Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

Mata kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia

Dosen Pengampu : Rati Purnama Sari, M Tr.Keb

OLEH :

Nabilla Prameswari (214110301)

POLTEKKES KEMENKES PADANG JURUSAN


KEBIDANAN PRODI D3 KEBIDANAN PADANG
TP 2021/2022
1. PEMERIKSAAN VITAL SIGN
Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis
yang digunakan untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang,
terutama pada pasien yang secara medis tidak stabil atau memiliki faktor-
faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai respon terhadap
intervensi. Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang adekuat
bagi tindakan fisioterapi, khususnya exercise.
Pemeriksaan tanda vital terdiri dari pemeriksaan : tekanan darah, frekuensi
nadi,respirasi dan suhu, yang secara lengkap diuraikan di bawah ini.
1. Pemeriksaan Tekanan darah
Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi kolom
cairan yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur.
Alat yang mengukur tekanan dengan metode ini disebut manometer. Alat
klinis yang biasa digunakan dalam mengukur tekanan adalah
sphygmomanometer, yang mengukur tekanan darah. Dua tipe tekanan gauge
dipergunakan dalam sphygmomanometer. Pada manometer merkuri, tekanan
diindikasikan dengan tinggi kolom merkuri dalam tabung kaca. Pada
manometer aneroid, tekanan mengubah bentuk tabung fleksibel tertutup,
yang mengakibatkan jarum bergerak ke angka.
Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa
oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di
ukurmelalui nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan
alat sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi.
Jenis tekanan darah:
1. Tekanan darah sistolik
Tekanan darah sistolik yaitu tekanan maksimum dinding arteri pada saat kontraksi
ventrikel kiri.
2. Tekanan darah diastolik
Tekanan darah diastolik yaitu tekanan minimum dinding arteri pada saat relaksasi
ventrikel kiri.
3. Tekanan arteri atau tekanan nadi.
Tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan sistolik dan diastolik.
Pengukuran tekanan darah merupakan gambaran resistensi pembuluh darah, cardiac
output, status sirkulasi dan keseimbangan cairan. Tekanan darah ini dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain :aktifitas fisik, status emosional, nyeri, demam atau
pengaruh kopi dan tembakau.

Pengukuran tekanan darah


Tekanan sistolik, ditentukan berdasarkan bunyi Korotkoff 1, sedangkan diastolik pada
Korotkoff 5. Pada saat cuff dinaikkan tekanannya, selama manset menekan lengan
dengan sedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah, tidak ada
bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Kemudian tekanan dalam cuff dikurangi secara
perlahan. Begitu tekanan dalam cuff turun di bawah tekanan sistolik, akan ada darah
yang mengalir melalui arteri yang terletak di bawah cuff selama puncak tekanan sistolik
dan kita mulai mendengar bunyi berdetak dalam arteri yang sinkron dengan denyut
jantung. Bunyi-bunyi pada setiap denyutan tersebut disebut bunyi korotkoff. Ada 5 fase
bunyi korotkoff :
 Fase 1
Bunyi pertama yang terdengar setelah tekanan cuff diturunkan perlahan. Begitu bunyi
ini terdengar, nilai tekanan yang ditunjukkan pada manometer dinilai sebagai tekanan
sistolik.
 Fase 2 Perubahan kualitas bunyi menjadi bunyi berdesir
 Fase 3 Bunyi semakin jelas dan keras
 Fase 4 Bunyi menjadi meredam
 Fase 5 Bunyi menghilang seluruhnya setelah tekanan dalam cuff turun lagi
sebanyak 5-6 mmHg. Nilai tekanan yang ditunjukkan manometer pada fase ini
dinilai sebagai tekanan diastolik
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran tekanan darah :
1. Ukuran bladder dan cuff tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar). Bila terlalu
kecil, tekanan darah akan terukur lebih tinggi dari yang sebenarnya, dan
sebaliknya bila terlalu besar.
2. Pemasangan bladder dan cuff terlalu longgar, tekanan darah terukur lebih tinggi
dari yang seharusnya.
3. Pusat cuff tidak berada di atas arteri brachialis.
4. Cuff dikembangkan terlalu lambat, mengakibatkan kongesti vena, sehingga
bunyi
5. Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
6. Saat mencoba mengulang pemeriksaan, kembali menaikkan tekanan cuff tanpa
mengempiskannya dengan sempurna atau re-inflasi cuff terlalu cepat. Hal ini
mengakibatkan distensi vena sehingga bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
2. Pemeriksaan nadi/arteri
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke paru
(dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta dan
kemudian diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu
gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai
denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi
denyut jantung dalam 1 menit
Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:
1) Normal: 60-100 x/mnt
2) Bradikardi: < 60x/mnt

3) Takhikardi: > 100x/mnt


Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
2) ArteriBrachialis.Terlertakdidalamototbicepsdarilenganataumedialdilipatan siku.
Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri
karotid berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.
3. Pemeriksaan Pernapasan
Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh batang otak dan
dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi, diafragma dan otot-otot
interkostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan mengembangkan paru-
paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan
diafragma terdorong ke bawah. Saat inspirasi berhenti, paru-paru kembali mengempis,
diafragma naik secara pasif dan dinding dada kembali ke posisi semula.
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Faktor yang
mempengaruhi Respiratory Rate:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubu
5) Aktivitas
Interpretasi :
 Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
 Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
 Apnea : Bila tidak bernapas .

4. Pemeriksaan Suhu Tubuh


Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis (produksi panas
tubuh) dan termolisis (panas yang hilang) secara normal diatur oleh pusat
thermoregulator hipothalamus.
Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu
benda/makhluk hidup.
Suhu tubuh dihasilkan dari:
1) Laju metabolisme basal diseluruh tubuh
2) Aktifitas otot
3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormon
Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer.
Jenis2 termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah
termometer air raksa dan digital.
Metode mengukur suhu tubuh:
1) Oral. Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak
dianjurkan pada bayi
2) Axilla. Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan
menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada
oral
3) Rectal. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral
2. Pengaturan Bodi Mekanik Pasien
A. Pengertian Body Mekanik
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
a. Body Aligement (Postur Tubuh)
b. Balance (Keseimbangan)
c. Pergerakan terkoordinasi
B. Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik
1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem musculoskeletal dan sistem
saraf berupa penurunan koordinasi, sehingga dapat mempengaruhi mekanika tubuh.
2. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya secara benar, sehingga akan mengurangi energi yang
dikeluarkan.
3. Situasi dan kebiasaan
Misalnya mengangkat benda-benda berat
4. Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang akan menyebabkan stres, sehingga akan
menimbulkan kecerobohan dalam beraktifitas, sehingga dapat mengganggu koordinasi
antara sistem musculoskeletal dan neurologi yang akhirnya akan mengakibatkan
perubahan mekanika tubuh.
5. Nutrisi
Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan
terjadinya penyakit

Pergerakan Dasar
 Gerakan (ambulating)
 Menahan (squatting)
 Menarik (pulling)
 Mengangkat (lifting)
 Memutar (pivoting)

12 Macam Pengaturan Posisi Pasien di Tempat Tidur

Berikut ini adalah posisi pasien yang umum digunakan termasuk deskripsi
tentang bagaimana posisi tersebut dilakukan dan alasannya:

Posisi Supine atau Dorsal Recumbent


Posisi supine (telentang), atau dorsal recumbent (punggung telentang), adalah
tempat pasien berbaring telentang dengan kepala dan bahu sedikit terangkat
menggunakan bantal kecuali dikontraindikasikan (mis., Anestesi spinal, operasi
tulang belakang).

Posisi Fowler
Posisi Fowler, juga dikenal sebagai posisi semi-duduk, adalah posisi tempat tidur
di mana kepala tempat tidur dinaikkan 45 hingga 60 derajat. Variasi posisi Fowler
meliputi: Fowler rendah (15 hingga 30 derajat), semi-Fowler (30 hingga 45
derajat), dan Fowler tinggi (hampir vertikal).

Posisi Orthopneic atau Tripod


Posisi ortopneik atau tripod menempatkan pasien dalam posisi duduk atau di sisi
tempat tidur dengan meja di atas untuk bersandar dan beberapa bantal di atas
meja untuk beristirahat.

Posisi Prone atau Tengkurap


Dalam posisi prone atau tengkurap, pasien berbaring di perut dengan kepala
menghadap ke satu sisi dan pinggul tidak tertekuk.

Posisi Lateral
Dalam posisi lateral atau berbaring miring, pasien berbaring di satu sisi tubuh
dengan tungkai atas di depan tungkai bawah dan pinggul serta lutut tertekuk.
Melenturkan pinggul dan lutut bagian atas serta menempatkan kaki ini di depan
tubuh menciptakan basis dukungan yang lebih luas dan segitiga serta mencapai
stabilitas yang lebih besar. Peningkatan fleksi pinggul dan lutut atas memberikan
stabilitas dan keseimbangan yang lebih besar. Fleksi ini mengurangi lordosis dan
meningkatkan keselarasan punggung yang baik.

Posisi Sims
Posisi Sims atau posisi semiprone adalah ketika pasien mengambil posisi
setengah jalan antara posisi lateral dan posisi tengkurap. Lengan bawah
diposisikan di belakang klien, dan lengan atas dilenturkan di bahu dan siku. Kaki
bagian atas lebih fleksibel di kedua pinggul dan lutut, daripada yang lebih
rendah.

Posisi Lithotomy
Lithotomy adalah posisi pasien di mana pasien berada di punggung mereka
dengan pinggul dan lutut tertekuk dan paha terpisah.

Posisi Trendelenburg
Posisi Trendelenburg dilakukan dengan menurunkan kepala tempat tidur dan
mengangkat kaki tempat tidur pasien. Lengan pasien diposisikan lurus di
samping tubuh.

Posisi Knee-Chest (Lutut-Dada)


Posisi lutut-dada, bisa dilakukan dalam posisi lateral atau prone. Dalam posisi
lutut-dada lateral, pasien berbaring miring, badan diletakkan diagonal di atas
meja, pinggul dan lutut dilipat. Dalam posisi lutut-dada pronasi, pasien berlutut di
atas meja dan menurunkan bahu ke atas meja sehingga dada dan wajah terletak
di atas meja.

Anda mungkin juga menyukai