Anda di halaman 1dari 8

1

Penanganan Anak Autis dalam Interaksi Sosial


Autism Children Handling on Social Interaction

Asrizal
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
Jln. Laksda Adi Sucipto, Yogyakarta, 55281. HP 085225951270 <asrizalsaiin@gmail.com>.
Diterima 24 Oktober 2015, diperbaiki 10 Februari 2016, disetujui 21 Februari 2016.

Abstract

This paper offers solutions for social workers in the treatment of autism in terms of social interaction problem.
Social workers can practice it on the field in an attempt to deal with autism in social interaction through performing
several approaches. Currently, many social workers do not know how to deal with autism who have problems in their
social interactions, whereas the responsibility of social workers tasks are relegating autists in the community. This paper
offers two forms of treatment of autism, early treatment and integratedhandling. This has become the focus of discussion
in this paper to guide social workers no longer face trouble in handling social interaction of children with autism, which
usually has been a problem in the fieldfor social workers.

Keywords: autis; interaction; social workers

Abstrak

Tulisan ini menawarkan solusi bagi pekerja sosial dalam penanganan autisme yang bermasalah dalam hal interaksi
sosialnya. Pekerja sosial dapat mempraktekkannya di lapangan. Dalam upaya untuk menangani autisme dalam interaksi
sosial, pekerja sosial dapat melakukan beberapa pendekatan. Perkembangan saat ini, banyak pekerja sosial tidak tahu cara
menangani autisme yang bermasalah dalam interaksi sosialnya, padahal menjadi tanggungjawab serta tugas mereka ketika
diturunkan dimasyarakat. Tulisan ini menawarkan dua bentuk penanganan autisme, yaitu penanganan dini dan penangan
terpadu. Hal inilah yang menjadi fokus pembahasan dalam tulisan ini. Konsep dasar yang ditawarkan adalah melalui dua
bentuk penanganan yang ditawarkan, pekerja sosial tidak kesulitan lagi menangani permasalahan interaksi sosial anak
autis, yang selama ini menjadi problem di lapangan.

Kata kunci: autisme; interaksi; pekerja sosial

A. Pendahuluan lami gejala autis memerlukan biaya yang cukup


Fakta menyebutkan kemiskinan tidak hanya besar untuk dapat mengobati dan memasukkan
terkait dengan ketidakmampuan dalam me- anaknya ke yayasan atau lembaga yang dapat
menuhi kebutuhan material dasar, tetapi juga menangani masalah anak autis.
terkait dengan berbagai dimensi lain kehidupan Autisme bukan sekedar kelemahan mental
manusia, misalnya kesehatan, pendidikan, ja- tetapi gangguan perkembangan mental, sehingga
minan masa depan dan peranan sosial.1 Pada penderita mengalami kelambanan dalam kemam-
dasarnya tidak ada seorangpun yang ingin dila- puan, perkembangan fisik dan psikisnya pun
hirkan ke muka bumi ini dalam keadaan miskin, tidak mengikuti irama dan tempo perkembangan
artinya lahir dalam kekurangan, seperti cacat atau yang normal.2 Hakekatnya anak penderita autis
tidak sempurna baik fisik maupun mental. Orang juga memerlukan pendidikan dan bimbingan
tua, kadang juga tidak dapat menerima anaknya sebagaimana anak normal lainnya, karena sebe-
menderita autis, karena orang tua mempunyai narnya anak berkelainan itu juga mempunyai
beban yang berat dan menjadi aib keluarga. potensi untuk dikembangkan, potensi tersebut
Orang tua yang mau menerima anaknya menga- akan dapat dikembangkan semaksimal mungkin

1
Jurnal PKS Vol 15 No 1 Maret 2016; 1 - 8

apabila mendapat pengaruh-pengaruh atau bim- Anak dalam pertumbuhannya sangat mem-
bingan.3 Penanganan anak autis harus dilakukan butuhkan kasih-sayang, memaafkan, dan men-
terapi dini dengan melibatkan ahli dari berbagai cintai. Keseimbangan antara kasih-sayang dan
multidisiplin dan orang tua. Faktor waktu men- memaafkan-mencintai merupakan kombinasi
jadi penentu bagi penyembuhan kasus autisme, konsep dalam membangun struktur awal guna
artinya semakin cepat seorang anak terdekteksi menciptakan cinta suci dalam keluarga.6 Ter-
terkena penyakit autis, semakin mudah mengata- masuk dilingkungan masyarakat, harus adanya
sinya, karena keberhasilan terapi tergantung pada belas kasihan dan saling berbagi kasih antara
berat ringannya gejala yang ada, umur memulai satu orang dengan yang lainnya. Setiap orang
terapi dan dukungan orang tua.4 tua tentu menginginkan anaknya lahir dalam
Sejatinya penanganan anak autis harus di- keadaan sempurna (normal), ketika kenyataan
lakukan dengan melibatkan ahli dari berbagai yang dihadapi lain (anaknya lahir dalam keadaan
multidisiplin, salah satunya adalah pekerja autis), orang tua seharusnya tetap bisa mengang-
sosial. Profesi yang memberi pertolongan pe- gap anak sebagaimana mestinya dia bertanggung
layanan sosial kepada individu, kelompok dan jawab bahkan mungkin lebih mendapatkan
masyarakat dalam peningkatan keberfungsian perhatian, agar penanganan terhadap kelainan
sosial dan membantu memecahkan masalah yang terjadi pada anak juga tidak mengalami
sosial disebut dengan pekerjaan sosial. Pekerja kesalahan. Peranan orang tua anak autis dalam
sosial adalah seorang yang memiliki profesi membantu anak untuk mencapai perkembangan
dalam membantu memecahkan masalah dan dan pertumbuhan optimal sangatlah menentukan,
mengoptimalkan keberfungsian sosial individu, sebab orang tua adalah pembimbing dan peno-
kelompok dan masyarakat serta mendekatkan long yang paling baik dan berdikasi tinggi.7
mereka dengan sistem sumber.5 Pekerja sosial Dari beberapa hambatan perkembangan anak
dalam menjalankan tugas berada dalam naungan autis yaitu hambatan emosional dan interaksi
badan-badan sosial yang bergerak dalam pe- sosial, penulis hanya berfokus pada interaksi
layanan sosial, dengan tujuan untuk mencapai sosial pada anak autis, karena seperti yang telah
visi dan misi dalam memberikan layanan so- diterangkan sebelumnya, anak autis memiliki
sial. hambatan komunikasi sosial, sehingga penelitian
Pekerja sosial dituntut dapat mengenal ke- yang mengkaitkan anak autis dengan interaksi
cenderungan-kecendrungan negatif yang terjadi sosial menjadi sangat penting.
pada anak. Pekerja sosial juga harus memiliki Dari permasalan di atas, membuat penu-
basic skill dalam berkomunikasi, pengetahuan lis tertarik untuk mengakaji ulang mengenai
serta sikap yang baik dalam membina dan mem- permasalahan interaksi sosial pada anak autis.
beri perhatian dan kasih sayang kepada anak. Melihat realitas yang ada, anak autis akan selalu
Pekerja sosial membutuhkan peran orang-orang ada dan memerlukan pemecahan permasalahan,
yang dekat dengan anak, seperti peran orang tua, yaitu ketika anak autis melakukan interaksi so-
teman dan lingkungan yang dijadikan sebagai sial. Bagaimana upaya penanganan yang sesuai
faktor pembentuk dan penentu kematangan dan seharusnya diterapkan pada penyandang
sosial anak. Suatu kerjasama dapat diwujudkan autis, khususnya tentang penanganan inter-
apabila pekerja sosial dengan pelaku interaksi aksi sosial anak autis. Tujuan dan manfaat dari
saling berhubungan dan melakukan interaksi penulisan ini: pertama, untuk menjelaskan serta
sosial, sehingga dibutuhkan adanya seorang mengetahui tingkat keberfungsian pekerja sosial
pekerja sosial dalam memberikan pelayanan dalam menangani persoalan anak autis, terutama
sosial pada anak. persoalan interaksi sosial anak. Dengan cara
mengetahui gejala-gejala yang timbul dalam

2
Penanganan Anak Autis dalam Interaksi Sosial (Asrizal)

diri anak autis, diharapkan dapat mengatasi dan C. Interaksi Sosial Anak Autis
menangani ketidakberfungsian interaksi sosial Pengertian anak autis memiliki banyak
pada anak autis. Kedua, dapat menjadi tolak ukur makna (multi tafsir), tergantung dari sudut mana
yang komprehensif mengenai upaya yang dapat pengertian tersebut diambil. Anak autis sering
dilakukan pekerja sosial dalam penanganan so- juga disebut dengan Autisme atau golongan au-
sial anak, sehingga dapat menjadi acuan dalam tis. Secara terminologi, autisme dapat diartikan
memacu kemampuan pekerja sosial. Manfaat sebagai, (1) gejala menyendiri atau menutup
praktis bagi masyarakat adalah sebagai jawaban diri secara total dari dunia riil dan tidak mau
atas permasalahan sosial bagi anak autis dalam berkomunikasi lagi dengan dunia luar, (2) ialah
menentukan kemampuan sosial dan memberi cara berfikir yang dikendalikan oleh kebutuhan
solusi untuk menangani anak autis dalam berin- personal atau diri sendiri, (3) menanggapi dunia
teraksi di masyarakat, sehingga masyarakat dapat berdasarkan penglihatan, harapan sendiri dan
menerima anak autis dengan semestinya. menolak realitas, dan (4) keasyikan ekstrim
dengan fikiran dan fantasi sendiri.9
B. Penggunaan Metode Penelitian Ditinjau dari segi perilaku, anak-anak pen-
Metode penulisan dalam karya ilmiah ini derita autis cenderung untuk melukai dirinya
adalah studi kepustakaan (library reserch) atau sendiri, tidak percaya diri, bersikap agresif, me-
studi dokumentasi. Studi kepustakaan dilakukan nanggapi secara kurang atau berlebihan terhadap
untuk mendapatkan konsep kebijakan teori atau stimulasi eksternal, dan menggerak-gerakkan
doktrin, pemikiran konseptual dan penulisan anggota tubuhnya secara tidak wajar.10 Autisme
pendahulu yang berkaitan dengan objek telaah memiliki gejala-gejala utama yang menonjol
penulisan ini berupa literatur karya tulis ilmiah. pada diri anak autis, sehingga bagi orang lain
Riset pustaka yang membatasi kegiatan hanya dapat mengenali bahwa anak tersebut adalah
kepada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja anak autis atau autisme. Gejala-gejala terse-
sedangkan data-data wawancara dipergunakan but meliputi gangguan atau keanehan dalam
untuk mengkonfirmasi dan memperjelas (klari- berinteraksi dengan lingkungan. Autisme juga
fikasi) data-data yang diperoleh dari pustaka memiliki gangguan dalam kemampuan berko-
tersebut.8 Wawancara digunakan jika data yang munikasi baik verbal maupun anverbal. Selain
dibutuhkan berhubungan dengan interaksi sosial itu juga autisme memiliki gangguan keanehan
anak autis tidak terpenuhi dengan maksimal. dalam berperilaku.11
Penulisan ini bersifat deskriptif-analitis, Penyebab autis belum diketahui secara
yakni mendeskripsikan dan menganalisis tin- pasti. Beberapa ahli dan dokter di dunia masih
dakan pekerja sosial terhadap permasalahan memperdebatkannya. Beberapa peneliti meng-
yang terdapat dalam kehidupan sosial anak, ungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli
dan menganalisis tentang upaya pekerja sosial lain berpendapat bahwa autisme disebabkan
dalam mengenalkan kemampuan sosial anak. oleh gangguan jiwa. Ahli lainnya lagi berpenda-
Analisis data yang digunakan adalah analisis pat karena kombinasi makanan yang salah atau
deskriptif komparatif. Data yang sudah terkum- lingkungan yang terkontaminasi zat-zat bera-
pul kemudian disusun dan dilaporkan apa adanya cun sehingga mengakibatkan kerusakan pada
dan diambil kesimpulan yang logis kemudian usus besar, kemudian mengakibatkan masalah
dianalisis. Analisis tidak menggunakan angka- dalam tingkah laku dan fisik, termasuk autis.12
angka dan rumus-rumus. Widyawati mengemukakan bahwa ada berbagai
macam teori tentang penyebab autis, yaitu teori
psikososial, teori biologis dan teori imunologi.13
Gangguan autisme menyebabkan anak-anak pe-

3
Jurnal PKS Vol 15 No 1 Maret 2016; 1 - 8

nyandang autis semakin jauh tertinggal apabila kelakuan individu tersebut dapat mempengaruhi,
dibandingkan dengan anak-anak non-autis yang mengubah atau memperbaiki kelakuan individu
sebaya ketika usia mereka semakin bertambah. lain atau sebaliknya.15
Apabila dibandingkan dengan anak normal, Interaksi sosial dalam karya tulis ini adalah
anak-anak autis jauh lebih sedikit belajar dari sebagai hubungan, keterlibatan, ketertarikan
lingkungannya. timbal balik personalitas anak autis terhadap
Anak-anak autis tidak belajar dengan cara sesuatu yang ada disekelilingnya dengan meng-
yang sama seperti anak yang lain seusianya. gunakan simbol-simbol tertentu atau gerakan-
Anak autis menunjukkan kegagalan membina gerakan untuk mengutarakan kepada orang
hubungan interpersonal yang ditandai dengan lain. Pada interaksi sosial ini anak autis tidak
kurangnya respons terhadap lingkungan atau mampu menjalin hubungan dengan baik, baik
kurangnya minat kepada orang atau anak di dengan menunjukkan suatu perilaku atau ciri
sekitarnya. Kekhususan pada anak autis adalah khusus, seperti kontak mata sangat kurang,
sulitnya berkonsentrasi, memiliki dunia sendiri, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik yang
sehingga anak auis sulit berinteraksi dengan ling- tertuju, menangis atau tertawa tanpa sebab, tidak
kungan. Anak autis memiliki cara berfikir yang bisa bermain dengan teman sebaya, tidak dapat
dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri merasakan apa yang dirasakan orang lain dan
sendiri, menanggapi dunia berdasarkan pengli- kurangnya hubungan sosial (tidak mampu ber-
hatan dan harapan sendiri, menolak realitas dan sosialisasi) dan beradaptasi dengan lingkungan,
memiliki keasyikan yang ekstrim dengan pikiran maupun keterlibatan emosional secara timbal
dan fantasinya sendiri. balik.
Berdasarkan kajian teori yang diangkat serta
paradigma terhadap teori tersebut, selanjutnya 2. Hambatan Kualitatif dalam Interaksi
penulis akan sedikit mengupas dan mengulas Sosial Anak Autis
masalah interaksi sosial bagi anak autis, ba- Dalam pencarian data penulisan karya ilmiah
gaimana penanganan interaksi sosial terhadap ini, didapati minimal ada dua gejala yang tim-
anak autis dan solusi yang ditawarkan untuk bul dari gejala-gejala berikut yang terjadi pada
pekerja sosial, melihat hal ini merupakan ladang anak yang mengalami gangguan interaksi sosial,
garapan atau tugas sosial yang diemban oleh yakni:16 Kontak mata sangat kurang, ekspresi wa-
pekerja sosial. Dengan harapan pekerja sosial jah yang kurang hidup, gerak gerik yang kurang
tidak kaku dalam menangani anak autis ketika fokus; Tidak bisa bermain dengan teman sebaya;
terjun di lapangan. Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain; Kurangnya hubungan sosial dan emosional
1. Pengertian Interaksi Sosial yang timbal balik.
Interaksi sosial ialah hubungan antara indi- Pendapat lain, gangguan interaksi sosial
vidu satu dengan individu lain. Individu satu da- pada anak autisme dibagi dalam tiga kelompok,
pat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya, yaitu:17 Menyendiri (Aloof), banyak terlihat pada
jadi terdapat adanya hubungan yang saling anak-anak yang menarik diri, acuh tak acuh
timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial
antar individu dengan individu, individu dengan serta menunjukkan perilaku serta perhatian yang
kelompok atau kelompok dengan kelompok.14 terbatas (tidak hangat); Pasif, dapat menerima
Interaksi menurut H. Bonner dalam bukunya pendekatan sosial dan bermain dengan anak
“Sosial Psikologi”, mengemukakan bahwa inter- lain jika pola permainannya disesuaikan dengan
aksi sosial adalah suatu hubungan antara dua in- dirinya; Aktif tapi aneh, secara spontan akan
dividu atau lebih. Satu individu manusia dimana mendekati anak lain, namun interaksi ini sering
kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak.

4
Penanganan Anak Autis dalam Interaksi Sosial (Asrizal)

Beberapa gangguan interaksi sosial pada suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang
anak autisme yang telah disebutkan, menimbul- lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya.19 Pada
kan hambatan sosial bagi anak autis. Hambatan kondisi tertentu, pekerja sosial juga mengalami
sosial anak autis akan berubah sesuai dengan kesulitan ketika menangani anak autis. Menurut
perkembangan usia. Biasanya, dengan ber- Mirza Maulana dalam bukunya “Anak Autis”,
tambahnya usia maka hambatan akan tampak penanganan autisme mencakup dua hal, yaitu
berkurang. Adapun hambatan yang dialami penanganan dini dan penanganan terpadu. Untuk
anak autis adalah sebagai berikut:18 Sejak tahun penanganan dini, terdiri dari beberapa cara:
pertama, anak autis mungkin telah menunjukkan a. Intervensi dini:20 Autisme memang merupa-
adanya gangguan pada interaksi sosial yang tim- kan gangguan neurobioligis yang menetap.
bal balik, seperti menolak untuk disayang atau Gejalanya tampak pada gangguan bidang
dipeluk, tidak menyambut ajakan ketika akan komunikasi, interaksi dan perilaku. Gang-
diangkat dengan mengangkat kedua lengannya, guan neurobiligis tidak bisa diobati, tetapi
kurang dapat meniru pembicaraan atau gerakan gejala-gejalanya bisa dihilangkan atau di-
badan, gagal menunjukkan suatu objek kepada kurangi, sampai orang awam tidak lagi dapat
orang lain, serta adanya gerakan pandangan mata membedakan mana anak non-autis dan mana
yang abnormal; Permainan yang bersifat timbal anak autis. Semakin dini terdiagnosis dan ter-
balik mungkin tidak akan terjadi. intervensi, semakin besar kesempatan untuk
Sebagian anak autis tampak tidak acuh atau “sembuh”. Penyandang autisme dinyatakan
tidak beraksi terhadap pendekatan orang tuanya, sembuh bila gejalanya tidak kentara lagi se-
sebagian lainnya malahan merasa cemas apabila hingga ia mampu hidup dan berbaur secara
berpisah dan melekat pada orang tuanya. Anak normal dalam masyarakat luas. Intervensi ini
autis gagal dalam mengembangkan permainan bisa dilakukan dengan berbagai cara, yang
bersama teman-temannya, mereka lebih suka penting berusaha merangsang anak secara
bermain sendiri. Keinginan untuk menyendiri intensif sedini mungkin agar ia mampu ke-
yang sering tampak pada masa kanak-kanak akan luar dari dunianya sendiri.
makin menghilang dengan bertambahnya usia, b. Dibantu Terapi di Rumah:21Salah satu me-
walaupun mereka berminat untuk mengadakan tode intervensi dini yang banyak diterapkan
hubungan dengan teman, sering kali terdapat di Indonesiaa adalah modifikasi atau lebih
hambatan karena ketidakmampuan mereka untuk dikenal ABA (aplied behavior analysis),
memahami aturan-aturan yang berlaku dalam yang ditemukan oleh psikolog asal Amerika,
interaksi sosial. Kesadaran sosial yang kurang O. Ivar Lovaas di tahun 1964.22 Melalui
inilah yang mungkin menyebabkan mereka tidak metode ini, anak dilatih melakukan berba-
mampu untuk memahami ekspresi wajah orang, gai macam keterampilan yang berguna bagi
ataupun untuk mengekspresi perasaannya, baik hidup bermasyarakat, misalnya berkomu-
dalam bentuk vokal maupun ekspresi wajah. nikasi, berinteraksi, berbicara, berbahasa
Kondisi tersebut menyebabkan anak autis tidak dan seterusnya. Namun terutama yang perlu
dapat berempati kepada orang lain yang meru- diterapkan adalah latihan kepatuhan. Hal ini
pakan suatu kebutuhan penting dalam interaksi sangat penting agar mereka dapat mengubah
sosial yang normal. perilaku seenaknya sendiri menjadi perilaku
yang lazim dan diterima masyarakat. Kelebi-
3. Penanganan pada Anak Autis han metode intervensi ini adalah pendekatan-
Umumnya, kesulitan merupakan suatu nya yang sistematis, terstruktur dan terukur
kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya pada penyandang autisme untuk mengetahui
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai ketidakmampuannya.

5
Jurnal PKS Vol 15 No 1 Maret 2016; 1 - 8

c. Masuk Kelompok Khusus:23 Biasanya setelah b. Treatment and Education of autistik and Re-
1-2 tahun menjalani intervensi dini dengan lated Comunication Handicapped Children
baik, si anak siap untuk masuk kekelompok (TEACH). Penanganan dalam program ini
kecil, bahkan ada yang siap untuk masuk termasuk diagnosa, terapi, konsultasi, ker-
kekelompok bermain. Mereka yang belum jasama dengan masyarakat sekitar, karena
siap masuk kekelompok bermain, bisa diikut- telah dipandang sebagai keluarga dan komu-
sertakan kekelompok khusus. Dikelompok nitas yang hamonis,26 tunjangan hidup dan
ini mereka mendapatkan kurikulum yang tenaga kerja dan berbagai pelayanan lainnya
khusus dirancang secara individual, disini untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang
pula anak akan mendapatkan berbagai te- khusus para terapis, dalam program TEACH
naga ahli, seperti psikiater, psikolog, terapis harus memiliki pengetahuan dalam berbagai
wicara, terapis okupasi dan ortopedagog. bidang termasuk speech pathology, lembaga
Menurut Abdul Hadis dalam bukunya “Pen- kemasyarakatan, intervensi dini, pendidikan
didikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik” luar biasa dan psikologi. Konsep pembelaja-
mengistilahkan dengan layanan pendidikan, ran dari model atau pendekatan TEACH ber-
yaitu meliputi layanan pendidikan awal dengan dasarkan pada tingkah laku, perkembangan
program intervensi dini, dengan program terapi dan dari sudut pandang teori ekologi yang
penunjang dan layanan pendidikan lanjutan.24 berhubungan dengan dasar autisme.
Depdiknas dalam hal memberikan layanan pen- Penanganan kedua yang dilakukan adalah
didikan awal dengan program penanganan dini, penangan terpadu. Penanganan terpadu bagi
mengemukakan bahwa program penanganan anak autis merupakan sebuah keharusan apabila
dini untuk anak autis mencakup: 25 Discrete penanganan dini tidak berhasil secara objektif,
Trial Training (DTT) dari lovaas, program yang apalagi orang tua menginginkan anaknya dapat
didasari oleh model perilaku “operant conditio- sembuh dari gangguan autis. Selain pekerja so-
ning” yaitu pemberian hadiah atau penguatan sial, orang tua memiliki peran penting karena
terhadap perilaku positif yang terjadi dan dike- dibutuhkan pemahaman, kasabaran dan konsis-
hendaki oleh guru, orang tua dan masyarakat, tensi dalam upaya penyembuhan anak dari gang-
agar perilaku baik itu diulang-ulang atau diper- guan autis. Proses pendidikan dan pengajaran
tahankan. Intervensi learning experience and yang didapatkan oleh anak dari orang tua, seko-
alternative program for preschooler and parent lah, dan lingkungan sangat berpengaruh pada
(LEAP). Program LEAP adalah perkembangan keberhasilan penanganan autis pada anak.27
sosial anak (kekurangan sosial yang dialami anak Berdasarkan penelitian, untuk mendukung
autistik). Model LEAP menggunakan teknik pe- penanganan terpadu bagi anak autis, orang tua
ngajaran reinforcement (penguatan) dan kontrol dapat memakai produk-produk herbal yang me-
terhadap stimulus. ngandung buah noni. Buah noni terbukti efektif
a. Floor time, yaitu berdasar pada teori perkem- dapat menyembuhkan autis pada anak. Produk
bangan keterampilan kognitif dalam 4-5 herbal tersebut diharapkan mengandung buah
tahun pertama kehidupan yang didasarkan noni yang memiliki lebih dari dua ratus kan-
pada emosi dan relationship. Greenspan dungan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan
dkk mengembangkan suatu pendekatan tubuh.28
perkembangan terpadu untuk intervensi
anak yang mempunyai kesulitan besar dalam D. Penutup
berhubungan, berkomunikasi dan teknik Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penu-
intervensi interaktif yang sistematik. Inilah lisan karya ilmiah ini adalah bahwa seorang
yang disebut floor time. pekerja sosial dalam menangani anak autis yang

6
Penanganan Anak Autis dalam Interaksi Sosial (Asrizal)

bermasalah terhadap interaksi sosialnya, dapat Shomad, Abd. (2011). Nuansa Islami Pada Perawatan
dilakukan dengan berbagai penangan. Dalam Anak Penderita Autisme, Jurnal Penelitian Agama,
Vol.X, No. 3,
penulisan ini, memberikan dua bentuk penanga- Tim Dosen PPB FIB UNY. (1993). Bimbingan dan Konsel-
nan, yang sebelumnya diketahui terlebih dahulu ing Sekolah Menengah, Yogyakarta: UUP-UNY
gejala yang timbul pada anak yang mengalami Walgito, Bimo. (1990). Psikologi Sosial, edisi Revisi,
gangguan interaksi sosial. Setidaknya perlu Yogyakarta: Penerbit Andi
diketahui terlebih dahulu dua gejala pada anak Yusak S. (2008). Introduksi Pada Anak Berkelainan,
Yogyakarta: SGPIB Negeri Yogyakarta
yang mengalami gangguan interaksi sosial. Dari Zed, Mestetika. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan,
gangguan interaksi sosial tersebut, barulah dapat Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
diketahui anak tersebut mengalami hambatan Ferizal Mesra. (2013). Autisme: Gangguan Perkembangan
sosial. Hambatan sosial anak autis yang timbul Anak, (www.tempo.com), diakses pada tanggal 27
akan berubah sesuai dengan perkembangan usia. September 2013
Wawachayo. (2014). Pengertian Fungsi dan Peran
Biasanya, dengan bertambahnya usia maka ham- Pekerjaan Sosial. HTML Document. (http//www.
batan akan tampak berkurang. wawachayoo.blogspot.com), diakses pada tanggal 4
Penanganan autisme mencakup dua hal, yaitu maret 2014.
penanganan dini dan penanganan terpadu. Un- Widodo Judarwanto. (2014). Penyebab autis belum dike-
tuk penanganan dini, terdiri dari beberapa cara, tahui secara pasti. diakses tanggal 7 Juni 2014
Julia Maria Van Tiel. (2013). Gejala Awal Autisme, (www.
seperti intervensi dini, dibantu terapi di rumah, balita-anda.com), diakses pada tanggal 27 Oktober
dan masuk kelompok khusus. Adapun pena- 2013
nganan terpadu bagi anak autis menjadi sebuah Hardiono D. Pusponegoro. (2013). Autisme: Gangguan
keharusan apabila penanganan dini tidak berhasil Perkembangan Anak, (www.tempo.com), diakses
secara objektif. Apalagi orang tua menginginkan pada tanggal 27 September 2013
Sofiatun. (2014). Penanganan Terpadu Bagi Anak Autis
anaknya dapat sembuh dari gangguan autis. Ber- Sebuah Keharusan. (www.penangananautis.com),
dasarkan penelitian, penanganan terpadu bagi diakses pada 17 Oktober 2015
anak autis dapat dilakukan dengan cara memakai
produk-produk herbal yang mengandung buah Footnotes
noni. Buah noni terbukti efektif dapat menyem- 1
) Daman Huri, dkk, Demokrasi dan Kemiskinan, Malang:
buhkan autis pada anak. Averroes Press, 2008.
2
) Abdul Hadis, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Autistik, Bandung: Alfabeta, 2006.
Pustaka Acuan 3
) Yusak S, Introduksi Pada Anak Berkelainan, Yogyakarta:
Dayakisni, Tri dan Hadaniah. (2003). Psikologi Sosial,
SGPIB Negeri Yogyakarta, 2008.
Malang: UMM Press, 4
) Abd. Shomad, Nuansa Islami Pada Perawatan Anak
Hadis, Abdul. (2006). Pendidikan Anak Berkebutuhan
Penderita Autisme, Jurnal Penelitian Agama vol.x
Khusus Autistik, Bandung: Alfabeta
no. 3, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Huri, Daman, dkk. (2008). Demokrasi dan Kemiskinan,
2001.
Malang: Averroes Press 5
) Wawachayo, Pengertian Fungsi dan Peran Pekerjaan
Kartini, Kartono. (1989). Psikologi Abnormal dan Abnor-
Sosial. HTML Document http://wawachayoo.blog-
malitas Seksual, Bandung: CV. Mandar Maju
spot.com, akses pada tanggal 4 maret 2014.
Maulana, Mirza. (2007). Mendidik Anak Autis dan Gang- 6
) Kang Salam YS, Terapi Cinta; Metode Menciptakan
guan Mental lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat,
Cinta Suci Dalam Keluarga, Yogyakarta: Bintang
Yogyakarta: Kata Hati
Motivasi, 2013.
Mulder, Niels. (2004). Individual, Society and History 7
) Mirza Maulana, Mendidik Anak Autis dan Gangguan
According to Indonesia School Texts, terj. A. Widya-
Mental lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat, Yogya-
martaya, Individu, Masyarakat, dan Sejarah, cet.5,
karta: Kata Hati, 2007.
Yogyakarta: Kanisius 8
) Mestetika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta:
Salam, Kang YS. (2013). Terapi Cinta; Metode Men-
Yayasan Obor Indonesia, 2004.
ciptakan Cinta Suci Dalam Keluarga, Yogyakarta: 9
) Kartini, Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas
Bintang Motivasi
Seksual, Bandung: CV. Mandar Maju, 1989.

7
Jurnal PKS Vol 15 No 1 Maret 2016; 1 - 8

10
) Mirza Maulana, Mendidik Anak Autis dan Gangguan 20
) Mirza Maulana, Mendidik Anak Autis.
Mental Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat, 21
) Julia Maria Van Tiel, Gejala Awal Autisme, www.balita-
Yogyakarta: Kata Hati, 2007. anda.com, akses pada tanggal 27 Oktober 2013.
11
) Abd. Shomad, Nuansa Islami Pada Perawatan Anak 22
) Hardiono D. Pusponegoro, Autisme: Gangguan
Penderita Autisme. Perkembangan Anak, www.tempo.com, akses pada
12
) Widodo Judarwanto, diakses tanggal 7 Juni 2014. tanggal 27 September 2013.
13
) Abdul Hadis, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus 23
) Mirza Maulana, Mendidik Anak Autis.
Autistik, Bandung: Alfabeta, 2006. 24
) Abdul Hadis, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
14
) Bimo Walgito, Psikologi Sosial, edisi Revisi, Yogya- Autistik.
karta: Penerbit Andi, 1990. 25
) Ibid.
15
) Tri Dayakisni, Hadaniah, Psikologi Sosial, Malang: 26
) Niels Mulder, Individu, Masyarakat, dan Sejarah,
UMM Press, 2003. diterjemahkan dari Individual, Society and History
16
) Mirza Maulana, Mendidik Anak Autis. According to Indonesia School Texts, oleh A. Widya-
17
) Ibid. martaya, cet.5, Yogyakarta: Kanisius, 2004.
18
) Ferizal Mesra, Autisme: Gangguan Perkembangan 27
) Lihat penanganan autis.com, http://penangananautis.
Anak, www.tempo.com, akses pada tanggal 27 Sep- com/penanganan-terpadu-bagi-anak-autis-sebuah-
tember 2013. keharusan, akses pada 17 Oktober 2015
19
) Tim Dosen PPB FIB UNY, Bimbingan dan Konseling 28
) Ibid.
Sekolah Menengah, Yogyakarta: UUP-UNY, 1993.

Anda mungkin juga menyukai