakatan, rincian kegiatan berkaitan dengan stunting
meliputi:
— Pembinaan PKK desa
— Pelatihan pembinaan lembaga kemasyarakatan desa
— Insentif kader kesehatan, kader pemberdayaan masyarakat desa
7 Daftar kewenangan desa bidang pemberdayaan kemasyarakatan, rincian kegiatan berkaitan dengan stunting
meliputi:
— Penguatan ketahanan pangan tingkat desa
— Peningkatan kapasitas kepala desa, perangkat desa dan BPD
— Pelatihan/penyuluhan pemberdayaan perempuan
— Bantuan bagi keluarga miskin dan komunitas adat terpencil (sembilan bahan pokok)
— Peningkatan kapasitas kader kesehatan
— Promosi dan edukasi masalah kesehatan masyarakat
— Penyelenggaraan gerakan hidup bersih dan sehat
— Peningkatan kapasitas pemberdayaan masyarakat desa

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 4 95
Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Kewenangan Desa/Kelurahan

TUJUAN PEMBELAJARAN
PESERTA MENGETAHUI
PROSES PENYUSUNAN
PERATURAN BUPATI/
WALIKOTA MENGENAI
KEWENANGAN DESA /
KELURAHAN

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
AKSI INTEGRASI 5:
PEMBINAAN KADER
PEMBANGUNAN
MANUSIA
98

A. TUJUAN Peserta mampu merancang kegiatan pembinaan Kader Pembangunan Manusia


PEMBELAJARAN (KPM)

B. TUJUAN 1. Peserta memahami tugas KPM


PEMBELAJARAN 2. Peserta mampu mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan operasional
KHUSUS pembiayaan KPM
3. Peserta mengetahui cara mengembangkan dukungan sistem untuk
mengoptimalkan kinerja KPM
4. Peserta memahami upaya sinergi kinerja KPM dengan program Organisasi
Perangkat Daerah (OPD)

C. METODE Durasi : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)


Metode : Ceramah singkat dan diskusi kelompok
Alat & Bahan : Paparan presentasi

D. LANGKAH Langkah 1: Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup

1. Sampaikan bahwa Kader Pembangunan Manusia (KPM) adalah kader yang


bertugas untuk memfasilitasi pelaksanaan integrasi pencegahan dan
penurunan stunting di tingkat Desa/Kelurahan. KPM dihadirkan untuk:
— Memastikan sasaran prioritas mendapatkan minimal 5 layanan dasar atau
dengan kata lain, layanan tersebut mengarah kepada sasaran prioritas yang
sama
— Memastikan layanan tersedia di Desa/Kelurahan memenuhi Standar
Pelayanan Minimal (SPM)

2. Sampaikan bahwa KPM berasal dari masyarakat sendiri seperti dari kader
Posyandu, guru, PAUD, dan kader lainnya yang ada di Desa/Kelurahan. Prasyarat
sebagai KPM yaitu:
— Berasal dari desa setempat
— Berpengalaman sebagai kader masyarakat (kader posyandu, Guru PAUD,
kader kesehatan, atau kader lainnya.)
— Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
— Dapat membaca dan menulis, minimal Pendidikan SLTA

KPM dipilih oleh forum musyawarah desa dan ditetapkan oleh Kepala Desa
menggunakan Surat
Keputusan (SK) desa. Setiap desa diharapkan memiliki minimal 1 orang KPM

3. Sampaikan bahwa tugas KPM dimulai dari pemetaan (sasaran dan layanan)
dan pemantauan layanan dengan menggunakan Score Card yang didasarkan
pada PMK No. 193 Tahun 2018 tentang pengelolaan dana desa yang mencakup:
— Pemantauan layanan per kuartal

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 5 99
Pembinaan Kader Pembangunan Manusia

— Pencairan ketiga Dana Desa melampirkan laporan Score Card intervensi


pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi di desa

4. Sampaikan bahwa untuk Score Card, KPM akan menggunakan formulir sebagai
berikut:

Form Isi

Form 1 Pendataan kondisi layanan dan rekapitulasi status sasaran


Form 2A Pemantauan bulanan ibu hamil
Form 2B Pemantauan bulanan anak 0-2 tahun
Form 2C Pemantauan layanan dan sasaran PAUD anak >2-6 tahun
Form 3A Rekapitulasi hasil pemantauan 3 bulanan ibu hamil
Form 3B Rekapitulasi hasil pemantauan 3 bulanan anak 0-2 tahun
Form 4 Score Card capaian konvergensi/integrasi di desa

5. Sampaikan pada peserta tentang pola kerja KPM adalah sebagai berikut:

Pemetaan:
— Sasaran Advokasi kepada:
— Layanan Analisis &
— Pelaksana layanan
Rekomendasi:
— Pemerintah Desa
— Sasaran tidak
— Rembuk Stunting
mendapatkan
Pemantauan layanan
Layanan — Permasalahan
— Score Card layanan
(PMK Kesepakatan & Tindaklanjut
193/2018)

Gambar 5. Pola Kerja Kader Pembangunan Manusia

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
100

6. Sampaikan tahapan mobilisasi KPM adalah sebagai berikut:


— Tahap 1 : Penentuan tugas KPM dalam pelaksanaan integrasi pencegahan
dan penurunan stunting di tingkat desa
— Tahap 2 : Mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan operasional
pembiayaan KPM
— Tahap 3 : Mengembangkan dukungan sistem insentif berbasis
peningkatan kinerja KPM
— Tahap 4 : Menyinergikan kinerja KPM dengan program OPD terkait upaya
penurunan stunting

Langkah 2: Ide-Tulis-Diskusi

1. Bagi kelas ke dalam kelompok yang berisi 4 orang. Sampaikan bahwa masing-
masing orang akan mengkaji topik yang berbeda dan menuliskan tanggapannya
dalam setengah lembar kertas plano dan secara bergantian berbagi di kelompok.
Bahan kajian utama adalah Juknis 8 Aksi Integrasi Penurunan Stunting.

2. Pembagian tugasnya adalah sebagai berikut:

Orang pertama: Tahap 1 (Penentuan tugas KPM dalam pelaksanaan integrasi pencegahan dan
penurunan stunting di tingkat desa).

Hal-hal yang perlu disamakan persepsinya meliputi:


— Peran strategis KPM
— Bentuk tugas yang dapat dikerjakan oleh KPM
— Pola pembinaan yang dapat dilakukan oleh setiap OPD kepada KPM
— Mekanisme distribusi tugas dari OPD Kabupaten kepada KPM
— Pola pelaporan kegiatan KPM

Orang kedua: Tahap 2 (Mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan operasional


pembiayaan KPM)

Hal yang perlu dikaji:


— Identifikasi ketersediaan sumber daya
— Identifikasi ketersediaan pembiayaan operasional KPM
— Identifikasi ketersediaan pembiayaan peningkatan kapasitas KPM

Orang ketiga: Tahap 3 (Mengembangkan dukungan sistem insentif berbasis peningkatan


kinerja KPM)

Yang perlu dikaji:
— Sistem pembinaan dan peningkatan kapasitas KPM
— Sistem pemberian insentif KPM berbasis kinerja

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 5 101
Pembinaan Kader Pembangunan Manusia

— Sistem keberlanjutan KPM


— Pengembangan peran kecamatan dalam pembinaan KPM dan integrasi
layanan penurunan stunting desa

Orang keempat: Tahap 4 (Menyinergikan kinerja KPM dengan program OPD terkait upaya
penurunan stunting)

Yang perlu dikaji:
— Konsolidasi data sasaran 1000 HPK dan kasus stunting
— Rapat bulanan KPM dengan OPD layanan
— Fasilitasi penanganan masalah pada layanan pencegahan dan penurunan
stunting

3. Output setiap peserta untuk kemudian dibagikan ke kelompok untuk didiskusikan


lebih lanjut.
Hasil diskusi direkap dalam LK #10.

LK #10.
Lembar Kerja 10. Rencana Pembinaan Kader Pembangunan Manusia (KPM)

No Langkah Pembinaan KPM Gagasan Pelaksana OPD

1 Penentuan tugas KPM

2 Sumber pembiayaan operasional


KPM
3 Pengembangan sistem insentif
KPM
4 Sinergi tugas KPM dengan OPD

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
AKSI INTEGRASI 6:
SISTEM
MANAJEMEN DATA
STUNTING
104

A. TUJUAN Peserta mampu menyusun langkah-langkah perbaikan sistem manajemen data


PEMBELAJARAN stunting

B. TUJUAN 1. Peserta mampu mengidentifikasi kebutuhan dan kesenjangan data


PEMBELAJARAN 2. Peserta mampu menilai sistem manajemen data saat ini
KHUSUS 3. Peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut perbaikan sistem data
4. Peserta mampu melakukan reviu terhadap perbaikan dan pemanfaatan sistem
data

C. METODE Durasi : 5 Jam Pembelajaran (225 menit)


Metode : Ceramah singkat dan diskusi
Alat & Bahan : Paparan presentasi dan lembar kerja

D. LANGKAH Langkah 1: Tujuan dan Gambaran Peningkatan Sistem Manajemen Data

1. Sampaikan bahwa Bappeda adalah penanggung jawab untuk mengkoordinasi


pelaksanaan Aksi-6.
Tujuan Aksi-6 adalah untuk menyediakan akses data dalam pengelolaan
program pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi

2. Sampaikan data yang akan dihasilkan dari Aksi-6 dapat dipergunakan untuk
mendukung Aksi-1 (Analisis Situasi Program Penurunan Stunting), Aksi-2
(Penyusunan Rencana Kegiatan), Aksi #7 (Pengukuran dan Publikasi Stunting)
dan Aksi-8 (Reviu Kinerja)

3. Sampaikan bahwa ketersediaan data itu penting dan sangat diperlukan dalam
pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi di setiap tingkatan yaitu:
a. Desa/kelurahan: analisis situasi tingkat Desa/Kelurahan, perencanaan
penentuan sasaran program, pemantauan dan evaluasi dan penilaian kinerja
b. Kecamatan: sosialisasi dan advokasi kepala Desa/Kelurahan, penentuan
target desa/kelurahan dan pemantauan kemajuan
c. Kabupaten: analisis situasi, perencanaan, Rembuk Stunting, melihat dan reviu
capaian dan mengambil keputusan perbaikan dan peningkatan pelaksanaan
program

4. Sampaikan sistem manajemen stunting merupakan bagian dari pengelolaan


sumber daya informasi yang mencakup:
a. Identifikasi kebutuhan dan kesenjangan data
b. Penilaian sistem manajemen data saat ini
c. Menyusun rencana tindak lanjut (RTL) perbaikan sistem data
d. Melakukan reviu terhadap perbaikan dan pemanfaatan sistem data

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 6 105
Sistem Manajemen Data Stunting

Langkah 2: Identifikasi Kebutuhan dan Kesenjangan Data

1. Sampaikan bahwa tujuan langkah ini adalah untuk pemetaan ketersediaan data
yang diperlukan untuk pemantauan indikator stunting dan cakupan intervensi
gizi terintegrasi di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten.

2. Sampaikan bahwa selain Indikator Stunting terdapat 18 indikator outcome


yang harus dipantau secara berkala di tingkat pusat, dan daerah termasuk
desa/kelurahan terkait intervensi percepatan penurunan stunting terintegrasi
sesuai dengan daftar berikut:

18 Indikator Output Untuk Pemantauan Intervensi Percepatan Penurunan Stunting


Terintegrasi

1. % anak Balita Stunting


2. % Bumil Kurang Energi Kronik (KEK) mengonsumsi tambahan asupan gizi sesuai
standar
3. % Bumil mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa
kehamilan
4. % Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif
5. % Anak bawah dua tahun (baduta) yang mengonsumsi Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP ASI) sesuai rekomendasi
6. % Anak bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang mendapat pelayanan tata laksana
gizi buruk
7. % Anak bawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya
setiap bulan
8. % Anak bawah lima tahun (balita) kurus yang mengonsumsi tambahan asupan gizi
sesuai standar
9. % Posyandu yang memiliki cakupan pemantauan tumbuh kembang di atas 80%
10. % Sasaran prioritas yang mendapatkan akses air minum layak
11. % Sasaran prioritas yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah domestik)
yang layak
12. % Sasaran prioritas dari keluarga miskin mendapatkan akses Jaminan Kesehatan
Nasional/KIS
13. % Ibu yang mendapatkan akses layanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan
14. % sasaran prioritas dari keluarga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan
tunai bersyarat
15. % sasaran prioritas yang memiliki pemahaman yang baik tentang stunting
16. % sasaran prioritas keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial
pangan
17. % Pasangan catin yang mendapatkan bimbingan pranikah
18. % Desa/ kelurahan Open Defecation Free (ODF)

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
106

3. Ajak partisipan untuk membagi menjadi kelompok yang terdiri dari 6-8 orang.

4. Minta kelompok mengisi LK #11. Masing-masing kelompok mendiskusikan 3-5


indikator yang berbeda. Sampaikan bahwa kebutuhan data sudah teridentifikasi
saat mengerjakan Aksi-1.

5. Minta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya untuk


ditanggapi peserta lainnya.

KETERSEDIAAN DATA
ITU PENTING DAN
SANGAT DIPERLUKAN
DALAM PELAKSANAAN
INTERVENSI GIZI
TERINTEGRASI DI
SETIAP TINGKATAN

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
LK #11
Lembar Kerja 11: Pemetaan Ketersediaan Indikator stunting dan Cakupan Intervensi Gizi Terintegrasi

Pemetaan Ada/Tidak di level Sumber data Periode


berikut**) OPD
Data yang pemantauan/ (waktu Sumber data
Indikator Definisi Operasional Penanggung
dibutuhkan Kab/ pelaporan pengambilan Database****)
Desa Kec. Jawab
Kota rutin***) data)

% anak Balita % anak Balita Stunting — Jumlah anak


Stunting terhadap semua anak Balita
Balita dalam kurun Stunting
waktu yang sama jumlah anak
Balita

% Bumil Kurang % Bumil Kurang Energi — Jumlah


Energi Kronik Kronik (KEK) Bumil KEK
(KEK) mengonsumsi mengonsumsi
mengonsumsi tambahan asupan tambahan
tambahan asupan gizi sesuai standar asupan gizi
gizi sesuai standar terhadap semua bumil sesuai stan-
KEK dalam kurun waktu dar jumlah
yang sama bumil KEK

% Bumil % Bumil mengonsumsi — Jumlah


mengonsumsi Tablet Bumil
Tablet Tambah Tambah Darah (TTD) mengonsum-
Darah (TTD) minimal si Tablet
minimal 90 tablet 90 tablet selama masa Tambah
selama masa kehamilan terhadap Darah (TTD)
kehamilan semua minimal 90
bumil dalam kurun tablet selama
waktu masa
yang sama kehamilan
jumlah bumil
KEK
Sistem Manajemen Data Stunting
AKSI INTEGRASI 6

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
107
108

Pemetaan Ada/Tidak di level Sumber data Periode


berikut**) OPD
Data yang pemantauan/ (waktu Sumber data
Indikator Definisi Operasional Penanggung
dibutuhkan Kab/ pelaporan pengambilan Database****)
Desa Kec. Jawab
Kota rutin***) data)

% Bayi usia kurang % Bayi usia kurang — Jumlah Bayi


dari 6 bulan dari 6 bulan mendapat usia kurang
mendapat ASI ASI eksklusif terhadap dari 6 bulan
eksklusif semua bayi usia mendapat ASI
kurang dari 6 bulan eksklusif
dalam kurun waktu jumlah bayi
yang sama usia kurang
dari 6 bulan

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


% Anak bawah % Anak bawah dua — Jumlah Anak
dua tahun tahun (baduta) yang baduta yang
(baduta) yang mengonsumsi mengonsumsi
mengonsumsi Makanan Pendamping MP ASI sesuai
Makanan Air Susu Ibu (MP ASI) rekomendasi
Pendamping Air sesuai rekomendasi jumlah Anak
Susu Ibu (MP ASI) terhadap semua Anak Baduta
sesuai rekomen- Baduta dalam
dasi kurun waktu yang sama

% Anak bawah % Anak bawah lima — Jumlah Anak


lima tahun (balita) tahun (balita) gizi balita yang
gizi buruk yang buruk yang mendapat gizi buruk
mendapat pelayanan tata yang
pelayanan tata laksana gizi buruk mendapat
laksana gizi buruk ter­hadap semua anak pelayanan
Balita gizi buruk tata laksana
dalam kurun waktu gizi buruk
yang sama jumlah Anak
gizi buruk

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Pemetaan Ada/Tidak di level Sumber data Periode
berikut**) OPD
Data yang pemantauan/ (waktu Sumber data
Indikator Definisi Operasional Penanggung
dibutuhkan Kab/ pelaporan pengambilan Database****)
Desa Kec. Jawab
Kota rutin***) data)

% Anak bawah % Anak bawah lima — Jumlah Anak


lima tahun (balita) tahun (balita) yang bawah lima ta-
yang dipantau dipantau pertumbuhan hun (balita)
pertumbuhan dan dan perkembangannya yang dipantau
perkembangannya setiap bulan terhadap pertumbuhan
setiap bulan semua anak dan perkem-­
balita dalam kurun bangannya
waktu yang sama setiap bulan
jumlah anak
balita

% Anak bawah % Anak bawah lima — Jumlah anak


lima tahun (balita) tahun (balita) kurus bawah lima ta-
kurus yang yang mengonsumsi hun (balita
mengonsumsi tambahan asupan gizi kurus yang
tambahan asupan sesuai standar mengonsum-
gizi sesuai standar terhadap semua Anak si tambahan
Balita yang kurus asupan gizi
dalam kurun waktu sesuai standar
yang sama — Jumlah anak
balita yang
kurus

% Posyandu yang % Posyandu yang — Jumlah ­


memiliki cakupan memiliki cakupan Posyandu
pemantauan tum- pemantauan tumbuh yang memilki
buh kembang kembang di atas 80% cakupan
di atas 80% terhadap semua pemantau­an
Posyandu dalam kurun tumbuh
waktu yang sama kembang di
atas 80%
— Jumlah
­Posyandu yang
ada
Sistem Manajemen Data Stunting
AKSI INTEGRASI 6

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
109
110

Pemetaan Ada/Tidak di level Sumber data Periode


berikut**) OPD
Data yang pemantauan/ (waktu Sumber data
Indikator Definisi Operasional Penanggung
dibutuhkan Kab/ pelaporan pengambilan Database****)
Desa Kec. Jawab
Kota rutin***) data)

% Sasaran % sasaran prioritas — Jumlah sasaran


prioritas*) yang yang mendapatkan prioritas yang
mendapatkan akses air minum layak mendapatkan
akses air minum terhadap semua sa­ akses air mi-
layak sar­an prioritas dalam num layak
kurun waktu yang sama — Jumlah sasaran
prioritas

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


% Sasaran % Sasaran prioritas — Jumlah sasaran
prioritas yang yang mendapatkan prioritas yang
mendapatkan akses sanitasi mendapatkan
akses sanitasi (air (air limbah domestik) akses sanitasi
limbah domestik) yang layak terhadap layak
yang layak semua sasaran priori- — Jumlah sasaran
tas dalam kurun waktu prioritas
yang sama

% Sasaran % Sasaran prioritas dari — Jumlah sasaran


prioritas dari keluarga miskin prioritas dari
keluarga miskin mendapatkan akses keluarga miskin
mendapatkan Jaminan Kesehatan mendapatkan
akses Jaminan terhadap semua akses Jaminan
Kesehatan Sasaran prioritas dari Kesehatan
keluarga miskin dalam — Jumlah Sasaran
kurun waktu yang sama prioritas dari
keluarga
miskin

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
Pemetaan Ada/Tidak di level Sumber data Periode
berikut**) OPD
Data yang pemantauan/ (waktu Sumber data
Indikator Definisi Operasional Penanggung
dibutuhkan Kab/ pelaporan pengambilan Database****)
Desa Kec. Jawab
Kota rutin***) data)

% Ibu yang % Ibu yang mendapat­ — Jumlah


mendapatkan kan akses layanan Ibu yang
akses layanan Keluarga Berencana mendapat­kan
Keluarga (KB) pasca akses layanan
Berencana (KB) persalinan terhadap Keluarga Be-­
pasca persalinan semua ibu yang mela- rencana (KB)
hirkan dalam kurun pasca
waktu yang sama persalinan
— Jumlah semua
ibu yang
melahir­kan

% sasaran % sasaran prioritas dari — Jumlah sasaran


prioritas dari keluarga miskin dan prioritas dari
keluarga miskin rentan yang memper- keluarga miskin
dan rentan yang oleh bantuan tunai dan rentan yang
memperoleh bersyarat terhadap memperoleh
bantuan tunai semua sasaran priori­ bantuan tunai
bersyarat tas dalam kurun waktu bersyarat
yang sama — Jumlah semua
sasaran
prioritas

% sasaran % sasaran prioritas — Jumlah sasaran


prioritas yang yang memiliki pema­ prioritas yang
memiliki haman yang baik memiliki pema-
pemahaman yang tentang stunting haman yang
baik tentang terhadap semua sasar­ baik tentang
stunting an prioritas dalam stunting
kurun waktu yang sama — Jumlah semua
sasaran
prioritas
Sistem Manajemen Data Stunting
AKSI INTEGRASI 6

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
111
112

Pemetaan Ada/Tidak di level Sumber data Periode


berikut**) OPD
Data yang pemantauan/ (waktu Sumber data
Indikator Definisi Operasional Penanggung
dibutuhkan Kab/ pelaporan pengambilan Database****)
Desa Kec. Jawab
Kota rutin***) data)

% sasaran % sasaran prioritas — Jumlah sasaran


prioritas keluarga keluarga miskin dan prioritas keluar-
miskin dan rentan rentan yang ga miskin dan
yang menerima menerima bantuan rentan yang
bantuan sosial sosial pangan terhadap menerima
pangan semua sasaran priori- bantuan sosial
tas dalam kurun waktu pangan
yang sama — Jumlah semua
sasaran
prioritas

% Pasangan catin % Pasangan catin yang — Jumlah Pa­-

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


yang mendapatkan mendapatkan bimbing­ sangan
bimbingan pra­ an pranikah dengan catin yang
nikah dengan materi pencegahan mendapat­kan
materi pencegahan stunting terhadap bimbingan
stunting semua pasangan catin pranikah
dalam kurun waktu dengan materi
yang sama pencegahan
stunting
— Jumlah
pasangan
catin

% Desa/Kelurahan % Desa/Kelurahan Open — Jumlah Desa/


Open Defecation Defecation Free (ODF) kelurahan ODF
Free (ODF) terhadap semua — Jumlah
desa/kelurahan desa/kelurahan

Keterangan :
*) Sasaran prioritas : Rumah tangga yang mempunyai anggota 1000 HPK, Remaja Putri dan Catin
**) Diisi ada atau tidak dengan mempertimbangkan apakah data dapat diagregasi sesuai tingkatannya
***) Sumber data pemantauan/ pelaporan rutin** : titik pengambilan data primer di lapangan misal puskesmas, posyandu, atau rumah tangga

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
****) Sumber data database: titik repositori/penyimpanan data yang sudah dikumpulkan berupa sistem informasi misal di Pusat Data Bappeda,
Kantor Statistik Kabupaten, atau OPD
AKSI INTEGRASI 6 113
Sistem Manajemen Data Stunting

Langkah 3: Penilaian Sistem Manajemen Data

1. Sampaikan bahwa tujuan langkah ini adalah untuk identifikasi permasalahan


terkait dengan sistem penyediaan data. Jelaskan pula bahwa langkah ini dapat
melengkapi permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil pemetaan LK #11.

2. Minta kelompok yang telah dibentuk untuk langkah 3 melanjutkan diskusi untuk
mengisi LK #12 .

3. Masing-masing kelompok tetap membahas 3-5 indikator yang berbeda.

4. Minta hasil diskusi dipresentasikan oleh masing-masing kelompok dan untuk


mendapat tanggapan dari peserta lainnya.

5. Isu Manajemen data yang perlu dipertimbangkan untuk pengisian LK #12


a. Ketersediaan sumber daya
› Kapasitas SDM: ada/tidaknya petugas, mutasi/turn over, pernah mengikuti
pelatihan sistem manajemen data, kejelasan tugas dan tanggung jawab
› Alokasi anggaran untuk kegiatan manajemen data
b. Alur dan jadwal pelaporan data: ketersediaan panduan untuk alur dan jadwal
pelaporan, mekanisme/ jenjang pelaporan data, kepatuhan pelaporan sesuai
dengan panduan
c. Instrumen pengelolaan data: SOP (pengumpulan data, pelaporan, dan kendali
mutu), form pelaporan, alat ukur
d. Analisis dan pemanfaatan data: pedoman/panduan, penggunaan data untuk
perencanaan, pemantauan dan evaluasi.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
114

LK #12
Lembar Kerja 12: Penilaian Sistem Manajemen Data

Permasalahan Sistem Penyediaan Dan Kualitas Data


Pengelola Sistem/ OPD
Indikator Definisi Operasional Unit Penanggung Ketersediaan Alur dan Instrumen Analisis dan Lain- lain
Jawab Sumber Daya Jadwal Pengelolaan Pemanfaatan
Pelaporan Data Data

% anak Balita Stunting

% Bumil Kurang Energi Kronik


(KEK) mengonsumsi tambah­
an asupan gizi sesuai standar

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


% Bumil mengonsumsi Tablet
Tambah Darah (TTD) mini-
mal 90 tablet selama masa
kehamilan

% Bayi usia kurang dari 6 bu-


lan mendapat ASI eksklusif

% Anak baduta (bawah dua


tahun) yang mengonsumsi
Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP ASI) sesuai
rekomendasi

% Anak bawah lima tahun


(balita) gizi buruk yang
mendapat pelayanan tata
laksana gizi buruk

% Anak bawah lima tahun


(balita) yang dipantau
pertumbuhan dan
perkembangannya setiap

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
bulan
Permasalahan Sistem Penyediaan Dan Kualitas Data
Pengelola Sistem/ OPD
Indikator Definisi Operasional Unit Penanggung Ketersediaan Alur dan Instrumen Analisis dan Lain- lain
Jawab Sumber Daya Jadwal Pengelolaan Pemanfaatan
Pelaporan Data Data

% Anak bawah lima


tahun (balita) kurus yang
mengonsumsi tambahan
asupan gizi sesuai standar

% Posyandu yang memiliki


cakupan pemantauan tumbuh
kembang di atas 80%

% Sasaran prioritas yang


mendapatkan akses air
minum layak

% Sasaran prioritas yang


mendapatkan akses sanitasi
(air limbah domestik) yang
layak

% Sasaran prioritas dari


keluarga miskin mendapatkan
akses Jaminan Kesehatan

% Ibu yang mendapatkan


akses layanan Keluarga
Berencana (KB) pasca
persalinan

% sasaran prioritas dari


keluarga miskin dan rentan
yang memperoleh bantuan
tunai bersyarat
Sistem Manajemen Data Stunting
AKSI INTEGRASI 6

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
115
116

Permasalahan Sistem Penyediaan Dan Kualitas Data


Pengelola Sistem/ OPD
Indikator Definisi Operasional Unit Penanggung Ketersediaan Alur dan Instrumen Analisis dan Lain- lain
Jawab Sumber Daya Jadwal Pengelolaan Pemanfaatan
Pelaporan Data Data

% sasaran prioritas yang

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


memiliki pemahaman yang
baik tentang stunting

% sasaran prioritas keluarga


miskin dan rentan yang
menerima bantuan sosial
pangan

% Pasangan catin yang


mendapatkan bimbingan
pranikah dengan materi
pencegahan stunting

% Desa/ kelurahan Open


Defecation Free (ODF)

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
AKSI INTEGRASI 6 117
Sistem Manajemen Data Stunting

Langkah 4: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) Perbaikan Sistem


Manajemen Data

1. Setelah identifikasi kebutuhan dan kesenjangan data hasil dari langkah 1-3, ajak
peserta untuk menyusun rencana tindak lanjut perbaikan sistem manajemen
data
2. Minta kelompok yang sudah ada pada langkah sebelumnya melanjutkan
berdiskusi untuk mengisi LK # 13
3. Masing-masing kelompok membahas 3-5 indikator yang berbeda
4. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok dan
ditanggapi peserta lainnya
5. Sampaikan bahwa perbaikan sistem manajemen data, antara lain, dapat
mencakup hal-hal sebagai berikut:
— Indikator yang belum tersedia datanya sehingga perlu menambahkan
indikator tersebut dalam juknis pemantauan dan evaluasi program untuk
datanya dikumpulkan di lapangan
— Atribut data yang dikumpulkan, semisal mengumpulkan data layanan pada
rumah tangga sasaran prioritas penurunan stunting yang selama ini tidak
ada
— Pengembangan sistem, misalnya pengembangan dashboard untuk
menghubungkan sistem informasi yang sudah ada dari berbagai OPD
— Pengembangan kapasitas SDM, semisal data sudah tersedia tetapi tidak
dapat dimanfaatkan sehingga perlu ada pelatihan analisis data.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
118

Usulan perbaikan/ OPD Penaggung Usulan


No. Indikator Masalah*)
kegiatan (RTL) Jawab waktu

1 % anak Balita Stunting

2 % Bumil Kurang Energi Kronik (KEK) mengonsumsi


tambahan asupan gizi sesuai standar

3 % Bumil mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)


minimal 90 tablet selama masa kehamilan

4 % Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI


eksklusif

5 % Anak bawah dua tahun (baduta) yang


mengonsumsi Makanan Pendamping Air Susu

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


Ibu (MP ASI) sesuai rekomendasi

6 % Anak bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang


mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk
7 % Anak bawah lima tahun (balita) yang dipantau
pertumbuhan dan perkembangannya setiap bulan

7 % Anak bawah lima tahun (balita) yang dipantau


pertumbuhan dan perkembangannya setiap bulan

8 % Anak bawah lima tahun (balita) kurus yang


mengonsumsi tambahan asupan gizi sesuai
standar

9 % Posyandu yang memiliki cakupan pemantauan


tumbuh kembang di atas 80%

10 % Sasaran prioritas yang mendapatkan akses air


minum layak

11 % Sasaran prioritas yang mendapatkan akses sanitasi


(air limbah domestik) yang layak

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #13
Lembar Kerja 13: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) Perbaikan Sistem Manajemen Data

Usulan perbaikan/ OPD Penaggung Usulan


No. Indikator Masalah*)
kegiatan (RTL) Jawab waktu

12 % Sasaran prioritas dari keluarga miskin


mendapatkan akses Jaminan Kesehatan

13 % Ibu yang mendapatkan akses layanan Keluarga


Berencana (KB) pasca persalinan

14 % sasaran prioritas dari keluarga miskin dan rentan


yang memperoleh bantuan tunai bersyarat

15 % sasaran prioritas yang memiliki pemahaman yang


baik tentang stunting

16 % sasaran prioritas keluarga miskin dan rentan yang


menerima bantuan sosial pangan

17 % Pasangan catin yang mendapatkan bimbingan


pranikah dengan materi pencegahan stunting

18 % Desa/ kelurahan Open Defecation Free (ODF)

*) dikembangkan berdasarkan hasil LK #11 dan LK #12


Sistem Manajemen Data Stunting
AKSI INTEGRASI 6

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
119
120

6. Informasi pada LK #13 dapat menjadi bahan acuan untuk penyusunan rencana
perbaikan sistem data

7. Rencana Tindak Lanjut dijadikan dasar untuk melaksanakan kegiatan perbaikan


sistem data di masing-masing OPD saat tahun anggaran berjalan. Selain itu,
dijadikan acuan untuk penyusunan perencanaan kegiatan di Aksi #2 di tahun
berikutnya. Perlu diidentifikasi program, kegiatan, output dan anggaran (format
mengacu ke Aksi #2)

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 6 121
Sistem Manajemen Data Stunting

TUJUAN PEMBELAJARAN
PESERTA MAMPU
MENYUSUN LANGKAH-
LANGKAH PERBAIKAN
SISTEM MANAJEMEN
DATA STUNTING

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
AKSI INTEGRASI 7:
PENGUKURAN DAN
PEMANFAATAN
DATA STUNTING
124

A. TUJUAN Membekali peserta dengan pemahaman tentang pengukuran stunting dengan


PEMBELAJARAN mengumpulkan data prevalensi stunting terkini pada skala layanan puskesmas,
kecamatan, dan desa; serta upaya-upaya pemanfaatan data untuk menguatkan
komitmen pemerintah dan masyarakat

B. TUJUAN 1. Membekali peserta dengan pemahaman tentang perencanaan kegiatan


PEMBELAJARAN pengukuran
KHUSUS 2. Membekali peserta dengan pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan
pengukuran
3. Membekali peserta dengan pemahaman tentang pengelolaan data dan
pelaporan
4. Membekali peserta dengan pemahaman tentang publikasi hasil pengukuran

C. METODE Durasi : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)


Metode : Ceramah singkat dan diskusi
Alat & Bahan : Paparan presentasi

D. LANGKAH 1. Sampaikan bahwa Aksi #7 yang koordinasi oleh Dinas Kesehatan merupakan
upaya pemerintah kabupaten/kota untuk memperoleh data stunting terkini
dan memanfaatkan data yang diperoleh oleh berbagai pemangku kepentingan.
Data dikumpulkan berkala setiap periode waktu tertentu dan pengukurannya
dilakukan berjenjang, mulai dari posyandu, desa/kelurahan, kecamatan dan
kabupaten/kota.

2. Fasilitator membagi kertas atau kartu metaplan dan spidol pada setiap
partisipan. Sampaikan pertanyaan untuk di pikirkan dalam waktu 3 menit
sebagai berikut:
a. Apa yang dapat dimanfaatkan dari data status gizi di tingkat kabupaten/kota
(oleh pemerintah kabupaten/kota)?
b. Apa saja manfaat data stunting berjenjang, tingkat desa/kelurahan lalu
kecamatan bagi masing-masing pemerintah desa/kelurahan dan kecamatan
dan Puskesmas?

3. Minta partisipan menempelkan kartu metaplan di dinding lalu ajak membuat


kluster dan bahas secara singkat. Bila ada topik di bawah ini belum muncul,
fasilitator menuliskan di kertas/ kartu metaplan dengan warna berbeda dan
membahas secara singkat.
a. Memantau kemajuan
b. Masukan bagi pengembangan program
c. Masukan bagi perencanaan

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 7 125
Pengukuran Dan Pemanfaatan Data Stunting

d. Menentukan target layanan dan pengalokasian sumber daya (desa/


kelurahan)
e. Bahan advokasi

4. Sampaikan, tahap pelaksanaan Aksi-7 mencakup 5 tahap sebagai berikut:


a. Tahap 1 : Merencanakan kegiatan
b. Tahap 2 : Melaksanakan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan
c. Tahap 3 : Mengelola data
d. Tahap 4 : Memanfaatkan hasil pengukuran
e. Tahap 5 : Pemanfaatan data hasil pengukuran

5. Tahap 1: Merencanakan kegiatan


Tahap ini membahas platform kegiatan pengukuran stunting, rencana kegiatan
pengumpulan data, frekuensi, waktu pelaksanaan dan sumber daya yang
diperlukan.
Rencana kegiatan, frekuensi dan waktu pelaksanaan terkait dengan opsi
platform. Sampaikan, opsi platform sebagai berikut:
a. Kegiatan Posyandu, pengukuran tinggi badan/panjang badan minimal 3
bulan sekali oleh tenaga kesehatan dengan menggunakan alat antropometri
sesuai standar Kementerian Kesehatan (Permenkes No. 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometeri Anak)
b. Kegiatan bulan penimbangan yang dilakukan bersamaan waktunya dengan
distribusi kapsul vitamin A, dua kali setahun (bulan Februari dan Agustus)
yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan
c. Survei status gizi setahun sekali atau 5 tahun sekali
— Ajak partisipan berdiskusi, tanyakan, apa sisi positif dan negatif dari
masing-masing opsi di atas?
— Ajak partisipan mempertimbangkan berbagai aspek, di antaranya
frekuensi, kesiapan sumber daya, kemudahan kegiatan pengukuran,
pemanfaatan hasil pengukuran dll.
— Ajak partisipan berdialog untuk menentukan opsi platform.

Sampaikan bahwa sumber daya yang diperlukan bisa mencakup pembiayaan
untuk:
— Sumber daya manusia (1)
— Pelatihan (2)
— Pengumpulan data (3)
— Sistem kendali mutu (4)
— Pengolahan data, pelaporan dan pengelolaan penyimpanan data (5)
— Diseminasi dan publikasi (6)

Bagi forum ke dalam kelompok berisi 5-6 orang di mana masing-masing


mendiskusikan topiktopik di bawah ini selama 30 menit. Gunakan kertas/kartu
metaplan untuk diskusi dan membangun kesepakatan.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
126

— Kelompok 1: Sumber daya manusia (1) dan Pelatihan (2)


Siapa saja yang perlu dilibatkan? Apa peran mereka?
Alat atau instrumen apa saja yang dibutuhkan?
Bagaimana kesiapan/kecakapan SDM untuk melaksanakan peran
mereka?
Pelatihan apa yang diperlukan? Siapa yang bisa melatih sesuai modul
yang tersedia?

— Kelompok 2: Pengumpulan data (3) dan Sistem kendali mutu (4)
Apa pedoman yang digunakan untuk tata laksana pengukuran?
Alat pengukuran yang seharusnya digunakan? Bagaimana mengatasi
keterbatasan alat?
Bagaimana koordinasi yang perlu dilakukan untuk persiapan pelaksanaan?
Dengan pihak mana? Kapan?
Bagaimana sistem kendali mutu yang akan diterapkan?
Bagaimana caranya menggalang partisipasi masyarakat?

— Kelompok 3 : Pengolahan data dan Pelaporan (5)


Apa pedoman yang digunakan untuk tata laksana pengukuran?
Analisis apa saja yang dapat dilakukan pada data yang terkumpul?
Bagaimana format/struktur pelaporan yang dianggap efektif?
Bagaimana sistem informasi, manual maupun daring/online, yang dapat
dimutakhirkan dan mendukung data secara berjenjang dari Posyandu
sampai kabupaten/kota?

— Kelompok 4: Diseminasi dan Publikasi (6)


Siapa saja yang disasar untuk mendapat laporan hasil pengukuran?
Apa saluran/ kegiatan/ media untuk menyampaikan hasil pengukuran?
(Di tingkat desa/kelurahan? Kecamatan? Kabupaten/kota?)
Data apa yang disediakan bagi masing-masing pihak di atas?
Apa tujuan dari diseminasi pada sasaran-sasaran itu?

Minta masing-masing kelompok mempresentasikan dalam forum dengan


menyajikan kartu-kartu metaplan final mereka.

Ajak partisipan mengelompokkan kartu-kartu kelompok 2-4 ke dalam 4


tahap berikut.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 7 127
Pengukuran Dan Pemanfaatan Data Stunting

6. Tahap 2: Melaksanakan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan


Sampaikan bahwa tahap ini menjelaskan tata cara pengukuran pertumbuhan
dan perkembangan.
— Pengukuran pertumbuhan dan pengembangan mengacu pada pedoman tata
laksana pengukuran pertumbuhan dan perkembangan yang ditentukan oleh
Kementerian Kesehatan
— Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan Puskesmas dan Posyandu untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
— Pastikan alur informasi masuk ke dalam sistem data
— Dinas Kesehatan memastikan ketersediaan alat ukur sesuai standar dan
dilakukan kalibrasi secara rutin serta memastikan keakuratan umur melalui
catatan resmi
— Dinas Kesehatan memastikan bahwa petugas pengukuran (tenaga petugas
gizi, bidan, dan KPM) telah mendapatkan pelatihan antropometri pengukuran
panjang/tinggi badan anak balita dan pelatihan/sosialisasi pemantauan
perkembangan melalui Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) bagi kader dan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) bagi petugas kesehatan
— Dinas Kesehatan dan Puskesmas melakukan kendali mutu pengukuran dan
penimbangan di Posyandu. Kendali mutu dilakukan secara acak dengan
melakukan pengukuran ulang dalam waktu yang berdekatan dengan hari
pengukuran sebelumnya yang telah dilakukan oleh Bidan, tenaga pelaksana
gizi, KPM dan kader kesehatan lainnya.
— Pengukuran stunting di Posyandu perlu dilakukan secara rutin dan
menyeluruh untuk semua anak berumur di bawah lima tahun (balita) untuk
mendapatkan data prevalensi stunting dan dilaporkan secara berjenjang dari
Posyandu ke Puskesmas, dan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan
— Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita menggalang
partisipasi aktif masyarakat untuk akuntabilitas sosial, yakni bertindak
bersama-sama dan meningkatkan perhatian serta pengawasan terhadap
integrasi dan kinerja tenaga kesehatan dan gizi dan kader lainnya.

7. Tahap 3: Mengelola Penyimpanan Data Pengukuran Pertumbuhan dan


Perkembangan
Sampaikan bahwa:
— Dinas Kesehatan kabupaten/kota harus membangun sistem informasi yang
memuat hasil pengukuran tumbuh kembang anak balita terutama stunting
secara berjenjang dari Posyandu ke tingkat yang lebih tinggi, baik secara
manual maupun online.
— Data tersebut harus terus diperbarui agar selalu mutakhir, sesuai dengan
perubahan yang terjadi pada balita yang dijumpai pada saat dilakukan
pengukuran di platform pemantauan tumbuh kembang anak balita.

8. Tahap 4: Memanfaatkan Hasil Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan


Dinas Kesehatan menggunakan hasil pengukuran tumbuh kembang anak Balita
untuk melakukan analisis sebagai berikut:

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
128

1. Analisis tren
2. Analisis menurut demografi dan geografi
3. Analisis komparatif
4. Analisis hubungan dalam program/antar program

Hasil analisis data di atas dapat dimanfaatkan untuk:


— Menilai kemajuan pada tingkat individu
Mengidentifikasikan bahwa seorang anak memiliki pertumbuhan dan
perkembangan secara normal atau bermasalah sehingga harus segera dinilai
ulang dan mendapatkan penanganan tenaga kesehatan.
— Menilai kemajuan pada tingkat keluarga
Untuk menunjukkan pola permasalahan kesehatan di tingkat keluarga yang
berkontribusi pada kejadian stunting
— Menilai kemajuan pada tingkat RT/RW/kelurahan/desa
Menunjukkan kemajuan/perbaikan masalah kesehatan prioritas pada masing-
masing RT/RW/kelurahan/desa dan mengidentifikasi RT/RW/kelurahan/desa
yang memerlukan perhatian khusus
— Menilai kemajuan pada tingkat kecamatan
Mengidentifikasi faktor pemicu stunting dan potensi yang dimiliki untuk
mengatasi atau mengurangi faktor risiko
— Menilai kemajuan pada tingkat kabupaten/kota
Menjadi masukan dalam Analisis Situasi untuk menunjukkan kecamatan dan
desa yang perlu perhatian khusus dan mengindikasikan kegiatan yang perlu
dimasukkan dalam Rencana

Kegiatan. Selain itu, hasil analisis disampaikan pada saat Rembuk Stunting
sebagai bahan advokasi (Aksi #3).

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 7 129
Pengukuran Dan Pemanfaatan Data Stunting

TUJUAN PEMBELAJARAN
MEMBEKALI PESERTA DENGAN
PEMAHAMAN TENTANG
PENGUKURAN STUNTING
DENGAN MENGUMPULKAN DATA
PREVALENSI STUNTING TERKINI
PADA SKALA LAYANAN PUSKESMAS,
KECAMATAN, DAN DESA; SERTA
UPAYA-UPAYA PEMANFAATAN DATA
UNTUK MENGUATKAN KOMITMEN
PEMERINTAH DAN MASYARAKAT

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
AKSI INTEGRASI 8:
REVIU KINERJA
TAHUNAN
132

A. TUJUAN Membekali peserta dengan kemampuan untuk mempersiapkan dan melaksanakan


PEMBELAJARAN kegiatan reviu kinerja tahunan

B. TUJUAN 1. Membekali peserta dengan kemampuan mengidentifikasi sumber data dan


PEMBELAJARAN pengumpulan data Kinerja Program/Kegiatan
KHUSUS 2. Membekali peserta dengan kemampuan melaksanakan reviu kinerja tahunan
3. Membekali peserta dengan kemampuan untuk menyusun dokumen hasil reviu
kinerja tahunan

C. METODE Durasi : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)


Metode : Ceramah singkat dan diskusi
Alat & Bahan : Paparan presentasi

D. LANGKAH 1. Sampaikan bahwa Reviu Kinerja Tahunan yang dipimpin oleh Sekda dan
Bappeda dan bertujuan untuk:
— Membandingkan rencana dan realisasi dari:
› Capaian output (target kinerja)
› Capaian outcome (prevalensi stunting)
› Penyerapan anggaran
› Kerangka waktu penyelesaian
— Mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung pencapai
kinerja output dan outcome
› Konsultasi dengan OPD terkait
› Melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi atau pendalaman lebih
lanjut
— Merumuskan tindak lanjut perbaikan

2. Sampaikan bahwa Reviu Kinerja Tahunan mencakup:


— Pelaksanaan Rencana Kegiatan
— 8 Aksi Integrasi Kabupaten/Kota
— Realisasi rencana kegiatan penurunan stunting tahunan daerah
— Pelaksanaan anggaran program dan kegiatan intervensi stunting
3. Sampaikan bahwa tahapan kegiatannya reviu terdiri dari:
— Tahap 1: Identifikasi sumber data dan pengumpulan data kinerja program/
kegiatan
— Tahap 2: Pelaksanaan reviu kinerja tahunan penurunan stunting terintegrasi
— Tahap 3: Menyusun dokumen hasil reviu kinerja tahunan

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 8 133
Reviu Kinerja Tahunan

4. Tahap 1. Sampaikan untuk reviu, kita membutuhkan dokumen yang berisi data
berikut:
— Program, kegiatan, output yang terkait dengan penurunan stunting yang
terdapat dalam DPA SKPD
— Realisasi output kegiatan dan target
— Penyerapan anggaran
— Realisasi lokasi kegiatan dan rencana
— Cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif
— Tingkat konvergensi di kabupaten/kota (bisa menggunakan form rekap score
card) untuk mengetahui perkembangan cakupan rumah tangga sasaran
yang mengakses intervensi gizi spesifik dan sensitif
— Perkembangan prevalensi dan kasus stunting (data tahun ini dan tahun
sebelumnya)
— Penggunaan dana desa/kelurahan untuk penurunan stunting yang terdapat
dalam score card KPM

Diskusikan bersama, dokumen apa saja yang menyediakan data yang
diperlukan? Tuliskan rekomendasi partisipan.

5. Tahap 2. Ajak partisipan untuk menginput data ke dalam tabel berikut.

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri
134

LK #14
Lembar Kerja 14. Reviu Kinerja Tahunan

Indikator
Capaian Output Anggaran (juta rupiah)
Kinerja Permasalahan/ Sumber Rekomendasi
Program Kegiatan OPD Lokasi
Keluaran Kendala Pendanaan Tindak Lanjut
(Output) Target Realisasi Alokasi Realisasi

A. Program/kegiatan yang terkait intervensi spesifik dan sensitif

Pembinaan Peningkatan % bumil KEK


kesehatan kesehatan konsumsi
masyarakat ibu tambahan
asupan gizi
Jenis
Aktivitas

………..

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


Peningkatan % bumil
kesehatan konsumsi
ibu > 90 TTD

% bayi < 6
bulan ASI
Eksklusif

% baduta
MPASI sesuai
anjuran

% balita gizi
buruk dapat
layanan tata
laksana gizi
buruk

% balita
dipantau
­pertumbuhan
dan

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
perkembangan
Indikator
Capaian Output Anggaran (juta rupiah)
Kinerja Permasalahan/ Sumber Rekomendasi
Program Kegiatan OPD Lokasi
Keluaran Kendala Pendanaan Tindak Lanjut
(Output) Target Realisasi Alokasi Realisasi

% balita kurus
konsumsi
tambahan
asupan gizi

% Posyandu
cakupan
pemantauan
tumbuh
kembang di
atas 80%

Dst

B. Pelaksanaan 8 aksi integrasi

Analisis situasi Bappeda

Penyusunan
rencana
kegiatan

Rembuk
stunting
Reviu Kinerja Tahunan
AKSI INTEGRASI 8

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
135
136

Indikator
Capaian Output Anggaran (juta rupiah)
Kinerja Permasalahan/ Sumber Rekomendasi
Program Kegiatan OPD Lokasi
Keluaran Kendala Pendanaan Tindak Lanjut
(Output) Target Realisasi Alokasi Realisasi

Perbup/
Perwali
tentang
kewenangan
desa

(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)


Pembinaan
KPM

Sistem
manajemen
data stunting

Reviu kinerja
tahunan

a. Diskusikan, analisis apa yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan tabel di atas?
b. Diskusikan, bagaimana metode mengukur/menilai kinerja program/kegiatan?
c. Identifikasi cakupan capaian kinerja (Lihat box berikut ini)
— Program/kegiatan yang kinerja keuangan dan kinerja output-nya rendah
— Program/kegiatan yang kinerja keuangannya rendah tetapi kinerja output-nya tinggi
— Program/kegiatan yang kinerja keuangannya tinggi tetapi kinerja output-nya rendah
— Program/kegiatan yang kinerja keuangan dan kinerja output-nya tinggi
d. Kaitkan dengan permasalahan/kendala dan kesimpulan/rekomendasi apa yang bisa diberikan untuk hasil reviu diatas.

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
LK #15
Lembar Kerja 15: Pemutakhiran Status Tindak Lanjut Rekomendasi Penilaian Kinerja yang Dilaksanakan oleh Provinsi

No. Rekomendasi Provinsi Status Tindak Lanjut Alasan

Sudah Sebagian/ Belum

1. Kolom Sudah = apabila satu rekomendasi sudah ditindaklanjuti secara lengkap.


2. Kolom Belum/Sebagian = apabila satu rekomendasi belum ditindaklanjuti atau baru ditindaklanjuti sebagian.
3. Kolom Alasan = untuk menjelaskan alasan belum/baru sebagian ditindaklanjutinya suatu rekomendasi.
Reviu Kinerja Tahunan
AKSI INTEGRASI 8

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /
137
138

Cakupan Dokumen Capaian Kinerja

1. Kinerja pelaksanaan Rencana Kegiatan:


— Apakah kegiatan yang tercantum dalam rencana kegiatan dilaksanakan (Ya/
Tidak)?
— Berapa persen tingkat realisasi pelaksanaan kegiatan?
— Bagaimana realisasi pelaksanaan kegiatan di desa fokus?
(kegiatan yang dilaksanakan, sumber pendanaan (OPD, dana desa), cakupan
kegiatan, realisasi anggaran, persen tingkat kenaikan integrasi layanan pada
rumah tangga 1.000 HPK)

2. Kinerja pelaksanaan 8 (Delapan) Aksi Integrasi Daerah


— Apakah Daerah sudah melaksanakan Aksi Integrasi yang direncanakan? (Ya/Tidak
untuk delapan komponen Aksi Integrasi)?
— Bila ya, bagaimana kemajuan pelaksanaan masing-masing Aksi?
— Bila tidak, apa hambatanya?

3. Kinerja pelaksanaan intervensi, program/kegiatan terkait stunting:


— Bagaimana capaian realisasi target intervensi utama penurunan stunting?
— Berapa anggaran yang dialokasikan untuk program/kegiatan terkait penurunan
stunting?
— Berapa persen realisasi anggaran program/kegiatan terkait penurunan stunting?
— Berapa persen cakupan output program/kegiatan terkait penurunan stunting?
— Berapa persen tingkat kenaikan cakupan layanan pada program prioritas?

4. Rekomendasi dan rencana tindak lanjut

5. Identifikasi praktik baik

Sampaikan bahwa hasil analisis/informasi yang didapat perlu dikonsultasikan


bersama lintas sektor khususnya untuk mendapatkan input tentang penyebab
belum terlaksanakannya kegiatan dan dukungan yang dibutuhkan, indentifikasi
tantangan, tindakan perbaikan dan dukungan yang diutuhkan dan daftar
kegiatan yang masih diperlukan untuk tahun berjalan.

6. Tahap 3. Menyusun dokumen hasil reviu kinerja tahunan yang mengacu pada
box
Sampaikan bahwa dokumen bisa berbentuk .ppt yang memuat informasi
singkat sebagai berikut:
— Penilaian terhadap capaian target kinerja pelaksanaan intervensi, program,
dan kegiatan terkait stunting

Modul Pelatih | Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota
(8 Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting)
AKSI INTEGRASI 8 139
Reviu Kinerja Tahunan

— Daftar rencana kegiatan yang sudah ditindaklanjuti


— Butir rencana kegiatan yang akan diteruskan dan yang dipertimbangkan
untuk dihapuskan di tahun berikutnya
— Penilaian terhadap kinerja pelaksanaan Aksi Integrasi dan hambatan serta
peluangnya
— Rekomendasi untuk menjadi input pada Aksi Analisis Situasi dan Aksi
Rencana Kegiatan tahun berikutnya

7. Sampaikan bahwa hasil reviu kinerja tahunan disampaikan kepada Pemerintah


Provinsi untuk dilakukan penilaian kinerja

TUJUAN PEMBELAJARAN
MEMBEKALI PESERTA
DENGAN KEMAMPUAN
UNTUK MEMPERSIAPKAN DAN
MELAKSANAKAN KEGIATAN
REVIU KINERJA TAHUNAN

Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional /


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Dalam Negeri

Anda mungkin juga menyukai