PERBANKAN SYARIAH
Disusun oleh:
AHMAD INDRA HAZMI (A1C112001)
ZAINUL HIDAYAT (A1C112002)
HIDAYAT (A1C112023)
PUTRAMA HUSYEIN (A1C112041)
WALID HAYAZA (A1C112051)
Pada pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi dan moneter telah menimpa negara kita
yang menurut para pakar diakibatkan kombinasi dari dampak penularan (contagion) eksternal
dengan kelemahan internal dari struktur ekonomi, sosial dan politik. Kombinasi gejolak eksternal
dan kelemahan internal ini telah mendorong krisis pada sektor keuangan dan sektor riil yang
kemudian menimpa perbankan nasional.
Kemunduran ekonomi kapitalis yang menerapkan asas pasar bebas dan ekonomi sosialis
dengan kontrol negara dalam perekonomian secara terpusat, merupakan titik pijak bagi
perkembangan ekonomi syariah. Asas yang didepankan dalam ekonomi syariah adalah keadilan
atau kesetaraan hak dan kewajiban, peniadaan segala bentuk penindasan atau penggerogotan
terhadap pihak lain, serta memiliki dimensi sosiologis. Pilar utama perekonomian syariah adalah
perbankan syariah.
Bank syariah di Indonesia terhitung masih sangat muda, perkembangannya pun di
Indonesia begitu lambat, sebenarnya pembahasan tentang Bank Syariah sudah pernah dibahas
pada tahun 1980-an, namun realisasinya terjadi pada tahun 1992 yang dilakukan oleh salah satu
bank pemerintah, yaitu Bank Muamalat Indonesia, dengan hukum yang jelas. Pada awalnya
perkembangan bank di Indonesia masih bersifat konvensional, dalam artian belum memiliki
standar dari bank syariah sendiri, karena bank syariah berbasis ideologi Islam, sedangkan bank
konvensional berdasarkan ideologi barat terutama ideologi Amerika dan Eropa. Pada makalah
kali ini kami tidak akan membahas tentang mengapa bank konvensional Indonesia beralih
kepada bank syariah, tetapi kami membahas bank syariah secara umum.
Secara umum ada beberapa karakteristik yang membedakan antara bank syariah dengan
bank konvensional :
1. Bank syariah tidak menggunakan bunga
2. Tidak digunakan untuk usaha yang haram
3. Menerima zakat, infaq dan shodaqoh untuk disalurkan kepada masyarakat yang
membutuhkan, terdapat 8 (delapan) golongan dalam Al Qur’an
Pada point pertama, dalam bank syariah tidak menggunakan bunga, melainkan menggunakan
konsep bagi hasil dimana jika bank mendapatkan keuntungan maka akan dibagi hasil keuntungan
tersebut dengan para penabung, jika bank rugi maka para penabung pun akan rugi. Bank syariah
juga tidak serta merta meminjamkan sejumlah uangnya kepada masyarakat secara tunai
melainkan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli (murabahah) dan prinsip sewa (ijarah).
Dalam kurun waktu 10 tahun, bank syariah mengalami perkembangan yang sangat
signifikan, meskipun secara nasional market share bank syariah masih rendah di bandingkan
bank konvensional. Dewasa ini, dan kualitas bank syariah semakin ketat baik persaingan antar
bank syariah ataupun dengan bank konvensional. Hal ini menunut bank syariah untuk
meningkatkan layanan yang memuaskan kepada nasabah. Orientasi nasabah memilih bank saat
ini tidak lagi karena jarak antara aktivitas nasabah dan kantor bank, akan tetapi nasabah
mengingkan kemudahan dan kualitas pelayanan yang di berikan oleh bank.
Bank Syariah menawarkan berbagai produk dan jasa bank berdasarkan prinsip syariah
Islam. Namun demikian, nasabah bank syariah tidak hanya kalangan muslim saja, akan tetapi
datang dari berbagai agama, oleh karna itu bank syariah terpacu untuk meningkatkan pelayanan
kepada nasabah agar mampu bersaing dengan bank konvensional yang telah lebih dahulu
menguasai pasar.
BAB II
PEMBAHASAN
Schaik (2001) mengemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip ekonomi Islam yang menjiwai bank
syariah, yaitu:
1. keadilan, kesamaan dan solidaritas
2. larangan terhadap objek dan makhluk
3. pengakuan kekayaan intelektual
4. harta sebaiknya digunakan dengan rasional dan baik (fair way)
5. tidak ada pendapatan tanpa usaha dan kewajiban
6. kondisi umum dari kredit
7. dualiti risiko
Di samping itu kegiatan usaha perbankan syariah diatur pasal 36-37 PBI No.6/24 /PBI/2004.
Agar memudahkan pemahaman, secara garis besar kegiatan usaha perbankan syariah meliputi 9
(sembilan) fungsi berikut ini :
1. Penghimpunan Dana
2. Penyaluran dana (langsung dan tidak langsung)
3. Jasa pelayanan perbankan
4. Berkaitan dengan surat berharga
5. Lalu lintas keuangan dan pembayaran
Money transfer, inkaso, kartu debet/charge card, valuta asing (sharf)
6. Berkaitan pasar modal
7. Investasi
8. Dana Pensiun
9. Sosial
Fungsi Bank Syariah Dalam Memperoleh Keuntungan
Dalam menghimpun dana masyarakat, bank syariah akan membayar biaya bagi hasil atau
bonus atas simpanan dana dari masyarakat. Meskipun secara total, fee based income belum
mampu menyaingi total pendapatan margin keuntungan dan pendapatan bagi hasil, namun fee
based income sangat di perlukan oleh bank syariah untuk meningkatkan pendapatan. Salah satu
pelayanan jasa yang dikembangkan oleh bank syariah antara lain ATM bersama, RTGS, intercity
kliring, SKN (sistem kliring nasional), inter banking, sms banking, dan produk pelayanan jasa
lainnya.
Bank syariah akan memperoleh pendapatan margin keuntungan atas pembiayaan yang
menggunakan akad jual beli, pendapatan bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dengan
menggunakan akad kerja sama usaha.
Jenis-Jenis Mudharabah
1. Mudharabah Mutlaqah
Jenis mudharabah ini merupakan bentuk akad yang tidak dibatasi pada jenis usaha, waktu,
dan wilayah tertentu sehingga pengelola bebas untuk menentukan cara ia mengelola modal
tersebut.
2. Mudharabah Muqayyadah
Adalah jenis mudharabah yang pada akadnya dicantumkan persyaratan-persyaratan tertentu
misalnya hanya boleh digunakan untuk usaha tertentu, di kota tertentu, dan dalam waktu tertentu.
Ikatan-ikatan ini membuat akad mudharabah menjadi terikat dan sempit sehingga disebut
mudharabah muqayyadah (restricted mudharabah).
D. Akad Salam
Transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran
tunai terlebih dahulu secara penuh.
E. Akad Istishna
Transaksi jual beli dengan cara pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
Definisi Menurut Fatwa DSN MUI
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat/shani’)
Jenis Akad Istishna :
1. Langsung : Pemesan ↔ Penjual
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
danpersyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual
(pembuat/shani’)
2. Paralel : Pemesan ↔ Penjual ↔ subkontraktor
Akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada
pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat
memenuhi aset yang dipesan oleh pemesan. Syarat : tidak terjadi ta’alluq.
Rukun Akad Istishna
1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang berbentuk harga.
3. Ijab kabul atau serah terima
F. Akad Ijarah (sewa)
Transaksi sewa menyewa atas suatu barang atau jasa, antara pemilik dan pemakaian sewa dengan
hak pakai untuk mendapatkan imbalan atas obyek yang disewakan.
Transaksi terhadap suatu manfa’at tertentu, bersifat mubah dan dapat dimanfa’atkan dengan
imbalan tertentu . Ijarah ditunjukkan untuk manfa’at atau jasa bukan materi/benda, dapat berupa
manfaat/nilai.
Ijarah “Jasa” (Ijarah ‘ala al ‘amal) bukan merupakan kewajiban (fardhu ‘ain) seperti shalat,
puasa. Tetapi bersifat fardu kifayah
Ijarah memiliki beberapa ketentuan:
1. Kedua belah pihak memenuhi syarat hukum
2. Kedua belah pihak menyatakan kerelaannya untuk melakukan ijarah dan tidak terpaksa
3. Manfaat objek diketahui secara jelas
4. Penyewa berhak atas manfat baik untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain baik dengan
cara menyewakannya atau meminjamkan
5. Objek Ijarah dapat diserahkan dan dipergunakan secara langsung
6. Objek Ijarah adalah halal
Akad Ijarah Berakhir
1. Objek hilang atau lenyap : terbakar, faktor alam
2. Habis masa waktunya
3. Salah satu pihak yang wafat dapat dialihkan pada ahli warisnya
4. Objek disita, pailit
Dalam Hukum Islam ada dua jenis ijarah, yaitu 3:
a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan
upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut mustajir, pihak
pekerja disebut ajir dan upah yang dibayarkan disebut ujrah.
b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk
memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa.
Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) pada bisnis konvensional. Pihak yang
menyewa (lessee) disebut mustajir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu’jir/muajir
dan biaya sewa disebut ujrah.
G. Akad Qaradh
Transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam
mengembalikan pokok pinjaman sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
2.4.3 Pelayanan Jasa
Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain
jasa pengiriman uang(transfer), pemindahan bukuan, penagihan surat berharga, kliring, letter or
credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa bank lainnya. Beberapa bank berusaha untuk
meningkatkan teknologi informasi agar dapat member pelayanan jasa yang memuaskan nasabah.
Dengan pelayanan jasa, bank syariah mendapat imbalan berupa fee yang di sebut fee based
income.
A. Letter of credit (L/C) impor syariah
L/C adalah surat pernyataan akan membayar eksportir yang diterbitkan oleh bank atas
permintaanm importer dengan pemenuhan persyaratan tertentu.
B. Bank Garansi Syariah
Jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima jaminan atas pemenuhan
kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang dijamin kepada pihak ketiga dimaksud.
C. Penukaran Valuta Asing (sharf)
Transaksi penukaran mata uang yang berlain jenis, baik membeli atau mejual kepada nasabah.
2.5 Jenis Bank Syariah Ditinjau dari Segi Status Dan Levelnya
STATUS
1. Bank devisa, merupakan bank syariah yang dapat melakukan aktifitas transaksi ke luar negeri
dan atau transaksi yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Bank
devisa wajib menyampaikan laporan keuangan sekurang-kurangannya dalam dua bahasa,
yaitu bahasa Indonesia dan inggris.
2. Bank nondevisa, merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan
seperti bank devisa. Transaksi yang dilakukan oleh bank nondevisa masih terbatas pada
transaksi dalam negeri dan transaksi berupa rupiah saja.
LEVELNYA
1. Kantor Pusat
2. Kantor Wilayah
3. Kantor Cabang
4. Kantor Cabang Pembantu
5. Kantor Kas.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank syariah dan tidak dapat dilakukan
oleh bank konvensional ( Pasal 19 s.d 21) adalah:
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan atau bentuk lainnya, dan
bentuk investasi berupa tabungan, deposito atau bentuk lainnya berdasarkan akad yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Menyalurkan pembiayaaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, musyarakah, atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
3. Menyalurkan pembiayaan untuk transaksi jual-beli dengan berbagai akad yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.
5. Menyalurkan pembiayaan penyewaan kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa
beli yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
6. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
7. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah.
8. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah
dan/atau Bank Indonesia.
9. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga berdasarkan suatu akadyang sesuai
dengan prinsip syariah.
10. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan akad yang berdasarkan
prinsip syariah.
11. Melakukan fungsi Wali Amanat berdasarkan akad wakalah.
12. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah.
13. Menyediakan tempat penyimpanan barang dan surat berharga, memindahkan uang, dan
kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.
14. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah.
15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau lembaga keuangan
yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
pembiayaan berdasarkan prinsip berdasarkan prinsip syariah.
17. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip syariah.
18. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
19. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek dan jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
pasar uang.
20. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip syariah dengan
menggunakan sarana elekronik.
Dalam perbankan syariah terdapat pihak terafiliasi adalah:
a. Komisaris, direksi atau kuasanya pejabat dan karyawan bank syariah.
b. Dewan pengawas syariah, akuntan public, penilai dan konsultan hukum.
c. Pengendali bank, pemegang saham dan keluarga komusaris dan keluarga direksi.
Untuk menjamin kelancaran perbankan syariah dalam transaksi bagi hasil, jual-beli, sewa
menyewa di perlakukan suatu agunan yaitu suatu jaminan tambahan, baik berupa benda
bergerak maupun benda tidak tidak bergerak yang di serahkan oleh pemilik agunan kepada bank
syariah, guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas dari bank syariah.
Kegiatan perbankan syariah di dasari oleh asas, tujuan dan fungsi perbankan syariah di
dalam melakukan kegatan usahanya yang berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan
prinsip kehati-hatian, dengan tujuan untuk menunjanga pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat yaitu:
1. Untuk menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
2. Untuk menjalankan fungsi social dalam bentuk lembaga baitul maal.
3. Untuk menghimpun dana social yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkan kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakil).
4. Membantu lembaga-lembaga dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana untuk
keperluan khusus,misalnya bencana alam
2.6 Perbedaan bank syariah dan bank konvensional
e. Bai'al Murabahah
Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu memberitahukan harga
pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Sebagai contoh harga pokok barang "X" Rp 100.000,-. Keuntungan yang diharapkan adalah
sebesar Rp 5.000,-, sehingga harga jualnya Rp 105.000,-. Kegiatan Bai'al-Murabahah ini baru
dilakukan setelah ada kesepakatan dengan pembeli, baru kemudian dilakukan pemesanan. Dalam
dunia perbankan kegiatan Bai'al-Murabahah pada pembiayaan produk barang-barang investasi
baik dalam negeri maupun luar negeri seperti Letter of credit atau lebih dikenal dengan nama
L/C.
Sebagai contoh Ny. Pariani memerlukan sebuah mobil senilai Rp 30.000.000,-. Jika Bank
Syariah Tanjung Pandan yang membiayai pembelian mobil tersebut maka Bank Syariah Tanjung
Pandan mengharapkan suatu keuntungan sebesar Rp 6. 000.000,- selama 3 tahun, maka harga
yang ditetapkan kepada Ny. Pariani adalah Rp 36.000.000, Kemudian jika nasabah setuju maka
nasabah dapat mencicil dengan angsuran Rp 1.000.000,-. per bulan (diperoleh dari Rp
36.000.000,- : 36 bulan) kepada Bank Syariah Tanjung Pandan.
f. Bai'as-salam
Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran
dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas
dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang.
Sebagai contoh seorang petani lada yang bernama Tn. Ivan Pratama hendak menanam lada dan
membutuhkan dana sebesar Rp 200.000.000, untuk satu hektar. Bank Syariah Toboali
menyetujui dan melakukan akad di mana Bank Syariah Toboali akan membeli hasil lada tersebut
sebanyak 10 ton dengan harga Rp 200.000.000,-. Pada saat jatuh tempo petani harus
menyerahkan lada sebanyak 10 ton. Kemudian Bank Syariah Toboali dapat menjual lada tersebut
dengan harga yang relatif lebih tinggi misalnya Rp 25.000,- per. kilo. Dengan demikian
penghasilan bank adalah 10 ton x Rp 25.000, = Rp 250.000.000,-. Dari hasil tersebut Bank
Syariah Toboali akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 50.000.000,-. setelah dikurangi modal
yang diberikan oleh Bank Syariah Toboali yaitu Rp 250.000.000, dikurangi Rp 200.000.000,-.
g. Bai'Al istishna'
Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena itu ketentuan
dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam. Pengertian Bai' Al istishna'
adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak
harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran.
Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di
muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang.
CV. Sungai Layang yang bergerak dalam bidang pembuatan dan penjualan sepatu memperoleh
order untuk membuat sepatu anak sekolah SMU senilai Rp 60.000.000,- dan mengajukan
permodalan kepada Bank Syariah Koba. Harga perpasang sepatu yang diajukan adalah Rp
85.000,- dan pembayarannya diangsur selama tiga bulan. Harga perpasang sepatu dipasaran
sekitar Rp 90.000,-. Dalam hal ini Bank Syariah Koba tidak tahu berapa biaya pokok produksi.
CV. Sungai Layang hanya memberikan keuntungan Rp 5000,- persepasang sepatu atau
keuntungan keseluruhan adalah Rp 3.529.412,- yang diperoleh dari hitungan:
Rp 60.000.000,-
x Rp 5.000,- = Rp 3.529.412,-
Rp 85.000,-
Bank Syariah Koba dapat menawar harga yang diajukan oleh CV. Sungai Layang dengan harga
yang lebih murah, sehingga dapat dijual kepada masyarakat dengan harga murah pula.
Katakanlah misalnya Bank Syariah Koba menawar harga Rp 86.000,- per pasang, sehingga
masih untung Rp 4.000,- per pasang dan keuntungan keseluruhan adalah :
Rp 60.000.000,-
x Rp 4.000,- = Rp 2.790.697,-
Rp 86.000,-
h. Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating
lease maupun financial lease.
i. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu
pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si
pemberi mandat.
j. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai
pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat di-
lakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang.
k. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pi-
hak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau
factoring.
l. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.
2. Faktor internal
Akomodatif dan Asimilatif Problematika internal bank syariah
Yaitu antara akomodatif dan asimilatif, antara moneter dan riil yang memiliki pengaruh
terhadap pola pengembangan produk bank syari’ah.
Analisis secara factor internal, terhadap bank syariah yang merupakan badan hukum untuk
melakukan kegiatan menghimpun dana dari nasabah, dengan menjamin kerahasiaan para
nasabah, kecuali di tentukan lain demi kepentingan pidana perpajakan, atas perintah pimpinan
bank Indonesia/menteri keuangan dan untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana.
Analisis secara eksternal untuk membuktukan kepada dunia internasional bahwa perbankan
syariah dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan perekonomian bak secara nasional maupun
internasional, serta untuk menarik para investor asing terutama para investor negara-negara
islam(misalnya negara arab saudi, quaid dan lain-lainya) agar mau menginvestasikan modalnya
di Negara Indonesia dengan prinsip-prinsip syariah.
1
setelah percobaan awal di mana banyak dari mereka tidak bertahan. Dana tersebut dirancang
untuk memastikan bahwa saham ekuitas di dalam dana tersebut tidak hanya terdiversifikasi
dengan baik tetapi juga memenuhi pedoman-pedoman syariat.
Perusahaan hipotik syari’ah
Perusahaan hipotik syariah adalah salah satu pengembangan terbaru. Macam-macam
pengenbangan hiptik: ijarah, musyarakah, murabahah.
Perusahaan asuransi syari’ah
Instrumen syari’ah yang paling mirip dengan sistem asuransi kontemporer adalah takafur,
yang secara harfiah berarti garansi bersama. Fitur lain dari takafur adalah premi dan cadangan
dapat di investasikan hanya instrumen yang berdasarkan syariat.
Perusahaan mudarabah
Perusahaan mudarabah didirikan sebagai badan hukum yang terpisah dengan perusahaan
manajemen dana yang bertanggung jawab atas operanya. Semua mudarabah adalah independent
satu sama lain, dan tidak ada yang bertanggung jawab atas liabilitas atau berhak atas manfaat
dari perjanjian atau perusahaan mudarabah lain.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
a. Bank syariah adalah bank atau tempat penyimpanan dana yang sesuai dengan hukum-hukum
dan landasan agama Islam. Bank ini banyak memberikan manfaat dan kemudahan bagi
masyarakat, khususnya muslim.
b. Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu menghimpun dan dari masyarakat dalam
bentuk titipan dan investasi menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana
dari bank, dan juga memberi pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.
c. Di Indonesia, mayoritas penduduk beragama Islam, sehingga seharusnya hukum keuangan
yang diterapkan mengikuti hukum perekonomian Islam, yaitu bank syariah.
3.2 Saran
Dilihat dari keuntungan-keuntungan dan manfaat dari bank syariah sendiri, seharusnya
masyarakat menggunakan bank syariah sebagai tempat penyimpan modal. Namun faktanya pada
zaman ini masih banyak yang menggunakan bank konvensional karena tergiur oleh bunga yang
dijanjikan. Padahal bunga adalah riba dalam hukum Islam.