Anda di halaman 1dari 2

Kiat Menjadi Haji Mabrur

muslim.or.id/28607-kiat-menjadi-haji-mabrur.html

Bagi yang Allah karuniai kecukupan rizki maka hendaklah dia menunaikan ibadah haji,
karena haji merupakan kewajiban dan rukun Islam.

Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji menurut cara dan tuntunan yang disyariatkan,
maka insya Allah dia termasuk dalam kandungan sabda Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam yang berbunyi:

‫ﻻ ْاﻟ َﺠﻨﱠ َﺔ‬


‫ﺲ ﻟَ ُﻪ َﺟ َﺰا ٌء إِ ﱠ‬
َ ‫ﺎرٌة ﻟِ َﻤﺎ ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻬ َﻤﺎ َو ْاﻟ َﺤ ﱡﺞ ْاﻟ َﻤ ْﺒ ُﺮ ْو ُر ﻟَْﯿ‬
َ ‫ُﻤ َﺮ ِة َﻛ ﱠﻔ‬ َ ِ‫ُﻤ َﺮ ُة إ‬
ْ ‫ﻟﻰ اﻟﻌ‬ ْ ‫اﻟﻌ‬

“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa diantara keduanya. Dan haji mabrur tidak
ada balasan baginya kecuali surga” (HR. Bukhari – Muslim).

Haji mabrur adalah haji yang sesuai dengan tuntunan syar’i, menyempurnakan hukum-
hukumnya, mengerjakan dengan penuh kesempurnaan dan lepas dari dosa serta terhiasi
dengan amalan shalih dan kebaikan.

Bila ada yang bertanya, bagaimanakah kriteria haji mabrur?

Pertama: Ikhlas, seorang hanya mengharap pahala Allah, bukan untuk pamer,
kebanggan, atau agar dipanggil oleh masyarakatnya “pak haji” atau “bu haji”.

﴾٥﴿ ‫ﯾﻦ ْاﻟ َﻘﯿﱢ َﻤ ِﺔ‬


ُ ‫ َوذ َٰﻟِ َﻚ ِد‬ ۚ ‫اﻟﺰ َﻛﺎ َة‬
‫ُﺆﺗُﻮا ﱠ‬
ْ ‫اﻟﺼ َﻼ َة َوﯾ‬ َ ‫ﯿﻦ ﻟَ ُﻪ اﻟ ﱢﺪ‬
‫ﯾﻦ ُﺣﻨَ َﻔﺎ َء َوﯾُ ِﻘﯿﻤُﻮا ﱠ‬ َ ‫ﺼ‬ ْ ‫َو َﻣﺎ أُ ِﻣ ُﺮوا إِﱠﻻ ﻟِﯿَ ْﻌﺒُ ُﺪوا اﻟﻠﱠـ َﻪ ﻣ‬
ِ ِ‫ُﺨﻠ‬

1/2
“Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan penuh
keikhlasan” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Kedua: Ittiba’ (meneladani) kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, dia berhaji


sesuai tata cara haji yang diperaktekkan oleh Nabi dan menjauhi perkara-perkara bid’ah
haji. Beliau sendiri bersabda:

‫ﺎﺳ َﻜ ُﻜ ْﻢ‬
ِ َ‫ُﺧ ُﺬ ْوا َﻋﻨﱢ ْﻲ َﻣﻨ‬

“Contolah cara manasik hajiku” (HR. Muslim).

Ketiga: Harta untuk berangkat hajinya adalah harta yang halal. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

‫ﻻ ﯾَ ْﻘﺒَ ُﻞ إِ ﱠ‬
‫ﻻ َﻃﯿﱢﺒًﺎ‬ ٌ ‫إِ ﱠن اﷲَ َﻃﯿ‬
َ ,‫ﱢﺐ‬

“Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak menerima kecuali dari yang baik” (HR.
Muslim).

Keempat: Menjauhi segala kemaksiatan, kebid’ahan dan penyimpangan.

‫ َوﺗَ َﺰ ﱠو ُدوا َﻓﺈِ ﱠن‬ ۗ ‫ َو َﻣﺎ ﺗَ ْﻔ َﻌﻠُﻮا ِﻣ ْﻦ َﺧ ْﯿ ٍﺮ ﯾَ ْﻌﻠَ ْﻤ ُﻪ اﻟﻠﱠـ ُﻪ‬ ۗ ‫َال ِﻓﻲ ْاﻟ َﺤ ﱢﺞ‬
َ ‫ﻮق َو َﻻ ﺟﺪ‬
ِ َ ‫ﯿﻬ ﱠﻦ ْاﻟ َﺤ ﱠﺞ َﻓ َﻼ َر َﻓ َﺚ َو َﻻ ُﻓ ُﺴ‬ ٌ ‫ُﺮ ﱠﻣ ْﻌﻠُﻮ َﻣ‬
َ ‫ َﻓ َﻤﻦ َﻓ َﺮ‬ ۚ ‫ﺎت‬
ِ ‫ض ِﻓ‬ ٌ ‫ْاﻟ َﺤ ﱡﺞ أَ ْﺷﻬ‬
َْ ْ ُ ُ ٰ ‫اﻟﺰا ِد اﻟﺘﱠ ْﻘ َﻮ‬
﴾١٩٧﴿ ‫ﺎب‬ ِ َ‫ﻮن ﯾَﺎ أوﻟِﻲ اﻷﻟﺒ‬ ِ ‫ َواﺗﱠﻘ‬ ۚ ‫ى‬ ‫َﺧ ْﯿ َﺮ ﱠ‬

“Barangsiapa yang menetapkan niatnya untuk haji di bulan itu maka tidak boleh rafats
(kata-kata tak senonoh), berbuat fasik dan berbantah-bantahan pada masa haji” (QS.
Al-Baqarah: 197).

Kelima: Berakhlak baik antar sesama, tawadhu dalam bergaul, dan suka membantu
kebutuhan saudara lainnya.

Alangkah bagusnya ucapan Ibnu Abdil Barr dalam At-Tamhid (22/39): “Adapun haji
mabrur, yaitu haji yang tiada riya’ dan sum’ah di dalamnya, tiada kefasikan, dan dari
harta yang halal”.

Semoga Allah menganugerahkan kita haji mabrur.

***

Penulis: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi

Artikel Muslim.or.id

Copyright 2021 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

2/2

Anda mungkin juga menyukai