Anda di halaman 1dari 30

13

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konseptual


2.1.1 Komunikasi Massa
a. Pengertian Komunikasi Massa

Perkembangan teknologi saat ini terdapat keterkaitan antara teknologi


informasi dengan studi ilmu komunikasi massa. Menurut Bittner, komunikasi
massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah
besar orang. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi massa harus
menggunakan media massa sebagai perantara, yang dapat berupa pemancar-
pemancar audio dan visual. Berbeda dengan komunikasi personal, pesan yang
ditujukan melalui komunikasi massa ialah untuk orang banyak. Salah satu unsur
penting dalam menyampaikan informasi kepada khalayak luas adalah komunikator,
yaitu pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi komunikasi
modern, pihak yang berusaha memberikan jasa melalui penyebaran informasi dan
sekaligus menjadi agen perubahan dalam pemahaman, wawasan dan solusi-solusi
dengan jutaan massa yang tersebar dimanapun, dan pihak yang menjadi sumber
informasi atau pemberitaan yang mewakili institusi formal. (Mulyana, 2016).
Selain itu terdapat unsur-unsur penting lainnya dalam komunikasi massa, seperti
media massa. Jenis media massa yang lazim digunakan adalah media cetak, media
elektronik, dan media baru. Pesan yang disampaikan dapat bersifat audio, yang
disalurkan melalui media elektronik radio. Apabila pesan yang disampaikan
bersifat visual, maka pesan disalurkan melalui media cetak seperti koran atau
majalah. Dapat pula pesan yang disampaikan bersifat audio-visual, dengan media
elektronik televisi dan media baru internet sebagai perantara.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki suatu proses yang melukiskan bagaimana
komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional dalam
menyebarluaskan pesan untuk memengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.
14

Fungsi komunikasi massa menurut Sean MacBride yang dikutip Onong Uchjana
Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek adalah:
1. Informasi
2. Sosialisasi
3. Motivasi
4. Perdebatan dan Diskusi
5. Pendidikan
6. Memajukan Kebudayaan
7. Integrasi
Dalam konteks nasional, fungsi komunikasi massa juga diatur secara yuridis formal
dalam UU RI No: 40 tahun 1999 pasal 3 ayat (1) dan (2), juga pada UU RI No: 32
tahun 2003 pasal 4 ayat (1) dan (2). Masing-masing pasal berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3 UU 40/1999
(1) Pers Nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.
(2) Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat
berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Pasal 4 UU32/2003
(1) Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi
sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan
perekat sosial.
(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.
b. Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi yang menggunakan media massa, baik media audio-visual
maupun media cetak merupakan ciri khas dari komunikasi massa. Apabila pesan
disampaikan melalui media pertelevisian maka prosesnya komunikator melakukan
penyampaian pesan melalui teknologi audio-visual secara verbal maupun nonverbal
dan nyata. Menurut Dr. Khomsahrial Romli, M.Si. dalam bukunya yang berjudul
Komunikasi Massa, terdapat beberapa ciri komunikasi massa sebagai berikut:
15

a) Pesan Bersifat Umum


Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan
untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.
Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Pesan
komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi
kriteria penting atau kriteria yang menarik.
b) Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena
komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka secara
langsung. Di samping anonim, komunikan dalam komunikasi massa
adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang
berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat
ekonomi.
c) Media Massa Menimbulkan Keserempakkan
Jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak
dan tidak terbatas, bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut
secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang
sama.
d) Komunikasi Lebih Mengutamakan Isi dari pada Hubungan
Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi. Yaitu apa yang
dikatakan dan apa yang dilakukan, sedangkan dimensi hubungan
menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan
bagaimana hubungan para peserta komunikasi.
e) Komunikasi Massa yang Bersifat Satu Arah
Komunikasi melalui media massa bersifat satu arah, maka komunikator
dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak secara langsung.
f) Stimulasi Alat Indra yang Terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis
media massa. Pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat, pada
radio siaran dan rekaman auditive audience hanya mendengar, sedangkan
16

pada media televisi dan film audience menggunakan indra penglihatan dan
pendengaran.
g) Umpan Balik Tertunda dan Tidak Langsung
Komponen umpan balik atau yang lebih populer disebut dengan feedback,
merupakan faktor penting dalam proses komunikasi. Dalam proses
komunikasi seringkali dibutuhkan guna mendapatkan feedback yang
disampaikan oleh komunikatornya. Namun komunikator dalam
komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui reaksi khalayak
terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak (audience)
bisa diterima lewat telepon, e-mail, Twitter, Facebook. Dengan demikian,
proses penyampaian feedback komunikasi massa bersifat indirect (tidak
langsung). Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan
telepon, e-mail, Facebook, Twitter, dsb, menunjukan bahwa feedback
dalam komunikasi massa bersifat tertunda.

2.1.3 Media Massa


a. Pengertian Media Massa
Berlangsungnya komunikasi massa dilakukan dengan memanfaatkan
media massa. Beberapa ciri khas dari media massa adalah pesan yang bersifat
umum dan terbuka, artinya pesan yang ditujukan adalah untuk semua orang dan
tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Selain itu, dalam komunikasi
massa komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya
menggunakan media dan tidak tatap muka secara langsung, juga tidak ada umpan
balik dari penerima pesan karena pesan yang dituju adalah untuk khalayak ramai.

b. Jenis dan Karakteristik Media Massa


Alat komunikasi seperti surat kabar, radio dan televisi merupakan jenis-
jenis media massa yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada
khalayak. Media massa memiliki sifat komunikasi satu arah, yang berarti tidak akan
mendapatkan feedback dari komunikator dan komunikan. Pesan yang disampaikan
memiliki sifat yang meluas dan dilakukan dengan serentak karena kemampuan
17

media massa yang dapat menjangkau orang banyak dalam waktu bersamaan
sehingga tidak terdapat hambatan ruang dan waktu. Segala informasi yang
disampaikan melalui media massa cenderung bersifat terbuka, sebab siapa saja
dapat menerima informasi yang disampaikan. Dalam penggunaan media massa
seperti melalui televisi, radio maupun surat kabar terdapat peralatan teknis sehingga
proses penyampaian pesan/informasi bersifat mekanis.

2.1.4 Media Online


a. Pengertian Media Online
Seiring perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini, media dan
teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan media
yang hadir di sekeliling manusia. Salah satu perkembangan media dan teknologi
lama yang dimulai pada era 60-an dan terus berkembang sebagai media dan
teknologi paling baru saat ini adalah media online. Kata Media memiliki arti
“perantara” atau “pengantar”. Association for Education and Communication
Tecnology (AECT) mendefinisikan "media" sebagai segala bentuk yang
dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Online juga terdiri dari dua
kata, on dan line. On berarti sedang berlangsung. Line berarti garis, barisan, jarak
dan tema. Online berarti proses pengaksesan informasi yang sedang berlangsung
melalui media internet. (Echols & Shadily). Dengan demikian, secara bahasa,
pengertian media online adalah saluran informasi yang berlangsung melalui media
internet. (Komunikasi Praktis, 2019). Media online (online media) merupakan
media baru dalam segala proses komunikasi berbasis situs web (internet) yang
menggunakan pola dan prinsip komunikasi massa. Beberapa kegiatan komunikasi
massa yang sudah dilakukan melalui situs web (internet) dan dengan mudah dapat
dipahami oleh hampir seluruh khalayak masyarakat yakni Commercial On-line
Services, Bulletin Board System, Conferencing Systems, Internet Relay Chat,
Usenet, E-maiI list, dan Entertainment.
18

b. Karakteristik Media Online


Perbedaan utama media online dengan media konvensional seperti televisi
dan surat kabar terletak pada sifat interaktif yang dimiliki internet. Hubungan
komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup
seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan melalui jalur telekomunikasi
seperti telepon, saluran radio, satelit dan lainnya. Melalui jaringan internet,
pemakaian komputer di seluruh dunia dimungkinkan untuk saling berkomunikasi.
Mereka dapat bertukar informasi dengan memanfaatkan berbagai fitur yang ada,
menikmati hiburan dalam berbagai bentuk, membina hubungan antarpribadi serta
dapat digunakan sebagai media sosial untuk memperluas interaksi antarpribadi.
Melalui internet, seseorang dapat mendengarkan radio, menonton televisi, atau
membaca surat kabar, majalah atau buku. Internet menjelma menjadi media
konvergen dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya. (Halik, 2013).
Karakteristik dari media online ada pada kecepatan informasi, Ini adalah
karakteristik media online yang paling mencolok dibandingkan dengan media
konvensional. Peristiwa di lapangan dapat diunggah secara langsung dalam
hitungan detik atau menit. Tidak seperti media cetak, yang membutuhkan waktu
lebih lama untuk diterbitkan. Penyampaian informasi di media online dapat
dilakukan secara real time (waktu sebenarnya) dan terus menerus. Perubahan atau
pembaruan terkait dengan informasi lama dapat dilakukan. Proses pembaruan ini
dapat dilakukan secara real time. Dapat berinteraksi dengan audiens, merupakan
salah satu kelebihan dari media online, fungsi interaktif yang tidak dimiliki media
konvensional. Media online menawarkan e-mail, obrolan, jajak pendapat,
komentar, dll. Yang berfungsi sebagai peluang untuk berinteraksi dengan audiens.
Pengguna sebuah media online dapat menentukan atau memilih informasi apa yang
dibutuhkan. Dengan cara ini, pengguna hanya membaca informasi yang relevan
dengan pilihan mereka. Setiap media online didukung oleh media penyimpanan
data di server komputer, tidak ada bahaya bahwa informasi lama yang telah
diterbitkan akan hilang sementara informasi baru masih dapat dipublikasikan. Pada
media online, semua informasi yang disajikan dapat dikaitkan ke sumber lain yang
19

relevan, baik dari sumber yang sama dan dari sumber yang berbeda. Hyperlink
memungkinkan pengguna untuk membuka informasi lain hanya dengan satu klik.

c. Jenis-jenis Media Online


Seluruh media yang tersedia di internet atau membutuhkan koneksi
internet untuk mengaksesnya termasuk jenis media online, seperti website, radio
online, TV online, media sosial, aplikasi chatting, forum online, dan e-mail. Media
online dalam arti khusus yakni media massa atau media komunikasi massa, terdiri
dari:
1. Situs berita berupa edisi online dari media cetak surat kabar atau
majalah.
2. Situs berita berupa edisi online dari media penyiaran radio.
3. Situs berita berupa edisi online media penyerian televisi
(streaming).
4. Situs berita online murni yang tidak terkait dengan media
cetak/elektronik.
5. Situs berita online murni yang tidak terkait dengan media
cetak/elektronikSitus “indeks berita” yang hanya memuat link
berita dari situs berita.

2.1.5 Channel
a. Pengertian Channel
Menurut Harold D. Lasswell (1948), komunikasi adalah sebuah proses
penyampaian pesan yang dilakukan melalui media kepada komunikate yang
menimbulkan efek tertentu. Model komunikasi Lasswell menggambarkan kajian
proses komunikasi secara ilmiah yang menitik beratkan pada berbagai turunan dari
setiap elemen komunikasi dan sekaligus merupakan jawaban dari pertanyaan yang
telah ia kemukakan. Kelima elemen komunikasi tersebut adalah:
1. Who, merujuk pada komunikator/sumber/pengirim pesan
atau communicator/source/sender.
2. (Says) What, merujuk pada isi pesan atau message.
20

3. (In Which) Channel, merujuk pada media atau saluran (Channel) Yang
digunakan dalam menyampaikan pesan.
4. (To) Whom, merujuk pada komunikan/komunikate/penerima pesan
Atau communicant/communicatee/receiver.
5. (With What) Effects, merujuk pada efek media yang ditimbulkan.
Scott M Cutlip dan Allen (2019) dalam bukunya Effective Public Relations,
indikator suatu saluran (Channel) (X) mencakup faktor-faktor berikut:
1. Credibility
Kredibilitas berkaitan erat dengan kepercayaan. Seorang komunikator yang
baik harus memiliki kredibilitas agar pesan yang disampaikan dapat tersasar
dengan baik. Beberapa hal yang berhubungan dengan kredibilitas, misalnya
kualifikasi atau tingkat keahlian seseorang. Contoh, seorang dokter dianggap
mempunyai kredibilitas ketika ia menyampaikan hal-hal tentang kesehatan.
2. Context
Konteks berupa kondisi yang mendukung ketika berlangsungnya komunikasi.
Supaya komunikasi berjalan efektif, konteks yang tepat menjadi hal yang
menarik perhatian komunikan.
3. Content
Isi pesan merupakan bahan atau materi inti dari apa yang hendak disampaikan
kepada audiens. Komunikasi menjadi efektif apabila isi pesan mengandung
sesuatu yang berarti dan penting untuk diketahui oleh komunikan.
4. Clarity
Pesan yang jelas alias tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam
adalah kunci keberhasilan komunikasi. Kejelasan informasi adalah hal
penting yang bisa mengurangi dan menghindari risiko kesalahpahaman pada
komunikan.
5. Continuity and consistency
Agar komunikasi berhasil, maka pesan atau informasi perlu disampaikan
secara berkesinambungan atau kontinyu. Misalnya, pesan pemerintah yang
menganjurkan masyarakat untuk menggunakan kendaran umum
dibandingkan kendaraan pribadi harus selalu disampaikan melalui berbagai
21

media secara terus menerus supaya pesan itu dapat tertanam dalam benak dan
memengaruhi perilaku masyarakat.
6. Capability of Audience
Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila sang penerima pesan
memahami dan melakukan apa yang terdapat pada isi pesan. Dalam hal ini,
tingkat pemahaman seseorang bisa berbeda-beda tergantung beberapa faktor,
contohnya latar belakang pendidikan, usia ataupun status sosial.
7. Channels of Distribution
Selain berbicara secara langsung kepada audiens, ada cara lain untuk
berkomunikasi, yaitu menggunakan media. Bentuk-bentuk media komunikasi
yang biasa digunakan saat ini adalah media cetak ataupun elektronik.
Pertimbangkan secara matang pemilihan media yang sesuai dan tepat sasaran
agar tidak terjadi komunikasi yang sia-sia.

2.1.6 YouTube
a. Pengertian YouTube
Komunikasi massa menggunakan media online mulai menggeser posisi
media lama dalam penyampaian informasi. Media online dapat diakses kapanpun
dan dimana saja serta memiliki sumber tanpa batas membuat posisinya menjadi
lebih unggul dan mulai menggeser media lama. Saat ini media televisi dalam
menyampaikan informasi secara audio-visual mulai bersaing dengan kehadiran
media YouTube. Kelahiran YouTube pada bulan Februari 2005, telah membentuk
media online berbasis web video sharing (berbagi video) dalam penyaluran
informasi, dimana para pengguna dapat memuat, menonton dan berbagi klip video
secara gratis. Hingga saat ini, YouTube menjadi media online video provider yang
paling dominan di Amerika Serikat dan bahkan dunia dengan menguasai 43%
pasar. (Faiqah, Nadjib, & Amir, 2016).
22

Gambar 2. 1 YouTube Statistic Dalam Situs YouTube.com

Berdasarkan gambar 2.1, YouTube telah memiliki lebih dari dua milyar pengguna
yang merupakan hampir sepertiga semua pengguna internet. Dilansir dari statistik
dalam situs YouTube.com, hingga Agustus 2020 pembuat konten pada YouTube
sudah mengunggah 800 juta video dan dalam penayangannya dapat menghasilkan
uang. Pada akhirnya semakin banyak orang mendaftar akun kanal YouTube
dikarenakan YouTube telah membuka lapangan pekerjaan. (YouTube Statistics,
2020).

b. Karakteristik YouTube
YouTube memberikan layanan gratis dalam menikmati dan mengakses
video yang telah diunggah. Seorang pengguna tidak diharuskan untuk memiliki
akun premium ataupun membayar dengan uang dalam skala waktu tertentu seperti
platform lainnya. Beberapa video tertentu pada YouTube pun dapat diunduh jika
penggunanya ingin menonton video berulang kali, hal ini memudahkan pengguna
khususnya dalam mengakses dan berbagi informasi yang bermanfaat seperti hal-hal
teknis yang ingin diketahui oleh penggunanya. Fatty Faiqah dan kawan-kawan telah
meneliti tentang karakteristik pada YouTube hingga membuat banyak sebagian
pengguna YouTube betah dalam menggunakannya, yakni:
23

1. Tidak ada batasan durasi untuk mengunggah video. Hal ini yang
membedakan YouTube dengan beberapa aplikasi lain yang mempunyai
batasan durasi minimal waktu semisal Instagram, snapchat, dan
sebagainya.
2. Sistem pengamanan yang mulai akurat. YouTube membatasi
pengamanannya dengan tidak mengizinkan video yang mengandung sara,
ilegal, dan akan memberikan pertanyaan konfirmasi sebelum
menggunggah video.
3. Berbayar. Saat ini seperti yang sedang menjadi viral dimana-mana,
YouTube memberikan penawaran bagi siapapun yang mengunggah
videonya ke YouTube dan mendapatkan minimal 1000 viewers atau
penonton maka akan diberikan honorarium. (Faiqah, Nadjib, & Amir,
2016)
4. Sistem offline. YouTube mempunyai fitur baru bagi para pengguna untuk
menonton videonya yaitu sistem offline. Sistem ini memudahkan para
pengguna untuk memonton videonya pada saat offline tetapi sebelumnya
video tersebut harus diunduh (downloaded) terlebih dahulu.
5. Tersedia editor sederhana. Pada menu awal mengunggah video, pengguna
akan ditawarkan untuk mengedit videonya terlebih dahulu. Menu yang
ditawarkan adalah memotong video, memberi filter warna, atau
menambah efek perpindahan video. (Faiqah, Nadjib, & Amir, 2016).

2.1.7 Generasi Milenial


a. Pengertian Generasi Milenial
Berdasarkan Badan Pusat Statistik dalam buku Profil Generasi Milenial
Indonesia (2018), penelitian tentang perbedaan generasi ini pertama kali dilakukan
oleh Manheim (1952). Menurut Manheim generasi adalah suatu konstruksi sosial
yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan
pengalaman historis yang sama. Individu yang menjadi bagian dari satu generasi,
adalah mereka yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam rentang waktu 20 tahun
dan berada dalam dimensi sosial dan dimensi sejarah yang sama. Teori tentang
24

perbedaan generasi dipopulerkan oleh Neil Howe dan William Strauss pada tahun
1991. Howe dan Strauss membagi generasi berdasarkan kesamaan rentang waktu
kelahiran dan kesamaan kejadian-kejadian historis dalam bukunya yang berjudul
Millennials Rising: The Next Great Generation (2000). Saat itu anak-anak yang
lahir pada tahun 1982 masuk pra-sekolah, media mulai menyebut sebagai
kelompok yang terhubung ke milenium baru di saat lulus SMA di tahun 2000.
Pendapat lain menurut Elwood Carlson dalam bukunya yang berjudul The Lucky
Few: Between the Greatest Generation and the Baby Boom (2008), generasi
milenial adalah mereka yang lahir dalam rentang tahun 1983 sampai dengan 2001.
Jika didasarkan pada Generation Theory yang dicetuskan oleh Karl Mannheim pada
tahun 1923, generasi milenial adalah generasi yang lahir pada rasio tahun 1980
sampai dengan 2000. Generasi milenial juga disebut sebagai generasi Y. Istilah ini
mulai dikenal dan dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus
1993. Lain halnya dengan pendapat The Millennial Generation Research Review,
NCF (2012), generasi milenial adalah yang lahir seperti pada gambar 2.1 berikut,

Gambar 2. 2 The Millenial Generation Research Review, NCF

Disamping peneliti mancanegara, ada beberapa pendapat tentang generasi milenial


dari peneliti dalam negeri. Menurut Hasanuddin Ali dan Lilik Purwandi (2017)
dalam bukunya Millennial Nusantara menyebutkan bahwa generasi milenial adalah
mereka yang lahir antara tahun 1981 sampai dengan tahun 2000. Sementara para
peneliti sosial dalam negeri lainnya menggunakan tahun lahir mulai 1980-an
sampai dengan tahun 2000-an untuk menentukan generasi milenial. (Badan Pusat
Statistik, 2018).
25

b. Ciri-ciri dan Keunggulan Generasi Milenial


Dibandingkan generasi sebelumnya, generasi milenial memiliki karakter
unik, salah satu ciri utama generasi milenial ditandai oleh peningkatan penggunaan
dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Karena dibesarkan
oleh kemajuan teknologi, generasi milenial memiliki ciri-ciri kreatif, informatif,
mempunyai passion dan produktif. Dibandingkan generasi sebelumnya, mereka
lebih berteman baik dengan teknologi. Di Indonesia, pemanfaatan telepon seluler
dapat dilihat dari hasil Susenas 2017 menunjukkan bahwa memang generasi
milenial lebih unggul jika dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Gambar 2. 3 Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS

Pada Gambar 2.3 terlihat bahwa persentase Generasi Milenial di Indonesia yang
menggunakan telepon seluler (HP)/Nirkabel pada tahun 2017 sudah mencapai
91,62 persen. Persentase ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Generasi X
yang sebesar 77,02 persen dan Generasi Baby Boom dan veteran yang hanya
sebesar 43,72 persen. Bila dilihat dari daerah tempat tinggal terlihat bahwa
penggunaan telepon seluler oleh generasi milenial yang tinggal di perkotaan
mencapai 94,87 persen, persentase tersebut lebih tinggi jika dibandingkan Generasi
Milenial yang tinggal di perdesaan yang hanya 87,65 persen. Salah satu penyebab
perbedaan tersebut adalah adanya perbedaan fasilitas infrastruktur yang
mendukung telepon seluler antara daerah perkotaan dan perdesaan dimana daerah
perkotaan memiliki fasilitas infrastruktur pendukung yang lebih lengkap. Untuk
melihat penggunaan komputer di Indonesia dapat dilihat dari hasil Susenas 2017
26

yang menunjukkan bahwa generasi milenial bila dibandingkan dengan generasi-


generasi sebelumnya lebih unggul dalam hal penggunaan komputer.

Gambar 2. 4 Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS

Gambar 2.3 menunjukkan persentase penduduk di Indonesia yang menggunakan


komputer menurut kelompok generasi. Pada gambar tersebut terlihat bahwa
persentase Generasi Milenial yang menggunakan komputer sebesar 29,57 persen,
Generasi X sebesar 12,3 persen, sedangkan Generasi Baby Boom dan veteran hanya
sebesar 2,71 persen. Hal ini menunjukkan kembali hasil studi yang dilakukan Deal
dkk (2010) yang menyebutkan bahwa generasi milenial lebih banyak menggunakan
teknologi disebabkan oleh usia terpapar dengan teknologi baru lebih muda
dibandingkan dengan generasi lain. Bila dilihat daerah tempat tinggal generasi
milenial, pada Gambar 4.5 terlihat bahwa persentase generasi milenial yang
menggunakan komputer yang tinggal di daerah perkotaan adalah sebesar 38,8
persen, sedangkan generasi milenial yang menggunakan komputer yang tinggal di
daerah perdesaan adalah sebesar 18,29 persen.
27

Gambar 2. 5 Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS

Selanjutnya, Gambar 2.4 menunjukkan persentase penduduk di Indonesia yang


mengakses internet menurut kelompok generasi. Terlihat bahwa secara total
Generasi Milenial yang mengakses internet adalah sebesar 56,42 persen jauh lebih
besar jika dibandingkan dengan Generasi X yang hanya sebesar 20,35 persen dan
Generasi Baby Boom dan veteran yang hanya sebesar 4,1 persen. Apabila dilihat
dari wilayah tempat tinggal, maka terlihat bahwa generasi milenial yang mengakses
internet yang tinggal di daerah perkotaan proporsinya lebih tinggi jika
dibandingkan dengan generasi milenial yang tinggal di perdesaan. Hasil studi yang
dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley
tahun 2011 di Amerika Serikat tentang generasi milenial USA adalah sebagai
berikut:
1. Minat membaca secara konvensional kini sudah menurun karena Generasi
Y lebih memilih membaca lewat smartphone mereka.
2. Millennial wajib memiliki akun sosial media sebagai alat komunikasi dan
pusat informasi.
3. Millennial pasti lebih memilih ponsel daripada televisi. Menonton sebuah
acara televisi kini sudah tidak lagi menjadi sebuah hiburan karena apapun
bisa mereka temukan di telepon genggam.
4. Millennial menjadikan keluarga sebagai pusat pertimbangan dan
pengambil keputusan mereka.
Generasi milenial memiliki peluang dan kesempatan berinovasi yang sangat luas.
Terciptanya ekosistem digital berhasil menciptakan beraneka ragam bidang usaha
28

tumbuh menjamur di Indonesia. Terbukti dengan semakin menjamurnya


perusahaan/usaha online, baik di sektor perdagangan maupun transportasi. Dari sisi
pendidikan, generasi milenial juga memiliki kualitas yang lebih unggul. Generasi
ini juga mempunyai minat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Mereka menyadari bahwa pendidikan merupakan prioritas yang utama.
Menurut Yoris Sebastian dalam bukunya Generasi Langgas Millennials Indonesia,
ada beberapa keunggulan dari generasi milenial, yaitu ingin serba cepat, mudah
berpindah pekerjaan dalam waktu singkat, kreatif, dinamis, melek teknologi, dekat
dengan media sosial, dan sebagainya. (Badan Pusat Statistik, 2018).

2.1.8 Pengembangan Kreativitas


a. Pengertian Kreativitas
Jika ditelusuri perkembangan peradaban manusia, maka akan ditemukan
data dalam sejarah bahwa pada dasarnya kreativitas telah ada sejak manusia
diketahui keberadaannya dalam sejarah. Manusia purba bukanlah manusia statis
yang hanya diam terpaku dan tidak melakukan kemajuan tertentu yang akan
mengingkatkan peradabannya. Pada zaman itu, manusia purba telah menciptakan
berbagai peralatan untuk membantu kehidupannya. Peralatan yang berhasil telah
mereka ciptakan seperti roda batu, mata panah untuk berburu, teknik membuat api,
dan lain sebagainya merupakan bentuk dari kreativitas. James J. Gallagher (1985)
mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an individual creates
new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in fashion that is
novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan
individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengombinasikan antara
keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya). Dikembangkan oleh
Supriadi (1994) bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya
eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas,
diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan. Sementara itu
29

menurut Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995), beliau memaparkan kreativitas


sebagai produk berkaitan dengan penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang
baru, daripada akumulasi keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari
buku. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa kreativitas
merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode
ataupun produk baru yang efektif dan bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi,
suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang
untuk pemecahan suatu masalah. (Rachmawati & Kurniati, 2011).

b. Karakteristik Kreativitas
Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami
karakteristiknya. Menurut Supriadi (1994) mengatakan bahwa karakteristik
kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
1. Ciri kognitif diantaranya adalah orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran,
dan elaborasi.
2. Ciri nonkognitif diantaranya adalah motivasi sikap dan kepribadian
kreatif.
Kedua ciri tersebut sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan
kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat
dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis sehat. Kreativitas
bukan hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental
sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa
mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif. (Rachmawati &
Kurniati, 2011).

c. Pengembangan Kreativitas Melalui Eksperimen


Metode eksperimen banyak dihubungkan dengan metode pemecahan
masalah. Melalui eksperimen akan melatih pengembangan kreativitas, kemampuan
berpikir logis, senang mengamati, meningkatkan rasa ingin tahu dan kekaguman
pada alam, dan ilmu pengetahuan. Eksperimen (percobaan) yang dimaksud dalam
hal ini bukanlah suatu proses yang rumit, melainkan bagaimana mereka dapat
30

mengetahui cara atau proses terjadinya sesuatu dan mengapa sesuatu dapat terjadi
serta bagaimana mereka dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada
dan pada akhirnya mereka dapat membuat sesuatu yang bermanfaat dari kegiatan
tersebut. Adapun indikator dalam kegiatan eksperimen ini menurut Rachmawati
dan Kurniati dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada Anak (2011) di antaranya adalah dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut:
1. Fluency (berpikir lancar), yaitu sikap senang bertanya saat pembelajaran
berlangsung dan cenderung bertanya jika tidak mengerti.
2. Flexibility (berpikir luwes), yaitu senang memberikan macam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
3. Originality (berpikir orisinil), memikirkan masalah-masalah atau hal yang
tak pernah terpikirkan oleh orang lain.
4. Elaboration (berpikir elaboratif), mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-
langkah terperinci.
5. Sensitivity (berpikir sensitif), cenderung sensitif terhadap masalah sekitar
dan suka memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri
(evaluatif).

2.2 Kerangka Teori


2.2.1 New Media (Media Baru)
a. Pengertian Media Baru
Denis McQuail (2011) mendefinisikan new media atau media baru sebagai
perangkat teknologi elektronik yang berbeda dengan penggunaan yang berbeda
pula. Media elektronik baru ini mencakup beberapa sistem teknologi seperti; sistem
transmisi (melalui kabel atau satelit), sistem miniaturisasi, sistem penyimpanan dan
pencarian informasi, sistem penyajian gambar (dengan menggunakan kombinasi
teks dan grafik secara lentur), dan sistem pengendalian (oleh komputer). Ciri utama
yang membedakan media baru dengan media lama adalah desentralisasi (pengadaan
dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya berada di tangan komunikator),
31

kemampuan tinggi (pengantaran melalui kabel atau satelit mengatasi hambatan


komunikasi yang disebabkan oleh pemancar siaran lainnya), komunikasi timbal
balik (komunikan dapat memilih, menjawab kembali, menukar informasi dan
dihubungkan dengan penerima lainnya secara langsung), kelenturan (fleksibelitas
bentuk, isi dan penggunaan). Rogers dan Anis Hamidati menguraikan tiga sifat
utama yang menandai kehadiran teknologi komunikasi baru, yaitu interactivity
(interaktivitas), demassification (demasifikasi), dan asynchronous (ketidak
sinkronan). Interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru (biasanya
berisi sebuah komputer sebagai komponennya) untuk berbicara balik (talk back)
kepada penggunanya. Hampir seperti seorang individu yang berpartisipasi dalam
sebuah percakapan. Dalam ungkapan lain, media baru memiliki sifat interaktif yang
tingkatannya mendekati sifat interaktif pada komunikasi anatarpribadi secara tatap
muka. Sifat kedua dari teknologi komunikasi baru adalah demassification atau yang
bersifat massal. Maksudnya, kontrol atau pengendalian sistem komunikasi massa
biasanya berpindah dari produsen kepada konsumen media. Sifat yang ketiga
adalah asynchronous, artinya teknologi komunikasi baru mempunyai kemampuan
untuk mengirimkan dan menerima pesan pada waktu-waktu yang dikehendaki oleh
setiap individu peserta.

b. Fungsi Media Baru


Media baru memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Berfungsi menyajikan arus informasi yang dapat dengan mudah dan cepat
diakses dimana saja dan kapan saja. Sehingga memudahkan seseorang
memperoleh sesuatu yang dicari atau dibutuhkan yang biasanya harus
mencari langsung dari tempat sumber informasinya.
2. Sebagai media transaksi jual beli. Kemudahan memesan produk melalui
fasilitas internet ataupun menghubungi customer service.
3. Sebagai media hiburan. Contohnya: game online, jejaring sosial,
streaming video, dan lain sebagainya.
32

4. Sebagai media komunikasi yang efisien. Penggunanya dapat


berkomunikasi dengan siapapun tanpa terkendala jarak dan waktu, bahkan
dapat melakukan video conference.
5. Sebagai sarana pendidikan dengan adanya e-book yang mudah dan praktis.
Bagi mahasiswa dan pelajar penyampaian materi pembelajaran dapat
diseragamkan, proses pembelajaran menjadi jelas dan menarik, lebih
interaktif, efisiensi waktu dan tenaga, memungkinkan proses belajar bisa
dilakukan dimana saja dan mengubah peran guru ke arah yang lebih positif
dan produktif. (Efendi, 2017)

c. Jenis Media Baru


Perkembangan teknologi yang sebelumnya berupa media tradisional
menjadi media baru telah dilengkapi dengan teknologi digital. Tumbuhnya
pemusatan telekomunikasi modern ini terdiri dari komputer dan jaringan penyiaran.
Masyarakat mulai dihadapkan pada gaya baru pemrosesan dan penyebaran digital
informasi, internet, WWW (world wide web), dan fitur multimedia. (Sugihartati,
2014). Media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan YouTube
merupakan jenis-jenis media baru yang termasuk dalam kategori online media.
Jenis-jenis media baru ini memungkinkan orang bisa berbicara, berpartisipasi,
berbagi dan menciptakan jejaring secara online. Selain itu, masih ada jenis media
baru lainnya seperti; komputer atau notebook, DVD, VCD, Portable media player,
Smartphone, video game dan virtual reality. (Hamidati, 2011).

2.2.2 Kognitif Sosial


a. Pengertian Teori Kognitif Sosial
Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan
baru dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh
Albert Bandura. Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan
pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura (1962) juga
merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru
(imitative learning). Bandura telah mengelaborasi proses belajar sosial dengan
33

faktor-faktor kognitif dan behavioral yang memengaruhi seseorang dalam proses


belajar sosial. Teori ini sangat berperan dalam mempelajari efek dari isi media
massa pada khalayak media di level individu. Penelitian Bandura mencakup banyak
masalah yang bersifat sentral untuk teori belajar sosial, penelitian ini meliputi studi
tentang imitasi dan identifikasi, perkuatan sosial, perkuatan diri dan pemonitoran,
serta perubahan tingkah laku melalui pemodelan. Sama seperti halnya kebanyakan
pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori belajar sosial berpangkal pada
dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil pemerolehan, dan
bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah
laku berkembang dan menetap. Salah satu asumsi awal dan dasar teori kognisi
sosial Bandura adalah bahwa manusia cukup fleksibel dan mampu mempelajari
berbagai sikap, kemampuan, dan perilaku, serta cukup banyak dari pembelajaran
tersebut yang merupakan hasil dari pengalaman tidak langsung. Bandura (1986)
menyatakan bahwa “apabila pengetahuan dapat diperoleh hanya melalui akibat dari
tindakan seseorang, proses kognitif dan perkembangan sosial akan sangat
terbelakang, dan juga akan menjadi sangat melelahkan”. Bagi bandura, walaupun
prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku,
prinsip itu harus memperthatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak
oleh paradigma behaviorisme. Definisi Belajar sosial (social kognitif) adalah
perilaku dibentuk melalui konteks sosial. Perilaku dapat dipelajari baik, sebagai
hasil reinformecement maupun reiforcement. Bandura berpendapat bahwa manusia
dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan
semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan
dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling
memengaruhi. Bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan
interaksi dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus
memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara.
(Ambar, 2017).
34

b. Konsep Kognitif Sosial


Konsep utama dari teori kognitif sosial adalah pengertian tentang
obvervational learning atau proses belajar dengan mengamati. Jika ada seorang
model di dalam lingkungan seorang individu, misalnya saja teman atau anggota
keluarga di dalam lingkungan internal, atau di lingkungan publik seperti para tokoh
publik di bidang berita dan hiburan, proses belajar dari individu ini akan terjadi
melalui cara memperhatikan model tersebut. Terkadang perilaku seseorang bisa
timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau peniruan merupakan “the
direct, mechanical reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung
dan mekanis (Baran dan Davis, 2000). Sebagai contoh, ketika seorang ibu
mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat sepatu dengan memeragakannya
berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali sepatunya, maka proses ini disebut
proses modeling. Untuk proses peniruan interpersonal, proses modeling dapat juga
terlihat pada narasumber yang ditampilkan oleh media. Misalnya orang bisa meniru
bagaimana cara memasak kue bika dalam sebuah acara kuliner di televisi. Meski
demikian tidak semua narasumber dapat memengaruhi khalayak, meski contoh
yang ditampilkan lebih mudah dari bagaimana cara membuat kue bika. Konsep-
konsep yang telah dikemukakan merupakan proses dasar dari pembelajaran dalam
teori kognitif sosial. Meskipun demikian, terdapat beberapa konsep lain yang
dikemukakan teori ini yang akan memengaruhi sejauh mana belajar sosial berperan.
(Ambar, 2017)

c. Prinsip Kognitif Sosial


Adapun prinsip-prinsip yang mendasari teori belajar sosial yang
dikemukakan oleh Albert Bandura, adalah sebagai berikut.
1. Prinsip faktor-faktor yang saling menentukan.
Bandura menyatakan bahwa diri seorang manusia pada dasarnya adalah
suatu sistem (sistem diri/self system). Sebagai suatu sistem bermakna
bahwa perilaku, berbagai faktor pada diri seseorang, dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam lingkungan orang tersebut, secara bersama-
sama saling bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap
35

yang lainnya. Teori belajar sosial menekankan observational learning


sebagai proses pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah
seseorang mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis
imbalan dan hukuman yang diberikan kepada orang lain. Dalam teori
menjelaskan hubungan timbal balik yang saling berkesinambungan antara
kognitif, perilaku, dan lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar kita sangat
berpengaruh terhadap perilaku kita.
2. Kemampuan untuk membuat atau memahami simbol/tanda/ lambang.
Bandura menyatakan bahwa orang memahami dunia secara simbolis
melalui gambar-gambar kognitif, jadi orang lebih bereaksi terhadap
gambaran kognitif dari dunia sekitar dari pada dunia itu sendiri. Artinya,
karena orang memiliki kemampuan berfikir dan memanfaatkan bahasa
sebagai alat untuk berfikir, maka hal-hal yang telah berlalu dapat disimpan
dalam ingatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula “diuji” secara
simbolis dalam pikiran.
3. Kemampuan berpikir ke depan.
Selain dapat digunakan untuk mengingat hal-hal yang sudah pernah
dialami, kemampuan berpikir atau mengolah simbol tersebut dapat
dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan. Orang dapat menduga
bagaimana orang lain bisa bereaksi terhadap seseorang, dapat menentukan
tujuan, dan merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
4. Kemampuan seolah-olah mengalami apa yang dialami orang lain.
Orang-orang, terlebih lagi anak-anak mampu belajar dengan cara
memperhatikan orang lain berperilaku dan memperhatikan konsekuensi
dari perilaku tersebut. Inilah yang dinamakan belajar dari apa yang dialami
orang lain.
5. Kemampuan mengatur diri sendiri.
Prinsip berikutnya dari belajar sosial adalah orang umumnya memiliki
kemampuan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri. Seberapa giat
orang bekerja dan belajar, berapa jam orang tidur, bagaiamana bersikap di
36

muka umum, apakah orang mengerjakan pekerjaan kuliah dengan teratur,


dsb, adalah contoh prilaku yang dikendalikan. Perilaku ini tidak dikerjakan
tidak selalu untuk memuaskan orang lain, tetapi berdasarkan standar dan
motivasi yang ditetapkan diri sendiri.
6. Kemampuan untuk berefleksi.
Prinsip terakhir ini menerangkan bahwa kebanyakan orang sering
melakukan refleksi atau perenungan untuk memikirkan kemampuan diri
mereka pribadi. Mereka umumnya mampu memantau ide-ide mereka dan
menilai kepantasan ide-ide tersebut sekaligus menilai diri mereka sendiri.
Dari semua penilaian diri sendiri itu, yang paling penting adalah penilaian
terhadap beberapa komponen atau seberapa mampu mereka mengira diri
mereka dapat mengerjakan suatu tugas dengan sukses. (Ambar, 2017).

2.3 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan
dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di
samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan penelitian
serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagian ini peneliti
mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian
yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang
sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan
sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sejauh mana
orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan. (Sulala, 2016). Berikut ini
adalah penelitian terdahulu dari berbagai sumber, yaitu:
37

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Nama Peneliti, Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Tahun, Dengan
Universitas Penelitian Ini
1. Integrasi Mukhlison Menggunakan Metode Peneliti mendapatkan hasil bahwa Jurnal ini
Pembelajaran Effendi, 2013, Kualitatif, Dengan Subjek integrasi pembelajaran Active mengenai integrasi
Active Learning STAIN Yaitu Mahasiswa Kelas Learning dan Internet-Based pembelajaran
dan Internet- Ponorogo. PG.C Semester 4 Prodi Learning dapat meningkatkan menggunakan
Based Learning PMGI dan Dosen yang keaktifan dan kreativitas belajar internet,
dalam Mengintegrasikan mahasiswa STAIN Ponorogo, sedangkan yang
Meningkatkan Pembelajaran Active dengan faktor pendukung faktor saya teliti adalah
Keaktifan dan Learning dan Internet penghabatnya. mengenai
Kreativitas Based Learning. pengembangan
Belajar. kreativitas melalui
internet.
38

No. Judul Penelitian Nama Peneliti, Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Tahun, Dengan
Universitas Penelitian Ini
2. Dampak Refika Menggunakan Hasil penelitian ini didapatkan temuan Populasi dan
Tontonan Video Mastanora, Metode Kualitatif, bahwa 1. Anak yang sering diberikan sampel yang
YouTube Pada 2018, IAIN Dengan Teknik tontonan video YouTube lebih kreatif diteliti dalam
Perkembangan Batusangkar. Pengumpulan Data dari pada anak yang hanya bermain jurnal ini adalah
Kreativitas Anak Yaitu Teknik dengan benda mati. 2. Musik yang anak usia dini,
Usia Dini. Wawancara Dengan mengiringi video memicu kinerja otak sedangkan dalam
Instrumen Penelitian kanan anak, sehingga termotivasi untuk penelitian ini
Berupa Pertanyaan, berkreasi. 3. Anak belajar dari apa yang targetnya adalah
Observasi, dan diperhatikan dan akan masuk ke dalam generasi milenial
Dokumentasi. memori. 4. Hampir semua anak-Aanak yang berusia
PAUD IAIN Batusangkar sekitar 20 tahun
mengkonsumsi tontonan video yang ada sampai dengan 30
di YouTube dan sebagian besar orang tahun yang
tua merasakan anaknya lebih aktif dan menggunakan
kreatif. internet sebagai
pengembangan
nilai kreativitas.
39

No. Judul Penelitian Nama Peneliti, Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Tahun, Dengan
Universitas Penelitian Ini
4. Pengaruh Anisa Isnaini Menggunakan Berdasarkan hasil penelitian ini, Jenis penelitian
Penggunaan Media Huwaidah, 2019, metode kuantitatif diperoleh bahwa: yang digunakan
Sosial YouTube Institut Agama dan jenis penelitian 1. hasil angket Media Sosial peneliti adalah
Terhadap Islam Negeri expost facto, karena YouTube Siswa sebanyak 78,6% deskriptif, dengan
Kreativitas Siswa Ponorogo. gejala yang diamati dengan frekuensi 22 dari 28 teori yang
Pada Mata sudah ada secara responden dalam kategori baik. melandasi
Pelajaran Seni wajar, dan tidak 2. Pada Kreativitas Siswa di SDN pengembangan
Budaya dan dilakukan melalui Nologaten 1 Ponorogo dapat kreativitas pada
Prakarya (SBdP) proses manipulasi. dikatakan baik dengan hasil angket penellitian ini
Di SDN 1 Dengan teori yang sebanyak 78,57% dengan frekuensi adalah teori difusi
Nologaten melandasi 22 dari 28 responden dalam kategori inovasi.
Ponorogo. pengembangan baik.
kreativitas yaitu: 3. Terdapat pengaruh yang
Teori Psikoanalisis, signifikan antara media sosial
Teori Humanistik, YouTube terhadap kreativitas siswa
dan Teori di SDN Nologaten 1 Ponorogo tahun
cziksentmihalyi. ajaran 2018/2019, dengan besar
pengaruh adalah 18,4%.
40

No. Judul Penelitian Nama Peneliti, Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Tahun, Dengan
Universitas Penelitian Ini
5. Industri Kreatif Neneng Susanti Menggunakan Hasil dari penelitian ini adalah media Peneliti
Memerlukan dan Sakina metode kualitiatif promosi sangat penting dalam menggunakan
Banyak Promosi. Ichsani, 2012, dan dilakukan mengembangkan industri kreatif. Media metode kuantitatif
Universitas analisis secara promosi yang digunakan dapat berupa yaitu terdiri dari
Tarumanegara deskriptif untuk media promosi online maupun media angka-angka yang
Jakarta. menjawab tujuan promosi konvensional. Pada akhirnya dianalisis
penelitian tentang mengingkatkan kesejahteraan pelaku berdasarkan
keuntungan dan usaha kreatif dan juga meningkatkan prosedur statistik,
kerugian dari pendapatan daerah dan negara. dengan objek
penggunaan media penelitian yaitu
sosial sebagai pengaruh daripada
sarana promosi penggunaan
untuk industri Channel YouTube
kreatif, dengan kerajinan 5-menit
objek penelitiannya sebagai media
yaitu Industri pembelajaran
Kreatif di daring terhadap
Indonesia. pengembangan
kreativitas.
41

2.4 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dikembangkan
kerangka berpikir dimana penggunaan channel YouTube Kerajinan 5-Menit dapat
meningkatkan kemampuan kreativitas pada generasi milenial. Kerangka pemikiran
ini sangat diperlukan guna untuk menunjukkan hubungan antara teori yang
digunakan dengan permasalahan yang peneliti ambil. Kerangka pemikiran peneliti
mengenai pengaruh media YouTube terhadap pengembangan kreativitas pada
generasi milenial melalui salah satu channel yang terdapat pada YouTube yaitu
Kerajinan 5-Menit mengacu pada teori new media (media baru) dan teori kognitif
sosial. Kerangka pemikiran ini berawal dari lahirnya media baru akibat kemunculan
teknologi internet yang menjadi awal mula mengakses channel YouTube Kerajinan
5-Menit, kemudian dihubungkan dengan teori kognitif sosial, yang mana ini
merupakan teori tentang proses belajar meniru. Berikut bagan yang peneliti buat
agar pembaca dapat dengan mudah memahami kerangka pemikiran peneliti.

New Media Kognitif Sosial


(teknologi (teori belajar
internet) meniru)

Channel YouTube Pengembangan


Kerajinan 5-Menit: Kreativitas:

1. Credibility Generasi 1. Fluency


2.Context Milenial 2. Flexibility
3.Content
4.Clarity 3. Originality
5.Continuity
4. Elaboration
6.Capability
7.Channesl of 5. Sensitivity
distribution

Bagan 2. 1 Kerangka Pemikiran Hipotesis


42

2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian, hingga terbukti data yang terkumpul (Arikunto, 2010). Berdasarkan
masalah pokok penelitian yang ingin diteliti, terdapat hipotesis dalam penelitian
tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
penggunaan channel YouTube Kerajinan 5 Menit terhadap pengembangan
kemampuan kreativitas pada generasi milenial. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H0 : tidak terdapat pengaruh antara penggunaan channel YouTube
Kerajinan 5-Menit sebagai media pembelajaran daring terhadap
pengembangan kemampuan kreativitas pada generasi milenial.
H1 : terdapat pengaruh antara penggunaan channel YouTube Kerajinan
5-Menit sebagai media pembelajaran daring terhadap pengembangan
kemampuan kreativitas pada generasi milenial.

Anda mungkin juga menyukai