Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

PERCOBAAN VI
UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK

OLEH :

KELAS : A2 FARMASI

KELOMPOK/BATCH : 2 (DUA) / A

KOORDINATOR LAB : Apt. BAI ATHUR RIDWAN, S.Farm., M.Pharm., S.Ci

ASISTEN LAB : ARDI WIRANATA

ASWAR ZAINAL

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Uji sensitivitas antibiotik merupakan suatu teknik untuk menetapkan sensitivitas antibiotik
dengan mengukur efek senyawa antibiotik uji dengan melihat daya hambat mikroba uji. Antibiotik
maupun jenis-jenis antimikroba lainnya telah umum dikenal dikalangan masyarakat. Penggunaan
dari antibotik dan antimikroba inipun telah meningkat seiring dengan bermunculannya berbagai
jenis infeksi yang kemungkinan ditimbulkan oleh jenis bakteri baru ataupun virus baru.
Kenyataannya adalah bahwa penggunaannya dikalangan awam seringkali disalah artikan atau
disalah gunakan, dalam artian seringkali pelaksanaannya dalam menangani suatu jenis infeksi
yang tidak tepat, yang berupa pemakaian antibiotik dengan dosis dan lama terapi atau penggunaan
yang tidak tepat, karena kurangnya pemahaman tentang antibiotik ini sendiri. Hal ini pulalah yang
kemudian hari merupakan penyebab utama timbulnya resistensi dari obat-obat antibiotik maupun
antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu. Obat-obat antimikroba efektif dalam pengobatan
infeksi karena kemampuan obat tersebut dapat membunuh mikroorganisme yang menginvasi
penjamu tanpa merusak sel.

Dalam percobaan ini akan dilakukan uji sensitivitas, yang merupakan suatu teknik untuk
menetapkan sensitivitas suatu antibioika dengan mengukur efek senyawa tersebut pada
pertumbuhan suatu mikroorganisme serta berhubungan dengan suatu inkubasi untuk melihat
antibiotika mana yang kerjanya lebih cepat menghambat atau membunuh mikroba lain. Alasan
penggunaan beberapa macam antibiotik yaitu untuk melihat antibiotika mana yang kerjanya lebih
cepat menghambat atau membunuh mikroba, antibiotika mana yang telah resisten dan antibiotika
mana yang betul-betul cocok untuk suatu jenis mikroba.

Penggunaan suatu antibiotika sebenarnya tidak membuat kondisi tubuh semakin baik, justru
merusak sistem kekebalan tubuh karena imunitas bisa menurun akibat pemakaiannya. Alhasil,
berupa waktu kemudian akan mudah jatuh sakit kembali.

Antibiotik hanya melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja melawan infeksi virus, gondok,
dan bronkitis. Antibiotik yang diperlukan untuk mengobati infeksi virus malah bisa
membahayakan tubuh. Hal ini karena setiap kali dosis antibiotik diambil virus tidak terpengaruh
malah sebaliknya, terjasi peningkatan kekebalan bakteri terhadap antibiotik. Bakteri yang kebal
dengan antibiotik tidak dapat dibunuh dengan obat tersebut dengan dosis yang sama. Inilah
sebabnya mengapa setiap orang harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter sebelum
mengambil antibiotik.(Oksfriani, 2018)

Seorang ilmuwan dari Perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-
Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah
penghambatan pada pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai
daerah jernih disekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Meskipun metode ini
masih digunakan beberapa laboratorium klinik, sekarang ini telah digantikan dengan prosedur
otomatis miniatur yang lebih cepat dan efektif. Pada prosedur ini, pelat yang disebut panel terdiri
dari lubang-lubang yang mengandung reaktan yang dapat menilai ciri-ciri organisme. Pada lubang
lain terdapat konsentrasi antibiotika yang bervariasi serta bermanfaat secara klinik. Hasil yang
didapat dicetak secara otomatis berupa identifikasi organisme serta konsentrasi antibiotika
terhadap organisme yang rentan. (Li, B., & Webster, 2018)
Bakteri yang resisten terhadap antibiotik merupakan masalah global, oleh karena itu
penggunaan antibiotik yang tepat merupakan bagian dari pencegahan resistensi. Hasil penelitian
uji kepekaan bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik yang berasal dari bakteri air dan udara
ruang terhadap berbagai jenis antibiotik mengalami resistensi pada semua bakteri yang ditemukan
dan telah terjadi Multidrug Resistency (MPR) terhadap semua antibiotik yang digunakan, karena
resistensi ini terjadi lebih dari satu antibiotik.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan dari praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui sensitivitas antibiotika yang akan diuji apakah sensitive, intermedied atau
resisten
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Uji sensitivitas bakteri atau antibiotik merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki
aktivitas antibakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan antibakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. Seorang ilmuwan dari Perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur
Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini
adalah penghambatan pada pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat
sebagai daerah jernih disekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona
hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri.
Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk, bakteri
tersebut semakin sensitif. (Li, B., & Webster, 2018)

Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik atau
sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotika yang masih baik untuk memberikan daya hambat
terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat menunjukkan pada
kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas
antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode
kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode
merupakan standar untuk megatasi kegiatan keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas
antimikroba. (Oksfriani, 2018)

Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergesaran dari keadaan sensitif ke
keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan resisten adalah suatu keadaan
dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotik.(Kurniawan, 2019)

Resistensi adalah ketahanan suatu mikroorganisme terhadap suatu antimikroba atau


antibiotika tertentu. Resistensi dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adanya mutasi
spontan (resisten kromonal) dan resistensi karena terjadinya pemindahan gen yang resisten
(resisten ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-
obat antimikroba, karena adanya mekanisme genetik atau non-genetik.(Ariyani,, 2018)

Penyebab terjadinya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotik yang


tidak tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak teratur,
demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk mencegah atau
menghambat terjadinya resistensi tersebut, maka cara pemakaian antibiotik harus dilakukan
dengan ketentuanya. (Ariyani, 2018)

Zona hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat


antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya : Tetracycline, Erytromycin, dan
streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas. (Kurniawan, 2019)
Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris yaitu dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan
dipergunakan dalam terapi ditahun 1941 ole dr. Florey (oxford) yang kemudian banyak zat lain
dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik –penyelidik diseluruh dunia, akan tetapi
berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.
(Kuswiyanto, 2018)

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam jumlah amat
kecil dan rendah bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Antibiotik mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi terutama di bidang kesehatan, karena kegunaannya dalam mengobati
berbagai penyakit infeksi. Adanya penemuan antibiotik-antibiotik baru sangat dibutuhkan dalam
bidang kedokteran karena banyak kuman yang telah resisten terhadap antibiotik-antibiotik yang
sudah ada. Untuk itu perlu dilakukan penelitian eksplorasi untuk mendapatkan isolasi bakteri yang
dapat menghasilkan antibiotik. Antibiotik banyak dihasilkan oleh Alga, Lichen, tumbuhan tingkat
tinggi, hewan tingkat rendah, vertebrata dan mikroorganisme. (Sholeh, M.A. 2018)

Antibiotik sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi bakterial. Dalam
melakukan terapi dengan menggunakan antibiotik guna penanggulangan penyakit infeksi bakterial,
kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan (tes sensitivitas) kuman terhadap antibiotik yang
tersedia, karena pada masa kini banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotik.
(Arivo, D. 2019)

Obat-obat antimikroba efektif dalam pengobatan infeksi karena toksisitas selektifnya.


Kemampuan obat tersebut membunuh mikroorganisme yang menginvasi pejamu tanpa merusak
sel. Pada kebanyakan kasus, toksitas lebih relatif dari pada absolut, yang memerlukan kontrol
konsentrasi obat secara hati-hati untuk menyerang mikroorganisme sehingga dapat ditolerir oleh
tubuh. Terapi antimikroba selektif mempunyai keuntungan dengan adanya perbedaan biokimia
yang timbul antara mikroorganisme dan manusia.(Sholeh, M.A.2018)
2.2 Uraian Bahan

1. Alkohol (FI Edisi VI)


Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
RM / BM : C2H6O / 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam Air, dalam Kloroform P dan dalam
Eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Antiseptik, pelarut

2. Ampisilin (Dirjen POM, 2020)


Nama IUPAC : Asam (2,5,5,R,GR) GC (R) -2 amino -2- Fenilasetamida-3-
dimetil-1 okso 4-ha-1-2 obisiklo 3,2,0 heptana -2-2 karboksilat
(69,534)
Nama Lain : Ampisilina
RM / BM : C16H19N3O4S / 349,41 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur renik, tidak berbau, atau hampir tidak berbau, rasa
pahit
Kelarutan : Larut dalam 170 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol 95%
P
Kegunaan : Antibiotik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Aquadest (FI Edisi VI, 2020)


Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut

4. Ciprofloxacin (Dirjen POM, 2020)


Komposisi : Tiap tablet salut selaput mengandung Ciprofloxacin 500 mg
Indikasi : Infeksi saluran kemih, saluran cerna, termasuk demam tifoid dan
paratiroid, infeksi kuat dan jaringan lunak
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin dan derivat kinolan yang
lain. Wanita hamil dan menyusui

5. Gentamisin (Dirjen POM, 2020)


Nama Resmi : GENTAMICIN SULFATE
Nama Lain : Genamisin sulfat
RM / BM : C23H34N5O7H2SO4 / 575,5954 g/mol
Pemerian : Serbuk; putih sampai kekuning-kuningan
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol, dalam aseton, dalam
kloroform, dalam eter dan dalam benzena
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Antibiotik

6. Kloramfenikol (FI Edisi VI, 2020)


Indikasi : Infeksi akut yang disebabkan salmonella thypi, infeksi mata
konjungtivitas bakterial
Kontraindikasi : Hipersensitivitas atau adanya riwayat reaksi toksisitas terhadap
kloramfenikol
Nama Resmi : CHLORAMPHENICOLUM
Nama Lain : Kloramfenikol
RM / BM : C11H12Cl2N2O5
Pemerian : Hablur, halus berbentuk jarum, atau lempeng memanjang, putih
hingga putih kelabu
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen
glikol, dalam aseton, dan dalam etil asetat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

7. NA (Nutrient Agar)
Komposisi : Pepton, Agar, Ekstrak beef, Aquadest

8. NaCl (FI Edisi VI)


Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
RM / BM : NaCl / 58,44 g/mol
Pemerian : Hablur putih berbentuk kubus atau prisma, tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam Air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pelarut
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah :
1. Batang Pengaduk
2. Bunsen
3. Cawan Petri
4. Erlenmeyer
5. Gelas Kimia
6. Incubator
7. Oven
8. Pinset
9. Pipet Volume
10. Rak Tabung
11. Sendok Tanduk
12. Spoit 10 ml
13. Tabung Reaksi
14. Vial

3.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Alkohol
2. Aluminium Foil
3. Ampisilin
4. Aquadest
5. Ciprofloxacin
6. Gentamisin
7. Kloramfenikol
8. Kapas
9. Label
10. NA (Nutrient Agar)
11. Paper Disk

3.3 Prosedur Kerja

1. Disiapkan media NA sesuai perhitungan


2. Dibuat suspensi bakteri, dengan cara :
a. Diambil 10 ml HCl/NaCl dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi steril
b. Diambil 2 ose bakteri lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi
HCl/NaCl lalu homogenkan
c. Pembuatan media :
a. Diambil 15 ml NA, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 1 ml suspensi bakteri, homogenkan
c. Dimasukkan ke dalam cawan petri dan didiamkan sampai memadat
d. Dimasukkan paper disk
e. Diinkubasi ke dalam inkubator selama 1×24 jam pada suhu 37°C
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

Diameter Zona Hambatan


Kategori Respon
No. Antibiotik
Hambatan
I II III Rata-Rata (mm)

1. Ampisilin 2,3 2,2 2,3 16,66 Kuat

2. Ciprofloxacin 4 4,2 4,6 36,66 Sangat Kuat

3. Gentamisin 2,3 2,5 2,5 18,33 Kuat

4. Kloramfenikol 3,4 3,5 3,5 28,66 Sangat Kuat

4.2 Perhitungan Zona Hambatan

1. Ampisilin
I (Zona Vertikal) : 2,3 cm
II (Zona Horizontal) : 2,2 cm
III (Zona Diagonal) : 2,3 cm
2,3+2,2+2,3 ×10
Rata-Rata (mm) : – 6 = 16,66 mm
3
2. Ciprofloxacin
I (Zona Vertikal) : 4 cm
II (Zona Horizontal) : 4,2 cm
III (Zona Diagonal) : 4,6 cm
4+ 4,2+ 4,6× 10
Rata-Rata (mm) : – 6 = 36,66 mm
3
3. Gentamisin
I (Zona Vertikal) : 2,3 cm
II (Zona Horizontal) : 2,5 cm
III (Zona Diagonal) : 2,5 cm
2,3+2,5+2,5 ×10
Rata-Rata (mm) : – 6 = 18,33 mm
3
4. Kloramfenikol
I (Zona Vertikal) : 3,4 cm
II (Zona Horizontal) : 3,5 cm
III (Zona Diagonal) : 3,5 cm
3,4+3,5+3,5 ×10
Rata-Rata (mm) : – 6 = 28,66 mm
3
BAB V
PEMBAHASAN

Pada pratikum kali ini, dilakukan percobaan tentang uji sensitivitas antibiotic terhadapa
bakteri E.coli dengan tujuan untuk mengetahui sensitivitas antibiotic yang akan diuji.
Apakah sensitive, intermedied, atau resisten. Pada percobaab kali ini, bakteri yang
digunakan adalah bakteri Escherichia coli, dimana bakteri ini dapat menyebabkan diare.
Antibiotic yang akan diuji, yaitu ampisilin, ciprofloxacin, gentamisin, dan kloramfenikol.
Untuk media pertumbuhan E.Coliyang digunakan adalah media NA (Nutrient Broth).

Uji sensitivitas antibiotic terhadap berbagai macam mikroba dilakukan untuk


mengetahui apakah suatu antibiotic dapat membunuh satu jenis mikroba atau berspektrum
luas atau hanya dapat membunuh satu jenis mikroba saja yang disebut berspektrum
sempit, karena adanya beberapa penyakit yang tidak cocok dengan antibiotic terhadap
penyakit yang fatal, serta berhubungan dengan waktu inkubasi untuk melihat antibiotic
mana yang kerjanya lebih cepat menghambat atau membunuh mikroba.

Resisten adalah dakam konsentrasi antimikroba yang sangat besar atau dalam
konsentrasi berapapun, bakteri menjadi kebal dimana artinya antibiotic tidak menghambat
ataupun membunuh mikroorgaaanisme. Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana
mikroba sangat peka terhadap antibiotic. Sensitivitas merupakan kepekaan suatu
antibiotic yang masih baik untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba.
Intermedied adalah suatu keadaandimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitive ke
keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Melalui uji sensitivitas antibiotic
ini dapat diketahui apakah bakteri atau mikroorganisme tersebut resisten, intermedied,
atau sensitive.

Uji sensitivitas antibiotic terhadap suatu antimikroba untuk dapat menunjukan


pada kondisi yang sesuai dengan daya efek hambatnya terhadap mikroba.suatu
penurunan aktivitasa antimikroba akan dapat menunjukan perubahan kecil yang tidak
dapat ditujukan oleh metode kimia, sehingga pengujian segala mikrobiologis dan biologi
dilakukan. Biasanya metode merupakan standar untuk mengatasi keracunan tentang
kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba.

Mekanisme kerja ampisilin adalah dengan menghambat pertumbuhan dan


reproduksi bakteri, dengan cara menginterupsi sintosis dinding sel bakteri sehingga
terjadi lisis dan kematian sel. (Arivo, D, 2019).

Mekanisme kerja ciprofloxacin yaitu dengan menghibisi replikasi DNA bakteri.


Sesuai dengan daya cakupannya yakni antibiotic dengan spektrum luas, ciprofloxacin
dapat melawan bakteri gram negative maupun gram positif. (Arivo, D, 2019).

Mekanissme kerja gentamisin adalah dengan cara menggaanggu prroses produksi


protein yang dibutuhkan untuk membangun dinding sel bakteri. Dengan demikian.
Dinding sel bakteri menjadi rusak dan bakteri akan mati. (Arivo, D, 2019).
Mekanisme kerja kloramfenikol adalah dengan menghambat sintesis protein
bakteri (produksi bakteri). Obat ini terikat pada ribosom sub unit sos dan menghambat
enzim peptidil transforuse sehingga ikatan peptide tidak akan terbentuk pada proses
protein untuk sel bakteri. (Arivo, D, 2019).

Pada pratikum kali ini, dilakukan uji sensitivitas antibiotic (ampisili,


ciprofloxacin, gentamisin, dan kloramfenikol) terhadap bakteri Escherichia coli (bakteri
penyebab diare) untuk mengetahui apakah antibiotic ini sensitive, intermedied, dan
resisten.

Penggunaan dilakukan dengan cara media NA sebanya 115 ml dimasukkan


kedalam tabung reaksi steril, lalu ditambahkan 1 ml suspense bakteri yang telah dibuat
lalu dihomogenkan. Setelah itu dimasukkan kedalam capet steril yang telah diberi label
dan dibagi menjadi 4 bagian untuk 4 jenisantibiotik. Didiamkan hingga memadat, jika
sudah memadat, dimasukkan ppiper disk dan diinkubasikan kedalam incubator selama
1X24 jam pada suhu 37 derajat celcius, kemudian dilakukan pengamatan.

Setelah dilakukan pengamatan, diperoleh hasil pengukuran diameter zona


hambatan bakteri pada masing masing antibiotic yaitu ampisilin diperoleh rata rata
diameter zona hambatnya sebesar 16.66 mm dan kategori respon hambatnya adalah kuat.
Untuk antibiotic ciprofloxacin rata rata diameter zona hambatnya adalah 36,66 mm yang
kategori respon hambatnya tergolong sangat kuat. Untuk antibiotic gentamisin, diperoleh
rata rata diameter zona hambatnya sebesar 18,33 mm yang tergolong respon hambatan
kuat. Untuk antibiotic kloramfenikol, diperoleh rata rata diameter zona hambatnya adalah
28,66 mm yang tergolong respon hambatan sangat kuat. Dari keempat antibiotic yang
diuji, disimpulkan bahwa antibiotic ciprofloxacin yang memiliki rata rata terbesar
sehingga tergolong sangat kuat kemudian disusul dengan antibiotic kloramfenikol.
Keempat antibiotic ini tergolong sensitive, namun antibiotic yang memilki tingkat
sensitivitas lebih tinggi 1 baik dalam menghambat penumbuhan bakteri E.Coli.

Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, semua hasil yang didapatkan telah
sesuai dengan literatur bahwa keefektifitan aktivitas dan sensitivitas antibiotic dapat
dilihat dari zona hambat yang terbentuk. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan
bakteri terdiri atas 4 kelompok, yaitu respon lemah (diameter <5 mm), sedang (diameter
5-10 mm), kuat (diameter 10-20 mm) dan sangat kuat (diameter >20 mm) (Oksifriani,
2018).
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Uji sensistivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibiotik dan untuk mengetahui senyawa murni
yang meililki aktivitas antibiotik
2. Hasil yang diperoleh, keempat jenis antibiotik yang diuji, yaitu ampisilin,
ciprofloxacin, gentamisin dan kloramfenikol. Semuanya memiliki aktivitas untuk
menghambat pertumbuhan terhadap bakteri E. Coli. Namun, ciprofloxacin dan
kloramfenikol lah yang memiliki sensitivitas yang sangat tinggi karena memiliki
zona hambat yang besar.

6.2 Saran

Disarankan agar praktikum selanjutnya mahasiswa lebih teliti agar memperoleh hasil
yang memuaskan
DAFTAR PUSTAKA

Arivo. D., & Dwiningtyas, A.W. 2019. Pola Kepekaan Escherichia Coli Penyebab
Infeksi Saluran Kemih Terhadap Antibiotik. Jurnal Farmasi Malahayati, 2(1).
12-23

Ariyani, N. & Sari, R.A. 2018. Deoxycycline and Ciprofloxacin Resistance in


Escherichia Coli Isolated From Layer Feces. Dectoral Dissertation,
Universitas Airlangga

Departemen Kesehatan RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta

Kurniawan, F.B., dan I.T., Sahri. 2019. Bakteriologi : Praktikum Teknologi Laboratorium
Medik. Jakarta : EGC

Kuswiyanto. 2018. Bakteriologi I : Buku Ajar Analisis Kesehatan. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Li, B., & Webster, I.J. 2018. Bacteria Antibiotic Resistance : Now Challanges and
Opportunities for Important-Associated Orthopedie Innfections. Journal of
Orthopedie Research, 36(1), 22-35

Oksfriani, Jufri, S. 2018. Uji Sensitivitas Antibiotik terhadap Bakteri E.coli Penyebab
Diare Balita Dikota Manado.Journal Of Current Pharmaceutical Sciences,
Universitas Sam Ratulangi Manado

Sholeh, M.A.2018. Kuantitas Penggunaan Antibiotik dan Pola Resistensi E.Coli.


Doctoral Dissertation, Universitas Airlangga
Lampiran

A. Pembuatan Suspensi Bakteri

(1) (2) (3) (4)

(1),(2) : Diambil 10 ml NaCl dimasukkan kedalam tabung reaksi steril

(3) : Diambil 1-2 ose bakteri E.coli

(4) : Dimasukkan Kedalam tabung reaksi berisi NaCl, lalu dihomogenkan (aduk)

B. Pembuatan Media dan Pengujian

Dimasukkan 15 ml NA + 1 ml Suspensi
bakteri kedalam tabung reaksi steril,
dihomogenkan

Dimasukkan kedalam cawan petri,


didiamkan hingga memadat, lalu
dimasukkan paper disk, lalu di inkubasi
kedalam inkubator selama 1x24 jam

Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan untuk mengukur


zona hambatannya

Anda mungkin juga menyukai